52
BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk Kerjasama Modal Dalam era globalisasi atau lebih sering dikenal dengan era liberalisasi perdagangan dan investasi, kehadiran bentuk kerjasama dalam menjalankan suatu usaha sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan untuk kelanggengan dan kelangsungan suatu usaha. Perkembangan kerjasama pihak asing dengan negara Indonesia baik dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta pada akhir-akhir ini berkembang pesat, perkembangan bentuk kerjasama ini bukan lagi terbatas pada bentuk kerjasama dagang akan tetapi telah berkembang dalam bentuk penanaman modal, baik untuk sektor jasa, perdagangan dan sektor industri. Hal ini tidaklah terlepas dari usaha-usaha pemerintah dalam rangka memperpendek jarak antara negara-negara sedang berkembang, khususnya Indonesia dengan negara-negara yang sudah maju lainnya. 37 37 Hulman Panjaitan & Anner Mangatur Sianipar, op cit, hal.130-131. Universitas Sumatera Utara

BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

BAB III

KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN

MODAL PERUSAHAAN

A. Bentuk- Bentuk Kerjasama Modal

Dalam era globalisasi atau lebih sering dikenal dengan era liberalisasi

perdagangan dan investasi, kehadiran bentuk kerjasama dalam menjalankan suatu

usaha sangat dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan untuk kelanggengan dan

kelangsungan suatu usaha.

Perkembangan kerjasama pihak asing dengan negara Indonesia baik

dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta pada akhir-akhir ini

berkembang pesat, perkembangan bentuk kerjasama ini bukan lagi terbatas pada

bentuk kerjasama dagang akan tetapi telah berkembang dalam bentuk penanaman

modal, baik untuk sektor jasa, perdagangan dan sektor industri. Hal ini tidaklah

terlepas dari usaha-usaha pemerintah dalam rangka memperpendek jarak antara

negara-negara sedang berkembang, khususnya Indonesia dengan negara-negara

yang sudah maju lainnya.37

37 Hulman Panjaitan & Anner Mangatur Sianipar, op cit, hal.130-131.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Bentuk kerjasama yang dimungkinkan dapat dilakukan dalam berbagai

bentuk seperti joint venture, joint enterprise, kontrak karya, production sharing,

penanaman modal dengan DICS Rupiah, penanamaan modal dengan kredit

investasi, portfolio investment yang masing-masing bentuk kerjasama tersebut

mempunyai perbedaan, keunggulan dan kekuarangannya dalam kaitannnya

dengan para partner kerjasama serta negara Indonesia sebagai negera penerima

modal asing. .

1. Joint Venture

Joint venture adalah suatu unit terpisah yang melibatkan dua atau lebih

peserta aktif sebagai mitra. Kadang-kadang juga disebut sebagai aliansi strategis,

yang meliputi berbagai mitra, termasuk organisasi nirlaba, sektor bisnis dan

umum. Dari sudut ekonomi, joint venture adalah suatu persetujuan diantara dua

pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan. Sering kali,

suatu joint venture dilakukan apabila perusahaan-perusahaan itu melalui teknologi

yang saling melengkapi ingin menciptakan barang atau jasa yang akan saling

memperkuat posisi masing-masing. Sunaryati Hartono merumuskan joint venture

merupakan kerjasama antara pemilik pemodal asing dengan pemilik modal

nasional semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka (contractueel).38

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang diketemukan

dalam praktik aplikasi penanaman modal asing, sebagai berikut:

38 Ibid, hal 142.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

a. Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerja sama yang

dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang

bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya: suatu

perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan

produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau

metode kerja. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan technical assistance dari

perusahaan modal asing luar diluar negeri dengan cara pembayaran dalam

bentuk royalti yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat

diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b. Franchise and brand-use Agreement : suatu bentuk usaha kerja sama yang

digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak

memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti

Coca Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds, Kentucky Fried

Chicken,dan sebagainya.

c. Build, Operation and Transfer (BOT): suatu kerja sama yang relatif masih

baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerja sama antara para

pihak dimana suatu obyek dibangun, dikelola atau dioperasikan selama

jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli. Misalnya : pihak

swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan mengadakan kerja sama

dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu Department Store ataupun

Hotel dimana biaya pembangunan, perencanaan, pelaksanaan operasinya

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

dilaksanakan oleh pihak asing dengan jangka waktu sesuai kerja sama lalu

kemudian diserahkan kepada pihak nasional.

2. Joint-Enterprise

Joint-enterprise adalah suatu perusahaan yang berbentuk badan hukum

antara pemilik modal asing dan pemilik modal nasional. Joint enterpise

merupakan suatu perusahaan terbatas yang modalnya terdiri dari modal dalam

nilai rupiah maupun modal yang dinyatakan dalam valuta asing. Dengan

perkataan lain, kerjasama dalam bentuk joint enterprise adalah suatu bentuk

kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional yang

dituangkan dalam badan hukum Indonesia yang bertujuan menjalankan kegiatan

usaha di wilayah tujuan investasi. 39

39 Ibid, hal 147.

Pada permulaan berlakunya UU No. 1 Tahun 1967, tampaknya bentuk

usaha kerja sama ini yang paling dikehendaki oleh para pihak khususnya

penanaman modal asing. Alasan yang mendasari adalah:

a. Setiap usaha di Indonesia memerlukan rupiah untuk pembayaran barang-barang

yang lebih murah dan mudah diperoleh di Indonesia. juga untuk pembayaran

gaji pegawai dan lain-lain pengeluaran dibutuhkan rupiah oleh penanaman

modal asing.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

b. Penanaman modal asing tidak perlu menanamkan modal dalam bentuk valuta

asing, tetapi modal asing dapat berbentuk mesin-mesin atau lain hasil produksi

penanaman modal asing itu. Sehingga penanaman modal asing di Indonesia

oleh penanam modal asing itu telah menghasilkan efek yang menguntungkan,

yaitu bahwa tidak hanya dapat membayangkan dapat memperoleh keuntungan

dalam masa yang akan datang, akan tetapi pada saat ia diizinkan memasukkan

mesin-mesinnya (barang modal) ke Indonesia dengan bebas bea masuk, maka

ia pun telah mengekspor barang-barangnya ke luar negeri tanpa membayar

pajak impor untuk itu.

c. Dengan bekerja sama dengan pengusaha nasional, apalagi yang telah

berpengalaman, maka penanam modal asing itu dapat mengecilkan resiko

seminimal mungkin, sehingga sebenarnya penanaman modalnya di Indonesia

lebih merupakan pemberian kredit daripada penanaman modal asing yang

langsung (direct investment).40

Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha

kerja sama antara penanaman modal asing membentuk badan hukum Indonesia

dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan

3. Kontrak Karya

40 Aminuddin Ilmar, op cit, hal 63.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

hukum yang mempergunakan modal nasional.41

Ditinjau dari segi penanaman modal asing sendiri, maka cara tersebut

sering lebih memuaskan, oleh karena masing-masing pihak dengan demikian

dapat mengadakan pembukuan dan kebijaksanaan yang terpisah. Kesulitan-

kesulitan yang dihadapi di dalam suatu perusahaan campuran, berhubung dengan

perbedaan pembukuan dalam rupiah dan pembukuan dalam valuta asing atau

berhubung dengan perbedaan pendapat mengenai manajemen perusahaan dengan

demikian lebih mudah dapat dihindari. Menurut Sunaryati Hartono

Bentuk kerja sama kontrak karya

ini hanya terdapat dalam perjanjian kerja sama antara Badan Hukum Milik Negara

(BUMN) seperti: Kontrak Karya antara PN, Pertamina dengan PT.Caltex Pacific

Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Caltex International Petroleum

yang berkedudukan di Amerika Serikat.

42

41 Ismail Suny dan Rudioro Rochmat, Tinjauan dan Pembahasan UUPMA dan Kredit Luar Negeri, (Jakarta: Pradnya Parmitha, 1967), hal.108.

42 Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional dalam Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia, (Bandung: Bina Cipta, 1970), hal. 140.

oleh karena

negara tidak menjadi pemilik daripada bumi dan air dan kekayaan alam Indonesia,

akan tetapi hanya mempunyai hak untuk menguasai saja. Oleh sebab itu,

perusahaan negara (BUMN) juga hanya paling banyak dapat mengadakan

perjanjian dengan pihak lain (asing) untuk mengerjakan pengolahan (eksploitasi

dan eksploirasi) untuk dan atas nama perusahaan negara tersebut. Perjanjian

semacam itu disebutnya dengan nama kontrak karya, yang memberi tugas dan

kewajiban (dan karena itu hak) kepada pihak lain untuk menggali dan mengolah

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

tanah yang menjadi kuasa pertambangan perusahaan tersebut. Adapun besarnya

imbalan tergantung dari hasil perjanjian kontrak karya tersebut.

Adanya berbagai bentuk dan corak kontrak karya dalam kerja sama antara

modal asing dengan modal nasional disebabkan adanya beberapa pertimbangan

diantaranya keleluasaan pihak asing untuk melakukan perjanjian kerja sama

dengan perusahaan negara (BUMN) yang sudah terjamin kepercayaannya oleh

karena ditopang dengan unsur negara didalamnya, penguasaan dimulai dari

manajemen sampai kepada pemasaran tetap berada di tangan penanaman modal

asing.43

Menurut Sunaryati Hartono

4. Production Sharing

44

43 Aminuddin Ilmar, op cit, hal. 65.

44 Sunaryati Hartono, op cit, hal. 145.

cara dengan production sharing ini sebelum

UU Nomor 1 Tahun 1967, yaitu dengan terhapusnya UU Penanaman Modal

Asing tahun 1965 oleh UU No. 16 Tahun 1965 boleh dikatakan merupakan satu-

satunya cara yang terpenting dilakukan oleh perusahaan-perusahaan negara.

Karena penanaman modal asing sudah dilarang dengan UU No. 16 Tahun 1965

itu, maka untuk memenuhi kebutuhan akan modal dan alat perlengkapan dari luar

negeri, dipikirkan orang suatu bentuk kredit yang dinamakan production sharing

atau bagi hasil.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Dinamakan suatu production sharing atau bagi hasil, oleh karena kredit

yang diperoleh dari pihak asing ini beserta bunganya akan dikembalikan dalam

bentuk hasil produksi perusahaan yang bersangkutan yang biasanya dikaitkan

dengan suatu ketentuan mengenai kewajiban perusahaan Indonesia untuk

mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. Dengan kata lain, bahwa

production sharing adalah suatu perjanjian kerja sama kredit antara modal asing

dengan pihak Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi

kredit.45

Dibandingkan denga kerjasama production sharing, maka penanaman

modal asing dengan DICS-Rupiah ini merupakan suatu bentuk campuran atau

variasi antara kredit dengan penanaman modal. Jika pada production sharing

suatu perusahaan (nasional) Indonesia memperoleh modal asing dalam bentuk

kredit, maka penanaman modal asing dengan DISC-Rupiah ini kredit modal asing

yang telah harus dikembalikan kepada kreditornya oleh pihak Indonesia dengan

adanya ketentuan Instruksi Presidium Kabinet nomor 28/EK/IN/5/1967 yang pada

prinsipnya menyatakan bahwa tagihan-tagihan para kreditor asing yang

menyangkut utang-utang yang tidak dijamin oleh pemerintah asing dapat diubah

menjadi penanaman modal asing di Indonesia. Kebijakan tersebut dinamakan

dengan Debt Investment Conversation Scheme (DISC), oleh sebab itu pelunasan

utang-utang tersebut diatas, yang semula diperhitungkan berdasarkan valuta asing

5. Penanaman Modal dengan DICS-Rupiah

45 Aminuddin Ilmar, op cit, hal 146.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

tetapi dibayar dengan rupiah terjadi dengan DISC-Rupiah yang merupakan Kertas

Pembendaharaan Negara berbunga 3 % setahun. Menurut Ismail Sunny, apabila

kreditornya sendiri yang menggunakan DISC-Rupiah, maka akan dicatat sebagai

modal adalah jumlah utang Republik Indonesia yang telah dihapuskan dengan

pembayaran berupa DISC, pencatatan mana dilakukan dengan valuta asing.46

Adanya penanaman modal dengan menggunakan kredit investasi adalah

merupakan kebijaksanaan pemerintah pada tahun 1970 dengan dikeluarkannya

Keputusan Menteri Negara Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor

21/MENKUIN/4/1970. Dimana di dalam bidang penanaman modal tidak dapat

dipisahkan dengan tegas, oleh karena kredit luar negeri dapat menjadi penanaman

modal asing di dalam negeri. Dalam kenyataannya tampak bahwa kredit luar

negeri investasi menjadi modal nasional yang setelah bergabung dengan modal

asing dalam joint venture dapat digolongkan menjadi penanaman modal asing

meskipun jalan yang ditempuh sangat berbelit-belit. Dalam praktek penanaman

modal dengan kredit investasi ini banyak dilakukan oleh para pemodal dalam

negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia.

6. Penanaman Modal dengan Kredit Investasi

47

46 Ibid, hal. 66-67.

47 Ibid, hal 67-68.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

7. Portfolio Investment

Portfolio Investment merupakan penanaman modal yang dilakukan melalui

pembelian saham atau efek suatu perusahaan yang sudah berdiri, melalui bursa

saham atau bursa efek. Pembelian saham dapat dilakukan melalui bursa baik

melalui penawaran umum maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam

perusahaan (strategic partner atau direct placement)48

Dengan terjadinya perubahan struktur politik dan ekonomi di berbagai

bagian dunia, serta meluasnya globalisasi perekonomian dunia, banyak negara

yang dulunya sangat tertutup bagi penanaman modal asing, sekarang telah

membuka kesempatan yang sebesar-besarnya kepada modal asing dalam rangka

meningkatkan kesempatan kerja, pertumbuhan dan memperluas kegiatan

ekonominya. Keadaan tersebut telah menimbulkan persaingan yang semakin

tajam dalam penanaman modal asing untuk peningkatan dan perluasan investasi.

Perubahan di berbagai belahan dunia dimaksud berlangsung dengan cepat,

sehingga mendorong banyak negara melakukan efisiensi perekonomiannya agar

kelangsungan peningkatan dan perluasan investasi serta peningkatan produktivitas

dapat terjamin. Keadaan ini telah menimbulkan persaingan yang sangat tajam

dalam perdagangan dunia. Keadaan seperti diatas berlangsung bersamaan dengan

.

B. Pembatasan Kepemilikan Saham Pihak Asing

48.Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, op cit, hal. 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

upaya bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi

serta memperbaharui pembangunan nasionalnya dengan memberikan peranan

yang yang semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam

meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan dunia serta alih

teknologi, kemampuan managerial dan modal agar semakin mampu meningkatkan

investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, maka

dipandang perlu memberikan perangsang yang lebih menarik terhadap penanaman

modal asing. Guna mencapai sasaran dimaksud, maka dipandang perlu

melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan pemilikan saham dalam

perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing. 49

Sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1994

tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka

Penanaman Modal Asing yang merupakan salah satu bagian dari kelengkapan

Undang-undang Penanaman Modal Asing, kegiatan penanaman modal di

Indonesia, khususnya penanaman modal asing, telah cukup berkembang dengan

baik dan mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan

nasional. Namun demikian sejak pertengahan tahun 1997 di berbagai negara telah

terjadi perubahan keadaan ke arah kemunduran perekonomian yang disebut

sebagai krisis ekonomi, yang terjadi pula di Negara Indonesia. Dalam rangka

mempercepat pemulihan perekonomian nasional Indonesia akibat krisis tersebut,

49 Penjelasan Umun pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

diperlukan langkah kebijakan reformasi, khususnya kebijakan dibidang

penanaman modal untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan ekonomi serta

memperbaharui pembangunan nasional dengan memberikan peranan yang

semakin besar kepada masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan nasional. Tampaknya pemerintah menyadari bahwa perkembangan

dunia bisnis khususnya dalam menarik investasi semakin kompetitif. Untuk itu

pada tahun 2001 pemerintah pun kembali menyesuaikan ketentuan penanaman

modal asing, yakni dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun

2001 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka

Penanaman Modal Asing (PP No.83/2001). Dalam pertimbangan dikeluarkannya

PP 83/2001 disebutkan, bahwa dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan

perluasan kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,

diperlukan langkah-langkah untuk lebih mengembangkan iklim usaha yang

semakin mantap dan lebih menjamin kelangsungan penanaman modal asing.

Sehubungan dengan hal inilah maka dipandang perlu menyempurnakan Peraturan

Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang

Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

Jadi disini terlihat bahwa, pemerintah menyadari ketentuan investasi yang

masih berlaku saat ini perlu segera disesuaikan dengan perkembangan dunia

bisnis. Hal ini tercermin dari apa yang dijabarkan dalam Pasal 2 PP No. 83 Tahun

2001 sebagai berikut :

(1) Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

a. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara

Indonesiadan atau badan hukum Indonesia; atau

b. langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan atau

badan hukum asing.

(2) Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing

ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonomi kegiatan usahanya.

Dari ketentuan diatas dapat kita ketahui bahwa ada 2 bentuk perusahaan modal

asing yaitu perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh asing murni dan patungan

antara asing dan dalam negeri.

Selanjutnya dalam Pasal 6 PP No. 83 Tahun 2001 disebutkan:

(1) Saham peserta Indonesia dalam perusahaan yang didirikan sebagai mana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya 5 % (lima per

seratus) dari seluruh modal disetor perusahaan pada waktu pendirian.

(2) Penjualan lebih lanjut saham perusahaan diatas jumlah sebagaimana dimakud

dalam ayat (1), dapat dilakukan kepada warga negara Indonesia atau badan

hukum Indonesia yang modal sahamnya dimiliki warga negara Indonesia

melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para pihak dan atau pasar

modal dalam negeri.

Pada dasarnya investasi asing dapat saja berupa 100% kepemilikan saham

pada perusahaan asing. Namun, bila tidak beroperasi lebih dari 15 tahun,

kepemilikan sahamnya harus dijual kepada perusahaan Indonesia atau dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

merger bisnis dengan pertukaran saham domestik secara langsung atau tidak

langsung.50 Hanya saja mengatur hal demikian harus tetap memmperhatikan

keterkaitannya dengan peraturan lain yang terkait. UUD 1945 pada Pasal 33 ayat

(2) dan (3) merupakan dasar pembatasan penguasaan saham pihak asing. Oleh

karena itu terhadap sektor-sektor usaha yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak tetap harus dikuasai oleh negara. Ketentuan

mengenai ini, diatur dalam Pasal 12 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, yaitu bidang usaha yang tertutup bagi PMA. Dengan demikian

pada sektor-sektor usaha tersebut tidak diperkenankan PMA dengan penguasaan

penuh. Mengijinkan pihak asing pada sektor usaha ini dengan penguasaan penuh,

dengan mempergunakan alasan perlakuan sama, adalah tindakan melawan

konstitusi. 51

Indonesianisasi saham atau divestasi saham adalah pelepasan,

pembebasan, pengurangan modal. Disebut juga divestment yaitu kebijakan

terhadap perusahaan yang seluruh sahamnya dimiliki oleh investor asing untuk

secara bertahap tetapi pasti mengalihkan saham-sahamnya itu kepada mitra bisnis

lokal atau proses yang mengakibatkan pengalihan saham dari peserta asing kepada

C. Ketentuan Indonesianisasi Saham Pihak Asing

50 Salim Hs & Budi Sutrisno, op cit, ha.l 205.

51 Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal: Studi Kesiapan Indonesia dalam Perjanjian Investasi Multilateral, (Medan: 2005), hal. 414.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

peserta nasional, baik melalui penjualan secara langsung maupun jual beli saham

di pasar modal. Dapat berarti pula sebagai tindakan perusahaan memecah

konsentrasi atau pemupukan modal sahamnya sebagai akibat dari larangan

terjadinya monopolisasi.52

Melalui pasal 18 UU No.1 Tahun 1967 ditentukan bahwa jangka waktu

ijin penanaman modal asing tersebut tidak boleh melebihi 30 tahun, yang menurut

Pasal 3 PP No.83 Tahun 2001, perhitungan jangka waktu 30 tahun tersebut

dihitung dari saat usaha penanaman modal asing tersebut berproduksi secara

komersil. Setelah batas waktu ijin penanaman modal asing berakhir, maka pihak

asing harus mengalihkan jumlah sahamnya kepada negara atau pihak swasta yang

dipercayakan dengan menjualnya dalam bentuk saham. Dengan demikian,

pengelolaan badan usaha setelah 30 tahun berikutnya akan dikelola pihak negara

atau pihak swasta nasional tanpa pihak asing. Dalam pengalihan sahamnya setelah

batas waktu ijin berakhir tidaklah semudah yang dibayangkan. Kenyataannya

adalah berbeda, terbukti dari banyaknya sengketa antara pihak yang diakibatkan

oleh pengalihan saham sebagai suatu proses Indonesianisasi saham dimaksud.

53

Erman Radjagukguk, mengemukakan bahwa menjelang 10 tahun

dikeluarkannya kebijaksanaan Indonesianisasi, tidak banyak dapat diketahui

berapa jumlah perusahaan yang sudah melaksanakan pengalihan saham sehingga

partner nasional menjadi pemegang saham mayoritas atau sedikitnya memiliki

52 www.lawskripsi.com/, Divestasi Saham Asing, hal.1, diakses tanggal 6 November 2010.

53 Hulman Panjaitan & Anner Mangatur Sianipar, op cit, hal. 165-167.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

51% dari saham dalam perusahaan joint venture. Kesulitan utama yang dihadapi

pengusaha adalah dana untuk membeli saham-saham dari partner asing mereka.

Semula partner lokal mengharapkan bahwa dari keuntungan yang diperoleh

perusahaan joint venture, bagian mereka akan dapat digunakan untuk membeli

saham-saham tersebut. Namun sememtara perusahaan telah menghadapi

perkembangan yang semula tidak diharapkan, dalam arti belum dapat memperoleh

keuntungan sebagaimana yang diharapkan. 54

Ketentuan program Indonesianisasi tanggal 22 Januari 1974 diatas,

kemudian dijabarkan lebih lanjut dengan Surat Edaran No.

Kebijaksanaan mengenai program Indonesianisasi saham berawal dari

dicetuskannya hasil sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional, tanggal 22

januari 1974 yang berisi mengenai pokok-pokok kebijaksanaan sebagai berikut:

1. Peningkatan partisipasi nasional dalam perusahaan PMA menuju posisi

mayoritas.

2. Peningkatan penggunaan tenaga kerja Indonesia dalam perusahaan-

perusahaan PMA serta keharusan menyelenggarakan pendidikan bagi tenaga

Indonesia.

3. Peningkatan partisipasi golongan pribumi baik dalam perusahaan PMA

maupun PMDN.

54 Ibid, hal. 167-168.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

B.1195/A/BKM/X/1974 tanggal 11 Oktober 1974, yang menguraikan lebih

terperinci mengenai kebijaksanaan tersebut, sebagai berikut:

1. Bagi proyek-proyek yang memakan waktu maksimum 3 tahun dalam

periode pembangunan proyeknya, kenaikan saham nasional mayoritas,

minimum 51 %, dalam waktu 10 tahun terhitung mulai tanggal Izin Usaha

Proyek yang dikeluarkan oleh Departemen Teknis.

2. Bagi proyek-proyek yang memakan waktu lebih dari 3 tahun dalam

pembangunan proyeknya, kenaikan saham nasional mayoritas, minimumnya

51 % dalam jangka 10 tahun terhitung mulai tanggal pertengahan antara

tanggal Izin Usaha Proyek yang dikeluarkan oleh Departemen Teknis dan

tanggal mulai berproduksi secara komersil.

3. Bagi proyek-proyek yang Persetujuan Sementara keluar sebelum tanggal 21

September 1974, kenaikan saham nasional menjadi mayoritas, minimum

51% dan masa 10 tahun, terhitung tetap mulai tanggal pengesahan P.T oleh

Departemen Kehakiman seperti yang telah berlaku sebelum petunjuk

Presiden tanggal 21 September 1974.

4. Bagi proyek-proyek yang belum keluar Persetujuan Sementara sesudah

tanggal 21 September 1974, berlaku ketentuan diktum 1 dan diktum 2 diatas

untuk kenaikan saham nasional menjadi mayoritas, minimum 5%.

Selanjutnya BKPM mengeluarkan kembali Surat Edaran No. B-

109/A/BKPM/II/1975 tanggal 21 Februari 1975, yang memberikan penjelasan

terhadap Surat Edaran terdahulu. Lalu pada tanggal 1 Juli 1981, BKPM

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

mengeluarkan pedoman intern tentang peningkatan saham nasional, yang

menghubungkannya dengan pengembangan Pasar Modal dan Koperasi. Dalam

perkembangan selanjutnya, melalui Keputusan Ketua BKPM No. 12/SK/1986,

tanggal 4 Juni 1986 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Nasional dalam

perusahaan penanaman modal asing ditetapkan bahwa perusahaan penanaman

modal asing harus berbentuk usaha patungan atau joint venture dengan penyertaan

modal nasional sekurang-kurangnya 20% dan meningkat menjadi sekurang-

kurangnya 51 % dalam waktu sepuluh tahun sejak dimulainya produksi komersil

perusahaan. Ketentuan yang mengharuskan investor asing mendirikan usaha

patungan dengan pengiusaha nasional (Indonesia) pada waktu mendirikan

perusahaan PMA melunak, pada saat Indonesia hendak mengembangkan kawasan

pulau Batam sebagai kawasan ekonomi. Pemerintah Indonesia mengijinkan

perusahaan penanaman modal asing di pulau Batam, 100% sahamnya dimiliki

oleh pihak asing serta pengaturan yang terdapat dalam PP No.83 Tahun 2001.55

Dasar hukum Indonesianisasi saham dalam perusahaan penanaman modal

asing adalah berkaitan dengan kepemilikan saham dalam perusahaan yang

bersangkutan. Kepemilikan saham dalam perusahaan penanaman modal asing

dapat dimiliki baik oleh peserta asing maupun oleh peserta nasional, yang dalam

bidang-bidang usaha tertentu merupakan suatu keharusan, walaupun dalam bidang

usaha lain dimungkinkan adanya penanaman modal asing 100% atau secara

55 Ibid, hal. 179.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

penguasaan penuh (secara langsung). Ketentuan mengenai hal tersebut dapat

ditemukan dalam PP No. 83 Tahun 2001, yang dalam pasal 2 menyebutkan :

(1) Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

a. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara

Indonesia dan atau badan hukum Indonesia;

b. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara

dan/atau badan hukum asing;

(2) Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing

ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonomi kegiatan usahanya. Dalam ketentuan

ini yang dimaksud dengan badan hukum Indonesia meliputi badan usaha milik

negara, badan usaha milik daerah, koperasi dan perusahaan nasional lainnya.

Berikut ini akan diuraikan proses Indonesianisasi saham yang pernah

berlangsung baik kepada partner lokal dalam joint venture yang bersangkutan

maupun melalui pasar modal, yaitu:56

Pembatasan-pembatasan mengenai besarnya kepemilikan saham dalam

suatu perusahaan penanaman modal asing, umumnya diatur dalam anggaran dasar

atau dalam joint venture agreement, yang biasanya menentukan pengalihan saham

dalam jangka waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu tertentu partner dalam

1. Pengalihan saham kepada partner.

56 Ibid, hal. 184-185.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

perusahaan tidak bersedia membeli saham yang ditawarkan, maka saham tersebut

dapat dengan bebas ditawarkan kepada pihak ketiga. Pengalihan saham dalam

penanaman modal asing harus mendapat persetujuan dari partner dalam

perusahaan yang bersangkutan baru kemudian melaporkannya kepada BPKM

untuk mendapatkan ijin. PP No 83 tahun 2001 telah merubah ketentuan

Indonesianisasi/ divestasi dari PP yang terdahulu, dengan menetapkan bahwa

untuk usaha patungan penjualan lebih lanjut saham asing dilakukan berdasarkan

kesepakatan para pihak atau melalui pasar modal dalam negeri. Kesepakatan para

pihak dimaksud dalam hal ini menyangkut masalah waktu dan besarnya

perimbangan saham, seperti ditegaskan dalam Penjelasan Pasal 6 PP No 83 Tahun

2001. Jangka waktu yang pasti dalam Indonesianisasi/ divestasi saham asing

hanya diperkenalkan oleh PP No. 83 Tahun 2001 bagi PMA yang 100% yakni

dalam waktu paling lama 15 tahun sejak produksi komersial. Berapa jumlah

saham yang wajib dialihkan diserahkan kepada kesepakatan para pihak

sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) dari Surat Keputusan

Menteri Negara Penggerak Dana Investasi / Ketua BKPM No. 15/SK/1994

tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang

Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing sebagai berikut57

“ (1)Perusahaan penanaman modal asing yang seluruh (100%) modal sahamnya

dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing, wajib

menjual sebahagian sahamnya kepada warga negara Indonesia dan/atau

:

57 Mahmul Siregar, op cit, hal 394.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

badan hukum Indonesia dalam jangka waktu paling lama lima belas tahun

sejak berproduksi komersial sebagaimana tercantum dalam Ijin Usaha

Tetapnya.

(2)Modal saham yang disetor dan ditempatkan yang dijual kepada Pihak

Indonesia sebagaimana domaksud dalam ayat (1) ditetapkan berdasarkan

kesepakatan para pihak. “

Salah satu contoh pengalihan saham kepada partner adalah PT.

International Timber Corporation Indonesia (ITCI). PT. International Timber

Corporation Indonesia (ITCI) adalah suatu perusahaan joint venture antara

Weyerhaeuser, perusahaan Amerika yang berpusat di Tacoma dengan PT. All

Truba Inter, sebuah perusahaan Indonesia. Weyerhaeuser memiliki 65 %

penyertaan dalam joint venture ketika didirikan tahun 1971. Partner asing dalam

kerjasama ini pada tahap permulaan menanamkan modal sebesar US $ 35 juta dari

pusatnya di Amerika dan menanamkan kembali US $ 5 juta dollar setiap tahun

dari keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha di Indonesia. Lokal partner

mengandalkan Hak Pengusaha Hutan (HPH) yang dimilikinya sebagai penyertaan.

Tahun 1981, Weyerhaeuser mengundurkan diri dari Indonesia dengan

alasan yang tidak jelas. Besar kemungkinan disebabkan alasan ekonomis dan

perselisihan antara para partner dalam joint venture. Kemungkinan tersebut

adalah:

1. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk membatasi ekspor kayu gelondongan

bahkan kemudian melarangnya untuk melindungi hutan dan mendorong

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

industri perkayuan di dalam negeri. Mr. Weyerhaeuser menyatakan di

Hongkong bahwa keputusan ini akan memengaruhi usaha perusahaannya.

2. Telah terjadi perselisihan antara Weyerhaeuser dan partnernya PT. All Truba

Inter, sehubungan dengan perjanjian pengalihan saham.

Pada tahun 1975, pemerintah Indonesia mengumumkan kebijaksanaan

baru di bidang kehutanan bahwa antara lain di dalam perusahaan joint venture,

HPH harus berada di tangan perusahaan nasional. Disamping itu, setelah 10 tahun,

51 % dari saham perusahaan yang bersangkutan harus berada di tangan pengusaha

nasional. Namun, menurut keterangan J.M. Joenes, Presiden Direktur PT. Tri

Usaha Bakti “Weyerhaeuser tidak mau mengakui ketentuan baru ini”. Hal ini

dikarenakan, partner lokal tidak menerima dividen antara tahun 1971-1974 karena

PT. All Truba Inter harus membayar kembali hutang-hutangnya sebesar $1juta

setiap tahun ditambah bungan 8,5 % setahun, jika mendapat keuntungan. Pada

waktu Weyerhaeurser memiliki 65 % dari saham, partner asing tersebut siap

untuk menjual seluruh sahamnya seharga $ 420.000 per satu persen saham.

Namun, partner lokal tidak mempunyai dana baik untuk membeli seluruh saham

yang ditawarkan tersebut maupun membayar hutangnya. Pada tahun 1981, BKPM

menegaskan lagi kebijaksanaan agar partner Indonesia harus menjadi pemegang

saham mayoritas. Kebijaksanaan ini menempatkan PT. All Truba Inter dalam

posisi yang sulit. J.M. Joenes menambahkan, bahwa sejak tahun 1971 sampai

pada saat terakhir, PT.All Truba Inter tidak pernah ikut dalam manajemen joint

venture tersebut dan J.M. Joenes mengatakan, “Partner Indonesia merasa seperti

partner yang tidur”.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Pada bulan September 1980, Weyerhaeurser menjual 25 % sahamnya

dalam perusahaan joint venture tersebut kepada Bapindo, dengan demikian

partner asing hanya memiliki 40 % sisanya. Akhirnya pada bulan Oktober 1981,

Bapindo membeli seluruh sisa saham tersebut seharga $5 juta. Menurut J.M.

Joenes, saham-saham tersebut akan dapt dibeli kembali oleh PT. All Truba Inter

dalam jangka waktu tidak lebih dari 8 tahun. Jika PT. All Truba Inter tidak

membelinya dalam jangka waktu tersebut, Bapindo berhak menawarkannya

kepada pihak lain.

2. Pengalihan saham kepada masyarakat

Salah satu kemungkinan lainnya bagi partner asing, untuk mengalihkan

sahamnya dalam rangka Indonesianisasi adalah melalui pasar modal, dengan

menjual saham-saham tersebut pada masyarakat luas atau go public. Pada tahun

1976, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali pasar modal dalam usaha

menarik masyarakat untuk ikut mengadakan investasi di sektor perindustrian. Ini

juga bertujuan untuk mencegah masyarakat menanamkan usahanya pada usaha-

usaha spekulatif lainnya, seperti mempergunakannya untuk membeli emas, tanah,

saham asing. Pemerintah mengatakan pula bahwa tujuan dari pasar modal antara

lain untuk menciptakan pemerataan pendapatan.58

58 Kepres No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal.

Selanjutnya pemerintah

mendirikan PT. Danareksa untuk membantu mereka yang mempunyai dana

terbatas, sehingga mampu membeli saham. Perusahaan ini membeli saham-saham

perusahaan go public dan kemudian memecahkannya dalam bentuk Sertifikat

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Danareksa dan kemudian menjualnya pada masyarakat. Di samping itu, PT.

Danareksa mendapat izin dari Menteri keuangan untuk ikut menjadi perantara dan

anggota bursa agar ia dapat melakukan usaha-usaha yang dianggap perlu untuk

menjaga stabilitas harga saham. Usahanya mengendalikan harga saham, dengan

membeli atau melepas saham suatu perusahaan, karena dianggap menghambat

tumbuhnya bursa. Karena bursa sering di intervensi, maka kurs saham suatu

perusahaan yang muncul dianggap sering tidak menampilkan keadaan perusahaan

itu sendiri. Bank Dunia menganjurkan agar PT. Danareksa secara bertahap

mengurangi peranannya sebagai stabilisator. Sementara investor asing

menganggap bahwa menjual saham melalui pasar modal adalah sarana yang baik

untuk memberikan identitas nasional pada perusahaan mereka. Lagipula

mengalihkan saham kepada masyarakat luas membawa manfaat lain, yaitu

masyarakat tidak akan mengambil bagian dalam manajemen dan cenderung pula

untuk tidak hadir dalam RUPS. Contoh perusahaan PMA yang mengalihkan

sahamnya melalui pasar modal yaitu PT. Goodyear Indonesia.

PT. Goodyear Indonesia adalah anak perusahaan dari Goodyear Tire &

Rubber Company, Akron, Ohio, Amerika Serikat. Goodyear didirikan di Amerika

Serikat tahun 1898. Perusahaan ini mulai beroperasi di Surabaya di bawah nama

NV.The Goodyear Tire & Rubber Company Limited tahun 1917, kemudian

membangun pabriknya di Bogor tahun 1935, yang menjadi pabrik ban yang

pertama di Indonesia. Perusahaan ini diambil alih oleh Jepang selama perang

dunia II dan dikembalikan kepada pemiliknya pada tahun 1946. Sejak itu

perusahaan mengalami pembaruan dan perluasan beberapa kali. Pada Maret 1965

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

pemerintah Indonesia dibawah Presiden Soekarno mengambil alih Goodyear dan

dikembalikan lagi tahun 1967, ketika Goodyear diundang kembali untuk

memegang perusahaan tersebut di bawah UU No.1 tahun 1967. Pada 25 Juli 1978,

nama perusahaan ini diubah menjadi PT. Goodyear Indonesia. Perusahaan

terutama berusaha dalam memproduksi bermacam-macam ban dengan merek

dagang Goodyear sesuai dengan ketentuan pemerintah, hasil produksinya

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dimana Goodyear

menguasai 40 % dari pasar. Disamping itu dalam jumlah kecil, Goodyear juga

melakukan penjualan keluar negeri.

Pada tahun 1979, BKPM telah memberikan persetujuan untuk perluasan

usaha bagi Goodyear dan yang kedua tahun 1980 atas pertimbangan bahwa

diperkirakan permintaan akan ban bertambah 11 % setiap tahunnya. Bersamaan

dengan izin perluasan yang diberikan, pemerintah meminta kepada Goodyear

untuk menawarkan sahamnya kepada masyarakat Indonesia. walaupun Goodyear

berkewajiban go public, namun pemerintah tetap mengijinkan pemegang saham

asal, yaitu Goodyear Tire & Rubber Company, Ohio sebagai pemegang saham

mayoritas, dengan demikian mengontrol tetap jalannya perusahaan. Pada tanggal

20 September 1980, Goodyaer jemudina memenuhi persyaratan agar dapat

menjual sahamnya kepada publik. PT. Goodyear Indonesia atas nama Goodyear

Tire & Rubber Company, Ohio dalam hal ini menawarkan 15 % dari seluruh

jumlah saham kepada masyarakat Indonesia, sementara 85 % lainnya tetap

ditangan Goodyear Tire & Rubber Company. Dalam periode 24 November

sampai Desember 1980, perusahaan ini untuk pertama kali menawarkan sahamnya

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

yang berjumlah 6.150.000 lembar (tercatat Rp.1000,- tiap lembar) dengan harga

Rp. 1250,- per saham.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

BAB IV

ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL PATUNGAN

DI INDONESIA

A. Dasar Hukum Perjanjian Usaha Patungan

Berbicara mengenai penanaman modal asing berarti terkait dengan dua

atau lebih sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh investor dan hukum

Indonesia yang dianut oleh pemodal nasional. Untuk itu, perlu dipahami mengenai

aspek-aspek hukum dalam kerja sama usaha yang dilakukan dalam penanaman

modal asing. Dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi

Indonesia, kita masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan antara lain

pada bidang permodalan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta manajemen.

Salah satu usaha untuk mengatasinya ialah dengan penanaman modal asing yang

pada dasarnya berbentuk joint venture (kerjasama patungan).

Ketentuan mengenai kerjasama patungan tidak dicantumkan dalam

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun didalam

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

dinyatakan bahwa:

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanamkan modal untuk

melaksanakan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya

maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Perjanjian joint venture (perjanjian usaha patungan) dalam rangka

penanaman modal asing di Indonesia adalah langkah awal untuk membentuk

sebuah perusahaan patungan (joint venture company) yang diharuskan bagi

investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Para pihak yang ada

dalam perjanjian joint venture, menetapkan klausa untuk membuat perusahaan

joint venture dengan status perseroan, klausa tersebut mengatur segi permodalan,

peran para pihak, nama, tempat dan jangka waktu berdirinya perusahaan, serta

klausa-klausa lain sehingga perusahaan yang diharapkan dapat terbentuk.

Ketentuan tersebut merupakan syarat yang ditegaskan pasal 5 ayat 2 Undang-

Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dinyatakan bahwa :

“Penanaman Modal Asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas

berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara

Republik Indonesia, kecuali ditentukan oleh undang-undang.”

Pembentukan perseroan terbatas sebagai sebuah badan hukum tunduk pada hukum

perusahaan (company law), yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Pada dasarnya perusahaan joint venture didirikan atas adanya perjanjian

antara investor asing dan nasional. Mengadakan perjanjian joint venture

merupakan langkah awal dalam membentuk perusahaan joint venture, sehingga

perusahaan joint venture dapat dikatakan berdiri atau lahir atas dasar perjanjian.

Umumnya perusahaan joint venture dimulai dengan suatu perjanjian patungan

yang dibuat antara pemegang saham menjelang perusahaan joint venture itu

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

berdiri, dengan memperhatikan aspek tanggung jawab para pihak, adanya efisiensi

dalam operasi usaha, adanya keuntungan yang nyata, adanya hubungan yang adil

diantara para pihak. Dalam perjanjian joint venture berisikan hak dan kewajiban

para pihak, kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham,

peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi

dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan

berakhirnya perjanjian joint venture. Dalam rancangan suatu perjanjian joint

venture, substansi perjanjiannya harus dibuat secara lengkap dan akurat, jangan

sampai terjadi kekosongan hukum karena akan sangat merugikan pihak

lokal/Indonesia dimana pihak asing selalu mencari-cari kelemahan pihak

lokal/Indonesia.

Pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk suatu perusahaan baru

yang disebut perusahaan joint venture dimana mereka menjadi pemegang saham

yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama. Landasan pembentukan

perusahaan joint venture tersebut adalah perjanjian joint venture dan ketentuan

umum perjanjian tersebut diatur didalam Kitab Undang-Undang HukumPerdata

(KUHPerdata). Dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal asing di

Indonesia tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata. Namun keabsahannya

tetap didasarkan pada pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak.

Dan sebagai batasan dalam asas kebebasan berkontrak adalah berdasarkan pasal

1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya;

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

b. Kecakapan bertindak dalam hukum;

c. Adanya hal tertentu;

d. Adanya suatu sebab yang halal.

Dasar hukum lain dari penanam modal kerjasama patungan tersebut

berkaitan dengan konsekuensi atau akibat hukumnya bagi para pihak. Dalam kerja

sama patungan akan semakin nyata apabila dihadapkan dengan penggabungan

usaha dalam bentuk merger. Penggabungan ini selalu dibarengi dengan timbulnya

Perseroan Terbatas (PT) baru, sedangkan perseroan-perseroan yang lama serentak

menghentikan eksistensinya. 59

Joint venture (kerjasama patungan) merupakan suatu pengertian yang luas.

Tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-masing pihak melakukan

penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga bentuk-bentuk kerja sama

lainnya yang lebih longgar, bersifat kurang permanen serta tidak harus melibatkan

Dasar hukum yang juga terkait dengan penanaman kerja sama patungan

adalah permasalahan yang bersumber pada perbedaan kebiasaan dan perundang-

undangan antar negara, masalah pergerakan modal, barang-barang dan jasa-jasa

pada tingkat internasional sampai pada perbedaan politik, ekonomi, moneter

masing-masing negara asal dari perusahaan-perusahaan yang mengadakan

kerjasama tersebut.

59 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal 159.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

partisipasi modal. Yang pertama mengarah kepada terbentuknya suatu badan

hukum, sedangkan pola yang kedua perwujudannya tampak dalam berbagai

kontrak kerjasama (contractual joint ventures) dalam bidang manajemen

(management contract), pemberian lisensi (license agreement), dan sebagainya.

Friedman membedakan adanya 2 macam joint venture, yaitu:

1. Joint venture yang tidak melaksanakan penggabungan modal, sehingga hanya terbatas pada know-how, yang mencakup bidang tertentu. Know-how disini mencakup pada Technical service agreement, franchise and brand use agreement, construction and other job performance contracts, management contracts and rental agreements. Penggabungan know-how ke dalam joint venture biasanya merupakan babak pertama menuju kerjasama yang lebih permanen, yang pada saatnya akan beralih pada kerjasama berdasarkan penggabungan modal.

2. Equity joint venture ditandai oleh partisipasi modal. Untuk membedakan jenis pertama dan jenis kedua , Friedman menggunakan istilah joint venture untuk yang pertama dan equity joint venture untuk jenis yang kedua.

Apa yang dirumuskan Friedman diatas, ternyata berbeda dengan

pengertian joint venture sehari-hari, karena partisipasi suatu perusahaan dalam

perusahaan lain mudah digolongkan pada joint venture. Dalam, pengetian sehari-

hari, joint venture merupakan suatu perusahaan baru yang didirikan bersama-sama

oleh beberapa perusahaan yang berdiri sendiri dengan menggabungkan potensi

usaha termasuk know how dan modal dalam perbandingan yang telah ditetapkan

menurut perjanjian kontrak yang telah disepakati bersama.60

1. Waktunya terbatas;

Joint venture merupakan kerjasama diantara dua orang atau lebih atau

badan usaha yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

60 Hulman Pandjaitan & Anner Mangatur Sianipar, op cit, hal. 146.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

2. Masing-masing pihak dapat menyerahkan kontribusi baik berupa uang atau

barang

3. Keuntungan atau kerugian dibagi sama

4. Untuk pihak-pihak yang berjasa diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal,

komisi, bonus dan lain-lain.

5. Pimpinan usaha Joint Venture disebut “managing partner” yang mempunyai

kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan menyajikan laporan keuangan.61

61

Kepemilikan atas investasi dalam usaha patungan dapat dilakukan secara

bervariasi. Pada umumnya kepemilikan mayoritas ada pada pihak asing, dan

kepemilikan minoritas ada di tangan pihak nasional. Kepemilikan dapat juga

ditentukan seimbang, dapat pula 100 % pemilikan dipegang oleh salah satu

partner, sedangkan partner yang lain mempunyai hak opsi untuk mendapatkan

sebagian atau keseluruhan saham. Adapun kebijaksanaan untuk menentukan

persentase kepemilikan tersebut diatas, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

a. Partisipasi dalam keuntungan dan pertumbuhan usahanya.

b. Pembagian aset pada waktu pailit.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

c. Kapasitas usaha pemegang saham, yang menyangkut misalnya baik tentang

pengangkatan direktur dan distribusi aset maupun mengenai perubahan objek

perusahaan, serta perubahan struktur modal.

d. Kepatuhan pada kebijaksanaan domestik tentang penanaman modal asing dari

negara mitra lokal. 62

Penanaman modal dapat dilakukan melalui penanaman modal dalam

negeri dan penanaman modal asing. Pada penanaman modal asing, telah

dijabarkan dalam Pasal 1 butir 3, penanaman modal asing adalah kegiatan

menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal negeri. Sedangkan

pengertian modal asing dijabarkan dalam Pasal 1 butir 8, modal asing adalah

Namun, PP No.83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam

Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing telah

menetapkan mengenai komposisi mengenai pemilikan saham yang wajib dimiliki

oleh warga negara atau badan hukum Indonesia dalam usaha joint venture

tepatnya pada Pasal 6 ayat (1) yaitu pemilikan saham peserta Indonesia pada saat

pendirian usaha joint venture minimal 5 % dari seluruh modal setor perusahaan

pada saat pendirian.

B. Bentuk Badan Usaha Patungan

62 Fumarolla. Wordpress.com/2009/Joint-Venture di Indonesia/, di akses tanggal 23 Agustus 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan

usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian

atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. Berdasarkan pengertian tersebut,

dapat diketahui bahwa yang dimaksud penanaman modal dalam hal ini adalah

dilakukan secara langsung (direct investment) dalam arti mendirikan suatu badan

usaha. Pengertian penanaman modal secara langsung berarti penanam modal

(investor) membentuk suatu badan usaha atau perusahaan di indonesia. Wujud

dari bentuk badan usaha yang dimaksud, dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 5

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu:

(1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang

(3) Dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan :

a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas ;

b. membeli saham;dan

c.melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

Apa yang dijabarkan dalam ketentuan diatas, untuk badan usaha yang

berstatus sebagai penanaman modal asing, pembentuk undang-undang

memasyarakatkan badan usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT).

Apa alasan mengapa harus berbentuk PT tidak dijelaskan dalam undang-undang

penanam modal. Hanya saja, bila dicermati lebih dalam apa alasannya berbentuk

PT, tampaknya hal ini ada kaitannya dengan eksistensi PT sebagai subyek hukum

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

yang mandiri. Artinya PT dapat menggugat dan digugat di Pengadilan. Berkaitan

dengan pranata hukum PT, dalam kepustakaan hukum perusahaan disebutkan, PT

sebagai badan usaha yang berbadan hukum, mempunyai ciri tersendiri jika

dibandingkan dengan badan usaha lainnya yakni PT mempunyai kekayaan sendiri

terlepas dari pemilik (pemegang sahamnya); berhak menuntut dan dituntut di

pengadilan. Secara normatif badan usaha yang berbentuk PT diatur dalam

Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang-

undang ini disebutkan PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian.63

Bagi penanam modal yang menggunakan jalur Penanaman Modal Asing,

UUPM dengan tegas mengemukakan harus berbentuk Perseroan Terbatas(PT).

Dari penjelasan tersebut, dapat dikemukakan, apapun bentuk badan

usaha yang dipilih oleh para calon investor, satu hal yang pasti kegiatan yang

dilakukan oleh investor dalam menjalankan usahanya dilakukan di wilayah

Negara Republik Indonesia. Hal ini membawa konsekuensi hukum, segala

aktivitas yang dilakukan oleh investor harus mengacu kepada norma-norma

hukum yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. Dalam hal ini dirasakan

betapa pentingnya harmonisasi antara satu peraturan dengan peraturan lainnya

agar tidak saling berbenturan. Dilihat dari sudut pandang ini adalah beralasan, jika

berbagai pihak mengharapkan undang-undang penanaman modal dijadikan

sebagai ketentuan hukum yang khusus (les specialis) dalam bidang penanaman

modal.

63 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, (Bandung:Nuansa Aulia, 2008), hal. 4.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Untuk mendirikan badan usaha berbentuk PT, menurut UU No.40 tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT), harus memenuhi syarat tertentu. Tepatnya

dalam Pasal 7 UUPT dijelaskan sebagai berikut: Ayat (1) Perseroan didirikan oleh

2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Selanjutnya dalam Ayat (4) dikemukakan: Perseroan memperoleh status badan

hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan

badan hukum Perseroan. Untuk mendapatkan pengesahan status PT sebagai badan

hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, pendiri harus mengajukan

permohonan. Dalam permohonan tersebut, sekurang-kurangnya harus memuat:

a. nama dan tempat kedudukan perseroan;

b. jangka waktu berdirinya Perseroan;

c. maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan ;

d. jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. alamat lengkap Perseroan.64

Pada penanaman modal asing ada ketentuan khusus yang mengatur tentang

permodalan dan ataupun kepemilikan saham, hal ini diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan

Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing . Peraturan ini kemudian

diubah dengan Peraturan Pemerintah No.83 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas

64 Pasal 9 ayat 1 UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham Dalam

Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing. Dalam

Pasal 1 PP No. 20/1994 dikemukakan: Persetujuan penanaman modal asing yang

diberikan dalam rangka mendirikan perusahaan penanaman modal asing yang

berbentuk Perseroan Terbatas menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia. Dari ketentuan PP No.20/1994 tersebut, dapat diketahui peluang bagi

investor asing dalam menjalankan usaha di Indonesia semakin terbuka.

C. Prosedur Pendirian Usaha Patungan

Untuk melaksanakan usaha dalam bentuk kerjasama patungan di

Indonesia, sesuai dengan Pasal 12 Keputusan Kepala Badan Koordinasi

Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 tentang Pedoman dan Tata Cara

Permohonan Penanaman Modal yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal

Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, harus melalui prosedur pengajuan

permohonan antara lain:65

a. Calon penanam modal yang berminat untuk menanamkan modalnya dalam

bentuk kerja sama patungan mempelajari lebih dahulu daftar skala prioritas

penanaman modal yang berlaku dan mengadakan penelitian yang cukup

mengenai bidang usaha terbuka, lokasi, proyek, tingkat priorotas dan

ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.

65 Salim HS dan Budi Sutrisno, op cit, hal. 255.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

b. Apabila permohonan tersebut sesuai dengan peraturan Perundang-undangan

dan ketentuan persyaratan yang berlaku, calon tersebut mengajukan letter of

intent kepada Deputi bidang penilaian dan perijinan BKPM.

c. Deputi bidang penilaian dan perijinan setelah meneliti letter of intent tersebut.

Kemudian meneruskan kepada ketua BKPM untuk mendapatkan keputusan.

d. Keputusan BKPM tersebut segera diberitahukan kepada calon penanam modal

yang bersangkutan dan apabila BKPM menyetujui permohonan penanaman

modal tersebut, maka calon penanam modal segera mengajukan usulan proyek

secara lengkap kepada BKPM dengan mengisi formulir dan melampirkan,

antara lain:

1. Daftar kebutuhan tenaga kerja

2. Rencana lokasi penanaman modal

3. Ketentuan-ketentuan lain yang diperlukan.

e. Setelah permohonan tersebut dibahas dan dipertimbangkan dalam rapat

koordinator BKPM, maka ketua BKPM kemudian menyampaikan hasil

pertimbangannya dalam bentuk surat rekomendasi kepada Presiden untuk

mendapatkan persetujuan.

f. Jika Presiden menyetujui permohonan tersebut, maka Deputi bidang penilaian

dan perijinan menyelenggarakan penyusunan pemberian perijinan penanaman

modal yang telah disetujui pemerintah sesuai dengan pelimpahan wewenang

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

menteri-menteri yang bersangkutan dan menyampaikan kepada calon penanam

modal yang bersangkuta.

Adapun prosedur pengajuan permohonan penanaman modal asing di

daerah dimana daerah telah diberi kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri

atau otonomi daerah adalah sebagai berikut:66

a. Proses produksi yang dilengkapi dengan bagan Alir Proses serta

mencantumkan jenis bahan baku/penolong bagi industri pengolahan.

1. Bagi peserta asing :

a. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan perubahannya beserta

terjemahannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

b. Warga negara asing melampirkan fotokopi paspor lengkap yang masih

berlaku.

2. Bagi perusahaan penanam modal asing:

a. Fotokopi akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen

Hukum dan Ham serta perubahannya.

b. Fotokopi izin usaha tetap (IUT).

c. Fotokopi NPWP/PPKP.

3. Uraian teknis:

66 http://www.bkpmd.go.id/, diakses pada tanggal 3 Oktober 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

b. Uraian kegiatan usaha bagi bidang usaha jasa.

4. Naskah atau rancangan perjanjian usaha patungan antara peserta Indonesia

dengan peserta asing dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris,

ditandatangani oleh semua peserta patungan.

5. Bagi PMA yang 100 % modalnya dimiliki oleh badan hukum asing dan/atau

warga negara asing tidak diperlukan rancangan perjanjian usaha patungan.

6. Persyaratan dan/atau ketentuan sektoral tertentu yang dikeluarkan oleh

pemerintah provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan yang

masih berlaku.

Setelah itu, untuk mendapatkan Surat Persetujuan Penanaman Modal Asing,

investor asing harus melampirkan beberapa persyaratan, yaitu:

1. Perizinan tenaga kerja asing

2. Perizinan pertanahan

3. Perizinan lingkungan hidup dan izin daerah

4. Perizinan fasilitas

5. Pengesahan akte pendirian perusahaan.

Setelah prosedur tersebut dapat diselesaikan, barulah pemohon penanaman

modal dalam bentuk kerjasama patungan itu melaksanakan kegiatannya dari

Indonesia. Dengan adanya pengaturan-pengaturan diatas, maka penanaman modal

khususnya penanaman modal asing di Indonesia yang akan melaksanakan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

usahanya diharuskan untuk melakukan kerjasama patungan dengan modal

nasional.

Pokok-pokok yang dicakup dalam perjanjian kerja sama patungan dengan

modal asing diwujudkan dalam klausula yang dirumuskan menurut sistem hukum

perjanjian yang berlaku. Pada dasarnya ada tujuh pokok materi yang dicakup

dalam perjanjian kerja sama patungan dengan modal asing yaitu mengatur:67

3. Direksi dan manajemen perusahaan patungan.

1. Pembentukan badan hukum perusahaan patungan, yaitu didalamnya mengatur

mengenai:

a. Peserta dalam kerja sama patungan.

b. Jenis kerja sama patungan.

c. Yurisdiksi yang dipakai, yang biasanya dikaitkan dengan pengaturan hukum

dan tersedianya perangsang dan fasilitas administratif.

d.Ketentuan-ketentuan yang dicakup dalam dokumen pembentukan perusahaan

patungan, masalah perlindungan dan jaminan pelaksanaan kerja sama

patungan tersebut.

e. Nama badan hukum perusahaan patungan tersebut.

2. Pemilikan dan struktur modal.

67 Sumantoro, op cit, hal. 211-216.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

4. Mengenai pengelolaan keuangan atau keuntungan perusahaan.

5. Dalam hal ada penggantian peserta karena mengundurkan diri, perlu

dirumuskan bagaimana mendapatkan peserta penggantinya.

6. Pengaturan mengenai pemasaran dan jasa-jasa teknis.

7. Untuk menyelesaikan sengketa jika timbul, maka beberapa cara penyelesaian

tersebut perlu dirumuskan cara-cara mana yang harus diambil.

Ketujuh pengaturan perjanjian kerja sama patungan tersebut merupakan

pola pokok-pokok saja. Dalam prakteknya, ada perjanjian kerja sama patungan

yang sangat sophisticated yang menyebutkan ketentuan, isinya secara terperinci,

serta mempunyai beberapa kaitan dengan perjanjian atau kontrak lainnya, seperti

lisensi paten, kontrak manajemen, pinjaman kredit, dan sebagainya.

Secara jelas tidak ada ketentuan yang mengatur format baku dari anggaran

dasar Perseroan Terbatas, para pihak dalam suatu perjanjian untuk mendirikan

badan hukum perseroan terbatas diberikan kebebasan untuk membuat anggaran

dasar dan menentukan isinya. Namun jika merujuk pengaturan yang ada dalam

Undang-Undang Perseroan Terbatas, maka anggaran dasar suatu perseroan

memuat hal-hal berikut:68

68 Muharyanto, Kedudukan Joint Venture Agreement dan Anggaran Dasar Joint Venture Company,

1. Nama dan tempat kedudukan perseroan

http://www.docstoc.com/docs/838592, diakses tanggal 15 Agustus, hal. 45- 46.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

Perseroan sebagai sebuah badan hukum (legal entity) menyandang hak dan

kewajiban hukum dan diakui secara hukum. Oleh karena itu badan hukum

perseroan terbatas adalah subjek hukum yang memiliki kemandirian secara

hukum, memiliki harta yang terpisah dari para pendirinya, anggota atau penanam

modal perusahaan tersebut. Sebagai subjek hukum, Perseroan dikenal melalui

sebuah nama dan kedudukannya yang jelas. Perseroan yang baru akan dibentuk,

tidak diperbolehkan memakai sebuah nama yang telah digunakan oleh pihak lain.

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan

Badan hukum perseroan dibentuk dengan tujuan tertentu, yaitu mencapai

tujuan bisnis yang direncanakan, tujuan bisnis akan menunjukkan karakteristik

perseroan tersebut karena erat kaitannya dengan peraturan yang berlaku. Maksud

dan tujuan merupakan usaha pokok Perseroan. Perseroan yang bertujuan menjadi

Perseroan Terbuka (Tbk), maka peraturan pasar modal menjadi pedoman bagi

perseroan tersebut untuk bertindak atau melakukan kegiatannya, begitu juga

dengan perusahaan yang bertujuan menjalankan investasi yang masuk dalam

daftar investasi khusus, maka perseroan sebagai badan hukum akan banyak

mendasari kegiatannya dengan peraturan dan undang-undang khusus yang

mengatur bidang investasi tersebut.

Di dalam sebuah joint venture agreement untuk mendirikan joint venture

company, para pihak menyatakan dengan jelas tujuan dari kegiatan usaha

patungan yang akan dijalankan, dan kemudian tujuan dari kegiatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

dijanjikan dalam kontrak tersebut dapat dituangkan dalam sebuah anggaran dasar

sebagai sistem manajemen perseroan terbatas (joint venture company).

D. Ketentuan Pengalihan Hak Atas Saham

Saham dalam sebuah perusahaan dapat dialihkan (transfer) tanpa

mengubah kepemilikan hukum dan bisnis dasar perusahaan. Bagaimanapun,

penjualan saham dalam sebuah perusahaan patungan adalah umum dan tunduk

kepada ketentuan-ketentuan dan pembatasan yang diperlukan. Tidak semua

pengalihan saham dapat dilakukan begitu saja oleh satu pihak, melainkan harus

memenuhi ketentuan-ketentuan dan pembatasan yang disepakati. Pengalihan

saham secara langsung akan mengakibatkan berubahnya komposisi kepemilikan

saham didalam perusahaan (internal transfer), maka ketentuan yang sudah ada

tidak akan banyak mengalami perubahan, itupun masih tergantung dari jumlah

saham yang dialihkan. Jika jumlah saham yang dialihkan mempengaruhi dan

menyebabkan penggantian kontrol perusahaan, maka akan merubah perjanjian

sebelumnya.69

Namun jika pengalihan saham tersebut dialihkan kepada pihak diluar

perusahaan (external transfer), maka hal tersebut menyebabkan masuknya

investor baru ke perusahaan. Ketentuan masuknya investor baru atau pemegang

saham baru biasanya melalui proses yang sangat ketat. Hampir semua perjanjian

69 Ibid, hal. 23.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

usaha patungan (joint venture agreement) mengandung ketentuan yang

membatasai pengalihan saham. Pendekatan yang dapat diambil dalam pembatasan

pengalihan saham diantaranya:

1. Pengalihan saham tidak diperbolehkan tanpa persetujuan para pihak.

2. Pengalihan saham tidak boleh dilakukan dalam periode tertentu, misalnya

selama 3 tahun pertama.

3. Pengalihan saham kepada pihak lain diperbolehkan dengan persyaratan bahwa

pemegang saham baru menyetujui ketentuan-ketentuan bisnis joint venture

company yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Dalam banyak ketentuan joint venture company yang terdiri banyak pihak,

para pihak diberikan hak untuk dapat membeli kembali saham-saham yang ada

terutama saham yang akan dialihkan sebelum dijual kepada pihak lain, saham

tersebut harus ditawarkan kepada pemegang saham lainnya terlebih dahulu

dengan harga yang telah ditetapkan dan disetujui. 70

Para pihak perlu menentukan dan mengenal cara-cara yang dapat

dipergunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah utama yang timbul dan

mampu untuk mencari jalan keluarnya (problem solving), termasuk pada saat

E. Penyelesaian Sengketa

70 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

tidak ada titik temu antara para pihak ketika pengambilan sebuah keputusan dalam

sebuah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat-rapat Dewan Direksi.

Penyelesaian sengketa ini, setidaknya harus mempersiapkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Suatu kewajiban bagi para pihak dalam joint venture company untuk mencari

dan memecahkan masalah dengan mengerahkan orang-orang terbaik, paling

senior dan berpengalaman di perusahaan mereka, serta berwenang mengambil

keputusan.

2. Salah satu pihak dapat meminta penyelesaian sengketa diajukan melalui

mediasi, atau bentuk lain dari Alternative Dispute Resolution (ADR), tetapi

bukan merupakan suatu kewajiban bagi para pihak untuk terlibat dalam

prosedur ADR kecuali memang telah disepakati.

3. Penyelesaian melalui pengadilan umum atau pengadilan arbitrase yang telah

disetujui terlebih dahulu di dalam joint venture agreement, penyelesaian

sengketa yang diambil pada jalur pengadilan ini bersifat final dan mengikat.71

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase selalu menjadi pilihan utama

dalam joint venture agreement international. Proses yang dilalui saat penyelesaian

masalah bersifat sangat private, lebih fleksibel dibandingkan badan peradilan

lainnya. Jika para pihak berasal dari negara yang menandatangani konvensi New

York tahun 1958 dapat mengajukan proses sengketa melalui arbitrase

71 Ibid, hal.31.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

internasional. Sebagai penerapan prinsip kebebasan berkontrak, para pihak

memiliki kebebasan dalam menentukan dan memilih forum penyelesaian

sengketa. Jika badan arbitrase telah dipilih, maka ketentuan dalam perjanjian

harus dinyatakan secara tegas di peradilan arbitrase mana yang akan dipilih. Ada

banyak pilihan yang dapat menjadi alternatif, seperti UNCITRAL, International

Chamber of Commerces (ICC), Formely London Court of International

Arbitration (LCIA), Hongkong International Arbitration Center, Singapore

International Arbitration Centre, Vienna Arbitration Centre, Netherland

Arbitration Institute, Arbitration Institute of Stockholm Chamber of Commerce,

atau lembaga arbitrase internasional lainnya.

Pada saat perjajanjian antara para pihak dibuat, penting sekali untuk

menentukan hal-hal yang berkaitan dengan:

1. Pilihan hukum (choice of law), para pihak menentukan sendiri dalam kontrak

tentang hukum mana yang berlaku terhadap interprestasi kontrak tersebut.

2. Pilihan forum (choice of jurisdiction), yakni para pihak menentukan sendiri

dalam kontrak tentang pengadilan atau forum yang berlaku jika terjadi

sengketa diantara para pihak.

3. Pilihan domisili (choice of domicille), dalam hal ini para pihak melakukan

penunjukan dimanakah domisili hukum para pihak tersebut.

Ketika para pihak melakukan pilihan hukum, pilihan forum, dan pilihan domisili,

maka pilihan tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek untung

dan ruginya secara matang. Jika para pihak tidak memilih pilihan hukum, forum

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

dan domisili maka akan menimbulkan persoalan yuridis yang serius. Apabila

terjadi perselisihan atau sengketa diantara para pihak tersebut, akan menyebabkan

terjadinya benturan kepentingan dan benturan kekuasaan hukum.72

Pemilihan tempat arbitrase sangat penting, karena berkaitan dengan

penerapan prosedur dan aturan lembaga arbitrase yang dipilih. Pihak internasional

lebih memilih tempat arbitrase yang dirasakan lebih netral. Jarang sekali pihak

asing mau memilih Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) untuk

menyelesaikan sengketa. Hal tersebut berangkat dari kekhawatiran tidak adanya

netralitas dalam proses pengambilan keputusan.

72 Ibid, hal. 32.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu selanjutnya terhadap

permasalahan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan penanaman modal asing secara langsung (direct investment) di

Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal. Undang-undang ini menggantikan dua undang-undang yang berlaku

sebelumnya yaitu UU No.1 Tahun 1967 dan UU No. 6 tahun 1968 yang

dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan

perjanjian-perjanjian Internasional yang telah diratifikasi. UU No. 25 tahun

2007 telah membuka pintu yang lebar bagi investasi langsung di Indonesia. hal

ini terlihat dari semakin luasnya bidang-bidang penanaman modal yang dibuka

bagi kegiatan penanaman modal, penyederhanaan syarat dan prosedur serta

banyaknya fasilitas penanaman modal yang disediakan. Pada sisi lain, UU

No.25 Tahun 2007 juga menetapkan kewajiban dan tanggung jawab penanam

modal sehingga dapat diminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul dari

kegiatan penanaman modal.

2. Pada prinsipnya keberadaan modal asing adalah sebagai unsur pelengkap dalam

pembiayaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, beberapa peraturan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

perUndang-undangan di bidang penanaman modal membatasi kepemilikan

saham asing pada bidang-bidang usaha tertentu. Pembatasan kepemilikan

ssaham asing diatur dalam PP NO. 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham

dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal.

Disamping itu, pembatasan pemilikan saham asing untuk bidang-bidang usaha

tertentu diatur dalam kebijakan daftar negatif investasi sebagaimana terakhir

kali diatur dalam Peraturan Presiden No.36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang

Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di

Bidang Penanaman Modal.

3. Penanaman modal asing di Indonesia harus dilakukan dalam bentuk usaha

patungan (joint venture) khususnya terhadap bidang usaha yang dibatasi

kepemilikan saham asing. Pembentukan perusahaan penanaman modal

patungan didasarkan pada Perjanjian Pembentukan Usaha Patungan (Joint

Venture Agreement) yang disepakati para pihak. Joint Venture Agreement

tersebut tidak boleh bertentangan dengan UU No.25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal dan peraturan pelaksanaannya. Joint Venture Agreement

tersebut akan menjadi dasar pembuatan Anggaran Dasar perusahaan patungan

yang didirikan. Oleh karena itu, selain tunduk pada ketentuan UU No.25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal, joint venture company tersebut juga harus

tunduk pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

B. Saran-Saran

1. Dengan lahirnya UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal maka

diharapkan perkembangan pengaturan penanaman modal di Indonesia menjadi

lebih baik. Kehadiran investor sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi

ekonomi. Kehadiran investor ini diharapkan dapat memberikan dampak positif,

selain membuka lapangan pekerjaan, juga dapat menggerakkan roda

perekonomian.

2. Ketentuan kepemilikan saham asing pada perusahaan penanaman modal di

Indonesia telah diatur dalam PP No. 83 tahun 2001 tentang Pemilikan Saham

dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing.

Namun, pada PP No 83/2001 harusnya dikemukakan secara limitatif bidang-

bidang usaha apa saja yang tidak dapat dimasuki secara penuh. Bidang-bidang

inilah yang sering disebut menyangkut hajat hidup orang banyak dan penting

bagi negara. Sedangkan pada UUPMA secara limitatif dikemukakan bidang-

bidang usaha apa yang tidak dimasuiki PMA dan bidang usaha apa saja yang

tidak dapat dimasuki secara penuh.

3. Perlu diadakan peninjauan kembali aspek-aspek pengaturan Perundang-

undangan dan ketentuan pelaksanaan kerja sama patungan. Aspek-aspek yang

perlu ditinjau yaitu: Peraturan-peraturan yang belum ada ketentuan-ketentuan

pelaksanaannya sehingga mengakibatkan kurang atau tidak efektif, peraturan-

peraturan yang kurang jelas yang akan menimbulkan penafsiran-penafsiran

yang berbeda-beda, peraturan yang sudah tidak memadai untuk dipakai dan

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB III KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35741/5/Chapter III-V.pdf · KEPEMILIKAN SAHAM ASING PADA PENANAMAN MODAL PERUSAHAAN A. Bentuk- Bentuk

kebutuhan dewasa ini sehingga perlu diperbaharui, masalah-masalah yang

belum ada pengaturannya sama sekali, masalah pengaturan yang teknis

sifatnya, seperti pengaturan di bidang tanah, pengaturan di bidang modal dan

sebagainya.Yang menjadi perhatian adalah meneliti peraturan-peraturan yang

perlu disempurnakan, dihapuskan atau diperbaiki sehingga dapat diciptakan

iklim pengaturan yang jelas, lengkap dan memberikan kepastian hukum.

Universitas Sumatera Utara