View
217
Download
0
Embed Size (px)
7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah
1/29
1
Kegiatan Belajar pertama
KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH DAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
1. Pengertian dan definisi Keuangan Negara
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek,
subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik
berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek
sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara.
Undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 2 memerinci keuangan Negara menjadi item
yang meliputi hak Negara, kewajiban Negara, peneriman negara, pengeluaran negara, penerimaan
daerah, pengeluaran daerah, kekayaan Negara, kekayaan fihak lain.
2. Pengertian Keuangan Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri 21 tahun 2011,
Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Ruang lingkup keuangan daerah berdasarkan Permendagri nomor 13 tahun 2006 meliputi :
(a). hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman; (b)
kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak
ketiga; (c). penerimaan daerah; (d). pengeluaran daerah; (e). kekayaan daerah yang dikelola sendiri
atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang serta hak hak lain yang dapat
7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah
2/29
2
dinilai uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan (f) kekayaan pihak
lain yang dikuasai pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah
dan atau kepentingan umum.
a. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Berdasarkan peraturan perundang-undangan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis
Pajak provinsi terdiri atas: (a) Pajak Kendaraan Bermotor; (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
(c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (d) Pajak Air Permukaan; dan (e) Pajak Rokok.
Sementara itu pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten/Kota meliputi : (a) Pajak Hotel; (b)
Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan; (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Penerangan Jalan; (f) Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan; (g) Pajak Parkir; (h) Pajak Air Tanah; (i) Pajak Sarang Burung
Walet; (j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan.
Disamping memiliki kewenangan untuk memungut pajak, daerah juga dapat memungut
rertibusi. Retrebusi yang dipungut meliputi retribusi jasa umum, Retribusi jasa usaha dan Retribusi
Perijinan tertentu. Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa
Umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Retribusi
yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu.
Pasal 110 UU 28 / 2009, menetapkan jenis Retribusi Jasa Umum, adalah :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah
3/29
3
Pasal 139 UU 28 tahun 2009 menetapkan Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang
pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib
Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundangundangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Jasa Usaha.
Untuk Retribusi Perizinan Tertentu, menurut Pasal 140 UU 28 / 2009, Objek Retribusi
Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi
Perizinan Tertentu menurut UU 28 tahun 2009, Pasal 141 adalah :
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.
b. Kewajiban Daerah
Daerah memiliki kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerahdan membayar tagihan pihak ketiga. Kewajiban daerah untuk melakukan urusan pemerintahan
merupakan bagian dari keuangan daerah. Disamping itu jika daerah mengadakan barang atau jasa,
maka kegiatan pengadaan barang dan atau jasa tersebut akan berakibat timbulnya kewajiban untuk
membayar harga dari barang dan atau jasa yang diperoleh tersebut.
c. Penerimaan Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri nomor 21
yahun 2011 pasal 1 angka 48 menayatakan bahwa Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke
kas daerah. Uang masuk ke kas Negara dapat berasal dari pendapatan daerah atau berasal dari
kegiatan pembiayaan misalkan menarik pinjaman. Mengalirnya uang ke kas daerah juga dapat
berasal dari potongan iuran pensiun pegawai negeri yang nantinya harus disetorkan ke perusahaan
pengelola pensiun pegawai negeri.
d. Pengeluaran Daerah
Permendagri 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri nomor 21
tahun 2011 pasal 1 angka 48 menayatakan bahwa Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari
kas daerah. Pengeluaran dari Kas daerah dapat terjadi untuk pembayaran belanja, pengeluaran
pembiayaan misalkan untuk membayar angsuran pokok hutang, atau untuk membentuk cadangan.
Uang juga dapat keluar dari kas daerah untuk menyetorkan PPh pasal 21 yang telah dipotong dari
7/29/2019 Pokok-Pokok Keuangan Negera Dan Keuangan Daerah
4/29
4
pegawai negeri daerah, pembayaran iuran tabungan pensiun ke perusahaan penyelenggara pensiun
pegawai negeri daerah, pembayaran iuran askes dan sebagainya.
e. Kekayaan Daerah yang dikelola sendiri dan dikelola oleh fihak lain
Aset Daerah dapat dikelola sendiri oleh Pemerintah Daerah. Tetapi dapat juga pengelolaan
sebagian dari asset daerah dilakukan oleh pihak lain. Misalkan Kabupaten Cilacap bersama dengan
Ditjen Dikti Depdiknas telah mendirikan Politeknik yang pengelolaannya dilakukan oleh Yayasan.
Maka asset daerah yang tertanam dalam Politeknik tersebut merupakan bagian dari keuangan
daerah.
f. Kekayaan fihak lain yang dikuasai daerah.
Potongan iuran askes, iuran pension pegawai negeri yang sementara ada di kas daerah
merupakan bagian dari keuangan daerah.
3. Visi dan Misi Daerah
Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel,
efisien dan efektif di bidang perencanaan pembangunan, diperlukan adanya tahapan, tata cara
penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan. Penyusunan Rencana
Pembangunan mengacu pada UU no 25 tahun 2004 dan PP nomor 8 tahun 2008. Sesuai dengan UU
nomor 25 tahun 2004, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Sementara itu pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Untuk melakukan pembangunan tersebut
diperlukan suatu sistem yang disebut Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sesuai dengan
UU no 25 tahun 2004 pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu
kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam