Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
24
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum
4.1.1 Biofisik
Lokasi Tapak
Kawasan perencanaan agrowisata pada penelitian ini berada di lereng
Gunung Sindoro tepatnya di Desa Tlahab, Kecamatan Kledung, Kabupaten
Temanggung dengan ketinggian 1200-2400 m diatas permukaan laut (m dpl).
Secara geografis Desa Tlahab terletak pada koordinat 7◦19’20.87” LS -
7◦20’20.87” LS dan 109◦59’59.82” BT - 110◦3’16.16 LS” dengan luas wilayah
sebesar 400 Ha (Kledung Dalam Angka, 2017).
Tapak pada kawasan perencanaan agrowisata di Desa Tlahab memiliki
sumber daya alam pertanian dan pegunungan yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai agrowisata. Tapak pada kawasan merupakan daerah
penghasil sayuran dataran tinggi serta tanaman perkebunan khususnya kopi
arabika. Batas wilayah Desa Tlahab adalah:
Sebelah Barat : Desa Kledung, Kecamatan Kledung
Sebelah Utara : Desa Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung
Sebelah Timur : Desa Canggal, Kecamatan Kledung
Sebelah Selatan : Desa Batursari, Kecamatan Kledung
Gambar 3. Lokasi Desa Tlahab (Sumber: Bappeda, 2015)
25
Topografi Tapak
Tapak pada kawasan perencanaan agrowisata berada pada ketinggian ± 1200 -
2400 m dpl dengan kondisi kelerengan lahan yang beragam. Kelerengan yang
bervariasi pada tapak memberikan kesan dinamis serta memberikan potensi view
menarik bagi wisatawan.
Tapak pada kawasan perencanaan agrowisata Desa Tlahab memiliki kelas
kelerengan yang beragam, mulai dari landai hingga curam. Menurut Sarwono H dan
Widiatmaka (2011), lahan dengan kemiringan 25 – 45% memiliki pengaruh gravitasi
yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng agak curam (15 – 25
%) dan landai (8-15%). Semakin curam lereng maka akan menimbulkan erosi yang
semakin besar. Peta ketinggian dan peta kelerengan dapat dilihat pada gambar 4 dan
gambar 5.
Gambar 4. Peta Ketinggian Lahan Desa Tlahab
26
Gambar 5. Peta Kelerengan
Tanah (Jenis Tanah)
Desa Tlahab memiliki jenis tanah regosol coklat kelabuan. Jenis tanah regosol
merupakan jenis tanah muda yang berasal dari pelapukan material vulkanik (abu
vulkanik). Umumnya tanah jenis regosol memiliki pH antara 5-7 dengan kandungan
bahan organik dan hara tersedia yang relatif rendah. Namun menurut Mega dkk.
(2010) warna tanah yang cenderung gelap (kelabu) menunjukan tingginya kandungan
bahan organik yang sudah stabil, sementara warna kemerahan menunjukan bahwa
tanah memiliki drainase dan aerasi yang baik.
Menurut Rizqianingtyas (2017) tanah regosol merupakan tanah yang cukup
subur untuk budidaya tanaman hortikultura dan desa yang sebagian besar
masyarakatnya bergerak di bidang pertanian menjadikan daerah kawasan dengan
jenis tanah regosol memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pertanian untuk
kegiatan agrowisata. Berdasarkan hasil survey, lahan pertanian kawasan calon
agrowisata Desa Tlahab dapat ditumbuhi jenis tanaman sayur dan hortikultura serta
tanaman perkebunan. Budidaya tanaman sayur dan hortikultura yang dapat tumbuh
dilahan pertanian Desa Tlahab antara lain sawi, kubis, cabai, buncis, tomat, bawang
27
daun, koro merah, dan jagung, sedangkan budidaya tanaman perkebunan seperti kopi
arabika dan tembakau cocok dibudidayakan di lahan pertanian Desa Tlahab.
Gambar 6. Peta Jenis Tanah
Iklim (Curah Hujan dan Suhu)
Secara garis besar desa – desa yang berada dalam Kecamatan Kledung
memiliki suhu udara berkisar 18◦C – 25◦C dengan curah hujan mencapai 2200
mm/tahun dan kelembaban udara (RH) adalah 68% (Kledung Dalam Angka, 2016).
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) (1993) mengenai kelembaban udara (RH)
tingkat kelembaban udara untuk kenyamanan termal manusia adalah 40% – 70%.
Sehingga Desa Tlahab yang termasuk dalam wilayah Kledung berada dalam rentang
tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, suhu udara di Desa Tlahab sebagian besar
terbilang dingin dengan suhu udara < 20◦C dan suhu udara 20,5◦C – 22.8◦C terbilang
sejuk. Menurut Lipsmeier (1994) beberapa penelitian yang membuktikan batas
kenyamanan (dalam Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda tergantung kepada lokasi
geografis dan subyek manusia (suku bangsa), di Indonesia batas kenyamanan
manusia adalah 20°C - 26°C TE. Peta suhu dan curah hujan Desa Tlahab dapat
dilihat pada gambar 7 dan 8.
28
Gambar 7. Peta Suhu
Gambar 8. Peta Curah Hujan
29
Hidrologi
Keadaan hidrologi Desa Tlahab menunjukkan bahwa beberapa sungai
cukup besar dimanfaatkan penduduk untuk kegiatan pertanian dan keperluan
sehari-hari. Saluran air di Desa Tlahab bersumber dari sungai dan anak sungai di
sekitar desa. Secara umum, air sudah didistribusikan dengan baik untuk kebutuhan
lahan pertanian maupun kebutuhan masyarakat setempat. 918 Rumah Tangga
(RT) yang ada menggunakan sumber air dari sungai tersebut (BPS Kabupaten
Temanggung, 2017).
DAS (Daerah Aliran Air) Desa Tlahab adalah DAS Progo. Beberapa sungai
yang melintasi Desa Tlahab adalah sungai Aluwadas, Galeh, dan sungai Kaliboto.
Tapak pada perencanaan agrowisata hingga saat ini tidak mengalami banjir
maupun genangan
Gambar 9. Peta Aliran Sungai Desa Tlahab
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi (Jaringan Jalan)
Kawasan perencanaan agrowisata di Desa Tlahab memiliki akses masuk
yang dapat dengan mudah dijumpai melalui jalur jalan utama (Jalan Raya
Wonosobo – Magelang). Kawasan perencanaan agrowisata Desa Tlahab memiliki
30
letak yang strategis karena berada di jalur yang menghubungkan kota Wonosobo
dan Yogyakarta, sehingga sangat mudah dicapai baik menggunakan kendaraan
pribadi maupun transportasi umum, sehingga terdapat dua akses masuk untuk
mencapai lokasi agrowisata, yaitu dari arah Wonosobo dan arah dari Yogyakarta.
Kawasan agrowisata ini memiliki jarak tempuh ± 55 km dari Kota Wonosobo dan
± 84 km dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Smith (1989) mengemukakan bahwa akses dari jalan utama menuju
kawasan wisata harus cukup dekat, atau berkisar antara 1-2 km. Hal ini untuk
memudahkan pengunjung menjangkau kawasan wisata. Jarak dari kedua akses
jalan utama (Jalan Raya Wonosobo - Magelang) menuju tapak cukup dekat yaitu
±10 m – 1km. Akses menuju tapak cukup mudah, jalan utama sudah diaspal
dengan lebar jalan 7 – 8,5 m dengan akses menuju tapak dengan lebar 6.72 m.
Menurut standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (2009)
lebar kendaraan mobil yaitu 2.1 m dan bus 2.4 m, sehingga untuk jalan dua lajur
minimal ± 7 m. Artinya jalan utama sudah sesuai dengan standar. Akses jalan
menuju kawasan terdapat tikungan majemuk balik arah sehingga jalan berkelok-
kelok, sementara itu sirkulasi di dalam tapak yaitu pada lokasi pemukiman masih
berupa jalan setapak dengan lebar ± 5 m. Sehingga, perlu memperbanyak rambu-
rambu peringatan disepanjang jalan dan pembuatan jalur sirkulasi dalam tapak
yang lebih memadai untuk kegiatan wisata.
Akses masuk dalam tapak atau jalur sekunder (jalan wisata Posong)
berupa jalan kerikil dengan lebar 3.5 - 5 m untuk menuju lahan pertanian.
Pencapaian lokasi pada akses masuk dalam lahan pertanian dapat di tempuh
dengan jalan kaki, kendaraan pribadi dan ojek. Jenis kendaraan ini melalui jalur
yang sama di dalam kawasan, sehingga tidak terdapat pemisahan jalur antara
wisatawan dan masyarakat. Akses masuk pada penelitian ini terdiri atas jalan
aspal untuk akses utama dan jalan kerikil dengan lebar 5 meter untuk lokasi
menuju ladang pertanian dan pemukiman masyarakat. Peta Jaringan Jalan Desa
Tlahab terdapat pada gambar 10.
Transportasi menjadi salah satu komponen penting dalam sistem wisata,
transportasi menjadi penghubung antara pengunjung dan kawasan wisata. Oleh
karena itu, dalam merencanakan suatu wisata perlu mempertimbangkan moda
31
transportasi untuk mengurangi friksi. Ketersediaan transportasi menjadi salah satu
komponen penawaran wisata yang perlu diperhatikan (Gunn, 1994). Jenis
transportasi yang melintasi kawasan berupa mobil, sepeda motor, bus antar kota,
angkutan umum dan ojek. Banyaknya jenis transportasi dan angkutan umum yang
melintasi kawasan membuat wisatawan semakin mudah untuk menuju tapak.
Gambar 10. Peta Jaringan Jalan
Penggunaan Lahan
Keragaman pola penggunaan lahan di Desa Tlahab merupakan potensi
sebagai penunjang view agrowisata. Proporsi terbesar dari penggunaan lahan
ditempati oleh lahan pertanian dengan luas 312 Ha. Bila dilihat dari pola
penggunaan lahan pada tapak, lahan pertanian yang luas di dominasi oleh tanaman
perkebunan dan tanaman sayuran.
Penggunaan lahan didistribusikan sebanyak 78% di sebelah Barat dan
Selatan adalah lahan pertanian dan sisanya 22% adalah pemukiman penduduk
yang terpusat di sebelah Timur. Proposi terbesar berupa lahan pertanian saat ini
digunakan oleh warga Desa Tlahab untuk kegiatan produksi pertanian. Peta
penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar 11.
32
Gambar 11. Peta Penggunaan Lahan
Vegetasi (Tanaman Budidaya) dan Satwa (Ternak)
Vegetasi berupa tanaman budidaya di Desa Tlahab cukup beragam dengan
luasan tapak atau lahan budidaya yaitu 312 Ha.
Jenis tanaman budidaya yang dapat ditemui di tapak adalah tanaman sayur
dan hortikultura antara lain jagung, bawang, cabai, sawi, kubis, bunga kol dan
brokoli yang ditanam dengan pola tumpang sari. Presentase hasil produksi panen
Desa Tlahab dapat dilihat pada grafik gambar 12.
Gambar 12. Hasil Produksi Panen (Sumber: Kledung Dalam Angka, 2015)
33
Kopi merupakan tanaman yang selalu ada pada tiap tahunnya dan terletak
di setiap lahan pertanian warga disepanjang areal pertanian sebelah Barat,
sehingga daya tarik wisata dapat dikembangkan dengan kegiatan wisata panen
kopi. Jenis tanaman kopi yang dibudidayakan di Desa Tlahab adalah kopi Arabika
yang mempunyai daya saing dan merupakan produk ekspor Kabupaten
Temanggung.
Jenis ternak yang banyak dimiliki oleh warga Desa Tlahab adalah
kambing/ domba yaitu sebanyak 84,19% (BPS Kabupaten Temanggung). Satwa
berupa ternak yang dimiliki oleh warga saat ini dikelola oleh warga Desa Tlahab
sendiri-sendiri. Keberadaan pemukiman masyarakat Desa Tlahab yang terpusat
membuat budidaya ternak yang dilakukan saat ini berada dalam kawasan
pemukiman penduduk. Sedangkan satwa ternak kambing banyak di temui pada
lingkungan Desa Tlahab RT 02.
Gambar 13. Persentase Banyaknya Ternak yang Dibudidayakan Masyarakat Desa
Tlahab (Sumber: Hasil Kuesioner Persepsi dan Preferensi Masyarakat)
34
Tabel 2. Analisis Potensi dan Kendala Aspek Biofisik
No Aspek Data Standar Analisis
Potensi Kendala
1. Lokasi 7◦19’20.87”LS -
7◦20’20.87”LS dan
109◦59’59.82” BT -
110◦3’16.16”BT
Jalan dan Transportasi yang lancar dan
mudah di jangkau.
Sumber: PMB-LIPI (2006:339)
Lokasi tapak strategis
di jalur perlintasan
wisata Wonosobo
(Dieng) -Yogyakarta
(Borobudur)
2. Topografi Topografi
pegunungan dengan
kelerengan 8%-45%
No Kelerengan Keterangan Topografi pegunungan
dengan pemandangan
view yang khas
Terdapat lokasi dengan
kelerengan yang curam 1
2
3
4
5
0 – 8 %
8 – 15 %
15% - 25%
25% - 45%
>45%
Datar
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Sumber: Keppres No. 32/1990
3. Tanah Jenis tanah regosol
cokelat kelabuan
Memiliki sumberdaya lahan dengan
agroklimat yang sesuai untuk
mengembangkan komoditi pertanian
yang akan dijadikan komoditi
unggulan.
Sumber: Bappenas (2004)
Cocok untuk budidaya
tanaman sayur, pangan,
dan perkebunan
Tanah mudah longsor
4. Iklim Suhu udara 18◦C -
22◦C dengan Curah
hujan 2200
mm/tahun dan RH
68%
1. Iklim Iklim sejuk Sebagian besar lokasi
memiliki suhu udara
yang rendah (dingin)
Cuaca sering tak
menentu (tiba-tiba
mendung/hujan)
No Temperatur Efektif
(TE)
Keterangan
1
2
3
4
>20.5oC
20.5oC - 22.8oC
22.8oC - 25.8 oC
25.8oC - 27.1 oC
Dingin
Sejuk
Nyaman
Hangat
Sumber: Lippsmeier (1994)
35
No Aspek Data Standar Analisis
Potensi Kendala
2. Kelembaban (RH)
Kenyamanan termal manusia 40% -
70%
Sumber: SNI (1993)
5. Hidrologi Terletak pada
Daerah Aliran
Sungai (DAS)
Progo.
Tersedianya utilities dan sumber air
yang mencukupi.
Sumber: Yoeti (1996:186)
Sumber air cukup
memadai dan sudah
didistribusikan dengan
baik dan tidak
terdapat banjir
Sumber air minum
berasal dari mata air
6. Aksesibilitas
dan Sistem
Transportasi
Kelas jalan
merupakan jalan
sedang dan terdapat
tikungan majemuk
balik arah.
1. Aksesibilitas
Lebar jalan utama minimal 7
meter
Jalan aspal
Sumber: DPU (2009)
Jalan utama sudah
aspal dan dalam
kondisi baik,
dilakukan perbaikan
secara berkala
Jalan berkelok-kelok
dan banyak tikungan
tajam
Jenis transportasi
pada kawasan
berupa mobil,
sepeda motor, bus
antar kota, angkutan
umum dan ojek.
Banyak angkutan
umum yang melintasi
tapak
Belum tersedia
pedestrian
Jalan raya berbatasan
langsung dengan parit
dan langsung
bersentuhan dengan
pemukiman
Jauh dari terminal
Kurangnya penerangan
dimalam hari
Kurang pengarah dan
rambu peringatan
36
No Aspek Data Standar Analisis
Potensi Kendala
7. Penggunaan
Lahan Luas Desa Tlahab
400 Ha.
Penggunaan lahan
pertanian dengan
luasan 312 Ha.
Sisi Utara: Rumah
warga
Sisi Timur: Lahan
Pertanian
Sisi Selatan: Lahan
Pertanian
Sisi Barat: Lahan
Pertanian
Desa Tlahab
didominasi oleh lahan
pertanian dan
perkebunan
Lahan baru digunakan
untuk kegiatan
produksi pertanian
belum pada kegiatan
wisata Pemukiman penduduk
terpusat di sekitar
jalan utama
8. Pertanian dan
Ternak
Tanaman Budidaya
meliputi:
Tanaman Sayur:
Tomat, Cabai,
Kobis, Wortel,
Brokoli, Bunga Kol,
dan Bawang
Tanaman Pangan:
Jagung
Tanaman
Perkebunan: Kopi
dan Tembakau
1. Pertanian
Dataran rendah dan dataran tinggi,
dengan tekstur lahan yang datar –
landau, memiliki sarana pengairan
(irigasi) atau sumber air yang
memadai.
Sumber: Bappenas (2004)
Tapak cukup luas
dengan hasil pertanian
yang beragam
Kopi arabika Desa
Tlahab dikenal dunia
Belum dimanfaatkan
untuk kegiatan wisata
Budidaya Ternak
meliputi:
Domba/kambing,
sapi, ayam, ikan,
2. Ternak
Dekat kawasan pertanian,
perkebunan dan kehutanan,
dengan sistem sanitasi yang
Sebagian besar
masyarakat
mempunyai ternak
Ternak berada dalam
pemukiman warga.
37
No Aspek Data Standar Analisis
Potensi Kendala
kelinci. memadai.
Lokasi tidak boleh berada
dipermukiman.
Sumber: Bappenas (2004)
38
4.2. Sosial dan Budaya
4.2.1 Kependudukan
Jumlah penduduk masyarakat Desa Tlahab adalah 3322 penduduk dengan 918
KK (Kartu Keluarga) dan 77% warga Desa Tlahab bermata pencaharian sebagai
petani dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah jenjang Sekolah Dasar (SD)
(BPS Kabupaten Temanggung, 2017). Sektor pertanian merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat Desa Tlahab, masyarakat masih menggunakan model pertanian
tradisional dalam budidaya tanaman. Berbagai jenis tanaman budidaya tumbuh di
Desa Tlahab dengan subur, namun pertanian yang ada saat ini belum digunakan untuk
kegiatan wisata. Data kependudukan masyarakat Desa Tlahab terdapat pada lampiran.
Saat ini masyarakat Desa Tlahab sudah membentuk kelompok sadar wisata
(Pokdarwis) Sendang Arum bersama dengan komunitas Jogorekso. Masyarakat ikut
berperan aktif dalam kegiatan Pokdawis baik dari kalangan orang tua, remaja hingga
anak-anak. Berbagai kegiatan pelatihan ditujukan untuk berkembangnya masyarakat
Desa Tlahab dalam kesiapan menyambut wisata baru di Desa Tlahab, salah satunya
yaitu belajar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang bahasa
asing khususnya bahasa Inggris untuk antisipasi datangnya wisatawan mancanegara
yang hendak berkunjung ke Desa Tlahab.
Tabel 3. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendidikan di Desa Tlahab
Jumlah Penduduk Desa Tlahab
No Jenis Kelamin Jumlah
Laki – laki Wanita
1 1678 1644 3322
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Tlahab
2 Tamat
Universitas
Tamat
Akademi
Tamat
SLTA
Tamat
SLTP
Tamat SD Tidak / Belum
Sekolah
11 8 129 279 1273 1622
Sumber: BPS Kabupaten Temanggung 2017
4.2.2 Seni dan Budaya Masyarakat
Desa Tlahab kaya akan seni dan budaya yang masih dilestarikan hingga kini
oleh masyarakat setempat. Jenis seni budaya yang masih dibudayakan di Desa Tlahab
sebagai jamuan para tamu atau wisatawan antara lain kuda lumping, tari sekar
39
gadung, rebana, dan warok. Saat ini Desa Tlahab belum mempunyai tempat khusus
untuk menampilkan pertunjukan seni, kegiatan kesenian tersebut saat masih dilakukan
di Balai Desa Tlahab.
Sedangkan budaya setempat yang masih dilakukan hingga saat ini adalah
Nyadran, Trah Aji, Wiwitan, Nyecel, Pamiwahan, Tenongan, dan Ngemu air.
Sebagian besar budaya tersebut dilakukan pada saat menjelang musim tanam
tembakau, menjelang panen dan setelah panen tembakau, upacara budaya tersebut
dilakukan sebagai puji syukur kepada Tuhan.
Aktivitas pertanian dan kesenian masyarakat setempat dapat menjadi
rangkaian kegiatan agrowisata Desa Tlahab. Aktivitas seni dan budaya jika dapat
dikemas dengan baik akan menjadi atraksi wisata berupa pertunjukkan dan menjadi
daya tarik bagi wisatawan. Berikut adalah beberapa dokumentasi kegiatan seni dan
budaya masyarakat Desa Tlahab
Gambar 14. Tari Sekar Gadung
Sumber: Instagram Desa Tlahab
Gambar 15. Warok
Sumber: Instagram Desa Tlahab
Gambar 16. Latihan Alat Musik
Tradisional
Sumber: Instagram Desa Tlahab
Gambar 17. Latihan Oleh Pemuda Desa
Tlahab
Sumber: Instagram Desa Tlahab
40
Gambar 18. Trah Aji
Sumber: Instagram Desa Tlahab
Gambar 19: Nyadran
Sumber: Instagram Desa Tlahab
4.2.3 Perilaku (Pola Tanam dan Kalender Tanam)
Mayoritas warga Desa Tlahab berprofesi sebagai petani. Salah satu jenis
komoditas unggulan Desa Tlahab adalah tanaman perkebunan berupa kopi dan
tembakau. Kopi Desa Tlahab mempunyai daya saing tinggi dan merupakan salah satu
komoditas ekspor Kabupaten Temanggung. Jenis kopi yang dibudidayakan di Desa
Tlahab adalah Kopi Arabika.
Masyarakat Desa Tlahab sebagian besar menggunakan pola tanam yang
disebut dengan Pola Tlahab yaitu mengkombinasikan jenis tanaman dengan tanaman
utama kopi arabika dan tumpang sari dengan jenis tanaman lainnya baik tanaman
sayur maupun tanaman pangan seperti jagung. Kegiaatan budidaya pertanian di Desa
Tlahab tersebar dari Selatan, Barat dan Utara dengan jenis tanaman yang beragam
namun 92% masyarakat menggunakan pola tanam yang sama yaitu Pola Tlahab.
Gambar 20. Pola Tlahab (Sumber: Kuswanto, 2018)
41
Budidaya Tanaman di Desa Tlahab sebagian besar menggunakan pola tlahab.
Dengan menggunakan pola tlahab ini petani dapat menambah penghasilan karena
dalam 1 tahun dapat memanen empat komoditas yaitu:
Pada musim tanam pertama bulan Januari – April petani dapat panen tanaman
pangan/hortikukura.
Pada musim tanam kedua bulan Mei – September petani panen tembakau.
Pada musim tanam ketiga bulan September – Desember petani panen
hotikultura.
Pada bulan April – Juli petani panen kopi arabika.
Pola tanam dan kalender tanam masyarakat Desa Tlahab dapat di lihat pada gambar
21 dan tabel 4.
42
Gambar 21. Pola Tanam Masyarakat Desa Tlahab
4
43
Tabel 5. Analisis Potensi dan Kendala Kependudukan, Seni dan Budaya
Masyarakat
No Data Analisis
Potensi Kendala
1. Kependudukan Jumlah penduduk
3322 dengan 918
KK
Mayoritas
masyarakat
berprofesi
sebagai petani.
Membentuk
kelompok sadar
wisata
(POKDARWIS)
Sendang Arum
Masyarakat
sadar wisata.
2. Seni dan Budaya Jenis Kesenian
Kuda Lumping
Warok
Solawat Jawa
Sekar Gadung
Wayang
Terdapat banyak
jenis kesenian dan
budaya yang
masih dilakukan
oleh masyarakat
setempat.
Belum punya
tempat khusus
untuk perform
Anak-anak hingga
orang tua terlibat
dalam kesenian
daerah.
Jenis Tradisi
Budaya
Nyadran
Trah Aji
Wiwitan
Nyecel
Pamiwahan
Tenongan
Ngemu Air
Masyarakat rutin
melakukan
kegiatan adat
budaya tiap
tahunnya pada
musim tanam/
panen dan hari
besar.
44
4.3. Persepsi dan Preferensi
4.3.1 Pengembangan Pariwisata Desa Tlahab
Persepsi adalah pemahaman terhadap kesan yang timbul dari lingkungan
(Effendy 1984), sedangkan preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu
yang lebih disukai daripada yang lain.
Persepsi dan preferensi pengelola dan masyarakat mengenai perencanaan
agrowisata yang akan diteliti penting diketahui untuk digunakan sebagai salah satu
acuan dalam melakukan perencanaan suatu kawasan wisata. Masyarakat berperan
penting dalam terwujudnya kegiatan agrowisata. Dengan adanya persepsi dan
preferensi dari masyarakat perencanaan kawasan Agrowisata Desa Tlahab dapat
terwujud.
Berdasarkan hasil indepth interview kepada pengelola dan tokoh masyarakat,
pengembangan pariwisata di Desa Tlahab yang kaya akan potensi alam dan
pertaniannya dikemas menjadi satu wisata berupa agrowisata. Hal ini sesuai dengan
hasil preferensi pengunjung, yang menyatakan bahwa perencanaan wisata yang
menarik di Desa Tlahab adalah berupa Agrowisata. Berikut adalah grafik perencanaan
wisata yang menarik bagi pengunjung disajikan dalam Gambar 22.
Gambar 22. Perencanaan Pengembangan Wisata Desa Tlahab yang Menarik Bagi
Pengunjung
4.3.2 Aktivitas Pengunjung
Penelitian ini mengambil sampel responden pengunjung di wisata Alam
Posong yang merupakan satu-satunya wisata yang ada di Desa Tlahab. Dalam
perencanaan agrowisata di Desa Tlahab melihat aktivitas yang saat ini sering
dilakukan pengunjung di tempat wisata Posong, sehingga dapat mengetahui kegiatan
yang menarik bagi calon pengunjung agrowisata dan mengetahui peluang untuk di
kembangkan dalam kegiatan agrowisata. Berikut adalah grafik kegiatan atau aktivitas
ditempat wisata yang sering dilakukan oleh pengunjung di Posong tersaji dalam
gambar 23.
45
Gambar 23. Aktivitas Pengunjung Posong
Berdasarkan grafik gambar 23, aktivitas yang dilakukan wisatawan di tempat
wisata Desa Tlahab yaitu Posong sebagian besar adalah menikmati pemandangan
yang indah. Lokasi perencanaan agrowisata di Desa Tlahab juga memiliki
pemandangan yang indah seperti Posong. Data mengenai pemandangan pada tapak
selebihnya tersaji dalam analisis estetika.
Aktivitas swafoto menjadi rutinitas kegiatan yang sering dilakukan di tempat
wisata. Berdasarkan hasil persepsi pengunjung, 50% pengunjung di Posong
melakukan kegiatan swafoto. Melihat nilai aktivitas swafoto yang cukup tinggi, maka
dalam perencanaan agrowisata Desa Tlahab kegiatan swafoto nantinya akan
difasilitasi dalam kegiatan wisata. Kegiatan swafoto akan dilokasikan pada tapak yang
landai.
Rekreasi atau jalan-jalan merupakan aktivitas yang sering dilakukan
pengunjung untuk bersenang-senang bersama orang terdekat. Berdasarkan grafik
gambar 10, 27% responden di wisata alam Posong melakukan aktivitas jalan-jalan.
Berdasarkan gambar 14, aktivitas pengunjung dalam kuliner atau membeli
makanan di Posong hanya menarik minat responden sebanyak 15%. Hal ini menjadi
peluang untuk perencanaan kegiatan agrowisata Desa Tlahab, yaitu dengan
menawarkan keberadaan warung makan yang unik dan bangunan tidak menutupi
pemandangan alam yang ada, serta menyediakan makanan dan minuman khas
masyarakat Desa Tlahab.
Outbond merupakan kegiatan yang menarik bagi wisatawan, dalam aktivitas
pengunjung di Desa Tlahab, pengunjung belum dapat fasilitas outbond yang memadai
sehingga tidak dapat melakukan kegiatan ini di Posong, oleh karena itu outbond
menjadi salah satu peluang untuk kegiatan dalam perencanaan agrowisata. Disisi lain
potensi air yang melimpah di desa Tlahab saat ini belum di gunakan secara maksimal
46
untuk kegiatan wisata air, hanya pengunjung dengan rombongan saja yang dilayani
dalam kegiatan wisata air. Sehingga menjadi potensi bagi kegiatan agrowisata untuk
menarik minat pengunjung dengan memaksimalkan potensi yang sudah ada.
Berdasarkan hasil dari persepsi pengunjung mengenai aktivitas yang dilakukan
ditempat wisata, maka dalam perencanaan agrowisata dibutuhkan fasilitas penunjang
dalam kegiatan wisata dilihat dari aktivitas dan peluang yang ada.
4.3.3 Kegiatan Agrowisata
Dalam kegiatan wisata untuk mendukung kegiatan agrowisata, masyarakat
ataupetani bersedia bila lahan mereka digunakan untuk kegiatan agrowisata dan
menanam komoditas tertentu yang ditentukan oleh pengelola agrowisata. Sedangkan
kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan pengunjung dilahan pertanian
masyarakat adalah kegiatan pasca panen dan pemeliharaan tanaman. Hasil dari
preferensi masyarakat sesuai dengan hasil preferensi pengunjung dalam kegiatan
agrowisata budidaya tanaman yaitu kegiatan pasca panen. Berikut adalah grafik hasil
preferensi masyarakat dan pengunjung untuk kegiatan agrowisata yang dapat
dilakukan dilahan pertanian tersaji dalam gambar 24 dan 25.
Gambar 24. Grafik Preferensi
Masyarakat di Lahan Pertanian
Gambar 25. Grafik Preferensi
Pengunjung di Lahan Pertanian
Berdasarkan gambar grafik 15 masyarakat diketahui bahwa masyarakat
bersedia menyediakan lahan pertanian untuk kegiatan wisata dengan kegiatan
didalamnya antara lain persiapan lahan, menanam, pemeliharaan tanaman dan petik.
Petik dan pemeliharaan tanaman memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan
47
kegiatan lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil preferensi pengunjung mengenai
kegiatan agrowisata yang menarik di lahan pertanian adalah kegiatan pasca panen
yang meliputi petik hasil panen dan pengolahan hasil pertanian, namun kegiatan
pemeliharaan tanaman yang dianggap memungkinkan dalam kegiatan agrowisata oleh
masyarakat kurang menarik minat pengunjung. Pengolahan hasil pertanian yang
menarik minat pengunjung tidak ditawarkan oleh masyarakat sehingga dapat menjadi
peluang dalam aktivitas agrowisata yang menarik, dalam perencanaan agrowisata
pengelola dapat menfasilitasi dengan menyediakan tempat menikmati hasil pertanian,
dan tempat pengolahan hasil pertanian. Satwa ternak dalam kawasan perencanaan
agrowisata yang dibudidayakan oleh masyarakat cukup beragam. Berbagai jenis satwa
yang dibudidayan oleh masyarakat dengan jumlah budidaya kambing/domba
terbanyak dapat dilihat pada gambar 26.
Gambar 26. Banyaknya Jenis Ternak yang di Budidayakan Masyarakat
Masyarakat antusias dengan perencanaan agrowisata Desa Tlahab.
Berdasarkan hasil persepsimasyarakat, masyarakat Desa Tlahab yang mempunyai
ternak akan melibatkan ternak mereka dalam kegiatan agrowisata mengenai
pemeliharaan ternak mereka dengan pengelola agrowisata.
Banyaknya jenis satwa menjadi salah satu potensi untuk menunjang kegiatan
wisata. Berdasarkan hasil preferensi masyarakat dan pengunjung kegiatan yang
dimungkinkan dalam kegiatan wisata budidaya ternak dapat dilihat pada gambar
grafik 27 dan 28.
48
Gambar 27. Grafik Kegiatan Budidaya
Ternak Masyarakat
Gambar 28. Grafik Kegiatan Budidaya
Ternak Pengunjung
Hasil preferensi masyarakat dan pengunjung mengenai kegiatan budidaya
ternak yang memungkinkan di lakukan adalah kegiatan memberi pakan ternak dan
hanya melihat-lihat saja. Lokasi budidaya ternak terpusat dalam satu RT dengan
budidaya ternak jenis kambing/ domba dan sapi pedaging.
4.3.4 Kesenian dan Budaya Desa Tlahab
Sebagian besar masyarakat Desa Tlahab masih terlibat dalam kegiatan
kesenian dan adat tradisi budaya setempat. Berikut adalah tabel tradisi adat budaya
dan kesenian masyarakat sebagai pendukung kegiatan wisata.
Gambar 29. Grafik Kegiatan Kesenian
Daerah Masyarakat Lokal
Gambar 30. Kegiatan Adat Tradisi
Budaya Masyarakat
100%
91%
34%
100%
100%
78%
94%
100%
59%
0% 50% 100% 150%
Nyadran
Wiwitan
Ritual…
Sekar…
Nyecel
Pamiwahan
Tenongan
Ngemu Air
Lainnya
Adat Tradisi Budaya
91%
2%
93%
58%
46%
76%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Kuda Lumping
Warok
Solawat Jawa
Pencak Silat
Sendra Tari
Lainnya
Kesenian Daerah
49
Kegiatan kesenian yang masih dilakukan oleh masyarakat Desa Tlahab adalah
kuda lumping, solawat jawa, warok dan sendra tari, namun kegiatan tersebut hanya
dilakukan setiap peringatan hari besar saja. Sedangkan kegiatan kesenian lainnya
yaitu kesenian wayang kulit dilakukan pada tiap hari Sabtu Wage. Kegiatan kesenian
Desa Tlahab melibatkan seluruh masyarakat dari anak-anak hingga orang tua,
kegiatan tersebut biasanya di selenggarakan di Balai Desa Tlahab.
Adat tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh masyarakat setempat adalah
nyadran, wiwitan, sekar gadung, nyecel, tenongan dan ngemu air. Dalam kegiatan
wisata khususnya agrowisata seni dan budaya masyarakat sangat potensial untuk
menarik wisatawan, sehingga masyarakat tidak segan untuk terlibat secara langsung
dalam kegiatan kesenian tersebut.
Tabel 6. Persepsi dan Preferensi Pengunjung Mengenai Kesenian dan Budaya
Masyarakat
No Pertanyaan Persentase
1. Ketertarikan untuk berkunjung jika ada kegiatan kesenian
dan budaya masyarakat
a. Ya
b. Tidak
a. 100%
b. 0
2. Kegiatan yang dilakukan pengujung dalam kesenian dan
budaya masyarakat
a. Hanya melihat saja
b. Mengabadikan dengan kamera
c. Ikut serta dalam kegiatan kesenian dan budaya
masyarakat
d. Lainnya
a. 13%
b. 84%
c. 76%
d. 0
Berdasarkan hasil persepsi dan preferensi pengunjung mengenai kegiatan
kesenian dan adat masyarakat sangat menarik minat pengunjung untuk berkunjung
melihat acara kesenian dan adat budaya masyarakat Desa Tlahab, serta dapat menarik
minat pengunjung ikut untuk serta dalam kegiatan tersebut. Hasil persepsi dan
preferensi pengunjung dapat dilihat dalam Tabel 6.
4.3.5 Kesiapan Masyarakat
Melihat antusias masyarakat Desa Tlahab akan pengembangan wisata,
masyarakat Desa Tlahab membangun akan budaya sadar wisata sehingga kesiapan
mereka untuk menerima calon wisatawan di Desa Tlahab sudah matang. Berbagai
pelatihan yang dilakukan oleh pengelola dan masyarakat adalah pelatihan masyarakat
50
sebagai pemandu wisata, pelatihan pelayanan coustumer servis, dan terlibat langsung
dalam kegiatan wisata untuk penerimaan tamu.
Salah satu bentuk kesiapan masyarakat adalah menerima wisatawan yang
ingin bermalam di Desa Tlahab. Sebagian besar masyarakat bersedia jika ada
pembangunan tempat penginapan di Desa Tlahab untuk menunjang kegiatan wisata
tersebut. Berdasarkan hasil preferensi pengunjung ingin berlama-lama untuk tinggal
di Desa Tlahab, dan untuk menunjang kegiatan tersebut maka pihak pengelola
menyediakan penginapan bagi wisatawan yang ingin tinggal sementara di Desa
Tlahab. Keberadaan penginapan direncanakan berada dalam ruang penunjang yang
berlokasikan di tapak milik tokoh masyarakat dengan luasan ±4 Ha. Pemilik lahan
menginginkan adanya penginapan untuk pengunjung berupa home stay, hal ini sesuai
dengan keinginan pengunjung yang menginginkan jenis penginapan berupa home stay
dengan mengangkat tema tradisisonal khas perdesaan dan fasilitas penginapan
tersebut sesuai dengan tema yang memberi kesan fasilitas dari masa lampau.
Selain menyediakan penginapan yang mengangkat konsep tradisional,
masyarakat setempat juga menyediakan makanan tradisional dan makanan khas desa
yang disukai oleh tamu. Jenis makanan yang disediakan oleh masyarakat berupa sate
kambing khas Desa Tlahab, sagon, dan bandrek. Sate kambing dan makanan yang
berbahan dari daging kambing potensial melihat banyaknya satwa ternak yang
dibudidayakan oleh masyarakat setempat yang tersaji dalam gambar 26.
4.3.6 Rest Area
Melihat kondisi wisata Alam Posong pada hari libur yang ramai akan
pengunjung, masyarakat setempat menilai bahwa Desa Tlahab perlu adanya Rest Area
dengan fasilitas parkir luas untuk menunjang kegiatan wisata yang ada di Desa
Tlahab, dikarenakan banyaknya pengunjung yang ingin berwisata membuat tumpukan
kendaraan di pinggir jalan tidak tertata dengan rapi. 75% masyarakat setuju jika tanah
bengkok di Desa Tlahab dibangun sebagai Rest Area dan Tourist Center didalamnya.
Tourist center digunakan untuk menunjang kegiatan wisata agar para
wisatawan mendapatkan informasi sekilas mengenai lokasi wisata dan fasilitas
penunjang yang disediakan oleh pihak pengelola. Sedangkan Rest Area digunakan
sebagi tempat persinggahan sementara bagi wisatawan yang ingin berkungjung.
Berikut adalah fasilitas yang diinginkan wisatawan dalam Rest Area.
51
Gambar 31. Grafik Fasilitas Rest Area yang di Kehendaki Pengunjung
Berdasarkan grafik gambar 31 mengenai fasilitas yang diinginkan pengunjung
ada dalam Rest Area antara lain tempat ibadah, tempat parkir yang nyaman, toilet,
tempat makan, dan ATM Center.
Tempat ibadah memiliki rating tertinggi pada perencanaan fasilitas yang
dikehendaki pengunjung, di Rest Area pengunjung dapat singgah untuk melakukan
ibadah. Melihat lokasi tempat ibadah yang digunakan masyarakat setempat berada
didalam kawasan pemukiman warga, maka dalam Rest Area dapat menjadi tempat
persinggahan untuk wisatawan melakukan ibadah. Lokasi perencanaan ruang
pelayanan ini terdapat dipinggir jalan, sehingga memudahkan wisatawan untuk dapat
singgah.
Tempat parkir yang nyaman menjadi keinginan pengunjung untuk dapat
melakukan wisata di Desa Tlahab, tempat parkir direncanakan dalam Rest Area hal ini
seturut dengan hasil preferensi pengunjung mengenai transportasi yang wisatawan
gunakan dalam kunjunganyang mununjukkan bahwa sebagian besar berkunjung
dengan menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor, oleh
karena itu ketersediaan lahan parkir yang nyaman dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan wisata melihat lokasi pada tapak saat ini tidak memadai untuk parkir.
Toilet yang bersih menjadi keinginan wisatawan untuk dapat singgah di Rest
Area. Lokasi toilet umum yang tidak ditemukan disepanjang jalan membuat
perencanaan agrowisata dalam tapak Rest Area penting adanya toilet untuk
menunjang kegiatan wisatawan yang singgah di Desa Tlahab.
Tempat makan dinilai penting dan sangat menunjang bagi kegiatan wisata,
untuk kegiatan wisata kuliner masyarakat bersedia menyediakan makanan khas Desa
Tlahab dan ATM Center diperlukan untuk memudahkan wisatawan dalam
bertransaksi, melihat kondisi eksisting saat ini Desa Tlahab belum mempunyai ATM
Center di dekat lokasi perencanaan agrowisata Desa Tlahab, maka ATM Center yang
52
berlokasikan di Rest Area tersebut dapat menjadi tempat singgah bagi wisatawan
maupun warga lokal di Temanggung dan sekitarnya.
53
4.4. Estetika
4.4.1 Evaluasi Kualitas Estetika Menggunakan Scenic Beauty Estimation
dengan Responden Pengunjung
Berdasarkan hasil penilaian ScenicBeauty Estimation (SBE), lanskap
perencanaan kawasan Agrowisata Desa Tlahab dinilai atas beberapa aspek.
Perhitungan nilai SBE sendiri dilakukan dengan membandingkan visual antar
aspek. Aspek yang dinilai meliputi aspek view pegunungan (gunumg), aspek view
lahan pertanian, aspek view pedesaan, aspek view jembatan, dan aspek calon
gerbang masuk. Pengambilan foto dilakukan pada setiap vantage point lanskap
yang cukup mewakili karakter masing – masing lanskap.
Berdasarkan hasil penilaian kualitas estetika dengan responden
pengunjung, kualitas estetika lanskap dibagi kedalam 3 kategori kualitas estetika
view yaitu lanskap dengan kualitas rendah, sedang, dan tinggi. Dari hasil
penilaian SBE tersebut setiap aspek memiliki kualitas estetika yang beragam.
1) Aspek Pegunungan
Beberapa aspek yang diamati antara lain view pegunungan, lahan
pertanian, pedesaan, jembatan, dan gerbang masuk. Tabel 7 merupakan hasil
dari perhitungan nilai SBE aspek pegunungan.
Tabel 7. Nilai SBE Aspek Pegunungan
No Aspek Gambar Nilai SBE Kualitas Estetika
1 Pegunungan Gambar 1 17.642 Sedang
2
Gambar 2 -21.099 Rendah
3
Gambar 3 2.175 Sedang
4
Gambar 4 1.282 Sedang
Aspek lanskap pegunungan memiliki nilai kualitas estetika rendah
terdapat pada vantage point yang memiliki nilai SBE > -11.5035 yaitu aspek
lanskap pegunungan pada Gambar 2. Lanskap pegunungan pada gambar 2
memiliki kualitas estetika rendah karena pada lanskap pegunungan ini
tertutupi oleh pohon-pohon besar yang berada di area tapak perencanaan
agrowisata, selain itu pada saat pengambilan gambar lokasi pada tapak
sedang mengalami kabut sehingga memiliki cahaya yang kurang jelas dan
cenderung gelap. Aspek pegunungan dengan nilai SBE antara -11.5035
54
sampai 20.356 memiliki kualitas estetika sedang yaitu pada gambar 1,
gambar 3 dan gambar 4. Aspek pegunungan pada gambar 1 memiliki nilai
SBE sedang yaitu dengan nilai SBE 17.642. Lanskap pegunungan pada
gambar 1 memiliki nilai SBE 17.642 pada gambar 1yang menunjukkan view
gunung yang di tampilkan menarik dan panoramic, sehingga dari tapak yang
ada pengunjung dapat melihat megahnya Gunung Sumbing, namun view
gunung pada gambar 1 terhalang sebagian oleh adanya pohon besar di tapak
pengambilan foto sehingga memiliki kualitas view katagori sedang. Lanskap
pegunungan gambar 3 yang memiliki kualitas cahaya yang terang dan terlihat
gunung yang begitu indah namun memiliki nilai kualitas estetika sedang
dimungkinkan karena pengambilan gambar di area tapak yang tidak
professional, dan pada lanskap pegunungan gambar 4 memiliki kualitas
cahaya yang terang namun memiliki nilai SBE yang sedang yaitu 1.282
dikarenakan view pegunungan yang ada ditapak ini terhalangi oleh tiang dan
kabel listrik yang ada di sepanjang jalan dan terdapat tanah yang terkikis dan
tanah tersebut longsong di pinggir jalan sehingga mengganggu pemandangan
kejalan ini dan mengurangi nilai estetika tapak.
Gambar 32. Aspek Pegunungan
View Pegunungan Gambar 1
View Pegunungan Gambar 2
View Pegunungan Gambar 3
View Pegunungan Gambar 4
55
2) Lahan Pertanian
Aspek lahan pertanian merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam
SBE. Nilai SBE tinggi jika >21.696 dan nilai SBE rendah jika < -26.879.
Tabel 8 merupakan hasil dari perhitungan nilai SBE aspek lahan pertanian.
Tabel 8. Nilai SBE Lahan Pertanian
No Aspek Gambar Nilai SBE Kualitas Estetika
1 Lahan
Pertanian Gambar 1 -28.506 Rendah
2 Gambar 2 -18.196 Sedang
3 Gambar 3 4.100 Sedang
4 Gambar 4 -5.492 Sedang
5 Gambar 5 19.806 Sedang
6 Gambar 6 -52.17 Rendah
7 Gambar 7 13.036 Sedang
8 Gambar 8 18.071 Sedang
9 Gambar 9 7.171 Sedang
10 Gambar 10 12.238 Sedang
11 Gambar 11 29.942 Tinggi
Lahan pertanian di Desa Tlahab pada gambar 1 dan gambar 6 memiliki
kualias estetika rendah dengan nilai SBE < -26.879. Gambar 1 memiliki
kualitas estetika rendah karena lanskap ini didominasi oleh hard material
berupa perkerasan dan bangunan pedagang disepanjang jalan yang
mengurangi nilai estetika lanskap dan mengganggu pemandangan sedangkan
Gambar 6 menunjukan kualitas estetika rendah karena pada area ini terdapat
tanah terbuka yang tidak ditutupi oleh vegetasi, dominasi oleh penutup tanah
dan semak. Penutupan lahan yang rendah dan didominasi penutup lahan dan
semak mengurangi nilai keindahan area ini. Hal ini sesuai dengan Saad
(2009), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penutupan lahan oleh
penutup tanah dan semak mengurangi nilai SBE suatu lanskap.
Lanskap dengan kualitas estetika sedang di dapat pada gambar 2, 3, 4, 5, 7,
8, 9, dan 10 yaitu dengan nilai SBE -26.879 antara 21.696. View lanskap
lahan pertanian di Desa Tlahab dengan nilai SBE sedang terdapat pada
Gambar 2 karena pada area ini terdapat tanaman sayur pada hamparan yang
luas, namun keadaan tapak menggambarkan suasana yang ada di area tapak
56
tersebut sangat panas dan monoton karena hanya terdapat tanaman sayur di
seluruh lahan pertanian. View lanskap lahan pertanian pada Gambar 3 pada
area ini terdapat tanah terbuka yang tidak ditutupi oleh vegetasi, dominasi
oleh penutup tanah dan semak, namun bentangan lahan pertanian yang
bervariasi membuat view lanskap pada tapak ini mendapat nilai kualitas
estetika sedang. Sedangkan lanskap lahan pertanian Gambar 4 memiliki daya
tarik tanaman sayuran yang ditanam secara rapi dan memiliki jarak tanam
yang teratur sehingga tidak saling berhimpitan tetapi kondisi tanaman yang
sedang meranggas menyebabkan nilai estetika pada tapak ini berkurang dan
memiliki nilai estetika sedang. Gambar 5 memiliki daya tarik tersendiri yaitu
dengan adanya pohon cemara di sepanang pembatas lahan sehingga
membentuk tirai dan enak untuk dipandang, namun terdapat tanah terbuka
yang tidak ditutupi oleh vegetasi, sehingga dapat mengurangi kualitas
estetika suatu lanskap. Gambar 7 memiliki view yang menarik yaitu terdapat
gundukan bedengan yang siap untuk ditanami dan tertata rapi karena
bentuknya yang saling berjajar, tetapi kondisi lahan yang tidak ada vegetasi
sehingga tampak gundul dan gersang menyebabkan nilai estetika pada tapak
ini berkurang, view lanskap gambar 8 dan 9 memiliki kualitas estetika sedang
karena topografi di area ini yang curam dan terdapat tanah terbuka yang tidak
ditutupi oleh vegetasi, serta tererosi, sehingga dapat mengurangi nilai SBE
suatu lanskap. Sedangkan lanskap pertanian pada Gambar 10 memiliki
topografi yang indah dan didominasi oleh tanaman hijau, namun terdapat
tanaman liar dan tanaman perdu di area tapak yang mengganggu
pemandangan, sehingga menyebabkan nilai estetika dari tapak tersebut
memiliki kualitas estetika sedang. Aspek lanskap lahan pertanian pada
gambar 11 memiliki nilai estetika tinggi dengan nilai SBE 29.942 karena
memiliki variasi vegatasi pohon dan topografi di area ini bervariasi serta
keindahan arsitektural deretan pohon yang ada disisi kanan kirinya yang
indah membentuk tirai. Berdasarkan penelitian Yulianto (2006) lanskap
Kandang Badak memiliki karakteristik berupa dominasi bentuk pohon yang
ramping, tinggi, dan seragam serta tumbuh dengan jarak teratur. Hal ini sama
dengan aspek lanskap lahan pertanian pada gambar 11. Dalam penelitian
57
Yulianto (2006) lanskap Kandang Badak memiliki penilaian kualitas estetika
tinggi hal ini sama dengan penilaian kualitas estetika view lahan pedesaan
pada kawasan tapak perencanaan agrowisata Desa Tlahab.
Gambar 33. Aspek Lahan Pertanian
Aspek Lahan Pertanian Gambar 1
Aspek Lahan Pertanian Gambar 2
Aspek Lahan Pertanian Gambar 3
Aspek Lahan Pertanian Gambar 4
Aspek Lahan Pertanian Gambar 5
Aspek Lahan Pertanian Gambar 6
Aspek Lahan Pertanian Gambar 7
Aspek Lahan Pertanian Gambar 8
58
Aspek Lahan Pertanian Gambar 9
Aspek Lahan Pertanian Gambar 10
Aspek Lahan Pertanian Gambar 11
3) Pedesaan
Salah satu aspek yang dinilai dalam SBE adalah aspek lanskap
pedesaan. Lokasi Desa Tlahab yang berada di lereng Gunung Sindoro
menjadikan view khas pedesaan yang apik dan menarik. Nilai SBE tinggi jika
> 32.452 dan nilai SBE rendah jika < -32.452. Berikut nilai SBE aspek
lanskap pedesaan pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai SBE View Pedesaan.
No Aspek Gambar Nilai SBE Kualitas Estetika
1
Pedesaan
Gambar 1 5.065 Sedang
2 Gambar 2 -34.687 Rendah
3 Gambar 3 29.622 Sedang
Aspek view lanskap pedesaan dengan kualitas rendah terdapat
pada view lanskap pedesaan Gambar 2 dengan nilai SBE < -32.452 yaitu -
34.687. Hal ini karena pada lanskap pedesaan pada Gambar 2 tertutup kabut
sehingga pencahayaan gelap dan view pedesaan yang indah di Desa Tlahab
terhalangi oleh kabel linstrik dan hard material berupa dinding yang berjajar
tinggi di sepanjang jalan sehingga mengganggu dan menutupi pemandangan
59
kearah view pedesaan yang ada. Lanskap dengan kualitas sedang yaitu
lanskap dengan nilai SBE antara -32.452 sampaai 32.452 yang terdapat pada
Gambar 1 dan Gambar 3 hal tersebut dikarenakan view lanskap pedesaan
pada gambar 1 memiliki view yang indah namun tertutup oleh kabut sehingga
kurang pencahayaan sehingga gambar 1 memiliki kualitas estetika sedang.
Sedangkan, lanskap pedesaan pada gambar 3 terlihat menarik dengan kondisi
perdesaan kawasan Desa Tlahab dengan topografi yang beragam sehingga
karakter dan bentuk rumah penduduk yang bernuansa alami pedesaan yang
tersusun rapi dengan latar belakang Gunung Sumbing yang indah dan sangat
panoramic, namun diantara rumah penduduk terdapat satu jalan yang curam
dan berbahaya, sehingga gambar 3 memiliki kualitas SBE sedang.
Gambar 34. Pedesaan
Aspek Pedesaan Gambar 1
Aspek Pedesaan Gambar 2
Aspek Pedesaan Gambar 3
4) Jembatan
Jembatan penghubung antara Desa Tlahab dan Desa Kwadungan
merupakan salah satu icon Desa Tlahab yang sangat indah. Tidak jarang
wisatawan singgah di jembatan ini untuk photo hunting maupun swafoto.
Nilai SBE dari jembatan penghubung antara Desa Tlahab dengan Desa
Kwadungan terdapat dalam Tabel 10.
60
Tabel 10. Nilai SBE View Jembatan.
No Aspek Gambar Nilai SBE Kualitas Estetika
1 Jembatan
Gambar 1 55.439 Sedang
2 Gambar 2 -55.439 Sedang
View lanskap jembatan memiliki nilai estetika dengan kualitas sedang
yaitu dengan nilai SBE antara 78.402 sampai -78.402. Aspek lanskap
jembatan pada gambar 1 dan 2 memiliki nilai estetika sedang karena area ini
memiliki view lanskap jembatan yang utuh dan megah dengan bentuknya
yang unik, yaitu berbentuk setengah lingkaran yang menimbulkan kesan
kokoh pada jembatan, dan di area ini dapat dilihat kendaraan yang melintasi
jembatan dari bawah, dan dengan latar belakang pegunungan yang didominasi
oleh vegetasi pohon membuat area ini sangat indah dan vegetasi di sekitar
jembatan yang berwarna hijau segar, namun pada gambar 2 terlihat bahwa
lokasi pada view jembatan ini terlihat sangat curam hal tersebut menjadikan
nilai SBE atau kualitas estetika berkurang.
Gambar 35. View Jembatan
Aspek Jembatan Gambar 1
Aspek Jembatan Gambar 2
5) Gerbang Masuk
Gerbang masuk menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam SBE yaitu
untuk menentukan gerbang masuk yang cocok dan ideal bagi calon
agrowisata. Aspek Gerbang Masuk Agrowisata memiliki kualitas nilai estetika
yang beragam, nilai SBE tinggi jika > 53.320 dan nilai SBE rendah jika < -
62.505. Berikut adalah nilai SBE pada aspek gerbang masuk yang terdapat
pada Tabel 11.
61
Tabel 11. Nilai SBE Aspek Gerbang Masuk
No Aspek Gambar Nilai Sbe Kualitas Estetika
21
Gerbang Masuk
Gambar 1 77.869 Tinggi
22 Gambar 2 8.548 Sedang
23 Gambar 3 -72.337 Rendah
24 Gambar 4 8.548 Sedang
25 Gambar 5 -45.59 Sedang
Kualitas estetika rendah terdapat pada gambar 3 dengan nilai SBE -
72.337. Pada lanskap dengan nilai SBE terendah berarti lanskap ini
menunjukkan kualitas visual yang rendah dan paling tidak disukai responden.
Calon gerbang masuk pada area kawasan agrowisata memiliki kualitas
estetika rendah pada gambar 3 karena desain gerbang masuk yang ditawarkan
yang berbentuk geometris dan sangat umum, terlalu monoton dan terkesan
kaku. Sedangkan kualitas estetika sedang dengan nilai SBE antara -62.505
dan 53.320 terdapat pada aspek gerbang masuk gambar 2, 4 dan 5. Gerbang
masuk pada Gambar 2 mengusung tema futuristic modern yaitu bentuk
bangunan yang sangat unik, terkesan mengalir dan lembut, namun ketebalan
pada desain menimbulkan jarak dalam ruang sempit dan saling berhimpitan.
Gambar 4 mengusung tema tradisional ukir, desain pada gerbang masuk
gambar 4 didominasi oleh garis vertical sehingga memiliki kesan stabil dan
dengan adanya ukiran dapat nemanbah unsur estetika, namun desain yang
didominasi oleh garis vertical saja menjadikan kualitas estetika tergolong
sedang karena tidak ada variasi garis yang serasi. Gambar 5 memiliki desain
yang unik dengan bentuk futuristic, namun desain terkesan memusat
sehingga cerminan yang dihasilkan adalah berhimpitan, sehingga kualitas
estetika berkurang. Sedangkan aspek gerbang masuk pada gambar 1 memiliki
nilai SBE tinggi > 53.320 yang menunjukkan kualitas visual yang tinggi dan
disukai oleh responden yaitu gerbang agrowisata dengan desain yang mewah
dan megah. Gerbang masuk pada gambar 1 mengusung tema modern.
Gerbang masuk pada calon kawasan agrowisata ini dinilai sangat megah
dengan bentuk bangunannya yang menyerupai daun pada sisi kanan dan kiri
akses masuk dan keluar kawasan agrowisata, gerbang masuk pada gambar 1
berbentuk simetris dengan lengkungan - lengkungannya yang indah
62
menambah unsure yang memberi kesan anggun, mengalir dan lembut. Garis
setengah lingkaran pada sisi pintu masuk dan keluar memberi kesan
kekokohan. Perencanaan gerbang masuk direncanakan berada dari arah
Temanggung dan Wonosobo adalah gerbang masuk Megah Modern (Gambar
1), hal ini berdasarkan hasil penilaian visual mengenai calon gerbang masuk
yang memiliki nilai estetika tinggi.
Gambar 36. Gerbang Masuk
Aspek Gerbang Masuk Gambar 1
“Megah Modern”
Sumber: Google
Aspek Gerbang Masuk Gambar 2
“Futuristic Modern”
Sumber: Google
Aspek Gerbang Masuk Gambar 3
“Tradisional Kayu”
Sumber: Google
Aspek Gerbang Masuk Gambar 4
“Tradisional Ukir”
Sumber: Google
Aspek Gerbang Masuk Gambar 5
“Futuristic”
Sumber: Google
63
SINTESIS
Lokasi Desa Tlahab Kecamatan Kledung yang menghubungkan jalur
wisata Magelang dan Wonosobo yang memiliki lokasi wisata yang sudah dikenal
oleh wisatawan lokal bahkan mancanegara seperti Borobudur di Magelang dan
Dieng di Wonosobo sangat strategis untuk pengembangan wisata di Temanggung.
Desa Tlahab berada pada ketinggian antara 1200-2400 m, dengan suhu 16◦C -
22,8◦C dan memiliki kelerengan yang beragam, mulai dari landai hingga curam
yaitu pada kemiringan 8% – 45%.
Berdasarkan analisis pada tiap aspek, diperoleh area yang dapat
dimanfaatkan pada tapak untuk berbagai komoditas pertanian yang sesuai dan
aktivitas pengunjung. Pada tahab sintesis menghasilkan peta konsep ruang.
Sintesis menghasilkan konsep ruang dan aktivitas yang dapat dikembangkan
sebagai wisata, baik wisata inti (agrowisata) dan wisata pendukung, yaitu:
1. Ruang penerimaan untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dikembangkan
untuk menyambut wisatawan yang merupakan pintu masuk bagi wisatawan
untuk memasuki kawasan wisata. Menurut Salimah (2015), ruang
penerimaan yang baik terletak dekat dengan jalan utama dan terdapat
gerbang penerimaan wisatawan yang datang.
Pada perencanaan agrowisata Desa Tlahab, ruang penerimaan
terdapat dua akses sirkulasi yaitu dari arah Wonosobo dan dari arah
Magelang, hal ini dikarenakan lokasi tapak yang berada di jalur perlintasan
wisata Wonosobo dan Magelang. Penempatan ruang penerimaan terletak
dekat dengan jalan utama yang merupakan pintu masuk ke dalam kawasan,
penempatan berdasarkan aksesibilitas yang mudah dari arah Magelang
ataupun Yogyakarta yaitu pada jalur utama Desa Tlahab yang merupakan
perbatasan antara Desa Tlahab dan Desa Kwadungan Jurang, sedangkan dari
arah Wonosobo jalur utama Desa Tlahab merupakan perbatasan antara Desa
Kledung dan perbatasan Kabupaten Wonosobo. Pada setiap ruang
penerimaan agrowisata Desa Tlahab terdapat gerbang masuk wisata dan
loket masuk (ticketing) untuk wisatawan yang akan berwisata. Pemilihan
calon gerbang masuk berdasarkan hasil analisis SBE calon gerbang masuk
64
yang disukai oleh pengunjung yaitu megah dan modern. Pada ruang
penerimaan wisatawan mendapat souvenir Desa Tlahab.
2. Ruang pelayanan untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dikembangkan
menjadi tempat informasi mengenai lokasi dan pelayanan wisata yang
disediakan oleh pengelola sebelum memasuki ruang inti. Pada ruang
pelayanan biasanya terdapat lapangan parkir, visitor information center, dan
kantor pengelola (Anggraeni, 2016).
Ruang pelayanan pada agrowisata Desa Tlahab ditempatkan pada
tanah bengkok. Lokasi tersebut berada dipinggir jalan raya yang berjarak
±50 meter dari ruang penerimaan. Tapak ini memiliki kelerengan yang
landai dan suhu yang sesuai standar SNI termal manusia, sehingga area ini
sangat cocok untuk dikembangkan. Ruang pelayanan tersebut berupa Rest
Area dan fasilitas yang dikehendaki. Menurut Badan Pengembangan
Infrasukur Wilayah (BPIW) (2018), selain sebagai tempat isirahat, Rest Area
memiliki tiga fungsi utama lain yaitu sebagai tempat pengembangan wisata,
pengembangan ekonomi dan pemanfaatan ruang di sekitar jalan utama,
selain itu tema Rest Area yang menjadi prioritas salah satunya adalah Rest
Area yang berintegrasi dengan kegiatan agrowisata. Fasilitas pada Rest Area
antara lain tempat parkir yang luas, kantor pengelola, tempat ibadah, tempat
makan, toilet, ATM Center dan Tourist Center, sehingga pengunjung dapat
mencari informasi mengenai agrowisata Desa Tlahab.
3. Ruang inti untuk aktivitas wisata yaitu area yang dapat dikembangkan
menjadi area wisata utama yaitu agrowisata budidaya tanaman. Pada tapak
ini memiliki kelerengan 8% - 15% (landai) yang dapat di kembangkan
menjadi area agrowisata Gold (1980). Sehingga pada kegiatan agrowisata di
ruang inti, pengunjung dapat melakukan kegiatan budidaya tanaman pada
kemiringan lahan antara 8% - 15% (landai) pada lahan pertanian masyarakat
Desa Tlahab. Lahan Desa Tlahab yang didominasi oleh lahan pertanian
memiliki tanaman budidaya yang beragam. Hal ini merupakan potensi bagi
perencanaan agrowisata, maka di area ini wisatawan akan mempelajari
teknik budidaya tanaman dan dapat melakukan kegiatan budidaya tanaman
petik atau panen. Berdasarkan hasil analisis jenis tanah regosol cocok untuk
65
budidaya tanaman sayur, pangan dan perkebunan, pada kegiatan ini
pengunjung dapat menikmati hasil petik sendiri khususnya tanaman sayur.
Tapak pada ruang inti memiliki suhu dibawah standar SNI termal
manusia, yaitu <20,5 0C sehingga terlalu dingin dan tidak nyaman bagi
manusia di Indonesia, namun suhu tersebut masih dalam standar kemenkes
(1997) untuk suhu yang bisa ditoleran manusia dan tidak mengganggu
kesehatan manusia yaitu >18 0C, sehingga area ini juga dapat digunakan
untuk aktivitas wisata, dengan catatan fasilitas dan kegiatan yang dibangun
menyesuaikan dengan suhu yang ada. Aktivitas lain pada ruang inti adalah
makan bersama masakan khas Desa Tlahab yang bahan-bahannya dapat
dibeli di pasar tani atau petik langsung dari lahan pertanian yang telah
disediakan. Petani menyediakan sayuran-sayuran segar yang dipanen
langsung dari lahan pertanian agrowisata. Kegiatan memasak dan makan ini
dilakukan melihat kondisi suhu di Desa Tlahab yang dingin, sehingga
dengan adanya kegiatan ini wisatawan diharapkan dapat lebih merasa
nyaman. Berbagai jenis tanaman yang dapat di panen adalah jenis tanaman
sayur (semusim), sdangkan tanaman kopi dapat dipanen pada bulan April
hingga Agustus, pada bulan September tanaman kopi mulai berbunga,
sehingga pengunjung dapat menikmati aroma khas bunga kopi Tlahab,
sedangkan tanaman tembakau hanya dapat dilakukan pada bulan tertentu
yaitu antara bulan Juli hingga September.
4. Ruang penunjang untuk aktivitas wisata, yaitu area yang dikembangkan
menjadi area wisata namun sifatnya mendukung wisata utama sebagai
pelengkap dari objek dan atraksi pertanian. Ruang ini berupa hamparan
lanskap pertanian yang luas dan dikelilingi oleh lanskap pegunungan dan
lahan pertanian sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pertanian.
Topografi yang beragam menjadi view yang khas dan menarik, aktivitas
yang dilakukan wisatawan di area ini adalah menikmati pemandangan
pertanian dan berswafoto. Area ruang penunjang berada pada kelerengan
agak curam yaitu lebih dari 15% - 25%. Fasilitas yang disediakan adalah
berupa jalan setapak, tempat duduk, gazebo, dan tempat berswa foto dengan
pemandangan lahan pertanian dan pegunungan yang menarik. Menurut Gold
66
(1980), tapak dengan kelerengan 15 – 25% dapat dimanfaatkan namun
secara terbatas. Rizqianingtyas (2017) menambahkan jenis tanah regosol
pada kemiringan 15% - 25% dapat dikembangkan sebagai daerah wisata
dengan melakukan modifikasi kontur ringan. Sedangkan lereng curam
dengan kelerengan 25 – 45% yang berada dekat dengan ruang penunjang
dibiarkan alami dan digunakan sebagai background untuk menikmati
pemandangan.
Selain dapat menikmati pemandangan dan ber swafoto pada tapak
tersebut, aktivitas lain yang dapat menarik untuk kegiatan wisata adalah out
bond dan tubing. Melihat Desa Tlahab yang memiliki sumber air namun
belum dimanfaatkan untuk kegiatan wisata, sehingga aktivitas tersebut dapat
menjadi penunjang kegiatan wisata. Selain kegiatan tersebut, pengunjung
juga dapat meninggalkan souvenir bertuliskan nama sebagai kenang-
kenangan bahwa pernah berkunjung di Desa Tlahab. Lokasi ruang
penunjang ini berada di ketinggian 1600 – 1750 m dpl.
Ruang penunjang wisata lainnya berada dalam ruang masyarakat
pada ketinggian 1200 – 1600 m dpl dengan kelerengan 8 – 15%. Kehidupan
masyarakat perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik non pertanian
yang ada di tapak. Ruang ini juga dapat berfungsi sebagai ruang yang
memberikan pengalaman dan suasana perdesaan bagi wisatawan. Dalam
pengembangannya sebagai ruang penunjang agrowisata, ruang masyarakat
tetap diperhatikan sebagai ruang pribadi masyarakat. Aktivitas yang dapat
dilakukan wisatawan diantaranya mengamati aktivitas keseharian bertani
dan beternak yang dilakukan masyarakat dan serta berinteraksi langsung
dengan masyarakat. Pemilihan lokasi ini melihat banyaknya satwa ternak
domba/kambing yang dibudidayakan oleh masyarakat Desa Tlahab RT 02
dan aktivitas budidaya ternak yang dapat dilakukan adalah memberi pakan
ternak.
5. Ruang penyangga untuk aktivitas wisata yaitu area yang dikembangkan
sebagai penyangga ruang - ruang wisata dalam kawasan. Tapak ini berada
dekat jalur utama akses agrowisata dengan kelerengan 15% - 25%.
Pemilihan ruang penyangga pada lokasi tersebut berdasarkan tawaran
67
langsung oleh tokoh masyarakat yang bersedia bahwa tanah pribadi
miliknya hendak dijadikan ruang wisata apabila terdapat aktivitas berlebih
dari pengunjung. Menurut Anggraeni (2016), aktivitas yang dibangun pada
ruang penyangga antara lain berkemah/ menginap, menikmati pemandangan
dan atraksi budaya.
Perencanaan agrowisata Desa Tlahab, pada ruang penyangga
terdapat home stay dengan tema tradisional sebagai tempat menginap bagi
pengunjung, dan sanggar seni dan amphitheater sebagai tempat perform
kesenian daerah Desa Tlahab yang ditujukan bagi tamu yang hendak
menginap. Selain itu, dalam ruang penyangga terdapat aktivitas budidaya
pertanian oleh warga setempat namun aktivitas pengunjung pada kegiatan
ini hanya menikmati pemandangan tesebut. Konsep ruang tersebut tersaji
dalam gambar 37.
Gambar 37. Peta Sintesis Konsep Ruang
68
PERENCANAAN TAPAK
Ruang lanskap agrowisata Desa Tlahab terdiri atas ruang penerimaan,
ruang pelayanan, ruang inti, ruang penunjang, dan ruang penyangga wisata.
Sedangkan area yang tidak digunakan sebagai ruang wisata yaitu area dengan
lereng yang curam dan suhu yang rendah. Berdasarkan area pembagian ruang,
masing-masing area disesuaikan dengan aktivitas wisata. Hal ini untuk
mengetahui fasilitas menurut aktivitas yang dikehendaki. Konsep ruang dapat
dilihat pada gambar 37.
Rencana sirkulasi dari agrowisata Desa Tlahab terdiri atas sirkulasi primer,
sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier. Sirkulasi primer adalah sirkulasi utama
diperuntukkan bagi kendaraan umum untuk menuju kawasan. Sirkulasi primer
terdapat pintu masuk menuju kawasan agrowisata, yaitu berada pada pintu masuk
dari arah Magelang dan pintu masuk dari arah Wonosobo. Sirkulasi sekunder
merupakan sirkulasi khusus bagi kendaraan wisata dan pejalan kaki. Sirkulasi
sekunder terdapat dalam area pemukiman sebagai ruang penunjang agrowisata
peternakan dan menuju area lahan pertanian sebagai ruang inti. Sirkulasi tersier
merupakan sirkulasi di antara bedengan dan ladang sayuran atau palawija.
Rencana sirkulasi pada perencanaan agrowisata menggunakan tipe sirkulasi En
route, yaitu beberapa tujuan dapat dikunjungi dalam perjalanan, pada lokasi yang
berbeda-beda. Hal tersebut berdasarkan sebaran perencanaan ruang ruang pada
agrowisata yang tidak hanya fokus pada satu tapak. Peta rencana sirkulasi pada
tapak dapat dilihat pada Gambar 38.
69
Gambar 38. Peta Sirkulasi Tapak Tipe En Route
Rencana Drainase pada perencanaan agrowisata Desa Tlahab sesuai
dengan daerah aliran sungai yang sudah ada. Hal tersebut dikarenakan kondisi
drainase tapak sudah baik dan mampu didistribusikan ke lahan pertanian warga
melalui pipa-pipa maupun ke pemukiman penduduk setempat, selain itu tidak terjadi
genangan atau banjir pada saat hujan.
Site Plan
Site plan dari Agrowisata Desa Tlahab diperoleh melalui overlay peta rencana
ruang agrowisata, rencana sirkulasi, dan rencana drainase yang dikemas menjadi satu
dalam bentuk site plan. Gambar Site Plan dapat dilihat pada gambar 39.
70
Gambar 39. Site Plan
71
PERENCANAAN LANSKAP
Pada landscape plan, site plan yang sudah diperoleh dikembangkan lebih
lanjut, yaitu dengan menyesuaikan antara fasilitas pendukung wisata dan fasilitas
utama. Rencana pembagian ruang, aktivitas, dan fasilitas dapat dilihat pada Tabel
12. Semua elemen pada tapak dimasukan di rencana lanskap sesuai skala dan
proporsi. Landscape plan agrowisata Desa Tlahab dapat dilihat pada Gambar 40.
Tabel 12. Rencana Pembagian Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata
No Ruang Akivitas Fasilitas
1. Penerimaan Keluar masuk pengunjung Gerbang masuk
Signage
Menjaga keamanan Pos jaga
Membeli tiket masuk
Mendapat sambutan dan
souvenir
Loket / ticketing
Tempat informasi
2. Pelayanan Keluar masuk kendaraan Gapura/ pintu masuk
Menjaga keamanan Pos jaga
Parkir kendaraan Lahan parkir
Mendapat informasi
mengenai wisata Desa
Tlahab
Tourist Center
Kantor pengelola
Istirahat Gazebo
Tempat duduk
Makan dan minum Food Court
Beribadah Mushola
Toilet
ATM Center
Membeli oleh – oleh /
souvenir
Kios penjualan
kerajinan dan oleh –
oleh khas Desa Tlahab
3. Inti Keluar masuk kendaraan Gapura
Menjaga keamanan Pos jaga
Mendapat informasi Tempat informasi
Naik transportasi wisata Shelter
Aktivitas budidaya
tanaman sayuran
(pembibitan-petik)
Lahan pertanian
Green house
Gudang pasca panen
Jalur pejalan kaki
Mengenal alat – alat
pertanian
Gudang alat pertanian
72
No Ruang Akivitas Fasilitas
Membeli hasil pertanian Pasar tani
Makan dan minum Tempat makanout
doordan cafetaria
Menikmati pemandangan Gazebo
Tempat duduk
Gardu pandang
Toilet
Membeli oleh – oleh /
souvenir
Kios penjualan
kerajinan dan oleh –
oleh khas Desa Tlahab
4. Penunjang Sub Ruang Penunjang
Kegiatan Out bond
Sub Ruang Penunjang
Kegiatan Out bond
Keamanan Pos jaga
Naiktransportasi wisata Shelter
Menikmati pemandangan Gazebo
Tempat duduk
Gardu pandang
Swafoto Tempat swafoto
Out bonddanTubing Perlengkapan out
bonddan tubing
Makan dan Minum Warung makan
Menggantung tanda
kehadiran/souvenir
Tali dan tempat untuk
menggantung souvenir
Membeli oleh – oleh /
souvenir
Kios penjualan
kerajinan dan oleh –
oleh khas Desa Tlahab
Ibadah Mushola
Toilet
Sub Ruang Penunjang
Kegiatan Budidaya Ternak
Sub Ruang Penunjang
Kegiatan Budidaya
Ternak
Keluar masuk pengunjung Gapura
Naik transportasi wisata Shelter
Memberi pakan ternak Tempat budidaya
ternak
Jalur pejalan kaki
Menikmati pemandangan Gazebo
Tempat duduk
Toilet
Ibadah Mushola
Membeli oleh – oleh /
souvenir
Kios penjualan
kerajinan dan oleh –
oleh khas Desa Tlahab
73
No Ruang Akivitas Fasilitas
5. Penyangga Keamanan Pos jaga
Mendapat informasi Tempat informasi
Kantor pengelola
Parkir kendaraan Lahan parkir
Menikmati pemandangan Jalur pejalan kaki
Taman
Gazebo
Tempat duduk
Makan dan minum Cafetaria
Menginap Home stay
Melihat kesenian Panggung kesenian
Amphitheater
Toilet
Membeli oleh – oleh /
souvenir
Kios penjualan
kerajinan dan oleh –
oleh khas Desa Tlahab
74
Gambar 40. Landscape Plan Agrowisata
75
Gambar 41. Detail Rencana Ruang Penerimaan dari Arah Temanggung
76
Gambar 42. Detail Rencana Ruang Penerimaan dari Arah Wonosobo
77
Gambar 43. Detail Rencana Ruang Pelayanan Agrowisata
78
Gambar 44. Detail Rencana Ruang Inti Agrowisata
79
Gambar 45. Detail Rencana Ruang Penunjang Outbond
80
Gambar 46. Detail Rencana Ruang Penunjang Budidaya Ternak
81
Gambar 47. Detail Rencana Ruang Penyangga Agrowisata
82