Upload
lykiet
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi awal, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa. pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SD Negeri 03 Jambngan masih
berlangsung konvensional yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa pada
posisi objek belajar dan siswa sebagai tempat menerima tranfer pengetahuan dari
guru. Kegiatan awal ini terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung,
dimana guru hanya ceramah, menjelaskan materi pada buku paket, memberi
contoh, memberi latihan soal, sedangakan siswa hanya diam, bercerita sendiri,
mencatat, dan mengerjakaan soal. Dalam kegiatan guru adalah segalanya,
sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru hasil belajar,
motivasi siswa, dan latar belakang sosial siswa tidak dijadikan pertimbangan guru
didalam mendesain pembelajaran, proses pembelajaran berlangsung sebagai
rutinitas dari hari ke hari, akibatnya adalah siswa cenderung pasif, bosan, malas-
malasan, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, dan tidak
kreatif.
Hasil belajar siswa juga ditentukan oleh aktivitas siswa dirumah, sebagian
besar siswa tidak mendapat dukungan orang tua dalam upaya meningkatkan
semangat belajar. Hal ini terjadi karena orang tuan sibuk bekerja mencari nafkah
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, karena sebagian besar siswa adalah
anak petani, dan ada orang tuanya buruh sehingga kurang mengurusi anaknya. Di
samping itu kondisi orang tua memiliki pendidikan yang rendah sebagian besar
hanya tamat Sekolah Dasar, ada yang lulus SMP ada yang orang tuanya lulus
SMA, bahkan jarang orang tuanya yang lulusan Sarjana (S1), maka orang tua
siswa kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Siswa juga memiliki
pandangan bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit,
membosankan dan tidak menarik sehingga siswa kurang tertarik terhadap
pembelajaran matematika.
60
Ketuntasan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas IV
SD Negeri 03 Jambangan belum menunjukan hasi yang diharapkan, dilihat dari
nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV pada tahun
ajaran 2015/2016 diperoleh data. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan mininal
(KKM= 70) data hasil perolehan pada kondisi awal atau sebelum tindakan dapat
disajikan dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 03
Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016
Pra Siklus
No.
Skor
Ketuntasan
Hasil Belajar
Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tuntas ≥ 70 13 43,33
2. Belum Tuntas <70 17 56,67
Jumlah 30 100
Hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai belum mencapai (KKM= 70) sejumlah
17 siswa atau 56,67% dari keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang sudah
mencapai KKM sebanyak 13 siswa dengan persentase 43,33% dari keseluruhan
siswa. berdasarkan hasil nilai tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah
siswa yang telah mencapai KKM lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa
yang belum berhasil mencapai KKM.
Ketuntasan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas IV
SD Negeri 03 Jambangan belum menunjukkan hasil yang diharapkan, dilihat dari
nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV pada Tahun
Pelajaran 2015/2016 diperoleh data. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam
gambar 4.1
61
43%
57%
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD
Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Pra Siklus
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar
matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan
sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti
siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa atau 43% dari 30 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 17 siswa atau 57% dari 30 siswa.
Berdasarkan hasil belajar matematika kelas IV diatas masih rendah,
dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV
SD Negeri 03 Jambangan masih banyak siswa yang masih dibawah KKM 70,
maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran matematika
dengan pembelajaran yang inovatif yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa,
yaitu dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning berbantuan
dengan permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini ditujukan untuk
mengatasi kejenuhan, kebosanan siswa dalam mata pelajaran matematika. Melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II.
4.1.1 Deskripsi Siklus I
Pada deskripsi siklus I ini, menguraikan tentang tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, hasil tindakan, dan refleksi pada siklus I.
Kegiatan ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan masing-masing pertemuan
62
berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan
pokok bahasan Kelipatan dan Faktor Bilangan.
4.1.1.1 Tahap Perencanaan Siklus I
Dalam tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan dalam penelitian dengan pembelajaran Problem Based Learning
berbantuan permainan ular tangga antara lain, orientasi permasalahan yang
dipelajari, mencari atau menemukan permasalahan, dan bermain permainan ular
tangga dalam materi pembelajaran matematika materi kelas IV semester I dan
mengakaji indikatornya, dengan menyesuaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan
papan permainan ular tangga, menyiapakan alat evaluasi untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam pembelajaran, menyiapkan alat peraga yang akan
digunakan dalam pembelajaran, dan menyusun RPP. Setelah semua perangkat
pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya menyiapkan lembar kerja siswa
(LKS), menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi
kegiatan siswa yang akan digunakan untuk menilai pelaksanaan pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan ular tangga.
4.1.1.2 Pelaksanaan Siklus I
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan pertama dilakukan pada hari Rabu, 21 Oktober 2015
dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning
berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah
1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat
pagi anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti
pembelajaran dari ibuk? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin
doa?”.
2. Guru melakukan persensi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi
yang akan dipelajari.
63
4. Guru menjelaskan pembelajaran bahwa pembelajaran akan
menerapkan problem based learning berbantuan permainan ular
tangga.
5. Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah
anak-anak ibu guru mempunyai angka 3 dan angka 4, berapa angka
yang sama diantara 3 dan 4 anak-anak?
6. Motivasi
Memberikan motivasi yaitu dengan memberikan orientasi masalah
kepada siswa. Contoh: “adi memiliki 4 tumpukan bola, tumpukan
pertama ada 3 bola, tumpukan kedua ada 6 bola, tumpukan ketiga ada
9 bola, berapa tumpukan bola yang keempat?”. Siswa diberi
kesempatan berpikir sejenak, kemudian guru menyampaikan kepada
siswa: “ikuti pembelajaran dengan baik maka anak-anak akan
menyelesaikan permasalahan tersebut”.
7. Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang
akan dipelajari
Kegiatan Inti (55 menit)
Eksplorasi
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
1. Siswa diminta menjelaskan pengertian kelipatan suatu bilangan.
2. Siswa diminta menyelesaikan soal yang diberikan guru, contoh
kelipatan 3 adalah.
3. Guru menjelaskan materi tentang kelipatan suatu bilangan dan
kelipatan persekutuan, untuk membantu siswa dalam mempelajari
matematika.
4. Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah
yang diberikan guru tentang materi yang dipelajari.
64
Elaborasi
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang
beranggotakan 3 sampai 5 siswa secara heterogen untuk bermain ular
tangga dalam materi matematika
2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan cara menghitung (1,2,3,4,5)
dengan bantuan guru.
3. Siswa duduk secara berkelompok sesuai nomor hitung kelompok
masing-masing.
4. Siswa diberi penjelasan oleh guru langkah-langkah dan aturan
permainan ular tangga, setelah itu siswa diberi satu set permainan ular
tangga dan pertanyaan ular tangga. Tugas siswa menjawab soal yang
ada di soal ular tangga, yang ditentukan kotak permainan ular tangga.
contoh salah satu siswa melempar kotak ular tangga,dan kotak itu
menunjuk angka 3, disitulah siswa harus menyelesaikan soal itu, dan
melanjutkan permainannya lagi.
5. Siswa bersama kelompok melakukan permainan ular tangga, yang
sudah ada pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.
6. Siswa diminta untuk selalu bekerja sama antar sesama anggota
kelompok belajarnya dalam mendiskusikan permainan ular tangga,
supaya kelompok mencapai finis pertama.
7. Guru berkeliling mengamati dan membantu siswa bagi siswa yang
kurang jelas dalam permainan ular tangga.
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil pekerjaan
permainan ular tangga atau penyelesaian masalah dengan jawaban
permasalahan di depan kelas.
2. Kelompok yang lain menanggapi dan memperhatikan hasil kerja
kelompok yang mendapatkan tugas.
3. Guru memberikan reward berupa bintang bagi kelompok siswa yang
sudah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.
65
Konfirmasi
1. Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai pengalaman belajar dan
pembelajaran yang dilakukan pada hari ini.
2. Siswa dan guru membuat kesimpulan atau rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari.
Kegiatan Penutup (5 menit)
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
1. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik
mengenai materi yang belum dimengerti.
2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan tentang materi
pembelajaran yang sudah dipelajari.
3. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang
hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan
baik, lisan, dan pesan selama mengikuti pembelajaran.
4. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan peembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Jum’at, 23 Oktober 2015
dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning
berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah
1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat
pagi anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti
pembelajaran dari bapak? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin
doa?”.
2. Guru melakukan persensi siswa
66
3. Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah
anak-anak ibu guru mempunyai angka 6 dan angka 8, berapa faktor
angka yang sama diantara 6 dan 8 anak-anak?
Kegiatan Inti (55 menit)
Eksplorasi
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
1. Siswa diminta menjelaskan pengertian faktor suatu bilangan dan faktor
persekutuan.
2. Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan guru.
Elaborasi
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
1. Siswa diminta untuk duduk berkelompok sesuai kelompok belajar
pada pertemuan sebelumnya.
2. Siswa bersama kelompok bermain permainan ular tangga, yang sudah
ada pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
3. Siswa melempar mata dadu, kemudian mata dadu menunjuk angka 4
siswa memainkan 4 langkah, dan menjawab soal yang sudah tertera di
pertanyaan ular tangga, setelah dijawab bisa lanjut bermain kembali.
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
dari bermain ular tangga investigasi mereka.
2. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok yang maju.
3. Siswa menerima reward dari guru.
Konfirmasi
1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang belum
dipahami.
Kegiatan Penutup (5 menit)
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
1. Siswa dan guru membuat rangkuman atau kesimpulan tentang
pembelajaran yang telah dilakukan.
67
2. Guru menghimbau siswa agar belajar dirumah untuk memperdalam
materi matematika untuk mengevaluasi pertemuan selanjutnya.
c. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015
dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pukul 07.15-08.25 WIB dan
digunakan untuk mengevaluasi dengan langkah-langkah kegiatan yaitu,
sebagai berikut:
1. Ketua kelas dimohon menyiapkan teman-temannya untuk diajak berdoa
bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Guru melakukan persensi siswa.
3. Guru menjelaskan aturan selama evaluasi berlangsung.
4. Guru membagikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa.
5. Siswa mengerjakan soal secara individu tanpa menyontek siswa yang
lain.
6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan kembali kepada guru.
7. Guru mendata nilai siswa.
8. Guru memberikan pengahragaan kepada siswa yang memperoleh nilai
tertinggi.
4.1.1.3 Observasi Siklus I
a. Pertemuan Pertama
Dari hasil observasi yang dilakukan observer, pada persiapan yang
dilakukan oleh guru, guru sudah menyediakan alat, media, papan permainan ular
tangga beserta mainnya dan sumber belajar yang relevan dalam proses
pembelajaran. Pada siklus I pertemuan I guru sudah melaksanakan kegiatan
pembelajaran pada kegiatan awal dengan berdoa, persensi,memberi orientasi
masalah kepada siswa, namun guru terlihat sedikit canggung dan tidak percaya
diri pada saat pembelajaran berlangsung dikarenakan di SD Negeri 03 Jambangan
tersebut jarang sekali diberi metode pembelajaran selain konvensional, guru
kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.
Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru belum menjelaskan
langkah-langkah metode pembelajaran problem based learning kepada siswa.
68
Guru memberi aturan dan sanski dalam permainan ular tangga. Dalaam kegiatan
ini guru belum membimbing siswa dalam melakukan permainan ular tangga, guru
juga tidak menghimpau siswa bersikap jujur dan sportif dalam permainan ular
tangga. Guru juga belum mengarahkan dan membimbing siswa dalam
menyampaikan laporan presentasi kelompok.
Pada pertemuan I masih banyak siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru tentang materi yang dipelajari, ada sebagian siswa yang asyik
bermain sendiri dan siswa juga masih terlihat sedikit bingung dengan metode
pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga ini,
sehingga siswa belum aktif dalam pembelajaran. Kerjasama siswa dalam diskusi
juga masih kurang, dan pada saat presentasi masih banyak siswa yang gaduh
sendiri dan tidak memperhatikan teman yang ada di depan kelas. Siswa juga
belum aktif dalam menanggapi presentasi dari kelompok lain. Pada saat membuat
kesimpulan dan tanya jawab siswa masih banyak yang belum aktif dalam
menyampaikan pendapatnya.
b. Pertemuan Kedua
Hasil observasi yang dilakukan oleh observer, pertemuan II ini kegiatan
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru sudah menyampaikan tujuan
pembelajaran dan materi pelajaran dengan baik. Guru juga sudah melaksanakan
kekurangan dan catatan oleh observer pada pertemuan sebelumnya. Guru juga
tidak canggung lagi dan percaya diri dalam pembelajaran metode Problem Based
Learning berbantuan permainan ular tangga, dan dalam membimbing siswa sudah
lebih baik. Siswa juga sudah mulai paham dengan metode pembelajaran Problem
Based Learning berbantuan permainan ular tangga, sehingga minat dan antusias
siswa sudah mulai berkembang dari pertemuan sebelumnya. Kegaduhan didalam
kelas juga sudah mulai berkurang, dan kerjasama siswa dalam diskusi juga belum
maksimal, karena masih banyak siswa yang bermain sendiri. Guru juga belum
bisa sepenuhnya mengarahkan siswa pada saat permainan ular tangga sehingga
siswa mengalami kebingungan dan kesulitan pada saat mengerjakan soal di dalam
permainan ular tangga. Tetapi siswa masih terlihat pasif untuk menanggapi
presentasi dari pasangan lain.
69
c. Pertemuan ketiga
Guru melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan
kedua. Tes dilakukan secara klasikal dan diikuti semua siswa kelas IV sejumlah
30 siswa.
4.1.1.4 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Proses
Dari awal pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi ada beberapa hal
yang perlu perbaikan pada tindakan selanjutnya. Hal tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Belum semua siswa yang pandai dalam kelompoknya mau membantu
temannya yang belum paham.
2. Siswa masih gaduh sendiri ketika guru menjelaskan materi
pembelajaran.
3. Siswa di dalam kelompok ada yang berbicara sendiri dengan
kelompoknya.
4. Sebagian siswa ada yang tidak cocok dengan teman kelompoknya,
cenderung memilih teman diskusi yang disukainya dalam kelompok
belajaranya.
b. Hasil Tes
Hasil nilai tes siklus I ternyata belum dapat memenuhi target dari tujuan
yang diharapkan, sebab ketuntasan belajar siswa 73% dan rata-rata hasil belajar
siswa 72,83, padahal ketuntasan belajar klasikal yang sudah ditentukan 80%.
Karena itu perlu ada perbaikan dan peningkatan hasil belajar pada siklus II.
c. Aktivitas Guru Mengajar
Guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
metode pembelajaran problem based learning, guru juga menerapkan permainan
ular tangga dalam proses pembelajaran berlangsung, permainan yang
meningkatkan antusias dan minat siswa dalam materi matematika, guru terlebih
70
dahulu menjelaskan aturan-aturan dalam permainan ular tangga, tetapi secara
keselurahan dari penerapan problem based learning dan permainan ular tangga
belum berjalan maksimal dalam hal penyajian materi pembelajaran, guru juga
belum berkesempatan membimbing siswa yang mengalami kesulitan untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran, guru juga belum mengarahkan dan
membimbing siswa dalam menyampaikan laporan kelompok diskusinya, dan guru
juga belum melakukan refleksi pembelajaran.
4.1.2 Diskripsi Siklus II
Pada deskripsi siklus II ini, menguraikan tentang tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, hasil tindakan, dan refleksi pada siklus II.
Kegiatan ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan masing-masing pertemuan
berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan
pokok bahasan Kelipatan dan Faktor Bilangan (KPK dan FPB). Pelaksanaan
siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.
4.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus II
Persiapan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan siklus II ini supaya
efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding dengan siklus I adalah
melihat dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari alternatif untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan dan mempertahankan bahkan meningkatkan
kelebihan pada siklus I. Selanjutnya menelaah materi pembelajaran Matematika
kelas IV yaitu dengan mengkaji indikator-indikatornya dengan menyesuaikan
tujuan pembelajaran, menyiapkan papan permainan ular tangga, menyiapakan
alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran,
menyiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan menyusun
RPP. Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya
menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan lembar observasi kegiatan
guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang akan digunakan untuk menilai
pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning berbantuan ular tangga.
71
4.1.2.2 Pelaksanaan Siklus II
a. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Selasa, 03 November
2015 dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning
berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah
1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat pagi
anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti pembelajaran
dari ibuk? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin doa?”.
2. Guru melakukan persensi siswa.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi
yang akan dipelajari.
4. Guru menjelaskan pembelajaran bahwa pembelajaran akan menerapkan
problem based learning berbantuan permainan ular tangga.
5. Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah
anak-anak ibu guru mempunyai angka 8 dan angka 4, berapa KPK dari
8 dan 4 anak-anak?
6. Motivasi
Memberikan motivasi yaitu dengan memberikan permasalahan kepada
siswa. Contoh: “Burung merpati Anto berbunyi setiap 5 jam sekali,
sedangkan burung merpati Herman berbunyi setiap 8 jam sekali. Setiap
berapa jam kah burung merpati itu berbunyi bersama-sama?”. Siswa
diberi kesempatan berpikir sejenak, kemudian guru menyampaikan
kepada siswa: “ikuti pembelajaran dengan baik maka anak-anak akan
menyelesaikan permasalahan tersebut”.
7. Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang
akan dipelajari
72
Kegiatan Inti (55 menit)
Eksplorasi
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
1. Siswa diminta menjelaskan pengertian KPK
2. Siswa diminta menyelesaikan soal yang diberikan guru, contoh KPK
dari 8 dan 10 adalah.
3. Guru menjelaskan materi tentang kelipatan suatu bilangan dan
kelipatan persekutuan, untuk membantu siswa dalam mempelajari
matematika.
4. Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah
yang diberikan guru tentang materi yang dipelajari.
Elaborasi
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang
beranggotakan 3 sampai 5 siswa secara heterogen untuk bermain ular
tangga dalam materi matematika
2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan cara menghitung (1,2,3,4,5)
dengan bantuan guru.
3. Siswa duduk secara berkelompok sesuai nomor hitung kelompok
masing-masing.
4. Siswa diberi penjelasan oleh guru langkah-langkah dan aturan
permainan ular tangga, setelah itu siswa diberi satu set permainan ular
tangga dan pertanyaan ular tangga. Tugas siswa menjawab soal yang
ada di soal ular tangga, yang ditentukan kotak permainan ular tangga.
contoh salah satu siswa melempar kotak ular tangga,dan kotak itu
menunjuk angka 3, disitulah siswa harus menyelesaikan soal itu, dan
melanjutkan permainannya lagi.
5. Siswa bersama kelompok melakukan permainan ular tangga, yang
sudah ada pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.
73
6. Siswa diminta untuk selalu bekerja sama antar sesama anggota
kelompok belajarnya dalam mendiskusikan permainan ular tangga,
supaya kelompok mencapai finis pertama.
7. Guru berkeliling mengamati dan membantu siswa bagi siswa yang
kurang jelas dalam permainan ular tangga.
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil pekerjaan
permainan ular tangga atau penyelesaian masalah dengan jawaban
permasalahan di depan kelas.
2. Kelompok yang lain menanggapi dan memperhatikan hasil kerja
kelompok yang mendapatkan tugas.
3. Guru memberikan reward berupa bintang bagi kelompok siswa yang
sudah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.
Konfirmasi
1. Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai pengalaman belajar dan
pembelajaran yang dilakukan pada hari ini.
2. Siswa dan guru membuat kesimpulan atau rangkuman tentang materi
yang telah dipelajari.
Kegiatan Penutup (5 menit)
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
1. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik mengenai
materi yang belum dimengerti.
2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan tentang materi
pembelajaran yang sudah dipelajari.
3. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang
hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan
baik, lisan, dan pesan selama mengikuti pembelajaran.
4. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan peembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
74
b. Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Kamis, 05 November
2015 dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses
pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning
berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah
1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat pagi
anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti pembelajaran
dari bapak? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin doa?”.
2. Guru melakukan persensi siswa
3. Apersepsi
Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah anak-
anak bapak mempunyai angka 16 dan angka 18, berapa faktor
persekutuan terbesar (FPB) 16 dan 18 anak-anak?
Kegiatan Inti (55 menit)
Eksplorasi
Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar
1. Siswa diminta menjelaskan pengertian FPB.
2. Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan guru.
Elaborasi
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok
1. Siswa diminta untuk duduk berkelompok sesuai kelompok belajar pada
pertemuan sebelumnya.
2. Siswa bersama kelompok bermain permainan ular tangga, yang sudah
ada pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
3. Siswa melempar mata dadu, kemudian mata dadu menunjuk angka 4
siswa memainkan 4 langkah, dan menjawab soal yang sudah tertera di
pertanyaan ular tangga, setelah dijawab bisa lanjut bermain kembali.
75
Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
1. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
dari bermain ular tangga investigasi mereka.
2. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok yang maju.
3. Siswa menerima reward dari guru.
Konfirmasi
1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang belum dipahami.
Kegiatan Penutup (5 menit)
Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
1. Siswa dan guru membuat rangkuman atau kesimpulan tentang
pembelajaran yang telah dilakukan.
2. Guru menghimbau siswa agar belajar dirumah untuk memperdalam
materi matematika untuk mengevaluasi pertemuan selanjutnya.
c. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at, 06 November 2015
dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pukul 07.15-08.25 WIB dan
digunakan untuk mengevaluasi dengan langkah-langkah kegiatan yaitu, sebagai
berikut:
1. Ketua kelas dimohon menyiapkan teman-temannya untuk diajak berdoa
bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Guru melakukan persensi siswa.
3. Guru menjelaskan aturan selama evaluasi berlangsung.
4. Guru membagikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa.
5. Siswa mengerjakan soal secara individu tanpa menyontek siswa yang
lain.
6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan kembali kepada guru.
7. Guru mendata nilai siswa.
8. Guru memberikan pengahragaan kepada siswa yang memperoleh nilai
tertinggi.
76
4.1.2.3 Observasi Siklus II
a. Pertemuan Pertama
Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan pertama berlangsung, peneliti
meminta bantuan observer untuk mengamati jalannya pembelajaran berlangsung
dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang
telah disediakan. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan
penerapan Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru dalam membimbing siswa sudah
baik, terlihat dari semua siswa sudah teratur dalam menjalankan permanian ular
tangga. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah memperhatikan dengan baik
dan tidak gaduh sendiri. Siswa sudah terbiasa memecahkan masalah yang
diberikan guru. Siswa sudah mulai terbiasa dan sangat tertarik dengan
pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. Siswa
terlihat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika. Siswa
belum aktif dalam menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Umpan balik yang
diberikan guru sudah bisa diterima siswa dengan baik.
b. Pertemuan Kedua
Dari hasil observasi yang dilakukan observer, pada pertemuan kedua
pembelajaran sudah baik hal ini terlihat bahwa siswa sudah mulai tertarik dengan
pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga yang
diberikan selama pembelajaran. Presentasi kelompok sudah dipantau dengan baik
dan siswa dalam menyampaikan presentasinya sudah cukup baik dan percaya diri.
Siswa sudah mulai berani mengeluarkan pendapatnya untuk menanggapi
presentasi kelompok lain. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semangat
dan minat belajar siswa sudah baik hal ini dibuktikan dengan adanya pertanyaan-
pertanyaan dan keingintahuan siswa untuk memahami materi pembelajaran
matematika.
c. Pertemuan Ketiga
Guru melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan
77
kedua. Tes dilakukan secara klasikal dan diikuti semua siswa kelas IV sejumlah
30 siswa.
4.1.2.4 Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes selama siklus II berlangsung,
dapat diperoleh data bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. guru juga telah
melaksanakan semua langkah-langkah sesuai dengan tahapan dalam penerapan
metode Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. Aktivitas
guru dan siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari siklus I, ketuntasan belajar mengajar 73% pada
siklus I meningkat menjadi 93% pada siklus II, sedangkan nilai rata-rata
meningkat dari 72,83 pada siklus I menjadi 82,17 pada siklus II. Dengan demikian
setelah dilaksanakan penerapan problem based learning berbantuan permainan
ular tangga, pelaksanaan pada siklus II dinyatakan suah berhasil, karena indikator
keberhasilan sudah tercapai, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari
80% yaitu ketuntasan belajar siswa mencapai 93%.
4.2 Hasil dan Analisis Tindakan
Pada sub bab hasil dan analisi tindakan, akan menguraikan mengenai hasil
tindakan yang diperoleh dari data hasil tes evaluasi mata pelajaran Matematika
siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan yang dilaksankan pada akhir siklus I dan
siklus II. Dari data tersebut kemudian dianalisis tindakan dengan membandingkan
perolehan data pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Nilai kondisi awal
diperoleh dari data nilai ulangan harian kelas IV.
4.2.1 Diskripsi Data
Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi
data. Pada sub bab deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri
dari data hasil belajar. Kemudian disajikan juga data siklus II yaitu hasil belajar
siswa.
78
0
2
4
6
8
10
12
14
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Fre
kue
nsi
Sis
wa
Skor Hasil Belajar
4.2.2 Hasil Tindakan
Pada sub bab hasil tindakan ini, akan menguraikan tentang hasil tindakan
pembelajaran berupa nilai Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan
setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan II melalui penerapan pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga, hasil belajar mata
pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan sebagai berikut:
1) Siklus I
Hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 3
Jambangan diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada
pertemuan ketiga siklus I. Berikut disajikan hasil belajar Matematika siswa kelas
IV SD Negeri 03 Jambangan dengan Kompetensi Dasar (KD) 2.2. Menentukan
kelipatan dan faktor bilangan. Berikut disajikan pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Batang Hasil Belajar Ketuntasan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri
03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus I
Berdasarkan gambar 4.2 Skor hasil belajar matematika, dapat dikatakan
bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV mengalami peningkatan dari
kondisi awal ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa
menjadi 72,83. Hasil belajar Matematika pada siklus I siswa kelas IV SD Negeri
03 Jambangan, pada rentang nilai 41-50 sejumlah 1 siswa atau 4,13%, rentang
nilai 51-60 sejumlah 6 siswa atau 20,00% , rentang nilai 61-70 sejumlah 5 siswa
atau 16,67%, rentang nilai 71-80 sejumlah 12 siswa atau 40,00%, rentang nilai 81-
90 sejumlah 4 siswa atau 13,33%, dan rentang nilai 91-100 sejumlah 2 siswa atau
79
72%
28%
Tuntas Belum Tuntas
6,67%. Dari data tersebut dapat diketahui nilai tertinggi yang diperoleh siswa
setelah pelaksanaan tindakan siklus I dengan penerapan pembelajaran problem
based learning berbantuan permainan ular tangga yaitu 97, sementara nilai
terendah yang diperoleh siswa 50.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil
perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah Siswa
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tuntas ≥ 70 22 73,33%
2. Belum Tuntas <70 8 26,67%
Jumlah 30 100
Dari tabel 4.2 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM<70) sebanyak 8 siswa atau 26,67% dari jumlah keseluruhan siswa,
sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70)
sebanyak 22 siswa atau 73,33% dari jumlah keseluruhan siswa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar 4.3
Gambar 4.3
Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD
Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus I
80
0
2
4
6
8
10
12
41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100
Fre
kue
nsi
Sis
wa
Skor Hasil Belajar
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar
matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan
sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti
siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa atau 72% dari 30 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 8 siswa atau 28% dari 30 siswa.
2) Siklus II
Hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03
Jambangan dengan Kompetensi Dasar (KD) 2.3. Menentukan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB), dan berikut
disajikan pada gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4
Grafik Batang Hasil Belajar Ketuntasan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri
03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus II
Berdasarkan gambar 4.4 nilai mata pelajaran matematika, dapat dikatakan
bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan
mengalami peningkatan dari hasil belajar pada siklus II, ditandai dengan
meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa menjadi 81,93. Hasil belajar
Matematika pada siklus II siswa kelas IV pada rentang nilai 41-50 sejumlah 0
siswa atau 0% dari seluruh siswa, rentang nilai 51-60 sejumlah 1 siswa atau
3,33% dari seluruh siswa, rentang nilai 61-70 sejumlah 3 siswa atau 3,33% dari
81
seluruh siswa, rentang nilai 71-80 sejumlah 11 siswa atau 36,67 dari seluruh
siswa, rentang nilai 81-90 sejumlah 9 siswa atau 30,00% dari seluruh siswa, dan
rentang nilai 91-100 sejumlah 8 siswa atau 26,67%. Dari data tersebut diketahui
nilai tertinggi yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan
penerapan problem based learning berbantuan permainan ular tangga menjadi
100, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa 60 yang semula pada siklus I
hanya 50.
Berdasarkan Kriteria ketuntasan minmal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan
nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Jumlah
Frekuensi Persentase
(%)
1. Tuntas ≥ 70 28 93,33%
2. Belum Tuntas < 70 2 6,67%
Jumlah 30 100
Dari tabel 4.3 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dijelaskan
bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM<70) sebanyak 2 siswa dari total 30 siswa, sedangkan yang sudah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 28 siswa dengan total 30
siswa. Hasil ketuntasan belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II
ini sudah memenuhi indikator kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti,
diketahui dari besar persentase tingkat keberhasilan siswa sudah lebih dari 80%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5
82
7%
93%
Tuntas Belum Tuntas
Gambar 4.5
Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD
Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus II
Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar
matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan
sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti
siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa atau 93% dari 30 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 2 siswa atau 7% dari 30 siswa.
4.2.3 Analisis Komparatif
Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan
bahwa setelah penerapan problem based learning berbantuan permainan ular
tangga peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dari kondisi awal, siklus I sampai
dengan siklus II jika dibandingkan dengan kondisi awal yang menggunakan
metode ceramah dan hanya berpusat pada guru. Berikut disajikan tabel
perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jambangan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan
Semester I Tahun Ajaran 2015/2016
No Ketuntasan
belajar Nilai
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas ≥ 70 13 43,33 22 73,33 28 93,33
2. Belum Tuntas < 70 17 56,67 8 26,67 2 6,67
Jumlah 30 100 30 100 30 100
83
Tabel diatas menunjukkan pada kondisi awal, jumlah siswa yang belum
mencapai target KKM ada 17 siswa dari yang sudah mencapai target KKM ada 13
siswa, yang berarti persentase ketuntasan sebesar 43,7%. Siklus I persentase
ketuntasan meningkat menjadi 73,33%, tetapi belum mencapai indikator
keberhasilan dengan rincian 22 siswa mencapai target KKM dan 8 siswa belum
mencapai target KKM. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa
secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa
belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah
ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian
tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan
belajar matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan
yaitu sejumlah 80% dari total keseluruhan siswa. Pada siklus II jumlah siswa yang
memperoleh nilai lebih dari KKM yaitu sebanyak 28 siswa dengan persentase
93,33%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM hanya 2 siswa
dengan persentase 6,67%, nilai rata-rata hasil belajar matematika siklus II
mencapai 81,93. Dari hasil belajar matematika dan ketuntasan belajar siswa siklus
II dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian dengan
menggunakan penerapan problem based learning berbantuan permainan ular
tangga yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa
≥ 80%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan problem based learning
berbantuan permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar dengan sangat
baik.
Penerapan problem based learning berbantuan permainan ular tangga pada
siklus I kinerja kegiatan guru dan kinerja kegiatan siswa, dengan langkah-
langkah: (1) orientasi siswa pada situasi masalah guru belum menyampaikan
tujuan pembelajaran, dan guru belum memotivasi siswa supaya siswa semangat
belajar dalam pembelajaran berlangsung, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar
dalam hal ini guru belum menjelaskan langkah-langkah dan aturan permainan ular
tangga, (3) membimbing penyelidikan individual atau kelompok dalam
penerapannya guru belum menhimpau siswa agar siswa bersikpa sportif dan tidak
mengganggu kelompok lain dalam permainan ular tangga, (4) mengembangkan
84
dan menyajikan hasil karya guru belum mengarahkan dan membimbing siswa
dalam menyampaikan laporan kelompok dan meminta siswa untuk mendengarkan
presentasi dan guru belum memberikan reward berupa bintang bagi siswa yang
mencapai finis dalam permainan ular tangga, (5) menganalisis dan mengevaluasi
hasil pemecahan masalah guru belum melakukan refleksi pembelajaran, saran, dan
materi yang dipelajarai. Setelah penerapan problem based learning berbantuan
permainan ular tangga, masih banyak kinerja kegiatan guru dan kinerja siswa
yang belum tercapai, maka penerapan problem based learning berbantuan
permaian ular tangga dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II penerapan problem
based learning berbantuan permainan ular tangga langkah-langkah dan observasi
yang diamati, guru telah melaksanakan langkah-langkah problem based learning
dengan baik.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan
dikelas IV SD Negeri 03 Jambangan ditemukan bahwa hasil belajar matematika
siswa masih rendah, ini disebabkan pemahaman mengenai materi “Keliptan dan
Faktor Bilangan” belum secara aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran
sebelum tindakan (pra siklus) menunjukakan siswa masif pasif pelajaran, yang
aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah dari guru
sehingga pelajaran terkesan membosankan. Siswa masih bekerja secara individu,
siswa masih pemalu, pendiam dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan
ketrampilan bekerja sama dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat jenuh karena
proses pembelajaran seakan-akan monoton dari guru saja sehingga hasil belajar
siswa rata-rata masih rendah, hasil belajar siswa dalam rata-rata sebelum tindakan
adalah 70. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70) hanya
17 atau 57% sedangkan siswa yang belum mencapai kretria ketuntasan minimal
sebanyak 13 atau 43%. Nilai tertinggi yang berhasil diperoleh siswa sebelum
tindakan adalah 87 sedangkan nilai terendah 43.
Adanya perbandingan siswa yang tuntas dan tidak tuntas dikelas IV SD
Negeri 03 Jambangan dikarenakan 13 siswa sudah dapat menerima materi yang
85
disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja dan siswa ini
memang mempunyai daya tangkap materi pembelajaran yang lebih baik
dibandingkan teman yang lainnya. Sebaliknya 17 siswa yang belum tuntas
disebabkan ketidakmampuan menerima materi pembelajaran oleh guru dengan
metode ceramah karena 17 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran
masih rendah jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga
diperlukan tindakan sesuai yaitu bagaiman guru harus menekankan aktifitas siswa
dikelas agar tidak hanya mengandalkan metode ceramah yang sedkit
membosankan. Siswa akan lebih dapat menguasi materi jika dihadapkan pada
suatu yang konkrit dan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat
mendapatkan pengalaman belajar yang berarti serta siswa dapat terlibat aktif
selama kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung.
Menurut Arends dalam Jamil Suprihatingrum (2013:66) “PBL adalah
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik,
sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta
meningkatkan kepercayaan diri dan pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dalam mata pelajaran matematika
perlu sebuah permainan untuk memikat siswa dalam belajar, permaian yang
simple dan pernah melakukan yaitu permainan ular tangga. Permainan ular tangga
adalah papan yang dimainkan 2 orang atau lebih, papan permainan dibagi kotak-
kotak kecil dan dibeberapa kotak di gambar ular dan tangga yang menghubungkan
dengan kotak yang lain. Media permainan ular tangga ini disertai kartu pertanyaan
mengenai materi yang telah dipelajari. Guru dapat membuat media pembelajaran
ini sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.
Teori dari Arends tersebut selaras dengan metode pembelajaran yang
diterapkan penulis. Karena saat penulis menerapkan pembelajaran problem based
learning berbantuan bermainan ular tangga terdapat peningkatan prestasi hasil
belajar matematika didapatkan dari hasil perolehan nilai di siklus I dan siklus II
86
1. Siklus I
Siklus I dengan penerapan problem based learning berbantuan permainan
ular tangga, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70)
sebanyak 22 siswa atau 73% dan sebanyak 8 atau 27% yang mendapat
nilai dibawah KKM, dengan nilai rata-rata siswa 72,83, nilai tertinggi pada
siklus I adalah 90 dan nilai terendah pada siklus I 50.
2. Siklus II
Siklus II dengan penerapan problem based learning berbantuan permainan
ular tangga, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70)
sebanyak 28 atau 93% dan sebanyak 2 atau 7% yang mendapat nilai
dibawah KKM, dengan nilai rata-rata siswa 81,93, nilai tertingg pada
siklus II adalah 100 dan nilai terendah pada siklus II 60.
Siti Novi Andriastutik (2012) menyimpulkan hasil penelitian dengan
penerapan model problem based learning dapat meningkatkan ketrampilan sosial
siswa, model problem based learning memudahkan siswa dalam memahami
materi pembelajaran, ditandai dengan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok,
keberanian siswa mengemukakan pendapat dan kerjasama siswa menyelesaikan
lembar kerja kelompok. Peneliti menggunakan pembelajaran yang berpusat pada
memecahkan masalah (problem based learning) dan dengan permainan yang
menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan dalam mata pelajaran matematika.
Siswa dapat langsung terlibat dalam pembelajaran berpusat masalah (problem
based learning) dan juga belajar sambil bermain ular tangga.
Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II
didapatkan bahwa penerapan pembelajaran problem based learning berbantuan
permainan ular tangga dengan kerjasama kelompok, memcahkan masalah,
bermain ular tangga dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada
materi “Kelipatan dan Faktor Bilangan” kelas IV SD Negeri 03 Jambangan
Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016, karena
dengan pembelajaran problem based learning berbantuan permainan ular tangga
siswa dapat belajar sesuatu yang nyata dapat menambah aspek kegembiraan dan
kesenangan bagi siswa, karena siswa dapat belajar sambil bermain. Situasi ini
87
mendukung efektivitas proses pembelajaran dan dengan langsung terlibat pada
aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang
sesuatu yang siswa lihat.
Berdasarkan penerapan Problem Based Learning berbantuan permainan
ular tangga pada siklus I kegiatan guru dan siswa belum terlaksana secara
maksimal dan banyak kekurangan dalam penerapanya, kekurangan dan kelemahan
akan diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II penerapan prbolem based learning
mengalami peningkatan dan kegiatan guru dan siswa terlaksana secara baik.