27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Ambarjaya, 2012:84). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran teknik head voice melalui lagu “He That Shall Endure To The End” pada paduan suara Jurusan Pendididkan Sendratasik berjumlah 23 orang yang terdiri atas jenis suara Soprano, Alto, Tenor, dan Bass. Waktu pelaksanaannya yaitu dimulai pada tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 16.00 wita sampai 18.00 wita dengan jadwal 1 minggu 2x pertemuan sebanyak 8x latihan. Rencana pertemuan pertama, peneliti akan memberikan dasar-dasar Solfegio dengan cara, menirukan bunyi tangga nada 1 oktaf dengan solmisasi, kemudian menirukan nada dengan solmisasi, dan peserta akan diminta untuk menirukan ritme yang dituliskan melalui notasi. Hal ini akan membantu peserta dalam melatih kepakaan terhadap nada dan ritme, serta membantu peserta dalam menerjemahkan lagu yang terdapat dalam partitur. Pertemuan kedua, peneliti akan memberikan materi tentang Notasi, dimana peserta diminta untuk memahami partitur yang dibagikan, kemudian diuji setiap line suara mulai dari Soprano, Alto, Tenor, dan Bass dalam membaca ritme dan membaca nada per birama. Untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaaneprints.ung.ac.id/1377/9/2012-2-88209-341408021-bab4... · Dimana hal ini dilakukan untuk ... dasar F mayor sesuai dengan apa yang tertulis

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan

Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Ambarjaya,

2012:84). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran

merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk juga penggunaan metode dan

pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Proses pelaksanaan

pembelajaran teknik head voice melalui lagu “He That Shall Endure To The End”

pada paduan suara Jurusan Pendididkan Sendratasik berjumlah 23 orang yang

terdiri atas jenis suara Soprano, Alto, Tenor, dan Bass. Waktu pelaksanaannya

yaitu dimulai pada tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 16.00 wita sampai 18.00

wita dengan jadwal 1 minggu 2x pertemuan sebanyak 8x latihan.

Rencana pertemuan pertama, peneliti akan memberikan dasar-dasar Solfegio

dengan cara, menirukan bunyi tangga nada 1 oktaf dengan solmisasi, kemudian

menirukan nada dengan solmisasi, dan peserta akan diminta untuk menirukan

ritme yang dituliskan melalui notasi. Hal ini akan membantu peserta dalam

melatih kepakaan terhadap nada dan ritme, serta membantu peserta dalam

menerjemahkan lagu yang terdapat dalam partitur. Pertemuan kedua, peneliti akan

memberikan materi tentang Notasi, dimana peserta diminta untuk memahami

partitur yang dibagikan, kemudian diuji setiap line suara mulai dari Soprano, Alto,

Tenor, dan Bass dalam membaca ritme dan membaca nada per birama. Untuk

rencana pertemuan ketiga, pembelajarannya berupa praktek menyanyikan lagu

dengan menggunakan solmisasi, tujuannya agar peserta mampu mengenali notasi

yang ada dalam partitur serta membiasakan peserta dalam menggunakan notasi

balok pada saat bernyanyi.

Pada pertemuan keempat, peserta akan diberikan materi berupa latihan

bernyanyi secara berkelompok. Dimana hal ini dilakukan untuk melatih

kekompakkan dan keharmonisasian suara pada saat menyanyikan lagu. Pada tahap

ini peneliti sebelumnya akan melatih 2 jenis suara bernyanyi secara bersama,

kemudian dilanjutkan dengan melatih seluruh jenis suara bernyanyi secara

bersamaan. Hal ini dilakukan dengan melihat materi lagu yang terbilang cukup

sulit karena terdapat unsur-unsur kontrapung didalamnya.

Pada pertemuan kelima dan enam peserta akan mulai diarahkan dalam

pembelajaran teknik head voice dengan tujuan agar peserta mampu menguasai

teknik head voice. Selain mampu menguasai teknik head voice, dengan teknik ini

peserta mampu mencapai nada tinggi serta mampu mengaplikasikannya pada saat

bernyanyi. Pada tahap ini, peneliti akan mengenalkan range head voice dalam

masing-masing suara pada lagu “He That Shall Endure To The End” dengan nada

dasar F mayor sesuai dengan apa yang tertulis pada partitur. Pada pertemuan

ketujuh dan kedelapan, peneliti mulai mengarahkan peserta pada pembelajaran

berupa bernyanyi dengan menggunakan syair lagu dengan beberapa tahap yaitu

latihan pernafasan, membaca syair berdasarkan frase, menyanyikan lagu dengan

menggunakan syair, setelah itu peserta dilatih menggunakan iringan musik.

Latihan ini dilakukan berulang-ulang kali, karena dalam lagu ini mempunyai

tempo yang sangat lambat sehingga memerlukan cukup banyak udara untuk

menyelesaikan setiap frase. Selain itu juga dalam lagu ini terdapat 1 kata yang di

dalamnya terdapat enam sampai tujuh nada dengan tempo yang cukup lambat.

Tentunya ini memerlukan latihan pernafasan yang baik.

Setelah pemberian materi, kelompok paduan suara ini tinggal memantapkan

dan melatih kekompakkan. Bentuk evaluasinya dilakukan secara lisan pada saat

seminar hasil penelitian skripsi dengan membawakan lagu yang telah di pelajari

yaitu, sebuah lagu klasik paduan suara dengan judul “He That Shall Endure To

The End”. Dimana lagu ini sebagai instrument pembelajaran teknik head voice.

Pada proses pelaksanaan pembelajaran akan digunakan beberapa media

sebagai alat bantu pada saat pembelajaran. Media yang digunakan berupa partitur

lagu, keyboard, dan midi.

4.2 Proses Pelaksaan Pembelajaran Teknik Head Voice

Untuk memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana teknik head

voice, maka penulis mengadakan proses latihan kepada kelompok paduan suara

dengan membawakan materi He That Shall Endure to The And karya Felix

Mandelssohn. Tentunya ini merupakan salah satu usaha yang akan berkelanjutan,

yang secara tidak langsung dapat mempertajam kualitas dalam bernyanyi pada

kelompok paduan suara jurusan Pendidikan Sendratasik. Proses latihan bertempat

di lab musik Jurusan Sendratasik pada pukul 16.00 wita sampai 18.00 wita.

1) Latihan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012. pada

pertemuan pertama ini dilakukan pengenalan materi paduan suara klasik pada

seluruh peserta yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan apresiasi

kepada peserta tentang komposisi musik paduan suara standar. Dalam setiap

proses latihan selalu dilakukan warming-up atau pemanasan kepada seluruh

peserta yang bertujuan untuk melenturkan suara, materi pemanasan berupa

tangga nada F mayor dan D minor yang diawali dengan phasase seperempat,

seperdelapan, seperenambelas dan phasase triol sepanjang 1 oktaf dalam

urutan naik dan turun, kemudian dilanjutkan dengan pola arpeggio atau

broken chord yang bertujuan untuk melatih para peserta dalam menyanyikan

interval-interval yang jauh. Pemanasan seperti ini akan dilakukan dalam

setiap memulai proses latihan. Setelah melakukan warming-up seluruh

peserta diarahkan pada materi penguasaan dasar-dasar solfegio sesuai dengan

kompentensi dasar pada RPP I yang bertujuan melatih kepekaan para peserta

dalam menebak sebuah nada. Peserta melakukan beberapa tahap

pembelajaran yaitu menirukan bunyi tangga nada 1 oktaf dengan solmisasi,

dan menirukan ritme. Setelah melakukan beberapa tahapan dilanjutkan

dengan proses membaca notasi pada masing-masing suara yang didiktekan

oleh pelatih kepada peserta yang dimulai dari suara sopran, alto, tenor sampai

pada suara bass. Di akhir pertemuan, mereka di perdengarkan sebuah paduan

suara yang membawakan lagu tersebut, tujuannya agar mereka lebih

termotivasi dalam pembelajaran lagu ini.

2) Pelaksanaan latihan ke dua dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012. Pada

proses latihan kedua ini, masing-masing suara diarahkan pada pemantapan

membaca notasi pada masing-masing suara sesuai dengan target kompetensi

dasar RPP II dimana mahasiswa mampu membaca notasi dalam partitur.

Setelah masing-masing suara dirasa cukup baik dalam mengenal dan

membaca notasi yang tertulis maka dilanjutkan dengan membaca score

berdasarkan potongan-potongan frase, hal ini dilakukan bertujuan untuk

melatih peserta mengingat seluruh nada secara perlahan-lahan. Saat sampai

pada suara tenor muncul kendala pada ambitus suara para peenyanyi tenor,

range wilayah tenor memang cukup tinggi dan ini akan cukup sulit bila

dinyanyikan oleh penyanyi paduan suara pemula tanpa adanya latihan untuk

menjangkau range tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka

dilakukan pelatihan untuk suara tenor. Selain itu nada-nada yang

menggunakan tanda alterasi1 sebagai penentu identitas akor cukup sulit

dinyanyikan anggota paduan suara, sehingga pelatih menjelaskan dan

mempraktekkan berulang-ulang bagian-bagian yang sulit agar para peserta

dapat memahami dan menguasai materi tersebut dengan baik. Cara tersebut

dapat sedikit membantu para anggota paduan suara untuk memahami dan

mempraktekkan materi ini.

3) Proses latihan ketiga dilaksanakan pada Hari jumat tanggal 13 april 2012.

Pada proses latihan ini berpusat pada ketepatan nada dengan cara melatih dua

suara bernyanyi secara bersamaan (soprano dengan alto dan tenor dengan

bass) yang bertujuan untuk melatih konsentrasi masing-masing suara saat

bernyanyi dengan tetap menggunakan solmisasi sesuai dengan kompotensi

dasar RPP III. Proses ini juga dilakukan guna adanya ketepatan nada pada

masing-masing suara, terlebih pada nada yang sukar untuk dinyanyikan, salah

1 Simbol yang dipakai untuk mengubah nada, ex sharp / kres, flat / mol, pugar / natural

(mengembalikan pada nada semula).

satu penyebab kesulitan ini adalah tidak adanya penguasaan dasar-dasar

solfegio yang baik. Hal tersebut membuat latihan menjadi sedikit terhambat

karena pelatih harus memperbaiki dan mempertegas nada-nada yang kurang

tepat sehingga proses latihan ketiga ini tidak mengalami perkembangan yang

signifikan. Selain itu masalah yang lain adalah adanya beberapa anggota yang

kurang memperhatikan penjelasan dan bimbingan yang diberikan oleh pelatih

pada saat latihan berlangsung. Masalah lain yang muncul pada setiap proses

latihan adalah peserta yang tidak datang pada setiap prosesnya, sehingga apa

yang dibahas pada latihan sebelumnya tidak diketahui, kesalahan-kesalahan

beberapa anggota yang jarang hadir membawa dampak yang negatif pada

seluruh proses latihan sebab kesalahan pasti akan muncul dari peserta yang

jarang hadir. Namun untuk mendapatkan capaian target, setiap kelompok

suara baik itu soprano, alto, tenor, dan bass, dilatih perdivisi untuk

menyanyikan lagu tersebut khususnya pada birama yang masih mengalami

permasalahan.

4) Pelaksanaa latihan keempat dilaksanakan pada tanggal 18 april 2012 yang

dimulai dengan melakukan pemanasan vokal dalam tangga nada kromatis,

metode ini digunakan pelatih untuk mengatasi permasalahan yang muncul

pada latihan ketiga. Pemanasan dengan menggunakan tangga nada kromatis

dipakai untuk melatih para peserta paduan suara dalam menyanyikan nada-

nada yang menggunakan tanda alterasi. Cara ini membawa sedikit kemajuan

bagi para peserta untuk menguasai nada-nada yang menggunakan tanda

alterasi, walaupun dampaknya bukan pada seluruh peserta namun beberapa

peserta dapat terbantu menguasai bagian-bagian melodi yang memakai tanda

alterasi. Setelah itu dilanjutkan dengan melatih peserta bernyanyi secara

bersamaan dengan tetap menggunakan solmisasi sesuai dengan kompetensi

dasar pada RPP IV dengan tahap melatih dua jenis suara bernyanyi bersama,

kemudian dilanjutkan dengan melatih seluruh jenis suara bernyanyi secara

bersamaan.

5) Proses latihan kelima dilaksanakan pada tanggal 20 April 2012. Pada proses

ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan teknik

head voice pada masing-masing suara sesuai dengan apa yang menjadi target

kompetensi dasar pada RPP V dan inti dari penelitian ini. Pada jenis suara

soprano pelatih menekankan dari nada a1 sampai nada g2 pada karya Felix

Mendelssohn ini sudah mulai menggunakan teknik head voice. Begitu pula

pada jenis suara alto, yaitu dari nada d1 sampai nada d2, tenor dari nada a

sampai g1 dan bass mulai dari nada bes sampai d1 sudah mulai menggunakan

teknik head voice.

6) Pertemuan kedua masih dengan kompotensi dasar bernyanyi dengan

menggunakan teknik head voice dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012.

Pada proses kali ini pelatih memperbaiki setiap kekurangan pada tiap line

baik sopran, alto, tenor maupun bass secara menyeluruh. Setelah melakukan

proses perbaikan pada tiap line maka dilanjutkan dengan membawakan lagu

secara menyeluruh yang diulang beberapa kali untuk melihat sejauh mana

hasil yang dicapai setelah melakukan perbaikan-perbaikan pada tiap line

suara maupun secara menyeluruh. Pada proses ini juga pelatih menekankan

tanda-tanda baca dan dinamik yang tertulis didalam partitur tersebut untuk

mencapai hasil yang lebih baik dan mendekati apa yang diinginkan oleh

komposer karya tersebut.

7) Proses latihan ketujuh dilaksanakan pada tanggal 11 Mey 2012. Pada proses

ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan syair

sesuai dengan kompotensi dasar pada RPP VI yang dilaksanakan selama 2x

pertemuan. Pada tahap ini peserta cukup mengalami kesulitan dalam

menyanyikan lagu ini dengan menggunakan syair, hal ini dapat dilihat dengan

panjangnya melodi untuk menyelesaikan sebuah kata dan kalimat, bahkan

dalam satu suku kata terdapat enam nada dalam hitungan tujuh ketuk dengan

tempo andante2 sostenuto

3. Kesulitan ini dapat dilihat karena lambatnya

tempo yang dipakai dalam lagu ini sehingga memerlukan cukup banyak

persiapan udara didalam rongga dada dan perut untuk menyelesaikan frase-

frase tersebut dengan tepat. Selain pengaturan frase kendala juga terjadi

dalam melafalkan syair lagu. Dalam menangani permasalahan ini pelatih

memberikan latihan pernafasan kembali terutama untuk menyelesaikan frase-

frase dalam lagu ini dengan baik dan benar. Pada pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 16 mey 2012 pelatih lebih menekankan latihan

yang berulang-ulang pada tiap jenis suara untuk mendapatkan hasil yang

maksimal dengan tetap melakukan tahap membaca syair dengan berdasarkan

frase dan dilanjutkan dengan bernyanyi menggunakan syair lagu.

2 Langkah santai, tempo dengan kecepatan antara 69-76 langkah setiap menit

3 Tekhnik permainan dengan menunda nada sesuai dengan nilai panjang suaranya, dimainkan

dengan cara bersambungan sehingga berkesan mendengung sambung menyambung.

8) Proses latihan terakhir sebagai final cek dilaksanakan pada tanggal 19 Juli

2012. Pada proses latihan ini merupakan proses refresh dimana latihan ini

terhenti dalam jangka waktu yang panjang karena menghadapi ujian akhir

semester yang mengharuskan proses latihan ini diistrahatkan guna

memberikan kesempatan pada anggota paduan suara dalam menghadapi ujian

akhir semester. Dalam proses ini, tentunya mangalami sedikit kesulitan dalam

pembawaan metode lagu. Namun setelah mengalami beberapa penegasan dan

pengulangan hal itu dapat teratasi. Pada proses ini juga pelatih menegaskan

bagaimana menggunakan teknik head voice yang benar dan menggunakan

pernafasan yang benar karena dalam lagu He That Shall Endure To The End

ini tingkat kesulitannya sangat tinggi. Hal ini mendapat pengakuan langsung

dari anggota paduan suara dimana lagu ini adalah lagu yang tergolong sulit

dan membutuhkan ekstra latihan dan keseriusan untuk mendapatkan hasil

yang maksimal. Selain itu mereka mengakui dengan adanya proses latihan ini

mereka dapat mengetahui bagaimana teknik dalam menyanyikan lagu klasik

itu sendiri.

4.3 Hasil Penelitin

Pemberian materi belajar tentang teknik head voice dalam beberapa tahap

telah dilaksanakan pada beberapa pertemuan. Dalam proses pemberian materi

tentang penguasaan dasar-dasar solfegio masih kurang adanya partisipasi dari

beberapa peserta, ini dapat dilihat karena adanya beberapa peserta yang keluar

masuk kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal inilah yng

menyebabkan kurangnya kepekaan nada pada masing-masing peserta, hanya

terdapat beberapa peserta saja yang sedikit mampu menguasai materi dasar-dasar

solfegio. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, pelatih lebih

menekankan latihan dasar solfegio ini dengan tahap dikte notasi.

Pada proses membaca notasi dalam partitur, terdapat beberapa peserta yang

dianggap belum mampu membaca, hal ini ditunjukkan adanya kesalahan pada saat

membaca sehingga beberapa peserta tersebut melakukan latihan membaca notasi

berulang-ulang, sampai mereka mampu membaca notasi yang terdapat dalam

partitur dan lebih dipermantap dengan latihan membaca nada per birama.

Ditambah lagi dengan pemahaman ritme pada partitur, yang menyebabkan pelatih

melakukan teori dikte pada saat proses latihan.

Pada materi bernyanyi secara berkelompok, mereka diperdengarkan karya

musik paduan suara. Ini dilakukan untuk memotivasi peserta dan memberitahukan

bahwa seperti inilah cara bernyanyi kelompok yang baik. Hal ini mendapatkan

hasil yang baik dari peserta, namun sebagian kecil belum mendapatkan

harmonisasi serta kekompakkan pada saat bernyanyi. Mengantisipasi masalah ini

pelatih melakukan latihan khusus pada setiap line suara secara berulang-ulang

kali. Setelah itu dilatih seluruh peserta dalam menyanyikan lagu secara

bersamaan.

Pada pemberian materi head voice, peserta diperdengarkan paduan suara yang

menyanyikan lagu “He That Shall Endure To The End”, hal ini masih dengan

tujuan yang sama yaitu, memotivasi peserta dalam pembelajaran teknik hed voice.

Setelah itu mereka diarahkan untuk melakukan warming-up mulai dari

menjangkau nada terendah sampai nada tertinggi dengan berbagai macam ritme

pada tangga nada F mayor. Pada proses latihan ini terdapat beberapa peserta yang

sulit untuk melakukan teknik ini, yaitu pada jenis suara tenor. Dimana mereka

kurang memahami bagaimana teknik penggunaan head voice ketika menemukan

range yang harus menggunakan teknik tersebut. Pelatih mengarahkan penggunaan

teknik ini dengan cara mengeluarkan suara kemudian diolah dan dirasakan pada

bagian kepala hingga menghasilkan suara yang runcing namun tetap berpower.

Masalah ini dapat teratasi, namun faktor kehadiran dari beberapa peserta yang

sedikit menghambat proses latihan karena berpengaruh pada saat latihan kedepan

berlangsung yang pada akhirnya jumlah peserta paduan suara ini semakin

menurun. Pada pertemuan kedua dari materi pembelajaran head voice, pelatih

meminta kesepakatan kepada peserta untuk mengantisipasi ketidak hadiran dari

sebagian peserta paduan suara, yang pada akhirnya menghasilkan kesepakatan

untuk beberapa peserta yang jarang hadir belum diikutsertakan dalam

pembelajaran ini. Peserta yang awalnya berjumlah 23 orang akhirnya tinggal

berjumlah 18 orang. Masing-masing pada jenis suara Soprano berjumlah 5 orang,

Alto 3 orang, Tenor 5 orang, dan Bass 5 orang. Hal ini tidak menurunkan

semangat daripada pelatih terlebih pada peserta, dengan melakukan pembelajaran

pada ke 18 orang ini, tentunya sudah menanamkan harapan bahwa mereka mampu

membagi pengalaman serta mengaplikasikannya pada saat bernyanyi.

Pada tahap bernyanyi dengan menggunakan syair sedikit mengalami

kesulitan, karena terdapat satu kata yang didalamnya terdapat beberapa nada

dalam hitungan enam sampai tujuh ketuk dengan tempo yang cukup lambat. Hal

ini tentu harus menerapkan latihan pernafasan yang maksimal dengan cara

melakukan posisi berdiri yang benar, kemudian menarik dan mengeluarkan nafas

seperti biasa dilakukan. Tunggu sejenak sampai ada keharusan untuk bernafas.

Saat itu perut akan mengerut dan mengecil. Lalu dilanjutkan dengan menarik

nafas dengan mulut tertutup melalui hidung. Carannya seperti mendengkus sebuah

bau yang tercium diudara. Ketika itu perut akan mengembang dan sisi badan

menjadi lebar. Peserta diminta untuk menahan posisi itu sebentar, kemudian

dikeluarkan dengan rileks. Kedua tangan menekan perut, kemudian mengambil

nafas dan dikeluarkan secara perlahan-lahan. Pada proses latihan pernafasan yang

demikian peserta menjadi lebih mudah dalam melakukan pelafalan dalam setiap

frase kalimat yang terdapat dalam lagu tersebut. Tidak hanya itu saja, syair ini

menggunakan bahasa asing yang membuat beberapa peserta sedikit kesulitan

dalam hal palafan. Namun setelah adanya latihan berulang-ulang kali serta

penegasan disetiap kalimat, menghasilkan perkembangn yang signifikan. Pada

proses latihan ini, pelatih mengarahkan peserta untuk membaca syair berdasarkan

frase, kemudian mulai bernyanyi dengan menggunakan syair lagu.

4.4 Aplikasi Teknik Head Voice dalam lagu “He That Shall Endure To The

End”

Head voice atau tekhnik bernyanyi dengan menggunakan suara kepala adalah

tekhnik bernyanyi yang dikembangkan pada komposisi-komposisi musik barat

baik dalam musik kerajaan maupun musik liturgi atau gereja dinegara-negara

Eropa. Berbeda dengan tekhnik bernyanyi dengan menggunakan suara asli,

tekhnik head voice memerlukan latihan khusus dan benar untuk dapat dikuasai

dengan baik dan benar. Selain untuk memperindah nyanyian tekhnik ini juga

memungkinkan seorang penyanyi dapat menjangkau nada-nada yang tinggi tanpa

kesulitan dan paksaan, tentunya tekhnik ini akan memiliki nilai kelemahan jika

digunakan pada musik jenis rock atau metal.

Lagu He That Shall Endure to The And adalah komposisi musik yang khusus

diciptakan untuk paduan suara dan dengan menggunakan tekhnik yang tinggi

sehingga membutuhkan latihan yang cukup serius untuk dapat membawakan

karya ini dengan baik. Lagu ini mengangkat masing-masing suara dalam peranan

yang penting dan saling terikat serta berpengaruh pada suara-suara yang lain,

keterikatan itu dapat dilihat pada kesan yang sambung-menyambung antara suara

yang satu dengan yang lain, sebagai contoh dapat dilihat pada potongan partitur

dibawah ini

Notasi 6:

Karakter sustenuto yang menimbulkan kesan sambung-menyambung

antara suara yang satu dan suara yang lain

Karakter lagu seperti ini cukup sulit untuk dikuasai karena masing-masing

suara berdiri dan berjalan masing-masing kecuali pada kalimat awal yaitu pada

dua birama pertama, namun setelah itu masing-masing suara berjalan masing-

masing baik dari segi rimtis dan melodi bahkan pada syair lagu itu sendiri.

Mengingat Felix Mandellshon adalah pengagum J.S Bach serta karya-karyanya

dapat dilihat pengaruh musik Bach pada karya tersebut dimana terdapat unsur

kontrapung4 yang cukup kuat.

Selain itu frasering yang panjang juga menjadikan lagu ini sangat sulit

dibawakan bila peserta paduan suara tidak dibekali dengan tekhnik pernafasan

yang baik untuk dapat mengatur frasering-frasering dalam lagu ini. Salah satu

frasering yang panjang tersebut dapat dilihat pada potongan partitur dibawah ini

Notasi 7: salah satu frase yang berdurasi panjang pada suara alto

Jika diperhatikan melodi diatas tidaklah tergolong panjang, namun karena

tempo yang digunakan adalah tempo yang lambat maka frase ini menjadi berat

diselesaikan dengan baik dan benar.

Menyanyikan keseluruhan kalimat lagu, tentu tidak semudah membaca

kalimat biasa. Hal ini karena selain membutuhkan pemahaman terhadap arti

kalimat yang harus diucapkan dengan jelas, bisa juga karena adanya gangguan-

gangguan lain yang timbul pada saat bernyanyi. Misalnya, terhadap tanda-tanda

dinamika atau hal lainnya yang harus dikerjakan bersamaan dengan pemenggalan

4 Kontrapung adalah komposisi musik yang disusun secara horizontal, yaitu melodi dengan melodi

(cantus firmus dan counterpoint) berdasarkan interval yang sudah diatur . Berbeda dengan

prinsip harmoni yang disusun berdasarkan tekhnik vertikal, dimana melodi pokok didampingi

oleh akord yang bersifat sebagai pengiring.

kalimat, seperti ketidakmahiran dalam pengambilan dan penggunaan nafas selama

bernyanyi.

1. Soprano

Pada birama pertama suara sopran mengawali lagu dengan menggunakan

tekhnik head voice sampai ketukan akhir birama kedua dengan dinamik piano

cresscendo kemudian decressendo dan diakhiri dengan dinamik panissimo,

pada birama ketiga diawali dengan nada f1 yang menggunakan suara asli

sampai nada g1 diketukan kedua, kemudian pada ketukan ketiga sampai

ketukan terakhir pada birama keempat menggunakan head voice.

Pada birama kelima di awali dengan nada a1 sampai pada nada f2 diketukan

terakhir pada birama keenam, semuanya menggunakan teknik head voice.

Selain itu terdapat beberapa contoh penggunaan teknik head voice dalam

lagu ini, yaitu :

Pada birama ke 13 dari ketukan pertama diawali dengan nada a1 sampai pada

birama ke 14 pada ketukan kedua menggunakan head voice, kemudian pada

ketukan ketiga kembali menggunakan suara asli dengan nada fis1 sampai

nada g1 diketukan terakhir dan ditahan sampai ketukan pertama pada birama

15. Kemudian diketukan kedua pada birama 15 kembali menggunakan teknik

head voice yang diawali dengan nada a1 sampai nada bes1 pada ketukan

terakhir dibirama 16.

Pada birama ke 17 sampai pada birama ke 18 seluruhnya menggunakan

teknik head voice, yang diawali dengan nada a1 pada ketukan pertama birama

17 sampai pada nada c2 diketukan terakhir pada birama 18.

Pada birama 36 sampai birama 37 kembali menggunakan suara asli yang

diakhiri dengan nada f1.

Penggunaan teknik head voice suara sopran pada lagu ini dimulai dari nada

a1 sampai nada g2.

2. Alto

Pada birama pertama sampai ketukan terakhir birama kedua menggunakan

teknik head voice. kemudian pada ketukan pertama dibirama ke 3 dengan nada

c1 menggunakan suara asli, dan pada ketukan ke 2 birama 3 sampai pada

ketukan pertama birama ke 4 menggunkan teknik head voice, lalu pada

ketukan ke 2 sampai ketukan terakhir pada birama ke 4 dengan nada c1

kembali menggunakan suara asli.

Namun pada birama ke 17 yang diawali dengan nada a1 sampai pada birama

ke 32 menggunakan teknik head voice dan pada pada birama ke 33 yang

diawali dengan nada d1 sampai pada birama ke 36 ketukan terakhir

menggunakan teknik head voice, kemudian dibirama 37 diakhiri dengan

menggunakan suara asli pada nada c1 dibirama terakhir.

Penggunaan teknik head voice suara alto pada lagu ini dimulai dari nada d1

sampai nada d2.

3. Tenor

Pada birama pertama suara tenor mengawali lagu ini dengan menggunakan

teknik head voice pada nada a diketukan pertama sampai pada birama ke 2

dengan nada bes. Selanjutnya pada ketukan ke 2 hingga ketukan terakhir

dibirama ke 2 menggunakan suara asli. Pada birama ke 3 sampai pada birama

ke 4 kembali menggunakan teknik head voice yang di akhiri dengan nada f1

pada ketukan terakhir.

Pada birama ke 34 ketukan ke 3 sampai birama terakhir menggunakan teknik

head voice.

Penggunaan teknik head voice suara tenor pada lagu ini dimulai dari nada a

sampai nada g1.

4. Bass

Pada birama pertama suara bass mengawali lagu ini dengan suara asli pada

ketukan pertama dengan nada f sampai pada birama ke 6 yang diakhiri

dengan nada d menggunakan suara asli.

Pada birama ke 8 ketukan ke 3 sampai pada birama ke 9 ketukan ke 3 masih

menggunakan suara asli, kemudian pada ketukan ke 4 dengan nada c1

dibirama 9 sampai pada birama 10 ketukan ke 2 menggunakan teknik head

voice. lalu pada ketukan ke 3 sampai dibirama 11 kembali menggunakan

suara asli.

Pada birama ke 35 sampai birama 27 suara bass mengakhiri lagu ini dengan

menggunakan suara asli.

Penggunaan teknik head voice suara bass pada lagu ini dimulai dari nada bes

sampai nada d1.

4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembelajaran

4.5.1 Faktor Pendukung

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ekspositori, metode

demonstrasi, dan metode latihan. Metode ekspositori ini merupakan sebuah

strategi yang digunakan melalui penyampaian materi secara verbal dengan cara

berulang-ulang kepada setiap peserta dengan maksud agar peserta dapat

menguasai materi secara maksimal. Metode pembelajaran ekspositori ini juga

dianggap sangat efektif apabila materi pembelajaran yang harus dikuasai peserta

cukup luas namun ditunjang dengan waktu yang belajar yang terbatas. Metode

demonstrasi digunakan dengan cara menyajikan materi dengan memperagakan

dan mempertunjukkan pada peserta tentang cara bernyanyi dengan menggunakan

teknik head voice. Sedangkan metode latihan yaitu metode yang digunakan oleh

peserta dalam menangkap materi yang diberikan oleh pelatih dengan cara

melakukan latihan bernyanyi secara berulang-ulang sampai dapat menggunakan

teknik head voice dengan benar.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran ini adalah merupakan salah satu penunjang yang sangat

penting dalam proses pembelajaran ini. Pada proses pembelajaran teknik head

voice ini menggunakan media berupa keyboard, dimana alat musik ini merupakan

media pengiring pada saat peserta menyanyikan lagu. Selain itu pelatih juga

menggunakan midi dan partitur sebagai acuan dalam menyanyikan materi lagu.

3. Bakat

Bakat musik yang dimiliki peserta menjadi faktor yang paling mendasar dalam

menentukan keberhasilan dan sangat mempengaruhi proses pembelajaran vokal.

4. Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peserta belajar vokal.

Peserta yang tidak memilki bakat musik, namun mempunyai minat yang besar

dalam bidang musik dapat mengikuti pembelajaran vokal dengan baik meskipun

keberhasilan yang dicapai tidak maksimal.

4.5.2 Faktor Penghambat

1. Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksaan proses latihan diadakan pada pukul 16.00 wita, waktu ini

akan efektif bila para peserta datang tepat waktu dan tidak ada jam perkuliahan.

2. Cuaca

Cuaca juga dapat mempengaruhi peserta dalam proses latihan. Contohnya

ketika hujan turun banyak peserta yang datang terlambat bahkan memilih untuk

tidak hadir, begitu juga ketika cuaca panas yang membuat peserta jadi malas

datang latihan.

3. Kesehatan

Keadaan kesehatan peserta termasuk faktor penting juga. Kondisi peserta

yang kurang sehat dapat mengurangi semangat dan konsentrasi dalam mengikuti

proses pembelajaran vokal.

4.6 Pembahasan

Objek pembelajaran ini adalah paduan suara mahasiswa Jurusan Pendididkan

Sendratasik berjumlah 23 orang yang terdiri atas jenis suara Soprano, Alto, Tenor,

dan Bass, jumlah peserta ini tidak bertahan sampai proses akhir pembelajaran,

pada akhir proses peserta tersisa 18 orang. Waktu pelaksanaannya dimulai pada

tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 16.00 wita sampai 18.00 wita dengan jadwal 1

minggu 2x pertemuan sebanyak 8x latihan. Waktu pelaksanaan pembelajaran ini

tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana awal, hal ini terjadi karena banyaknya

kegiatan jurusan yang melibatkan peserta sehingga dilakukan penundaan proses

pembelajaran sampai kegiatan jurusan selesai dilaksanakan. Proses pembelajaran

ini dilaksanakan di laboratorium musik Jurusan Pendidikan Sendratasik.

Pertemuan pertama adalah pemberian materi dasar-dasar solfegio dengan cara

menirukan nada dengan solmisasi, dan peserta akan diminta untuk menirukan

ritme yang dituliskan melalui notasi. Pertemuan kedua adalah pemberian materi

tentang membaca notasi. Untuk pertemuan ketiga pembelajarannya berupa

praktek menyanyikan lagu dengan menggunakan solmisasi, tujuannya agar peserta

mampu mengenali notasi yang ada dalam partitur. Pada pertemuan keempat

pemberian materi berupa latihan bernyanyi secara berkelompok yang bertujuan

untuk melatih kekompakkan dan keharmonisasian suara pada saat menyanyikan

lagu. Pada pertemuan kelima dan keenam peserta mulai diarahkan dalam

pembelajaran teknik head voice dengan tujuan agar peserta mampu menguasai

teknik head voice. Pada pertemuan ketujuh dan kedelapan, peneliti mulai

mengarahkan peserta pada pembelajaran berupa bernyanyi dengan menggunakan

syair lagu dengan beberapa tahap yaitu latihan pernafasan, membaca syair

berdasarkan frase, menyanyikan lagu dengan menggunakan syair, setelah itu

peserta dilatih menggunakan iringan musik. Pada proses pelaksanaan

pembelajaran akan digunakan beberapa media sebagai alat bantu pada saat

pembelajaran, media yang digunakan berupa partitur lagu, keyboard, dan midi.

Latihan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012. pada

pertemuan pertama ini dilakukan pengenalan materi paduan suara klasik pada

seluruh peserta yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan apresiasi

kepada peserta tentang komposisi musik paduan suara standar serta melakukan

warming-up atau pemanasan pada seluruh peserta. Proses latihan ke dua

dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012. Pada proses latihan kedua ini, masing-

masing suara diarahkan pada pemantapan membaca notasi pada masing-masing

suara. Proses latihan ketiga dilaksanakan pada Hari jumat tanggal 13 april 2012.

Pada proses latihan ini berpusat pada ketepatan nada dengan cara melatih dua

suara bernyanyi secara bersamaan (soprano dengan alto dan tenor dengan bass)

yang bertujuan untuk melatih konsentrasi masing-masing suara saat bernyanyi

dengan tetap menggunakan solmisasi. Proses latihan keempat dilaksanakan pada

tanggal 18 april 2012 yang dimulai dengan melakukan pemanasan vokal dalam

tangga nada kromatis, metode ini digunakan pelatih untuk mengatasi

permasalahan yang muncul pada latihan ketiga. Pemanasan dengan menggunakan

tangga nada kromatis dipakai untuk melatih para peserta paduan suara dalam

menyanyikan nada-nada yang menggunakan tanda alterasi. Proses latihan

penguasaan head voice dilaksanakan pada tanggal 20-23 April 2012. Pada proses

ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan teknik

head voice pada masing-masing suara.

Proses latihan ketujuh dengan materi bernyanyi dengan menggunakan syair

dilaksanakan pada tanggal 11-16 Mey 2012. Pada proses ini pelatih mengarahkan

peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan syair. Pada akhir pertemuan pelatih

memperbaiki setiap kekurangan pada tiap line baik sopran, alto, tenor maupun

bass secara menyeluruh. Setelah melakukan proses perbaikan pada tiap line maka

dilanjutkan dengan membawakan lagu secara menyeluruh yang diulang beberapa

kali untuk melihat sejauh mana hasil yang dicapai setelah melakukan perbaikan-

perbaikan pada tiap line suara maupun secara menyeluruh. Proses latihan terakhir

dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Pada proses latihan kedelapan ini

merupakan proses refresh dimana latihan ini terhenti dalam jangka waktu yang

panjang karena menghadapi ujian akhir semester yang mengharuskan proses

latihan ini diistrahatkan guna memberikan kesempatan pada anggota paduan suara

dalam menghadapi ujian akhir semester.

Pemberian materi belajar tentang teknik head voice dalam beberapa tahap

telah dilaksanakan pada beberapa pertemuan. Kurangnya partisipasi peserta dalam

pemberian materi solfegio menyebabkan lemahnya kepekaan tehadap nada. Hanya

terdapat beberapa peserta saja yang sedikit mampu menguasai materi dasar-dasar

solfegio. Pada proses membaca partitur terdapat beberapa peserta yang belum

mampu membaca partitur dengan baik sehingga dilakukan latihan membaca notasi

berulang-ulang sampai mereka mampu membaca notasi yang terdapat dalam

partitur. Pada tahap ini diperdengarkan audio lagu tersebut untuk membantu

pemahaman peserta dalam menyanyikan karya ini.

Setelah itu mereka diarahkan untuk melakukan warming-up. Untuk

mendapatkan hasil yang signifikan, pada tahap pemanasan lebih ditingkatkan.

Dilakukan pemanasan pada tangga nada F mayor dengan phasase mulai dari ½,

kemudian naik menjadi ¼, meningkat menjadi 1/8 dan akhirnya sampai pada 1/16

sepanjang 1 oktaf dalam bentuk naik maupun turun, kemudian dilakukan

pemanasan tangga nada F major dengan phasase triol 1 oktaf naik dan turun.

Selain itu dilakukan pemanasan dengan berbagai macam pola ritme dari berbagai

macam nada dasar. Hal ini dilakukan untuk mencapai kelenturan suara pada

seluruh peserta.

Pada proses latihan menggunakan teknik head voice ini terdapat beberapa

peserta yang sulit untuk melakukan teknik ini, yaitu pada jenis suara tenor. Pelatih

mengarahkan pemakaian teknik head voice dilakukan dengan cara menggunakan

resonansi kepala untuk menghasilkan suara, penggunaan teknik ini menekankan

nada yang dikeluarkan dengan power. Semakin tinggi nada yang di jangkau maka

suara makin mengeluarkan power. Suara dihasilkan dengan cara menurunkan pilar

tenggorokan dengan sempurna, kemudian titik yang paling lembut dari langit-

langit mulut posisinya berada dibelakang hidung. Ketika suara diangkat lebih

tinggi yang tampaknya hampir menuju kepala dalam posisi tertinggi, maka olah

diatas kepala hingga menghasilkan suara yang bentuknya tebal dan tinggi.

Masalah ini dapat teratasi, namun faktor kehadiran dari beberapa peserta yang

sedikit menghambat proses latihan karena berpengaruh pada saat latihan kedepan

berlangsung yang pada akhirnya jumlah peserta paduan suara ini semakin

menurun. Peserta yang awalnya berjumlah 23 orang akhirnya tinggal berjumlah

18 orang. Masing-masing pada jenis suara Soprano berjumlah 5 orang, Alto 3

orang, Tenor 5 orang, dan Bass 5 orang.

Pada tahap bernyanyi dengan menggunakan syair sedikit mengalami

kesulitan, Lagu ini mempunyai tempo yang cukup lambat sehingga memerlukan

cukup banyak persiapan udara didalam rongga dada dan perut untuk

menyelesaikan setiap frase dengan tepat. Hal ini dapat dilihat dari panjang melodi

dalam menyelesaikan sebuah kata dan kalimat dalam lagu “He That Shall Endure

To The End”, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam satu kata terdapat

enam nada dalam hitungan tujuh ketuk dengan tempo yang begitu lambat. Tahap

yang ditempuh untuk menangani permasalahan ini, dilakukan adanya latihan

pernafasan. Selain latihan pernafasan tahap yang dilakukan yaitu adanya tahap

Frashering yaitu upaya menyanyikan kalimat dengan utuh. Frashering dilakukan

dengan memenggal kalimat lagu menjadi bagian yang lebih pendek tanpa harus

mengurangi makna dari kalimat tersebut. Sehingga upaya untuk mengungkapkan

suatu lagu dapat lebih mendekati kebenaran yang terkandung didalamnya, sesuai

dengan pesan lagu tersebut. Hal ini menghasilkan perkembangan yang signifikan,

dimana para peserta mampu membawakan lagu kalsik ini dengan baik dan benar.

Adapun aplikasi head voice yang digunakan dalam lagu “He That Shall Endure

To The End” tidak hanya digunakan pada jenis suara soprano dan alto, namun

semua jenis suara ini melakukan teknik head voice. Pada jenis suara soprano,

penggunaan teknik head voice dimulai dari nada a1 sampai nada b2. Pada jenis

suara alto, teknik head voice ini digunakan mulai dari nada d1 sampai nada d2.

Kemudian pada jenis suara tenor, penggunaanya mulai dari nada a sampai nada

g1. Sedangkan pada jenis suara bass teknik head voice mulai digunakan mulai

dari nada bes sampai nada d1.

Dalam pembelajaran ini tentunya terdapat faktor-faktor yang mendukung dan

menghambat selama pembelajaran berlangsung, dimana selama proses latihan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi lancarnya proses pembelajaran yaitu metode

pembelajaran, media pembelajaran, bakat dan minat peserta. Metode

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran teknik head voice ini adalah

metode pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ini adalah cara pendekatan

yang ditinjau dari interaksi guru dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini,

semata-mata peserta tinggal menerima dan mencerna apa yang disajikan oleh

pelatih. Dimana pelatih telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistematis

sehingga dapat menerima dengan mudah. Kemudian metode pembelajaran

domonstrasi digunakan untuk memperagakan dan mempraktekkan tentang suatu

proses yang terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan

menyajikan pelajaran dengan lebih konkret sehingga materi pelajaran yang

disampaikan akan lebih berkesan bagi peserta dan membentuk pemahaman yang

mendalam dan sempurna. Sedangakan metode latihan digunakan untuk

mempermantap peserta dalam proses pembelajaran khususnya pada penguasaan

teknik head voice.

Media pembelajaran juga merupakan aspek yang sangat penting dalam

pembelajaran ini, dimana selama proses latihan berlangsung ditunjang dengan

beberapa media yang mendukung daripada proses pembelajaran teknik head

voice. Selain metode dan media pembelajaran, minat dan bakat juga adalah

sesuatu yang mendorong adanya keberhasilan proses pembelajaran ini. Namun

tentunya ada beberapa aspek yang menghambat selama proses latihan

berlangsung, diantaranya waktu pelaksanaan latihan yang pada akhinya

mempengaruhi ketidakhadiran daripada peserta paduan suara. Kemudian cuaca

dan kesehatan yang sudah tentu menghalangi dan menghambat proses

pembelajaran. Hal inilah yang menjadi masalah dalam proses pelaksanaan

pembelajaran karena selain dapat menghambat proses latihan, juga dapat

mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.