Upload
pakdejack
View
222
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
status
Citation preview
BAB III
STATUS PASIEN
NO. NAMA KANDIDAT : Fiddien Indera Sakti
TANGGAL UJIAN : 6-8-2015
KL
/ L
N
I
L
A
I
I. ACTUAL MARK / PENILAIAN KOMPETENSI
1. Kemampuan Anamnesis :
A. Identitas : Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, dst.
- Nama : Tn. S
- Usia : 72 th
- Alamat : Sutojayan
- Pekerjaan : Swasta
- Suku : Jawa
- Agama : Islam
- Status : Menikah
- Pendidikan : SD
B. Keluhan Utama : Telinga / Hidung / Tenggorok.
- Keluhan Utama : Hidung tersumbat
- RPS :
Pasien mengeluh hidung sebelah kiri tersumbat. hal tersebut dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien merasakan seperti ada benjolan pada
hidung sebelah kiri. Terakhir ini benjolan yang dirasakan semakin
membesar sehingga hidungnya tersumbat bertambah berat, sampai-sampai
terasa sesak saat bernapas. Pasien mengeluh pilek dan mengeluarkan cairan
dari hidungnya berwarna putih, jernih dan kental, tapi tidak berbau.Selain
hidungnya tersumbat pasien juga mengeluh pendengarannya berkurang.
C. Kronologis Keluhan Lain dari Telinga / Hidung / Tenggorok yang
berhubungan. Anamnesis semua keluhan Telinga / Hidung / Tenggorok
akan menambah nilai.
TELINGA :
Otorea ka./ki. -/-
Lamanya -/-
terus-terus / kadang-kadang
Pendengaran ka./ki: ↓
Tinnitus ka./ki. -/-
28
29
Nyeri ka/ki -/-
Sakit kepala -/-
Pusing -/-
Mau jatuh ke ka./ki. -/-
Muka miring ke ka./ki. -/-
Panas -/-
Keluhan lain -/-
HIDUNG :
Pilek ka./ki. : +/ +
Lamanya:
Terus-menerus/kadang-kadang
Buntu ka./ki. :- / +
Lamanya: 1 tahun
Terus-menerus / kadang-kadang
Sekret encer/kental/tidak bisa keluar
Berbau- /-
Bercampur darah -/-
Bersin-bersin -/-
Epistaksis ka./ki -/-
Anosmia -/-
Sakit kepala -/-
Sakit di hidung - / -
Keluhan lain: -
TENGGOROK :
Sakit menelan lamanya -/-
sering-sering -/-
yang terakhir -/-
Trismus -/-
Ptialismus -/-
Panas sering-sering -/-
yang terakhir -/-
Sakit kepala -/-
Rasa ngganjel -/-
Rasa mukus -/-
Keluhan lain : -
LARING :
Sakit menelan -/-
Parau / serak lamanya -/-
30
terus-terus / kadang-kadang
Sesak-/-
Rasa ngganjel -/-
Keluhan lain -/-
D. RPD :
Pasien tidak pernah mengeluh hidung tersumbat hanya beberapa kali
mengalami pilek. Sesak nafas berulang ( disangkal ), MRS (disangkal ),
Riwayat Operasi ( disangkal ),Nyeri Perut / Dyspepsia Syndrome
( disangkal ), Gastritis ( - ),
- RPK :
Di keluarga pasien tidak ada yang sakit serupa dan tidak didapatkan
penyakit genetik tertentu pada keluarga.
- R. Pengobatan :
Pasien belum berobat dan biasanya jika pilek pasien hanya membeli
obat-obatan biasa di apotek.
- R. Alergi :
Riwayat alergi terhadap lingkungan (dingin, debu), makanan, bulu
hewan, obat-obatan, zat-zat lain ( semua disangkal ).
- R. Kebiasaan :
Pasien sehari-hari beraktivitas di hutan, makan 2 kali sehari sampai 3
kali sehari dan sering minum kopi
2. Kemampuan Pemeriksaan Fisik :
A. Cuci tangan sebelum memeriksa pasien.
B. Vital Signs : Tensi, Nadi, Respiratory Rate, Suhu, Berat Badan dan Tinggi
Badan.
- Keadaan Umum : Baik, Tampak sakit ringan, Kesadaran CM (GCS 456)
- Vital Sign : TD : (120/80), RR (22x/menit), Suhu (36,5 C0) dan Nadi
(86x/menit), BB ( 62 kg).
C. Cara Duduk Kandidat Saat Melakukan Pemeriksaan Pada Pasien THT.
- Cara duduk yang baik adalah kaki kiri pasien dan kaki kiri pemeriksa
berimpitan dan saat melakukan pemeriksaan hanya kepala pasien yang
bergerak / menoleh ke kiri dan kanan.
D. Pemeriksaan Telinga : Cara Memegang Auricula, Otoscopy, Tes Bisik, Tes
Garpu Tala Batas Atas dan Batas Bawah, Rinne Test, Weber Test dan
Schwabach Test.
Cara Memegang Auricula, sebagai berikut :
1. Telinga kanan, aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari
III, IV, dan V pada planum mastoid.
31
2. Telinga kiri, aurikulum dipegang dengan jari I dan II. Jari III, IV, dan V
di depan aurikulum. Aurikulum ditarik ke arah postero-superior.
Cara Memegang Otoskop, sebagai berikut :
1. Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE.
2. Nyalakan lampu otoskop.
3. Masukkan spekulum telinga pada MAE.
TELINGA :
LIANG TELINGA LUAR (Meatus Akustikus Externus) :
Bau Busuk : -/-
Sekret : tak ada / sedikit / banyak
Granulasi / polip : tak ada / sedikit / banyak
Dinding belakang atas : turun / tidak
Fistula : -/-
Gejala fistula pre aurikularis :
Gejala intracranial : -
Gejala labirin : -
Saraf fasialis / N.VII : Parese / Paralise : -
Udem / abses aurikularis : -
Fistel retro aurikularis : -
Nyeri tekan : -
MEMBRANA TIMPANI :
Tes Telinga Sisi Kanan Kiri
Tes Bisik 1 meter :
Tes Garpu Tala Frekuensi :
- 1024 Hz
- 952 Hz
- 512 Hz
- 426 Hz
- 341 Hz
- 286 Hz
9/10
+
+
+
+
+
9/10
+
+
+
+
-
+ Intak + - Retraksi - -Bombans -- Perforasi -
- Sekret -- Patologi - - Hiperemi -
32
+ -
Rinne Test Positif Negatif
Schwabach Test Memendek Memanjang
Weber Test Lateralisasi ke Lateralisasi ke kiri
Kesimpulan Test Bisik dan Garpu Tala:
Normal / Tuli konduksi / persepsi D
Normal / Tuli konduksi / persepsi S
Pada pemeriksaan telinga kesan membran timpani hiperemis, dan terdapat
gangguan pendengaran
E. Pemeriksaan Hidung : Rinoskopi Anterior, Nyeri Tekan Fossa Canina,
Trans-iluminasi sinus paranasalis (Diaphanoscopy) yaitu Sinus Maxillaris
dan Sinus Frontalis.
Cara pemakaian spekulum hidung :
1. Memegang spekulum dengan tangan kiri posisi spekulum horisontal,
tangkai lateral, mulutnya medial ( masuk dalam lubang hidung ).
2. Memasukkan spekulum : mulut spekulum dalam keadaan tertutup,
masukkan ke dalam kavum nasi dan mulut spekulum dibuka pelan-pelan.
3. Mengeluarkan spekulum : mulut spekulum ditutup 90 %, baru
dikeluarkan. Jika ditutup 100 %, maka mungkin ada bulu rambut yang
terjepit dan ikut tercabut ke luar.
HIDUNG :
Keadaan luar : hiperemia -/-
Rhinoskopia anterior :
Vestibulum nasi : DBN
Dasar kavum nasi : Sekret Mukus, +/+
Meatus nasi inferior : Sekret Mukus, +/+
Konka nasi inferior : Hiperemia -/+
Meatus nasi media : Sekret Mukus, +/+
Konka nasi media : Hiperemia -/+
Fisura olfaktoria : DBN
Septum nasi : DBN
Polip : Dikavum nasi sinistra multiple
Rinoskopia posterior : Tidak dilakukan
Koana : -/-
33
Kauda konka nasi : -/-
Nasofaring : - Atap :-
- Dinding posterior : -/-
- Dinding lateral : -/-
Ostium tubae : -/-
Torus tubarius : -/-
Fosa rosenmuller : -/-
Transiluminasi : - Sinus Frontalis : Terang/Terang
- Sinus Maksilaris : Terang/Gelap
Gejala lain :
- Dorsum nasi: krepitasi (-), deformitas (-)
- Regio Frontalis: nyeri tekan -/-
Regio Maksilaris: - nyeri tekan fossa kanina -/-
- Pemeriksaan Rhinoscopy anterior dilakukan menggunakan speculum
hidung yang di operasikan menggunakan tangan kiri pemeriksa dan tangan
kanan mengoperasikan instrument lain yang diperlukan sehingga dapat
dievaluasi kelainan yang ada dalam cavum nasi. Hasil : berdasarkan
inspeksi luar tidak ditemukan deviasi septum nasi (-), oedema (-), saddle
nose (-), lorgnette nose (-), vulnus (-), maserasi bibir (-), eritema sekitar
nares anteriores (-), krusta (-), posisi septum nasi baik ditengah.
Pemeriksaan dengan Spekulum : Vestibulum nasi tidak tampak kelainan,
cavum nasi bagian bawah tampak hiperemi mukosa ringan tanpa
pembengkakan konka atau penyempitan meatus nasalis inferior serta
didapatkan sekret minimal. Fenomena palatum molle (-), pemeriksaan
cavum nasi bagian atas tidak tampak kelainan secret (-), pus (-), polip (+)
dan septum nasi tidak tampak kelainan.
- Pemeriksaan Sinus : Penekanan Fossa canina tidak menimbulkan nyeri.
Serta dilakukan pemeriksaan Diaphanoscopy (Trans-illuminasi) :
didapatkan kesimpulan bahwa bayangan sinus frontalis terang kanan dan
kiri (T/T) dan bayangan sinus maxillaris yang tertangkap pada area os
frontalis pars orbitalis kanan terang pada bagian kiri tampak terang (T/G).
F. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorok : Cara Pegang dan Masukkan Spatel
Lidah, dilakukan sebagai berikut :
1. Mulut penderita dibuka lebar-lebar
2. Lidah ditarik ke dalam, dilunakkan
3. Lidah ditekan dengan spatula ke bawah, di bagian medial
4. Penderita disuruh bernapas:
34
- Tidak boleh menahan napas
- Tidak boleh napas keras-keras
- tidak boleh ekspirasi atau mengucap “ch”
5. Lidah ditekan dengan spatula kea rah anterior dari tonsil, hingga
kelihatan pole bawah tonsil.
TENGGOROK :
Bibir : kering (-), ulkus (-), stomatitis angularis (-)
Mulut : trismus (-), ptialismus (-), gerakan bibir dan sudut mulut dBN
Gusi : hiperemia (-), ulkus (-), odem (-)
Lidah : stomatitis aftosa (-), atrofi (-), tumor/massa (-)
Palatum durum : Torus palatinus - / -
Palatum mole : hiperemia (-), ulkus (-)
Uvula : bentuk : dBN
posisi : Central
tumor : -
Arkus anterior : posisi : dBN
radang : -
tumor : -
Arkus posterior : posisi : dBN
radang : -
tumor : -
Tonsil :
Kanan T 0 Kiri T 0
Besar: T0 / T0
Warna: DBN / DBN
Udem: -/ -
Kripte melebar: -/-
Detritus: -/-
Membran: -/-
Ulkus: -/-
Tumor: -/-
Mobilitas: dBN
Faring :
warna : DBN
udem : -
granula : -
35
lateral band : DBN
secret : -
reflex muntah : DBN
lain – lain : tidak ditemukan
Kelenjar getah bening :
warna kulit : sama dengan kulit sekitar
soliter / multiple : -/-
ukuran : DBN
konsistensi : DBN
nyeri tekan : -/-
mobilitas : DBN
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN :
- Laringoskopi direk (tidak dilakukan)
- Laringoskopi indirek (Tidak Dilakukan)
- Pemeriksaan Mulut : Tidak didapatkan kelainan pada bagian mukosa, lidah
maupun gingiva, tidak terdapat pula karies dentis.
- Pemeriksaan rongga tenggorok tidak tampak adanya pembesaran Tonsilla
palatina (T1/T1), hiperemis ( - / - ), lain-lain seperti arkus faring posterior
hiperemis (-), granula-granula multiple (-), lesi (-).
G. Cuci Tangan Setelah Memeriksa Pasien.
3. Melakukan Tes / Prosedur Klinik / Interpretasi Data Untuk Menunjang
Diagnosis Banding / Diagnosis Utama :
A. Audiogram bila diperlukan.
- Evaluasi adanya penurunan fungsi pendengaran
B. Darah lengkap apa saja bila diperlukan.
Tidak dilakukan
C. Swab tonsil bila diperlukan.
Tidak dilakukan
D. Foto Roentgen apa saja jika diperlukan.
Tidak dilakukan
E. Prick Test ( Untuk Rhinitis Alergi ).
Tidak dilakukan.
Epiglotis ( - )
Aritenoid ( - )
Plica Ventrikularis ( - )
Korda vokalis ( - )
36
F. Biopsi Nasofaring pada pasien Suspect Carcinoma Nasofaring.
Tidak dilakukan
G. Otoskopi pneumatic
Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi gerakan gendang telinga yang
berkurang atau tidak ada sama sekali. Pemeriksaan ini meningkatkan
sensitivitas diagnosis OMA.
H. Naso-endoskopi
Polip pada stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat dari
rinoskopi anterior, akan tetapi dengan naso endoskopi dapat terlihat
dengan jelas. Pada kasus polip koanal juga sering dapat dilihat
tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.
I. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos sinus paranasal Posisi waters memperlihatkan adanya
penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan di dalam sinus,.
Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk melihat secara jelas
keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada proses radang,
kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada kompleks osteomeatal
(KOM). CT scan harus diindikasikan pada kasus polip yang gagal
diobati dengan terapi medikamnetosa, jika ada komplikasi dari
sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah endoskopi.
J. Timpanometri
Timpanometri dapat memeriksa secara objektif mobilitas membran
timpani dan rantai tulang pendengaran. Timpanometri merupakan
konfirmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah. Timpanometri
juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai
patensi tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan volume
liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70-
90% untuk deteksi cairan telinga tengah
K. Timpanosintesis
Diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga tengah, bermanfaat pada
anak yang gagal diterapi dengan berbagai antibiotika, atau pada
imunodefisiensi. Timpanosintesis merupakan standar emas untuk
menunjukkan adanya cairan di telinga tengah dan untuk
mengidentifikasi patogen yang spesifik.
4. Penegakan Diagnosis / Diagnosis Banding :
A. Diagnosis Utama : Polip Nasi Sinistra
Diagnosis Sekunder: Otitis Media Akut Sinistra Stadium Oklusi
37
B. Diagnosis Banding :
1. Inverted Cell Papilloma
2. Meningokel
3. Konka Polipoid
5. Tatalaksana Non-Farmakologis / Tindakan :
(Uraikan Operasi Tekniknya / Opteknya).
- Indikasi untuk terapi pembedahan antara lain dapat dilakukan pada
pasien yang tidak memberikan respon adekuat dengan terapi medikal,
pasien dengan infeksi berulang, serta pasien dengan komplikasi
sinusitis, selain itu pasien polip hidung disertai riwayat asma juga
perlu dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan guna patensi
jalan nafas. Tindakan yang dilakukan yaitu berupa ekstraksi polip
(polipektomi), etmoidektomi untuk polip etmoid, operasi Caldwell-luc
untuk sinus maxila. Untuk pengembangan terbaru yaitu menggunakan
operasi endoskopik dengan navigasi komputer dan instrumentasi
power.
- Miringotomi, adalah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani,
agar terjadi drainase secret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syarat :
harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan
dapat dikuasai, ( sehingga membrane timpani dapat dilihat dengan baik ).
Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini
haruslah memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang,
memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau
khusus ( miringotom ) yang digunakan berukuran kecil dan steril.
- Miringotomi/Parasintesa/Timpanosintesis dilakukan apabila tampak jelas
terdapat nanah pada telinga tengah. Namun saat ini sebagian ahli
berpendapat bahwa miringotomi tidak perlu dilakukan, apabila terapi yang
adekuat sudah dapat diberikan ( antibiotika yang tepat dan dosis cukup )
Pada pasien tidak dilakukan miringotomi.
38
6. Tatalaksana Farmakologis : tulis 4 resep rasional dengan lengkap dan
benar meliputi :
A. Tepat Indikasi.
B. Tepat Dosis ( mg, gr, cc ).
C. Tepat Sediaan ( untuk berapa hari ).
D. Tepat Cara Pemberian ( Cara minum sebelum / sesudah makan, cara
oles salep, cara pemberian tetes telinga / hidung) dan
E. Tepat Harga ( tulis resep generic bila ada resep generiknya ).
Disingkat : I DO SEDIA CA-HAR
- Terapi Farmakologis
Kausatif :
o Diberikan antibiotik lini pertama. Pada pasien diberi Amoxan
tablet 500 mg, 3 kali sehari.
Simptomatik :
o Penanganan nyeri harus dilakukan terutama dalam 24 jam
pertama onset OMA tanpa memperhatikan penggunaan
antibiotik. Penanganan nyeri telinga pada OMA dapat
menggunakan analgetik seperti: asetaminofen, ibuprofen,
preparat topikal seperti benzokain, naturopathic agent,
homeopathic agent, analgetik narkotik dengan kodein atau
analog, dan timpanostomi / miringotomi. Antihistamin dapat
membantu mengurangi gejala pada pasien dengan alergi hidung.
Dekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan hidung.
Tetapi baik antihistamin maupun dekongestan tidak memperbaiki
penyembuhan atau meminimalisir komplikasi dari OMA,
sehingga tidak rutin direkomendasikan. Pada pasien diberi
Flutamol plus sirup 3 cth 2 ( Isi : parasetamol 500 mg,
phenylpropanolamine HCl 15 mg, chlorpheniramin maleate 1
mg, dextromethorphan Hbr 15 mg).
o Diberikan suplemen Vitamin B- Complek tablet diminum 2 kali
sehari.
39
7. Komunikasi dan Atau Edukasi Pasien meliputi :
A. KIE ( Komunikasi Informasi dan Edukasi ) : Posisi pasien tidur miring
ke kiri, Larangan makan, manfaat olah raga apa saja, dll.
Memberikan pengetahuan tentang makanan yang harus dihindari
dan makanan yang sebaiknyadikonsumsi oleh pasien sebagai diet
nutrisi yang baik, sehingga diharapkan tidak terjadi kekambuhan
penyakit yang diderita pasien.
Memberi pengetahuan kepada pasien untuk istirahat cukup dengan
posisi miring ke kanan serta menjaga daya tahan tubuh dengan olah
raga agar kondisinya cepat membaik.
Mengedukasikan kepada pasien untuk tidak jajan sembarangan
B. Komplikasi yang akan terjadi jika penyakit tersebut tidak diobati dengan
baik dan benar.
Komplikasi :
Perdarahan post ekstraksi
Sinusitis maksilaris
Bronkhitis
C. Kirim atau Rujuk ke Dokter Spesialis yang Bersangkutan sesuai Bidang
Keahlian.
Rujukan ke dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok.
D. Komunikasi dua arah antara kandidat dengan pasien.
Dilakukan.
8. Prilaku Profesional :
Melakukan tahap-tahap point 1-7 secara sistematis ( berurutan dan tidak
lompat-lompat ) serta tegas dalam menyampaikan informasi kepada pasien.
dr. Fiddien Indera SaktiSIP 208.121.0036
Fakultas Kedokteran Universitas Islam MalangAlamat Praktik : Jl. Kalimantan no.7
R/ Amoxan 500 mg tab No. XV
S 3 dd I
R/ Flutamol Plus syr No. XV
S 3 dd cth I
R/ B complex No. XV
S 3 dd I
Pro : Tn.SUsia : 72 TahunAlamat: Sutojayan, Blitar
40
Kriteria Penilaian :
0 = Tak Menanyakan atau Tak Melakukan Apapun
1 = Melakukan 1 Item dari 3 Item Penting
2 = Melakukan 2 Item dari 3 Item Penting
3 = Melakukan 3 Item dari 3 Item Penting
II. GLOBAL RATING / PENILAIAN UMUM dari 5 Item antara lain :
Kerapian, Kesopanan, Manajemen Waktu, Komunikasi dan Sistematis.
Tidak Lulus (Tampilkan 2 Item)
Border Line (Tampilkan 3 Item)
Lulus (Tampilkan 4 Item)
Superior (Tampilkan 5 Item)