Upload
vodan
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
36
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
A. Nama Proyek
Proyek : Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA Pria
Tema : Arsitektur Perilaku
Status Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Swasta
Sumber Dana : Swasta
Lokasi : Jalan Cipadung Gagak, Kecamatan Cibiru, Kelurahan
Pasirbiru, Kota Bandung.
B. Lokasi
1. Kriteria Lokasi
Berdasarkan hasil studi banding yang telah dilakukan, dalam pemilihan
lokasi dan tapak Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA Pria
ini haruslah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :
a. Jauh dari pusat kota
Untuk menciptakan pemulihan yang lebih efektif, tapak pun harus
berada jauh dari pusat kota. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan faktor-
faktor negatif yang mungkin timbul seperti keinginan pasien kembali ke
rumah.
b. Kepadatan penduduk rendah
Jumlah kependudukan ini akan sangat berpengaruh terhadap
lingkungan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA. Wilayah
dengan jumlah penduduk tinggi relatif memiliki penyebaran penyakit yang
lebih cepat sehingga akan membahayakan pasien Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan NARKOBA.
37
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Pencapaian
Pencapaian yang dimaksud adalah lokasi masih dapat di akses baik
menggunakan transportasi umum maupun transportasi pribadi. Dengan
adanya akses yang baik dan mudah, maka akan membantu pasien untuk
datang melakukan rehabilitasi. Namun disisi lain, akses yang ada jangan
sampai memudahkan pasien untuk melarikan diri.
d. Kesesuaian dengan kondisi pasien.
Dalam melakukan penyembuhan, pusat rehabilitasi haruslah dapat
memberikan kenyamanan bagi para pasien. Hal ini bertujuan agar proses
penyembuhan menjadi lebih efektif. Maka dari itu, diperlukanlah suasana
lingkungan yang tenang, beriklim sejuk, serta terhindar dari polusi udara.
e. Terdapatnya sarana pendukung
Sarana pendukung ini ditujukan bagi para staf yang menetap dan
keluarga pasien yang datang. Sarana pendukung ini berupa fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, serta
terminal/stasiun.
f. Tidak berdekatan dengan fasilitas pelayanan Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan NARKOBA lainnya.
Untuk mengefektifkan pelayanan, lokasi sebaiknya tidak berdekatan
dengan fasilitas pelayanan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan
NARKOBA lainnya karena untuk memeratakan pelayanan yang ada.
g. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Lokasi perancangan haruslah sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), hal ini ditujukan agar bangunan Pusat Rehabilitasi
Korban Penyalahgunaan NARKOBA ini sesuai dengan peruntukan
beberapa tahun mendatang.
h. Terdapatnya jaringan listrik, telpon dan utilitas.
Jaringan listrik, telepon, dan utilitas merupakan sarana penunjang
keberlangsungan kegiatan rehabilitasi.
38
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis Lokasi
Berdasarkah kriteria lokasi tersebut, berikut analisis lokasi pada
Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA :
Tabel 3. 1. Analisis Lokasi
No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Jauh Pusat Kota 0 0 0 0 5 10 10 5
2 Kepadatan Penduduk
Rendah
8.4 8.3 7.7 8.4 9.5 9.2 9.1 9.1
3 Pencapaian 8.5 5.5 5 10 5.5 5 5 5
4 Kesesuaian dengan
Kondisi Pasien
9 5 8 8 5 8 8 8
5 Akses dari Terminal
dan Stasiun
7 7 10 10 7 7 7 7
6 Tidak memiliki
fasilitas pelayanan
NAPZA
0 0 10 10 10 10 10 10
TOTAL 31.9 25.8 40.2 36.5 42 49.
2 59.
1
44.
1 (Sumber:Analisis Penulis,2015)
Keterangan:
1 : SWK Bojonagara Skala Penilaian 1-10
2 : SWK Cibeunying
3 : SWK Tegallega
4 : SWK Karees
5 : SWK Kordon
6 : SWK Gedebage
7 : SWK Ujung Berung
8 : SWK Arcamanik
Berdasarkan hasil analisis di atas, lokasi terpilih berada pada Sub Wilayah
Kota (SWK) Ujung Berung sebagai wilayah yang sesuai dengan kriteria
lokasi perancangan Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA. Untuk
tahap selanjutnya yaitu penentuan lokasi pada Sub Wilayah Kota (SWK)
Ujung Berung.
39
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 1. Pemilihan Lokasi Sub Wilayah Kota Ujung Berung
(Sumber: Dokumen Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya,2015)
Penentuan lokasi pada Sub Wilayah Kota (SWK) Ujung Berung ini
mengacu terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung
tahun 2015-2031. Dalam tahap pemilihan lokasi kali ini, digunakan
pendekatan kriteria lokasi yang sama seperti sebelumnya. Namun, untuk
besaran tapak yang dibutuhkan, digunakan perbandingan terhadap bangunan
Rehabilitasi yang memberikan pelayanan kelas A yaitu UNITRA LIDO
Bogor untuk menghasilkan asumsi luas tapak minimal pada bangunan Pusat
Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NARKOBA Pria .
Tabel 3. 2. Analisis Besaran Tapak
Nama Tempat Kapasitas Luas Lahan
UNITRA LIDO Bogor 200 TT 11,2 Ha
Pusat Rehabilitasi Korban
Penyalahgunaan
NARKOBA Pria
100 TT
(standar pelayanan
minimal kelas A)
Diasumsikan untuk 200
TT membutuhkan lahan
sebesar 11,2 Ha, maka
untuk 100 TT:
=(100:200)x11,2 Ha
=5,6 Ha (Sumber: Analisis Penulis,2015)
40
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah 3 lokasi tapak yang berada di
Desa Palasari, Kecamatan Pasir Biru. Adapun karakteristik lingkungan Desa
Palasari adalah sebagi berikut :
a. Memiliki kondisi lingkungan yang tenang, beriklim sejuk, view yang baik
serta terhindar dari polusi udara karena berada di kaki Gunung
Manglayang.
b. Memiliki jumlah penduduk yang rendah.
c. Memiliki banyak lahan kosong.
d. Karakteris lingkungan yang memiliki nilai keagamaan yang tinggi
sehingga sesuai dengan metode rehabilitasi yang akan diterapkan yaitu
metode religius. Salah satu bentuk keagamaan yang terlihat yaitu dengan
adanya sarana-sarana pendidikan berbasis islam.
e. Terdapat fasilitas pendidikan seperti TPA, SD, SMP 46 Bandung, SMAN
26 Bandung, MAN 2 Bandung, SMAT Krida Nusantara, Universitas Islam
Bandung.
f. Terdapat fasilitas kesehatan seperti Puskesmas Cipadung.
g. Terdapatnya fasilitas ekonomi seperti retail dan pasar sebagai sarana
penunjang kebutuhan sehari-hari.
h. Tersedianya jaringan listrik, telpon dan utilitas sebagai sarana penunjang
aktivitas.
41
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 2. Analisis Lokasi Tapak
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
Berikut merupakan hasil analisis terhadap 3 lokasi tapak yang terpilih :
Tapak 1
Berada pada sebuah tikungan di jalan Cipadung Gagak; Akses dari
jalan utama yang mudah; Dilalui oleh transportasi umum; Kontur tidak
terlalu curam; Luas lahan +- 5,6 Ha.
Tapak 2
Berbatasan langsung dengan lembah dan sawah; Berada tepat di
samping jalan Cipadung Gagak; Dilalui oleh transportasi umum; Kontur
tidak terlalu curam; Luas lahan +- 5,6 Ha.
Tapak 3
Berbatasan dengan fasilitas pendidikan; Hanya dapat dilalui oleh
transportasi umum roda 2; Kontur relatif datar.
42
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut penilaian terhadap ke-3 lokasi tapak tersebut :
Tabel 3. 3. Analisis Kriteria Lokasi Tapak
KRITERIA ALTERNATIF
Tapak 1 Tapak 2 Tapak 3
Kesesuaian dengan kebutuhan
Rehabilitasi (lingkungan yang
tenang, iklim yang sejuk, rendah
polusi)
2 3 4
Kemiringan kontur 5 4 3
Potensi View 3 5 1
Aksesibilitas 4 4 1
Luas lahan memadai 4 4 4
Total 18 20 14 (Sumber: Analisis Penulis,2015)
Keterangan :
Skala Penilaian 0-5
Lokasi terpilih :
Gambar 3. 3. Lokasi Tapak Terpilih
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
43
Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Rona Lingkungan
Luas lahan : 56.182 m2
KDB : 40 %
Luas lantai dasar maksimal : 56.182 m2 x 40 % = 22.472,8 m2
KLB : 0.6
Luas lantai keseluruhan maksimal: 56.182 m2 x 0.6 = 33709.2 m2
Jumlah lantai maksimal : 33709.2 m2 : 22.472,8 m2 = 1,5 lantai
GSB : 4 m
Batas wilayah ;
1. Utara : Perkebunan
2. Selatan : Komplek Manglayang Sari
3. Timur : Jalan Cigagak, Perkebunan
4. Barat : Lembah
44
44
D. Kaji Banding
1. Perbandingan Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan NARKOBA
Tabel 3. 4. Kaji Banding
N
o.
Objek
Kajian
UNITRA Lido Bogor FAN Campus Bogor Rumah PALMA RSJ Prov. Jawa
Barat
Balai Rehabilitasi Sosial Putera
Parmadi
1. Lokasi
Jalan Raya Bogor Sukabumi, Desa
Wates Jaya, Cigombong, Kabupaten
Bogor.
Jalan Jurang No.28, Desa Tugu Utara,
Cisarua, Bogor.
Jalan Kolonel Masturi Km.11, Cisarua,
Kabupaten Bandung Barat.
Jalan Maribaya No. 22, Lembang,
Kabupaten Bandung Barat.
2. Luas
Lahan
11,2 Ha 5 Ha 4,2 Ha 4,7 Ha
3. Luas
Bangunan
5 Ha Tidak Ditemukan Tidak Ditemukan 3189 m2
4. Jumlah
Lantai dan
Akses
Sirkulasi
Jumlah Lantai : 3 Lantai
Akses : Sebuah Tangga
Jumlah Lantai : 3 Lantai
Akses : Sebuah Tangga
Jumlah Lantai : 1 Lantai
Jumlah Lantai : 1 Lantai
5. Jenis
Rehabilita
si
Berdasark
an
Pelayanan
nya
Pelayanan Medis :
Detoksifikasi Lengkap
Pelayanan Rehabilitasi :
Therapeutic Community
(TC)
Pelayanan Medis :
Detoksifikasi Metadon
Pelayanan Rehabilitasi :
Therapeutic Community (TC)
Pelayanan Medis :
Detoksifikasi Lengkap
Pelayanan Rehabilitasi :
Therapeutic Community (TC)
Pelayanan Rehabilitasi :
Therapeutic Community (TC)
6. Daya
Tampung 200 Residen Pria. Rentang
usia 16-37 Tahun.
100 Residen Pria dan Wanita.
Rentang usia 18-42 Tahun.
300 residen Pria dan Wanita
bersama fasilitas Jiwa
100 Residen Pria dan Wanita
45
45
7. Pengelola Bukan Mantan Pecandu
NARKOBA
Mantan Pecandu
NARKOBA
Mantan Pecandu NARKOBA Bukan Mantan Pecandu
NARKOBA
Mantan Pecandu NARKOBA
Bukan Mantan Pecandu
NARKOBA
Mantan Pecandu NARKOBA
8. Pengguna Residen Pria
Residen Magang
(Pria/Wanita); Orang
LSM yang mempelajari
sistem TC dan bukan
mantan pecandu
NARKOBA
Staff Medis
Staff Klinis
Staff Sosial
Staff Religi
Staff Administrasi
Konselor
Staff Keamanan
Staff Kebersihan
Keluarga Residen
Residen Pria
Residen Wanita
Staff Medis
Staff Klinis
Staff Sosial
Staff Religi
Staff Administrasi
Konselor
Staff Keamanan
Staff Kebersihan
Keluarga Residen
Residen Pria
Residen Magang
(Pria/Wanita); Orang LSM
yang mempelajari sistem TC
dan bukan mantan pecandu
NARKOBA
Staff Medis
Staff Klinis
Staff Sosial
Staff Religi
Staff Administrasi
Konselor
Staff Keamanan
Staff Kebersihan
Keluarga Residen
Psikiater
Psikolog
Dokter
Social Worker/ Pekerja Sosial
Perawat
Sarjana Agama
Sarjana Pendidikan
Instruktur ketrampilan dari
Departeme n Tenaga Kerja
dan Swasta
Instruktur PBB dari
Pusdikajen Lembang
Satpam
9. Aktivitas Rawat Jalan
Detoksifikasi
Primary Care
Terapi Metadon
Primary Care
Re-Entry / After Care
Rawat Jalan
Detoksifikasi
Primary Care
Terapi medis
Terapi perilaku
Terapi Individu
46
46
Re-Entry / After Care
Re-Entry / After Care Terapi kelompok
Terapi religi
Terapi rekreasi dan olahraga
After-care
1
0.
Rencana
Situasi
(Site
Plan)
1
1.
Denah Gedung Rehabilitasi
Gedung Rehabilitasi
Gedung Rehabilitasi
Denah Detoksifikasi
Denah Primary Care
Tidak Ditemukan
47
47
Denah Re-Entry/After Care
1
2.
Organisasi
Ruang
Tidak Ditemukan Tidak Ditemukan
48
48
Lantai 1
Lantai 2 Lantai 3
1
3.
Sistem
Keamanan Perletakan ruang staff (garis
hijau) untuk memudahkan
pengawasan
Garis Merah : Pagar Dinding ,
Garis Hijau : Taman, Garis
Penggunaan lantai kayu akan
bermanfaat untuk mengetahui
setiap pergerakan karena lantai
kayu yang terinjak akan
mengeluarkan bunyi.
Penggunaan jendela mati untuk
mengurangi resiko residen yang
melarikan diri.
Seluruh bagian jendela dilapisi
teralis besi untuk mengurangi
pasien yang mencoba melarikan
diri.
Penggunaan CCTV pada beberapa
sudut ruangan.
Konselor ditempatkan pada setiap
bangunan untuk mengawasi segala
kegiatan yang terjadi.
49
49
Kuning : Area TC. Disini residen
tidak diperkenankan keluar dari
wilayah kuning.
Pengawasan dua menara
pada bagian luar dan
CCTV pada area dalam
bangunan
Lantai 2
1
4.
Foto Gerbang Masuk
Gerbang Masuk
Gerbang Masuk
Gerbang Masuk
50
50
Pagar Pembatas
Lingkungan dengan area
luar
Pagar Dinding Pembatas
Gedung TC dengan
lingkungan UNITRA Lido
Bogor
Gedung Therapeutic
Community (TC)
Ruang Terapi pada
Gedung TC
Suasana Lingkungan
Guest House
Musholla
Suasana Lingkungan
Gedung Rawat Jalan
Lapangan Olahraga
TPSS
Suasana Lingkungan
Gerbang Administrasi/Umum
Saung
51
51
Koridor pada Gedung TC
Tangga Utama pada
Gedung TC
Saung
Gedung Therapeutic
Community (TC)
Ruang Keluarga pada Gedung
TC
TPS Limbah D3
IPAL
Generator
Gedung Rawat Inap
Respsionis Gedung Rawat
Inap
Ruang Tidur Gedung Rawat
Inap
52
52
Ruang Tidur pada
Gedung TC
Toilet / WC pada Gedung
TC
Ruang Makan Residen pada
Gedung TC
Ruang Makan Staff pada
Gedung TC
Dapur pada Gedung TC
Ruang Administrasi Gedung
Detoksifikasi
Ruang Tindakan Medis Gedung
Detoksifikasi
WC Gedung Rawat Inap
53
53
Ruang Penyimpanan pada
Gedung TC
Ruang Jemur Pakaian
pada Gedung TC
Ruang Makan pada
Gedung TC
Ruang Tidur pada Gedung TC
Ruang Tengah Serbaguna
pada Gedung TC
Pantri Medis Gedung
Detoksifikasi
Ruang Bersama/Santai Gedung
Detoksifikasi
WC Gedung Rawat Inap
54
54
Aula Multi fungsi pada
Gedung TC
Ruang Menonton TV pada
Gedung TC
Ruang Duduk Santai pada
Gedung TC
Ruang Kelas pada Gedung TC
Ruang Isolasi
Ruang Cuci Pakaian
Ruang WC Gedung
Detoksifikasi
Ruang Tidur Gedung
Detoksifikasi
55
55
Ruang Monitoring
Komunal pada Gedung
TC
Ruang Komputer pada
Gedung TC
Ruang Tidur Gedung
Preliminary Care&After Care
Ruang Bersama Gedung
Preliminary Care&After Care
56
56
Ruang Ibadah Gedung
Preliminary Care&After Care
WC Gedung Preliminary
Care&After Care
57
57
Resepsionis Gedung
Preliminary Care&After Care
Material
Dominan Lantai : Marmer
Dinding : Bata Cat Putih
Kusen : Alumunium
Pintu : Kaca
Jendela : Jendela Mati
Lantai : Kayu dan Batu
Dinding : Kayu
Kusen : Kayu
Pintu : Kayu
Lantai : Keramik
Dinding : Bata Cat Putih
Kusen : Kayu
Pintu : Kayu
Jendela : Jendela Hidup
Lantai : Lantai
Dinding : Bata Cat Putih
Kusen : Kayu
Pintu : Kayu
58
58
(Kaca) Jendela : Jendela Mati (Kaca) (Kaca) + Tralis Jendela : Jendela Mati (Kaca)
(Sumber : Analisis Penulis,2015)
1. Kajian Terhadap Pola Perilaku Pasien
Tabel 3. 5. Pola Perilaku Pasien
No. Objek
Kajian
UNITRA Lido Bogor FAN Campus Bogor Rumah PALMA RSJ Prov. Jawa
Barat
Balai Rehabilitasi Sosial Putera
Parmadi
1. Motivasi Karena hanya terdapat beberapa
aktivitas yang dapat terpenuhi,
kenyamanan residen ketika
melakukan rehabilitasi pun
menjadi kurang optimal sehingga
tujuan utama untuk sembuh pun
terkalahkan oleh motivasi untuk
segera keluar dari lingkungan ini
(tidak nyaman).
Karena seluruh aktivitas layaknya
berada di rumah yang dapat
dipenuhi oleh lingkungan ini, FAN
Campus memberikan sugesti positif
kepada residen yang ada di
dalamnya untuk sembuh. FAN
Campus memberikan kenyamanan
bagi residen sehingga penyembuhan
pun lebih optimal.
Karena seluruh aktivitas layaknya
berada di rumah yang dapat
dipenuhi oleh lingkungan ini,
Rumah Palma memberikan sugesti
positif bagi pasien untuk sembuh.
Namun, karena sedikitnya pasien
rawat inap di sini, mengakibatkan
banyaknya fasilitas yang
terbengkalai.
Karena seluruh aktivitas layaknya
berada di rumah yang dapat
dipenuhi oleh lingkungan ini,
sugesti positif pun timbul di
dalam diri pasien sehingga proses
penyembuhan pasien menjadi
lebih efektif. Ditambah dengan
kondisi lingkungan yang alami
menyebabkan pasien merasa
nyaman.
2. Interaksi Karena terdapatnya hirarki ruang
yang jelas dan batasan ruang-
ruang yang dapat dimasuki dan
tidak dapat dimasuki, maka pola
interaksi residen pun menjadi
terbatas.
Karena skala atau lingkup residen
FAN Campus yang lebih sedikit,
penerapan hirarki ini tidak terlalu
berpengaruh.
Karena terdapatnya hirarki ruang
yang jelas dan pengelompokan
ruang berdasarkan pelayanannya,
aktivitas pasien pun menjadi
terbatas dan hanya terbentuk di
ruangan tersebut.
Karena pelayanan yang diberikan
hanya pelayanan rehabilitasi
psikologis dan sosial, interaksipun
banyak terjadi baik di dalam
bangunan maupun di lingkungan
sekitar.
3. Privasi Tidak terdapatnya ruang privasi Terdapatnya ruang privasi yaitu Tidak terdapatnya ruang privasi Terdapatnya ruang privasi yaitu
59
59
bagi residen. Salah satu
contohnya kamar mandi yang
bersifat terbuka sehingga
memudahkan resinden lain untuk
saling melihat satu sama lain. Hal
ini bertujuan untuk mengurangi
ruang-ruang yang akan menjadi
tempat persembunyian residen.
Kamar Mandi. bagi residen. Salah satu contohnya
kamar mandi yang bersifat terbuka
sehingga memudahkan resinden
lain untuk saling melihat satu sama
lain. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi ruang-ruang yang akan
menjadi tempat persembunyian
residen.
Kamar Mandi.
4. Keamana
n
Kecenderungan akibat sesama
gender berkumpul dalam waktu
yang lama dengan berbagai
konflik yang terjadi di dalamnya
dapat menimbulkan perasaan
tidak aman. Untuk mengatasi hal
tersebut, digunakanlah kamera
CCTV sebagai media
pengamanan.
Pengaturan ruang-ruang yang
memusat membuat pengawasan
semua kegiatan dapat lebih
maksimal sehingga tidak
memerlukan CCTV dan petugas
keamanan yang berpatroli.
Pengamanan terhadap pasien
dilakukan langsung oleh staf yang
berjaga di setiap ruangan ditambah
dengan penggunaan CCTV pada
beberapa sudut ruangan yang
minim pengawasan.
Pengamanan terhadap pasien
dilakukan langsung oleh staf yang
berjaga di setiap ruangan.
5. Kenyama
nan
Waktu relaksasi yang diberikan
cukup banyak. Aktivitas yang
dapat dilakukan residen hanya di
dalam gedung (tidak dapat
mempergunakan ruang luar).
Namun karena pengaturan elemen
Dengan penggunaan kayu sebagai
maerial utama bangunan, nuansa
hangat dan relaksasi pun dapat
dirasakan, ditambah lagi sarana
untuk berinteraksi sosial yang lebih
bebas untuk mempergunakan luar
Waktu relaksasi dibatasi dan tetap
diberikan pengawasan. Aktivitas
relaksasi pasien pun hanya dapat
dilakukan didalam gedung. Namun,
karena pengaturan elemen ruang
yang belum tepat, efek relaksasi
Waktu relaksasi dibatasi dan tetap
diberikan pengawasan.
Kenyamanan timbul dari setiap
aktivitas yang dilakukan karena
sebagian besar aktivitas yang
dilakukan berkaitan dengan
60
60
ruang yang belum tepat, efek
relaksasi tidak dirasakan di dalam
gedung ini padahal sebagian besar
kegiatan dilakukan di dalam
gedung dan akses pemandangan
keluar juga tidak memberikan
efek relaksasi tersebut.
ruangan sehingga memberikan
kenyamanan yang lebih baik. Akses
pemandangan ke luar pun
menimbulkan perasaan rileks.
pun kurang dirasakan oleh pasien. lingkungan.
6. Pembent
ukan
Karakteri
stik
Karena adanya pengaturan ruang
dan pemakaian yang jelas
terhadap fungsi ruang tersebut,
maka residen memiliki disiplin
diri yang baik. Penerapan aturan
cukup tegas dan hirarki sangat
dijunjung tinggi disini layaknya
sebuah organisasi.
Karena adanya penerapan nilai-nilai
kekeluargaan yang lebih hangat dan
terasa dekat memberikan semangat
pada residen untuk menjalani proses
rehabilitasinya selalu lebih baik dari
hari ke hari.
Karena adanya penerapan nilai-
nilai kekeluargaan yang lebih
hangat dan terasa dekat
memberikan semangat pada residen
untuk menjalani proses
rehabilitasinya selalu lebih baik
dari hari ke hari.
Karena adanya penerapan nilai-
nilai kekeluargaan yang lebih
hangat dan terasa dekat
memberikan semangat pada
residen untuk menjalani proses
rehabilitasinya selalu lebih baik
dari hari ke hari.
(Sumber: Analisis Penulis,2015)
61
2. Simpulan Kaji Banding
Berdasarkan hasil kaji banding ke 4 lokasi pusat rehabilitasi, terdapat
beberapa kajian yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam
perancangan. Adapun kajian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Lokasi Pusat Rehabilitasi sebaiknya berada pada kawasan yang jauh dari
keramaian, guna menciptakan kondisi lingkungan rehabilitasi yang
nyaman.
b. Massa bangunan sebaiknya dibuat satu lantai guna meminimalisir
terjadinya kecelakaan pada pasien baik yang disengaja seperti pasien yang
meloncat untuk bunuh diri dan tidak disengaja seperti hilangnya kontrol
sehingga pasien terjatuh.
c. Sirkulasi di dalam bangunan dibuat mengalir agar memudahkan pasien
dalam bergerak dengan pertimbangkan kondisi pasien yang memiliki
kesadaran yang rendah.
d. Setiap kelompok pelayanan rehabilitasi dipisahkan satu sama lainnya guna
memaksimalkan kegiatan di dalam bangunan dan menghindari terjadinya
kontak langsung pasien dengan orang luar. Selain itu, dengan terdapatnya
pemisahan ini juga akan memaksimalkan sistem keamanan. Karena pada
dasarnya, pasien Pusat Rehabilitasi ini harus mendapatkan perlindungan
dari pengguna NARKOBA yang masih aktif.
e. Tampak depan bangunan harus menciptakan suasana yang ramah, tidak
formal, dan alami sehingga persepsi awal pasien yang baru datang akan
merasa terayomi dan merasa nyaman.
f. Area hijau didalam tapak dibuat luas guna menghindari pandangan secara
langsung ke area luar tapak. Selain itu juga, penggunaan pohon-pohon
tinggi dapat digunakan guna pengalaman pada area tapak dan menciptakan
batas secara halus.
g. Area servis diletakan jauh dari massa bangunan rehabilitasi guna
meminimalisir kontak langsung pasien dengan petugas servis/orang luar.
62
h. Material kaca pada bangunan dapat digunakan guna menciptakan
pengawasan secara alami terhadap aktifitas pasien di dalam ruangan.
i. Pada area kamar tidur pasien di dalam pelayanan rehabilitasi psikologis
dapat menggunakan kasur tingkat guna menciptakan interaksi antara
pengguna kasur bawah dan kasur atas.
j. Pada area kamar mandi, tingkat privasi pasien dihilangkan karena
biasanya pada area ini pasien cenderung melakukan hal-hal negatif bahkan
melakukan hal yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Area kamar mandi
dapat dibuat semi terbuka, sehingga aktifitas pasien didalam kamar mandi
tetap mendapatkan pengawasan dari luar.
k. Pada bagian jendela, dapat digunakan jendela mati dengan tipe jendela
khusus guna menghindari pasien yang melarikan diri. Untuk sistem
penghawaan dapat digunakan sistem AC.