Upload
vukhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Tempat penelitian berada di Sub DAS Kunir Kecamatan Pacitan,
Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 5 (lima) bulan yaitu mulai bulan Januari
sampai dengan bulan Mei 2016.
C. Tatalaksana Penelitian
1. Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
a. Peralatan survey lapangan: GPS, kamera digital, handycam, lembar
quesioner, serta alat tulis.
b. Peralatan untuk digitasi peta: Komputer, Software ArcGis 10, ENVI®
geospatial software.
c. Bahan untuk digitasi dan analisis peta antara lain: Citra Satelit Landsat,
Peta Administrasi Kabupaten Pacitan, Peta Tata Guna Lahan, Peta
Geologi, Peta Topografi, dan Peta digital Kabupaten Pacitan.
d. Peralatan untuk analisis: Komputer, Software SPSS Statistics versi 17.0.,
Software Microsoft Office Excel 2007.
2. Prosedur Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini diambil dari beberapa sumber, yakni
melalui proses digitasi citra satelit, serta berdasarkan survey/quosioner
yang dibagikan kepada sampel masyarakat di wilayah Sub DAS Kunir
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.
2
b. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini diambil dari beberapa sumber,
yakni data dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) untuk
mengetahui tentang kebijakan tata ruang yang telah ada, Peta Topografi
untuk mengetahui kondisi topografik di wilayah sub DAS, Peta Geologi
untuk mengetahui jenis – jenis tanah di wilayah sub DAS, Data
klimatologi terutama curah hujan untuk mengetahui tren curah hujan
selama 30 Tahun, serta data yang berkaitan dengan kondisi kependudukan
di wilayah Sub DAS Kunir Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan,
Provinsi Jawa Timur.
3. Tahapan dan Cara Kerja
Sesuai dengan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, diperlukan metoda pelaksanaan penelitian yang tepat dan efektif,
agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang optimal. Untuk itu Peneliti
mencoba memberikan tahapan dan metoda pelaksanaan penelitian yang
secara lengkap diuraikan seperti berikut di bawah ini. Adapun sistematisasi
dari penelitian melalui tahapan-tahapan seperti pada diagram alir tahapan
penelitian (Gambar 3.).
3
Gambar 3. Diagram Alir Tahapan Kerja
1. Persiapan
Merupakan tahap awal yang mencakup tentang pemahaman suatu
permasalahan guna untuk mencari pendekatan dan asumsi-asumsi yang digunakan
dengan tingkat kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan. Hal ini perlu
dilakukan sehubungan dengan berbagai keterbatasan terutama masalah
ketersedianaan data dan informasi. Kegiatan yang harus dikerjakan pada langkah
kegiatan persiapan adalah sebagai berikut:
PERSIAPAN
METODA EVALUASI
DEDUKSI
(Analitik & Empirik)
ANALISIS
DEBIT SUNGAI ANALISIS ALIH
FUNGSI LAHAN
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. AFL Tahun 1985
2. AFL Tahun 1995
3. AFL Tahun 2005
4. AFL Tahun 2015
PERUMUSAN HASIL
(REKOMENDASI)
DATA PRIMER
1. Citra Landsat
2. Quisioner
3. Survey Tata Guna Lahan
DATA SEKUNDER
1. Studi Terdahulu
2. Literatur
3. Instansi Terkait
4. Hujan dan Iklim
ANALISIS
SOSEK
ANALISIS
HIDROLOGI
ANALISIS
BANJIR
4
a. Pengurusan administrasi, melakukan pekerjaan administrasi dan
pengurusan ijin dengan instansi terkait.
b. Penyiapan semua sarana kerja yang dibutuhkan untuk menunjang
pelaksanaan penelitian, antara lain pengadaan fasilitas akomodasi,
transportasi dan penyediaan alat yang akan dipergunakan di lapangan.
c. Identifikasi lapangan, melakukan identifikasi daerah penelitian baik
berupa survey langsung ke lokasi atau dari peta hasil studi terdahulu.
2. Tahap Inventarisasi Data dan Kompilasi Data
Merupakan kegiatan survey lapangan dan pengumpulan data sekunder pada
instansi terkait sesuai dengan kebutuhan yang dimaksud pada butir 1. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap pengumpulan data, survey dan penyelidikan ini
meliputi :
a. Pengumpulan dan inventarisasi data teknis pada studi terdahulu.
b. Melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan survey kondisi lapangan
serta melakukan pengamatan langsung maupun tak langsung karakteristik
sungai dan Sub DAS di daerah penelitian
c. Melakukan penyelidikan dan telaah pada masing-masing aspek yang dapat
menjadi penyebab perubahan tata guna lahan.
d. Pengumpulan peta dasar seperti peta topografi, peta geologi, peta tata guna
lahan dan peta lain yang menunjang penelitian ini
Pengumpulan data awal dan sumber data antara lain :
Data Primer :
a. Informasi penggunaan lahan: Analisis Menggunakan software ArcGIS dan
ENVI.
b. Kondisi daerah aliran sungai: Orientasi lapangan
c. Sosial ekonomi masyarakat: Survey sosek
Data Sekunder:
a. Citra satelit landsat: USGS GLOVIS
b. Citra Google Earth: Google Corp
c. Data Curah Hujan 30 Th: Stasiun Hujan Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Pacitan
d. Klimatologi: Stasiun Klimatologi Dinas Bina Marga dan Pengairan
5
Kabupaten Pacitan
e. Peta Topografi: Bakosurtanal
f. Geologi: Bappeda Kabupaten Pacitan
3. Tahap Analisis dan Pembahasan
Merupakan tahap pengolahan data dan interpretasi hasilnya berdasarkan dari
hitungan pendekatan yang digunakan dengan merelasikan kondisi lapangan
setempat berdasarkan tolak ukur yang digunakan. Pada tahap ini akan dilakukan
Analisis perubahan tata guna lahan dengan Peta GIS, Analisis Hidrologi, Analisis
Debit Banjir, Analisis Debit Sungai dan pembahasan hasil survey sosek.
a. Analisis Tata Guna Lahan
Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan berbedaan koefisien
limpasan (c) untuk 3 (tiga) periode tahun yang berbeda dengan cara
melakukan analisis perubahan tata guuna lahan. Analisis dilakukan
dengan bantuan program software ArcGIS 10.1 dan ENVI 4.5. Koefisien
limpasan (c) ini selanjutnya diguanakan untuk data masukan untuk
perhitungan debit banjir.
b. Analisis Hidrologi
1) Menghitung curah hujan daerah harian maksimum
Untuk menghitung curah hujan daerah harian maksimum, dapat
dipakai beberapa cara, yaitu : Rerata Aljabar, Poligon Thiessen dan
Isohhyet. Pengambilan data curah hujan dapat diambil dari stasiun-
stasiun pencatat hujan yang berdekatan dengan lokasi. Menurut
Sosrodarsono (2003), pada umumnya untuk menentukan metode curah
hujan daerah yang sesuai adalah dengan menggunakan standar luas
daerah, sebagai berikut: (1) Daerah tinjauan dengan luas 250 ha dengan
variasi topografi kecil, dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah
hujan, (2) Untuk daerah tinjauan dengan luas 250-50000 ha yang
memiliki dua atau tiga titik pengamatan dapat menggunakan metode
rata-rata aljabar, (3) Untuk daerah tinjauan dengan luas 120000-500000
ha yang mempunyai titik-titik pengamatan tersebar cukup merata dan
6
di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi
topografi, dapat digunakan cara rata-rata aljabar. Jika titik-titik
pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara poligon
Thiessen, (4) Untuk daerah tinjauan dengan luas lebih dari 500000 ha
dapat digunakan cara isohyet atau metode potongan antara (inter-
section method). Selain itu pemilihan metode yang cocok untuk
perhitungn curah hujan daerah dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan faktor – faktor seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemilihan Metode Perhitungan Curah Hujan Daerah
Metode Jumlah Pos
Hujan
Luas DTA (Ha) Topografi
Rerata Aljabar Terbatas < 50000 Pegunungan
Thiessen Terbatas 50000 s/d
500000
Dataran
Isohyet Cukup > 500000 Berbukit dan tidak
beraturan
Dengan mengacu pada literatur tersebut maka perhitungan
hujan rerata menggunakan cara Rerata Aljabar yang didapatkan dengan
mengambil nilai rata-rata hitung (arithmetic mean) pengukuran hujan di
pos-pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Selanjutnya besarnya
tinggi curah hujan rerata dapat dicari dengan persamaan 3.1 (Soemarto,
1987) :
n
RRRR n.....21
………………………………………(3.1)
dengan :
R = Tinggi curah hujan rata-rata.
R1, R2, R3,……,Rn = Tinggi curah hujan di pos 1,2,3,….,n.
n = Banyak pos penakar
7
2) Pemeriksaan Data Hujan
Metode yang digunakan adalah uji Grubbs and Beck untuk
menetukan outlier dari suatu kumpulan data hujan. Outlier adalah data
yang menyimpang cukup jauh dari trend kelompoknya. Keberadaan
outlier biasanya mengganggu pemilihan jenis distribusi suatu sampel
data, sehingga outlier ini perlu dibuang. Untuk estimasi PMF, outlier
bawah dapat langsung dibuang namun outlier atas harus
dipertimbangkan masak-masak, perlu dibandingkan dengan data hujan
atau banjir historis dan informasi hujan atau banjir dari stasiun–stasiun
didekatnya. Uji Grubbs and Beck menetapkan dua batas ambang bawah
XL dan ambang atas XH sebagaimana tertera pada persamaan 3.2 dan
3.3. (U.S. Water Resources Council 1981) :
).(. SKxExpX nH ………………………………………(3.2)
)S.Kx(.ExpX nL ……………………………..…………(3.3)
dengan :
XH = nilai ambang atas
XL = nilai ambang bawah
x = nilai rata-rata
S = simpangan baku dari logaritma terhadap sampel data
Kn = besaran yang tergantung pada jumlah sampel data (Lampiran 3).
n = jumlah sampel data
Data yang nilainya diluar XH dan XL diklasifikasikan sebagai outlier.
3) Analisis Hujan Rancangan (Design Rainfall)
a) Metode E.J. Gumbel Type I
Menurut Gumbel (1941) persoalan yang berhubungan dengan harga-
harga ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Gumbel
menggunakan teoi-teori ekstrim X1, X2, X3,…, Xn, dimana sampel-
sampelnya sama besar dan X merupakan variabel berdistribusi
ekspoinensial maka probabilitas kumulatipnya seperti tertera pada
persamaan 3.4. (Soemarto 1986) :
8
bXaeeXP)( ………….............…………………………(3.4)
dengan :
P (X) = probabilitas
X = variabel berdistribusi eksponensial
e = bilangan alam = 2,7182818
a,b = konstanta
Waktu balik antara dua buah pengamatan konstan sebagaimana
pada persamaan 3.5. (Soemarto 1986) :
XP1
1 XTr
……...............……….……………………(3.5)
dengan :
Tr (X) = waktu balik
P (X) = peluang
Menurut Soemarto (1986) ahli-ahli teknik sangat berkepentingan
dengan persoalan-persoalan pengendalian banjir sehingga lebih
mementingkan waktu balik Tr (X) daripada probabilitas P (X),
untuk itu maka :
XTr
1XTrlnln
a
1bXT ………...….……………………(3.6)
atau
XTr
1XTrlnlnYT …….……………………(3.7)
dengan :
XT = variate X
a, b = konstanta
Tr (X) = waktu balik
YT = reduced variate
9
Chow dalam Soemarto (1986) menyarankan agar variate
X yang menggambarkan deret hidrologi acak dapat dinyatakan dengan
persamaan 3.8.
X T = X + K . SX …………….....…….….....……………(3.8)
dimana :
XT = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan
rancangan untuk periode ulang pada T tahun (mm)
X = Harga rerata dari harga ( mm )
Sx = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang
(return periode) dan tipe distribusi frekuensi.
Faktor frekuensi K untuk harga-harga ekstrim Gumbel ditulis
dengan persamaan 3.9. (Soemarto 1986) :
Sn
YnYtK
……………............……………………(3.9)
dengan :
YT = Reduced variete sebagai fungsi periode ulang T
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n
Sn = Reduced standart deviation sebagai fungsi dari banyaknya
data n (Lampiran 7)
Dengan mensubstitusi kedua persamaan di atas diperoleh:
S.Sn
YnYtXXT
……………..………………(3.10)
b) Metode Log Pearson Type III
Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Log Pearson III
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan harian maksimum dari data
terkecil sampai terbesar, dan dihitung probabilitasnya dengan
menggunakan rumus Gumbel seperti pada persamaan 3.11.
10
(Soemarto 1986) :
%100x1n
mp
…………................…………………(3.11)
Dengan:
m = nomor urut data, n = jumlah data
2. Data curah hujan harian maksimum yang telah diurutkan dihitung
nilai logaritma dari masing-masing data, jumlah logaritma dan
rerata logaritmanya.
3. Menghitung koefisien kepencengan dengan menggunakan
persamaan 3.12. (Soemarto 1986) :
3
15
1i
3
.Sd2.n.1n
logxlogxn.
Cs
……………....................………(3.12)
4. Menghitung logaritma hujan P dengan waktu balik yang
dikehendaki dengan persamaan 3.13. (Soemarto 1986) :
Log P = Log X + G. Sd ……………................……………(3.13)
c) Metode Log Normal
Distribusi Log Normal memiliki sifat yang khas yaitu nilai
asimetrisnya (skewness) hampir sama dengan 3 dan bertanda positif.
Atau nilai Cs kira - kira sama dengan tiga kali nilai koefisien variasi
(Cv). Persamaan distribusi Log Normal sama dengan persaman
distribusi Log Pearson tipe III yang telah diuraikan di atas, dengan
nilai koefisien asimetris g log x = 0.
4) Pemeriksaan Kesesuaian Distribusi Frekuensi
a) Metode Smirnov-Kolmogorof
Pengujian distribusi metode Smirnov Kolmogorov didasarkan pada
perhitungan probabilitas dan plotting data untuk mengetahui data
yang mempunyai simpangan terbesar.
1. Probabilitas dihitung dengan rumus Weibull (persamaan 3.14).
(Soemarto 1986) :
11
100%x 1 m
n P
……………………………(3.14)
dengan :
P = probabilitas
m = nomor urut data seri yang telah disusun
n = besarnya data
2. Menghitung nilai G untuk mengetahui probabilitas dari data yang
mempunyai simpangan terjauh berdasarkan persamaan 3.15.
(Soemarto 1986) :
Log X = Log X + G x S ………………………(3.15)
Dari tabel Log Pearson III didapatkan harga Pr
3. Pengujian kesesuaian Metode Smirnov Kolmogorov dilakukan
dengan persamaan 3.16 dan 3.17. (Soemarto 1986) :
Px = 1 - (Pr) ……………................…………………(3.16)
max= Sn – Px ……………................…………………(3.17)
dengan :
max = selisih maksimum antara peluang empiris antara
peluang dan peluang teoritis
Sn = peluang teoritis
Px = peluang empiris
Syarat distribusi dapat diterima jika max < kritis.
b) Metode Khi-Kuadrat
Uji kesesuaian Metode Khi-Kuadrat dilakukan dengan terlebih
dahulu mencari harga dari parameter-parameter sebagai berikut :
1. Mencari nilai X dengan probabilitas 80%, 60%, 40% dan 20%,
dengan mencari nilai G pada tiap probabilitas dari tabel Log
Pearson III hubungan antara nilai Skewness dengan probabilitas
yang dimaksud.
12
2. Menghitung nilai X untuk menentukan batas kelas dengan rumus
3.18.
G.Sd X og X Log L ………...…………………(3.18)
3. Menentukan jumlah kelas pengamatan dengan rumus 3.19.
Jumlah kelas = 1 + 3,3 Log . n ……………......…………(3.19)
4. Menentukan frekuensi pengamatan dari data curah hujan harian
maksimum dengan batasan sebagaimana hasil perhitungan di atas
5. Uji kesesuaian Metode Khi-Kuadrat menggunakan rumus 3.20.
Ej
EjOjX
22
……………..................……………(3.20)
dengan :
X2 = harga Khi kuadrat.
Ej = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai
dengan
pembagian kelasnya (= 20% x n).
Oj = frekuensi terbaca pada kelas yang sama.
Nilai Syarat distribusi dapat diterima jika X2
hitung < X2
kritis
X2 untuk uji Khi Kuadrat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
c) Pemilihan Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi yang akan dipakai dalam perhitungan
selanjutnya (debit banjir rancangan) ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan uji kesesuaian distribusi (Uji Smirnov Kolmogorov dan
Khi Kuadrat), dimana metode terpilih adalah yang mempunyai
simpangan minimum.
13
c. Analisis Debit Banjir
1) Metode Rasional
Data untuk penentuan debit banjir rencana pada penelitian ini
adalah data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah satu
dari beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan
besarnya debit banjir rencana dengan persamaan rasional, seperti
berikut (Suripin,2004) :
Q = 0.2778 C I A ……………................………………(3.21)
Dimana:
Q = laju aliran (debit) puncak (m³/detik)
C = koefisien aliran permukaan (0 ≤ C ≤ 1)
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas DAS (ha)
2) Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau ke dalaman air hujan per
satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar
periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan
dapat dihitung dengan rumus mononobe (persamaan 3.22). (Soemarto
1986) :
3
2
24 24
24
t
RI
……………................…………………(3.22)
dengan :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (mm)
t = lamanya hujan (jam)
Hasil pengamatan di Indonesia hujan terpusat tidak lebih dari 7
jam, maka dalam perhitungan ini diasumsikan hujan terpusat
maksimum adalah 6 jam sehari.
14
3) Koefisien Limpasan
Suripin (2004) mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi
nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air,
kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan.
Koefisien ini juga tergantung pada sifat dan kondisi tanah. Laju
infiltrasi turun pada hujan yang terus-menerus dan juga dipengaruhi
oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya. Faktor lain yang juga
mempengaruhi nilai C adalah air tanah, derajat kepadatan tanah,
porositas tanah dan simpanan depresi. Nilai C untuk berbagai tipe tanah
dan penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2. :
Tabel 2. Koefisien Limpasan
No Deskripsi Lahan / Karakter Permukaan Koefisien C
1 Bisnis :
a. Perkotaan
b. Pinggiran
c. tanpa tanaman bawah dan searah
0,70 – 0,95
0,50 – 0,70
2 Perumahan :
a. Rumah Tunggal
b. Multiunit terpisah, terpisah
c. Multiunit, tergabung
d. Perkampungan
e. Apartemen
0,30 – 0,50
0,40 – 0,60
0,60 – 0,75
0,25 – 0,40
0,50 – 0,70
3 Industri :
a. Ringan
b. Berat
0,50 – 0,80
0,60 – 0,90
4 Perkerasan :
a. Aspal dan beton
b. Batu bata , paving
0,80 – 0,95
0,50 – 0,70
5 Atap 0,75 – 0,95
6 Halaman, tanah berpasir : 0,05 – 0,20
7 Halaman tanah berat 0,13 – 0,35
8 Halaman kereta api 0,10 – 0,35
9 Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
10 Taman, perkuburan 0,10 – 0,25
11 Hutan:
a. Datar, 0 – 5%
b. Bergelombang, 5 – 10%
c. Berbukit, 10 – 30%
0,10 – 0,40
0,25 – 0,50
0,30 – 0,60
Sumber : (McGueen 1989 dalam Suripin,2003)
15
d. Analisis Potensi Debit Sungai
Banyak metode dan referensi mengenai cara menghitung potensi debit
banjir. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode FJ. Mock, yaitu
suatu model perhitungan aliran sungai dari data curah hujan, evapotranspirasi,
dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran untuk menaksir tersedianya air
di sungai (Sinaro, 1987). Metode neraca air F.J Mock menganggap bahwa
hujan yang jatuh pada cacthment area sebagian akan hilang sebagai
evapotranspirasi, sebagian lagi akan menjadi limpasan permukaan (direct run
off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi).
Asumsi yang digunakan untuk mengAnalisis predeksi debit bangkitan
adalah:
1) Keseimbangan air di permukaan tanah
Dipengaruhi dari jumlah air yang masuk ke permukaan tanah dan
kondisi tanah. Data-data yang diperlukan adalah :
Curah hujan yang mencapai permukaan tanah
tEPS ………................…..............................…………… (3.23)
dimana :
S = Soil storage
P = Curah hujan
Et = Evaporasi terbatas
Soil Moisture Storage (SMC), adalah kapasitas kandungan air dalam
tanah per m2, biasanya ditaksir 50 s/d 250 mm, dimana taksirannya
berdasar pada kondisi porositas lapisan tanah atas dari catcment area,
sehingga jika porositas tanah lapisan atas tersebut makin besar maka
SMC semakin besar pula.
Initial Soil Moisture Storage (ISMC), yaitu tampungan kelembaban
tanah bulan sebelumnya
SMC = ISMC + (P-Et) …................…........................................... (3.24)
WS (Water surplus), adalah volume air yang akan masuk ke
permukaaan tanah/presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi.
WS = SMC(n-1) + (P-Et) – SMC(n) …........................................... (3.25)
16
dimana :
WS = Water Surplus
SMC(n-1) = Soil Moisture Storage bulan sebelumnya
SMC(n) = Soil Moisture Storage bulan sekarang
2) Debit dan Tampungan air tanah
Data yang diperlukan adalah :
Koefisien infiltrasi (I), nilainya ditaksir berdasarkan kondisi porositas
tanah dan kemiringan daerah pengaliran. Nilai koefisien infiltrasi
kurang dari 1, semakin porous lahan maka nilainya akan semakin
besar/mendekati 1, sedangkan lahan yang terjal dimana air tidak sempat
masuk ke dalam tanah, nilai koefisien infiltrasi akan mendekati 0.
Faktor resesi tanah (k), adalah proporsi dari air tanah bulan lalu yang
masih ada pada bulan sekarang (tidak mengalir pada stream flow)
Initial Storage (IS), adalah besarnya volume air pada saat awal
perhitungan, ditaksir sesuai dengan keadaan musim, seandainya musim
hujan nilainya sama dengan SMC, dan nilainya menjadi lebih kecil
pada saat musim kemarau.
3) Aliran sungai yang merupakan aliran langsung (Dirrect run off)
Base Flow (BF), adalah aliran yang selalu ada sepanjang tahun, yaitu
infiltrasi dikurangi perubahan volume air dalam tanah.
Aliran permukaan (Dirrect run off), adalah water surplus dikurangi
dengan infiltrasi.
Aliran sungai (Run off), adalah aliran permukaan (direct run off)
ditambah dengan aliran dasar (base flow).
e. Analisis sosek
Analisis hasil wawancara pada penelitian ini dilakukan dengan analisis
deskriptif, menurut Dasim (2012), analisis data pada saat penelitian dapat
dilakukan peneliti dengan cara mencatat di lapangan, melakukan member
check kepada subjek penelitian, melakukan penyempurnaan analisis. Langkah
17
berikutnya adalah menyusun kecenderungan-kecenderungan yang timbul
sesuai dengan proses dan jenis data yang didapatkan untuk menangkap
makna yang terkandung di dalamnya.
Setelah dari lapangan, maka dari data yang terkumpul pertama yang
dilakukan adalah reduksi data, yaitu merangkum laporan kuesioner di
lapangan, mencatat dan memasukkan ke dalam file, mengklasifikasi sekaligus
menemukan kecenderungan-kecenderungan yang timbul sesuai dengan fokus
penelitian. Langkah kedua, yaitu menunjukkan data sehingga hubungan data
yang satu dengan lainnya menjadi jelas dan saling membentuk satu kesatuan
yang utuh, membandingkan sekaligus menganalisisnya secara lebih
mendalam untuk memperoleh makna dari temuannya, dan menarik
kesimpulan (Dasim 2012).
4. Perumusan Hasil
Merupakan tahap akhir dari proses penelitian yang intinya adalah menyusun
suatu kesimpulan dari hasil Analisis dan pembahasan serta rekomendasi.