Upload
nguyendung
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
Secara umum, rencana dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan (Ambarjaya,
2012:84). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa rencana pembelajaran
merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk juga penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Proses pelaksanaan
pembelajaran teknik head voice melalui lagu “He That Shall Endure To The End”
pada paduan suara Jurusan Pendididkan Sendratasik berjumlah 23 orang yang
terdiri atas jenis suara Soprano, Alto, Tenor, dan Bass. Waktu pelaksanaannya
yaitu dimulai pada tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 16.00 wita sampai 18.00
wita dengan jadwal 1 minggu 2x pertemuan sebanyak 8x latihan.
Rencana pertemuan pertama, peneliti akan memberikan dasar-dasar Solfegio
dengan cara, menirukan bunyi tangga nada 1 oktaf dengan solmisasi, kemudian
menirukan nada dengan solmisasi, dan peserta akan diminta untuk menirukan
ritme yang dituliskan melalui notasi. Hal ini akan membantu peserta dalam
melatih kepakaan terhadap nada dan ritme, serta membantu peserta dalam
menerjemahkan lagu yang terdapat dalam partitur. Pertemuan kedua, peneliti akan
memberikan materi tentang Notasi, dimana peserta diminta untuk memahami
partitur yang dibagikan, kemudian diuji setiap line suara mulai dari Soprano, Alto,
Tenor, dan Bass dalam membaca ritme dan membaca nada per birama. Untuk
rencana pertemuan ketiga, pembelajarannya berupa praktek menyanyikan lagu
dengan menggunakan solmisasi, tujuannya agar peserta mampu mengenali notasi
yang ada dalam partitur serta membiasakan peserta dalam menggunakan notasi
balok pada saat bernyanyi.
Pada pertemuan keempat, peserta akan diberikan materi berupa latihan
bernyanyi secara berkelompok. Dimana hal ini dilakukan untuk melatih
kekompakkan dan keharmonisasian suara pada saat menyanyikan lagu. Pada tahap
ini peneliti sebelumnya akan melatih 2 jenis suara bernyanyi secara bersama,
kemudian dilanjutkan dengan melatih seluruh jenis suara bernyanyi secara
bersamaan. Hal ini dilakukan dengan melihat materi lagu yang terbilang cukup
sulit karena terdapat unsur-unsur kontrapung didalamnya.
Pada pertemuan kelima dan enam peserta akan mulai diarahkan dalam
pembelajaran teknik head voice dengan tujuan agar peserta mampu menguasai
teknik head voice. Selain mampu menguasai teknik head voice, dengan teknik ini
peserta mampu mencapai nada tinggi serta mampu mengaplikasikannya pada saat
bernyanyi. Pada tahap ini, peneliti akan mengenalkan range head voice dalam
masing-masing suara pada lagu “He That Shall Endure To The End” dengan nada
dasar F mayor sesuai dengan apa yang tertulis pada partitur. Pada pertemuan
ketujuh dan kedelapan, peneliti mulai mengarahkan peserta pada pembelajaran
berupa bernyanyi dengan menggunakan syair lagu dengan beberapa tahap yaitu
latihan pernafasan, membaca syair berdasarkan frase, menyanyikan lagu dengan
menggunakan syair, setelah itu peserta dilatih menggunakan iringan musik.
Latihan ini dilakukan berulang-ulang kali, karena dalam lagu ini mempunyai
tempo yang sangat lambat sehingga memerlukan cukup banyak udara untuk
menyelesaikan setiap frase. Selain itu juga dalam lagu ini terdapat 1 kata yang di
dalamnya terdapat enam sampai tujuh nada dengan tempo yang cukup lambat.
Tentunya ini memerlukan latihan pernafasan yang baik.
Setelah pemberian materi, kelompok paduan suara ini tinggal memantapkan
dan melatih kekompakkan. Bentuk evaluasinya dilakukan secara lisan pada saat
seminar hasil penelitian skripsi dengan membawakan lagu yang telah di pelajari
yaitu, sebuah lagu klasik paduan suara dengan judul “He That Shall Endure To
The End”. Dimana lagu ini sebagai instrument pembelajaran teknik head voice.
Pada proses pelaksanaan pembelajaran akan digunakan beberapa media
sebagai alat bantu pada saat pembelajaran. Media yang digunakan berupa partitur
lagu, keyboard, dan midi.
4.2 Proses Pelaksaan Pembelajaran Teknik Head Voice
Untuk memberikan pengetahuan tentang apa dan bagaimana teknik head
voice, maka penulis mengadakan proses latihan kepada kelompok paduan suara
dengan membawakan materi He That Shall Endure to The And karya Felix
Mandelssohn. Tentunya ini merupakan salah satu usaha yang akan berkelanjutan,
yang secara tidak langsung dapat mempertajam kualitas dalam bernyanyi pada
kelompok paduan suara jurusan Pendidikan Sendratasik. Proses latihan bertempat
di lab musik Jurusan Sendratasik pada pukul 16.00 wita sampai 18.00 wita.
1) Latihan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012. pada
pertemuan pertama ini dilakukan pengenalan materi paduan suara klasik pada
seluruh peserta yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan apresiasi
kepada peserta tentang komposisi musik paduan suara standar. Dalam setiap
proses latihan selalu dilakukan warming-up atau pemanasan kepada seluruh
peserta yang bertujuan untuk melenturkan suara, materi pemanasan berupa
tangga nada F mayor dan D minor yang diawali dengan phasase seperempat,
seperdelapan, seperenambelas dan phasase triol sepanjang 1 oktaf dalam
urutan naik dan turun, kemudian dilanjutkan dengan pola arpeggio atau
broken chord yang bertujuan untuk melatih para peserta dalam menyanyikan
interval-interval yang jauh. Pemanasan seperti ini akan dilakukan dalam
setiap memulai proses latihan. Setelah melakukan warming-up seluruh
peserta diarahkan pada materi penguasaan dasar-dasar solfegio sesuai dengan
kompentensi dasar pada RPP I yang bertujuan melatih kepekaan para peserta
dalam menebak sebuah nada. Peserta melakukan beberapa tahap
pembelajaran yaitu menirukan bunyi tangga nada 1 oktaf dengan solmisasi,
dan menirukan ritme. Setelah melakukan beberapa tahapan dilanjutkan
dengan proses membaca notasi pada masing-masing suara yang didiktekan
oleh pelatih kepada peserta yang dimulai dari suara sopran, alto, tenor sampai
pada suara bass. Di akhir pertemuan, mereka di perdengarkan sebuah paduan
suara yang membawakan lagu tersebut, tujuannya agar mereka lebih
termotivasi dalam pembelajaran lagu ini.
2) Pelaksanaan latihan ke dua dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012. Pada
proses latihan kedua ini, masing-masing suara diarahkan pada pemantapan
membaca notasi pada masing-masing suara sesuai dengan target kompetensi
dasar RPP II dimana mahasiswa mampu membaca notasi dalam partitur.
Setelah masing-masing suara dirasa cukup baik dalam mengenal dan
membaca notasi yang tertulis maka dilanjutkan dengan membaca score
berdasarkan potongan-potongan frase, hal ini dilakukan bertujuan untuk
melatih peserta mengingat seluruh nada secara perlahan-lahan. Saat sampai
pada suara tenor muncul kendala pada ambitus suara para peenyanyi tenor,
range wilayah tenor memang cukup tinggi dan ini akan cukup sulit bila
dinyanyikan oleh penyanyi paduan suara pemula tanpa adanya latihan untuk
menjangkau range tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
dilakukan pelatihan untuk suara tenor. Selain itu nada-nada yang
menggunakan tanda alterasi1 sebagai penentu identitas akor cukup sulit
dinyanyikan anggota paduan suara, sehingga pelatih menjelaskan dan
mempraktekkan berulang-ulang bagian-bagian yang sulit agar para peserta
dapat memahami dan menguasai materi tersebut dengan baik. Cara tersebut
dapat sedikit membantu para anggota paduan suara untuk memahami dan
mempraktekkan materi ini.
3) Proses latihan ketiga dilaksanakan pada Hari jumat tanggal 13 april 2012.
Pada proses latihan ini berpusat pada ketepatan nada dengan cara melatih dua
suara bernyanyi secara bersamaan (soprano dengan alto dan tenor dengan
bass) yang bertujuan untuk melatih konsentrasi masing-masing suara saat
bernyanyi dengan tetap menggunakan solmisasi sesuai dengan kompotensi
dasar RPP III. Proses ini juga dilakukan guna adanya ketepatan nada pada
masing-masing suara, terlebih pada nada yang sukar untuk dinyanyikan, salah
1 Simbol yang dipakai untuk mengubah nada, ex sharp / kres, flat / mol, pugar / natural
(mengembalikan pada nada semula).
satu penyebab kesulitan ini adalah tidak adanya penguasaan dasar-dasar
solfegio yang baik. Hal tersebut membuat latihan menjadi sedikit terhambat
karena pelatih harus memperbaiki dan mempertegas nada-nada yang kurang
tepat sehingga proses latihan ketiga ini tidak mengalami perkembangan yang
signifikan. Selain itu masalah yang lain adalah adanya beberapa anggota yang
kurang memperhatikan penjelasan dan bimbingan yang diberikan oleh pelatih
pada saat latihan berlangsung. Masalah lain yang muncul pada setiap proses
latihan adalah peserta yang tidak datang pada setiap prosesnya, sehingga apa
yang dibahas pada latihan sebelumnya tidak diketahui, kesalahan-kesalahan
beberapa anggota yang jarang hadir membawa dampak yang negatif pada
seluruh proses latihan sebab kesalahan pasti akan muncul dari peserta yang
jarang hadir. Namun untuk mendapatkan capaian target, setiap kelompok
suara baik itu soprano, alto, tenor, dan bass, dilatih perdivisi untuk
menyanyikan lagu tersebut khususnya pada birama yang masih mengalami
permasalahan.
4) Pelaksanaa latihan keempat dilaksanakan pada tanggal 18 april 2012 yang
dimulai dengan melakukan pemanasan vokal dalam tangga nada kromatis,
metode ini digunakan pelatih untuk mengatasi permasalahan yang muncul
pada latihan ketiga. Pemanasan dengan menggunakan tangga nada kromatis
dipakai untuk melatih para peserta paduan suara dalam menyanyikan nada-
nada yang menggunakan tanda alterasi. Cara ini membawa sedikit kemajuan
bagi para peserta untuk menguasai nada-nada yang menggunakan tanda
alterasi, walaupun dampaknya bukan pada seluruh peserta namun beberapa
peserta dapat terbantu menguasai bagian-bagian melodi yang memakai tanda
alterasi. Setelah itu dilanjutkan dengan melatih peserta bernyanyi secara
bersamaan dengan tetap menggunakan solmisasi sesuai dengan kompetensi
dasar pada RPP IV dengan tahap melatih dua jenis suara bernyanyi bersama,
kemudian dilanjutkan dengan melatih seluruh jenis suara bernyanyi secara
bersamaan.
5) Proses latihan kelima dilaksanakan pada tanggal 20 April 2012. Pada proses
ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan teknik
head voice pada masing-masing suara sesuai dengan apa yang menjadi target
kompetensi dasar pada RPP V dan inti dari penelitian ini. Pada jenis suara
soprano pelatih menekankan dari nada a1 sampai nada g2 pada karya Felix
Mendelssohn ini sudah mulai menggunakan teknik head voice. Begitu pula
pada jenis suara alto, yaitu dari nada d1 sampai nada d2, tenor dari nada a
sampai g1 dan bass mulai dari nada bes sampai d1 sudah mulai menggunakan
teknik head voice.
6) Pertemuan kedua masih dengan kompotensi dasar bernyanyi dengan
menggunakan teknik head voice dilaksanakan pada tanggal 23 April 2012.
Pada proses kali ini pelatih memperbaiki setiap kekurangan pada tiap line
baik sopran, alto, tenor maupun bass secara menyeluruh. Setelah melakukan
proses perbaikan pada tiap line maka dilanjutkan dengan membawakan lagu
secara menyeluruh yang diulang beberapa kali untuk melihat sejauh mana
hasil yang dicapai setelah melakukan perbaikan-perbaikan pada tiap line
suara maupun secara menyeluruh. Pada proses ini juga pelatih menekankan
tanda-tanda baca dan dinamik yang tertulis didalam partitur tersebut untuk
mencapai hasil yang lebih baik dan mendekati apa yang diinginkan oleh
komposer karya tersebut.
7) Proses latihan ketujuh dilaksanakan pada tanggal 11 Mey 2012. Pada proses
ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan syair
sesuai dengan kompotensi dasar pada RPP VI yang dilaksanakan selama 2x
pertemuan. Pada tahap ini peserta cukup mengalami kesulitan dalam
menyanyikan lagu ini dengan menggunakan syair, hal ini dapat dilihat dengan
panjangnya melodi untuk menyelesaikan sebuah kata dan kalimat, bahkan
dalam satu suku kata terdapat enam nada dalam hitungan tujuh ketuk dengan
tempo andante2 sostenuto
3. Kesulitan ini dapat dilihat karena lambatnya
tempo yang dipakai dalam lagu ini sehingga memerlukan cukup banyak
persiapan udara didalam rongga dada dan perut untuk menyelesaikan frase-
frase tersebut dengan tepat. Selain pengaturan frase kendala juga terjadi
dalam melafalkan syair lagu. Dalam menangani permasalahan ini pelatih
memberikan latihan pernafasan kembali terutama untuk menyelesaikan frase-
frase dalam lagu ini dengan baik dan benar. Pada pertemuan kedua
dilaksanakan pada tanggal 16 mey 2012 pelatih lebih menekankan latihan
yang berulang-ulang pada tiap jenis suara untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dengan tetap melakukan tahap membaca syair dengan berdasarkan
frase dan dilanjutkan dengan bernyanyi menggunakan syair lagu.
2 Langkah santai, tempo dengan kecepatan antara 69-76 langkah setiap menit
3 Tekhnik permainan dengan menunda nada sesuai dengan nilai panjang suaranya, dimainkan
dengan cara bersambungan sehingga berkesan mendengung sambung menyambung.
8) Proses latihan terakhir sebagai final cek dilaksanakan pada tanggal 19 Juli
2012. Pada proses latihan ini merupakan proses refresh dimana latihan ini
terhenti dalam jangka waktu yang panjang karena menghadapi ujian akhir
semester yang mengharuskan proses latihan ini diistrahatkan guna
memberikan kesempatan pada anggota paduan suara dalam menghadapi ujian
akhir semester. Dalam proses ini, tentunya mangalami sedikit kesulitan dalam
pembawaan metode lagu. Namun setelah mengalami beberapa penegasan dan
pengulangan hal itu dapat teratasi. Pada proses ini juga pelatih menegaskan
bagaimana menggunakan teknik head voice yang benar dan menggunakan
pernafasan yang benar karena dalam lagu He That Shall Endure To The End
ini tingkat kesulitannya sangat tinggi. Hal ini mendapat pengakuan langsung
dari anggota paduan suara dimana lagu ini adalah lagu yang tergolong sulit
dan membutuhkan ekstra latihan dan keseriusan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Selain itu mereka mengakui dengan adanya proses latihan ini
mereka dapat mengetahui bagaimana teknik dalam menyanyikan lagu klasik
itu sendiri.
4.3 Hasil Penelitin
Pemberian materi belajar tentang teknik head voice dalam beberapa tahap
telah dilaksanakan pada beberapa pertemuan. Dalam proses pemberian materi
tentang penguasaan dasar-dasar solfegio masih kurang adanya partisipasi dari
beberapa peserta, ini dapat dilihat karena adanya beberapa peserta yang keluar
masuk kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hal inilah yng
menyebabkan kurangnya kepekaan nada pada masing-masing peserta, hanya
terdapat beberapa peserta saja yang sedikit mampu menguasai materi dasar-dasar
solfegio. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, pelatih lebih
menekankan latihan dasar solfegio ini dengan tahap dikte notasi.
Pada proses membaca notasi dalam partitur, terdapat beberapa peserta yang
dianggap belum mampu membaca, hal ini ditunjukkan adanya kesalahan pada saat
membaca sehingga beberapa peserta tersebut melakukan latihan membaca notasi
berulang-ulang, sampai mereka mampu membaca notasi yang terdapat dalam
partitur dan lebih dipermantap dengan latihan membaca nada per birama.
Ditambah lagi dengan pemahaman ritme pada partitur, yang menyebabkan pelatih
melakukan teori dikte pada saat proses latihan.
Pada materi bernyanyi secara berkelompok, mereka diperdengarkan karya
musik paduan suara. Ini dilakukan untuk memotivasi peserta dan memberitahukan
bahwa seperti inilah cara bernyanyi kelompok yang baik. Hal ini mendapatkan
hasil yang baik dari peserta, namun sebagian kecil belum mendapatkan
harmonisasi serta kekompakkan pada saat bernyanyi. Mengantisipasi masalah ini
pelatih melakukan latihan khusus pada setiap line suara secara berulang-ulang
kali. Setelah itu dilatih seluruh peserta dalam menyanyikan lagu secara
bersamaan.
Pada pemberian materi head voice, peserta diperdengarkan paduan suara yang
menyanyikan lagu “He That Shall Endure To The End”, hal ini masih dengan
tujuan yang sama yaitu, memotivasi peserta dalam pembelajaran teknik hed voice.
Setelah itu mereka diarahkan untuk melakukan warming-up mulai dari
menjangkau nada terendah sampai nada tertinggi dengan berbagai macam ritme
pada tangga nada F mayor. Pada proses latihan ini terdapat beberapa peserta yang
sulit untuk melakukan teknik ini, yaitu pada jenis suara tenor. Dimana mereka
kurang memahami bagaimana teknik penggunaan head voice ketika menemukan
range yang harus menggunakan teknik tersebut. Pelatih mengarahkan penggunaan
teknik ini dengan cara mengeluarkan suara kemudian diolah dan dirasakan pada
bagian kepala hingga menghasilkan suara yang runcing namun tetap berpower.
Masalah ini dapat teratasi, namun faktor kehadiran dari beberapa peserta yang
sedikit menghambat proses latihan karena berpengaruh pada saat latihan kedepan
berlangsung yang pada akhirnya jumlah peserta paduan suara ini semakin
menurun. Pada pertemuan kedua dari materi pembelajaran head voice, pelatih
meminta kesepakatan kepada peserta untuk mengantisipasi ketidak hadiran dari
sebagian peserta paduan suara, yang pada akhirnya menghasilkan kesepakatan
untuk beberapa peserta yang jarang hadir belum diikutsertakan dalam
pembelajaran ini. Peserta yang awalnya berjumlah 23 orang akhirnya tinggal
berjumlah 18 orang. Masing-masing pada jenis suara Soprano berjumlah 5 orang,
Alto 3 orang, Tenor 5 orang, dan Bass 5 orang. Hal ini tidak menurunkan
semangat daripada pelatih terlebih pada peserta, dengan melakukan pembelajaran
pada ke 18 orang ini, tentunya sudah menanamkan harapan bahwa mereka mampu
membagi pengalaman serta mengaplikasikannya pada saat bernyanyi.
Pada tahap bernyanyi dengan menggunakan syair sedikit mengalami
kesulitan, karena terdapat satu kata yang didalamnya terdapat beberapa nada
dalam hitungan enam sampai tujuh ketuk dengan tempo yang cukup lambat. Hal
ini tentu harus menerapkan latihan pernafasan yang maksimal dengan cara
melakukan posisi berdiri yang benar, kemudian menarik dan mengeluarkan nafas
seperti biasa dilakukan. Tunggu sejenak sampai ada keharusan untuk bernafas.
Saat itu perut akan mengerut dan mengecil. Lalu dilanjutkan dengan menarik
nafas dengan mulut tertutup melalui hidung. Carannya seperti mendengkus sebuah
bau yang tercium diudara. Ketika itu perut akan mengembang dan sisi badan
menjadi lebar. Peserta diminta untuk menahan posisi itu sebentar, kemudian
dikeluarkan dengan rileks. Kedua tangan menekan perut, kemudian mengambil
nafas dan dikeluarkan secara perlahan-lahan. Pada proses latihan pernafasan yang
demikian peserta menjadi lebih mudah dalam melakukan pelafalan dalam setiap
frase kalimat yang terdapat dalam lagu tersebut. Tidak hanya itu saja, syair ini
menggunakan bahasa asing yang membuat beberapa peserta sedikit kesulitan
dalam hal palafan. Namun setelah adanya latihan berulang-ulang kali serta
penegasan disetiap kalimat, menghasilkan perkembangn yang signifikan. Pada
proses latihan ini, pelatih mengarahkan peserta untuk membaca syair berdasarkan
frase, kemudian mulai bernyanyi dengan menggunakan syair lagu.
4.4 Aplikasi Teknik Head Voice dalam lagu “He That Shall Endure To The
End”
Head voice atau tekhnik bernyanyi dengan menggunakan suara kepala adalah
tekhnik bernyanyi yang dikembangkan pada komposisi-komposisi musik barat
baik dalam musik kerajaan maupun musik liturgi atau gereja dinegara-negara
Eropa. Berbeda dengan tekhnik bernyanyi dengan menggunakan suara asli,
tekhnik head voice memerlukan latihan khusus dan benar untuk dapat dikuasai
dengan baik dan benar. Selain untuk memperindah nyanyian tekhnik ini juga
memungkinkan seorang penyanyi dapat menjangkau nada-nada yang tinggi tanpa
kesulitan dan paksaan, tentunya tekhnik ini akan memiliki nilai kelemahan jika
digunakan pada musik jenis rock atau metal.
Lagu He That Shall Endure to The And adalah komposisi musik yang khusus
diciptakan untuk paduan suara dan dengan menggunakan tekhnik yang tinggi
sehingga membutuhkan latihan yang cukup serius untuk dapat membawakan
karya ini dengan baik. Lagu ini mengangkat masing-masing suara dalam peranan
yang penting dan saling terikat serta berpengaruh pada suara-suara yang lain,
keterikatan itu dapat dilihat pada kesan yang sambung-menyambung antara suara
yang satu dengan yang lain, sebagai contoh dapat dilihat pada potongan partitur
dibawah ini
Notasi 6:
Karakter sustenuto yang menimbulkan kesan sambung-menyambung
antara suara yang satu dan suara yang lain
Karakter lagu seperti ini cukup sulit untuk dikuasai karena masing-masing
suara berdiri dan berjalan masing-masing kecuali pada kalimat awal yaitu pada
dua birama pertama, namun setelah itu masing-masing suara berjalan masing-
masing baik dari segi rimtis dan melodi bahkan pada syair lagu itu sendiri.
Mengingat Felix Mandellshon adalah pengagum J.S Bach serta karya-karyanya
dapat dilihat pengaruh musik Bach pada karya tersebut dimana terdapat unsur
kontrapung4 yang cukup kuat.
Selain itu frasering yang panjang juga menjadikan lagu ini sangat sulit
dibawakan bila peserta paduan suara tidak dibekali dengan tekhnik pernafasan
yang baik untuk dapat mengatur frasering-frasering dalam lagu ini. Salah satu
frasering yang panjang tersebut dapat dilihat pada potongan partitur dibawah ini
Notasi 7: salah satu frase yang berdurasi panjang pada suara alto
Jika diperhatikan melodi diatas tidaklah tergolong panjang, namun karena
tempo yang digunakan adalah tempo yang lambat maka frase ini menjadi berat
diselesaikan dengan baik dan benar.
Menyanyikan keseluruhan kalimat lagu, tentu tidak semudah membaca
kalimat biasa. Hal ini karena selain membutuhkan pemahaman terhadap arti
kalimat yang harus diucapkan dengan jelas, bisa juga karena adanya gangguan-
gangguan lain yang timbul pada saat bernyanyi. Misalnya, terhadap tanda-tanda
dinamika atau hal lainnya yang harus dikerjakan bersamaan dengan pemenggalan
4 Kontrapung adalah komposisi musik yang disusun secara horizontal, yaitu melodi dengan melodi
(cantus firmus dan counterpoint) berdasarkan interval yang sudah diatur . Berbeda dengan
prinsip harmoni yang disusun berdasarkan tekhnik vertikal, dimana melodi pokok didampingi
oleh akord yang bersifat sebagai pengiring.
kalimat, seperti ketidakmahiran dalam pengambilan dan penggunaan nafas selama
bernyanyi.
1. Soprano
Pada birama pertama suara sopran mengawali lagu dengan menggunakan
tekhnik head voice sampai ketukan akhir birama kedua dengan dinamik piano
cresscendo kemudian decressendo dan diakhiri dengan dinamik panissimo,
pada birama ketiga diawali dengan nada f1 yang menggunakan suara asli
sampai nada g1 diketukan kedua, kemudian pada ketukan ketiga sampai
ketukan terakhir pada birama keempat menggunakan head voice.
Pada birama kelima di awali dengan nada a1 sampai pada nada f2 diketukan
terakhir pada birama keenam, semuanya menggunakan teknik head voice.
Selain itu terdapat beberapa contoh penggunaan teknik head voice dalam
lagu ini, yaitu :
Pada birama ke 13 dari ketukan pertama diawali dengan nada a1 sampai pada
birama ke 14 pada ketukan kedua menggunakan head voice, kemudian pada
ketukan ketiga kembali menggunakan suara asli dengan nada fis1 sampai
nada g1 diketukan terakhir dan ditahan sampai ketukan pertama pada birama
15. Kemudian diketukan kedua pada birama 15 kembali menggunakan teknik
head voice yang diawali dengan nada a1 sampai nada bes1 pada ketukan
terakhir dibirama 16.
Pada birama ke 17 sampai pada birama ke 18 seluruhnya menggunakan
teknik head voice, yang diawali dengan nada a1 pada ketukan pertama birama
17 sampai pada nada c2 diketukan terakhir pada birama 18.
Pada birama 36 sampai birama 37 kembali menggunakan suara asli yang
diakhiri dengan nada f1.
Penggunaan teknik head voice suara sopran pada lagu ini dimulai dari nada
a1 sampai nada g2.
2. Alto
Pada birama pertama sampai ketukan terakhir birama kedua menggunakan
teknik head voice. kemudian pada ketukan pertama dibirama ke 3 dengan nada
c1 menggunakan suara asli, dan pada ketukan ke 2 birama 3 sampai pada
ketukan pertama birama ke 4 menggunkan teknik head voice, lalu pada
ketukan ke 2 sampai ketukan terakhir pada birama ke 4 dengan nada c1
kembali menggunakan suara asli.
Namun pada birama ke 17 yang diawali dengan nada a1 sampai pada birama
ke 32 menggunakan teknik head voice dan pada pada birama ke 33 yang
diawali dengan nada d1 sampai pada birama ke 36 ketukan terakhir
menggunakan teknik head voice, kemudian dibirama 37 diakhiri dengan
menggunakan suara asli pada nada c1 dibirama terakhir.
Penggunaan teknik head voice suara alto pada lagu ini dimulai dari nada d1
sampai nada d2.
3. Tenor
Pada birama pertama suara tenor mengawali lagu ini dengan menggunakan
teknik head voice pada nada a diketukan pertama sampai pada birama ke 2
dengan nada bes. Selanjutnya pada ketukan ke 2 hingga ketukan terakhir
dibirama ke 2 menggunakan suara asli. Pada birama ke 3 sampai pada birama
ke 4 kembali menggunakan teknik head voice yang di akhiri dengan nada f1
pada ketukan terakhir.
Pada birama ke 34 ketukan ke 3 sampai birama terakhir menggunakan teknik
head voice.
Penggunaan teknik head voice suara tenor pada lagu ini dimulai dari nada a
sampai nada g1.
4. Bass
Pada birama pertama suara bass mengawali lagu ini dengan suara asli pada
ketukan pertama dengan nada f sampai pada birama ke 6 yang diakhiri
dengan nada d menggunakan suara asli.
Pada birama ke 8 ketukan ke 3 sampai pada birama ke 9 ketukan ke 3 masih
menggunakan suara asli, kemudian pada ketukan ke 4 dengan nada c1
dibirama 9 sampai pada birama 10 ketukan ke 2 menggunakan teknik head
voice. lalu pada ketukan ke 3 sampai dibirama 11 kembali menggunakan
suara asli.
Pada birama ke 35 sampai birama 27 suara bass mengakhiri lagu ini dengan
menggunakan suara asli.
Penggunaan teknik head voice suara bass pada lagu ini dimulai dari nada bes
sampai nada d1.
4.5 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembelajaran
4.5.1 Faktor Pendukung
1. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ekspositori, metode
demonstrasi, dan metode latihan. Metode ekspositori ini merupakan sebuah
strategi yang digunakan melalui penyampaian materi secara verbal dengan cara
berulang-ulang kepada setiap peserta dengan maksud agar peserta dapat
menguasai materi secara maksimal. Metode pembelajaran ekspositori ini juga
dianggap sangat efektif apabila materi pembelajaran yang harus dikuasai peserta
cukup luas namun ditunjang dengan waktu yang belajar yang terbatas. Metode
demonstrasi digunakan dengan cara menyajikan materi dengan memperagakan
dan mempertunjukkan pada peserta tentang cara bernyanyi dengan menggunakan
teknik head voice. Sedangkan metode latihan yaitu metode yang digunakan oleh
peserta dalam menangkap materi yang diberikan oleh pelatih dengan cara
melakukan latihan bernyanyi secara berulang-ulang sampai dapat menggunakan
teknik head voice dengan benar.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran ini adalah merupakan salah satu penunjang yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ini. Pada proses pembelajaran teknik head
voice ini menggunakan media berupa keyboard, dimana alat musik ini merupakan
media pengiring pada saat peserta menyanyikan lagu. Selain itu pelatih juga
menggunakan midi dan partitur sebagai acuan dalam menyanyikan materi lagu.
3. Bakat
Bakat musik yang dimiliki peserta menjadi faktor yang paling mendasar dalam
menentukan keberhasilan dan sangat mempengaruhi proses pembelajaran vokal.
4. Minat
Minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peserta belajar vokal.
Peserta yang tidak memilki bakat musik, namun mempunyai minat yang besar
dalam bidang musik dapat mengikuti pembelajaran vokal dengan baik meskipun
keberhasilan yang dicapai tidak maksimal.
4.5.2 Faktor Penghambat
1. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksaan proses latihan diadakan pada pukul 16.00 wita, waktu ini
akan efektif bila para peserta datang tepat waktu dan tidak ada jam perkuliahan.
2. Cuaca
Cuaca juga dapat mempengaruhi peserta dalam proses latihan. Contohnya
ketika hujan turun banyak peserta yang datang terlambat bahkan memilih untuk
tidak hadir, begitu juga ketika cuaca panas yang membuat peserta jadi malas
datang latihan.
3. Kesehatan
Keadaan kesehatan peserta termasuk faktor penting juga. Kondisi peserta
yang kurang sehat dapat mengurangi semangat dan konsentrasi dalam mengikuti
proses pembelajaran vokal.
4.6 Pembahasan
Objek pembelajaran ini adalah paduan suara mahasiswa Jurusan Pendididkan
Sendratasik berjumlah 23 orang yang terdiri atas jenis suara Soprano, Alto, Tenor,
dan Bass, jumlah peserta ini tidak bertahan sampai proses akhir pembelajaran,
pada akhir proses peserta tersisa 18 orang. Waktu pelaksanaannya dimulai pada
tanggal 28 Maret 2012 pada pukul 16.00 wita sampai 18.00 wita dengan jadwal 1
minggu 2x pertemuan sebanyak 8x latihan. Waktu pelaksanaan pembelajaran ini
tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana awal, hal ini terjadi karena banyaknya
kegiatan jurusan yang melibatkan peserta sehingga dilakukan penundaan proses
pembelajaran sampai kegiatan jurusan selesai dilaksanakan. Proses pembelajaran
ini dilaksanakan di laboratorium musik Jurusan Pendidikan Sendratasik.
Pertemuan pertama adalah pemberian materi dasar-dasar solfegio dengan cara
menirukan nada dengan solmisasi, dan peserta akan diminta untuk menirukan
ritme yang dituliskan melalui notasi. Pertemuan kedua adalah pemberian materi
tentang membaca notasi. Untuk pertemuan ketiga pembelajarannya berupa
praktek menyanyikan lagu dengan menggunakan solmisasi, tujuannya agar peserta
mampu mengenali notasi yang ada dalam partitur. Pada pertemuan keempat
pemberian materi berupa latihan bernyanyi secara berkelompok yang bertujuan
untuk melatih kekompakkan dan keharmonisasian suara pada saat menyanyikan
lagu. Pada pertemuan kelima dan keenam peserta mulai diarahkan dalam
pembelajaran teknik head voice dengan tujuan agar peserta mampu menguasai
teknik head voice. Pada pertemuan ketujuh dan kedelapan, peneliti mulai
mengarahkan peserta pada pembelajaran berupa bernyanyi dengan menggunakan
syair lagu dengan beberapa tahap yaitu latihan pernafasan, membaca syair
berdasarkan frase, menyanyikan lagu dengan menggunakan syair, setelah itu
peserta dilatih menggunakan iringan musik. Pada proses pelaksanaan
pembelajaran akan digunakan beberapa media sebagai alat bantu pada saat
pembelajaran, media yang digunakan berupa partitur lagu, keyboard, dan midi.
Latihan pertama dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 Maret 2012. pada
pertemuan pertama ini dilakukan pengenalan materi paduan suara klasik pada
seluruh peserta yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan apresiasi
kepada peserta tentang komposisi musik paduan suara standar serta melakukan
warming-up atau pemanasan pada seluruh peserta. Proses latihan ke dua
dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012. Pada proses latihan kedua ini, masing-
masing suara diarahkan pada pemantapan membaca notasi pada masing-masing
suara. Proses latihan ketiga dilaksanakan pada Hari jumat tanggal 13 april 2012.
Pada proses latihan ini berpusat pada ketepatan nada dengan cara melatih dua
suara bernyanyi secara bersamaan (soprano dengan alto dan tenor dengan bass)
yang bertujuan untuk melatih konsentrasi masing-masing suara saat bernyanyi
dengan tetap menggunakan solmisasi. Proses latihan keempat dilaksanakan pada
tanggal 18 april 2012 yang dimulai dengan melakukan pemanasan vokal dalam
tangga nada kromatis, metode ini digunakan pelatih untuk mengatasi
permasalahan yang muncul pada latihan ketiga. Pemanasan dengan menggunakan
tangga nada kromatis dipakai untuk melatih para peserta paduan suara dalam
menyanyikan nada-nada yang menggunakan tanda alterasi. Proses latihan
penguasaan head voice dilaksanakan pada tanggal 20-23 April 2012. Pada proses
ini pelatih mengarahkan peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan teknik
head voice pada masing-masing suara.
Proses latihan ketujuh dengan materi bernyanyi dengan menggunakan syair
dilaksanakan pada tanggal 11-16 Mey 2012. Pada proses ini pelatih mengarahkan
peserta untuk bernyanyi dengan menggunakan syair. Pada akhir pertemuan pelatih
memperbaiki setiap kekurangan pada tiap line baik sopran, alto, tenor maupun
bass secara menyeluruh. Setelah melakukan proses perbaikan pada tiap line maka
dilanjutkan dengan membawakan lagu secara menyeluruh yang diulang beberapa
kali untuk melihat sejauh mana hasil yang dicapai setelah melakukan perbaikan-
perbaikan pada tiap line suara maupun secara menyeluruh. Proses latihan terakhir
dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2012. Pada proses latihan kedelapan ini
merupakan proses refresh dimana latihan ini terhenti dalam jangka waktu yang
panjang karena menghadapi ujian akhir semester yang mengharuskan proses
latihan ini diistrahatkan guna memberikan kesempatan pada anggota paduan suara
dalam menghadapi ujian akhir semester.
Pemberian materi belajar tentang teknik head voice dalam beberapa tahap
telah dilaksanakan pada beberapa pertemuan. Kurangnya partisipasi peserta dalam
pemberian materi solfegio menyebabkan lemahnya kepekaan tehadap nada. Hanya
terdapat beberapa peserta saja yang sedikit mampu menguasai materi dasar-dasar
solfegio. Pada proses membaca partitur terdapat beberapa peserta yang belum
mampu membaca partitur dengan baik sehingga dilakukan latihan membaca notasi
berulang-ulang sampai mereka mampu membaca notasi yang terdapat dalam
partitur. Pada tahap ini diperdengarkan audio lagu tersebut untuk membantu
pemahaman peserta dalam menyanyikan karya ini.
Setelah itu mereka diarahkan untuk melakukan warming-up. Untuk
mendapatkan hasil yang signifikan, pada tahap pemanasan lebih ditingkatkan.
Dilakukan pemanasan pada tangga nada F mayor dengan phasase mulai dari ½,
kemudian naik menjadi ¼, meningkat menjadi 1/8 dan akhirnya sampai pada 1/16
sepanjang 1 oktaf dalam bentuk naik maupun turun, kemudian dilakukan
pemanasan tangga nada F major dengan phasase triol 1 oktaf naik dan turun.
Selain itu dilakukan pemanasan dengan berbagai macam pola ritme dari berbagai
macam nada dasar. Hal ini dilakukan untuk mencapai kelenturan suara pada
seluruh peserta.
Pada proses latihan menggunakan teknik head voice ini terdapat beberapa
peserta yang sulit untuk melakukan teknik ini, yaitu pada jenis suara tenor. Pelatih
mengarahkan pemakaian teknik head voice dilakukan dengan cara menggunakan
resonansi kepala untuk menghasilkan suara, penggunaan teknik ini menekankan
nada yang dikeluarkan dengan power. Semakin tinggi nada yang di jangkau maka
suara makin mengeluarkan power. Suara dihasilkan dengan cara menurunkan pilar
tenggorokan dengan sempurna, kemudian titik yang paling lembut dari langit-
langit mulut posisinya berada dibelakang hidung. Ketika suara diangkat lebih
tinggi yang tampaknya hampir menuju kepala dalam posisi tertinggi, maka olah
diatas kepala hingga menghasilkan suara yang bentuknya tebal dan tinggi.
Masalah ini dapat teratasi, namun faktor kehadiran dari beberapa peserta yang
sedikit menghambat proses latihan karena berpengaruh pada saat latihan kedepan
berlangsung yang pada akhirnya jumlah peserta paduan suara ini semakin
menurun. Peserta yang awalnya berjumlah 23 orang akhirnya tinggal berjumlah
18 orang. Masing-masing pada jenis suara Soprano berjumlah 5 orang, Alto 3
orang, Tenor 5 orang, dan Bass 5 orang.
Pada tahap bernyanyi dengan menggunakan syair sedikit mengalami
kesulitan, Lagu ini mempunyai tempo yang cukup lambat sehingga memerlukan
cukup banyak persiapan udara didalam rongga dada dan perut untuk
menyelesaikan setiap frase dengan tepat. Hal ini dapat dilihat dari panjang melodi
dalam menyelesaikan sebuah kata dan kalimat dalam lagu “He That Shall Endure
To The End”, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa dalam satu kata terdapat
enam nada dalam hitungan tujuh ketuk dengan tempo yang begitu lambat. Tahap
yang ditempuh untuk menangani permasalahan ini, dilakukan adanya latihan
pernafasan. Selain latihan pernafasan tahap yang dilakukan yaitu adanya tahap
Frashering yaitu upaya menyanyikan kalimat dengan utuh. Frashering dilakukan
dengan memenggal kalimat lagu menjadi bagian yang lebih pendek tanpa harus
mengurangi makna dari kalimat tersebut. Sehingga upaya untuk mengungkapkan
suatu lagu dapat lebih mendekati kebenaran yang terkandung didalamnya, sesuai
dengan pesan lagu tersebut. Hal ini menghasilkan perkembangan yang signifikan,
dimana para peserta mampu membawakan lagu kalsik ini dengan baik dan benar.
Adapun aplikasi head voice yang digunakan dalam lagu “He That Shall Endure
To The End” tidak hanya digunakan pada jenis suara soprano dan alto, namun
semua jenis suara ini melakukan teknik head voice. Pada jenis suara soprano,
penggunaan teknik head voice dimulai dari nada a1 sampai nada b2. Pada jenis
suara alto, teknik head voice ini digunakan mulai dari nada d1 sampai nada d2.
Kemudian pada jenis suara tenor, penggunaanya mulai dari nada a sampai nada
g1. Sedangkan pada jenis suara bass teknik head voice mulai digunakan mulai
dari nada bes sampai nada d1.
Dalam pembelajaran ini tentunya terdapat faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat selama pembelajaran berlangsung, dimana selama proses latihan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi lancarnya proses pembelajaran yaitu metode
pembelajaran, media pembelajaran, bakat dan minat peserta. Metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran teknik head voice ini adalah
metode pembelajaran ekspositori. Model pembelajaran ini adalah cara pendekatan
yang ditinjau dari interaksi guru dengan peserta didik. Dalam pendekatan ini,
semata-mata peserta tinggal menerima dan mencerna apa yang disajikan oleh
pelatih. Dimana pelatih telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistematis
sehingga dapat menerima dengan mudah. Kemudian metode pembelajaran
domonstrasi digunakan untuk memperagakan dan mempraktekkan tentang suatu
proses yang terkait dengan materi pelajaran yang dipelajari dengan tujuan
menyajikan pelajaran dengan lebih konkret sehingga materi pelajaran yang
disampaikan akan lebih berkesan bagi peserta dan membentuk pemahaman yang
mendalam dan sempurna. Sedangakan metode latihan digunakan untuk
mempermantap peserta dalam proses pembelajaran khususnya pada penguasaan
teknik head voice.
Media pembelajaran juga merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran ini, dimana selama proses latihan berlangsung ditunjang dengan
beberapa media yang mendukung daripada proses pembelajaran teknik head
voice. Selain metode dan media pembelajaran, minat dan bakat juga adalah
sesuatu yang mendorong adanya keberhasilan proses pembelajaran ini. Namun
tentunya ada beberapa aspek yang menghambat selama proses latihan
berlangsung, diantaranya waktu pelaksanaan latihan yang pada akhinya
mempengaruhi ketidakhadiran daripada peserta paduan suara. Kemudian cuaca
dan kesehatan yang sudah tentu menghalangi dan menghambat proses
pembelajaran. Hal inilah yang menjadi masalah dalam proses pelaksanaan
pembelajaran karena selain dapat menghambat proses latihan, juga dapat
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.