Upload
dangnhan
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
E. Landasan Teori
9. Belajar
e. Pengertian Belajar
Pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik
penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainya. Menurut
Aunurrahman (2014: 33) belajar merupakan kegiatan penting setiap
orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.
Belajar memiliki keuntungan, baik bagi individu maupun
masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus
biasanya semakin meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi masyarakat,
belajar berperan penting dalam mantransmisikan budaya dan
pengetahuan dari suatu generasi ke genarasi. Menurut Baharudin dan
Wahyuni (2010: 12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui
pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
9
Menurut Rahyubi (2012: 1) belajar merupakan proses hidup
yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai
berbagai macam kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh,
artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain
itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar
belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan aktivitas
tertentu. Proses belajar merupakan mengajar bukanlah kegiatan
memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa merenkontruksi sendiri
pengetahuannya sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam
kehidupan seharian-hari
f. Peranan Belajar dalam Kehidupan Sehari-hari
Menurut Gredler (2011: 3) studi belajar bukalah sekedar
latihan akademik, studi belajar adalah aspek penting baik bagi individu
maupun masyarakat. Pertama, bagi individu studi tentang belajar dapat
menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan
ketrampilan, tentang strategi untuk menjalankan peranan di dunia, serta
tentang sikap dan nilai yang memandu tindakan seseorang. Kedua,
belajar penting bagi masyarakat.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
10
g. Unsur-unsur Belajar
Para konstruktivis (Suyono dan Hariyanto, 2014: 127)
memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:
1) Tujuan belajar
Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para
pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami.
2) Proses belajar
Proses belajar adalah proses kontruksi makna yang berlangsung
terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau
pengalaman baru diadakan rekontruksi, baik secara kuat atau
lemah. Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan
perkembangan itu sendiri.
3) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil
interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar
seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar,
konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari.
h. Jenis-jenis Belajar
Menurut (Slameto, 2010: 5) jenis-jenis belajar sebagai berikut:
2) Belajar bagian (part learning, fractioned learning).
Umumnya belajar bagian yang dilakukan oleh seseorang bila
dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau eksitensif.
Individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian
yang satu sama lain berdiri sendiri.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
11
3) Belajar dengan wawasan (learning by insight).
Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok
utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir.
4) Belajar diskriminatif (discriminatif learning).
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih
beberapa sifat stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai
pedoman dalam bertingkah laku.
5) Belajar global/keseluruhan (global whole learning).
Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai
pelajar menguasainya.
6) Belajar incidental (incidental learning).
Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang
diberikan pada individu mengenal materi belajar yang akan
diujikan.
7) Belajar instrument (instrumental learning).
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah
siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau
gagal.
8) Belajar intensional (Intentional learning).
Belajar dalam arah tujuan.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
12
9) Belajar laten (laten learning).
Belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak
terjadi secara segera.
10) Belajar mental (mental learning).
Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara
melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan
gerakan-gerakan orang lain.
11) Belajar produktif (productive learning).
Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip
menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
12) Belajar verbal (verbal learning).
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan
melalui latihan dan ingatan.
10. Hasil Belajar
d. Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami
tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif,
psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresasi dan ketrampilan (Suprijono, 2013: 5).
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,
2012: 22). Pengalaman belajar sendiri adalah alat untuk mencapai
tujuan pengajaran.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
13
e. Tipe Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2013: 49) tujuan pendidikan yang ingin
dicapai dapat dikatagorikan menjadi 3 bidang yakni bidang kognitif,
bidang afektif, serta bidang psikomotor. Ketiganya tidak berdiri
sendiri tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan
membentuk hubungan hirarki sebagai tujuan yang hendak dicapai,
ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa disekolah.
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam
ketiga aspek tersebut.
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek,
yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi atau karakteristik nilai.
3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan
dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek ranah
psikomotoris, yaitu: gerakan reflek, ketrampilan gerak dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-
gerakan kecakapan, gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek kompetensi kemanusian saja. Hasil
belajar yang diharapkan dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
14
dapat mengetahui atau menyebutkan konsep dari materi satuan waktu.
Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang
diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat
berfikir kreatif dan berlatih berkomunikasi baik dengan teman-
temannya dan guru. Pada ranah psikomotor yaitu siswa mampu
menggambar jam sesuai dengan petunjuk.
Kesimpulnya bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan
atau kemampuan siswa (kognitif, afektif, psikomotor) yang dimiliki
setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh
siswa kemudian dilaksanakan evaluasi atau penilian untuk mengukur
kemampuan siswa memahami atau menguasai materi. Evaluasi atau
penilian dilaksanakan tidak hanya menilai konsep atau materi tetapi
bakat yang dimiliki pun dan ketrampilan motorik harus dinilai.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berdasarkan teori Gestalt hasil belajar dipengaruhi oleh dua
hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pertama, siswa dalam arti
kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat,
dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan
yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-
sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan keluarga, dan
lingkungan.
Pendapat yang senada dikemukan oleh Wasliman dalam
Susanto (2013: 12), hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
15
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi,
baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai
faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
1) Faktor internal; faktor ini merupakan faktor yang bersumber dari
dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian,
motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta
kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal; faktor berasal dari luar diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya,
pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang
terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang
kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar siswa.
Faktor internal dan faktor eksternal keduanya saling
mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar. Jika kedua faktor ini terpenuhi, hasil belajar
siswa akan memuaskan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
16
11. Metode Cooperative Learning
g. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim.
Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya
berbeda (Isjoni, 2011: 12).
Menurut Suprijono (2013: 54) pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Penggunaan
model pembelajaran cooperative learning siswa diberi kesempatan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk
mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai
motivator dan fasilitator aktivitas siswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
(Daryanto dan Rahardjo, 2012: 241). Siswa yang ada di dalam
kelompok mempunyai tingkat tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan gender.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-
pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
17
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir
tugas. Dukungan teori kontruktivisme sosial Vygotsky telah meletakan
arti penting model pembelajaran kooperatif. Kontruktivisme sosial
Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi
secara mutual. Peserta didik terlibat dalam konteks sosio historis
Menurut Roger dan David Jonson dalam Lei (2010: 31)
mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencapai hasil
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif). b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). c) Face to facepromotive interaction (interaksi promotif). d) Interpersonal skill (komunikasi anatara anggota). e) Group processing (pemrosesan kelompok).
h. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar
cooperative learning menurut Isjoni (2011: 21) adalah agar siswa
dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temanya dengan cara
saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan
pendapat mereka secara berkelompok. Pembelajaran ini mengejarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
18
Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana
satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih sukses. Meraih tujuan
personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu
timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka
berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu
kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin 2005: 34).
i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Zamroni dalam Trianto (2009: 57) mengemukakan
bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi
kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level
individual. Belajar kooperatif dapat mengembangan solidaritas sosial
dikalangan siswa. Belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan
memiliki solidariras sosial yang kuat.
Pembelajaran kooperatif memberikan banyak manfaat bagi
guru dan siswa. Banyak keuntungan ini timbul dari kekuatan motivasi
intrinsik pembelajaran kooperatif dan sejauh mana mendorong dan
menumbuhkan pembelajaran kooperatif memungut siswa, perubahan
tingkah laku dan sikap, menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta
didik untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang rumit,
pelaksanaan kajian proyek, latihan memecahkan masalah, dan
memadukan dan menerapkan pengetahuan dan ketrampilan, dan
meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
19
j. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Daryanto dan
Rahardjo (2012: 241):
1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari masing-
masing individu.
k. Unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto (2009:
60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam belajar kooperatif siswa bekerja sama untuk mencapai satu
tujuan dan terikat satu sama lain.
2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin mengingkat. Hal ini,
terjadi dalam seseorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok.
3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual
dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
20
hal: a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan b) siswa
tidak dapat sekedar membonceng pada hasil kerja teman.
4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Siswa
dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain
dalam kelompoknya.
5) Kelima, proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota
kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan
dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.
Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar
akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih aktif. Kelima unsur
dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan agar mencapai hasil
yang maksimal.
l. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jorolimek & Parker dalam Isjoni (2011: 24) kelebihan
yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah:
1) Saling ketergantungan yang positif.
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3) Saling dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru.
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
21
Menurut Slavin (2005:5) pembelajaran kooperatif memiliki
kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar
siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa
pendidikan khususnya terbelakang secara akademik dengan teman
sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan penting dalam
menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas berbeda.
Siswa dibentuk dalam suatu kelompok yang berbeda kepribadianya
akan melatih siswa untuk menyesuaikan diri dengan teman-temanya,
hal ini untuk mempersiapakan siswa masuk di kehidupan sosial yang
sebenarnya.
Menurut Isjoni (2011:25) kelemahan model pembelajaran
cooperative learning, yaitu:
1) Guru harus mempersiapkam pembelajaran secara matang.
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai.
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini
mangaktibatkan siswa lain menjadi pasif.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
22
12. Model Cooperative Learning tipe TPS (Think Pair Share)
a. Pengertian model TPS (Think Pair Share)
Pengertian model TPS (Think Pair Share) menurut Arends
(2007: 354) adalah:
The Think-Pair-Share strategi has grown out of the cooperative learning and wait time research. The particular approach described here, initially developed by frank lyman and his colleagues at the University of Maryland, is an effective way to change the discourse pattern in a classroom. It challenges the assumption that all recitations or discussion need to be held in whole group settings, and it has built in procedures for giving students more time to think and to respond and to help each other.
Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian
belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh
Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, menyatakan
bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Asumsi bahwa semua
resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think
Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk
merespon dan saling membantu.
Menurut Lie (2010: 57) pembelajaran kooperatif Tipe TPS
(Think Pair Share) adalah pembelajaran yang memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.
Guru sangat berperan penting dalam hal ini untuk membimbing siswa
melakukan diskusi, sehingga terciptanya susana belajar yang hidup,
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
23
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran
kooperatif Tipe TPS (Think Paair Share) diharapkan dapat
mengembangkan keterampilaan berfikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
Strategi Think Pair Share atau berfikir berpasangan berbagai
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, karena siswa harus
saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berbagi
(berdikusi) dengan pasangannya. Pasangan-pasangan tersebut harus
berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil
mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif. Melalui model
pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share dengan jelas bahwa
siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok, saling membantu antara anggota yang
satu dengan anggota yang lainya, dan saling membantu antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lainya. Siswa
menyampaikanya di depan kelas dan kemudian guru menyimpulkan
hasil pembahasan bersama-sama siswa itu juga salah satu cara
mengevaluasi.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
24
b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dan langkah model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS
Langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning
Tipe TPS (Arends, 2007: 354) yang telah dikaitkan dengan model
pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2013: 65), adalah sebagai
berikut:
1. Present goals and set.
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap
belajar.
2. Present information.
Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.
3. Thingking : The teacher proses a question or an issue associeated with the lesson and ask student to spead a minute thinking alone about the answer or the issue. Students need to be taught that talking is not part of thinking time.
Berfikir: Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau
masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau
mengerjakan bukan bagian berfikir.
4. Organize student intolearning teams.
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara pembentukan
tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang
efisien.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
25
5. Pairing: next, the teacher ask students to pair off and discuss what they have been thinking about. Interaction duing this period cn be sharing answers if a question has been posed or sharing ideas if specific issue was identified. Usually, theachers no more than four or five minute for pairing.
Berpasangan: selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila
suatu masalah khususnya yang diidentifikasi. Secara normal guru
memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
6. Assist team work and study.
Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.
7. Provide recognition.
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu
maupun kelompok.
8. Sharing: in the final step, the teacher asks the pairs to share what they have been talking about with the whole class. It is effective to simply go around the room from pair to pair and continue until about a fourt or a half of the pairs have had a chance to report.
Berbagi: Pada langkah terakhir, guru meminta pasangan-pasangan
untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan
ke pasangan lain dan melanjutkan sampai sekitar sebagian
pasangan mendapat kesempatan untuk melapor.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
26
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe TPS
Menurut Lie (2010: 46) kelebihan pembelajaran Kooperatif
Tipe TPS (Think Pair Share) yaitu:
a. Meningkatkan partisipasi siswa.
b. Cocok untuk tugas sederhana.
c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok.
d. Interaksi lebih mudah.
e. Lebih mudah dan cepat membentuknya.
Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif Tipe TPS
yaitu:
a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
b. Lebih sedikit ide yang muncul.
c. Jika ada perselisihan tidak ada penengah.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru maka hal
tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaanya.
Faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat
menentukan dan kesadaran murid mengikuti pelajaran. Sarana
pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga
penggunaan model pembelajaraan kooperatif ini akan memungkinkan
siswa lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam belajar sesuai tujuan materi
pembelajaran
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
27
13. Matematika
d. Pengertian Metamatika
Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika, dan
bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, dimana asal
katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science). Kata mathematike berhubungan dengan kata mathein dan
mathenein yang artinya belajar (berpikir). Berdasarkan asal katanya
maka matematika berarti ilmu pengetahuan didapat dengan berpikir
(bernalar), dimana menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio, bukan
menekankan pada hasil eksperimen atau observasi matematika.
Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu
yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Secara
informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka.
Segi pandangan formalis, matematika adalah penelaah struktur abstrak
yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika
simbolik dan notasi. Menurut Hariwija (2009: 29) pandangan lain
bahwa matematika ialah itu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan
lain.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Menurut Susanto (2013: 183) Belajar matematika
merupakan suatu syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan kejenjang
berikutnya. Mempelajari matematika, kita akan belajar bernalar secara
kritis, kreatif, dan aktif. Matematika merupakan ide-ide abstrak yang
berisi symbol-simbol, maka konsep-konsep matematika harus dipahami
lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
28
Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun),
menurut teori kognitif pieget termasuk pada tahap operasional konkret.
Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar
pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika
yang bersifat abstrak karena keabstrakan matematika relatif tidak
mudah untuk dipahami oleh siswa seolah dasar pada umumnya.
Menurut Heruman (2007: 2) dalam matematika, setiap konsep
yang abstrak yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi
penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa,
sehingga akan melekat pada pola pikir dan tindakan. Pembelajaran
matamatika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi dengan menunjukan masalah kontekstual, siswa secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Sekolah
diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti
komputer, alat peraga, atau media lainya untuk meningkatkan
keaefektifan pembelajaran.
Menurut Hariwijaya (2009: 20) syarat anak bisa dikatakan
mahir matematika memiliki potensi dibawah ini:
1) Menguasai konsep matematika, maksudnya mengetahui dan
memahami soal mana yang memerlukan penambahan, pembagian,
pengalian atau pengurangan.
2) Penalaran yang logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara
logika, sebab akibatnya serta sistematis.
3) Positive disposition. Sikap bahwa matematika bermanfaat dalam
penerapan kehidupan.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
29
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) sebagai strategi
mengajar guru maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi
guru. Faktor-faktor profesionalisme guru menggunakan model
tersebut menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran
melalui pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share). Sarana
pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa
sehingga lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tujuan
materi pembelajaran.
e. Pembelajaran Matematika
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 240) mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari
sekolah untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis,
analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Mengajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih
berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan
situasi sehingga tujuan pembelajan yang direncanakan akan tercapai
perlu diketahui baik tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran
akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi
pembelajaran, tingkat perkembangan siswa kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran serta megoptimalkan sumber-sumber belajar.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
30
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar
mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir, serta
dapat meningkatkan kemampuan mengkontrusi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pembelajaran (Susanto, 2013: 187). Pemberian pengalaman kepada
siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa
memperoleh kompetensi tentang bahan materi yang dipelajari.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar
mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan.
Kegiatan tersebut belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan
antara siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika
sedang berlangsung.
Proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila
pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.
Pertama dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta didik
terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukan semangat belajar yang tinggi,
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
31
dan percaya pada diri sendiri. Kedua dari segi hasil, pembelajaran
dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku kearah positif,
dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan saat
mengajar.
f. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di SD
Menurut Heruman (2007: 2) tujuan akhir pembelajaran
matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari, namun
untuk menuju tahap ketrampilan tersebut harus melalui langkah-
langkah benar sesuai dengan kemampun dan lingkungan siswa.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi
3 kelompok besar, yaitu penanaman konsep, dan tujuan akhir
pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-
hari, namun untuk menuju tahap ketrampilan tersebut guru harus
melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan
lingkungan siswa.
Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan
pada konsep-konsep matematika:
1) Pemahaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep) yaitu
pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum
pernah mempelajari konsep tersebut.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
32
2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari
pemahaman konsep, yaitu bertujuan agar siswa lebih memahami
suatu konsep matematika.
3) Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran
pembinaan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika.
14. Silabus Matematika Kelas II SD Semester 2
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
2.Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.
2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam
15. Materi Pokok
Pada penelitian tindakan kelas disini peneliti mengambil mata
pelajaran matematika kelas II pada materi satuan waktu, pada semester
II (genap). Standar kompetensi yaitu 2. Menggunakan pengukuran
waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar
yaitu 2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
33
16. Media dan Alat Peraga
a. Pengertian Media dan Alat peraga
Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa
yaitu adanya alat peraga dan media pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Media pembelajaran adalah setiap
orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi
yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan (Anitah, 2008: 2).
Menurut Gearlanch & Ely dalam Arsyad (2007: 3)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media
Menurut Utwi Supraman dalam Fathurohman dan Sutikno
(2007: 65) mendefinisikan, media merupakan alat yang digunakan
untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada
penerima pesan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa media adalah alat saluran komunikasi saat pembelajaran
agar siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh
guru.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
34
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk
memperagakan fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar
tampat lebih nyata/ konkrit. Tanpa alat sukar rasanya dipercaya
untuk tercapainya tujuan yang diharapkan disuatu lembaga
pendidikan. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar
mengajar efektif. Metode dan alat peraga merupakan unsur yang
tidak bisa dilepaskan dari unsur yang lainya yang berfungsi sebagai
cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan
membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif
dan efisien. Alat ini memudahkan penyampaian pesan yang akan
disampaikan.
Menurut Sudjana (2013: 99), Ada enam fungsi pokok dari
alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi pokok
tersebut adalah:
1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar
memiliki bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai
fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
belajar mengajar yang efektif.
2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari
keseluruhan situasi belajar.
3) Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan
tujuan dan isi pelajaran.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
35
4) Penggunaan alat peraga dalam pelajaran bukan semata-mata
alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi
proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan
untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu
siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa
yaitu adanya media atau alat peraga yang sesuai dengan materi
yang diajarkan dan menggunakan alat peraga lingkungan sekitar
yang dapat dipakai untuk membantu menjelaskan konsep-konsep
matematika di Sekolah Dasar. Menentukan jenis alat peraga harus
cermat, jangan dipaksakan karena tujuan menggunakan alat peraga
yaitu agar konsep lebih mudah dipahami bukan menyulitkan siswa
dalam memahami konsep. Alat peraga yang digunakan dalam
materi satuan waktu adalah media tunjuk satu bintang.
b. Media Tunjuk Satu Bintang
Media tunjuk satu bintang adalah sebuah media yang
dibuat dari bahan triplek dengan bentuk bulat menyerupai sebuah
jam analog dengan diameter 80cm. Keistimewaan dari media jam
ini adalah dengan tekniknya yang diberi nama tunjuk satu bintang
Media tunjuk satu bintang dilengkapi dengan warna-warna yang
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
36
menarik dan bintang-bintang yang cantik yang melingkar pada jam
sebagai pengganti menit. Bintang memiliki 2 warna yaitu warna
kuning emas dan merah nantinya bintang-bintang tersebut akan
ditunjuk satu oleh jarum jam yang paling panjang dan warna
merah. Bintang warna merah untuk membedakan setiap 5 menit
dalam jam. Jarum jam yang paling panjang adalah jarum jam yang
berhak menunjuk bintang karena jarum jam ini adalah jarum jam
yang menunjukan menit. Jika salah satu bintang yang telah ditunjuk
kemudian guru bersama-sama siswa menghitung jumlah bintang
yang telah dilewati dimulai dari bintang diangka 12.
1) Cara membuatnya:
a. Siapkan triplek dengan ukuran 80 cm.
b. Bentuklah triplek menjadi bundar.
c. Lubangi titik tengahnya umtuk pegangan jarum jam.
d. Berilah pilok warna biru agar menarik dan tetap awet.
e. Diamkan sekitar setengah hari sampai mengering.
f. Siapkan skotlet putih untuk dibentuk menjadi angka 1-12.
g. Bentuklah angka 1-12 pada skotlet.
h. Siapkan skotlet warna kuning emas untuk dibentuk menjadi
bintang dengan ukuran panjang 3 cm sebanyak 48 bintang.
i. Bentuklah bintang sebanyak 48 pada skotlet.
j. Siapkan skotlet warna merah untuk dibentuk menjadi
bintang dengan ukuran panjang 4 cm sebanyak 12 bintang.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
37
k. Bentuklah bintang sebanyak 12 pada skotlet.
l. Berilah tanda titik dengan pensil sebagai tanda untuk
meletakan angka-angka pada jam melingkar.
m. Tempelah skotlet yang sudah berbentuk angka 1-12 pada
titik yang sudah ditandai dengan jarak sekitar 4 cm dari
tepi.
n. Tempelah bintang berwarna merah tepat diatas angka 1-12
melingkar.
o. Tempelah bintang berwarna kuning emas di antara bintang
berwarna merah sebanyak 4 bintang dan melingkar penuh
dalam jam.
p. Buatlah jarum jam 3 bentuk untuk jarum sebagai petunjuk
jam, menit dan detik.
q. Jarum menunjukan jam dibuat dari bambu dibentuk tipis
dengan ukuran 15 cm menyerupai tanda panah dengan lebar
1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.
r. Jarum menunjukan menit dibuat dari bambu dibentuk tipis
dengan ukuran 25 cm menyerupai tanda panah dengan lebar
1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.
s. Jarum menunjukan detik dibuat dari bambu dibentuk tipis
dengan ukuran 25 cm dibuat lurus dengan lebar 1 cm dan
balutlah dengan skotlet berwarna merah.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
38
t. Siapkan mur dan kuncinya untuk mengaitkan ketiga jarum
tersebut.
u. Semua jarum jam bagian bawahnya dilobangi untuk
dimasukan mur yang nanti akan diletakan di tengah jam
dengan urutan jarum jam terlebih dahulu, kemudian jarum
yang menunjukan menit, kemudian jarum yang
menunjukan detik.
v. Letakakanlah jarum yang sudah dimasukan mur ditempel
ditengah-tengah jam.
2) Cara menggunakan:
a. Tunjuklah salah satu bintang pada jam dengan jarum paling
panjang atau jarum yang menunjukan menit.
b. Hitung bintang yang sudah terlewati oleh jarum dimulai
dari angka 12 atau untuk mempermudah menghitung,
bahwa dari bintang warna merah menuju bintang warna
merah selanjutnya yaitu jumlah 5 bintang (5 menit).
F. Penelitian yang relevan
Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan
permasalahan yang penulis teliti, namun ada penelitian yang sesuai dengan
model pembelajaran yang penulis teliti yaitu jurnal yang ditulis oleh Suryani,
dkk (2014) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran
Matematika dengan Model Kooperatif Think Pair Share kelas V”. Penelitian
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
39
ini dengan menggunakan metode deskriptif. Bentuk PTK bersifat kolaboratif,
subjek penelitian guru dan siswa kelas V SDN 13 Toho. Hasil penelitian rata-
rata hasil belajar pada siklus I adalah 44, 16. Pada siklus II adalah 67, 50.
Pada siklus III adalah 81, 66. Peningkatan adalah 37, 5. Hal ini membuktikan
bahwa penggunaan model cooperative Tipe Think Pair Share pada
pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
G. Kerangka Berpikir
Meningkatkan hasil belajar siswa dapat dengan cara menggunakan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share).
Pendekatan yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah
salah satunya dengan media tunjuk satu bintang.
Model dan media ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika materi satuan waktu. Berdasarkan hal
tersebut diatas, kerangka berfikir peneliti adalah diduga melalui model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) media
tunjuk satu bintang pada mata pelajaran matematika materi satuan waktu di
SD Negeri 4 Rawalo, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini:
K
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Kondisi awal Hasil belajar siswa rendah.
Siklus I
dalam pembelajaran siswa melaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu bintang.
Dalam pelajaran guru menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu
Tindakan
Hasil belajar matamatika meningkat pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Siklus II dalam pembelajaran siswa melaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe (Think Pair Share) Media tunjuk satu bi
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015
41
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan analisi teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think
Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi satuan waktu ranah kognitif kelas II SD.
2. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think
Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi satuan waktu ranah afektif kelas II SD.
3. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think
Pair Share) Media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar
matematika materi satuan waktu ranah psikomotor kelas II SD.
Meningkatkan Hasil Belajar..., Nurmika Indra Triasni, FKIP UMP, 2015