Upload
ngotruc
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
58
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Pendahuluan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh marketing mix
terhadap brand equity dan dampaknya bersama-sama dengan reference group
(Belch and Belch, 2007, p. 128) dan self concept (Solomon, 2004, p. 150)
pada brand purchase intention (Percy, 2005, p. 7) terhadap produk notebook.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan di kampus Binus
BBC, perkantoran, dan internet (yaitu melalui milist-milist). Kuesioner
melibatkan 234 orang responden, dimana terdapat 18 data yang tidak valid. 11
data tidak valid dikarenakan responden tidak lolos proses screening (yaitu
tidak memiliki notebook, tidak menggunakan notebook, dan tidak berencana
membeli notebook dalam 6 bulan ke depan), sedangkan 7 data tidak valid
dikarenakan ada pertanyaan yang tidak terisi sepenuhnya. Sehingga kuesioner
valid yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 216 buah
kuesioner. Penelitian ini menggunakan bantuan software AMOS 7.0 dan
software SPSS versi 15 dalam melakukan perhitungannya.
59
Berikut model kerangka pemikiran sebagai gambaran langkah-langkah
yang dilakukan dalam penelitian :
4.2 Demografi Responden
Gambar 4.2. Profil responden berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4.1 Model Penelitian
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
laki69%
wanita31%
lakiwanita
60
Berdasarkan hasil survei yang dikumpulkan dari jumlah seluruh
responden sebanyak 216 responden, ditemukan bahwa jumlah seluruh
responden berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar 69% dan wanita sebesar
31%.
GENDER
GENDER
wanitalaki
Perc
ent
80
60
40
20
0
69%
31%
61
Gambar 4.3. Profil responden berdasarkan Usia responden
Dapat dilihat pada gambar 4.3, responden dari penelitian ini, sebagian
besar sedang berada pada usia produktif kerja (92%), sedangkan sisanya
sebesar 8% berusia 16-20 tahun. Dari responden yang berusia produktif kerja,
dapat dilihat bahwa responden berusia 21-25 tahun memiliki persentase
terbesar, yaitu 60%.
Melalui data tersebut, tampak bahwa customer share notebook
sekarang didominasi oleh orang-orang yang berusia relatif muda (21-25
tahun). Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu semakin muda
Profil Responden Berdasarkan Usia Responden
>3013%
16-208%
21-2560%
26-3019% >30
16-20
21-25
26-30
USIA
USIA
26-3021-2516-20>30
Perc
ent
70
60
50
40
30
20
10
013% 8%
60%
19%
62
usia dari pengguna notebook, berarti semakin besarlah kemungkinan mereka
untuk ganti notebook setiap beberapa waktu. Perusahaan wajib memelihara
hubungan dengan setiap konsumennya, karena besar kemungkinan konsumen
mereka akan pindah ke lain merek jika tidak puas dengan merek yang mereka
miliki saat ini.
Gambar 4.4. Profil Responden Berdasarkan Strata/Pendidikan Responden
Berdasarkan pada gambar 4.4 tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas
responden berpendidikan S1, S2, dan S3, yaitu sebesar 87%, sedangkan
Profil Responden Berdasarkan Strata/Pendidikan
S177.3 %
S28.8 %
S30.9 % D3
0.5%
SMU12.5%
D3
S1
S2
S3
SMU
STRATA
STRATA
SMUS3S2S1D3
Per
cent
100
80
60
40
20
0
77.3
0.5%8.8%
0.9%
12.5
63
sisanya sebesar 13% berpendidikan SMU dan D3. Latar belakang sebagian
besar responden adalah strata 1, strata 2, dan strata 3, ini menunjukkan bahwa,
para partisipan kuesioner ini, adalah orang-orang yang berpendidikan. Hal ini
menunjukkan bahwa notebook saat ini umum digunakan oleh orang-orang
yang memiliki pendidikan strata 1, strata 2, dan strata 3.
Gambar 4.5. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden
Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
karyaw an63%
lainnya5%
pelajar24%
w irasw as8%
karyaw an
lainnya
pelajar
w irasw as
JOB
JOB
wiraswaspelajarlainnyakaryawan
Perc
ent
70
60
50
40
30
20
10
0
63%
5%8%
24%
64
Berdasarkan pada gambar 4.5 tersebut, dapat dilihat bahwa persentase
tertinggi pada responden yang berprofesi sebagai karyawan sebesar 63%,
pelajar sebesar 24%, sedangkan sisanya 13% adalah wiraswasta dan lainnya.
Data pekerjaan responden, berkaitan juga dengan data frekuensi pemakaian
notebook. Sebesar 63% responden adalah karyawan, dan sebesar 76%
responden, menggunakan notebook setiap hari, berarti sebagian besar
responden menggunakan notebook untuk keperluan pekerjaan di kantor.
Gambar 4.6. Profil Responden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan
ProfilResponden Berdasarkan Pengeluaran Per Bulan
<1.5jt19%
>10jt4%
1.5-3jt45%
3.1-6jt23%
6.1-10jt9% <1.5jt
>10jt
1.5-3jt
3.1-6jt
6.1-10jt
BIAYA
BIAYA
6.1-10jt3.1-6jt1.5-3jt>10jt<1.5jt
Perc
ent
50
40
30
20
10
0
19%
4%
45%
23%
9%
65
Responden yang memiliki pengeluaran di atas 1,5 juta per bulan
sebesar 81% dari data ini. Dari hasil penelitian ini, berarti responden memiliki
daya beli terhadap notebook sesuai keinginannya. Daya beli responden terkait
dengan keinginannya untuk membeli notebook. Apabila responden
berkeinginan membeli namun daya belinya tidak mendukung, maka
responden tidak akan membeli notebook tersebut.
Gambar 4.7. Profil Responden Berdasarkan Frekwensi Pemakaian Notebook
Profil Responden Berdasarkan Frekwensi Pemakaian Notebook
setiap hari76%
2 hari sekali10%
1 minggu sekali6%
lainnya8%
1 minggu sekali
2 hari sekali
lainnya
setiap hari
FREKWENS
FREKWENS
setiap hari
lainnya: tergantung
lainnya: sabtu, ming
lainnya: belum punya
lainnya: 1 bulan sek
2 hari sekali
1 minggu sekali
Perc
ent
80
60
40
20
0
6%10%
Lainnya = 8%
76%
66
Berdasarkan pada gambar 4.7 tersebut, dapat dilihat bahwa persentase
tertinggi pada responden yang menyatakan menggunakan notebook setiap hari
sebesar 76%, 2 hari sekali sebesar 10%, dan sisanya sebesar 14%
menggunakan notebook hanya seminggu sekali atau saat hari libur saja.
Responden yang berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini, sebagian
besar (76%) adalah orang yang menggunakan notebook setiap hari, responden
ini dapat dikategorikan sebagai smart consumer, karena mereka fasih
menggunakan notebook, serta memiliki cukup pengetahuan tentang notebook.
Sebagai smart consumer, mereka dapat memberikan rekomendasi kepada
orang-orang disekitarnya mengenai merek notebook apa yang ideal bagi
mereka.
Sedangkan 8% dari total responden, adalah orang yang belum
memiliki notebook atau belum menggunakan notebook, dan baru berencana
untuk membeli notebook dalam waktu setengah tahun ke depan. Responden
dalam kategori ini, sedang terus mencari informasi mengenai notebook ideal
yang akan mereka beli.
67
Gambar 4.8. Profil Responden Berdasarkan Self Concept
Responden menyatakan self concept-nya ketika membeli suatu barang,
dalam penelitian ini yaitu notebook. Dengan membeli notebook tertentu,
mereka merasa dapat membuktikan jati dirinya, di lingkungan mereka berada
(misalnya: kampus, kantor). Secara alami, tiap individu membutuhkan suatu
pengakuan dari pihak lain terhadap citra dirinya.
“The self-concept refers to the beliefs a person holds about his or her
own attributes, and how he or she evaluates these qualities”, yang berarti self-
Self Concept
Tidak33%
Ya67%
TidakYa
SELFCON
SELFCON
YaTidak
Perc
ent
70
60
50
40
30
20
10
0
33%
67%
68
concept merupakan keyakinan yang dimiliki tiap orang tentang atribut pribadi
yang digunakannya dan bagaimana dia mengevaluasi kualitas dari atribut
tersebut (Solomon, 2004, p.150).
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa teori Solomon mengenai self
concept dapat dibuktikan melalui riset ini. Sebesar 67% (Gambar 4.8)
individu cenderung membeli barang sesuai dengan jati diri (self concept)
mereka.
Gambar 4.9. Profil Responden Berdasarkan Rekomendasi
Rekomendasi
Tidak19%
Ya81%
TidakYa
REKOMEND
REKOMEND
YaTidak
Perc
ent
100
80
60
40
20
019%
81%
69
Berdasarkan pada gambar 4.9 tersebut, dapat dilihat bahwa persentase
tertinggi pada responden yang menyatakan membeli barang karena
dipengaruhi rekomendasi dari orang lain sebesar 81% dan yang tidak
dipengaruhi rekomendasi dari orang lain sebesar 19%.
Belch dan Belch (2007, p. 128), merumuskan bahwa “Reference group
is a group whose persumed perpectives or values are being used by an
individual as the basis for his or her judgments, opinions, and actions” atau
dapat diartikan : Reference group adalah kelompok yang memberikan
pendapat dan penilaian yang menjadi saran bagi individu dalam mengambil
keputusan, opini, dan tindakan. Konsumen menggunakan reference group
sebagai pemandu untuk kebiasaan yang khusus (Belch and Belch, 2007, p.
128). Salah satu faktor dari buying center adalah influencers. Influencer
adalah orang yang mempengaruhi keputusan membeli. Mereka biasanya
membantu dalam mendefinisikan spesifikasi dan juga menyediakan informasi
dalam mengevaluasi alternatif. Technical personnel adalah particularly
important influencers. (Kotler & Keller, 2006:200).
Teori Belch dan Belch sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana
sebesar 81% responden, cenderung terpengaruh dari referensi orang lain saat
membeli barang. Secara lebih luas, sebuah komunitas dapat mempengaruhi
seseorang dalam menentukan buying behaviour-nya. Produsen notebook dapat
menjadikan hal ini sebagai landasan dalam menentukan strategi produknya.
70
Yaitu tidak lagi memperkenalkan produknya satu per satu ke calon konsumen,
tapi langsung menuju suatu komunitas calon konsumen.
Teori Kotler & Keller mengenai buying center juga berkaitan dengan
hasil penelitian bahwa responden sebagian besar menggunakan notebook
setiap hari, berprofesi sebagai karyawan, mahasiswa, dan wiraswasta, dan
juga sebagian besar berpendidikan S1. Dari hasil penelitian terlihat bahwa,
responden merupakan orang-orang yang cukup smart karena sesuai dengan
latar belakangnya, responden cukup berpengetahuan mengenai notebook,
sehingga responden dapat dikatakan technical personnel yang merupakan
important influencers.
4.3 Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas
suatu instrumen. Validitas mewakili tingkatan dimana kesimpulan yang
diambil dari suatu penelitian adalah benar (Hair, et al., 2006, p. 276).
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun benar-benar mengukur apa yang perlu diukur. Uji validitas berguna
untuk menentukan seberapa cermat suatu alat melakukan fungsi ukurannya.
Alat ukur validitas yang tinggi berarti mempunyai varian kesalahan yang
kecil, sehingga memberikan keyakinan bahwa data yang terkumpul
merupakan data yang dapat dipercaya.
71
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan
masing-masing indikator dengan skor totalnya. Angka korelasi yang
diperoleh, secara statistik kemudian dibandingkan dengan angka kritik tabel
korelasi nilai r. Bila r-hitung > r-tabel berarti data tersebut signifikan (valid)
dan indikator tersebut layak digunakan untuk analisis selanjutnya. Dan
sebaliknya bila r-hitung < r-tabel berarti data tersebut tidak signifikan (tidak
valid) dan indikator tersebut tidak akan digunakan dalam analisis selanjutnya.
Hasil pengujian validitas untuk masing-masing indikator dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.1 Uji Validitas
No. Indikator r-hitung r-tabel Kriteria1. Daya tahan notebook ini sangat baik 0,3452 0,1335 Valid 2. Kecepatan notebook ini sangat baik 0,3815 0,1335 Valid 3. Umur pakai notebook ini sangat lama 0,3432 0,1335 Valid 4. Harga notebook ini telah sangat tepat 0,2931 0,1335 Valid 5. Harga notebook berikut sangat mahal 0,2074 0,1335 Valid
6. Iklan notebook berikut sering muncul di berbagai media 0,4414 0,1335 Valid
7. Iklan notebook berikut sangat menarik 0,4700 0,1335 Valid
8. Saya mengerti pesan yang disampaikan dalam iklan notebook ini 0,3921 0,1335 Valid
9. Saya sering melihat stand notebook ini di berbagai event
0,4225 0,1335 Valid 10. Saya tahu merek notebook ini 0,2338 0,1335 Valid
11. Saya dengan mudah mengenali dibanding merek notebook lainnya 0,3615 0,1335 Valid
12. Beberapa ciri khas dari notebook berikut dapat saya ingat dengan mudah 0,5623 0,1335 Valid
13. Saya dapat dengan mudah mengingat logo / simbol notebook berikut
0,4020 0,1335 Valid
14. Merek notebook berikut memiliki perbedaan yang kuat dibanding yang lain 0,6495 0,1335 Valid
15. Notebook ini sangat sesuai dengan kepribadian saya 0,7149 0,1335 Valid
72
16. Notebook ini mewujudkan citra diri yang saya inginkan 0,7093 0,1335 Valid
17. Orang yang dekat dengan saya merekomendasikan notebook ini 0,6225 0,1335 Valid
18. Saya merasa dikagumi dengan membeli notebook ini 0,6556 0,1335 Valid
19. Saya memiliki minat beli terhadap notebook ini dibanding merek lain
0,6907 0,1335 Valid
20. Saya berminat untuk membeli notebook ini di masa mendatang
0,6091 0,1335 Valid
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa semua indikator-indikator yang
digunakan dalam penelitian ini valid dan dapat digunakan untuk proses
selanjutnya.
4.4 Uji Reliabilitas
Tabel 4.2 Uji Reliabilitas dengan Cronbach Alpha
Setelah dilakukan uji validitas terhadap indikator-indikator dalam
penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan
untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan
tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun
dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji keterandalan dilakukan terhadap
indikator-indikator valid. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
73
cronbach alpha. Jika nilai cronbach alpha mendekati satu maka butir-butir
pertanyaan tersebut dikatakan reliable. Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan alat bantu software SPSS diperoleh nilai cronbach alpha yang
mendekati satu yaitu 0,8754. Nilai ini menunjukan bahwa indikator-indikator
yang digunakan mempunyai ketepatan, keakuratan, kestabilan atau konsistensi
yang tinggi.
4.5 Struktural Equation Modelling dan Hubungan Moderasi
Dalam penelitian ini menggunakan variabel laten moderator reference
group. Variabel laten eksogen yang digunakan yaitu product, price, dan
promotion. Dalam SEM terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menilai pengaruh moderating. Salah satu metode termudah yang dapat
digunakan untuk menilai pengaruh moderating pada SEM yang komplek
adalah metode Ping (1995). Ping menyatakan bahwa indikator tunggal
seharusnya digunakan sebagai indikator dari suatu variabel moderating.
Indikator tunggal tersebut merupakan perkalian antara indikator variabel laten
eksogen dengan indikator variabel moderatornya (Ghozali: 244, 2008).
Untuk menjalankan metode Moderated SEM (MSEM) dengan
program AMOS 7.0, perlu dilakukan dua tahap.
1. Tahap pertama melakukan estimasi tanpa memasukkan variabel interaksi,
sehingga kita hanya mengestimasi model dengan tiga variabel eksogen
74
Product (ξ1), Price (ξ2) dan Promotion (ξ3) yang digunakan untuk
memprediksi variabel endogen Reference Group (η1).
- Hasil output model ini digunakan untuk menghitung nilai loading factor
variabel laten interaksi ( λinteraksi) dan nilai error variance dari indikator
variabel laten interaksi dengan rumus sebagai berikut :
λinteraksi= ( λx1 + λx2 + λx3 + λx4 + λx5 + λx6 + λx7 + λx8 + λx9 ) ( λx18
+ λx19)....................................................................................................... (1)
θq= ((λx1+λx2+λx3)2 VAR(Product) (θx18+θx19)+ (λx4+λx5)2
VAR(Price) (θx18+θx19) + (λx6+λx7+λx8+λx9)2 VAR(Promotion)
(θx18+θx19)) + ((λx18+λx19)2 VAR(RG)
(θx1+θx2+θx3+θx4+θx5+θx6+θx7+θx8+θx9)) +
((θx1+θx2+θx3+θx4+θx5+θx6+θx7+θx8+θx9) (θx18+θx19))....................(2)
dimana :
λinteraksi = loading factor dari variabel laten interaksi
θq = error variance dari indikator variabel laten interaksi
2. Tahap Kedua, setelah nilai λinteraksi dan θq diperoleh dari tahap pertama,
maka nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam model dengan variabel laten
interaksi. Hasil perhitungan manual dari loading factor interaksi digunakan
untuk menetapkan nilai parameter nilai loading interaksi, sedangkan hasil
manual perhitungan error variance variabel interaksi digunakan untuk
menetapkan error variance variabel interaksi.
75
Tahap pertama
Melakukan estimasi tanpa memasukan variabel interaksi (moderasi). Berikut
ini hasil output model tanpa interaksi :
Gambar 4.10. TAHAP 1 MODEL TANPA MODERASI
Product
.47x1
e1
.68
.51x2
e2
.72
.53x3
e3
.73
Promotion
.18x9
e9
.42.59
x7
e7
.49x6
e6
.70
.30x14
e14.65
x15
e15
z2
UJI HIPOTESA :Chi-Square =232.330
Probability =.000CMIN/DF =1.559
GFI =.906CFI =.948
RMSEA =.051AGFI = .868
NFI = .871TLI =.934
.42x13
e13
Price
.77.35
x8
e8
.60
.29x4
.08x5
e4
e5
.53
.28
.82
Awareness
.18x10
.61x11
e10 e11
Self Concept
.76
Association
.65.46 .81
.43.78
.77x16
.79x17
e16 e17
.77Brand Purchase
Intention
.85x20
.67x21
e20 e21
.92 .82
.88 .89
2.33
.99
-1.12
.71
1.68
-3.02
.12
z1
z3
-.10.84
.66
.25
.55.34
.56
.43
Reference Group
.55x18 .61x19
e18
e19
.74.78
.42
.45
.49
.81
.83
-.10
TAHAP I MODEL TANPA MODERASI
Tabel 4.3. Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate Awareness <--- Product 2.329Association <--- Product .987Association <--- Price -1.119Association <--- Promotion .710Awareness <--- Promotion 1.678
76
Estimate Awareness <--- Price -3.015Association <--- Self Concept .552Brand Purchase_Intention <--- Association .116Brand Purchase_Intention <--- Awareness -.100Brand Purchase_Intention <--- Reference Group .835X1 <--- Product .683X2 <--- Product .717X3 <--- Product .726X9 <--- Promotion .420X6 <--- Promotion .698X7 <--- Promotion .770X8 <--- Promotion .595X4 <--- Price .534X5 <--- Price .279X13 <--- Association .648X14 <--- Association .459X15 <--- Association .806X10 <--- Awareness .429X11 <--- Awareness .782X20 <--- Brand Purchase_Intention .922X21 <--- Brand Purchase_Intention .818X16 <--- Self Concept .880X17 <--- Self Concept .888X18 <--- Reference Group .741X19 <--- Reference Group .783
Tabel 4.4. Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label Product .178 .036 4.957 ***
Promotion .140 .049 2.865 .004
Price .147 .040 3.695 ***
Self Concept .592 .074 7.950 ***
Reference Group .369 .062 5.938 ***
77
Estimate S.E. C.R. P Label Z1 .015 .027 .548 .584 Z2 .069 .030 2.287 .022 Z3 .148 .039 3.776 *** E1 .204 .027 7.666 *** E2 .164 .023 7.074 *** E3 .167 .024 6.909 *** E9 .654 .067 9.768 *** E7 .278 .045 6.132 *** E6 .371 .049 7.551 *** E14 .516 .056 9.171 *** E15 .248 .043 5.732 *** E13 .399 .045 8.818 *** E8 .545 .062 8.795 *** E4 .368 .040 9.114 *** E5 .491 .048 10.124 *** E11 .298 .109 2.736 .006 E10 .363 .040 9.169 *** E20 .115 .032 3.557 *** E21 .319 .043 7.409 *** E16 .145 .024 6.021 *** E17 .158 .028 5.675 *** E18 .303 .037 8.194 *** E19 .320 .043 7.429 ***
Tahap Kedua :
1. Berdasarkan hasil output AMOS diatas, langkah selanjutnya adalah
menghitung loading factor variabel laten interaksi (tabel 4.3), yaitu interaksi
antara product, price, promotion dan self concept dengan nilai error
variancenya (tabel 4.4) dengan rumus sebagai berikut:
λinteraksi= ( λx1 + λx2 + λx3 + λx4 + λx5 + λx6 + λx7 + λx8 + λx9 ) ( λx18
+λx19)............................................................................................................ (1)
78
θq= ((λx1+λx2+λx3)2 VAR(Product) (θx18+θx19)+ (λx4+λx5)2
VAR(Price) (θx18+θx19) + (λx6+λx7+λx8+λx9)2 VAR(Promotion)
(θx18+θx19)) + ((λx18+λx19)2 VAR(RG)
(θx1+θx2+θx3+θx4+θx5+θx6+θx7+θx8+θx9)) +
((θx1+θx2+θx3+θx4+θx5+θx6+θx7+θx8+θx9)
(θx18+θx19)).........................(2)
2. Masukkan nilai standardized loading dan nilai error variance dari output
Amos pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 tersebut kedalam persamaan untuk
mendapatkan nilai loading factor dan nilai error variance variabel laten
interaksi.
λinteraksi = ( 0.683 + 0.717 + 0.726 + 0.534 + 0.279 + 0.698 + 0.770 +
0.595 + 0.420 ) ( 0.741 + 0.783 ) = 8.2631
θq = ( ( 0.683 + 0.717 + 0.726 )2 ( 0.178 ) ( 0.303 + 0.320 ) ) + ( ( 0.534
+ 0.279 )2 (0.147) ( 0.303 + 0.320 ) ) + ( ( 0.698 + 0.770 + 0.595 + 0.420 )2 (
0.140 ) ( 0.303 + 0.320 ) ) + ( ( 0.741 + 0.783 )2 ( 0.369 ) ( 0.204 + 0.164 +
0.167 + 0.368 + 0.491 + 0.371 + 0.278 + 0.545 + 0.654 ) ) + ( ( 0.204 + 0.164
+ 0.167 + 0.368 + 0.491 + 0.371 + 0.278 + 0.545 + 0.654 ) ( 0.303 + 0.320 ) )
= 5.8978
79
Tahap Ketiga
1. Estimasi model dilakukan dengan memasukkan variabel interaksi dan nilai
loading factor untuk variabel interaksi dibuat konstrain dengan nilai sebesar
8.2631 dan nilai error variance dari variabel interaksi dikonstrain dengan
nilai 5.8978.
2. Gambar model dengan variabel interaksi dengan satu indikator.
Gambar 4.11. TAHAP II MODEL DENGAN VARIABEL MODERASI
Product
x1
e1
1
1x2
e2 1x3
e31
Promotion
x9
e9
1
1x7
e7
1x6
e6
1
x14
e141
x15
e151
z2
x13
e131
Price
x8
e8
1
x4
x5
e4
e5
11
1
Awareness
x10 x11
e10 e11
Self Concept
Association
1
1
11
x16 x17
e16 e17
Brand PurchaseIntention
x20 x21
e20 e21
1
1 1
1
1 1
z1
z3
1
1
1
Reference Group
x18 x19
e18 e19
TAHAP II MODEL DENGAN VARIABEL MODERASI
11
1 1
interaksi RG interakr e228.2631 5.8978
3. Pada file data ditambahkan satu kolom dengan nama variabel interak dengan
nilai (x1+x2+x3+x4+x5+x6+x7+x8+x9) (x18+x19) digunakan untuk
menampung nama indikator tunggal variabel interaksi.
80
4. Supaya model identified, maka harus memberikan satu konstrain yaitu dengan
memberikan konstrain nilai variance variabel interaksi=1.
5. Berikut hasil output model dengan interaksi :
Gambar 4.12. TAHAP II MODEL DENGAN VARIABEL MODERASI
.20
Product
x1
.18e1
1.00
1x2
.17e2
.91
1x3
.19e3
.92
1
.28
Promotion
x9.52
e9
1.00
1x7 .44e7
1x6.47
e6
.96
1
x14
.51e141
x15
.25e151
.07
z2
UJI HIPOTESAChi-Square =272.529
Probability =.000CMIN/DF =1.672
GFI =.895CFI =.960
RMSEA =.056AGFI = .851
NFI = .908TLI =.949
x13
.40e131
.12
Price
.95
x8.54
e8
1.06
1
x4
x5
.40e4
.41e5
1.001.01
1
1
Awareness
x10 x11
.35e10
.38e11
.60
Self Concept
Association
1.00.74 1.27
1.002.00
11
x16 x17.15e16
.16e17
Brand PurchaseIntention
x20 x21.11
e20
.32e21
1.00 1.00
1 1
.92 1.00
1 1
.87
.70
-.99
.51
.72
-1.48
.24
.02
z1
.16
z3
1
-.33
1
1
.11
.11
.05
.40.12
.25
.12
.38
Reference Group
x18 x19
.29e18
.33e19
.19
.39
.85
TAHAP II MODEL DENGAN VARIABEL MODERASI
.1011
1.14
.12
1.00 1.00
interaksi RG interakr
187.13e22
6.62
8.26 5.90
2.39
3.94
2.41
.01
-.05
5.61
81
Tabel 4.5 Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label Awareness <---Product .867 .288 3.005 .003 Association <---Product .697 .264 2.639 .008 Association <---Price -.993 .404 -2.455 .014 Association <---Promotion .510 .215 2.373 .018 Awareness <---Promotion .718 .228 3.147 .002 Awareness <---Price -1.476 .450 -3.277 .001 Association <---Self Concept .402 .079 5.095 *** Brand Purchase_Intention <---Association .243 .185 1.310 .190
Brand Purchase_Intention <---Awareness -.327 .251 -1.303 .193
Brand Purchase_Intention <---Reference Group .847 .120 7.059 ***
Brand Purchase_Intention <--- interaksi RG .013 .003 4.977 ***
x1 <---Product 1.000 x2 <---Product .908 .081 11.164 *** x3 <---Product .915 .083 11.005 *** x9 <---Promotion 1.000 x6 <---Promotion .962 .099 9.721 *** x7 <---Promotion .949 .097 9.805 *** x8 <---Promotion 1.059 .108 9.828 *** x4 <---Price 1.000 x5 <---Price 1.008 .126 7.984 *** x13 <---Association 1.000 x14 <---Association .741 .128 5.790 *** x15 <---Association 1.265 .141 8.990 *** x10 <---Awareness 1.000 x11 <---Awareness 1.996 .420 4.750 ***
X20 <---Brand Purchase_Intention 1.003 .070 14.346 ***
X21 <---Brand Purchase_Intention 1.000
X16 <---Self Concept .915 .056 16.249 *** X17 <---Self Concept 1.000 X19 <---Reference Group 1.139 .080 14.205 *** X18 <---Reference Group 1.000
82
Estimate S.E. C.R. P Label Interakr <--- interaksi RG 8.263 Interakr <--- e22 5.898
Tabel 4.6 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate Awareness <--- Product 1.239 Association <--- Product .580 Association <--- Price -.630 Association <--- Promotion .500 Awareness <--- Promotion 1.211 Awareness <--- Price -1.610 Association <--- Self Concept .579 Brand Purchase_Intention <--- Association .161 Brand Purchase_Intention <--- Awareness -.127 Brand Purchase_Intention <--- Reference Group .651 Brand Purchase_Intention <--- interaksi RG .016 X1 <--- Product .721 X2 <--- Product .696 X3 <--- Product .686 X9 <--- Promotion .590 X6 <--- Promotion .594 X7 <--- Promotion .603 X8 <--- Promotion .606 X4 <--- Price .474 X5 <--- Price .470 X13 <--- Association .645 X14 <--- Association .463 X15 <--- Association .804 X10 <--- Awareness .468 X11 <--- Awareness .711 X20 <--- Brand Purchase_Intention .922 X21 <--- Brand Purchase_Intention .819 X16 <--- Self Concept .880 X17 <--- Self Concept .889 X19 <--- Reference Group .773 X18 <--- Reference Group .753 Interakr <--- interaksi RG .102 Interakr <--- e22 .995
83
Tabel 4.7 Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate Product <--> Price .754Promotion <--> Price .621Product <--> Promotion .194Product <--> Self Concept .344Promotion <--> Self Concept .623Price <--> Self Concept .448Promotion <--> Reference Group .571Self Concept <--> Reference Group .817Price <--> Reference Group .459Product <--> Reference Group .423Reference Group <--> interaksi RG 10.689Product <--> interaksi RG 5.369Promotion <--> interaksi RG 7.491Price <--> interaksi RG 7.103Self Concept <--> interaksi RG 7.269E14 <--> Price -.191
Tabel 4.8 Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate Awareness .748 Association .754 Brand Purchase_Intention .748 Interakr .010 X18 .567 X19 .598 X17 .791 X16 .774 X21 .670 X20 .851 X11 .506 X10 .219 X5 .221 X4 .224 X8 .367 X13 .417
84
Estimate X15 .647 X14 .307 X6 .353 X7 .364 X9 .348 X3 .470 X2 .484 X1 .520
Berdasarkan output di atas, dapat dilihat signifikansi nilai parameter
sebagai berikut :
• Variabel interaksi antara brand awareness dan brand association
dengan reference group berpengaruh signifikan terhadap brand purchase
intention. Hal ini ditunjukkan dengan signifikannya koefisien parameter
0.016 dengan probabilitas *** yang nilainya jauh dibawah 0.05.
4.6 Uji Regresi dengan Variabel Moderating
Ada tiga cara menguji regresi dengan variabel moderating yaitu :
1) uji interaksi,
2) uji nilai selisih mutlak,
3) uji residual.
Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih
nilai absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolonieritas yang
tinggi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik
dalam regresi ordinary least square (OLS). Untuk mengatasi multikolonieritas
85
ini maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual (Imam Ghozali,
2005).
Analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari
suatu model. Fokusnya adalah ketidak cocokkan (lack of fit) yang dihasilkan
dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit
ditunjukkan oleh nilai residual dalam regresi.
1. Regresi Brand Awareness dengan Purchase Intention dengan variabel
moderating Reference Group
Dalam hal ini jika terjadi kecocokan antara brand awareness dan
reference group (nilai residual kecil atau nol) yaitu brand awareness tinggi
dan reference group juga tinggi, maka purchase intention juga tinggi.
Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokkan atau lack of fit antara brand
awareness dan reference group (nilai residual besar) yaitu brand awareness
tinggi dan reference group rendah, maka purchase intention akan rendah.
Persamaan regresi :
Reference Group = a + b1 Brand Awareness + e …….(1)
│e│= a + b1 Purchase Intention…(2)
Persamaan 2 menggambarkan apakah variabel reference group merupakan
variabel moderating dan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien b1 brand
purchase intention signifikan dan negatif hasilnya (yang berarti adanya lack of
fit antara brand awareness dan reference group mengakibatkan brand
purchase intention turun atau berpengaruh negatif).
86
Tabel 4.9 : Regresi Brand Awareness dan Reference Group
Model Summaryb
.333a .111 .107 1.45222Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Awarenessa.
Dependent Variable: Reference Groupb.
ANOVAb
56.239 1 56.239 26.667 .000a
451.312 214 2.109507.551 215
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Awarenessa.
Dependent Variable: Reference Groupb.
Coefficientsa
2.877 1.073 2.682 .008.412 .080 .333 5.164 .000
(Constant)Awareness
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Reference Groupa.
Dari tabel 4.9 didapat hasil regresi antara brand awareness dan
reference group sebagai berikut :
Reference Group = 2.877 + 0.412 Brand Awareness + 1.073 …….(1)
Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa variabel Brand Awareness
signifikan pada sig 0.000 < 0.05.
87
Tabel 4.10. Uji residual Variabel Reference Group sebagai variabel
moderating Brand Awareness dengan Purchase Intention
Model Summary
.252a .063 .059 .88889Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Purchase intentiona.
ANOVAb
11.447 1 11.447 14.487 .000a
169.086 214 .790180.532 215
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Purchase intentiona.
Dependent Variable: ABSRES_1b.
Coefficientsa
2.223 .296 7.508 .000-.132 .035 -.252 -3.806 .000
(Constant)Purchase intention
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSRES_1a.
Dari tabel 4.10 didapat hasil regresi antara brand awareness dan
reference group sebagai berikut :
│e│= a + b1 Purchase Intention…(2)
│e│ = 2.223 – 0.132 Purchase Intention
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel brand
purchase intention signifikan karena sig=0.000<0.05, dengan nilai koefisien
88
parameternya negatif yaitu –0.132. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
reference group adalah variabel moderating karena nilai koefisien
parameternya negatif dan signifikan pada sig 0.000 < 0.05. Hipotesis 8 yaitu
pengaruh brand awareness terhadap brand purchase intention dimoderasi
oleh reference group dapat diterima.
2. Regresi Brand Association dengan Purchase Intention dengan variabel
moderating Reference Group
Dalam hal ini jika terjadi kecocokan antara brand association dan
reference group (nilai residual kecil atau nol) yaitu brand association tinggi
dan reference group juga tinggi, maka brand purchase intention juga tinggi.
Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokkan atau lack of fit antara brand
association dan reference group (nilai residual besar) yaitu brand association
tinggi dan reference group rendah, maka brand purchase intention akan
rendah.
Persamaan regresi :
Reference Group = a + b1 Brand Association + e …….(1)
│e│= a + b1 Purchase Intention…(2)
Persamaan 2 menggambarkan apakah variabel reference group
merupakan variabel moderating dan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien b1
brand purchase intention signifikan dan negatif hasilnya (yang berarti adanya
lack of fit antara brand association dan reference group mengakibatkan brand
purchase intention turun atau berpengaruh negatif)
89
Tabel 4.11 : Regresi Brand Association dan Reference Group
Model Summaryb
.495a .245 .242 1.33788Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Associationa.
Dependent Variable: Reference Groupb.
ANOVAb
124.510 1 124.510 69.562 .000a
383.041 214 1.790507.551 215
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Associationa.
Dependent Variable: Reference Groupb.
Coefficientsa
3.194 .630 5.071 .000.379 .045 .495 8.340 .000
(Constant)Association
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Reference Groupa.
Dari tabel 4.11 didapat hasil regresi antara brand association dan
reference group sebagai berikut :
Reference Group = 3.194 + 0.379 Brand Association + 0.630 …….(1)
Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa variabel brand association
signifikan pada sig 0.000 < 0.05.
90
Tabel 4.12 Uji Residual Reference Group sebagai variabel moderating
Brand Association dengan Purchase Intention
Model Summary
.232a .054 .049 .82224Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Purchase intentiona.
ANOVAb
8.232 1 8.232 12.177 .001a
144.681 214 .676152.913 215
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Purchase intentiona.
Dependent Variable: ABSRES_2b.
Coefficientsa
1.968 .274 7.185 .000-.112 .032 -.232 -3.489 .001
(Constant)Purchase intention
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABSRES_2a.
Dari tabel 4.12 didapat hasil regresi antara brand association dan
reference group sebagai berikut :
│e│= a + b1 Purchase Intention…(2)
│e│ = 1.968 – 0.112 Purchase Intention
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel brand
purchase intention signifikan karena sig=0.001<0.05, dengan nilai koefisien
parameternya negatif yaitu –0.112. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
91
reference group adalah variabel moderating karena nilai koefisien
parameternya negatif dan signifikan pada sig 0.001 < 0.05. Hipotesis 9 yaitu
pengaruh brand association terhadap brand purchase intention dimoderasi
oleh reference group.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel reference group merupakan
variabel moderating atau variabel yang memoderasi hubungan antara brand
awareness dengan brand purchase intention dan memoderasi hubungan
antara brand association dengan brand purchase intention.
4.7 Pengujian Model Struktural
Ada dua tahap yang dilakukan dalam pengujian model struktural yaitu
uji kecocokan model dan uji signifikansi koefisien jalur (path coefficient).
a. Uji kecocokan model struktural
Model struktural adalah hubungan antara konstruk yang mempunyai
hubungan causal (sebab-akibat). Pengujian ini dilakukan untuk menguji
kecocokan kesesuaian model hipotesis (model yang diuji) dengan data empiris
(data sampel yang dikumpulkan). Hipotesis statistik yang di uji pada uji
kesesuaian model dinyatakan sebagai berikut:
Ho : tidak ada perbedaan matriks kovarian sampel dengan matriks
kovarian populasi yang diestimasi.
H1 : ada perbedaan matriks kovarian sampel dengan matriks
kovarian populasi yang diestimasi.
92
Dalam pengujian ini yang diharapkan adalah tidak ditolaknya hipotesis
nol. Artinya jika hipotesis nol diterima maka dapat disimpulkan ada
kesesuaian antara model penelitian berbasis teoritis dengan data penelitian
yang berbasis empiris. Dalam analisis SEM tidak ada uji statistik tunggal
untuk pengujian hipotesis. Pada penelitian ini digunakan beberapa kriteria
goodness of fit index yaitu absolute measure dan incremental fit index.
Absolute measure digunakan untuk menilai kesesuaian model secara
keseluruhan. Pada penelitian ini digunakan statistik CMIN/DF, GFI, RMSEA,
NFI/TLI. Sedangkan incremental fit measure adalah ukuran yang digunakan
untuk membandingkan model yang dihasilkan dengan model lain atau base
line model. Pada penelitian ini ukuran yang digunakan adalah Statistic
Adjusted good of Fit Index (AGFI), Non-Normed Fit Index (NFI) dan Tuker
Lewis Index (NNFI/TLI).
Evaluasi nilai goodness of fit dari model struktural yang telah
dilakukan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.13. Goodness of fit Index Model Struktural
Goodness of Fit Statistics
Cut of Value Hasil Model Kriteria
CMIN/DF < 2,0 1,672 Baik GFI ≥ 0,90 0,895 Sedang RMSEA ≤ 0,08 0,056 Baik CFI ≥ 0,90 0.96 Sedang AGFI ≥ 0,90 0,851 Sedang NFI ≥ 0,90 0,908 Baik TLI ≥ 0,90 0,949 Baik
Sumber: Hasil olahan print out AMOS
93
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa hasil pengujian model
struktural menunjukkan bahwa terdapat indeks yang telah memenuhi kriteria
untuk over all fit. Hal ini ditunjukkan dengan CMIN/DF = 1.672 < 2
merupakan ukuran fit. Selain itu kriteria CFI sebesar 0.960, NFI sebesar 0.908
yang menunjukkan hasil yang baik yaitu ≥ 0,90. Kriteria ini telah menunjukan
bahwa model yang dibentuk telah sesuai dengan data. Demikian pula dengan
nilai RMSEA = 0,056 ≤ 0,08. Kriteria ini telah menunjukkan bahwa model
yang terbentuk telah sesuai dengan data. Selanjutnya untuk nilai GFI = 0.895
dan AGFI = 0.851 untuk kesesuaian model termasuk kategori sedang.
Selanjutnya untuk kriteria incremental fit tampak bahwa model telah
memiliki kesesuaian yang baik hal ini ditunjukkan oleh nilai NNFI/TLI =
0,949 yang telah melebihi nilai cut of value 0,90. Dari indeks goodness of fit
dapat diketahui bahwa model yang diajukan tersebut baik karena model
tersebut bisa menjelaskan data yang sesungguhnya mengenai pola hubungan
antar konstruk penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh indeks goodness of fit yang
mempunyai nilai yang memenuhi persyaratan berdasarkan cut of value yang
direkomendasikan sehingga tidak dilakukan modifikasi model. Nilai dari
analysed indices mengindikasikan bahwa level of fit of defined model dari
data tersebut memuaskan dan model yang didefinisikan dapat diterima untuk
penelitian lebih lanjut (Hu & Bentler, 1999).
94
b. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.14. Hasil Pengujian Hipotesis
Jalur (Path) Koefisien Regresi Beta c.r p Ket.
Awareness <--- Product 1.239 .288 3.005 .003 Signifikan Awareness <--- Price -1.610 .450 -3.277 .001 Signifikan Awareness <--- Promotion 1.211 .228 3.147 .002 Signifikan Association <--- Product .580 .264 2.639 .008 Signifikan Association <--- Price -.630 .404 -2.455 .014 Signifikan Association <--- Promotion .500 .215 2.373 .018 Signifikan Association <--- Self Concept .579 .079 5.095 *** Signifikan Brand Purchase_Intention <--- Awareness -.127 .251 -1.303 .193 Tidak
Signifikan Brand Purchase_Intention <--- Association .161 .185 1.310 .190 Tidak
Signifikan Brand Purchase_Intention <--- Reference
Group .651 .120 7.059 *** Signifikan
Brand Purchase_Intention <--- interaksi RG .016 .003 4.977 *** Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, hipotesis statistik yang diuji pada uji
signifikansi koefisien jalur adalah sebagai berikut:
1. H1 : Product memiliki pengaruh terhadap brand awareness
Uji regresi memperlihatkan persamaan Y= 1.239 + 0.288X yang
menunjukkan nilai murni variabel brand awareness tanpa dipengaruhi
variabel product adalah sebesar 1.239. Sementara nilai regresi 0.288
memperlihatkan adanya kontribusi positif variabel product terhadap variabel
brand awareness. Dengan demikian kenaikan nilai sebesar 1 point pada
varibel product akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan variabel brand
awareness sebesar nilai regresi.
95
Karena nilai p < 0.05 dan nilai koefisien regresi positif, maka hasil
pengujian ini menunjukkan hipotesis 1 diterima. Dengan demikian diketahui
price berpengaruh positif secara signifikan terhadap brand awareness,
sehingga brand awareness terhadap suatu brand dipengaruhi oleh produk dari
brand itu sendiri.
2. H2 : Product memiliki pengaruh terhadap brand association
Di dalam jurnal Keller (1993), brand association dapat terbagi
menjadi 3 kategori, yaitu attributes, benefits, dan attitudes. Attributes adalah
fitur yang mendeskripsikan karakteristik dari produk/jasa, apa yang dipikirkan
konsumen tentang produk/jasa, keuntungan apa yang diperoleh dari membeli
produk/jasa tersebut. Benefits adalah personal value yang didapat konsumen
melalui atribut produk/jasa. Attitudes didefinisikan sebagai consumers’
overall evaluation of a brand, atau evaluasi konsumen secara keseluruhan
terhadap sebuah merek (Wilkie, 1986).
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa product sangat berkaitan
dengan brand association, tampak pula dari hasil analisis model struktural
yang menguji pengaruh product terhadap brand association diperoleh
persamaan Y= 0.58 + 0.264X yang menunjukkan bahwa adanya kontribusi
positif variabel product terhadap variabel brand association
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa p<0.05 dan nilai koefisien
regresi positif, maka hasil pengujian ini menunjukkan ada hubungan positif
yang nyata antara product dengan brand association.
96
3. H3 : Price memiliki pengaruh terhadap brand awareness
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
price terhadap brand awareness diperoleh nilai p=0.001 dan koefisien regresi
-1.610. Karena p<0.05 dan nilai koefisien regresi negatif, maka hasil
pengujian ini menunjukkan ada hubungan yang nyata antara price terhadap
brand awareness tetapi hubungannya negatif dengan adanya nilai koefisien
regresi negatif. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat price tidak
dapat digunakan untuk meningkatkan brand awareness.
4. H4 : Price memiliki pengaruh terhadap brand association
Dalam jurnalnya, Keller (1993) menulis bahwa price merupakan salah
satu dari 4 macam non-product-related attributes. Non-product-related-
attributes adalah aspek eksternal dari produk/servis yang berkaitan dengan
pembelian produk/servis itu sendiri. Harga produk/jasa termasuk salah satu
non-product-related-attributes karena harga mewakili langkah penting dalam
proses pembelian, namun tidak berhubungan secara langsung dengan product
performance atau service function. Harga adalah atribut penting dari asosiasi,
namun konsumen sering memiliki keyakinan kuat yang berbeda tentang harga
dan value dari sebuah merek dan dapat menata pengetahuan kategori produk
serta harga di berbagai merek (Blattberg & Wisniewski, 1989).
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
price terhadap brand association diperoleh nilai p=0.014 dan koefisien regresi
-0.630. Karena p<0.05 dan nilai koefisien regresi negatif, maka hasil
97
pengujian ini menunjukkan ada hubungan yang nyata antara price terhadap
brand association, tetapi hubungannya negatif dengan adanya nilai koefisien
regresi negatif. Dengan demikian disimpulkan bahwa price tidak dapat
digunakan untuk meningkatkan brand association.
5. H5 : Promotion memiliki pengaruh terhadap brand awareness
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edo Rajh (2005), semakin
tinggi intensitas aktivitas marketing, maka semakin tinggi brand awareness.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, promosi sebagai salah satu bentuk aktivitas
marketing, berpengaruh positif terhadap brand awareness, yang tampak dari
nilai koefisien regresi 1.211. Dari uji regresi menghasilkan persamaan Y=
1.211 + 0.228X, dengan demikian nilai murni variabel brand awareness tanpa
dipengaruhi variabel promotion adalah 1.211. nilai regresi variabel promotion
terhadap variabel brand awareness adalah sebesar 0.228 dengan demikian
kenaikan variabel promotion sebesar 1 point akan menyebabkan kenaikan
nilai variabel brand awareness sebesar nilai regresi.
Karena p<0.05 dan nilai koefisien regresi positif, maka hasil pengujian
ini menunjukkan ada hubungan yang nyata antara promotion terhadap brand
awareness. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat hubungan positif
antara promotion terhadap brand awareness.
98
6. H6 : Promotion memiliki pengaruh terhadap brand association
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edo Rajh (2005), semakin
tinggi intensitas aktivitas marketing, maka semakin tinggi pula brand
association. Sesuai dengan hasil penelitian ini, promosi sebagai salah satu
bentuk aktivitas marketing, berpengaruh positif terhadap brand association,
yang tampak dari nilai koefisien regresi 0.5. Dari uji regresi menghasilkan
persamaan Y= 0.5 + 0.215X, dengan demikian nilai murni variabel brand
awareness tanpa dipengaruhi variabel promotion adalah 0.5. nilai regresi
variabel promotion terhadap variabel brand awareness adalah sebesar 0.215
dengan demikian kenaikan variabel promotion sebesar 1 point akan
menyebabkan kenaikan nilai variabel brand awareness sebesar nilai regresi.
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
promotion terhadap brand association diperoleh nilai p=0.018. Karena p<0.05
dan nilai koefisien regresi positif, maka hasil pengujian ini menunjukkan ada
hubungan yang nyata antara promotion terhadap brand association. Dengan
demikian diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara promotion
terhadap brand association
7. H7 : Self concept memiliki pengaruh terhadap brand association
Uji regresi memperlihatkan persamaan Y= 0.579 + 0.079X yang
menunjukkan nilai murni variabel brand association tanpa dipengaruhi
variabel self concept adalah sebesar 0.579. Sementara nilai regresi 0.079
memperlihatkan adanya kontribusi positif variabel self concept terhadap
99
variabel brand association. Dengan demikian kenaikan nilai sebesar 1 point
pada varibel self concept akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan
variabel brand association sebesar nilai regresi.
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
self concept terhadap brand association diperoleh diperoleh nilai p=*** dan
koefisien regresi 0.579. Karena p<0.05 dan nilai koefisien regresi positif,
maka hasil pengujian ini menunjukkan ada hubungan yang nyata antara self
concept terhadap brand association. Dengan demikian diketahui bahwa
terdapat hubungan positif antara self concept terhadap brand association.
8. H8 : Pengaruh brand awareness terhadap brand purchase
intention dimoderasi oleh reference group.
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
langsung brand association terhadap purchase intention diperoleh nilai
p=0.190 dan koefisien regresi 0.161. Karena p>0.05 dan nilai koefisien regresi
positif, maka hasil pengujian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang nyata
secara langsung antara brand awareness terhadap purchase intention.
Uji regresi brand awareness dengan brand purchase intention dengan
moderating variabel reference group menghasilkan 2 persamaan regresi,
yaitu:
Reference Group = 2.877 + 0.412 Brand Awareness + 1.073... (1)
| e | = 2.223 – 0.132 Purchase Intention................(2)
100
Dari kedua persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi
adalah 2.877, koefisien regresi bernilai positif dan nilai residual berdasarkan
hasil uji adalah -0.132, berarti ada kecocokan antara brand awareness dan
brand purchase intention yang dimoderasi oleh reference group (tampak dari
nilai residual yang kecil atau nol). Hasil uji regresi memperlihatkan bahwa
brand awareness dan reference group yang tinggi, diikuti juga oleh purchase
intention tinggi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa reference group
menguatkan pengaruh brand awareness terhadap purchase intention.
9. H9 : Pengaruh brand association terhadap brand purchase
intention dimoderasi oleh reference group.
Berdasarkan hasil analisis model struktural yang menguji pengaruh
langsung brand association terhadap purchase intention diperoleh nilai
p=0.193 dan koefisien regresi -0.127. Karena p>0.05 dan nilai koefisien
regresi negatif, maka hasil pengujian ini menunjukkan tidak ada hubungan
yang nyata secara langsung antara brand association terhadap purchase
intention.
Uji regresi brand association dengan brand purchase intention dengan
moderating variabel reference group menghasilkan 2 persamaan regresi,
yaitu:
Reference Group = 3.194 + 0.379 Brand Awareness + 0.63 (1)
| e | = 1.968 – 0.112 Purchase Intention (2)
101
Dari kedua persamaan tersebut, dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi
adalah 3.194, koefisien regresi bernilai positif dan nilai residual berdasarkan
hasil uji adalah -0.112, berarti ada kecocokan antara brand association dan
reference group (tampak dari nilai residual yang kecil atau nol). Hasil uji
regresi memperlihatkan bahwa brand association dan reference group yang
tinggi, diikuti juga oleh purchase intention tinggi. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa reference group menguatkan pengaruh brand association
terhadap purchase intention.
4.8 Implikasi Manajerial Terhadap Hasil Penelitian
Implikasi pada Product
Produk memberi pengaruh yang lebih besar kepada brand awareness
dan brand association dibandingkan harga dan promosi. Hal ini terlihat dari
koefisien regresi produk terhadap brand awareness yaitu 1.239 dan koefisien
regresi produk terhadap brand association yaitu 0.58.
Menurut hasil penelitian terhadap produk notebook. Produk sebagai
elemen marketing mix sangat berpengaruh terhadap brand awareness. Brand
awareness sendiri sangat terkait dengan kekuatan dari sebuah brand node atau
trace dalam ingatan, yang tercermin dari kemampuan konsumen untuk
mengingat kembali suatu merek di berbagai kondisi (Keller, 2008, p. 86).
Elemen brand awareness terdiri dari dua macam, yaitu breadth dan depth.
Depth dari brand awareness adalah ukuran seberapa kuat dan mudah elemen
102
dari sebuah merek untuk diingat. Merek yang mudah diingat (recall) memiliki
tingkat brand awareness yang lebih dalam dibandingkan merek yang diingat
hanya ketika kita melihat produknya. Breadth dari brand awareness
mengukur jangkauan pembelian dan usage situation di mana elemen merek
diingat dan tergantung dari luasnya organization of brand dan pengetahuan
tentang produk di ingatan (Keller, 2008, p. 61).
Masih di dalam jurnalnya, Yoo, et al. (2000), terdapat pernyataan dari
Aaker (1991) bahwa brand equity membentuk value perusahaan pada
konsumen. Contohnya, brand equity berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan merger dan akuisisi (Mahajan, Rao, & Srivastava 1994), dan stock
market response (Lane & Jacobson 1995; Simon & Sullivan 1993), dan
menentukan untuk perluasan nama merek (Rangaswamy et al. 1993). Juga
dapat meningkatkan kemungkinan terpilihnya merek, kerelaan untuk
membayar di harga premium, keefektifan komunikasi pemasaran, dan brand
licensing opportunities, dan meningkatkan kemungkinan memenangkan
competitive marketing actions dan pemakluman terhadap kenaikan harga
(Barwise 1993; Farquhar et al. 1991; Keller 1993; Simon & Sullivan 1993;
Smith & Park 1992). Dapat disimpulkan bahwa, brand equity menyediakan
competitive advantage yang kuat bagi perusahaan (Bharadwaj, Varadarajan,
& Fahy 1993).
Produk notebook yang memiliki diferensiasi, dapat semakin
meningkatkan brand awareness dari merek notebook itu sendiri. Notebook
juga memperluas jangkauan penggunaannya, misalnya notebook tidak hanya
103
untuk dipakai kerja saja, tapi juga dapat digunakan untuk fungsi multimedia,
hiburan (entertainment), misalnya untuk menonton film, mendengarkan
musik, dsbnya.
Implikasi terhadap Price
Dalam jurnalnya, Yoo, et al. (2000) menulis bahwa price digunakan
sebagai major positioning tool untuk membedakan produk (Dodds et al. 1991;
Zeithaml 1988). Brand equity menurun ketika konsumen menghubungkan
price dengan kualitas produk dan menggunakan harga sebagai acuan kualitas.
Konsumen merasa bahwa harga yang rendah disebabkan adanya pemotongan
biaya dan kualitas produk untuk memelihara profit margin. Manajer
hendaknya menghindari frequent price cuts atau consistent low-price strategy
(misalnya: potongan harga setiap hari) karena hal ini menyebabkan perceived
quality dan product image lebih rendah.
Dari hasil penelitian pada produk notebook, terlihat bahwa koefisien
regresi price terhadap brand awareness bernilai negatif, yaitu sebesar -1.610.
Koefisien regresi bernilai negatif, berarti untuk produk notebook, price tidak
bisa digunakan untuk meningkatkan brand awareness dan brand association.
Walaupun brand awareness dan brand association meningkat dengan
adanya penurunan harga, namun dengan tidak signifikannya hubungan antara
variabel brand awareness dan brand association terhadap brand purchase
intention, dapat berarti bahwa penurunan harga tidak berpengaruh terhadap
brand purchase intention untuk produk notebook. Hal ini sesuai dengan
104
pernyataan dalam jurnal Yoo, bahwa dalam persepsi konsumen, harga yang
rendah berarti kualitas produk yang rendah juga.
Ketika mempertahankan harga di tingkat yang sama, manajer dapat
mengkapitalisasi technological progress, efisiensi manajerial, dan customer
service untuk meningkatkan value produk itu sendiri.
Implikasi terhadap Promotion
Dalam jurnalnya, Keller (1993), menulis bahwa brand awareness
terkait dengan brand familiarity sebagai sejumlah pengalaman yang
berhubungan dengan produk yang terakumulasi pada konsumen (melalui
penggunaan produk, iklan, dsbnya). Semakin tinggi brand familiarity, melalui
pengetahuan tentang merek yang semakin bertambah, dapat mengarahkan
kemampuan konsumen untuk mengingat dan memanggil kembali merek
tersebut. Maka dari itu, strategi marketing yang tepat dapat meningkatkan
brand awareness dan familiarity yang jelas dari definisi – segala sesuatu yang
dapat meningkatkan pengalaman konsumen / mengekspos merek, berpotensi
meningkatkan awareness dan familiarity konsumen terhadap merek.
Dalam jurnalnya, Yoo, et al. (2000) menulis bahwa iklan sebagai salah
satu bentuk promosi dapat meningkatkan brand equity. Simon dan Sullivan
(1993) menemukan efek positif antara advertising spending on brand equity.
Cobb-Walgren, Beal & Donthu (1995), menemukan bahwa setiap dolar yang
dikeluarkan untuk iklan memiliki efek positif pada brand equity dan
dimensinya. Iklan merupakan isyarat penting untuk menandakan kualitas dari
105
sebuah produk (Milgrom & Roberts 1986). Iklan memainkan pivotal role
dalam upaya meningkatkan brand awareness dan membentuk brand
association yang kuat. Jadwal iklan yang berulang-ulang meningkatkan
kemungkinan suatu brand diikutkan dalam consideration set, yang
menyederhanakan pilihan merek konsumen, menjadikannya kebiasaan untuk
memilih brand tersebut (Hauser & Wernerfeldt 1990). Maka dari itu, iklan
berhubungan positif terhadap brand awareness dan brand association, yang
juga meningkatkan brand equity. Kekuatan brand association berasal dari
efek komunikasi, bergantung pada bagaimana suatu identitas merek
diintegrasikan dengan program pemasaran pendukung – sebagai contoh,
identitas merek diposisikan dan ditonjolkan melalui iklan di TV (Keller
1992).
Sesuai dengan pernyataan dalam jurnal tersebut, hasil penelitian pun
menyatakan bahwa promosi berpengaruh terhadap brand awareness dan
brand association. Koefisien regresi dari promotion terhadap brand
awareness adalah 1.211 dan koefisien regresi dari promotion terhadap brand
association adalah 0.5. Kedua nilai koefisien regresi ini bernilai positif,
berarti setiap kenaikan aktivitas promosi, brand association dan brand
awareness juga mengalami peningkatan.
Strategi promosi lebih efektif, jika atribut dan gambaran secara
keseluruhan dari merek menggambarkan karakteristik dan kebutuhan
konsumen. Promosi dilakukan sebagai salah satu strategi dari perusahaan
106
untuk membangun merek, karena promosi memiliki pengaruh yang terbesar
kedua setelah produk.
Implikasi terhadap Self Concept
“The self-concept refers to the beliefs a person holds about his or her
own attributes, and how he or she evaluates these qualities”, yang berarti self-
concept merupakan keyakinan yang dimiliki tiap orang tentang atribut pribadi
yang digunakannya dan bagaimana dia mengevaluasi kualitas dari atribut
tersebut (Solomon, 2004, p.150).
Dalam jurnalnya, Ben Webb dan John Gountas (2006), terdapat
pernyataan bahwa self-concept terdiri dari empat komponen, yaitu actual self-
concept, ideal self-concept, social self-concept dan ideal social self-concept
(Schiffman et al., 2001). Actual self-concept merupakan suatu cara dimana
individu mengerti dirinya secara nyata (realita), dimana the ideal self-concept
mewakili cara/kebiasaan yang mereka inginkan untuk untuk menyatakan
dirinya. Social self-concept merupakan cara individu untuk menerima apa
yang dinyatakan orang lain terhadap dirinya, ideal social self-concept
mewakili cara dimana individu ingin diakui oleh orang lain.
Masih dalam jurnal Ben Webb dan John Gountas, penelitian yang
dilakukan pada brand personality menyatakan bahwa konsumen memiliki
merek yang kongruen dengan kebutuhan dan ciri kepribadiannya.
Karakteristik merek cenderung mirip dengan self-concept dan ciri kepribadian
konsumen, maka dari itu, reaksi pemilihan merek dapat diramalkan jika
107
marketer mengidentifikasi self-image konsumen dan persepsi merek (Aaker,
1997).
Dari hasil penelitian terhadap produk notebook, self concept
berpengaruh cukup besar kepada brand association, dengan koefisien regresi
0.579. Berarti konsumen menganggap bahwa notebook yang digunakannya,
dapat menggambarkan jati dirinya.
Dalam jurnalnya, Hans Ouwersloot dan Anamaria Tudorica (2001),
menuliskan bahwa brand personalities dibentuk dengan cara dan tools yang
berbeda, yaitu melibatkan komunikasi aktif dari sisi perusahaan; kepribadian
harus disebarkan agar dapat lebih hidup. Dalam hal ini, iklan / promosi sangat
diperlukan dalam proses penciptaan kepribadian ini. Diikuti secara logis oleh
fakta dari kepribadian tertentu yang digunakan untuk menciptakan brand
associations. Brand associations mempengaruhi tahap evaluasi dari pilihan
sebagai dasar dari model kebiasaan membeli konsumen. Pada tahap ini, dan
untuk tujuan ini, advertising diyakini sebagai alat komunikasi yang paling
efektif (Brassington & Pettitt, 2000).
Dengan adanya kombinasi dari kepribadian merek, kepribadian
konsumen, dan prosedur self-concept, maka akan lebih dimengerti secara
lengkap alasan konsumen memilih merek yang berbeda. Kombinasi informasi
dari tiga konstruk tersebut, memungkinkan marketer untuk mengembangkan
strategi brand positioning yang lebih valid.
Perusahaan notebook hendaknya jeli melihat elemen self concept ini
sebagai suatu elemen yang berpengaruh dalam menentukan strategi
108
pemasarannya. Dengan memperhatikan tren life style, perusahaan menentukan
satu karakteristik yang sedang menjadi tren dan menonjolkan karakteristik
tersebut dari notebook-nya yang dapat mencerminkan jati diri (self concept)
dari orang yang membelinya, sebagai contoh: macho, moderen, kosmopolitan,
feminim, tough, dan sebagainya. Perusahaan juga dapat mempersonalisasikan
produk, sesuai dengan self concept yang sedang tren, lalu dilakukan promosi,
misalnya dengan menggunakan endorser untuk lebih menguatkan brand
personality dari merek tersebut, melakukan promosi melalui iklan yang
menonjolkan karakteristik dari produk itu sendiri.
Implikasi terhadap Reference Group
Dalam penelitian ini, reference group berfungsi sebagai variabel yang
memoderasi hubungan antara brand awareness dan brand purchase intention
dan hubungan antara brand association dan brand purchase intention. Hasil
penelitian terhadap produk notebook menunjukkan bahwa brand awareness
dan brand association diperkuat pengaruhnya oleh reference group terhadap
keputusan membeli konsumen.
Reference group untuk produk notebook, sesuai dengan penelitian ini
adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang notebook, karena sebagian
besar dari responden menggunakan notebook setiap hari. Perusahaan dapat
berhubungan langsung serta membina hubungan baik dengan reference group
misalnya melalui forum diskusi produk, komunitas yang dapat berpengaruh
109
terhadap keputusan membeli masyarakat sekitarnya. Selain itu, para
konsumen yang sudah pernah membeli notebook juga dapat menjadi
reference group bagi perusahaan. Maka perusahaan sebaiknya tetap membina
hubungan baik dengan konsumennya, sehingga untuk pembelian berikutnya,
konsumen tetap loyal dengan merek pertama yang dibelinya, selain itu juga
dapat mereferensikan ke orang lain. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh
reference group saat ini terkenal dengan istilah word-of-mouth (WOM).
Word-of-mouth adalah informasi produk yang ditransmisikan dari satu
individu ke individu lain. Karena mendapat informasi dari orang yang dikenal,
WOM lebih reliabel dan lebih dipercaya daripada rekomendasi yang didapat
dari formal marketing channel (Solomon, 2004, p. 379). Perusahaan juga
dapat membentuk kelompok komunitas pengguna notebook-nya, komunitas
ini menjadi sarana untuk mengembangkan strategi WOM, membentuk forum
diskusi untuk membahas cara meningkatkan kinerja notebook, dan diadakan
gathering saat launching produk baru, sehingga terjalin komunitas. Bentuk
komunitas ini merupakan strategi community marketing, dimana dengan
adanya community marketing maka dapat meningkatkan keloyalan konsumen
terhadap brand perusahaan itu, dapat menghubungkan konsumen yang satu
dengan yang lain (WOM), menghubungkan konsumen dengan perusahaan
agar dapat memberikan saran bagi perusahaan demi peningkatan kualitas
brand.