Upload
vannga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 1
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut. Sedangkan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 tahun 2006).
Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas
pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan
keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik
kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya.
3.1. KINERJA KEUANGAN 2009 - 2013
Keuangan Daerah merupakan komponen daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang menyatu dalam kerangka
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD hakikatnya
merupakan salah satu instrument kebijakan untuk meningkatkan pelayanan
umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. APBD sebagai bentuk
penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah, disusun dalam suatu struktur
yang menggambarkan besarnya pendanaan atas berbagai sasaran yang
hendak dicapai, tugas-tugas pokok dan fungsi sesuai kondisi, potensi, aspirasi
dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu tahun tertentu.
Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari
batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam: (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor
13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah; dan (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 2
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)
Nomor : 13 tahun 2006, bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) meliputi aspek Pendapatan dan aspek Belanja, serta
aspek Pembiayaan.
Aspek Pendapatan terdiri dari Pendapatan Daerah, Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah, Aspek Belanja terdiri
dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung dan Aspek
Pembiayaan terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran
Pembiayaan.
A. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah adalah semua penerimaan yang melalui
rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana,
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu
dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah adalah hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih. Pendapatan daerah di bagi kedalam tiga komponen yaitu
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah.
Perkembangan realisasi pendapatan daerah Provinsi Jawa
Timur tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 3
Tabel 3.1
Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
No.
Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 * Rata-rata
Pertumbuhan (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 PENDAPATAN DAERAH 7.827.695 9.777.104 11.493.376 15.551.060 17.390.237,95 22,40
1.1. Pendapatan Asli Daerah 5.708.040 7.275.089 8.898.617 9.733.648 11.596.810,13 19,57
1.1.1. Pajak daerah 4.891.816 5.907.320 7.298.242 7.816.591 9.404.933,62 17,93
1.1.2. Retribusi daerah 75.609 66.238 66.360 118.824 106.215,19 14,06
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang
dipisahkan
227.446 243.827 365.149 352.900 332.020,39 11,92
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 513.169 1.057.705 1.168.866 1.445.333 1.753.640,93 40,40
1.2. Dana Perimbangan 2.093.556 2.445.305 2.528.086 3.069.016 3.092.884,30 10,59
1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak
957.077 1.175.388 1.125.554 1.523.965 1.374.591,58
11,04
1.2.2. Dana alokasi umum 1.118.478 1.212.935 1.347.502 1.491.561 1.632.648,29 9,92
1.2.3. Dana alokasi khusus 18.001 56.982 55.031 53.490 85.644,43 67,61
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
26.098 56.710 66.672 2.748.396 2.700.543,53 1.038,84
1.3.1 Hibah 22.033 28.168 29.197 34.241 39.728,18 16,20
1.3.2 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
4.065 28.542 37.475 2.714.155 2.660.815,35 1.943,50
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Berdasarkan data selama tahun 2009-2013 Perkembangan
pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur cukup baik dan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, total pendapatan daerah
Provinsi Jawa Timur adalah sebesar Rp 7,82 Trilyun lebih. Angka
tersebut terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013 menjadi
Rp 17,39 Trilyun lebih dengan peningkatan rata-rata pertahun
sebesar 22,40%. Ini menunjukkan bahwa perekonomian di Jawa
Timur dalam lima tahun terakhir terus mengalami kemajuan.
Kemajuan tersebut direpresentasikan oleh tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, yaitu pada tahun 2012 sebesar 7,27%
atau di atas rata–rata nasional sebesar 6,5%. Gambaran
Peningkatan dan pertumbuhan pendapatan daerah dapat dilihat
pada grafik 3.1 berikut :
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 4
Grafik 3.1 Pendapatan Daerah dan pertumbuhannya Tahun 2009 – 2013
Komponen utama dari pendapatan daerah adalah Pendapatan
asli Daerah, berdasarkan tabel 3.1. dapat dilihat bahwa Pendapatan
Asli Daerah (PAD) nilainya mengalami peningkatan yang signifikan.
Tahun 2009 nilai PAD Provinsi Jawa Timur masih sekitar Rp 5,70
Trilyun lebih, nilai per tahun terus meningkat dengan kenaikan rata-
rata 19,57% pertahun, dan tahun 2013 nilai PAD menjadi Rp 11,59
Trilyun lebih. Perkembangan PAD yang signifikan ini menunjukkan
bahwa perekonomian daerah telah berkembang dengan cukup baik
dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan
pemerintah daerah (provinsi). Gambaran Peningkatan dan
pertumbuhan pendapatan asli daerah dapat dilihat pada grafik 3.2
berikut :
Grafik. 3.2 Pendapatan Asli Daerah dan pertumbuhannya Tahun 2009-2013
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 5
Pada sisi dana perimbangan, nilainya juga mengalami
peningkatan yang luar biasa besar. Tahun 2009 masih sebesar
Rp 2,09 Trilyun lebih, pada tahun 2013 nilai meningkat menjadi
Rp 3,09 Trilyun lebih dengan peningkatan rata-rata pertahun
sebesar 10,59%. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah
memberikan transfer dana yang begitu besar untuk Provinsi Jawa
Timur. Maka dengan peningkatan ini, perekonomian Jawa Timur
dapat tumbuh dengan baik, dan dapat mengindikasikan bahwa
pengelolaan keuangan oleh pejabat pemerintah di provinsi telah
berjalan cukup baik. Gambaran Peningkatan dan pertumbuhan dana
perimbangan dapat dilihat pada grafik 3.3 berikut :
Grafik 3.3 Dana Perimbangan dan pertumbuhannya tahun 2009 – 2013
Sedangkan pada pendapatan lain yang sah, nilainya relatif
kecil dibandingkan komponen pendapatan daerah yang lain. Tahun
2009 nilainya hanya Rp 26,09 milyar lebih, akan tetapi pada tahun
2012 nilai menjadi hingga Rp 2,74 Trilyun lebih dan 2013 menjadi
Rp 2,70 Trilyun lebih. Pada tahun 2012-2013 ada dana transfer
untuk program pendidikan (BOS) yang pada tahun sebelumnya di
tranfers langsung ke Kabupaten/Kota, gambaran Peningkatan dan
pertumbuhan lain-lain Pendapatan yang sah Provinsi Jawa Timur
tahun 2009 -2013 dapat dilihat pada grafik 3.4 berikut.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 6
Grafik. 3.4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dan pertumbuhannya
Tahun 2009 - 2013
Lain-lain pendapatan yang sah dalam empat tahun terakhir
terus mengalami peningkatan, namun komponen ini tidak begitu
dipengaruhi oleh perekonomian, dan didalam pengelolaannya lebih
dimanfaatkan untuk kesejahteraan publik secara umum.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Timur tahun 2009-2013
masih didominasi oleh sumbangan dari pajak daerah (sekitar
82,56%). Urutan kedua adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang sah (sekitar 30,61%), berikutnya adalah hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan (BUMD) (sekitar 13,74%), terakhir
adalah retribusi daerah (sekitar 3,52%).
Pajak Daerah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
pertumbuhannya signifikan, pada tahun 2012 mengalami
pertumbuhan yang menurun antara lain disebabkan adanya
peralihan pajak Provinsi ke kabupaten/Kota, namun pada tahun
2013 mengalami pertumbuhan yang meningkat lagi, gambaran
Peningkatan dan pertumbuhan pajak daerah Provinsi Jawa Timur
tahun 2009 -2013 dapat dilihat pada grafik 3.5 berikut:
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 7
Grafik. 3.5. Pajak Daerah dan pertumbuhannya dari tahun 2009 - 2013
Sedangkan Perkembangan pendapatan dari BUMD dirasa
sudah cukup baik, namun mengingat kontribusinya yang masih
rendah maka perlu untuk lebih ditingkatkan.
B. Belanja Daerah
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan
bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi
atau kabupeten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan
dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu
yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak
langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan
belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara belanja langsung
merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur selama kurun waktu
tahun 2009-2013 mengalami perkembangan yang terus meningkat.
Pada tahun 2009 kekuatan belanja daerah Provinsi Jawa Timur 2009
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 8
sebesar Rp 7,60 trilyun lebih dan tahun 2013 meningkat menjadi
sebesar Rp 16,78 trilyun lebih dengan peningkatan rata-rata per
tahun sebesar 22,27%. Meskipun nilai belanja daerah meningkat
namun laju pertumbuhannya berfluktuatif dan cenderung menurun,
pada tahun 2010 pertumbuhan belanja daerah sebesar 31,68%,
tahun 2011 pertumbuhan mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya yaitu sebesar 16,74%, dan tahun 2012 pertumbuhan
lebih tinggi dibanding tahun 2011 namun lebih rendah dibanding
tahun 2010 yaitu sebesar 31,03% dan 2013 pertumbuhan menurun
menjadi 9,64%. Rincian perkembangan Belanja Daerah disajikan
sebagaimana tabel 3.2. berikut.
Tabel 3.2
Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 ** Rata-rata
Pertumbu
han(%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 BELANJA DAERAH 7.602.039 10.010.008 11.685.921 15.311.542 16.787.421,60 22,27
1.1. Belanja Tidak Langsung
4.318.899 5.869.746 6.589.868 9.633.571 10.601.239,66 26,10
1.1.1. Belanja Pegawai 1.075.189 1.283.592 1.407.957 1.486.342 1.533.121,24 9,45
1.1.2. Belanja Hibah 540.817 682.407 1.121.555 3.865.451 4.901.951,41 90,50
1.1.3. Belanja bantuan sosial 72.471 47.628 99.096 44.990 32.555,11 -2,11
1.1.4. Belanja Bunga 296 168 4.422 6.036 5.108,75 628,98
1.1.5. Belanja Bagi Hasil kpd Provinsi/kab/
Kota/Pemerintah Desa
1.883.301 2.326.860 2.674.049 2.702.288 3.081.718,25 13,39
1.1.6. Belanja Bantuan Keuangan kpd Provinsi/kab/ Kota/Pemerintah Desa
746.138 1.503.834 1.237.765 1.477.432 986.232,68 17,49
1.1.7. belanja Tidak Terduga 687 25.257 45.023 51.032 60.552,22 922,18
1.2. Belanja langsung 3.283.140 4.140.262 5.096.053 5.677.971 6.186.181,94 17,39
1.2.1. Belanja Pegawai 483.187 668.598 895.166 1.019.269 1.164.943,22 25,10
1.2.2. Belanja Barang dan Jasa 1.962.653 2.593.788 3.155.525 3.601.337 3.845.796,03 18,68
1.2.3. Belanja Modal 837.300 877.877 1.045.362 1.057.365 1.175.442,70 9,06
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, dapat diketahui bahwa
realisasi belanja tidak langsung selama periode 2009-2013, setiap
tahunnya mengalami kenaikan dengan peningkatan rata-rata
pertahun sebesar 26,10%.
Belanja langsung selama periode 2009-2013, setiap tahunnya
juga mengalami kenaikan dengan peningkatan rata-rata pertahun
sebesar 17,39%.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 9
Apabila dibandingkan antara target dan realisasi anggaran
belanja daerah selama periode 2009-2013, dapat diketahui bahwa
realisasi belanja daerah setiap tahunnya belum mencapai 100%, hal
ini antara lain dikarenakan pedoman pelaksanaan dana alokasi
khusus datangnya sering terlambat sehingga mempengaruhi capaian
realisasi penyerapan, Efisiensi pelaksanaan kegiatan (sisa lelang),
dan Penggunaan DBHCHT dibatasi oleh Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai
Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi
Hasil Cukai Tembakau sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.07/2009. Maka daerah sangat
berhati-hati dalam penggunaannya sehingga berdampak pada
realisasi penyerapan anggaran. Namun demikian dari tahun ketahun
realisasinya semakin meningkat meski belum mencapai 100%, yang
mengindikasikan bahwa perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan semakin baik. Target dan Realisasi Belanja Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 dapat dilihat pada
tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Target dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Anggaran
Target Realisasi % Bertambah/ (Berkurang)
2009 8.395.165,21 7.602.038,81 90,55 (793.126,41)
2010 10.508.103,17 10.010.008,13 95,26 (498.095,03)
2011 12.305.791,49 11.685.920,67 94,96 (619.870,81)
2012 16.007.745,52 15.311.542,33 95,65 (696.203,19)
2013* 17.611.859,87 16.787.421,59 95,31 (824.438,27)
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Sedangkan target realisasi belanja pegawai provinsi Jawa
Timur tahun 2009 smapai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada
tabel 3.4 berikut:
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 10
Tabel 3.4 Target dan Realisasi Belanja Pegawai Provinsi Jawa Timur
Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Anggaran
Target Realisasi % Bertambah/ Berkurang
2009 1.303.778,73 1.075.189,35 82,47 (228.589,39)
2010 1.357.500,25 1.283.591,78 94,56 (73.908,46)
2011 1.470.200,66 1.407.956,63 95,77 (62.244,02)
2012 1.557.539,37 1.486.342,13 95,43 (71.197,24)
2013* 1.609.084,27 1.533.121,23 95,28 (970.090,27)
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Berdasarkan tabel 3.4 di atas, dapat diketahui bahwa
besarnya belanja pegawai selama periode 2009-2013, setiap
tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kenaikan
sebesar 9,45% namun realisasinya tidak mencapai 100%. Hal ini
dikarenakan adanya pegawai yang purna tugas dan atau meninggal
pada tahun anggaran berjalan sehingga mempengaruhi penyerapan
anggaran belanja pegawai. Sementara di dalam pengalokasian
anggaran belanja pegawai harus penuh sesuai dengan kebutuhan
dalam satu tahun anggaran.
C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun
tahun anggaran berikutnya.
Realisasi Pembiayaan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur
mulai tahun 2009 sampai dengan 2013 dan rata-rata
perkembangan/kenaikan realisasi Penerimaan dan Pengeluaran
Daerah dapat dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 11
Tabel 3.5 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pembiayaan Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 * Rata-rata
Pert (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 PEMBIAYAAN DAERAH 1.705.342,86 1.712.609,82 1.416.458,41 913.991,71 1.212.675,81 (4,92)
1.1. Penerimaan Pembiayaan 2.061.246,53 2.000.253,45 1.564.783,41 1.359.475,04 1.753.509,14 (2,22)
1.1.1. SiLPA Tahun Lalu 2.061.246,53 1.930.998,87 1.479.695,65 1.223.913,29 1.153.509,14 (13,18)
1.1.2. Pencairan Dana Cadangan 0,00 41.500,00 0,00 0,00 600.000,00
1.1.3. Penerimaan Pinjaman Daerah
0,00 23.254,58 34.687,76 2.057,69 0,00
1.1.4. Penyertaan Modal
(Investasi Daerah) 0,00 4.500,00 50.400,00 133.504,06
0,00
1.2. Pengeluaran Pembiayaan
355.903,66 287.643,63 148.325,00 445.483,33 540.833,33 38,53
1.2.1. Pembentukan Dana Cadangan
0,00 0,00 0,00 100.000,00 500.000,00
1.2.2. Penyertaan Modal (Investasi Daerah)
350.592,00 280.903,00 147.525,00 337.250,00 30.100,00 (7,46)
1.2.3. Pembayaran Pokok Utang 5.311,66 6.740,63 800,00 8.233,33 10.733,33 224,58
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa penerimaan pembiayaan
selalu lebih besar dari pengeluaran pembiayaan. Penerimaan masih
didominasi oleh SiLPA tahun lalu, namun besarnya SiLPA tahun lalu
perkembangannya cenderung mengalami penurunan rata-rata per tahun
sebesar 4,92%. Hal ini mengindikasikan bahwa penyusunan
perencanaan pembangunan di Jawa Timur semakin baik.
Pada pengeluaran pembiayaan didominasi pada komponen
penyertaan modal, hal ini untuk memperkuat kepemilikan saham
Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Bank Jatim dan meningkatkan
kemampuan operasional beberapa perusahaan daerah.
3.1.2. Neraca Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001,
Neraca Daerah adalah neraca yang disusun berdasarkan standar
akuntansi pemerintah secara bertahap sesuai dengan kondisi
masing-masing pemerintah. Neraca Daerah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas
dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan
ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi
menjadi sub rekening sampai level rincian obyek.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 12
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
2005 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan
salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah.
Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak
hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-
undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan
sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien
dan efektif.
Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang
sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah,
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu, serta dapat diukur dalam uang.
Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur
selama kurun waktu 2009-2013 seperti terlihat pada Tabel 3.6 dan
dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut:
Tabel 3.6. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2012 (dalam jutaan rupiah)
No Uraian 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Pertum (%) audited audited audited audited
1. ASET 29.131.559,60 31.455.579,85 33.522.820,76 34.828.834,58 6,15
1.1. Aset Lancar 2.280.684,51 2.138.180,98 2.571.973,36 2.206.615,46 (0,06)
1.1.1. Kas 1.959.934,26 1.506.085,29 1.308.787,31 1.154.156,28 (16,02)
1.1.2. Piutang 255.251,37 536.639,93 1.164.304,58 937.669,58 69,25
1.1.3. Persediaan 65.498,88 95.455,76 98.881,47 114.789,60 21,80
1.2 Investasi Jangka
Panjang 1.971.139,17 3.600.656,08 4.125.181,41 4.504.818,94 35,48
1.2.1 Investasi non Permanen 421.265,70 323.642,68 348.265,40 221.728,74 (17,30)
1.2.2 Investasi Permanen 1.549.873,47 3.277.013,40 3.776.916,01 4.283.090,20 46,70
1.3 Aset Tetap 24.764.584,78 25.595.757,19 26.657.852,49 27.775.268,57 3,90
1.3.1 Tanah 12.185.805,17 12.188.603,59 12.271.035,88 12.216.001,81 0,08
1.3.2 Peralatan dan mesin 1.827.481,59 2.052.842,25 2.356.269,01 2.672.040,91 13,50
1.3.3 Gedung dan bangunan 1.342.520,61 1.541.062,02 2.073.913,35 2.453.203,99 22,55
1.3.4 Jalan, irigasi, dan jaringan 9.207.769,32 9.561.361,08 9.839.667,61 10.337.171,84 3,94
1.3.5 Aset tetap lainnya 22.556,22 25.664,57 27.014,51 31.095,83 11,38
1.3.6 Konstruksi dalam pengerjaan
178.451,87 226.223,68 89.952,12 65.754,18 (20,12)
1.4 Dana Cadangan 41.500,00 0,00 0,00 100.943,86
1.4.1 Dana Cadangan 41.500,00 0,00 0,00 100.943,86
1.5 Aset Lainnya 73.651,14 120.985,61 167.813,50 241.187,75 48,90
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 13
No Uraian 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Pertum (%) audited audited audited audited
1.5.1 Tagihan penjualan angsuran
0,00 1.886,70 1.221,99 893,90
1.5.2 Tuntutan Perbendaharaan 0,00
1.393,33 1.393,33
1.5.3 Tagihan tuntutan ganti
kerugian daerah 0,00 8,37 505,47 640,68
1.5.4 Kemitraan dengan pihak
kedua 0,00 0,00 0,00
1.5.5 Aset tak berwujud 73.651,14 102.546,50 131.501,46 157.681,66 29,13
1.5.6 Aset lainnya 0,00 16.544,05 33.191,25 80.578,17
2 KEWAJIBAN 455.909,91 335.303,06 372.365,20 527.860,89 8,79
2.1 Kewajiban Jangka Pendek 455.909,91 312.848,48 323.456,22 487.627,55 7,59
2.2. Utang Perhitungan Pihak
Ketiga (PFK) 28.908,62 12.018,52 38.881,54 6,23 21,70
2.3. Utang Bunga 85,90 4.233,46 254,06 2.681,58 1.896,60
2.4. Bagian Lancar utang jangka panjang
6.740,63 800,00 8.233,33 10.733,33 290,47
2.5. Utang Belanja 14.939,63 19.915,20 62.514,90
49,07
2.6. Utang Bagi Hasil Pajak 386.315,94 232.252,30 171.766,71 371.828,86 16,85
2.7. Utang Bagi Hasil Bukan Pajak 5.534,83 6.239,27 2.764,39 9.337,78 64,94
2.8. Utang Lain-lain 13.384,36 37.389,73 39.041,28 93.039,77 107,36
2.2. Kewajiban Jangka Panjang
22.454,58 48.908,98 40.233,33
3. EKUITAS DANA 26.423.873,80 28.996.593,67 30.656.294,87 32.094.413,76 6,72
3.1.1 Ekuitas Dana Lancar 1.824.774,60 1.825.332,49 2.248.517,14 1.718.987,91 (0,11)
3.1.2 Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA) 1.930.998,87 1.479.705,85 1.223.913,29 1.153.509,14 (15,47)
3.1.3 Pendapatan yg ditangguhkan 26,76 11.881,59 7.061,34 591,61 14.722,95
3.1.4 Cadangan Piutang 255.251,37 536.639,93 1.164.304,58 937.669,58 69,25
3.1.5 Cadangan Persediaan 65.498,88 95.455,76 98.881,47 114.789,60 21,80
3.1.6 Dana yg hrs disediakan ut pembiayaan utang jangka pendek
(427.001,29) (298.350,63) (245.643,54) (487.572,03) 16,90
3.2. Ekuitas Dana Investasi 26.809.375,09 29.294.944,30 30.901.938,42 32.481.041,92 6,62
3.3. Ekuitas Dana Cadangan 41.500,00
100.943,86
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
26.879.783,71 29.331.896,73 31.028.660,07 32.622.274,64 6,68
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur
Selama kurun waktu 2009-2012, perkembangan jumlah aset
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalami perkembangan yang
meningkat, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 6,68%.
Aset tersebut terdiri atas aset lancar (kas, piutang dan persediaan),
investasi jangka panjang (investasi non permanen dan investasi
permanen), aset tetap (tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, kontruksi dalam
pengerjaan), dana cadangan, aset lainnya (tagihan penjualan angsuran,
tuntutan perbendaharaan, tagihan tuntutan ganti kerugian daerah,
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 14
kemitraan dengan pihak kedua, aset tak berwujud, aset lainnya),
semuanya dipergunakan untuk menunjang kelancaran tugas
pemerintahan.
Kewajiban, baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang,
memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak
ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam
penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di
masa yang akan datang. Kewajiban Pemerintah Provinisi Jawa Timur
dalam kurun waktu 5 tahun (2009-2013) dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 8,79%.
Selanjutnya, tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat
diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara
kelompok/elemen laporan keuangan yang satu dengan kelompok yang
lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio
likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio
lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio).
Sedangkan rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk
menilai kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah
daerah memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh
tempo. Kualitas pengelolaan keuangan daerah dikategorikan baik apabila
nilai rasio lebih dari satu. Rata-rata pertumbuhan rasio keuangan
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 dapat dilihat pada
Tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7 Rata-Rata Pertumbuhan Rasio Keuangan
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012 Rata-rata per
tahun (%)
Rasio Likuiditas
- Rasio lancar (current ratio) 5,00 6,83 7,95 4,53 6,08
- Rasio quick (quick ratio) 4,86 6,53 7,65 4,29 5,83
Rasio Solvabilitas
- Rasio total hutang terhadap total aset
0,02 0,01 0,01 0,02 0,01
- Rasio hutang terhadap modal
0,02 0,01 0,01 0,02 0,01
Rasio Aktivitas
- Rata-rata umur piutang 0,03 0,04 0,07 0,07 0,05
- Rata-rata umur persediaan 0,14 0,22 0,20 0,15 0,18
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 15
Dari Tabel 3.7 terlihat selama tahun 2009-2011 rasio lancar
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan likuiditas Pemerimtah
Provinsi Jawa Timur cukup bagus karena kemampuan membayar
utangnya tinggi. Namun rasio ini mengalami penurunan pada tahun
2012 karena adanya utang bunga yang cukup besar dan utang lainnya
serta utang bagi hasil pajak dan bukan pajak.
Trend quick rasio hampir sama polanya dengan current rasio.
Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2012, tetapi tingginya quick
rasio memberikan jaminan bahwa kemampuan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dalam melunasi utang jangka pendeknya tinggi.
Rasio utang thadap aset serta utang terhadap total modal
menunjukan tingkat leverage Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Nilai
leverage menunjukan kisaran angka dibawah 3%. Hal ini menunjukan
bahwa mayoritas aset Pemerintah Provinsi Jawa Timur didanai dari
modal sendiri. Rendahnya tingkat leverage mengindikasikan bahwa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada kondisi yang kuat.
Secara umum kondisi keuangan yang dicerminkan melalui rasio
neraca dan APBD dapat ditunjukkan sebagai berikut :
1. Rasio Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap APBD
Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan kemampuan
pemerintah provinsi dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
yang telah membayar pajak dan restribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan provinsi.
Tabel 3.8 Rasio Kemandirian Keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2013
(dalam jutaan rupiah)
Tahun PAD Bantuan Pemerintah
Pusat (Dana Perimbangan)
Rasio Kemandirian (2/3*100)
1 2 3 4
2009 5.708.040 2.093.556 272,65
2010 7.275.089 2.445.305 297,51
2011 8.898.617 2.528.086 351,99
2012 9.733.648 3.069.016 317,16
2013* 10.382.698 3.092.884 335,70 Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur
Keterangan: * Tahun 2013 data unaudit
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 16
Dari tabel 3.8. diatas menunjukkan bahwa rasio kemandirian
keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur cukup tinggi. Semakin
tinggi rasio kemandirian mempunyai arti bahwa tingkat
ketergantungan provinsi terhadap bantuan pemerintah pusat
semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Data di atas, meskipun
terjadi perkembangan yang cukup signifikan di tahun 2013,
menunjukkan tingginya rasio kemandirian keuangan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terhadap
Pemerintah Pusat rendah.
2. Rasio Aktivitas/Keserasian
a. Rasio Belanja Pegawai terhadap APBD
Tabel 3.9 Rasio Belanja Pegawai Terhadap APBD
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Total Belanja
Operasi Total Belanja
Rasio Belanja Operasi terhadap APBD (2/3*100)
1 2 3 4
2009 1.075.189 7.602.039 14,14
2010 1.283.592 10.010.008 12,82
2011 1.407.957 11.685.921 12,05
2012 1.486.342 15.311.542 9,71
2013* 1.533.121 16.787.422 9,13
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: * Tahun 2013 data unaudit
Berdasarkan Tabel 3.9. rasio belanja pegawai terhadap APBD
Provinsi Jawa Timur mulai tahun 2009 hingga tahun 2013 cenderung
menurun, yaitu rasio Belanja Operasi terhadap APBD pada tahun
2009 sebesar 14,14%, tahun 2010 sebesar 12,82%, tahun 2011
sebesar 12,05%, pada tahun 2012 9,71%, dan semester I tahun
2013 sebesar 9,13%. Hal ini mengindikasikan bahwa belanja untuk
kepentingan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
proporsinya semakin meningkat.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 17
b. Rasio Belanja Modal terhadap APBD
Tabel 3.10
Rasio Belanja Modal terhadap APBD (dalam jutaan rupiah)
Tahun Total Belanja
Modal Total Belanja
Rasio Belanja Modal terhadap APBD (%)
2009 837.299,99 7.602.038,81 11,01
2010 877.876,93 10.010.008,13 8,77
2011 1.045.361,91 11.685.920,67 8,95
2012 1.057.365,18 15.311.542,33 6,91
2013* 1.175.442,70 16.787.421,60 7,00
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: * Tahun 2013 data unaudit
Rasio Belanja Modal terhadap APBD tahun 2009-2013
proporsinya masih relatif rendah. Hal ini karena Pemerintah Provinsi
Jawa Timur masih mengutamakan belanja untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan dasar masyarakat pendidikan (BOSDA) dan
kesehatan (Jamkesda) dan stimulan bagi UMKM, Petani, serta
bantuan untuk masyarakat miskin (Jalinkesra).
3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN TAHUN 2009 - 2014
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar tercermin
pada kebijakan pendapatan, pembelanjaan serta pembiayaan APBD.
Pengelolaan Keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara
optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah serta
ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
Berdasarkan ketentuan Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah mencantumkan bahwa sumber penerimaan
daerah Provinsi terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari
kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah; (2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh)
Perorangan, Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi
Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi
Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 18
Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana Bantuan
Keuangan. Sedangkan peneriman pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan
Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
A. Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan
penerimaan daerah melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai
peraturan yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan
dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan
intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil
dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4)
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.
Untuk itu, digariskan sejumlah kebijakan yang terkait dengan pengelolaan
pendapatan daerah sebagai berikut.
a. Mengembangkan manajemen pendapatan daerah dengan prinsip
prefosionalitas, efisiensi, transparan, dan bertanggungjawab.
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengembangkan konsep
pelayanan yang berbasis Teknologi Informasi (TI) melalui
menyederhanakan sistem dan prosedure pelayanan serta memberikan
lebih banyak alternative pilihan model layanan kepada masyarakat.
c. Mengembangkan Teknologi Informasi di lingkungan Kantor Bersama
Samsat antara lain SMS Info Samsat, SMS JT, dan SMS Komplain serta
layanan inovatif (E-Samsat) yaitu layanan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) melalui internet banking.
d. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan struktural dan fungsional,
pelatihan etika pelayanan, pelatihan peningkatan pemahaman
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemungutan
pendapatan asli daerah.
e. Mengoptimalkan peran dan kontribusi serta mengelola Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) agar dapat berperan aktif baik dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya maupun sebagai kekuatan
perekonomian daerah.
f. Mengoptimalkan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) melalui
dukungan analisa data baik melalui Asumsi Dasar (AD) maupun Celah
Fiskal (CF).
g. Mengoptimalkan penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui
dukungan analisa data yang diperlukan Pemerintah baik instrument
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 19
umum Indeks Fiskal Netto (IFN) maupun instrument khusus berupa
karateristik wilayah.
h. Mengoptimalkan penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) baik pajak
maupun bukan pajak untuk mencapai keseimbangan fiscal secara
vertikal yang proporsional.
i. Meningkatkan hubungan/kerjasama antar instansi di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan dengan Pemerintah/BUMN dalam
rangka peningkatan penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH).
j. Mengembangkan fasilitas kerjasama dengan kabupaten/kota di bidang
pajak dan retribusi daerah serta lain-lain pendapatan asli daerah yang
sah.
B. Belanja daerah
Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah
dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja yang
dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan.
Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran belanja daerah agar
tetap terarah, efisien dan efektif, maka kebijakan belanja daerah selama
tahun anggaran 2009-2014 sebagai berikut:
a. Pemanfaatan belanja sesuai dengan anggaran berbasis kinerja
(performance based) untuk mendukung capaian target kinerja utama
sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun
2009-2014,
b. Pemanfaatan belanja menganut prinsip akuntabilitas, efektif dan efisien
dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja,
c. Pemanfaatan belanja yang bersifat reguler/rutin diutamakan untuk
memenuhi belanja yang bersifat mengikat antara lain pembayaran gaji
PNS, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 20
operasional kantor dengan prinsip mengedepankan prinsip efisien dan
efektif,
d. Pemanfaatan belanja program khusus dan penanganan isus-isu
strategis yang difokuskan pada fungsi-fungsi pelayanan dasar, stimulasi
ekonomi, pelayanan publik dan dukungan penyelenggaraan
pemerintahan lainya dalam rangka mendukung capaian target kinerja
untama sebagaimana yang ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2014,
e. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja untuk penyelenggaraan urusan
kewenangan Pemerintah Provinsi dan fasilitas bantuan keuangan,
belanja bantuan hibah maupun belanja bantuan sosial untuk urusan
non kewengan Pemerintah Provinsi,
f. Memenuhi ketentuan kebijakan pendampingan terhadap program-
program Pemerintah Pusat sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku,
g. Mengakomodasi aspirasi masyarakat melalui belanja tidak langsung
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah untuk mendukung
stimulasi capaian target kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan
h. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja yang bersumber dari sumber-
sumber pendapatan khusus (DAK, Cukai Hasil Tembakan dan BLUD)
untuk menstimulasi capaian target kinerja utama Pemerintah Provinsi
Jawa Timur sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
C. Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan daerah selama tahun anggaran 2009-2014
adalah sebagi berikut:
1) Kebijakan umum penerimaan pembiayaan diarahkan pada perhitungan
perkiraan sisa lebih (SiLPA) baik berupa pelapauan pendapatan atas
dasar peningkatan kinerja maupun sisa belanja atas asumsi terjadinya
efisiensi belanja,
2) Kebijakan umum pengeluaran pembiayaan diarahkan pada optimalisasi
pemanfaatan pengeluaran pembiayaan dalam rangka tambahan modal
BUMD,
3) Defisit APBD direncanakan akan diatasi melalui selisih antara proyeksi
penerimaan pembiayaan dengan rencana pengeluaran pembiayaan.
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Kebijakan belanja daerah Provinsi Jawa Timur pada periode
tahun anggaran sebelumnya digunakan sebagai bahan untuk
menentukan kebijakan pembelanjaan dimasa datang dalam rangka
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 21
peningkatan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Gambaran
tentang belanja daerah yang disajikan secara series menginformasikan
mengenai tingkat realisasi belanja Provinsi Jawa Timur sebagaimana
tertuang pada tabel 3.11 sebagai berikut :
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 22
Tabel 3.11.
Proporsi Realisasi Belanja Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013
(dalam jutaan rupiah)
NO URAIAN
2009 2010 2011 2012 2013
RATA-RATA REALISASI
%
REALISASI
%
REALISASI
%
REALISASI
%
REALISASI
% (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) %
BELANJA 7.601.352 100,0
0 10.010.008 100,0
0 11.685.921 100,0
0 15.311.542 100,0
0 16.787.422 100,0
0 100,00
A
.
BELANJA TIDAK
LANGSUNG 4.318.213 56,81 5.869.746 58,64 6.589.868 56,39 9.633.571 62,92 10.601.240 63,15 59,58 1
. Belanja Pegawai 1.075.189 1.283.592 1.407.957 1.486.342 1.533.121
2
. Belanja Hibah 540.817 682.407 1.121.555 3.865.451 4.901.951
3. Belanja bantuan sosial 72.471 47.628 99.096 44.990 32.555
4. Belanja Bunga 296 168 4.422 6.036 5.109
5.
Belanja Bagi Hasil kpd
Provinsi/kab/ Kota/Pemerintah Desa 1.883.301 2.326.860 2.674.049 2.702.288 3.081.718
6.
Belanja Bantuan Keuangan kpd
Provinsi/kab/ Kota/Pemerintah Desa 746.138 1.503.834 1.237.765 1.477.432 986.233
belanja Tidak Terduga 0 25.257 45.023 51.032 60.552
B BELANJA LANGSUNG 3.283.140 43,19 4.140.262 41,36 5.096.053 43,61 5.677.971 37,08 6.186.182 36,85 40,42 1
. Belanja Pegawai 483.187 668.598 895.166 1.019.269 1.164.943
2
. Belanja Barang dan Jasa 1.962.653 2.593.788 3.155.525 3.601.337 3.845.796
3. Belanja Modal 837.300 877.877 1.045.362 1.057.365 1.175.443
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan:*realisasi sampai dengan semester I
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 23
Berdasarkan tabel 3.11, diperoleh gambaran bahwa proporsi realisasi
Belanja Tidak Langsung lebih besar dibanding realisasi Belanja Langsung,
namun didalam komponen tidak langsung didominasi oleh belanja bagi hasil
kepada Kabupaten/Kota yang merupakan instrumen dana perimbangan dari
Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota dan belanja
bantuan keuangan sebagai instrumen bagi Pemerintah Provinsi untuk
membantu Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
kewenangannya sesuai dengan prioritas pembangunan Daerah Provinsi serta
mengurangi disparitas wilayah.
3.2.2. Analisis Pembiayaan
Pembiayaan Daerah merupakan transaksi keuangan yang
dimaksudkan untuk menutupi selisih antara Pendapatan dan Belanja
Daerah. Adapun pembiayaan tersebut bersumber dari sisa lebih
perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan,
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan
piutang daerah.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup: sisa lebih
perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA); pencairan
dana cadangan; hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
penerimaan pinjaman daerah; penerimaan kembali pemberian pinjaman;
dan penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup: pembentukan dana
cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;
pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman
daerah.Perkembangan Pembiayaan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Timur sebagaimana tabel berikut.
Pembiayaan daerah, digunakan untuk menutup adanya defisit
anggaran. Perkembangan defisit anggaran Pemerintah Provinsi Jawa
Timur dalam kurun tahun 2009-2013 dapat digambarkan pada Tabel di
bawah.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 24
Tabel 3.12
Perkembangan Defisit Riil Anggaran Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013
(dalam jutaan rupiah)
Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 *
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Realisasi Pendapatan Daerah
7.827.694,82 9.777.104,16 11.493.375,58 15.551.059,77 17.390.237,95
Belanja Daerah 7.602.038,81 10.010.008,13 11.685.920,67 15.311.542,33 16.787.421,60
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
355.903,66 287.643,63 148.325,00 445.483,33 540.833,33
Defisit riil (130.247,66) (520.547,60) (340.870,09) (205.965,90) 61.983,02
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Dari tabel 3.12 tersebut, terlihat bahwa terdapat defisit riil
anggaranselama tahun 2009-2012 yang cenderung menurun. tahun 2009
defisit riil anggaran sebesar (Rp. 130,2 Milyar),tahun 2010 meningkat
menjadi sebesar (Rp 520,5 Milyar), namun tahun 2011-2012 mengalami
penurunan yaitu tahun 2011 menurun menjadi (Rp 340,8 Milyar) dan
tahun 2012 menurun lagi menjadi (Rp 205,9 Milyar), sedangkan pada
tahun 2013 mengalami surplus Rp Rp 61,9 Milyar.
Untuk menutupi defisit anggaran tersebut dilakukan optimalisasi
pembiayaan melalui realisasi Penerimaan Pembiayaan dan realisasi
Pengeluaran Pembiayaan sebagaimanatabel berikut.
Tabel 3.13
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
No. Uraian
Proporsi dari total defisit riil
2009 2010 2011 2012 2013 *
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya
2.061.246,53 1.930.998,87 1.479.695,65 1.223.913,29 1.153.509,14
2. Pencairan Dana Cadangan
0 41.500,00 0 0 600.000,00
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan
227.446,23 243.826,83 365.149,16 352.899,91 0
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
0 23.254,58 34.687,76 2.057,69 0
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
0 4.500,00 50.400,00 133.504,06 0
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 25
Tabel 3.14 Defisit Riil dan Penutup Defisit Riil Anggaran
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
2009 2010 2011 2012 2013*
NO Uraian Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp) Realisasi (Rp)
1 PENDAPATAN DAERAH 7.827.695,00 9.777.104,00 11.493.376,00 15.551.060,00 17.390.237,95
2 BELANJA DAERAH 7.602.039,00 10.010.008,00 11.685.921,00 15.311.542,00 16.787.421,60
3 Pengeluaran Pembiayaan Daerah
355.903,66 287.643,63 148.325,00 445.483,33 540.833,33
A. Defisit Riil (130.247,66) (520.547,63) (340.870,00) (205.965,33) 602.816,36
Ditutup oleh realisasi Penerimaan Pembiayaan :
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA)
2.061.246,53 1.930.998,87 1.479.695,65 1.223.913,29 152.617,18
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan 0,00 41.500,00 0,00 0,00 600.000,00
3.1.3 Penerimaan Pinjaman Daerah 0,00 23.254,58 34.687,76 2.057,69 0,00
3.1.4 Penyertaan Modal (Investasi
Daerah) 0,00 4.500,00 50.400,00 133.504,06 0,00
B. Total Realisasi Penerimaan 2.061.246,53 2.000.253,45 1.564.783,41 1.359.475,04 752.617,18
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 1.930.998,87 1.479.705,82 1.223.913,41 1.153.509,71 1.815.492,17
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: *) data unaudit
Sedangkan perkembangan realisasi sisa lebih perhitungan
anggaran pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur pada kurun waktu
2009 – 2013 dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut.
Tabel 3.15
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013
(dalam jutaan rupiah)
No. Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 * Rata-rata Pert
(%) Rp
% dari
SiLPA
Rp %
dari
SiLPA
Rp %
dari
SiLPA
Rp %
dari
SiLPA
Rp %
dari
SiLPA
1. Jumlah SiLPA 2.061.246,53 100 1.930.998,87 100 1.479.695,65 100 1.223.913,29 100 1.153.509,14 100
a. Pelampauan penerimaan PAD
1.078.844,39 52,34 898.198,24 46,51 426.430,18 28,82 198.277,94 16,2 0,00
b.
Pelampauan
penerimaan dana perimbangan
44.116,00 2,14 33.067,16 1,71 115.518,09 7,81 236.993,73 19,36 0,00
c.
Pelampauan penerimaan lain-
lain pendapatan daerah yang sah
12.812,07 0,62 8.535,12 0,44 6.062,10 0,41 -128.035,59 -10,46 0,00
d. Sisa penghematan belanja atau
akibat lainnya
793.126,41 38,48 498.095,03 25,79 619.870,81 41,89 845.769,01 69,1 0,00
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: * realisasi sampai dengan semester I
Dari tabel 3.15 di atas terlihat bahwa selama 5 tahun terakhir (2009-
2013), sebagai tahun rujukan yang dijadikan bahan laporan keuangan
pemerintah daerah, adanya kecenderungan peningkatan SiLPA (Sisa
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 26
Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) pada setiap tahunnya. Berdasarkan
ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kondisi ini,
sumber terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan
pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan
lanjutan.
Dari 4 (empat) item SiLPA pada tabel diatas terdapat 2 item yang
secara signifikan berkontribusi terhadap bertambahnya penerimaan
SiLPA selama tahun 2009-2013, yakni dari : Pelampauan penerimaan
PAD dan Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya.
Di masa mendatang diharapakan SiLPA harus semakin menurun,
karena dengan semakin menurunnnya SiLPA merupakan salah satu
indikasi semakin sinergisnya antara perencanaan dengan penganggaran.
Selain itu semakin besar dana yang dikeluarkan untuk pembangunan
maka akan memiliki multiplier effect yang besar bagi perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Jawa Timur.
Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat
Realisasi pengeluaran wajib dan mengikat dilakukan untuk
menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan
yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar dalam suatu tahun
anggaran.
Gambaran tentang realisasi pengeluaran wajib dan mengikat
Provinsi Jawa Timur pada 5 (lima) tahun terakhir, tertuang pada tabel
3.16 sebagai berikut :
Tabel 3.16 Realisasi Belanja Wajib dan Mengikat
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 (dalam jutaan rupiah)
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 * Rata-rata
Pertumbuhan (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
A Belanja Tidak Langsung
3.378.300 4.190.234 5.051.233 7.878.215 9.346.686 29,80
1 Belanja Gaji dan Tunjangan
843.370 898.471 977.187 1.018.279 1.050.004 5,65
2 Belanja Insentif Pemungutan
93.038 238.608 206.237 210.762 232.145 38,81
3 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta
16.792 18.463 22.760 24.367 15.208 0,67
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 27
No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 * Rata-rata
Pertumbuhan (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Operasional KDH/WKDH
4 Belanja Bunga 296 168 4.422 6.036 5.109 628,98
5 Belanja bagi hasil 1.883.301 2.326.860 2.674.049 2.702.288 3.081.718 13,39
6 Belanja Hibah (BOS) 540.817 682.407 1.121.555 3.865.451 4.901.951 90,50
7 Belanja Tidak Terduga
687 25.257 45.023 51.032 60.552 922,18
B Belanja Langsung 777.289 1.469.273 2.025.764 1.855.064 2.837.481 42,86
1 Belanja Operasiona Pelayanan (Rutin)
483.187 668.598 895.166 1.019.269 1.164.943 25,10
2 Belanja Pilgub 0 0 0 0 804.633
3 Belanja BLUD 294.102 800.675 1.130.598 835.795 867.905 47,80
C Pembiayaan Pengeluaran
5.312 6.741 800 108.233 510.733 3.434,95
1 Pembentukan Dana Cadangan
0 0 0 100.000 500.000
2 Pembayaran Pokok Utang
5.312 6.741 800 8.233 10.733 224,58
TOTAL (A+B+C) 4.160.900 5.666.248 7.077.797 9.841.512 12.694.901 32,28
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur Keterangan: * data unaudit
Selama periode tahun 2009-2013, rata-rata pertumbuhan belanja
wajib dan mengikat adalah 32,28% per tahun. Hal ini menunjukkan
alokasi belanja untuk memenuhi belanja wajib dan mengikat cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan tuntutan peningkatan kualitas
pelayanan publik yang harus dipenuhi.
3.3. KERANGKA PENDANAAN
Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas
total keuangan daerah, yang akan dialokasikan untuk mendanai
belanja/pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama dan
program-program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun
ke depan serta alokasi untuk belanja daerah dan pengeluaran daerah lainnya.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh
penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan ke pos-
pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan.
Suatu kapasitas keuangan daerah adalah total pendapatan dan
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan Kewajiban kepada pihak ketiga
sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan dan Kegiatan lanjutan yang akan
didanai pada tahun anggaran berikutnya.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 28
Proyeksi Lima Tahun kedepan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Daerah dapat dilihat pada tabel 3.17 berikut.
Tabel 3.17 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014-2019
(dalam jutaan rupiah)
No. Uraian
Proyeksi Rata2
Pertumbuhan per tahun (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
I. Pendapatan 19.284.161 20.691.379 22.145.386 23.708.869 25.285.660 26.873.822 6,86
A. PAD 12.993.948 14.482.996 15.886.046 17.397.553 18.921.328 20.455.413 9,51
A.1 Pajak Daerah 11.175.000 12.541.000 13.807.000 15.173.000 16.539.000 17.905.000 9,89
A.2 Retribusi daerah
105.270 104.823 109.042 111.657 115.697 118.360 2,38
A.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yg Dipisahkan
339.968 353.566 367.709 382.417 397.714 413.623 4,00
A.4 Lain-lain PAD yang sah
1.373.710 1.483.607 1.602.295 1.730.479 1.868.917 2.018.430 8,00
B. Dana Perimbangan
3.459.731 3.407.813 3.458.770 3.510.746 3.563.762 3.617.838 0,90
B.1 Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak
1.491.307 1.503.934 1.516.813 1.529.950 1.543.350 1.557.018 0,87
B.2 Dana alokasi umum
1.866.548 1.903.879 1.941.957 1.980.796 2.020.412 2.060.820 2,00
B.3 Dana alokasi khusus
101.876 - - - - -
C. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
2.830.482 2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 2.800.570 -0,21
C.1 Hibah 30.812 23.150 23.150 23.150 23.150 23.150 -4,97
C.2 Dana penyesuaian dan otonomi khusus
2.799.670 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 -0,16
D. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)
- - - - 600.000 -
E. SiLPA 813.991 838.410 863.563 889.470 916.154 943.638 3,00
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 29
F. Total Penerimaan
20.098.151 21.529.790 23.008.949 24.598.339 26.801.814 27.817.460 6,73
G. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
11.979.160 12.339.710 13.133.664 13.979.560 14.446.558 15.236.270 4,94
H. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
8.118.992 9.190.080 9.875.284 10.618.779 12.355.256 12.581.190 9,27
Sumber Data : - BPKAD Provinsi jatim, Point = A.4, B. (1,2,3), C.1, C.4, E, G, H. - Dipenda Provinsi Jatim, Point = I.A.1, A.2 , C.1. - Biro Adm. Perekonomian Setdaprov Jatim, Point = A.3.
3.3.1. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah
Dari Tabel 3.17 di atas diproyeksikan bahwa kapasitas kemampuan
keuangan daerah Pemerintah provinsi Jawa Timur untuk 5 Tahun ke
depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 2014-2019, Pendapatan
Asli Daerah diproyeksikan meningkat rata-rata 9,73% per tahun, dengan
asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,75–7,59 persen per tahun,
inflasi rata–rata 4,5–6 % per tahun. Dengan meningkatnya perekonomian
yang diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi, maka potensi obyek
pajak dan retribusi akan meningkat.
Untuk mencapai pendapatan daerah sebagaimana yang diproyeksikan
pada Tabel 3.17 kebijakan pengelolaan pendapatan daerah diarahkan
pada :
1. Memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan
Pendapatan Daerah.
2. Meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan
ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek
legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan
kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip
akuntabilitas dan transparansi.
3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah
dengan Pemerintah Pusat, SKPD Penghasil, Kabupaten dan Kota, serta
POLRI.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 30
4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya
peningkatkan kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan
Daerah.
5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
daerah.
6. Meningkatkan peran dan fungsi UPT dan Balai Penghasil dalam
peningkatan pelayanan dan pendapatan.
7. Meningkatkan pengelolaan asset dan keuangan daerah.
8. Meningkatkan kinerja pendapatan daerah melalui penyempurnaan
sistem administrasi dan efisiensi penggunaan anggaran daerah.
9. Meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat melalui penataan
organisasi dan tata kerja, pengembangan sumber daya pegawai yang
profesional dan bermoral, serta pengembangan sarana dan fasilitas
pelayanan prima dan melaksanakan terobosan untuk peningkatan
pelayanan masyarakat.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang merupakan
revisi dari UU No. 34 Tahun 2000, jenis pendapatan asli daerah
terdapat beberapa perubahan, yaitu: jenis pajak daerah menjadi 5 jenis
meliputi Pajak Kendaraan Bermotor, BBNKB, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Pemanfaatan Air Permukaan, dan Pajak
Rokok. Sedangkan untuk Retribusi Daerah telah ditentukan secara jelas
jenis retribusi yang dapat dipungut. Jenis retribusi yang telah
dilaksanakan saat ini, masih tetap berlaku, bahkan memungkinkan
untuk lebih dikembangkan sesuai dengan peraturan dan kewenangan.
Untuk Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah, sesuai dengan Undang-
Undang tersebut mulai Tahun 2011 diserahkan pengelolaannya oleh
Kabupaten/Kota.
Pendapatan daerah yang berasal dari dana perimbangan,
khususnya dari dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, kebijakan
diarahkan pada optimalisasi dan revitalisasi sumber – sumber obyek
pajak dan peningkatan pengelolaan sumberdaya alam dengan
mengindahkan keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 31
3.3.2. Kebijakan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja
daerah disusun melalui pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Kebijakan ini
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta
menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam
program dan kegiatan. Dalam rangka mengatur penggunaan anggaran
belanja daerah agar tetap terarah, efisien dan efektif, maka arah
kebijakan belanja daerah tahun anggaran 2014-2019 sebagai berikut :
1. Pengelolaan belanja daerah sesuai dengan anggaran berbasis kinerja
(performance based) untuk mendukung capaian target kinerja utama
sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun
2014-2019 dengan menganut prinsip akuntabilitas, efektif dan efisien
dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja;
2. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-
undangan;
3. Pemanfaatan belanja yang bersifat reguler/rutin diutamakan untuk
memenuhi belanja yang bersifat mengikat antara lain pembayaran gaji
PNS, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja
operasional kantor dengan prinsip mengedepankan prinsip efisien dan
efektif;
4. Stimulus belanja untuk pengembangan infrastruktur pedesaan;
5. Mengoptimalkan pemanfaatan belanja untuk penyelenggaraan urusan
kewenangan Pemerintah Provinsi dan fasilitas bantuan keuangan,
belanja bantuan hibah maupun belanja bantuan sosial untuk urusan
non kewengan Pemerintah Provinsi.
Berdasarkan proyeksi kapasitas kemampuan keuangan daerah,
selanjutnya ditetapkan kebijakan alokasi dari kapasitas kemampuan
keuangan daerah tersebut kedalam 3 Kelompok Prioritas, yaitu Prioritas I,
Prioritas II dan Prioritas III. Adapun ketentuan prioritas anggaran sebagai
berikut :
Prioritas I, dialokasikan untuk mendanai Pengeluaran Wajib dan
Mengikat serta Prioritas Utama. Belanja periodik yang wajib dan mengikat
adalah pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda
pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh Pemerintah Daerah seperti
gaji dan tunjangan pegawai serta Belanja Penerimaan Anggota dan
Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH, belanja bunga, belanja
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 32
bagi hasil dengan Kab/Kota, belanja hibah pendidikan (BOS), belanja
tidak terduga, belanja operasional rutin, belanja operasional BLUD dan
belanja untuk penyelenggaraan Pemilihan Gubernur di tahun 2018 serta
pengeluaran pembiayaan untuk pembayaran pokok utang dan
pembentukan dana cadangan. Pengeluaran wajib dan mengikat untuk 5
tahun mendatang dapat dilihat pada tabel 3.18 berikut :
Tabel 3.18 Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 - 2019
(dalam jutaan rupiah)
No. Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Rata2
Pertumbuhan per tahun (%)
A Belanja Tidak Langsung 9.863.003 10.131.482 10.801.088 11.521.904 13.163.071 13.026.176 5,84
1 Belanja Gaji dan Tunjangan
1.662.622 1.828.884 2.011.772 2.212.949 2.434.244 2.677.669 10,00
2 Belanja Insentif Pemungutan
296.408 337.375 375.481 416.540 457.641 498.701 10,98
3
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH
19.491 21.724 23.829 26.096 28.382 30.683 9,51
4 Belanja Bunga 4.175 - - - - -
5 Belanja bagi hasil dengan Kab / Kota
5.038.837 5.066.079 5.512.585 5.988.899 6.465.384 6.941.703 6,66
6 Belanja Hibah (BOS) 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 2.777.420 0,00
7 Belanja Hibah (Pilgub)
- - - - 900.000 -
8 Belanja Tidak Terduga
64.050 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 11,23
B Belanja Langsung 2.105.424 2.108.228 2.132.576 2.157.656 2.183.487 2.210.094 3,41
1 Belanja Operasional Pelayanan (Rutin)
787.983 811.623 835.972 861.051 886.882 913.489 3,00
2 Belanja BLUD 1.185.652 1.296.605 1.296.605 1.296.605 1.296.605 1.296.605 1,87
3 Belanja DID 22.250 - - - - -
4 Belanja DAK 101.876 - - - - -
5 Belanja WISMP 7.662 - - - - -
C Pembiayaan Pengeluaran 10.733 100.000 200.000 300.000 - -
1 Pembentukan Dana Cadangan
- 100.000 200.000 300.000 - -
2 Pembayaran Pokok Utang
10.733 - - - - -
TOTAL (A+B+C) 11.979.160 12.339.710 13.133.664 13.979.560 15.346.558 15.236.270 4,99
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 33
Prioritas II, dialokasikan untuk pendanaan program prioritas dalam
rangka pencapaian visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur 2014-2019,
yaitu “Jawa Timur Lebih Sejahtera, Berakhlak, Berkeadilan, Mandiri dan
Berdaya Saing”. Di samping itu, prioritas II juga diperuntukkan bagi
prioritas belanja yang wajib sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan serta program prioritas dalam rangka
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah yang paling berdampak
luas pada masing-masing segementasi masyarakat yang dilayani sesuai
dengan prioritas dan permasalahan yang dihadapi berhubungan dengan
layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD.
Kebijakan alokasi anggaran untuk prioritas II diarahkan pada :
a) Sektor-sektor peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,
fasilitas sosial dan fasilitas umum yang berkualitas, serta
mengembangkan sistem jaminan sosial, terutama bagi masyarakat
miskin.
b) Pembangunan infrastruktur pedesaan yang mendukung pembangunan
sektor pertanian, dan pencegahan terhadap bencana alam, serta
sekaligus yang dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan.
c) Peningkatan kesejahteraan masyarakat, penanganan kemiskinan dan
peningkatan ketahanan pangan melalui revitalisasi sektor pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan, penguatan
struktur ekonomi pedesaan berbasis potensi lokal, pemberdayaan
koperasi dan UMKM, serta dukungan infrastruktur pedesaan.
d) Menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan diarahkan pada
kegiatan-kegiatan pengurangan pencemaran lingkungan, mitigasi
bencana, pengendalian alih fungsi lahan dan pengendalian eksploitasi
yang berlebihan terhadap sumber daya alam.
Prioritas III, merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk alokasi
belanja-belanja untuk memenuhi ketentuan kebijakan pendampingan
terhadap program-program Pemerintah Pusat sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku dan belanja tidak langsung yang dilakukan
dengan prinsip pengembangan Kemitraan Pembiayaan antara Pemerintah
Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten/Kota melalui pendekatan
sektoral dan spasial, yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Mengalokasikan belanja subsidi yang digunakan untuk
menganggarkan bantuan biaya produksi/distribusi kepada
perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi dan jasa yang
dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak;
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 34
b) Mengalokasikan belanja bantuan sosial yang digunakan untuk
menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau
barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
c) Mengalokasikan belanja hibah yang digunakan untuk menganggarkan
pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada
pemerintah daerah, dan kelompok masyarakat perorangan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya;
d) Mengalokasikan belanja bantuan keuangan kepada kabupaten dan
kota dan Pemerintah Desa yang digunakan untuk menganggarkan
bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari Provinsi
kepada kabupaten dan kota, pemerintah desa, dan kepada
pemerintah daerah lainnya. Belanja bantuan keuangan kepada
kabupaten dan kota dan Pemerintah Desa diarahkan dalam rangka
mendukung Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan uraian di atas, maka alokasi kapasitas keuangan daerah
menurut kelompok prioritas disajikan melalui tabel 3.19 sebagai beirkut:
Tabel 3.19 Rencana Alokasi Kapasitas Keuangan Daerah Menurut Kelompok Prioritas
Tahun 2015 s/d 2019 (Juta Rupiah)
NO URAIAN Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
I PRIORITAS I 12.339.710 57,31 13.133.664 57,08 13.979.560 56,83 15.346.558 55,40 15.236.270 54,77
I.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
10.131.482 10.801.088 11.521.904 12.263.071 13.026.176
I.2 BELANJA LANGSUNG 2.108.228 2.132.576 2.157.656 3.083.487 2.210.094
I.3 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
100.000 200.000 300.000 0 0
II PRIORITAS II 9.040.080 41,99 9.725.284 42,27 10.468.779 42,56 12.205.256 44,06 12.431.190 44,69
II.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
3.581.519 3.616.191 3.654.263 4.596.003 3.741.699
II.2 BELANJA LANGSUNG 5.458.561 6.109.094 6.814.516 7.609.253 8.689.492
III PRIORITAS III 150.000 0,70 150.000 0,65 150.000 0,61 150.000 0,54 150.000 0,54
III.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000
III.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
IV JUMLAH 21.529.790 23.008.949 24.598.339 27.701.814 27.817.460
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur, Data Diolah
Secara keseluruhan kerangka pendanaan pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2015-2019 disajikan pada tabel berikut ini:
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 35
Tabel 3.21 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 - 2019 (Juta Rupiah)
No. Uraian Proyeksi
Rata2 Pertumbuhan per tahun (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Belanja Tidak Langsung
3.600.000 3.631.519 3.633.725 3.636.086 3.638.613 3.641.315 0,29
A.1 Belanja Hibah 1.750.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000 1.750.000 0,00
A.2 Belanja Bantuan Sosial
50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 0,00
A.3 Bantuan Keuangan Kab/Kota/Desa 1.800.000 1.831.519 1.833.725 1.836.086 1.838.612 1.841.315 0,57
B. Belanja Langsung 4.548.705 5.597.612 6.248.145 6.953.567 7.748.303 8.828.542 17,84
B.1 Belanja Prioritas Pembangunan 2.335.647 2.658.318 2.883.392 3.132.115 3.287.938 4.087.826 15,05
B.2 Belanja Mengikat bersumber dari DBHCHT
435.736 343.406. 343.406. 343.406 343.406 343.406
B.3 Belanja Mengikat bersumber dari Pajak Rokok (50% pajak rokok)
217.500 217.500 217.500 217.500 217.500 217.500 0,00
B.4 Belanja Mengikat bersumber dari DAK
101.876 101.876 101.876 101.876 101.876 101.876 0,00
B.5 Belanja Mengikat bersumber dari DID
22.250 22.250 22.250 22.250 22.250 22.250 0,00
B.6 Belanja Mengikat bersumber dari WISMP
7.662 - - - - -
B.7 Belanja Fungsi Pendidikan (20%)
949.988 1.563.363 1.859.195 2.177.073 2.617.768 2.820.897 32,15
B.8
Belanja Fungsi Kesehatan (10%x total belanja daerah - total gaji pegawai)
478.046 690.898 820.525 959.347 1.157.565 1.234.786 26,88
C. Pengeluaran Pembiayaan 152.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
C.1 Penyertaan Modal dan Dagulir
152.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
F. Total Belanja 8.300.705 9.329.131 9.981.870 10.689.653 11.486.916 12.569.858 10,84
Sumber : BPKAD Provinsi Jawa Timur, Data Diolah
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 36
3.3.3. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan daerah, dari aspek penerimaannya akan
diarahkan untuk meningkatkan akurasi pembiayaan yang bersumber dari
sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA), pencairan dana
cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan
pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan
penerimaan piutang daerah.
SiLPA tahun 2015-2019 diproyeksikan sebesar tumbuh rata-rata per
tahun sebesar 3% dengan tahun dasar 2014, namun demikian tahun-
tahun mendatang proses perencanaan dan penganggaran diharapkan
akan menjadi lebih baik dan sistem pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan sudah berjalan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan atau dengan asumsi bahwa
SilPA harus mampu menutup defisit anggaran yaitu maksimal 6% dari
total APBD.
Terkait dengan pinjaman daerah, Pemerintah Pusat telah membuka
kesempatan bagi pemerintah daerah yang memenuhi persyaratan, untuk
melakukan pinjaman sebagai salah satu instrumen pendanaan
pembangunan daerah. Hal ini bertujuan untuk mempercepat
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Namun demikian, mengingat adanya konsekuensi kewajiban
yang harus dibayar atas pelaksanaan pinjaman pemerintah daerah
dimaksud, seperti angsuran pokok, biaya bunga, denda, dan biaya
lainnya, pemerintah daerah akan terus mengedepankan prinsip kehati-
hatian (prudential management), profesional, dan tepat guna dalam
penggunaan potensi pinjaman daerah tersebut agar tidak menimbulkan
dampak negatif bagi keuangan daerah.
Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk
menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang bersumber dari
masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber
pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk mendanai investasi
sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat
bagi masyarakat.
Pada aspek pengeluaran pembiayaan, sebagai pengeluaran yang
akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, akan mencakup:
pembentukan dana cadangan; penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian pinjaman daerah.
Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
BAB III - 37
Untuk itu kebijakan pengeluaran pembiayaannya meliputi : Pengeluaran
pembiayaan direncanakan untuk pembayaran hutang pokok yang jatuh
tempo, penyertaan modal BUMD disertai dengan revitalisasi dan
restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah
yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan
termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD, dan Dana Bergulir (Kredit
Program).