29
59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SD Negeri 03 Jambngan masih berlangsung konvensional yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa pada posisi objek belajar dan siswa sebagai tempat menerima tranfer pengetahuan dari guru. Kegiatan awal ini terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dimana guru hanya ceramah, menjelaskan materi pada buku paket, memberi contoh, memberi latihan soal, sedangakan siswa hanya diam, bercerita sendiri, mencatat, dan mengerjakaan soal. Dalam kegiatan guru adalah segalanya, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru hasil belajar, motivasi siswa, dan latar belakang sosial siswa tidak dijadikan pertimbangan guru didalam mendesain pembelajaran, proses pembelajaran berlangsung sebagai rutinitas dari hari ke hari, akibatnya adalah siswa cenderung pasif, bosan, malas- malasan, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, dan tidak kreatif. Hasil belajar siswa juga ditentukan oleh aktivitas siswa dirumah, sebagian besar siswa tidak mendapat dukungan orang tua dalam upaya meningkatkan semangat belajar. Hal ini terjadi karena orang tuan sibuk bekerja mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, karena sebagian besar siswa adalah anak petani, dan ada orang tuanya buruh sehingga kurang mengurusi anaknya. Di samping itu kondisi orang tua memiliki pendidikan yang rendah sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar, ada yang lulus SMP ada yang orang tuanya lulus SMA, bahkan jarang orang tuanya yang lulusan Sarjana (S1), maka orang tua siswa kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Siswa juga memiliki pandangan bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit, membosankan dan tidak menarik sehingga siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran matematika.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10243/4/T1_292011047_BAB IV... · matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor

  • Upload
    lykiet

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus

Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlebih dahulu peneliti

melakukan observasi awal, dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa. pelaksanaan pembelajaran di kelas IV SD Negeri 03 Jambngan masih

berlangsung konvensional yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa pada

posisi objek belajar dan siswa sebagai tempat menerima tranfer pengetahuan dari

guru. Kegiatan awal ini terjadi pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung,

dimana guru hanya ceramah, menjelaskan materi pada buku paket, memberi

contoh, memberi latihan soal, sedangakan siswa hanya diam, bercerita sendiri,

mencatat, dan mengerjakaan soal. Dalam kegiatan guru adalah segalanya,

sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru hasil belajar,

motivasi siswa, dan latar belakang sosial siswa tidak dijadikan pertimbangan guru

didalam mendesain pembelajaran, proses pembelajaran berlangsung sebagai

rutinitas dari hari ke hari, akibatnya adalah siswa cenderung pasif, bosan, malas-

malasan, tidak memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, dan tidak

kreatif.

Hasil belajar siswa juga ditentukan oleh aktivitas siswa dirumah, sebagian

besar siswa tidak mendapat dukungan orang tua dalam upaya meningkatkan

semangat belajar. Hal ini terjadi karena orang tuan sibuk bekerja mencari nafkah

untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, karena sebagian besar siswa adalah

anak petani, dan ada orang tuanya buruh sehingga kurang mengurusi anaknya. Di

samping itu kondisi orang tua memiliki pendidikan yang rendah sebagian besar

hanya tamat Sekolah Dasar, ada yang lulus SMP ada yang orang tuanya lulus

SMA, bahkan jarang orang tuanya yang lulusan Sarjana (S1), maka orang tua

siswa kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Siswa juga memiliki

pandangan bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang sulit,

membosankan dan tidak menarik sehingga siswa kurang tertarik terhadap

pembelajaran matematika.

60

Ketuntasan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas IV

SD Negeri 03 Jambangan belum menunjukan hasi yang diharapkan, dilihat dari

nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV pada tahun

ajaran 2015/2016 diperoleh data. Berdasarkan nilai kriteria ketuntasan mininal

(KKM= 70) data hasil perolehan pada kondisi awal atau sebelum tindakan dapat

disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 03

Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016

Pra Siklus

No.

Skor

Ketuntasan

Hasil Belajar

Nilai

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tuntas ≥ 70 13 43,33

2. Belum Tuntas <70 17 56,67

Jumlah 30 100

Hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan dapat

diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai belum mencapai (KKM= 70) sejumlah

17 siswa atau 56,67% dari keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang sudah

mencapai KKM sebanyak 13 siswa dengan persentase 43,33% dari keseluruhan

siswa. berdasarkan hasil nilai tersebut dapat diketahui bahwa persentase jumlah

siswa yang telah mencapai KKM lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa

yang belum berhasil mencapai KKM.

Ketuntasan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas IV

SD Negeri 03 Jambangan belum menunjukkan hasil yang diharapkan, dilihat dari

nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran Matematika kelas IV pada Tahun

Pelajaran 2015/2016 diperoleh data. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan dalam

gambar 4.1

61

43%

57%

Tuntas

Belum Tuntas

Gambar 4.1

Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Pra Siklus

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar

matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan

sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti

siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa atau 43% dari 30 siswa dan yang belum

tuntas sebanyak 17 siswa atau 57% dari 30 siswa.

Berdasarkan hasil belajar matematika kelas IV diatas masih rendah,

dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV

SD Negeri 03 Jambangan masih banyak siswa yang masih dibawah KKM 70,

maka peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran matematika

dengan pembelajaran yang inovatif yang bisa meningkatkan hasil belajar siswa,

yaitu dengan menerapkan pembelajaran Problem Based Learning berbantuan

dengan permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini ditujukan untuk

mengatasi kejenuhan, kebosanan siswa dalam mata pelajaran matematika. Melalui

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu

siklus I dan siklus II.

4.1.1 Deskripsi Siklus I

Pada deskripsi siklus I ini, menguraikan tentang tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, hasil tindakan, dan refleksi pada siklus I.

Kegiatan ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan masing-masing pertemuan

62

berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan

pokok bahasan Kelipatan dan Faktor Bilangan.

4.1.1.1 Tahap Perencanaan Siklus I

Dalam tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang

akan digunakan dalam penelitian dengan pembelajaran Problem Based Learning

berbantuan permainan ular tangga antara lain, orientasi permasalahan yang

dipelajari, mencari atau menemukan permasalahan, dan bermain permainan ular

tangga dalam materi pembelajaran matematika materi kelas IV semester I dan

mengakaji indikatornya, dengan menyesuaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan

papan permainan ular tangga, menyiapakan alat evaluasi untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa dalam pembelajaran, menyiapkan alat peraga yang akan

digunakan dalam pembelajaran, dan menyusun RPP. Setelah semua perangkat

pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya menyiapkan lembar kerja siswa

(LKS), menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi

kegiatan siswa yang akan digunakan untuk menilai pelaksanaan pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan ular tangga.

4.1.1.2 Pelaksanaan Siklus I

a. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan pertama dilakukan pada hari Rabu, 21 Oktober 2015

dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning

berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah

1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat

pagi anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti

pembelajaran dari ibuk? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin

doa?”.

2. Guru melakukan persensi siswa.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi

yang akan dipelajari.

63

4. Guru menjelaskan pembelajaran bahwa pembelajaran akan

menerapkan problem based learning berbantuan permainan ular

tangga.

5. Apersepsi

Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah

anak-anak ibu guru mempunyai angka 3 dan angka 4, berapa angka

yang sama diantara 3 dan 4 anak-anak?

6. Motivasi

Memberikan motivasi yaitu dengan memberikan orientasi masalah

kepada siswa. Contoh: “adi memiliki 4 tumpukan bola, tumpukan

pertama ada 3 bola, tumpukan kedua ada 6 bola, tumpukan ketiga ada

9 bola, berapa tumpukan bola yang keempat?”. Siswa diberi

kesempatan berpikir sejenak, kemudian guru menyampaikan kepada

siswa: “ikuti pembelajaran dengan baik maka anak-anak akan

menyelesaikan permasalahan tersebut”.

7. Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang

akan dipelajari

Kegiatan Inti (55 menit)

Eksplorasi

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

1. Siswa diminta menjelaskan pengertian kelipatan suatu bilangan.

2. Siswa diminta menyelesaikan soal yang diberikan guru, contoh

kelipatan 3 adalah.

3. Guru menjelaskan materi tentang kelipatan suatu bilangan dan

kelipatan persekutuan, untuk membantu siswa dalam mempelajari

matematika.

4. Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah

yang diberikan guru tentang materi yang dipelajari.

64

Elaborasi

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang

beranggotakan 3 sampai 5 siswa secara heterogen untuk bermain ular

tangga dalam materi matematika

2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan cara menghitung (1,2,3,4,5)

dengan bantuan guru.

3. Siswa duduk secara berkelompok sesuai nomor hitung kelompok

masing-masing.

4. Siswa diberi penjelasan oleh guru langkah-langkah dan aturan

permainan ular tangga, setelah itu siswa diberi satu set permainan ular

tangga dan pertanyaan ular tangga. Tugas siswa menjawab soal yang

ada di soal ular tangga, yang ditentukan kotak permainan ular tangga.

contoh salah satu siswa melempar kotak ular tangga,dan kotak itu

menunjuk angka 3, disitulah siswa harus menyelesaikan soal itu, dan

melanjutkan permainannya lagi.

5. Siswa bersama kelompok melakukan permainan ular tangga, yang

sudah ada pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.

6. Siswa diminta untuk selalu bekerja sama antar sesama anggota

kelompok belajarnya dalam mendiskusikan permainan ular tangga,

supaya kelompok mencapai finis pertama.

7. Guru berkeliling mengamati dan membantu siswa bagi siswa yang

kurang jelas dalam permainan ular tangga.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil pekerjaan

permainan ular tangga atau penyelesaian masalah dengan jawaban

permasalahan di depan kelas.

2. Kelompok yang lain menanggapi dan memperhatikan hasil kerja

kelompok yang mendapatkan tugas.

3. Guru memberikan reward berupa bintang bagi kelompok siswa yang

sudah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

65

Konfirmasi

1. Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai pengalaman belajar dan

pembelajaran yang dilakukan pada hari ini.

2. Siswa dan guru membuat kesimpulan atau rangkuman tentang materi

yang telah dipelajari.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

1. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik

mengenai materi yang belum dimengerti.

2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan tentang materi

pembelajaran yang sudah dipelajari.

3. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang

hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan

baik, lisan, dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

4. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan peembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

b. Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Jum’at, 23 Oktober 2015

dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning

berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah

1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat

pagi anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti

pembelajaran dari bapak? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin

doa?”.

2. Guru melakukan persensi siswa

66

3. Apersepsi

Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah

anak-anak ibu guru mempunyai angka 6 dan angka 8, berapa faktor

angka yang sama diantara 6 dan 8 anak-anak?

Kegiatan Inti (55 menit)

Eksplorasi

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

1. Siswa diminta menjelaskan pengertian faktor suatu bilangan dan faktor

persekutuan.

2. Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan guru.

Elaborasi

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

1. Siswa diminta untuk duduk berkelompok sesuai kelompok belajar

pada pertemuan sebelumnya.

2. Siswa bersama kelompok bermain permainan ular tangga, yang sudah

ada pertanyaan tentang materi yang dipelajari.

3. Siswa melempar mata dadu, kemudian mata dadu menunjuk angka 4

siswa memainkan 4 langkah, dan menjawab soal yang sudah tertera di

pertanyaan ular tangga, setelah dijawab bisa lanjut bermain kembali.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil

dari bermain ular tangga investigasi mereka.

2. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok yang maju.

3. Siswa menerima reward dari guru.

Konfirmasi

1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang belum

dipahami.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

1. Siswa dan guru membuat rangkuman atau kesimpulan tentang

pembelajaran yang telah dilakukan.

67

2. Guru menghimbau siswa agar belajar dirumah untuk memperdalam

materi matematika untuk mengevaluasi pertemuan selanjutnya.

c. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober 2015

dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pukul 07.15-08.25 WIB dan

digunakan untuk mengevaluasi dengan langkah-langkah kegiatan yaitu,

sebagai berikut:

1. Ketua kelas dimohon menyiapkan teman-temannya untuk diajak berdoa

bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Guru melakukan persensi siswa.

3. Guru menjelaskan aturan selama evaluasi berlangsung.

4. Guru membagikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa.

5. Siswa mengerjakan soal secara individu tanpa menyontek siswa yang

lain.

6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan kembali kepada guru.

7. Guru mendata nilai siswa.

8. Guru memberikan pengahragaan kepada siswa yang memperoleh nilai

tertinggi.

4.1.1.3 Observasi Siklus I

a. Pertemuan Pertama

Dari hasil observasi yang dilakukan observer, pada persiapan yang

dilakukan oleh guru, guru sudah menyediakan alat, media, papan permainan ular

tangga beserta mainnya dan sumber belajar yang relevan dalam proses

pembelajaran. Pada siklus I pertemuan I guru sudah melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada kegiatan awal dengan berdoa, persensi,memberi orientasi

masalah kepada siswa, namun guru terlihat sedikit canggung dan tidak percaya

diri pada saat pembelajaran berlangsung dikarenakan di SD Negeri 03 Jambangan

tersebut jarang sekali diberi metode pembelajaran selain konvensional, guru

kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.

Guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru belum menjelaskan

langkah-langkah metode pembelajaran problem based learning kepada siswa.

68

Guru memberi aturan dan sanski dalam permainan ular tangga. Dalaam kegiatan

ini guru belum membimbing siswa dalam melakukan permainan ular tangga, guru

juga tidak menghimpau siswa bersikap jujur dan sportif dalam permainan ular

tangga. Guru juga belum mengarahkan dan membimbing siswa dalam

menyampaikan laporan presentasi kelompok.

Pada pertemuan I masih banyak siswa yang tidak memperhatikan

penjelasan guru tentang materi yang dipelajari, ada sebagian siswa yang asyik

bermain sendiri dan siswa juga masih terlihat sedikit bingung dengan metode

pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga ini,

sehingga siswa belum aktif dalam pembelajaran. Kerjasama siswa dalam diskusi

juga masih kurang, dan pada saat presentasi masih banyak siswa yang gaduh

sendiri dan tidak memperhatikan teman yang ada di depan kelas. Siswa juga

belum aktif dalam menanggapi presentasi dari kelompok lain. Pada saat membuat

kesimpulan dan tanya jawab siswa masih banyak yang belum aktif dalam

menyampaikan pendapatnya.

b. Pertemuan Kedua

Hasil observasi yang dilakukan oleh observer, pertemuan II ini kegiatan

pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru sudah menyampaikan tujuan

pembelajaran dan materi pelajaran dengan baik. Guru juga sudah melaksanakan

kekurangan dan catatan oleh observer pada pertemuan sebelumnya. Guru juga

tidak canggung lagi dan percaya diri dalam pembelajaran metode Problem Based

Learning berbantuan permainan ular tangga, dan dalam membimbing siswa sudah

lebih baik. Siswa juga sudah mulai paham dengan metode pembelajaran Problem

Based Learning berbantuan permainan ular tangga, sehingga minat dan antusias

siswa sudah mulai berkembang dari pertemuan sebelumnya. Kegaduhan didalam

kelas juga sudah mulai berkurang, dan kerjasama siswa dalam diskusi juga belum

maksimal, karena masih banyak siswa yang bermain sendiri. Guru juga belum

bisa sepenuhnya mengarahkan siswa pada saat permainan ular tangga sehingga

siswa mengalami kebingungan dan kesulitan pada saat mengerjakan soal di dalam

permainan ular tangga. Tetapi siswa masih terlihat pasif untuk menanggapi

presentasi dari pasangan lain.

69

c. Pertemuan ketiga

Guru melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan

kedua. Tes dilakukan secara klasikal dan diikuti semua siswa kelas IV sejumlah

30 siswa.

4.1.1.4 Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Proses

Dari awal pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi ada beberapa hal

yang perlu perbaikan pada tindakan selanjutnya. Hal tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Belum semua siswa yang pandai dalam kelompoknya mau membantu

temannya yang belum paham.

2. Siswa masih gaduh sendiri ketika guru menjelaskan materi

pembelajaran.

3. Siswa di dalam kelompok ada yang berbicara sendiri dengan

kelompoknya.

4. Sebagian siswa ada yang tidak cocok dengan teman kelompoknya,

cenderung memilih teman diskusi yang disukainya dalam kelompok

belajaranya.

b. Hasil Tes

Hasil nilai tes siklus I ternyata belum dapat memenuhi target dari tujuan

yang diharapkan, sebab ketuntasan belajar siswa 73% dan rata-rata hasil belajar

siswa 72,83, padahal ketuntasan belajar klasikal yang sudah ditentukan 80%.

Karena itu perlu ada perbaikan dan peningkatan hasil belajar pada siklus II.

c. Aktivitas Guru Mengajar

Guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan

metode pembelajaran problem based learning, guru juga menerapkan permainan

ular tangga dalam proses pembelajaran berlangsung, permainan yang

meningkatkan antusias dan minat siswa dalam materi matematika, guru terlebih

70

dahulu menjelaskan aturan-aturan dalam permainan ular tangga, tetapi secara

keselurahan dari penerapan problem based learning dan permainan ular tangga

belum berjalan maksimal dalam hal penyajian materi pembelajaran, guru juga

belum berkesempatan membimbing siswa yang mengalami kesulitan untuk

memecahkan permasalahan pembelajaran, guru juga belum mengarahkan dan

membimbing siswa dalam menyampaikan laporan kelompok diskusinya, dan guru

juga belum melakukan refleksi pembelajaran.

4.1.2 Diskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II ini, menguraikan tentang tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, hasil tindakan, dan refleksi pada siklus II.

Kegiatan ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan masing-masing pertemuan

berlangsung 2 x 35 menit (70 menit). Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan

pokok bahasan Kelipatan dan Faktor Bilangan (KPK dan FPB). Pelaksanaan

siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I.

4.1.2.1 Tahap Perencanaan Siklus II

Persiapan yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan siklus II ini supaya

efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibanding dengan siklus I adalah

melihat dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari alternatif untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan dan mempertahankan bahkan meningkatkan

kelebihan pada siklus I. Selanjutnya menelaah materi pembelajaran Matematika

kelas IV yaitu dengan mengkaji indikator-indikatornya dengan menyesuaikan

tujuan pembelajaran, menyiapkan papan permainan ular tangga, menyiapakan

alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran,

menyiapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan menyusun

RPP. Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya

menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), menyiapkan lembar observasi kegiatan

guru dan lembar observasi kegiatan siswa yang akan digunakan untuk menilai

pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning berbantuan ular tangga.

71

4.1.2.2 Pelaksanaan Siklus II

a. Pertemuan Pertama

Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Selasa, 03 November

2015 dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning

berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah

1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat pagi

anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti pembelajaran

dari ibuk? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin doa?”.

2. Guru melakukan persensi siswa.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi

yang akan dipelajari.

4. Guru menjelaskan pembelajaran bahwa pembelajaran akan menerapkan

problem based learning berbantuan permainan ular tangga.

5. Apersepsi

Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah

anak-anak ibu guru mempunyai angka 8 dan angka 4, berapa KPK dari

8 dan 4 anak-anak?

6. Motivasi

Memberikan motivasi yaitu dengan memberikan permasalahan kepada

siswa. Contoh: “Burung merpati Anto berbunyi setiap 5 jam sekali,

sedangkan burung merpati Herman berbunyi setiap 8 jam sekali. Setiap

berapa jam kah burung merpati itu berbunyi bersama-sama?”. Siswa

diberi kesempatan berpikir sejenak, kemudian guru menyampaikan

kepada siswa: “ikuti pembelajaran dengan baik maka anak-anak akan

menyelesaikan permasalahan tersebut”.

7. Siswa menyimak tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang

akan dipelajari

72

Kegiatan Inti (55 menit)

Eksplorasi

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

1. Siswa diminta menjelaskan pengertian KPK

2. Siswa diminta menyelesaikan soal yang diberikan guru, contoh KPK

dari 8 dan 10 adalah.

3. Guru menjelaskan materi tentang kelipatan suatu bilangan dan

kelipatan persekutuan, untuk membantu siswa dalam mempelajari

matematika.

4. Guru memberikan orientasi masalah dan siswa memecahkan masalah

yang diberikan guru tentang materi yang dipelajari.

Elaborasi

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang

beranggotakan 3 sampai 5 siswa secara heterogen untuk bermain ular

tangga dalam materi matematika

2. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, dengan cara menghitung (1,2,3,4,5)

dengan bantuan guru.

3. Siswa duduk secara berkelompok sesuai nomor hitung kelompok

masing-masing.

4. Siswa diberi penjelasan oleh guru langkah-langkah dan aturan

permainan ular tangga, setelah itu siswa diberi satu set permainan ular

tangga dan pertanyaan ular tangga. Tugas siswa menjawab soal yang

ada di soal ular tangga, yang ditentukan kotak permainan ular tangga.

contoh salah satu siswa melempar kotak ular tangga,dan kotak itu

menunjuk angka 3, disitulah siswa harus menyelesaikan soal itu, dan

melanjutkan permainannya lagi.

5. Siswa bersama kelompok melakukan permainan ular tangga, yang

sudah ada pertanyaan tentang materi yang telah dipelajari.

73

6. Siswa diminta untuk selalu bekerja sama antar sesama anggota

kelompok belajarnya dalam mendiskusikan permainan ular tangga,

supaya kelompok mencapai finis pertama.

7. Guru berkeliling mengamati dan membantu siswa bagi siswa yang

kurang jelas dalam permainan ular tangga.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Masing-masing kelompok siswa mempresentasikan hasil pekerjaan

permainan ular tangga atau penyelesaian masalah dengan jawaban

permasalahan di depan kelas.

2. Kelompok yang lain menanggapi dan memperhatikan hasil kerja

kelompok yang mendapatkan tugas.

3. Guru memberikan reward berupa bintang bagi kelompok siswa yang

sudah mempresentasikan hasil diskusinya dengan baik.

Konfirmasi

1. Siswa bersama guru bertanya jawab mengenai pengalaman belajar dan

pembelajaran yang dilakukan pada hari ini.

2. Siswa dan guru membuat kesimpulan atau rangkuman tentang materi

yang telah dipelajari.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

1. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik mengenai

materi yang belum dimengerti.

2. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan tentang materi

pembelajaran yang sudah dipelajari.

3. Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang

hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan

baik, lisan, dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

4. Guru meminta siswa untuk mempersiapkan peembelajaran untuk

pertemuan selanjutnya.

74

b. Pertemuan Kedua

Pelaksanaan tindakan kedua dilakukan pada hari Kamis, 05 November

2015 dilakukan selama 2 x 35 yang dimulai pada pukul 07.00-08.10 WIB. Proses

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran problem based learning

berbantuan permainan ular tangga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

Tahap 1: Orientasi siswa pada situasi masalah

1. Guru membuka pembelajaran dan mengajak siswa berdoa. “selamat pagi

anak-anak? Bagaimana kabarnya? Sudah siap mengikuti pembelajaran

dari bapak? Kalau sudah siap ketua kelas memimpin doa?”.

2. Guru melakukan persensi siswa

3. Apersepsi

Memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa. “nah anak-

anak bapak mempunyai angka 16 dan angka 18, berapa faktor

persekutuan terbesar (FPB) 16 dan 18 anak-anak?

Kegiatan Inti (55 menit)

Eksplorasi

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

1. Siswa diminta menjelaskan pengertian FPB.

2. Siswa diminta mengerjakan soal yang diberikan guru.

Elaborasi

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual atau kelompok

1. Siswa diminta untuk duduk berkelompok sesuai kelompok belajar pada

pertemuan sebelumnya.

2. Siswa bersama kelompok bermain permainan ular tangga, yang sudah

ada pertanyaan tentang materi yang dipelajari.

3. Siswa melempar mata dadu, kemudian mata dadu menunjuk angka 4

siswa memainkan 4 langkah, dan menjawab soal yang sudah tertera di

pertanyaan ular tangga, setelah dijawab bisa lanjut bermain kembali.

75

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

1. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil

dari bermain ular tangga investigasi mereka.

2. Kelompok lain menanggapi hasil presentasi kelompok yang maju.

3. Siswa menerima reward dari guru.

Konfirmasi

1. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai materi yang belum dipahami.

Kegiatan Penutup (5 menit)

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

1. Siswa dan guru membuat rangkuman atau kesimpulan tentang

pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Guru menghimbau siswa agar belajar dirumah untuk memperdalam

materi matematika untuk mengevaluasi pertemuan selanjutnya.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at, 06 November 2015

dilakukan selama 2 x 35 menit yang dimulai pukul 07.15-08.25 WIB dan

digunakan untuk mengevaluasi dengan langkah-langkah kegiatan yaitu, sebagai

berikut:

1. Ketua kelas dimohon menyiapkan teman-temannya untuk diajak berdoa

bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Guru melakukan persensi siswa.

3. Guru menjelaskan aturan selama evaluasi berlangsung.

4. Guru membagikan soal evaluasi kepada masing-masing siswa.

5. Siswa mengerjakan soal secara individu tanpa menyontek siswa yang

lain.

6. Setelah selesai, siswa mengumpulkan kembali kepada guru.

7. Guru mendata nilai siswa.

8. Guru memberikan pengahragaan kepada siswa yang memperoleh nilai

tertinggi.

76

4.1.2.3 Observasi Siklus II

a. Pertemuan Pertama

Pada saat pembelajaran siklus II pertemuan pertama berlangsung, peneliti

meminta bantuan observer untuk mengamati jalannya pembelajaran berlangsung

dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang

telah disediakan. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa dengan

penerapan Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga proses

pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru dalam membimbing siswa sudah

baik, terlihat dari semua siswa sudah teratur dalam menjalankan permanian ular

tangga. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah memperhatikan dengan baik

dan tidak gaduh sendiri. Siswa sudah terbiasa memecahkan masalah yang

diberikan guru. Siswa sudah mulai terbiasa dan sangat tertarik dengan

pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. Siswa

terlihat antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar matematika. Siswa

belum aktif dalam menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Umpan balik yang

diberikan guru sudah bisa diterima siswa dengan baik.

b. Pertemuan Kedua

Dari hasil observasi yang dilakukan observer, pada pertemuan kedua

pembelajaran sudah baik hal ini terlihat bahwa siswa sudah mulai tertarik dengan

pembelajaran Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga yang

diberikan selama pembelajaran. Presentasi kelompok sudah dipantau dengan baik

dan siswa dalam menyampaikan presentasinya sudah cukup baik dan percaya diri.

Siswa sudah mulai berani mengeluarkan pendapatnya untuk menanggapi

presentasi kelompok lain. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung semangat

dan minat belajar siswa sudah baik hal ini dibuktikan dengan adanya pertanyaan-

pertanyaan dan keingintahuan siswa untuk memahami materi pembelajaran

matematika.

c. Pertemuan Ketiga

Guru melakukan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa yang sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama dan pertemuan

77

kedua. Tes dilakukan secara klasikal dan diikuti semua siswa kelas IV sejumlah

30 siswa.

4.1.2.4 Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes selama siklus II berlangsung,

dapat diperoleh data bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. guru juga telah

melaksanakan semua langkah-langkah sesuai dengan tahapan dalam penerapan

metode Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga. Aktivitas

guru dan siswa mengalami peningkatan pada siklus II. Hasil belajar siswa

mengalami peningkatan dari siklus I, ketuntasan belajar mengajar 73% pada

siklus I meningkat menjadi 93% pada siklus II, sedangkan nilai rata-rata

meningkat dari 72,83 pada siklus I menjadi 82,17 pada siklus II. Dengan demikian

setelah dilaksanakan penerapan problem based learning berbantuan permainan

ular tangga, pelaksanaan pada siklus II dinyatakan suah berhasil, karena indikator

keberhasilan sudah tercapai, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari

80% yaitu ketuntasan belajar siswa mencapai 93%.

4.2 Hasil dan Analisis Tindakan

Pada sub bab hasil dan analisi tindakan, akan menguraikan mengenai hasil

tindakan yang diperoleh dari data hasil tes evaluasi mata pelajaran Matematika

siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan yang dilaksankan pada akhir siklus I dan

siklus II. Dari data tersebut kemudian dianalisis tindakan dengan membandingkan

perolehan data pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Nilai kondisi awal

diperoleh dari data nilai ulangan harian kelas IV.

4.2.1 Diskripsi Data

Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi

data. Pada sub bab deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri

dari data hasil belajar. Kemudian disajikan juga data siklus II yaitu hasil belajar

siswa.

78

0

2

4

6

8

10

12

14

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Fre

kue

nsi

Sis

wa

Skor Hasil Belajar

4.2.2 Hasil Tindakan

Pada sub bab hasil tindakan ini, akan menguraikan tentang hasil tindakan

pembelajaran berupa nilai Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan

setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan II melalui penerapan pembelajaran

Problem Based Learning berbantuan permainan ular tangga, hasil belajar mata

pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan sebagai berikut:

1) Siklus I

Hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 3

Jambangan diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada

pertemuan ketiga siklus I. Berikut disajikan hasil belajar Matematika siswa kelas

IV SD Negeri 03 Jambangan dengan Kompetensi Dasar (KD) 2.2. Menentukan

kelipatan dan faktor bilangan. Berikut disajikan pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Batang Hasil Belajar Ketuntasan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri

03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus I

Berdasarkan gambar 4.2 Skor hasil belajar matematika, dapat dikatakan

bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV mengalami peningkatan dari

kondisi awal ditandai dengan meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa

menjadi 72,83. Hasil belajar Matematika pada siklus I siswa kelas IV SD Negeri

03 Jambangan, pada rentang nilai 41-50 sejumlah 1 siswa atau 4,13%, rentang

nilai 51-60 sejumlah 6 siswa atau 20,00% , rentang nilai 61-70 sejumlah 5 siswa

atau 16,67%, rentang nilai 71-80 sejumlah 12 siswa atau 40,00%, rentang nilai 81-

90 sejumlah 4 siswa atau 13,33%, dan rentang nilai 91-100 sejumlah 2 siswa atau

79

72%

28%

Tuntas Belum Tuntas

6,67%. Dari data tersebut dapat diketahui nilai tertinggi yang diperoleh siswa

setelah pelaksanaan tindakan siklus I dengan penerapan pembelajaran problem

based learning berbantuan permainan ular tangga yaitu 97, sementara nilai

terendah yang diperoleh siswa 50.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) data hasil

perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I

No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tuntas ≥ 70 22 73,33%

2. Belum Tuntas <70 8 26,67%

Jumlah 30 100

Dari tabel 4.2 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan

bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM<70) sebanyak 8 siswa atau 26,67% dari jumlah keseluruhan siswa,

sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥70)

sebanyak 22 siswa atau 73,33% dari jumlah keseluruhan siswa. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat gambar 4.3

Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus I

80

0

2

4

6

8

10

12

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

Fre

kue

nsi

Sis

wa

Skor Hasil Belajar

Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar

matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan

sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti

siswa yang tuntas sebanyak 22 siswa atau 72% dari 30 siswa dan yang belum

tuntas sebanyak 8 siswa atau 28% dari 30 siswa.

2) Siklus II

Hasil belajar mata pelajaran Matematika siswa kelas IV SD Negeri 03

Jambangan dengan Kompetensi Dasar (KD) 2.3. Menentukan kelipatan

persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB), dan berikut

disajikan pada gambar 4.4 sebagai berikut:

Gambar 4.4

Grafik Batang Hasil Belajar Ketuntasan Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri

03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus II

Berdasarkan gambar 4.4 nilai mata pelajaran matematika, dapat dikatakan

bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 03 Jambangan

mengalami peningkatan dari hasil belajar pada siklus II, ditandai dengan

meningkatnya perolehan nilai rata-rata siswa menjadi 81,93. Hasil belajar

Matematika pada siklus II siswa kelas IV pada rentang nilai 41-50 sejumlah 0

siswa atau 0% dari seluruh siswa, rentang nilai 51-60 sejumlah 1 siswa atau

3,33% dari seluruh siswa, rentang nilai 61-70 sejumlah 3 siswa atau 3,33% dari

81

seluruh siswa, rentang nilai 71-80 sejumlah 11 siswa atau 36,67 dari seluruh

siswa, rentang nilai 81-90 sejumlah 9 siswa atau 30,00% dari seluruh siswa, dan

rentang nilai 91-100 sejumlah 8 siswa atau 26,67%. Dari data tersebut diketahui

nilai tertinggi yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan

penerapan problem based learning berbantuan permainan ular tangga menjadi

100, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa 60 yang semula pada siklus I

hanya 50.

Berdasarkan Kriteria ketuntasan minmal (KKM ≥ 70) data hasil perolehan

nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II

No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Jumlah

Frekuensi Persentase

(%)

1. Tuntas ≥ 70 28 93,33%

2. Belum Tuntas < 70 2 6,67%

Jumlah 30 100

Dari tabel 4.3 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dijelaskan

bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM<70) sebanyak 2 siswa dari total 30 siswa, sedangkan yang sudah mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 70) sebanyak 28 siswa dengan total 30

siswa. Hasil ketuntasan belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II

ini sudah memenuhi indikator kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti,

diketahui dari besar persentase tingkat keberhasilan siswa sudah lebih dari 80%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5

82

7%

93%

Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.5

Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

Negeri 03 Jambangan Tahun Ajaran 2015/2016 Siklus II

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar

matematika khususnya tentang kelipatan dan faktor bilangan, dapat diuraikan

sebagai berikut ini, ketuntasan hail belajar matematika masih rendah terbukti

siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa atau 93% dari 30 siswa dan yang belum

tuntas sebanyak 2 siswa atau 7% dari 30 siswa.

4.2.3 Analisis Komparatif

Berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian dapat disimpulkan

bahwa setelah penerapan problem based learning berbantuan permainan ular

tangga peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dari kondisi awal, siklus I sampai

dengan siklus II jika dibandingkan dengan kondisi awal yang menggunakan

metode ceramah dan hanya berpusat pada guru. Berikut disajikan tabel

perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jambangan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan

Semester I Tahun Ajaran 2015/2016

No Ketuntasan

belajar Nilai

Kondisi awal Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Tuntas ≥ 70 13 43,33 22 73,33 28 93,33

2. Belum Tuntas < 70 17 56,67 8 26,67 2 6,67

Jumlah 30 100 30 100 30 100

83

Tabel diatas menunjukkan pada kondisi awal, jumlah siswa yang belum

mencapai target KKM ada 17 siswa dari yang sudah mencapai target KKM ada 13

siswa, yang berarti persentase ketuntasan sebesar 43,7%. Siklus I persentase

ketuntasan meningkat menjadi 73,33%, tetapi belum mencapai indikator

keberhasilan dengan rincian 22 siswa mencapai target KKM dan 8 siswa belum

mencapai target KKM. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa

secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah tercapai namun ketuntasan belajar siswa

belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah

ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian

tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan

belajar matematika siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan

yaitu sejumlah 80% dari total keseluruhan siswa. Pada siklus II jumlah siswa yang

memperoleh nilai lebih dari KKM yaitu sebanyak 28 siswa dengan persentase

93,33%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM hanya 2 siswa

dengan persentase 6,67%, nilai rata-rata hasil belajar matematika siklus II

mencapai 81,93. Dari hasil belajar matematika dan ketuntasan belajar siswa siklus

II dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian dengan

menggunakan penerapan problem based learning berbantuan permainan ular

tangga yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa

≥ 80%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan problem based learning

berbantuan permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar dengan sangat

baik.

Penerapan problem based learning berbantuan permainan ular tangga pada

siklus I kinerja kegiatan guru dan kinerja kegiatan siswa, dengan langkah-

langkah: (1) orientasi siswa pada situasi masalah guru belum menyampaikan

tujuan pembelajaran, dan guru belum memotivasi siswa supaya siswa semangat

belajar dalam pembelajaran berlangsung, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar

dalam hal ini guru belum menjelaskan langkah-langkah dan aturan permainan ular

tangga, (3) membimbing penyelidikan individual atau kelompok dalam

penerapannya guru belum menhimpau siswa agar siswa bersikpa sportif dan tidak

mengganggu kelompok lain dalam permainan ular tangga, (4) mengembangkan

84

dan menyajikan hasil karya guru belum mengarahkan dan membimbing siswa

dalam menyampaikan laporan kelompok dan meminta siswa untuk mendengarkan

presentasi dan guru belum memberikan reward berupa bintang bagi siswa yang

mencapai finis dalam permainan ular tangga, (5) menganalisis dan mengevaluasi

hasil pemecahan masalah guru belum melakukan refleksi pembelajaran, saran, dan

materi yang dipelajarai. Setelah penerapan problem based learning berbantuan

permainan ular tangga, masih banyak kinerja kegiatan guru dan kinerja siswa

yang belum tercapai, maka penerapan problem based learning berbantuan

permaian ular tangga dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II penerapan problem

based learning berbantuan permainan ular tangga langkah-langkah dan observasi

yang diamati, guru telah melaksanakan langkah-langkah problem based learning

dengan baik.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan

dikelas IV SD Negeri 03 Jambangan ditemukan bahwa hasil belajar matematika

siswa masih rendah, ini disebabkan pemahaman mengenai materi “Keliptan dan

Faktor Bilangan” belum secara aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran

sebelum tindakan (pra siklus) menunjukakan siswa masif pasif pelajaran, yang

aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah dari guru

sehingga pelajaran terkesan membosankan. Siswa masih bekerja secara individu,

siswa masih pemalu, pendiam dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan

ketrampilan bekerja sama dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat jenuh karena

proses pembelajaran seakan-akan monoton dari guru saja sehingga hasil belajar

siswa rata-rata masih rendah, hasil belajar siswa dalam rata-rata sebelum tindakan

adalah 70. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70) hanya

17 atau 57% sedangkan siswa yang belum mencapai kretria ketuntasan minimal

sebanyak 13 atau 43%. Nilai tertinggi yang berhasil diperoleh siswa sebelum

tindakan adalah 87 sedangkan nilai terendah 43.

Adanya perbandingan siswa yang tuntas dan tidak tuntas dikelas IV SD

Negeri 03 Jambangan dikarenakan 13 siswa sudah dapat menerima materi yang

85

disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja dan siswa ini

memang mempunyai daya tangkap materi pembelajaran yang lebih baik

dibandingkan teman yang lainnya. Sebaliknya 17 siswa yang belum tuntas

disebabkan ketidakmampuan menerima materi pembelajaran oleh guru dengan

metode ceramah karena 17 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran

masih rendah jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga

diperlukan tindakan sesuai yaitu bagaiman guru harus menekankan aktifitas siswa

dikelas agar tidak hanya mengandalkan metode ceramah yang sedkit

membosankan. Siswa akan lebih dapat menguasi materi jika dihadapkan pada

suatu yang konkrit dan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat

mendapatkan pengalaman belajar yang berarti serta siswa dapat terlibat aktif

selama kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung.

Menurut Arends dalam Jamil Suprihatingrum (2013:66) “PBL adalah

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik,

sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan

keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta

meningkatkan kepercayaan diri dan pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dalam mata pelajaran matematika

perlu sebuah permainan untuk memikat siswa dalam belajar, permaian yang

simple dan pernah melakukan yaitu permainan ular tangga. Permainan ular tangga

adalah papan yang dimainkan 2 orang atau lebih, papan permainan dibagi kotak-

kotak kecil dan dibeberapa kotak di gambar ular dan tangga yang menghubungkan

dengan kotak yang lain. Media permainan ular tangga ini disertai kartu pertanyaan

mengenai materi yang telah dipelajari. Guru dapat membuat media pembelajaran

ini sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran.

Teori dari Arends tersebut selaras dengan metode pembelajaran yang

diterapkan penulis. Karena saat penulis menerapkan pembelajaran problem based

learning berbantuan bermainan ular tangga terdapat peningkatan prestasi hasil

belajar matematika didapatkan dari hasil perolehan nilai di siklus I dan siklus II

86

1. Siklus I

Siklus I dengan penerapan problem based learning berbantuan permainan

ular tangga, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70)

sebanyak 22 siswa atau 73% dan sebanyak 8 atau 27% yang mendapat

nilai dibawah KKM, dengan nilai rata-rata siswa 72,83, nilai tertinggi pada

siklus I adalah 90 dan nilai terendah pada siklus I 50.

2. Siklus II

Siklus II dengan penerapan problem based learning berbantuan permainan

ular tangga, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70)

sebanyak 28 atau 93% dan sebanyak 2 atau 7% yang mendapat nilai

dibawah KKM, dengan nilai rata-rata siswa 81,93, nilai tertingg pada

siklus II adalah 100 dan nilai terendah pada siklus II 60.

Siti Novi Andriastutik (2012) menyimpulkan hasil penelitian dengan

penerapan model problem based learning dapat meningkatkan ketrampilan sosial

siswa, model problem based learning memudahkan siswa dalam memahami

materi pembelajaran, ditandai dengan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok,

keberanian siswa mengemukakan pendapat dan kerjasama siswa menyelesaikan

lembar kerja kelompok. Peneliti menggunakan pembelajaran yang berpusat pada

memecahkan masalah (problem based learning) dan dengan permainan yang

menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan dalam mata pelajaran matematika.

Siswa dapat langsung terlibat dalam pembelajaran berpusat masalah (problem

based learning) dan juga belajar sambil bermain ular tangga.

Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II

didapatkan bahwa penerapan pembelajaran problem based learning berbantuan

permainan ular tangga dengan kerjasama kelompok, memcahkan masalah,

bermain ular tangga dan diskusi dapat meningkatkan pemahaman siswa pada

materi “Kelipatan dan Faktor Bilangan” kelas IV SD Negeri 03 Jambangan

Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2015/2016, karena

dengan pembelajaran problem based learning berbantuan permainan ular tangga

siswa dapat belajar sesuatu yang nyata dapat menambah aspek kegembiraan dan

kesenangan bagi siswa, karena siswa dapat belajar sambil bermain. Situasi ini

87

mendukung efektivitas proses pembelajaran dan dengan langsung terlibat pada

aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih memahami dan mengerti tentang

sesuatu yang siswa lihat.

Berdasarkan penerapan Problem Based Learning berbantuan permainan

ular tangga pada siklus I kegiatan guru dan siswa belum terlaksana secara

maksimal dan banyak kekurangan dalam penerapanya, kekurangan dan kelemahan

akan diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II penerapan prbolem based learning

mengalami peningkatan dan kegiatan guru dan siswa terlaksana secara baik.