Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NENAS
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
2019
ISSN : 2086-4949
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
ii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii
ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NENAS Volume 9 Nomor 2C Tahun 2019
Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5)
Jumlah Halaman : 51 halaman
Penasehat : Dr. Ir. Ketut Kariyasa, M.Si
Penyunting :
Dr. M. Luthful Hakim Sri Wahyuningsih, S.Si
Naskah : Megawaty Manurung, SP
Design Sampul : Rinawati
Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementerian Pertanian 2019 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
iv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga publikasi “Kinerja Perdagangan
Komoditas Nenas” dapat diselesaikan. Publikasi ini merupakan salah satu output
dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian untuk mengemban visi dan misinya
dalam mempublikasikan hasil analisis data ekonomi sektor pertanian.
Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas Tahun 2019
merupakan bagian dari publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian
tahun 2019. Publikasi ini menyajikan keragaan data series komoditas nenas putih
secara nasional dan internasional selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan
hasil analisis indeks spesialisasi perdagangan, analisis daya saing, indeks
keunggulan komparatif serta analisis lainnya.
Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy dan dapat diakses melalui
website Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian yaitu
http://www.aplikasi.setjen.pertanian.go.id. Dengan diterbitkannya publikasi ini
diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan
analisis kinerja perdagangan komoditas nenas secara lebih lengkap dan
menyeluruh.
Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan
publikasi berikutya.
Jakarta, Desember 2019
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Ketut Kariyasa, M.Si NIP. 19690419.199803.1.002
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan ......................................................................................... 3
BAB II. METODOLOGI ............................................................................. 5
2.1. Sumber Data dan Informasi ........................................................... 5
2.2. Metode Analisis ............................................................................. 5
BAB III. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN SEKTOR
PERTANIAN ............................................................................ 11
3.1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian ..................... 11
3.2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sub Sektor Hortikultura .......... 14
BAB IV. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN NENAS ........................... 17
4.1. Sentra Produksi Nenas .................................................................. 17
4.2. Keragaan Harga Nenas ................................................................ 18
4.3. Keragaan Kinerja Perdagangan Nenas ........................................... 21
BAB V. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN NENAS .............................. 31
5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)...... 31
5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Indeks Keunggulan
Komparatif (RSCA) ....................................................................... 32
BAB VI. PENUTUP ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 37
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor,
Komoditas Pertanian Indonesia, 2014 – 2018 ............................... 11
Tabel 3.2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Kumulatif sd. Periode Januari 2018 dan
2019…………………………………………………………………………………….. 13
Tabel 3.3. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Hortikultura, 2014 – 2018…………….. ……..………………...15
Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Hortikultura Pertanian, 2014 – 2018 ……………………………….16
Tabel 4.1. Produksi Nenas di Provinsi Sentra di Indonesia, 2014 - 2018 .......... 18
Tabel 4.2. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen nenas bulanan di Indonesia, 2014 – 2018………………….……….……...20
Tabel 4.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan
komoditas nenas, 2014 – 2018 .................................................... 22
Tabel 4.4. Perkembangan ekspor dan impor nenas berdasarkan kode HS,
2014 – 2018 .............................................................................. 24
Tabel 4.5. Negara tujuan ekspor nenas Indonesia, 2018 ............................... 25
Tabel 4.6. Negara asal impor nenas Indonesia, 2018 .................................... 26
Tabel 4.7. Negara eksportir nenas terbesar dunia, 2014 – 2018 ..................... 27
Tabel 4.8. Negara importir nenas terbesar dunia, 2014 – 2018 ...................... 29
Tabel 5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio
(SSR) Nenas Indonesia, 2014 - 2018 ............................................ 31
Tabel 5.2. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) nenas Indonesia, 2014 –
2018 ......................................................................................... 32
Tabel 5.3. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas Nenas
Indonesia dalam perdagangan dunia, 2014 - 2018 ........................ 32
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
x Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas
Pertanian, 2014 – 2018 ........................................................... 12
Gambar 3.2. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Komoditas Pertanian, 2014 – 2018 ............................................ 13
Gambar 3.3. Perkembangan Nilai Ekspor, Nilai Impor dan Neraca
Perdagangan Komoditas Pertanian, Periode Januari –
September Tahun 2018 – 2019 ................................................. 14
Gambar 3.4. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Berdasarkan Nilai Ekspor dan
Impor, 2018 ............................................................................ 14
Gambar 4.1. Provinsi Sentra Produksi Nenas di Indonesia
2014 - 2018 ............................................................................ 17
Gambar 4.2. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Nenas
2014-2018 ............................................................................. 19
Gambar 4.3. Perkembangan harga produsen dan harga impor nenas, 2016
– 2017 .................................................................................... 21
Gambar 4.4. Perkembangan neraca perdagangan nenas Indonesia, 2014 –
2018 ....................................................................................... 23
Gambar 4.5. Negara tujuan utama ekspor nenas Indonesia, 2018 .................. 25
Gambar 4.6. Negara asal impor nenas Indonesia, 2018 ................................. 26
Gambar 4.7. Negara pengekspor nenas terbesar dunia, 2014 – 2018 .............. 27
Gambar 4.8. Negara importir nenas terbesar di dunia, 2014 – 2018 ................ 28
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
xii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Nenas (Ananas comosus L.) adalah salah satu komoditas buah unggulan di
Indonesia. Hal ini mengacu pada besarnya produksi nenas yang menempati posisi
ketiga setelah pisang dan mangga. Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah
nenas juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti jus, selai, sirup dan
keripik. Produksi nenas tahun 2014 – 2018, terdapat lima provinsi sentra penghasil
nenas terbesar dengan kontribusi kumulatif mencapai 76,05% terhadap total
produksi nenas Indonesia. Provinsi penghasil nenas terbesar adalah Nusa Tenggara
Barat sebesar 27,13%, Sumatera Utara sebesar 8,52%, Jawa Barat sebesar
7,21%, selanjutnya Provinsi Jawa Tengah sebesar 6,46% dari total produksi nenas
Indonesia. Provinsi-provinsi sentra produksi lainnya memberikan kontribusi kurang
dari 5,00%
Neraca perdagangan komoditas nenas dari tahun 2014 – 2018 berfluktuasi
dengan kecenderungan meningkat volume neraca perdagangan, sementara nilai
neraca perdagangan menurun. Pada tahun 2014 nilai neraca perdagangan
mencapai USD 13,68 milyar dan tahun 2018 surplus neraca perdagangan
mengalami penurunan menjadi sebesar USD 10,19 milyar sedangkan volume
meningkat menjadi 10,44 juta ton.
Di tingkat internasional, data harga nenas tidak dikompilasi oleh World Bank,
sehingga untuk mengetahui perkembangan harga internasional diperoleh dari
harga impor (harga CIF) yaitu nilai impor nenas dibagi volume impor nenas,
selanjutnya nilai dalam USD dikalikan dengan kurs tengah nilai tukar rupiah
terhadap dollar. Nenas yang banyak diimpor adalah nenas konsumsi dengan kode
HS 020082010 dan 20082090. Perbandingan harga domestik (harga produsen)
dengan harga impor pada periode 2016 – 2018, jika harga produsen cenderung
stabil dengan tendensi meningkat, maka harga impor lebih berfluktuatif
Perhitungan nilai IDR nenas Indonesia pada periode tahun 2014 – 2018
supply nenas Indonesia tergantung pada nenas impor berkisar antara 95,57%
sampai 96,75%. Kondisi ini berfluktuasi dari tahun ke tahun dan pada tahun 2016
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
merupakan yang terendah yaitu hanya 95,57%, ketergantungan suatu Negara
terhadap komoditas nenas impor sangat besar.
Nilai SSR nenas menunjukkan besarnya produksi dalam kaitannya dengan
kebutuhan dalam negeri. Nilai SSR komoditas nenas Indonesia dari tahun 2014
hingga 2018 sangat besar 110,99% hingga 114,48%, yang berarti bahwa hampir
sebagian besar kebutuhan nenas dalam negeri sudah dapat dipenuhi oleh produksi
domestik. Dan RSCA menunjukkan bahwa komoditas nenas Indonesia mempunyai
daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RSCA yang positif
0,965% pada tahun 2014. Dengan RSCA yang bernilai positif, maka dapat
dikatakan bahwa produksi nenas Indonesia digunakan untuk keperluan dalam
negeri dan berperan di perdagangan dunia sehingga mempunyai daya saing di
pasar global.
Negara eksportir nenas terbesar di dunia pada periode tahun 2014 – 2018
yang secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 81,45% terhadap total nilai
ekspor nenas dunia, yaitu Thailand, Filipina, Indinesia, Belanda dan Kenya. Dan
negara importir nenas di dunia yang secara kumulatif memberikan kontribusi
sebesar 10,14% terhadap total nilai impor nenas dunia. Amerika Serikat
merupakan negara importir nenas terbesar dengan berkontribusi sebesar 10,03%
dari total nilai impor nenas dunia.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi besar dalam meningkatkan peluang
ekspor berbagai komoditi pertanian di satu sisi, dan menekan impor,
terutama komoditas pertanian yang dapat dibudidayakan di dalam negeri.
Untuk itu pelaksanaan pembangunan pertanian memerlukan paket
kebijakan komprehensif yang mampu meningkatkan keunggulan kompetitif
berbagai komoditi potensial untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus
berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor untuk
menjamin keberlanjutan pembangunan pertanian nasional di tengah-tengah
percaturan pasar global dan mewujudkan swasembada pangan, guna
meningkatkan kinerja ekspor pertanian sebagai salah satu andalan sumber
devisa negara.
Peranan sektor pertanian luas dalam kegiatan perekonomian di
Indonesia dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia pada Triwulan III 2019 yang cukup besar yaitu 13,45%
atau setara Rp 546,9 triliun (angka sangat sementara, BPS) dan menempati
urutan ketiga setelah sektor industri pengolaha dan perdagangan besar dan
eceran.
Perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan luar negeri
(internasional) untuk komoditas pertanian yang meliputi sub sektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan masih
berpotensi untuk terus dikembangkan. Sektor pertanian sudah terbukti
merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian
nasional, mengingat sektor pertanian terbukti masih dapat memberikan
kontribusi pada perekonomian nasional walaupun pada saat terjadi krisis.
Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Nenas (Ananas comosus L.) adalah salah satu komoditas buah
unggulan di Indonesia. Hal ini mengacu pada besarnya produksi nenas yang
menempati posisi ketiga setelah pisang dan mangga. Selain dikonsumsi
dalam bentuk segar, buah nenas juga dapat diolah menjadi berbagai
produk seperti jus, selai, sirup dan keripik. Buah nenas mengandung unsur
air, gula, asam organik, mineral, nitrogen, protein, bromelin serta semua
vitamin dalam jumlah kecil, kecuali vitamin D. Kulit buah nenas dapat diolah
menjadi sirup atau diekstraksi cairannya untuk pakan ternak, sedangkan
serat pada daun dapat diolah menjadi kertas dan tekstil (Hadiati dan
Indriyani, 2008).
Nenas merupakan salah satu komoditas unggulan sub sektor
hortikultura Indonesia yang telah dikenal di seluruh dunia, potensi nenas
sebagai komoditi andalan ekspor Indonesia sebenarnya cukup besar,
namun peran Indonesia sebagai produsen maupun eksportir nenas segar
masih kecil. Beberapa permasalahan terkait kualitas dan keamanan pangan
menjadi penyebab kurang maksimalnya kontribusi nenas segar Indonesia
dalam perdagangan internasional. Peluang terbesar justru pada
perdagangan nenas olahan, yaitu nenas dalam kemasan kaleng. Potensi
nenas sangat bagus, karena tanaman ini dapat dibudidayakan hampir di
seluruh Indonesia, namun masalah yang sering dihadapi oleh nenas adalah
fluktuasi harga yang tidak menentu. Pada waktu tertentu seperti hari raya
lebaran, natal dan tahun baru, harga nenas terkadang menjadi sangat
tinggi. Bila kondisi seperti itu tidak diimbangi dengan peningkatan supply
maka akan mendorong terjadinya inflasi.
Analisis berikut akan mengulas kinerja perdagangan komoditas nenas
berdasarkan atas data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal
Hortikultura Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), dan
Trademap.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3
1.2. Tujuan
Berdasarkan hal tersebut, Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian (Pusdatin) mulai tahun 2009 telah melakukan analisis mengenai
kinerja perdagangan komoditas pertanian yang dapat digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kinerja perdagangan beberapa komoditas
unggulan pertanian serta posisi Indonesia di pasar internasional akan
produk pertaniannya. Analisis ini diterbitkan dalam bentuk Buku Kinerja
Perdagangan Komoditas Nenas (ISSN No. 2086-4949).
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5
BAB II. METODOLOGI
2.1. Sumber Data dan Informasi
Analisis kinerja perdagangan komoditas nenas tahun 2019 disusun
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari data sekunder yang
bersumber dari instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian
maupun di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Perdagangan, serta dari website Food and Agriculture
Organization (FAO) dan Trademap.
2.2. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan analisis kinerja
perdagangan komoditas nenas adalah sebagai berikut :
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis keragaan, diantaranya dengan
menampilkan nilai rata-rata pertumbuhan per tahun, rata-rata dan persen
kontribusi (share) yang mencakup indikator kinerja perdagangan komoditas
nenas meliputi :
Luas Panen dan produksi
Harga produsen dan harga konsumen di pasar domestik, serta
harga internasional
Volume dan nilai ekspor-impor, berdasarkan wujud segar dan
olahan, serta berdasarkan kode HS (Harmony Sistem)
Negara tujuan ekspor dan negara asal impor
Negara eksportir dan importir dunia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan dalam analisis kinerja
perdagangan komoditas nenas antara lain : 1) Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP), 2) Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed
Comparative Advantage (RCA) dan Revealead Symetric Comparative
Advantage (RSCA), 3) Import Dependency Ratio (IDR) dan 4) Pinetrasi
Pasar.
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
ISP digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan suatu
komoditas. ISP ini dapat menggambarkan apakah untuk suatu komoditas,
posisi Indonesia cenderung menjadi negara eksportir atau importir
komoditas Pertanian tersebut. Secara umum ISP dapat dirumuskan sebagai
berikut :
iaia
iaia
M X
M - XISP
dimana :
iaX = volume atau nilai ekspor komoditas ke-i Indonesia
iaM = volume atau nilai impor komoditas ke-i Indonesia
Nilai ISP adalah
-1,0 s/d -0,50 : Berarti komoditas tersebut pada tahap pengenalan dalam
perdagangan dunia atau memiliki daya saing rendah atau negara bersangkutan sebagai pengimpor suatu komoditas
-0,49 s/d 0,0 : Berarti komoditas tersebut pada tahap substitusi impor
dalam perdagangan dunia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7
0,10 s/d 0,70 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap perluasan ekspor dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang kuat
0,80 s/d 1,0 : Berarti komoditas tersebut dalam tahap pematangan
dalam perdagangan dunia atau memiliki daya saing yang sangat kuat.
Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative
Advantage (RCA) dan Revealead Symetric Comparative Advantage (RSCA)
Konsep comparative advantage diawali oleh pemikiran David Ricardo yang
melihat bahwa kedua negara akan mendapatkan keuntungan dari
perdagangan apabila menspesialisasikan untuk memproduksi produk-
produk yang memiliki comparative advantage dalam keadaan autarky
(tanpa perdagangan). Balassa (1965) menemukan suatu pengukuran
terhadap keunggulan komparatif suatu negara secara empiris dengan
melakukan penghitungan matematis terhadap data-data nilai ekspor suatu
negara dibandingkan dengan nilai ekspor dunia. Penghitungan Balassa ini
disebut Revealed Comparative Advantage (RCA) yang kemudian dikenal
dengan Balassa RCA Index :
w
iw
j
ij
XX
X
X
RCA
dimana:
ijX : Nilai ekspor komoditi i dari negara j (Indonesia)
jX : Total nilai ekspor non migas negara j (Indonesia)
iwX : Nilai ekspor komoditi i dari dunia
wX : Total nilai ekspor non migas dunia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Sebuah produk dinyatakan memiliki daya saing jika RCA>1, dan tidak
berdaya saing jika RCA<1. Berdasarkan hal ini, dapat dipahami bahwa
nilai RCA dimulai dari 0 sampai tidak terhingga.
Menyadari keterbatasan RCA tersebut, maka dikembangkan Revealed
Symmetric Comparative Advantage (RSCA), dengan rumus sebagai
berikut :
1)(RCA
1)-(RCA RSCA
Konsep RSCA membuat perubahan dalam penilaian daya saing, dimana
nilai RSCA dibatasi antara -1 sampai dengan 1. Sebuah produk disebut
memiliki daya saing jika memiliki nilai di atas nol, dan dikatakan tidak
memiliki daya saing jika nilai dibawah nol.
Import Dependency Ratio (IDR)
Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang menyediakan
informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu komoditas.
Nilai IDR dihitung berdasarkan definisi yang dibangun oleh FAO (Food and
Agriculture Organization of the United Nations).
Penghitungan nilai IDR tidak termasuk perubahan stok dikarenakan
besarnya stok (baik dari impor maupun produksi domestik) tidak diketahui.
100EksporImporProduksi
ImporIDR
Self Sufficiency Ratio (SSR)
Nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam kaitannya dengan
kebutuhan dalam negeri. SSR diformulasikan sbb.:
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9
100EksporImporProduksi
ProduksiSSR
Market Penetration (Penetrasi Pasar)
Market Penetration adalah mengukur perbandingan antara ekspor produk
tertentu (X) dari suatu negara (Y) ke negara lainnya (Z) terhadap Ekspor
produk tertentu (X) dari dunia ke-Z. Market Penetration bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar penetrasi (perembesan) komoditi tertentu dari
suatu negara di negara tujuan ekspor. Semakin besar nilai penetrasinya
dibandingkan nilai penetrasi dari negara lain maka berarti komoditi dari
negara tersebut mempunyai daya saing yang cukup kuat.
Penghitungan penetrasi pasar meggunakan formula sbb:
Ekspor produk X dari negara Y ke negara Z x 100% Ekspor produk X dari dunia ke Z
Atau
Impor produk X negara Z dari negara Y x 100% Impor produk X negara Z dari dunia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11
BAB III. GAMBARAN UMUM KINERJA PERDAGANGAN
SEKTOR PERTANIAN
3.1. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian
Gambaran umum kinerja perdagangan komoditas pertanian dapat
dilihat dari neraca perdagangan luar negeri (ekspor dikurangi impor).
Kinerja perdagangan komoditas pertanian, yang meliputi sub sektor
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan, selama tahun
2014 sampai dengan 2018 terlihat mengalami surplus baik dari sisi volume
neraca perdagangan maupun nilai neraca perdagangan. Hal ini dapat
dilihat secara rinci pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Komoditas Pertanian Indonesia, 2014 – 2018
2014 2015 2016 2017 2018
1 Ekspor
-Volume (Ton) 35,027,481 39,225,432 34,627,785 40,638,174 41,442,543 4.90
- Nilai (000 USD) 29,722,483 26,813,884 25,535,797 32,282,679 28,093,925 -0.28
2 Impor
-Volume (Ton) 4,120,361 4,449,210 5,889,624 5,875,024 6,582,583 13.04
- Nilai (000 USD) 4,089,970 3,306,411 4,373,400 5,094,557 5,231,978 8.07
3 Neraca
-Volume (Ton) 30,907,119 34,776,222 28,738,161 34,763,150 34,859,960 4.10
- Nilai (000 USD) 25,632,512 23,507,472 21,162,397 27,188,122 22,861,946 -1.43
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2014-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2012
Data tahun 2017 dan 2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2017
No. Uraian
Tahun Rata-rata
Pertumbuhan
2014-2018 (%)
Berdasarkan Tabel 3.1 terlihat bahwa surplus neraca perdagangan
komoditas pertanian dari tahun 2014 – 2018 berfluktuasi dengan
kecenderungan meningkat volume neraca perdagangan, sementara nilai
neraca perdagangan menurun. Pada tahun 2014 nilai neraca perdagangan
mencapai USD 13,68 milyar dan tahun 2018 surplus neraca perdagangan
mengalami penurunan menjadi sebesar USD 10,19 milyar sedangkan
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
volume meningkat menjadi 10,44 juta ton. Jika dilihat rata-rata
pertumbuhannya per tahun, surplus volume neraca perdagangan tahun
2014 - 2018 terlihat mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu rata-rata
mencapai 16,86% per tahun. Peningkatan laju ini terutama karena
pertumbuhan volume ekspor yang maningkat sebesar 4,87% per tahun
dan volume impor meningkat sebesar 5,77% per tahun. Sementara bila
dilihat dari sisi nilai neraca perdagangan menunjukkan rata-rata penurunan
surplus per tahun sebesar 2,04 per tahun, dimana terjadinya penurunan
nilai ekspor sebesar 2,04% per tahun, dimana terjadi rata-rata penurunan
nilai ekspor 0,32% per tahun, sedangkan nilai impor meningkat sebesar
3,24% per tahun. Volume ekspor dan impor komoditas pertanian dapat
dilihat pada Gambar 3.1, yang secara umum menunjukkan volume ekspor
selalu lebih tinggi dibandingkan volume impornya atau mengalami surplus
neraca perdagangan pertanian.
Gambar 3.1. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Komoditas
Pertanian, 2014 – 2018
Dari sisi nilai neraca perdagangan komoditas pertanian dapat dilihat
pada Gambar 3.2. Surplus nilai neraca perdagangan terbesar dicapai pada
tahun 2017 yaitu sebesar USD 16,33 milyar, dengan nilai ekspor sebesar
USD 33,52 milyar dan nilai impor sebesar USD 17,19 milyar.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13
Gambar 3.2. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, 2014 – 2018
Jika dilihat pada tabel 3.2. pertumbuhan periode Januari -
September tahun 2019 terhadap Januari - September tahun 2018,
dibandingkan periode yang sama tahun 2018 terjadi penurunan nilai
surplus sebesar 25,4% yaitu dari 8,02 milyar menjadi 5.89 milyar pada
triwulan III 2019. Hak ini di sebabkan menurunnya nilai ekspor sebesar
14,63% atau menjai USD 18,87 milyar dan penurunan nilai impor
sebesar 8,51% atau menjadi USD 12,89 milyar pada Tabel 3.23.
Tabel 3.2. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan
Komoditas Pertanian Indonesia, Januari - September 2018 dan 2019
2018 2019
1 Ekspor
- Volume (Ton) 30,765,169 31,042,979 0.90
- Nilai (000 USD) 22,108,173 18,874,214 -14.63
2 Impor
- Volume (Ton) 23,295,041 22,131,301 -5.00
- Nilai (000 USD) 14,091,788 12,892,550 -8.51
3 Neraca
- Volume (Ton) 7,470,128 8,911,678 19.30
- Nilai (000 USD) 8,016,386 5,981,664 -25.38
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2017
No UraianJanuari - September
Pertmb (%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3.2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sub Sektor
Hortikultura
Sub sektor perkebunan merupakan andalan nasional dalam neraca
perdagangan sektor pertanian, karena selalu mengalami surplus dan dapat
menutupi defisit yang dialami oleh sub sektor lainnya. Surplus neraca
perdagangan sektor pertanian tahun 2018 terjadi karena lebih dari 95,60%
berasal dari nilai ekspor sub sektor perkebunan dengan persentase impor
yang relatif lebih kecil, sebaliknya untuk sub sektor lainnya persentase
kontribusi nilai impor jauh lebih tinggi dibandingkan ekspornya, yaitu untuk
hortikultra hanya 1,50% (Gambar 3.3).
Tanaman Pangan0.73%
Hortikultura1.50%
Perkebunan95.60%
Peternakan2.18%
Ekspor
Tanaman Pangan41.53%
Hortikultura12.03%
Perkebunan27.26%
Peternakan19.19%
Impor
Gambar 3.3. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Berdasarkan Nilai Ekspor dan
Impor, 2018
Demikian halnya dari sisi nilai ekspor, lebih dari 96% ekspor
komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan. Sedangkan dilihat
dari nilai impornya sebesar 27,28% dari total impor komoditas pertanian
disumbangkan oleh perkebunan. Sementara untuk sub sektor lainnya
persentase impor justru lebih tinggi dibandingkan ekspornya yaitu sub
sektor tanaman pangan mencapai 41,5%, peternakan sebesar 19.19% dan
hortikultura sebesar 12,03% dari impor komoditas pertanian (Gambar 3.3).
Berdasarkan Tabel 3.3 terlihat neraca perdagangan sub sektor
hortikultura mengalami surplus baik dari sisi volume maupun nilai neraca
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15
perdagangan. Surplus neraca perdagangan sub sektor hortikultura dari
tahun 2014 – 2018 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat untuk
volume dan nilai neracanya. Pada tahun 2014 nilai neraca perdagangan
defisit sebesar USD 1,12 milyar dan tahun 2018 defisit neraca perdagangan
mengalami peningkatan menjadi USD 1,87 milyar, demikian juga volumenya
meningkat menjadi 1,30 juta ton. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan per
tahun, defisit volume neraca perdagangan tahun 2014 - 2018 terlihat
mengalami peningkatan sebesar 4,13% per tahun. Peningkatan laju ini
terutama karena pertumbuhan volume impor yang meningkat sebesar
1,96% per tahun, dan volume ekspor meningkat 0,91% per tahun.
Demikian juga bila dilihat dari sisi nilai neraca perdagangan menunjukkan
peningkatan defisit dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar
16,97%, di mana rata-rata peningkatan nilai impor sebesar 9,88% per
tahun dan nilai ekspor menurun sebesar 3,79% per tahun. Volume dan
nilai ekspor serta impor sub sektor hortikultura, 2014- 2018 secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub Sektor Hortikultura, 2014 – 2018
2014 2015 2016 2017 2018
1 Ekspor
-Volume (Ton) 441,134 516,768 397,585 394,449 435,278 0.91
- Nilai (000 USD) 522,985 576,555 506,891 441,561 439,614 -3.79
2 Impor
-Volume (Ton) 1,656,344 1,386,194 1,419,608 1,724,937 1,729,117 1.96
- Nilai (000 USD) 1,644,666 1,460,649 1,780,426 2,231,831 2,309,054 9.88
3 Neraca
-Volume (Ton) -1,215,210 -869,426 -1,022,023 -1,330,488 -1,293,839 4.13
- Nilai (000 USD) -1,121,681 -884,094 -1,273,535 -1,790,271 -1,869,440 16.97
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data tahun 2013-2016 menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2012
Data tahun 2017 dan 2018 menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2017
No. Uraian
Tahun Rata-rata
Pertumbuhan
2014-2018 (%)
Perkembangan defisit neraca perdagangan sub sektor hortikultura
pada periode Januari - September tahun 2019 dibandingkan periode yang
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
sama tahun 2018 terjadi penurunan defisit dari sisi volume sebesar 7,56%
atau menjadi USD 746 ratus ton, sementara dari sisi nilai mengalami sedikit
peningkatan defisit neraca perdagangan sebesar 6,99% atau menjadi USD
1,31 milyar. Volume dan nilai ekspor dan impor sub sektor hortikultura
periode Januari – Desember tahun 2018 dan 2019 secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sub
Sektor Hortikultura, Januari – September Tahun 2018 dan 2019
2018 2019
1 Ekspor
- Volume (Ton) 332,785 332,538 -0.07
- Nilai (000 USD) 325,227 334,107 2.73
2 Impor
- Volume (Ton) 1,140,329 1,078,992 -5.38
- Nilai (000 USD) 1,546,588 1,640,878 6.10
3 Neraca
- Volume (Ton) -807,544 -746,454 -7.56
- Nilai (000 USD) -1,221,361 -1,306,771 6.99
Sumber : BPS, diolah Pusdatin
Keterangan : Data menggunakan kode HS sesuai dengan klas i fikas i BTKI 2017
No UraianJanuari - September
Pertmb (%)
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17
BAB IV. KERAGAAN KINERJA PERDAGANGAN
NENAS
4.1. Sentra Produksi Nenas
Berdasarkan rata-rata produksi nenas tahun 2014 – 2018, terdapat
lima provinsi sentra penghasil nenas terbesar dengan kontribusi kumulatif
mencapai 76,05% terhadap total produksi nenas Indonesia. Provinsi
penghasil nenas terbesar adalah Nusa Tenggara Barat, provinsi ini
merupakan produsen nenas terbesar dengan persentase kontribusi
mencapai 27,13% dari total produksi nenas Indonesia. Provinsi Sumatera
Utara dan Jawa Barat berada di urutan kedua dan ketiga dengan kontribusi
masing-masing sebesar 8,52% dan 7,21%, selanjutnya Provinsi Jawa
Tengah dengan kontribusi sebesar 6,46% dari total produksi nenas
Indonesia. Provinsi-provinsi sentra produksi lainnya memberikan kontribusi
kurang dari 5,00%. Secara rinci provinsi sentra produksi nenas di Indonesia
disajikan pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1.
Lampung
27.13%
Sumut
8.52%
Jabar7.21%
Jateng
6.46%
NTB
4.12%
Sumsel
4.26%
Jatim
5.57%Riau
4.48%
Jambi
4.56%Kalbar2.68% Kaltim
1.07%
Lainnya
23.95%
Provinsi Sentra Produksi Nenas, 2014 - 2018
Gambar 4.1. Provinsi sentra produksi Nenas di Indonesia, 2014 – 2018
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 4.1. Produksi Nenas di Provinsi Sentra di Indonesia, 2014 – 2018
2014 2015 2016 2017 2018 *)
1 Lampung 560,026 53,477 453,811 633,095 622,880 464,658 27.13 27.13
2 Sumatera Utara 237,581 22,313 163,504 160,552 145,617 145,913 8.52 35.65
3 Jawa Barat 149,815 18,755 20,935 246,698 180,802 123,401 7.21 42.86
4 Jawa Tengah 142,073 20,104 102,425 85,938 202,823 110,673 6.46 49.32
5 Nusa Tenggara Barat 4,794 2,446 75,640 138,623 130,963 70,493 4.12 53.44
6 Sumatera Selatan 57,990 5,752 57,291 109,071 134,894 73,000 4.26 57.70
7 Jawa Timur 186,949 17,130 6,510 126,963 139,235 95,357 5.57 63.27
8 Riau 107,438 7,439 94,129 79,327 95,018 76,670 4.48 67.75
9 Jambi 218,861 14,285 66,094 44,265 47,274 78,156 4.56 72.31
10 Kalimantan Barat 86,530 5,618 34,950 72,504 29,493 45,819 2.68 74.98
11 Kalimantan Timur 25,637 818 9,373 30,489 24,931 18,250 1.07 76.05
12 Lainnya 57,789 1,561,463 311,478 68,457 51,568 410,151 23.95 100.00
Indonesia 1,835,483 1,729,600 1,396,141 1,795,982 1,805,499 1,712,541 100.00
Sumber : Ditjen Hortikultura, diolah Pusdatin
Keterangan : *) Angka sementara
Share
(%)
Share
kumulatif
(%)
No Provinsi Rata-rataNenas (Ton)
4.2. Keragaan Harga Nenas
Pada umumnya buah nenas dipasarkan dalam bentuk segar dengan
tujuan ke pabrik dan atau pasar tradisional. Pola rantai pasokan yang
berkembang pada pemasaran nenas sangat beragam karena dipengaruhi
oleh faktor geografis dan waktu, dan biasanya petani menjual kepada
pembeli yang menawarkan harga paling menguntungkan. Menurut data dari
Badan Pusat Statistik, harga nenas di tingkat produsen cenderung terus
meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 4.2).
Nenas merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi
harga yang relatif tinggi. Keragaan harga nenas sangat dipengaruhi oleh
perkembangan produksi nenas. Perkembangan harga konsumen nenas di
Indonesia selama periode 2016 – 2018 menunjukkan kecenderungan
meningkat namun harga di tingkat produsen relatif stabil. Pada tahun 2016
harga produsen nenas sedikit meningkat rata-rata sebesar 0,40% yakni dari
Rp.5.313,-/kg pada bulan Desember hingga Rp.5.545,-/kg pada bulan April.
Namun pada tahun 2017 harga produsen nenas sedikit meningkat 0,16%
dari Rp.5.694,-/kg menjadi Rp.6.789,-/kg. Demikian juga tahun 2018 harga
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19
produsen nenas meningkat sebesar 0,11% dari Rp.5.983,-/kg pada bulan
Januari menjadi Rp.6.055,-/kg bulan Desember. (Gambar 4.2).
Jika dibandingkan harga di tingkat produsen, maka harga di tingkat
konsumen lebih fluktuatif. Rata-rata harga nenas di tingkat konsumen pada
tahun 2016 sebesar Rp. 7.986,-/kg dengan rata-rata peningkatan harga
bulanan sebesar 0,78%. Begitu juga pada tahun 2017 rata-rata harga
konsumen nenas meningkat menjadi Rp. 7.901,-/kg dengan rata-rata
peningkatan harga bulanan 0,12%. Sebaliknya pada tahun 2018, rata-rata
harga nenas ditingkat konsumen sebesar Rp. 8.225,-/kg, namun rata-rata
pertumbuhan bulanan mengalami penurunan sebesar 0,29%. (Gambar 4.2).
3,500
4,500
5,500
6,500
7,500
8,500
9,500
Jan
Feb
Mar
Apr
Me
i
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Apr
Me
i
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Apr
Me
i
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
De
s
2016 2017 2018
(Rp/kg)
Harga Produsen Harga Konsumen
Gambar 4.2. Perkembangan harga produsen Nenas, 2014 – 2018
Margin perdagangan nenas antara produsen dan konsumen
cenderung berfluktuasi selama tahun 2016 - 2018. Margin harga
menunjukkan besarnya disparitas harga yang terjadi. Peningkatan harga
nenas di tingkat konsumen yang lebih tinggi dibandingkan dengan
peningkatan harga di tingkat produsen menyebabkan margin harga nenas
semakin lebar terutama pada bulan Maret - Desember. Hal ini
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
mengindikasikan terjadinya kesenjangan informasi dan posisi tawar antara
produsen dan konsumen. Perkembangan harga nenas di tingkat produsen
dan konsumen serta margin harga nenas di Indonesia tahun 2016 – 2018
secara rinci disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Perkembangan harga produsen dan harga konsumen nenas
bulanan di Indonesia, 2016 – 2018
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2016 5,313 5,320 5,300 5,374 5,428 5,620 5,616 5,545 5,578 5,561 5,519 5,545 0.40
2017 5,694 5,683 5,711 5,591 5,579 5,648 5,642 5,534 5,577 5,638 5,726 5,789 0.16
2018 5,983 5,964 5,912 5,982 6,083 6,223 6,130 6,116 6,081 6,104 6,095 6,055 0.11
2016 7,607 7,433 7,825 7,695 7,964 8,813 8,018 7,783 8,002 8,202 8,317 8,177 0.78
2017 8,101 7,735 7,668 8,176 8,137 7,970 7,591 7,842 7,624 7,639 8,177 8,147 0.12
2018 8,813 8,018 7,783 8,002 8,202 8,317 8,177 8,101 8,317 8,177 8,317 8,476 -0.29
2016 2,294 2,113 2,525 2,320 2,537 3,193 2,403 2,238 2,424 2,641 2,798 2,632 2.21
2017 2,407 2,052 1,957 2,585 2,558 2,322 1,949 2,309 2,047 2,002 2,451 2,358 0.90
2018 2,829 2,055 1,871 2,020 2,119 2,094 2,047 1,985 2,236 2,073 2,223 2,421 -0.76
Sumber : BPS diolah Pusdatin
: Harga Eceran, PIP Horti
Tahun
Bulan Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
Harga Produsen (Rp/kg)
Harga Konsumen (Rp/kg)
Margin Harga Produsen - Konsumen (Rp/kg)
Di tingkat internasional, data harga nenas tidak dikompilasi oleh
World Bank, sehingga untuk mengetahui perkembangan harga internasional
diperoleh dari harga impor (harga CIF) yaitu nilai impor nenas dibagi
volume impor nenas, selanjutnya nilai dalam USD dikalikan dengan kurs
tengah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Nenas yang banyak diimpor
adalah nenas konsumsi dengan kode HS 020082010 dan 20082090.
Perbandingan harga domestik (harga produsen) dengan harga impor pada
periode 2016 – 2018, jika harga produsen cenderung stabil dengan tendensi
meningkat, maka harga impor lebih berfluktuatif, disajikan pada Gambar
4.3. Harga impor nenas selama periode tersebut lebih rendah daripada
harga produsen dalam negeri, namun untuk melindungi petani pemerintah
menerapkan kebijakan pengendalian impor nenas konsumsi.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21
0
2
4
6
8
10
12
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
2016 2017 2018
(USD/Ton)(Rp/kg)
Harga Produsen Harga Impor
Gambar 4.3. Perkembangan harga produsen dan harga impor nenas, 2016 – 2018
4.3. Keragaan Kinerja Pedagangan Nenas
Perkembangan ekspor dan impor nenas pada bab berikut ini akan
mengambarkan keragaman kinerja perdagangan secara nasional. Neraca
perdagangan nenas menunjukan nilai surplus besar, hal ini karena
Indonesia adalah negara potensi produksi. Naman demikian nilai neraca
perdagangan nenas Indonesia cenderung meningkat pada
periode 2014 -2018.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 4.3. Perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan komoditas nenas, 2014 – 2018
Pertumb.
(%)
2014 2015 2016 2017 2018 2014-2018
1. Ekspor
- Volume (Ton) 192,315.26 193,948.24 138,400.20 210,045.85 228,536.81 8.19
- Nilai (000 USD) 193,351.05 232,311.27 188,938.49 242,003.01 194,458.23 2.48
2. Impor
- Volume (Ton) 169.90 154.46 110.60 155.24 188.48 6.07
- Nilai (000 USD) 355.16 246.64 188.13 247.92 203.75 -10.08
3. Neraca Perdagangan
- Volume (Ton) 192,145.36 193,793.77 138,289.60 209,890.61 228,348.34 8.20
- Nilai (000 USD) 192,995.90 232,064.64 188,750.36 241,755.09 194,254.47 2.50
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
No. UraianTahun
Berdasarkan pada Tabel 4.3 terlihat bahwa defisit neraca
perdagangan nenas berfluktuasi dari tahun ke tahun. Selama periode tahun
2014 - 2018 Surplus neraca perdagangan pada sisi volume meningkat
sebesar 8,20% per tahun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan volume
ekspor sebesar 8,19% per tahun, begitu juga volume impor naik sebesar
6,07% per tahun. Neraca perdagangan dari sisi nilai juga mengalami
surplus dengan rata-rata pertumbuhan mengalami peningkatan sebesar
2,50% per tahun. Untuk tahun 2018 neraca perdagangan baik dari sisi
volume maupun nilai mengalami surplus dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini merupakan adanya dampak kebijakan dari pemerintah
untuk mengendalikan impor nenas. Impor tahun 2018 hanya untuk nenas
bibit bukan nenas konsumsi. Perkembangan neraca nilai perdagangan
nenas dapat dilihat pada Gambar 4.4, dimana terlihat bahwa nilai ekspor
dan nilai impor nenas mencapai nilai tertinggi pada tahun 2018.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
2014 2015 2016 2017 2018
(000 USD)
Nilai ekspor Nilai impor Neraca Perdagangan
Gambar 4.4. Perkembangan neraca perdagangan nenas Indonesia,
2014 – 2018
Ekspor-impor nenas dilakukan dalam bentuk segar yang terdiri dari 2
kode HS (Harmony System), yaitu kode HS 08043000 (nenas segar), kode
HS 20082010 (Nenas dalam kemasan kedap udara untuk penjualan eceran)
dan '20094900 (dalam bentuk olahan). Nenas segar mempunyai volume
ekspor dan nilai ekspor jauh lebih rendah dibandingkan dengan nenas
untuk konsumsi. Begitu juga volume impor dan nilai impor nenas segar
lebih rendah dibandingkan dengan nenas untuk konsumsi.
Volume ekspor nenas benih tertinggi pada tahun 2014 sebesar 204
ribu ton dengan nilai ekspor sebesar USD 359 juta, sedangkan untuk nenas
konsumsi, volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebesar 390 ribu
ton dengan nilai ekspor sebesar USD 684 juta.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Tabel 4.4. Perkembangan ekspor dan impor nenas berdasarkan kode HS, 2014 – 2018
Rata-rataPertumbuhan
(%)
2014 2015 2016 2017 2018 2014 - 2018 2014-2018
1. Volume Ekspor (Ton) 264,988.61 214,736.85 125,691.09 62,375.43 42,509.77 142,060.35 -35.66
HS : 08043000 72,921.00 433.78 1,904.05 9,605.39 13,366.45 19,646.13 0.00
HS : 20082010 171,150.69 20,354.84 123,484.63 25,706.91 0.03 68,139.42 59.84
HS : 20094900 20,916.92 193,948.24 302.40 27,063.13 29,143.28 54,274.79 2396.13
2. Nilai Ekspor (000 USD) 359,107.80 332.91 109.86 62,375.43 36,847.74 91,754.75 14117.34
HS : 08043000 193,351.05 226.46 0.14 9,605.39 8,279.63 42,292.53 0.00
HS : 20082010 165,756.75 80.11 53.28 25,706.91 0.02 38,319.41 11979.94
HS : 20094900 0.00 26 56.45 27,063.13 28,568.10 11,142.80 692222.30
3. Volume Impor 205.67 494,630.77 482,665.29 68,232.00 64.55 209,159.66 60051.10
HS : 08043000 169.90 0.00 0.00 0.00 0.00 33.98 0.00
HS : 20082010 35.77 491,103.09 479,941.12 10.00 18.58 194,221.71 343178.81
HS : 20094900 0.00 3,527.68 2,724.18 68,222.00 45.96 14,903.96 .-
5. Nilai Impor (000 USD) 404.12 354,900.22 347,534.71 144.49 90.20 140,614.75 21895.44
HS : 08043000 355.16 0.00 0.00 0.00 0.10 71.05 0.00
HS : 20082010 48.96 349,577.78 342,672.57 0.11 20.07 138,463.90 183112.30
HS : 20094900 0.00 5,322.44 4,862.14 144.39 70.03 2,079.80 .-
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
No. UraianTahun
4.3.1. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Komoditas Nenas
Indonesia
Nenas yang banyak diekspor oleh Indonesia adalah nenas konsumsi.
Pada tahun 2018, negara tujuan ekspor yang dominan dilakukan Indonesia
jika dibandingkan tahun sebelumnya, dimana total ekspor nenas Indonesia
dalam wujud konsumsi maupun benih yang terbesar adalah ke Amerika
Serikat dengan nilai sebesar USD 194,456 ribu dengan kontribusi dari total
nilai ekspor nenas Indonesia mencapai 72,43%. Negara tujuan ekspor
nenas Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar 23,42% (USD 46 ribu),
Belanda 16,33% (USD 31 ribu) dan Spanyol sebesar 11,10% (USD 22 ribu).
Negara ekspor Indonesia di bawah 6% yaitu negara Jerman, Jepang,
Argentina, Singapura, Cina dan Australia. Nilai ekspor nenas tahun 2018
menurut negara tujuan secara rinci disajikan pada Gambar 4.5. dan
Tabel 4.5.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25
Amerika Serikat23.42%
Belanda16.33%
Spanyol11.10%
Jerman, Fed. Reputasi. Dari
5.73%
Jepang4.24%
Argentina3.07%
Singapura2.99%
Cina2.78%
Australia2.76%
Negara Lainnya27.57%
Gambar 4.5. Negara tujuan utama ekspor nenas Indonesia, 2018
Tabel 4.5. Negara tujuan ekspor nenas Indonesia, 2018
No Negara tujuanNilai Ekspor
(000 USD)
Share
(%)
Kumulatif
(%)
1 Amerika Serikat 45,546 23.42 23.42
2 Belanda 31,764 16.33 39.76
3 Spanyol 21,580 11.10 50.85
4 Jerman, Fed. Reputasi. Dari 11,143 5.73 56.58
5 Jepang 8,249 4.24 60.83
6 Argentina 5,967 3.07 63.90
7 Singapura 5,814 2.99 66.89
8 Cina 5,407 2.78 69.67
9 Australia 5,370 2.76 72.43
Negara Lainnya 53,616 27.57
Total 194,456 100.00
Sumber: BPS diolah Pusdatin
Negara asal impor nenas Indonesi pada tahun 2018 berasal dari
Thailand, Austria, Cina, Singapur dan Uni Emirat Arab. Pada tahun 2018
realisasi impor nenas sebesar USD 204 ribu, dimana impor nenas dari
Thailand mencapai USD 68 ribu atau 33,51% dari total nilai impor nenas
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Indonesia, Austria mencapai USD 61 ribu atau 29,81% dan negara
berikutnya Cina mencapai USD 29 ribu atau 14,38%. Negara lainnya yang
merupakan negara asal impor nenas Indonesia adalah Singapura dan Uni
Emirat Arab. Negara asal impor nenas Indonesia tahun 2018 secara rinci
tersaji pada Gambar 4.6. dan Tabel 4.6.
Thailand33.51%
Austria29.81%
Cina14.38%
Singapura11.12%
Uni Emirat Arab3.93%
Negara Lainnya7.25%
Gambar 4.6. Negara asal impor nenas Indonesia, 2018
Tabel 4.6. Negara asal impor nenas Indonesia, 2018
No Negara AsalNilai Ekspor
(000 USD)
Share
(%)
Kumulatif
(%)
1 Thailand 68 33.51 33.51
2 Austria 61 29.81 63.32
3 Cina 29 14.38 77.70
4 Singapura 23 11.12 88.82
5 Uni Emirat Arab 8 3.93 92.75
Negara Lainnya 15 7.25
Total 204 100.00
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27
4.3.2. Negara Eksportir dan Importir Nenas Dunia
Berdasarkan data Trademap, ekspor impor nenas dengan kode HS
200820 mencakup nenas olahan. Pada periode tahun 2014 – 2018 terdapat
enam negara eksportir nenas terbesar di dunia yang secara kumulatif
memberikan kontribusi sebesar 97,65% terhadap total nilai ekspor nenas
dunia, yaitu Thailand, Filipina, Indonesia, Belanda dan Kenya (Tabel 4.7).
Thailand48.25%
Filipina24.33%
Indonesia15.83%
Belanda4.03%
Kenya5.21%
Lainnya2.35%
Gambar 4.7. Negara pengekspor nenas terbesar dunia, 2014 – 2018
Tabel 4.7. Negara eksportir nenas terbesar dunia, 2014 – 2018
NO. Negara 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rataShare
(%)
Share
kumulatif
(%)
1 Thailand 509 564 590 571 400 527 48.25 48.25
2 Filipina 182 337 341 276 192 266 24.33 72.58
3 Indonesia 166 192 152 197 157 173 15.83 88.41
4 Belanda 47 36 46 46 45 44 4.03 92.44
5 Kenya 60 74 61 51 38 57 5.21 97.65
Lainnya 27 23 29 28 21 26 2.35 2.35
Dunia 1,108 1,355 1,364 1,313 958 1,092 100.00
Thailand merupakan negara eksportir nenas terbesar selama periode
2014 – 2018 dengan nilai ekspor USD 527 juta dan berkontribusi sebesar
48,25% terhadap total nilai ekspor nenas dunia. Negara eksportir kedua
dan ketiga yaitu Filipina dan Belanda dengan kontribusi terhadap total nilai
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ekspor dunia masing-masing sebesar 24,33%, dan 4,03%. serta negara
keempat adalah negara Kenya dengan kontribusi masing-masing sebesar
5,21%. Sedangkan negara lainnya hanya menyumbangkan kurang dari 2%.
Indonesia sebagai negara eksportir nenas menempati urutan ke 3 dengan
rata-rata nilai ekspor tahun 2014 – 2018 sebesar USD 173 juta per tahun
atau hanya 15,83% dari total nilai ekspor nenas dunia. Negara-negara
eksportir terbesar untuk komoditas nenas selengkapnya tersaji pada
Tabel 4.7.
Bila dilihat nilai impor nenas dunia tahun 2014 – 2018, terdapat
empat belas negara importir nenas di dunia yang secara kumulatif
memberikan kontribusi sebesar 73,83% terhadap total nilai impor nenas
dunia. Amerika Serikat merupakan negara importir nenas terbesar dengan
berkontribusi sebesar 31,05% dari total nilai impor nenas dunia. Berikutnya
adalah Jerman dengan kontribusi sebesar 8,03%. Urutan selanjutnya
adalah Spanyol Federasi Rusia dengan kontribusi masing-masing 5,00% dan
4,00%, sedangkan negara importir lainnya berkontribusi kurang dari 4%.
Negara-negara importir terbesar komoditas nenas selengkapnya disajikan
pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8.
Amerika Serikat23.69%
Jerman6.13%
Spanyol4.50%
Federasi Rusia3.05%
Belanda3.10%
Ker. Inggris2.83%
Perancis2.49%
Jepang2.53%
Australia1.57%
Kanada1.63%
Cina1.10%
Korea, Rep. Korea1.26%
Belgium1.20%
Italia1.25%
Lainnya43.66%
Gambar 4.8. Negara importir nenas terbesar di dunia, 2014 – 2018
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29
Tabel 4.8. Negara importir nenas terbesar dunia, 2014 – 2018
NO. Negara 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rataShare
(%)
Share
kumula
tif (%)
1 Amerika Serikat 352,452 434,181 420,805 389,073 317,487 382,800 31.05 31.05
2 Jerman 96,980 102,977 107,168 111,062 76,895 99,016 8.03 39.08
3 Spanyol 67,093 66,244 67,783 101,086 61,672 72,776 5.90 44.98
4 Federasi Rusia 55,927 41,869 40,850 53,485 54,208 49,268 4.00 48.98
5 Belanda 46,576 46,579 57,313 58,552 41,696 50,143 4.07 53.04
6 Kerajaan Inggris 45,670 46,795 45,777 49,695 40,532 45,694 3.71 56.75
7 Perancis 41,563 34,167 39,577 48,096 38,021 40,285 3.27 60.02
8 Jepang 39,631 39,684 43,523 45,528 36,269 40,927 3.32 63.34
9 Australia 21,633 26,457 28,032 27,105 23,613 25,368 2.06 65.39
10 Kanada 23,097 29,499 28,971 28,190 22,133 26,378 2.14 67.53
11 Cina 16,923 15,258 14,591 20,485 21,862 17,824 1.45 68.98
12 Korea, Republik Korea 16,696 18,507 22,445 23,432 20,372 20,290 1.65 70.63
13 Belgium 16,683 19,065 19,887 20,904 20,088 19,325 1.57 72.19
14 Italia 21,272 21,135 19,060 21,514 18,103 20,217 1.64 73.83
… 73.83
31 Indonesia 49 49 25 23 70 43 0.00
Lainnya 671,083 761,103 741,443 761,712 591,554 705,379 57.21 57.21
Dunia 1,180,876 1,269,388 1,276,445 1,370,869 1,067,088 1,232,933 100.00
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31
BAB V. ANALISIS KINERJA PERDAGANGAN
NENAS
5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Import Dependency Ratio (IDR) merupakan formula yang
menyediakan informasi ketergantungan suatu negara terhadap impor suatu
komoditas. Berdasarkan atas perhitungan nilai IDR nenas Indonesia seperti
tersaji pada Tabel 5.1 terlihat bahwa pada periode tahun 2014 – 2018
supply nenas Indonesia tidak tergantung pada nenas impor. Kondisi ini
stabil dari tahun ke tahun dhingga tahun 2018 ketergantungan suatu
Negara terhadap komoditas nenas impor sangat kecil.
Sementara, nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam
kaitannya dengan kebutuhan dalam negeri. Nilai SSR komoditas nenas
Indonesia dari tahun 2014 hingga 2018 sangat besar 110,99% hingga
114,48%, yang berarti bahwa hampir sebagian besar kebutuhan nenas
dalam negeri sudah dapat dipenuhi oleh produksi domestik.
Tabel 5.1. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR)
Nenas Indonesia, 2014 – 2018
2014 2015 2016 2017 2018
Produksi (Ton) 1,835,483 1,729,600 1,396,141 1,795,982 1,805,499
Volume ekspor (Ton) 192,315 193,948 138,400 210,046 228,537
Volume impor (Ton) 170 154 111 155 188
Produksi - ekspor + impor 1,643,337 1,535,806 1,257,851 1,586,091 1,577,151
IDR (%) 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
SSR (%) 111.69 112.62 110.99 113.23 114.48
Sumber : Ditjen Hortikultura dan Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin
UraianTahun
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5.2. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), Indeks Keunggulan Komparatif (Revealed Comparative Advantage – RCA) dan Revealead Symetric Comparative Advantage (RSCA)
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk menganalisis
posisi atau tahapan perkembangan suatu komoditas terkait kinerja
perdagangannya. Hasil perhitungan nilai ISP nenas di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Indeks spesialisasi perdagangan (ISP) nenas Indonesia, 2014 – 2018
2014 2015 2016 2017 2018
Ekspor-Impor 192,995.90 232,064.64 188,750.36 241,755.09 194,254.47
Ekspor+Impor 193,706.21 232,557.91 189,126.62 242,250.93 194,661.98
ISP 0.996 0.998 0.998 0.998 0.998
Sumber: BPS, diolah Pusdatin
UraianNilai (000 USD)
Dari Tabel 5.2, terlihat selama periode 2014 – 2018 komoditas nenas
memiliki daya saing yang sangat tinggi di pasar dunia, yang ditunjukan oleh
nilai indeks spesialisasi perdagangan (ISP) nenas yang bernilai positif.
Berdasarkan tingkat pertumbuhannya dalam perdagangan, komoditas
nenas Indonesia baru pada tahap pengenalan, dimana penawaran nenas di
pasar domestik lebih kecil daripada permintaan nenas akibat adanya
permintaan konsumsi domestik dalam skala yang relatif besar sehingga
Indonesia belum mampu meningkatkan ekspornya menjadi negara
eksportir. Nilai ISP nenas dari tahun 2014 – 2018 bernilai positif, yaitu
sebesar 0,996 hingga 0,998 dengan kata lain nenas Indonesia telah
memiliki daya saing yang kuat dan dalam tahap perluasan ekspor.
Indeks Keunggulan Komparatif atau RCA merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu
wilayah, dalam hal ini mengukur keunggulan komparatif nenas Indonesia
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33
cukup memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan dunia yang
ditujukkan RCA lebih dari nol. Hasil perhitungan RCA dan RSCA terhadap
komoditas nenas Indonesia disajikan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Indeks keunggulan komparatif (RCA) komoditas nenas Indonesia dalam perdagangan dunia, 2014 - 2018
2014 2015 2016 2017 2018
1 Nenas
Indonesia 1,835,483 1,729,600 1,396,141 1,795,982 1,805,499
Dunia 3,667,388 3,873,179 4,205,495 4,030,762 3,622,059
2 Non Migas
Indonesia 145,905,846 131,791,907 132,080,755 153,129,822 162,626,784
Dunia*) 16,145,904,600 14,870,450,253 14,678,476,355 15,918,218,806 16,771,269,484
3 Rasio
Indonesia 0.01258 0.01312 0.01057 0.01173 0.011102
Dunia 0.00023 0.00026 0.00029 0.00025 0.00022
RCA 55.384 50.386 36.894 46.318 51.406
RSCA 0.965 0.961 0.947 0.958 0.962
Sumber: BPS dan Trademap diolah Pusdatin
No UraianNilai ekspor (000 USD)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai RSCA yang tersaji pada Tabel 5.3
menunjukkan bahwa komoditas nenas Indonesia mempunyai daya saing di
pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RSCA yang positif 0,947
hingga 0,965%, dengan RSCA yang bernilai positif, maka dapat dikatakan
bahwa produksi nenas Indonesia digunakan untuk keperluan dalam negeri
dan berperan di perdagangan dunia sehingga mempunyai daya saing di
pasar global.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35
BAB VI. PENUTUP
Berdasarkan keragaan dan analisis kinerja perdagangan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Berdasarkan rata-rata produksi nenas tahun 2014 – 2018, terdapat
lima provinsi sentra penghasil nenas terbesar dengan kontribusi
kumulatif mencapai 76,05% terhadap total produksi nenas Indonesia.
Provinsi penghasil nenas terbesar adalah Nusa Tenggara Barat sebesar
27,13%, Sumatera Utara sebesar 8,52%, Jawa Barat sebesar 7,21%,
selanjutnya Provinsi Jawa Tengah sebesar 6,46% dari total produksi
nenas Indonesia. Provinsi-provinsi sentra produksi lainnya memberikan
kontribusi kurang dari 5,00%
2. Neraca perdagangan komoditas pertanian dari tahun 2014 – 2018
berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat volume neraca
perdagangan, sementara nilai neraca perdagangan menurun. Pada
tahun 2014 nilai neraca perdagangan mencapai USD 13,68 milyar dan
tahun 2018 surplus neraca perdagangan mengalami penurunan
menjadi sebesar USD 10,19 milyar sedangkan volume meningkat
menjadi 10,44 juta ton.
3. Di tingkat internasional, data harga nenas tidak dikompilasi oleh World
Bank, sehingga untuk mengetahui perkembangan harga internasional
diperoleh dari harga impor (harga CIF) yaitu nilai impor nenas dibagi
volume impor nenas, selanjutnya nilai dalam USD dikalikan dengan
kurs tengah nilai tukar rupiah terhadap dollar. Nenas yang banyak
diimpor adalah nenas konsumsi dengan kode HS 020082010 dan
20082090. Perbandingan harga domestik (harga produsen) dengan
harga impor pada periode 2016 – 2018, jika harga produsen cenderung
stabil dengan tendensi meningkat, maka harga impor lebih berfluktuatif
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
4. Berdasarkan atas perhitungan nilai IDR nenas Indonesia seperti
tersaji pada Tabel 5.1 terlihat bahwa pada periode tahun 2014 –
2018 supply nenas Indonesia tidak tergantung pada nenas impor.
Kondisi ini stabil dari tahun ke tahun dhingga tahun 2018
ketergantungan suatu Negara terhadap komoditas nenas impor
sangat kecil.
5. Sementara, nilai SSR menunjukkan besarnya produksi dalam
kaitannya dengan kebutuhan dalam negeri. Nilai SSR komoditas
nenas Indonesia dari tahun 2014 hingga 2018 sangat besar
110,99% hingga 114,48%, yang berarti bahwa hampir sebagian
besar kebutuhan nenas dalam negeri sudah dapat dipenuhi oleh
produksi domestik. Dan RSCA menunjukkan bahwa komoditas nenas
Indonesia mempunyai daya saing di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai RSCA yang positif 0,965% pada tahun 2014. Dengan
RSCA yang bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa produksi
nenas Indonesia digunakan untuk keperluan dalam negeri dan
berperan di perdagangan dunia sehingga mempunyai daya saing di
pasar global.
6. Berdasarkan data Trademap, ekspor impor nenas dengan kode HS
200820 mencakup nenas olahan. Pada periode tahun 2014 – 2018
terdapat enam negara eksportir nenas terbesar di dunia yang secara
kumulatif memberikan kontribusi sebesar 97,65% terhadap total
nilai ekspor nenas dunia, yaitu Thailand, Filipina, Indonesia, Belanda
dan Kenya.
7. Pada tahun 2014 – 2018, negara importir nenas di dunia yang
secara kumulatif memberikan kontribusi sebesar 73,83% terhadap
total nilai impor nenas duniaadala empat belas negara yakni
Amerika Serikat merupakan negara importir nenas terbesar dengan
berkontribusi sebesar 31,05% urutan ke dua Jerman sebesar
8,03%. Dan negarar lainnya hanya berkontribusi kurang dari 5%.
Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Nenas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37
DAFTAR PUSTAKA
Balassa, B. 1965. Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage. Manchester School of Economic and Social Studies.
BPS. 2018. Statistik Harga Konsumen Perdesaan Kelompok Makanan, Jakarta BPS. 2018. Statistik Harga Produsen Pertanian Sub Sektor Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat 2018. Jakarta.
BPS. 2016. Statistik Indonesia tahun 2018. Jakarta.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011-2016. Statistik Produksi Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta.
BPS. 2018. Pengeluaran Konsumsi Untuk Penduduk Indonesia 2018.
Jakarta. Hadi, P.U. dan S. Mardianto, 2004. Analisis Komparasi Daya Saing Produk
Ekspor Pertanian Antar Negara Asean Dalam Era Perdagangan Bebas AFTA. Jurnal Agroekonomi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
http://database.pertanian.go.id/eksim2012 https://www.trademap.org