34
8 BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e. Pengertian Belajar Pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainya. Menurut Aunurrahman (2014: 33) belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Belajar memiliki keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus biasanya semakin meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi masyarakat, belajar berperan penting dalam mantransmisikan budaya dan pengetahuan dari suatu generasi ke genarasi. Menurut Baharudin dan Wahyuni (2010: 12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman. Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

8

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

E. Landasan Teori

9. Belajar

e. Pengertian Belajar

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

laku. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik

penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainya. Menurut

Aunurrahman (2014: 33) belajar merupakan kegiatan penting setiap

orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.

Belajar memiliki keuntungan, baik bagi individu maupun

masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus

biasanya semakin meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi masyarakat,

belajar berperan penting dalam mantransmisikan budaya dan

pengetahuan dari suatu generasi ke genarasi. Menurut Baharudin dan

Wahyuni (2010: 12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui

pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

9

Menurut Rahyubi (2012: 1) belajar merupakan proses hidup

yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai

berbagai macam kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

Belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh,

artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain

itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar

belajar itu dapat berhasil dengan baik.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan aktivitas

tertentu. Proses belajar merupakan mengajar bukanlah kegiatan

memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa merenkontruksi sendiri

pengetahuannya sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam

kehidupan seharian-hari

f. Peranan Belajar dalam Kehidupan Sehari-hari

Menurut Gredler (2011: 3) studi belajar bukalah sekedar

latihan akademik, studi belajar adalah aspek penting baik bagi individu

maupun masyarakat. Pertama, bagi individu studi tentang belajar dapat

menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan

ketrampilan, tentang strategi untuk menjalankan peranan di dunia, serta

tentang sikap dan nilai yang memandu tindakan seseorang. Kedua,

belajar penting bagi masyarakat.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

10

g. Unsur-unsur Belajar

Para konstruktivis (Suyono dan Hariyanto, 2014: 127)

memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:

1) Tujuan belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para

pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.

2) Proses belajar

Proses belajar adalah proses kontruksi makna yang berlangsung

terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau

pengalaman baru diadakan rekontruksi, baik secara kuat atau

lemah. Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan

perkembangan itu sendiri.

3) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil

interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar

seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar,

konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi

dengan bahan yang dipelajari.

h. Jenis-jenis Belajar

Menurut (Slameto, 2010: 5) jenis-jenis belajar sebagai berikut:

2) Belajar bagian (part learning, fractioned learning).

Umumnya belajar bagian yang dilakukan oleh seseorang bila

dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau eksitensif.

Individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian

yang satu sama lain berdiri sendiri.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

11

3) Belajar dengan wawasan (learning by insight).

Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok

utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir.

4) Belajar diskriminatif (discriminatif learning).

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih

beberapa sifat stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai

pedoman dalam bertingkah laku.

5) Belajar global/keseluruhan (global whole learning).

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai

pelajar menguasainya.

6) Belajar incidental (incidental learning).

Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang

diberikan pada individu mengenal materi belajar yang akan

diujikan.

7) Belajar instrument (instrumental learning).

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang

diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah

siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau

gagal.

8) Belajar intensional (Intentional learning).

Belajar dalam arah tujuan.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

12

9) Belajar laten (laten learning).

Belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak

terjadi secara segera.

10) Belajar mental (mental learning).

Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara

melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan

gerakan-gerakan orang lain.

11) Belajar produktif (productive learning).

Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip

menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.

12) Belajar verbal (verbal learning).

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan

melalui latihan dan ingatan.

10. Hasil Belajar

d. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami

tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi

pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,

psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresasi dan ketrampilan (Suprijono, 2013: 5).

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,

2012: 22). Pengalaman belajar sendiri adalah alat untuk mencapai

tujuan pengajaran.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

13

e. Tipe Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2013: 49) tujuan pendidikan yang ingin

dicapai dapat dikatagorikan menjadi 3 bidang yakni bidang kognitif,

bidang afektif, serta bidang psikomotor. Ketiganya tidak berdiri

sendiri tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan

membentuk hubungan hirarki sebagai tujuan yang hendak dicapai,

ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa disekolah.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam

ketiga aspek tersebut.

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek,

yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi atau karakteristik nilai.

3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan

dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek ranah

psikomotoris, yaitu: gerakan reflek, ketrampilan gerak dasar,

kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-

gerakan kecakapan, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek kompetensi kemanusian saja. Hasil

belajar yang diharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

14

dapat mengetahui atau menyebutkan konsep dari materi satuan waktu.

Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang

diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat

berfikir kreatif dan berlatih berkomunikasi baik dengan teman-

temannya dan guru. Pada ranah psikomotor yaitu siswa mampu

menggambar jam sesuai dengan petunjuk.

Kesimpulnya bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan

atau kemampuan siswa (kognitif, afektif, psikomotor) yang dimiliki

setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh

siswa kemudian dilaksanakan evaluasi atau penilian untuk mengukur

kemampuan siswa memahami atau menguasai materi. Evaluasi atau

penilian dilaksanakan tidak hanya menilai konsep atau materi tetapi

bakat yang dimiliki pun dan ketrampilan motorik harus dinilai.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berdasarkan teori Gestalt hasil belajar dipengaruhi oleh dua

hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pertama, siswa dalam arti

kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat,

dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan

yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-

sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan keluarga, dan

lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukan oleh Wasliman dalam

Susanto (2013: 12), hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

15

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi,

baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai

faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal; faktor ini merupakan faktor yang bersumber dari

dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.

Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian,

motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta

kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal; faktor berasal dari luar diri siswa yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya,

pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang

terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang

kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

Faktor internal dan faktor eksternal keduanya saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan

kualitas hasil belajar. Jika kedua faktor ini terpenuhi, hasil belajar

siswa akan memuaskan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

16

11. Metode Cooperative Learning

g. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim.

Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya

berbeda (Isjoni, 2011: 12).

Menurut Suprijono (2013: 54) pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Penggunaan

model pembelajaran cooperative learning siswa diberi kesempatan

untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk

mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai

motivator dan fasilitator aktivitas siswa.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.

(Daryanto dan Rahardjo, 2012: 241). Siswa yang ada di dalam

kelompok mempunyai tingkat tingkat kemampuan yang berbeda-beda

(tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan gender.

Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-

pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

17

dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang

dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir

tugas. Dukungan teori kontruktivisme sosial Vygotsky telah meletakan

arti penting model pembelajaran kooperatif. Kontruktivisme sosial

Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi

secara mutual. Peserta didik terlibat dalam konteks sosio historis

Menurut Roger dan David Jonson dalam Lei (2010: 31)

mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencapai hasil

maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif). b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). c) Face to facepromotive interaction (interaksi promotif). d) Interpersonal skill (komunikasi anatara anggota). e) Group processing (pemrosesan kelompok).

h. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar

cooperative learning menurut Isjoni (2011: 21) adalah agar siswa

dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temanya dengan cara

saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada

orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan

pendapat mereka secara berkelompok. Pembelajaran ini mengejarkan

kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

18

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana

satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih sukses. Meraih tujuan

personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu

timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka

berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu

kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin 2005: 34).

i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zamroni dalam Trianto (2009: 57) mengemukakan

bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi

kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level

individual. Belajar kooperatif dapat mengembangan solidaritas sosial

dikalangan siswa. Belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul

generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan

memiliki solidariras sosial yang kuat.

Pembelajaran kooperatif memberikan banyak manfaat bagi

guru dan siswa. Banyak keuntungan ini timbul dari kekuatan motivasi

intrinsik pembelajaran kooperatif dan sejauh mana mendorong dan

menumbuhkan pembelajaran kooperatif memungut siswa, perubahan

tingkah laku dan sikap, menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta

didik untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,

pelaksanaan kajian proyek, latihan memecahkan masalah, dan

memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, dan

meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

19

j. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Daryanto dan

Rahardjo (2012: 241):

1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi

belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang

berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari masing-

masing individu.

k. Unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto (2009:

60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa bekerja sama untuk mencapai satu

tujuan dan terikat satu sama lain.

2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin mengingkat. Hal ini,

terjadi dalam seseorang siswa akan membantu siswa lain untuk

sukses sebagai anggota kelompok.

3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual

dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

20

hal: a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan b) siswa

tidak dapat sekedar membonceng pada hasil kerja teman.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Siswa

dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain

dalam kelompoknya.

5) Kelima, proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota

kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan

dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang

membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar

akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih aktif. Kelima unsur

dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan agar mencapai hasil

yang maksimal.

l. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jorolimek & Parker dalam Isjoni (2011: 24) kelebihan

yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.

3) Saling dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa

dengan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman

emosi yang menyenangkan.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

21

Menurut Slavin (2005:5) pembelajaran kooperatif memiliki

kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar

siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa

pendidikan khususnya terbelakang secara akademik dengan teman

sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan penting dalam

menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas berbeda.

Siswa dibentuk dalam suatu kelompok yang berbeda kepribadianya

akan melatih siswa untuk menyesuaikan diri dengan teman-temanya,

hal ini untuk mempersiapakan siswa masuk di kehidupan sosial yang

sebenarnya.

Menurut Isjoni (2011:25) kelemahan model pembelajaran

cooperative learning, yaitu:

1) Guru harus mempersiapkam pembelajaran secara matang.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada

kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas

sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini

mangaktibatkan siswa lain menjadi pasif.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

22

12. Model Cooperative Learning tipe TPS (Think Pair Share)

a. Pengertian model TPS (Think Pair Share)

Pengertian model TPS (Think Pair Share) menurut Arends

(2007: 354) adalah:

The Think-Pair-Share strategi has grown out of the cooperative learning and wait time research. The particular approach described here, initially developed by frank lyman and his colleagues at the University of Maryland, is an effective way to change the discourse pattern in a classroom. It challenges the assumption that all recitations or discussion need to be held in whole group settings, and it has built in procedures for giving students more time to think and to respond and to help each other.

Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian

belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh

Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, menyatakan

bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Asumsi bahwa semua

resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan

kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think

Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk

merespon dan saling membantu.

Menurut Lie (2010: 57) pembelajaran kooperatif Tipe TPS

(Think Pair Share) adalah pembelajaran yang memberi siswa

kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

Guru sangat berperan penting dalam hal ini untuk membimbing siswa

melakukan diskusi, sehingga terciptanya susana belajar yang hidup,

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

23

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran

kooperatif Tipe TPS (Think Paair Share) diharapkan dapat

mengembangkan keterampilaan berfikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling

membantu dalam kelompok kecil.

Strategi Think Pair Share atau berfikir berpasangan berbagai

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, karena siswa harus

saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi

(berdikusi) dengan pasangannya. Pasangan-pasangan tersebut harus

berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil

mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif. Melalui model

pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dengan jelas bahwa

siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu

materi secara berkelompok, saling membantu antara anggota yang

satu dengan anggota yang lainya, dan saling membantu antara

kelompok yang satu dengan kelompok yang lainya. Siswa

menyampaikanya di depan kelas dan kemudian guru menyimpulkan

hasil pembahasan bersama-sama siswa itu juga salah satu cara

mengevaluasi.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

24

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dan langkah model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS

Langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning

Tipe TPS (Arends, 2007: 354) yang telah dikaitkan dengan model

pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2013: 65), adalah sebagai

berikut:

1. Present goals and set.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap

belajar.

2. Present information.

Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.

3. Thingking : The teacher proses a question or an issue associeated with the lesson and ask student to spead a minute thinking alone about the answer or the issue. Students need to be taught that talking is not part of thinking time.

Berfikir: Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang

dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan

waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau

masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau

mengerjakan bukan bagian berfikir.

4. Organize student intolearning teams.

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara pembentukan

tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang

efisien.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

25

5. Pairing: next, the teacher ask students to pair off and discuss what they have been thinking about. Interaction duing this period cn be sharing answers if a question has been posed or sharing ideas if specific issue was identified. Usually, theachers no more than four or five minute for pairing.

Berpasangan: selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan

dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi

selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila

suatu masalah khususnya yang diidentifikasi. Secara normal guru

memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

6. Assist team work and study.

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.

7. Provide recognition.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu

maupun kelompok.

8. Sharing: in the final step, the teacher asks the pairs to share what they have been talking about with the whole class. It is effective to simply go around the room from pair to pair and continue until about a fourt or a half of the pairs have had a chance to report.

Berbagi: Pada langkah terakhir, guru meminta pasangan-pasangan

untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka

bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan

ke pasangan lain dan melanjutkan sampai sekitar sebagian

pasangan mendapat kesempatan untuk melapor.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

26

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe TPS

Menurut Lie (2010: 46) kelebihan pembelajaran Kooperatif

Tipe TPS (Think Pair Share) yaitu:

a. Meningkatkan partisipasi siswa.

b. Cocok untuk tugas sederhana.

c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing

anggota kelompok.

d. Interaksi lebih mudah.

e. Lebih mudah dan cepat membentuknya.

Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif Tipe TPS

yaitu:

a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

b. Lebih sedikit ide yang muncul.

c. Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru maka hal

tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaanya.

Faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat

menentukan dan kesadaran murid mengikuti pelajaran. Sarana

pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga

penggunaan model pembelajaraan kooperatif ini akan memungkinkan

siswa lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam belajar sesuai tujuan materi

pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

27

13. Matematika

d. Pengertian Metamatika

Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika, dan

bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, dimana asal

katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,

science). Kata mathematike berhubungan dengan kata mathein dan

mathenein yang artinya belajar (berpikir). Berdasarkan asal katanya

maka matematika berarti ilmu pengetahuan didapat dengan berpikir

(bernalar), dimana menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio, bukan

menekankan pada hasil eksperimen atau observasi matematika.

Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu

yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Secara

informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka.

Segi pandangan formalis, matematika adalah penelaah struktur abstrak

yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika

simbolik dan notasi. Menurut Hariwija (2009: 29) pandangan lain

bahwa matematika ialah itu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan

lain.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada

semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga

perguruan tinggi. Menurut Susanto (2013: 183) Belajar matematika

merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan kejenjang

berikutnya. Mempelajari matematika, kita akan belajar bernalar secara

kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang

berisi symbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami

lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

28

Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),

menurut teori kognitif pieget termasuk pada tahap operasional konkret.

Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar

pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika

yang bersifat abstrak karena keabstrakan matematika relatif tidak

mudah untuk dipahami oleh siswa seolah dasar pada umumnya.

Menurut Heruman (2007: 2) dalam matematika, setiap konsep

yang abstrak yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi

penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,

sehingga akan melekat pada pola pikir dan tindakan. Pembelajaran

matamatika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai

dengan situasi dengan menunjukan masalah kontekstual, siswa secara

bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Sekolah

diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti

komputer, alat peraga, atau media lainya untuk meningkatkan

keaefektifan pembelajaran.

Menurut Hariwijaya (2009: 20) syarat anak bisa dikatakan

mahir matematika memiliki potensi dibawah ini:

1) Menguasai konsep matematika, maksudnya mengetahui dan

memahami soal mana yang memerlukan penambahan, pembagian,

pengalian atau pengurangan.

2) Penalaran yang logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara

logika, sebab akibatnya serta sistematis.

3) Positive disposition. Sikap bahwa matematika bermanfaat dalam

penerapan kehidupan.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

29

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) sebagai strategi

mengajar guru maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi

guru. Faktor-faktor profesionalisme guru menggunakan model

tersebut menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran

melalui pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share). Sarana

pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa

sehingga lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tujuan

materi pembelajaran.

e. Pembelajaran Matematika

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 240) mata pelajaran

matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,

analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama.

Mengajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih

berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan

situasi sehingga tujuan pembelajan yang direncanakan akan tercapai

perlu diketahui baik tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran

akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi

pembelajaran, tingkat perkembangan siswa kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran serta megoptimalkan sumber-sumber belajar.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

30

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar

mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas

berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir, serta

dapat meningkatkan kemampuan mengkontrusi pengetahuan baru

sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

pembelajaran (Susanto, 2013: 187). Pemberian pengalaman kepada

siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa

memperoleh kompetensi tentang bahan materi yang dipelajari.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar

mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan.

Kegiatan tersebut belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan

berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi

interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan

antara siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika

sedang berlangsung.

Proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa

bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila

pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.

Pertama dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan

berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik

terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, disamping menunjukan semangat belajar yang tinggi,

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

31

dan percaya pada diri sendiri. Kedua dari segi hasil, pembelajaran

dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku kearah positif,

dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan saat

mengajar.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Heruman (2007: 2) tujuan akhir pembelajaran

matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan

berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari, namun

untuk menuju tahap ketrampilan tersebut harus melalui langkah-

langkah benar sesuai dengan kemampun dan lingkungan siswa.

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi

3 kelompok besar, yaitu penanaman konsep, dan tujuan akhir

pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-

hari, namun untuk menuju tahap ketrampilan tersebut guru harus

melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan

lingkungan siswa.

Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan

pada konsep-konsep matematika:

1) Pemahaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) yaitu

pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum

pernah mempelajari konsep tersebut.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

32

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari

pemahaman konsep, yaitu bertujuan agar siswa lebih memahami

suatu konsep matematika.

3) Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari

penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran

pembinaan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika.

14. Silabus Matematika Kelas II SD Semester 2

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

2.Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.

2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam

15. Materi Pokok

Pada penelitian tindakan kelas disini peneliti mengambil mata

pelajaran matematika kelas II pada materi satuan waktu, pada semester

II (genap). Standar kompetensi yaitu 2. Menggunakan pengukuran

waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar

yaitu 2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

33

16. Media dan Alat Peraga

a. Pengertian Media dan Alat peraga

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa

yaitu adanya alat peraga dan media pembelajaran yang sesuai

dengan materi yang diajarkan. Media pembelajaran adalah setiap

orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi

yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan (Anitah, 2008: 2).

Menurut Gearlanch & Ely dalam Arsyad (2007: 3)

mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu

kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

ketrampilan atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah

merupakan media

Menurut Utwi Supraman dalam Fathurohman dan Sutikno

(2007: 65) mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan

untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada

penerima pesan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa media adalah alat saluran komunikasi saat pembelajaran

agar siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh

guru.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

34

Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk

memperagakan fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar

tampat lebih nyata/ konkrit. Tanpa alat sukar rasanya dipercaya

untuk tercapainya tujuan yang diharapkan disuatu lembaga

pendidikan. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar

mengajar efektif. Metode dan alat peraga merupakan unsur yang

tidak bisa dilepaskan dari unsur yang lainya yang berfungsi sebagai

cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan

membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif

dan efisien. Alat ini memudahkan penyampaian pesan yang akan

disampaikan.

Menurut Sudjana (2013: 99), Ada enam fungsi pokok dari

alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi pokok

tersebut adalah:

1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar

memiliki bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai

fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi

belajar mengajar yang efektif.

2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari

keseluruhan situasi belajar.

3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan

tujuan dan isi pelajaran.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

35

4) Penggunaan alat peraga dalam pelajaran bukan semata-mata

alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi

proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan

untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu

siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk

mempertinggi mutu belajar mengajar.

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa

yaitu adanya media atau alat peraga yang sesuai dengan materi

yang diajarkan dan menggunakan alat peraga lingkungan sekitar

yang dapat dipakai untuk membantu menjelaskan konsep-konsep

matematika di Sekolah Dasar. Menentukan jenis alat peraga harus

cermat, jangan dipaksakan karena tujuan menggunakan alat peraga

yaitu agar konsep lebih mudah dipahami bukan menyulitkan siswa

dalam memahami konsep. Alat peraga yang digunakan dalam

materi satuan waktu adalah media tunjuk satu bintang.

b. Media Tunjuk Satu Bintang

Media tunjuk satu bintang adalah sebuah media yang

dibuat dari bahan triplek dengan bentuk bulat menyerupai sebuah

jam analog dengan diameter 80cm. Keistimewaan dari media jam

ini adalah dengan tekniknya yang diberi nama tunjuk satu bintang

Media tunjuk satu bintang dilengkapi dengan warna-warna yang

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

36

menarik dan bintang-bintang yang cantik yang melingkar pada jam

sebagai pengganti menit. Bintang memiliki 2 warna yaitu warna

kuning emas dan merah nantinya bintang-bintang tersebut akan

ditunjuk satu oleh jarum jam yang paling panjang dan warna

merah. Bintang warna merah untuk membedakan setiap 5 menit

dalam jam. Jarum jam yang paling panjang adalah jarum jam yang

berhak menunjuk bintang karena jarum jam ini adalah jarum jam

yang menunjukan menit. Jika salah satu bintang yang telah ditunjuk

kemudian guru bersama-sama siswa menghitung jumlah bintang

yang telah dilewati dimulai dari bintang diangka 12.

1) Cara membuatnya:

a. Siapkan triplek dengan ukuran 80 cm.

b. Bentuklah triplek menjadi bundar.

c. Lubangi titik tengahnya umtuk pegangan jarum jam.

d. Berilah pilok warna biru agar menarik dan tetap awet.

e. Diamkan sekitar setengah hari sampai mengering.

f. Siapkan skotlet putih untuk dibentuk menjadi angka 1-12.

g. Bentuklah angka 1-12 pada skotlet.

h. Siapkan skotlet warna kuning emas untuk dibentuk menjadi

bintang dengan ukuran panjang 3 cm sebanyak 48 bintang.

i. Bentuklah bintang sebanyak 48 pada skotlet.

j. Siapkan skotlet warna merah untuk dibentuk menjadi

bintang dengan ukuran panjang 4 cm sebanyak 12 bintang.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

37

k. Bentuklah bintang sebanyak 12 pada skotlet.

l. Berilah tanda titik dengan pensil sebagai tanda untuk

meletakan angka-angka pada jam melingkar.

m. Tempelah skotlet yang sudah berbentuk angka 1-12 pada

titik yang sudah ditandai dengan jarak sekitar 4 cm dari

tepi.

n. Tempelah bintang berwarna merah tepat diatas angka 1-12

melingkar.

o. Tempelah bintang berwarna kuning emas di antara bintang

berwarna merah sebanyak 4 bintang dan melingkar penuh

dalam jam.

p. Buatlah jarum jam 3 bentuk untuk jarum sebagai petunjuk

jam, menit dan detik.

q. Jarum menunjukan jam dibuat dari bambu dibentuk tipis

dengan ukuran 15 cm menyerupai tanda panah dengan lebar

1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.

r. Jarum menunjukan menit dibuat dari bambu dibentuk tipis

dengan ukuran 25 cm menyerupai tanda panah dengan lebar

1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.

s. Jarum menunjukan detik dibuat dari bambu dibentuk tipis

dengan ukuran 25 cm dibuat lurus dengan lebar 1 cm dan

balutlah dengan skotlet berwarna merah.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

38

t. Siapkan mur dan kuncinya untuk mengaitkan ketiga jarum

tersebut.

u. Semua jarum jam bagian bawahnya dilobangi untuk

dimasukan mur yang nanti akan diletakan di tengah jam

dengan urutan jarum jam terlebih dahulu, kemudian jarum

yang menunjukan menit, kemudian jarum yang

menunjukan detik.

v. Letakakanlah jarum yang sudah dimasukan mur ditempel

ditengah-tengah jam.

2) Cara menggunakan:

a. Tunjuklah salah satu bintang pada jam dengan jarum paling

panjang atau jarum yang menunjukan menit.

b. Hitung bintang yang sudah terlewati oleh jarum dimulai

dari angka 12 atau untuk mempermudah menghitung,

bahwa dari bintang warna merah menuju bintang warna

merah selanjutnya yaitu jumlah 5 bintang (5 menit).

F. Penelitian yang relevan

Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan

permasalahan yang penulis teliti, namun ada penelitian yang sesuai dengan

model pembelajaran yang penulis teliti yaitu jurnal yang ditulis oleh Suryani,

dkk (2014) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran

Matematika dengan Model Kooperatif Think Pair Share kelas V”. Penelitian

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

39

ini dengan menggunakan metode deskriptif. Bentuk PTK bersifat kolaboratif,

subjek penelitian guru dan siswa kelas V SDN 13 Toho. Hasil penelitian rata-

rata hasil belajar pada siklus I adalah 44, 16. Pada siklus II adalah 67, 50.

Pada siklus III adalah 81, 66. Peningkatan adalah 37, 5. Hal ini membuktikan

bahwa penggunaan model cooperative Tipe Think Pair Share pada

pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Kerangka Berpikir

Meningkatkan hasil belajar siswa dapat dengan cara menggunakan

model pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share).

Pendekatan yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah

salah satunya dengan media tunjuk satu bintang.

Model dan media ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika materi satuan waktu. Berdasarkan hal

tersebut diatas, kerangka berfikir peneliti adalah diduga melalui model

pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) media

tunjuk satu bintang pada mata pelajaran matematika materi satuan waktu di

SD Negeri 4 Rawalo, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

40

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini:

K

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kondisi awal Hasil belajar siswa rendah.

Siklus I

dalam pembelajaran siswa melaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu bintang.

Dalam pelajaran guru menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu

Tindakan

Hasil belajar matamatika meningkat pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

Siklus II dalam pembelajaran siswa melaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe (Think Pair Share) Media tunjuk satu bi

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJUAN PUSTAKA E. Landasan Teori 9. Belajar e.repository.ump.ac.id/53/3/BAB II.pdf9 Menurut Rahyubi (2012: 1) bpakan proses hidup elajar meru yang sadar atau tidak harus dijalani

41

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisi teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut:

1. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think

Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi satuan waktu ranah kognitif kelas II SD.

2. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think

Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi satuan waktu ranah afektif kelas II SD.

3. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think

Pair Share) Media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi satuan waktu ranah psikomotor kelas II SD.

Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015