54
79 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan salah satu sekolah swasta berasrama di Kabupaten Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu ini tepatnya berada di desa Bedono, Jalan raya Ambarawa-Magelang km.10 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu didirikan pada tahun 1989/ 1990 yang sebelumnya merupakan SMA Sanjaya, yang berada di bawah yayasan Sanjaya dan diambil alih oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu. Pada awalnya SMA Sedes Sapientiae Jambu tidak memiliki asrama, dan pada tahun 1994 mulai dibuka asrama putra maupun putri. Secara infrastruktur SMA Sedes Sapientiae Jambu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perbaikan yang dilakukan seperti perbaikan gedung sekolah menjadi dua lantai pada tahun 2010 dan juga pembangunan gedung asrama putri pada 2010. Kemudian penambahan ruang laboratorium komputer, Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa (Dokumen SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13290/4/T2_942015002_BAB IV... · moving class. yang dimulai sejak ... presentasi maupun

Embed Size (px)

Citation preview

79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Sekolah

SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan salah

satu sekolah swasta berasrama di Kabupaten

Semarang. SMA Sedes Sapientiae Jambu ini tepatnya

berada di desa Bedono, Jalan raya Ambarawa-Magelang

km.10 Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. SMA

Sedes Sapientiae Jambu didirikan pada tahun 1989/

1990 yang sebelumnya merupakan SMA Sanjaya, yang

berada di bawah yayasan Sanjaya dan diambil alih oleh

SMA Sedes Sapientiae Jambu. Pada awalnya SMA

Sedes Sapientiae Jambu tidak memiliki asrama, dan

pada tahun 1994 mulai dibuka asrama putra maupun

putri.

Secara infrastruktur SMA Sedes Sapientiae

Jambu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun.

Perbaikan yang dilakukan seperti perbaikan gedung

sekolah menjadi dua lantai pada tahun 2010 dan juga

pembangunan gedung asrama putri pada 2010.

Kemudian penambahan ruang laboratorium komputer,

Biologi, Kimia, Fisika dan Bahasa (Dokumen SMA

Sedes Sapientiae Jambu, 2016).

80

Siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes

Sapientiae Jambu tidak hanya berasal dari daerah

sekitar sekolah, namun juga dari berbagai kota besar di

Indonesia, seperti Medan, Palembang, Lampung, Riau,

Batam, Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Tegal,

Semarang, Pati, Kudus, Jogja, Purwokerto, Malang,

Palangkaraya, Pontianak, Makassar, Bali, Lombok,

Timika dan Jaya Pura. Dapat dikatakan bahwa siswa-

siswi yang bersekolah di SMA Sedes Sapientiae ini

berasal dari berbagai kota di Indonesia, dan dari

berbagai macam budaya dan adat istiadat. Jumlah

murid yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu

juga stabil dari tahun ke tahun seperti data berikut ini:

Tabel 4.1. Data SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016

Sumber: Dokumen Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki 23 tenaga

pendidik dengan 3 orang tenaga pendidik sedang

menyelesaikan studi strata satu (S1) di Universitas

Terbuka dan 4 orang tenaga kependidikan. Tenaga

NO. Tahun Pelajaran Jumlah Siswa kelas X yang masuk

1. 2005-2006 66 siswa

2. 2006-2007 77 siswa

3. 2007-2008 83 siswa

4. 2008-2009 76 siswa

5. 2009-2010 84 siswa

6. 2010-2011 108 siswa

7. 2011-2012 103 siswa

8. 2012-2013 107 siswa

9. 2013-2014 113 siswa

10. 2014-2015 113 siswa

11. 2015-2016 139 siswa

12. 2016-2017 132 siswa

81

pendidik di SMA Sedes Sapientiae Jambu sebagian

besar berasal dari perguruan tinggi dan mengajar

sesuai dengan bidangnya. Sedangkan 4 orang tenaga

kependidikan, 2 diantaranya merupakan calon guru di

SMA Sedes Sapientiae Jambu yang sedang

menyelesaikan studinya, guna menggantikan guru yang

dalam waktu dekat akan pensiun. Berikut data

mengenai guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Tabel 4.2 Data guru SMA Sedes Sapientiae Jambu

No Nama Mata Pelajaran Pendidikan Sertifi-

kasi Ket.

1 Sr. M.

Anastasia, OSF

Kemarsudirinian

dan BK/BP

Pend. Bahasa

Indonesia

Tidak GTY

2 Ch. Sugiarto Geografi Geografi,

Samuda IKIP

Veteran

Ya GTY

3 Listiantono,

FX

Ekonomi Tata Niaga, UNS

Solo

Ya GTY

4 FX. Purwanto Kewarganegaraan Hukum Perdata,

Universitas

Sugiyopranoto

Semarang

Ya GTY

5 M.

Purwaningsih

BK Kurikulum &

Teknologi

PendidikanIKIP

Sanata Dharma

Yogyakarta

Ya PNS

6 G. Suwartono Matematika Matematika IKIP

Sanata Dharma

Yogyakarta

Ya GTY

7 Ig. Yuliastuti Biologi Pend. Biologi,

IKIP PGRI

Ya GTY

8 M. Ida

Hariastuti

Bahasa Indonesia Bahasa dan

Sastra Indonesia,

IKIP Sanata

Dharma

Yogyakarta

Ya GTY

9 YB. Hari

Suranto

Bahasa Inggris Bahasa Inggris,

IKIP N

Semarang

Ya GTY

82

No Nama Mata Pelajaran Pendidikan Sertifi-

kasi Ket.

10 Tunggul

Panggabean

Penjaskes Pend. Olahraga,

UNS Solo

Ya GTY

11 H. Rackhmad

K. Adi

Fisika Fisika, IKIP

Sanata Dharma

Yogyakarta

Ya GTY

12 Ika Wulandari Kimia Pend. Kimia,

Universitas

Negeri Semarang

Ya GTY

13 Aloysius

Widyo

Nugroho

Matematika Matematika,

IKIP PGRI

Semarang

Ya GTY

14 Leonardus

Kristi Ari M.

TIK /

Kewarganegaraan

MSD Desain

Grafis

Yogyakarta

Tidak GTY

15 Angelina Sekar

P.

Agama /

Sosiologi

Pend. Agama

Katolik

(IPPAK),

Universitas

Sanata Dharma

Yogyakarta

Tidak GTY

16 Yuliana Ratna

Candra D.

Sejarah Pend. Sejarah

Universitas

Negeri Semarang

Tidak GTY

17 St. Bayu

Krisna Murti

Bahasa Indonesia Pend. Bahasa

Indonesia,

Universitas

Sanata Dharma

Yogyakarta

Tidak GTY

18 Anastasia M.

Cendra

Bahasa Inggris Pend. Bahasa

Inggris

Universitas

Sanata Dharma

Yogyakarta

Tidak GTT

19 Aloysius

Pranata

Seni Musik Seni Musik,

Sfak. Seni

Pertunjukan

Tidak GTT

20 Yovita Wira

Astuti

BP BK, FKIP BK Ya GTY

21 L. Baron

Tularno

Geografi Masih

menempuh

perkuliahan

Tidak GTY

22 Thomas Puji

Ristanto

Ekonomi Masih

menempuh

perkuliahan

Tidak GTY

Sumber: Dokumen Sekolah SMA Sedes Sapientiae Jambu, 2016.

83

Kegiatan belajar mengajar yang digunakan di

SMA Sedes Sapientiae dengan cara moving class yang

dimulai sejak tahun 2010-2011, dan dengan sistem

gugur, dimana siswa yang tidak naik kelas maka secara

otomatis akan pindah sekolah. Kurikulum yang

digunakan merupakan pengembangan dan modifikasi

kurikulum nasional, kurikulum marsudirini, dan

muatan lokal. Waktu pembelajaran tatap muka

dilakukan selama 44 jam pelajaran per minggu dengan

ratio guru: siswa = 1: 15, dengan waktu belajar Senin

sampai dengan Jumat jam 07.00-13.30 dan Sabtu jam

07.00-10.05.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki visi yaitu

“Mewujudkan siswa berkarakter cerdas, unggul, dan

bersaudara dijiwai nilai-nilai kristiani”, dan dari visi

tersebut, SMA Sedes Sapientiae Jambu membangun

misi sekolah yaitu:

- Mengembangkan kemampuan intelektual, dalam

bernalar dan berkomunikasi.

- Mengembangkan etika yang berakar dari nilai nilai

kristiani.

- Menumbuhkan jiwa estetis melalui seni dan budaya.

- Menyediakan formasi iman, berpartisipasi dalam liturgi,

dan aktivitas-aktivitas sosial.

84

Melalui visi-misi tersebut, SMA Sedes Sapientiae

Jambu memiliki tujuan sebagai berikut:

- Menghasilkan minimal 90% lulusan yang siap

mengembangkan kemampuan intelektual yang dapat

diterima pada program studi/ jurusan/ fakultas pada

perguruan tinggi baik PTN maupun PTS favorit terakreditasi minium B (Baik).

- Mengembangkan kemampuan penalaran dan

komunikasi yang diakomodasi melalui penulisan karya

tulis ilmiah (paper) sebagai sarana persiapan penulisan

karya tulis ilmiah pada jenjang pendidikan tinggi

- Mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sosial berbasis

pengetahuan dan dimensi etis-kristiani.

- Mengembangkan siswa yang berkarakter melalui doa,

pertobatan, persaudaraan, kesederhanaan, kerja keras,

dan cinta segala ciptaan

- Minimal 95% siswa memiliki kesadaran terhadap

kelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi

semangat Fransiskus Assisi

- Siswa memiliki jiwa kebangsaan dan cinta tanah air,

serta jiwa seni yang diinternalisasikan melalui kegiatan

ekstrakurikuler.

- Menyediakan formasi iman siswa melalui pendekatan

pendekatan pengetahuan dan terampil dalam pelayanan

sosial dan pelayanan yang bersifat liturgis.

SMA Sedes Sapientiae Jambu memiliki semboyan

“Makes you Smart, Steady, Fraternal” dan dari

semboyan tersebut mencerminkan visi, misi dan tujuan

yang ingin diraih oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Semboyan yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae

Jambu memiliki arti SMA Sedes Sapientiae Jambu

akan membuat para siswa-siswi menjadi cerdas baik

secara akdemik maupun akhlak, kokoh atau kuat

secara iman maupun kepribadian, dan bersaudara

85

seperti yang diajarkan oleh santo Fransiskus pelindung

SMA Sedes Sapientiae Jambu. (Dokumen SMA Sedes

Sapientiae Jambu, 2016).

4.2. Hasil Penelitian

Penelitian ini mengikuti langkah-langakah dari

Sugiyono, dengan langkah awal mencari potensi dan

masalah yang ada dalam kompetensi pedagogik guru-

guru SMA Sedes Sapientiae Jambu. Dalam mencari

potensi dan masalah yang ada digunakan metode

wawancara terhadap kepala sekolah dan wakil kepala

sekolah, observasi proses belajar mengajar 6 guru SMA

Sedes Sapientiae Jambu dengan mata pelajaran Fisika,

Sejarah, Ekonomi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia,

dan Kewarganegaraan, dan studi dokumen dari hasil

supervise yang telah dilakukan oleh kepala sekolah

terhadap 6 guru yang telah diobservasi tersebut. Pada

potensi dan masalah ini berisi mengenai kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam

mengembangkan kompetensi pedagogik guru,

kemudian berisi peluang dan ancaman yang dimiliki

oleh sekolah.

4.2.1. Potensi dan Masalah

SMA Sedes Sapientiae Jambu, memiliki beberapa

peluang, yaitu animo masyarakat yang tinggi terhadap

sekolah dan jumlah murid yang meningkat setiap

86

tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah

siswa (tabel 1) di SMA Sedes Sapientiae Jambu yang

setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kemudian,

animo masyarakat tinggi terhadap SMA Sedes

Sapientiae Jambu karena promosi SMA Sedes

Sapientiae Jambu yang diadakan di beberapa kota,

baik di Jabodetabek, maupun area Jawa Tengah.

Dalam melakukan promosi sekolah, SMA Sedes

Sapientiae Jambu telah mengagendakan atau

menjadwalkan untuk promosi sekolah, baik itu untuk

presentasi maupun untuk safari koor dari gereja ke

gereja (dokumen promosi SMA Sedes Sapientiae Jambu,

2016).

“Kalau peluang dari yang sudah ada, menurut saya melihat grafik animo sudah bagus, apalagi berasrama sehingga cukup dikenal. Maka tahun ini kami sedang berusaha untuk memperluas agen promosi, biasanya kan kalau tes siswa baru harus disekolah, tapi untuk tahun ini diusahakan tesnya di beberapa sekolah seperti di Kalimantan, nanti aka nada guru yang kesana dan bisa langsung mengadakan tes disana.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September

2016).

Saat ini, siswa-siswi yang bersekolah di SMA Sedes

Sapientiae Jambu banyak yang berasal dari dearah

Jabodetabek karena sekolah dilengkapi dengan asrama

putra dan putri dan sekolah berasrama merupakan

suatu unggulan atau keistimewaan tersendiri bagi SMA

Sedes Sapientiae Jambu.

Sedangkan siswa-siswi yang berasal dari sekitar

SMA Sedes Sapientiae Jambu mengalami penurunan.

87

Menurut wakil kepala sekolah dalam wawancara pada

tanggal 8 Septermber 2016, penurunan jumlah siswa

yang masuk ke SMA Sedes Sapientiae Jambu dari

daerah sekitar dikarenakan saat ini sekolah-sekolah

negeri yang menjadi pesaing, kemudian munculnya

beberapa sekolah swasta yang berada di area Semarang

maupun kabupaten Semarang yang memiliki asrama.

Selain itu, menurut wakil kepala sekolah, tantangan

bagi SMA Sedes Sapientiae Jambu saat ini adalah

jalannya program KB (Keluarga Berencana), sehingga

banyak keluarga yang hanya memiliki 2 anak, sehingga

ada kemungkinan bagi para orang tua merasa tidak

rela jika anak mereka bersekolah dan tinggal di

asrama.

“Program pemerintah KB (Keluarga Berencana), keluarga kan maksimal 2 anak sehingga keluarga menjadi protektif dan mungkin tidak mau menyekolahkan anak mereka dan diasrama. Yang kedua, saat ini sekolah-sekolah negeri juga sudah bagus, jadi seperti saudara saya yang mengajar di sekolah di Jakarta, sudah banyak orang tua yang melihat atau mengarahkan anak mereka untuk bersekolah di negri.”

(Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).

“Kalau dari persaingan sekolah berasrama sudah banyak ya sekolah yang berasrama saat ini, seperti Karang Turi yang juga membuka asrama saat ini, lalu Virgo Fidelis juga.”

(Wawancara wakil kepala sekolah, 8 September 2016).

Kemudian, SMA Sedes Sapientiae Jambu

memiliki beberapa potensi dalam mengembangkan

kompetensi pedagogik guru, yaitu fasilitas sekolah yang

memadai, kemudian 80% guru sudah bergelar sarjana

88

(tabel 4.2) dan masih ada 3 orang yang melanjutkan

studi strata satu atau S1. Guru-guru di SMA Sedes

Sapientiae Jambu juga masih banyak yang muda dan

memiliki jenjang karir yang masih panjang. Kemudian,

kesejahteraan guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu

juga terjamin dengan penerimaan gaji setiap bulan

tepat waktu, lalu ada insentif dari setiap kegiatan

sekolah yang dilakukan oleh guru dan juga adanya

tunjangan-tunjangan.

Potensi lain yang dimiliki oleh SMA Sedes

Sapientiae Jambu adalah guru-guru yang mengajar

sesuai dengan bidangnya seperti pada tabel 4.2, dan

guru akrab dengan siswa baik di dalam kelas maupun

diluar kelas, dan dalam observasi yang dilakukan

terlihat guru memberikan kesempatan belajar yang

sama terhadap peserta didik.

“Namun keseluruhan guru-guru disini akrab dengan siswanya, terlihat ketika diluar jam pelajaran beberapa guru ada yang bercanda dengan para siswa” (Wawancara wakil

kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Selain itu, guru telah membuat administrasi

pembelajaran dan penilaian sesuai dengan kurikulum,

dan silabus yang dibuat guru juga telah sesuai dengan

kurikulum. Hal tersebut terlihat pada hasil supervisi

yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tanggal 1-5

September 2016, dimana guru-guru mendapatkan

kategori nilai baik dalam bidang administrasi.

89

Selain secara administrasi guru-guru di SMA

Sedes Sapientiae Jambu tergolong disiplin, guru-guru

mata pelajaran IPA telah memiliki pembelajaran yang

variatif dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang

dilakukan juga sudah baik, serta pemanfaatan fasilitas

sekolah juga sudah baik.

“…. kalau untuk yang mata pelajaran OSN seperti fisika, matematika, kimia ada pengembangan-pengembangan di materi tertentu yang tidak ada di silabus.” (Wawancara

wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

“Untuk kelompok IPA maksimal, terutama untuk kimia dan biologi, saya pernah membagikan kuisioner kepada siswa dan hampir 100% siswa mengatakan guru menggunakan alat bantu atau fasilitas dengan maksimal, namun untuk fisika kurang karena memang jarang praktek waktu itu.”

(Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Guru-guru mata pelajaran IPA juga membimbing

siswa-siswi jurusan IPA dengan maksimal, sehingga

pada hasil UN, nilai-nilai Fisika, Matematika selalu baik

dan masuk pada peringkat 3 besar kabupaten. Namun

untuk mata pelajaran IPS, pengajaran yang dilakukan

belum maksimal, sehingga nilai UN untuk mata

pelajaran IPS masih belum maksimal dan belum

mendapatkan peringkat 5 besar di kabupaten.

“Untuk SMA Sedes Sapientiae Jambu nilai UN seperti nilai Fisika, Matematika selalu baik dan sangat bagus hasilnya bahkan ditingkan Jawa Tengah, Bahasa Indonesia juga bagus. Namun untuk mata pelajaran lainnya masih standar.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober

2016).

90

SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam

mengembangkan kompetensi pedagogik guru memiliki

beberapa kelemahan juga, yaitu lemahnya manajemen

dalam organisasi sehingga program-program yang telah

dibuat oleh sekolah belum nampak pencapaian

kompetensinya.

“Masalah manajemen. Program yang disusun belum nampak siklus pencapaian kompetensi guru seperti apa, karena diakui ada guru junior, medior, dan senior mendapatkan perlakuan yang sama.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 5

Desember 2016).

Kelemahan lain yang dimiliki adalah penerimaan

guru yang mengutamakan beragama Nasrani, dan

untuk kompetensi pedagoginya bisa manyusul.

Mengingat SMA Sedes Sapientiae Jambu merupakan

sekolah swasta Katolik, sehingga guru yang mengajar di

SMA Sedes Sapientiae Jambu mengutamakan yang

beragama Katolik atau Kristen.

“…karena sekolah swasta Katolik, jadi kami mengutamakan guru yang melamar kerja di Sedes itu yang beragama

Nasrani, Katolik atau Kristen dan untuk kemampuan pedagogik nanti bisa diusahakan.” (Wawancara wakil

kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

91

Dalam mengembangkan atau meningkatkan

kompetensi guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu

memiliki beberapa kegiatan dari yayasan, namun

kegiatan tersebut lebih pada spiritual guru dengan

kegiatan berupa retret. Namun, untuk kompetensi

pedagogik masih kurang, dimana dari yayasan tidak

memiliki program peningkatan kompetensi pedagogik,

sedangkan dari sekolah masih minim.

“…kalau kegiatan dari yayasan itu berupa spiritual, jadi untuk memperbaharui panggilan untuk menjadi guru dan itu merupakan kegiatan tahunan yayasan.” (Wawancara

Kepala Sekolah, 8 Agustus 2016)

“…yang saya lakukan saat ini di buku harian guru atau seperti rencana harian guru itu, didepannya saya cantumkan macam-macam kompetensi pedagogik yang harus dipenuhi oleh guru dengan harapan guru dapat membacanya setiap hari dan memahami hal tersebut, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran.”

(Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

“Jadi ya orientasi saya ke guru-guru yang masih junior akan saya dampingi satu bulan sekali untuk pembelajaran dan penilaian mulai semester depan. Jadi pendampingan ini akan saya lakukan sendiri, jadi saya juga bisa dibilang

praktisi, ya saya akan membagikan hal-hal praktis ke rekan-rekan.” (Wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober

2016).

Sebagai sekolah swasta, SMA Sedes Sapientiae

Jambu memiliki banyak kegiatan yang dilakukan, baik

untuk promosi sekolah atau kegiatan lainnya. Dalam

kegiatan promosi sekolah dan PSB (Penerimaan Siswa

Baru) membutuhkan waktu yang cukup lama, karena

serangkaian kegiatan yang dimulai dari semester satu

92

hingga akhir semester dua, seperti safari koor,

presentasi ke sekolah-sekolah di Jabodetabek, maupun

sekitar SMA Sedes Sapientiae Jambu, bazaar, Edu Fair,

dan lain sebagainya. Kegiatan-kegitan tersebut pun

menambah pekerjaan guru diluar kelas.

Kelemahan lainnya adalah beberapa guru yang

mengajarnya masih teacher centered atau berpusat

pada guru, pengajaran yang masih biasa kurang kreatif

dan inovatif. Pengembangan kurikulum yang dilakukan

oleh beberapa guru IPS dan umum masih standar,

masih sama seperti kurikulum yang dari pemerintah.

Kemudian, penguasaan kelas masih kurang piawai, hal

tersebut dipertegas oleh pendapat wakil kepala sekolah

yang mengatakan bahwa beberapa guru penguasaan

kelas kurang piawa dikarenakan metode yang

digunakan juga kurang sesuai, sehingga kelas menjadi

ramai atau tidak terkontrol. Pernyataan wakil kepala

sekolah tersebut diperkuat dengan hasil observasi

beberapa guru, dimana beberapa guru yang diobservasi

penguasaan kelasnya kurang piawai sehingga dikelas

ada beberapa murid yang pada saat pelajaran tertidur

atau mengobrol dengan teman-temannya, namun guru

hanya diam saja dan tidak melakukan tindakan apa-

apa untuk menegur murid tersebut. Namun, ada pula

guru yang mengajar dengan metode yang membuat

para siswa berfikir lebih kritis, terbuka dan guru

93

berperan sebagai fasilitator, sehingga suasana kelas

menjadi kondusif dan efektif.

“Untuk studi kasus untuk pengelolaan kelas, beberapa masih kurang piawai. Mungkin karena pemilihan metode yang tidak tepat sehingga siswa tidak fokus dengan pelajaran, mungkin seharusnya menggunakan metode A namun malah menggunakan metode lain sehingga ada

anak-anak yang bingung. Apalagi, disini kan murid-muridnya bisa dibilang kritis dan aktif, sehingga kalau ada yang tidak jelas akan ditanyakan. Hanya karena itu energy siswa tidak tersalurkan sehingga kelas bisa saja menjadi ramai” (wawancara wakil kepala sekolah, 7 Oktober 2016).

Dari data wawancara, observasi, dan

dokumentasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam mengembangkan

kompetensi pedagogik guru memiliki beberapa faktor

eksternal (peluang dan ancaman) dan juga internal

(kekuatan dan kelemahan) baik dari sekolah maupun

dari guru.

4.2.2. Pengumpulan Data

Strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru

merupakan suatu cara atau metode atau rencana yang

menyeluruh dan terpadu untuk mencapai kemampuan

guru untuk menciptakan suasana belajar mengajar dan

pengalaman belajar yang bervariasi dalam pengelolaan

peserta didik, yang meliputi, memiliki pemahaman

wawasan atau landasan kependidikan, memiliki

pemahaman terhadap peserta didik, mampu

merencanakan dan mengembangkan program

pembelajaran/kurikulum, mampu merancang dan

94

melaksanakan program pembelajaran yang mendidik

dan dialogis, mendiagnosis berbagai hambatan dan

masalah yang dihadapi peserta didik, melakukan

evaluasi hasil belajar dan menyempurnakan program

pembelajaran berdasarkan umpan balik yang telah

dikumpulkan secara sistematik, mampu

mengembangkan potensi peserta didik.

Dalam perencanaan strategi peningkatan

kompetensi pedagogik guru ini menggunakan

pendekatan SMART (Spesific, Measurable, Achieveable/

Acceptable, Realistic/ Relevant, Time spesific/

Trackable). Spesific menekankan pentingnya

menetapkan target yang benar-benar spesifik, dan

biasanya target yang spesifik menjawab pertanyaan 5W,

yaitu What, apa yang ingin dicapai, Why mengapa

harus dicapai, Who siapa yang terlibat, Where dimana

target akan dicapai, dan Which identifikasi persyaratan

untuk mencapai target dan kendala yang menghali

tercapainya target. Measurable menekankan pentingnya

kriteria yang digunakan untuk mengukur besarnya

kemajuan yang dibuat dalam mencapai target, dan

target yang terukur akan mampu menjawab pertanyaan

1) berapa banyak? 2) bagaimana Anda mengetahui

bahwa target tersebut telah tercapai?. Achievable/

Acceptable menekankan bahwa target harus realistik

dan dapat dicapai. Relevant menekankan pentingnya

memilih target yang tepat dan Time spesific/ Trackable

95

menekankan target dengan kerangka waktu, yaitu

adanya deadline pencapaian target. Target dengan

tenggat waktu akan menjawab pertanyaan 1) kapan? 2)

apa yang bisa diselesaikan dalam 6 bulan dari

sekarang? 3) apa yang bisa diselesaikan dalam 6

minggu dari sekarang? 4) apa yang bisa diselesaikan

dari sekarang?

4.2.3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal (EFIS dan EFAS SWOT)

Analisis SWOT dilakukan dengan meng-

identifikasi faktor internal, yaitu kekuatan dan

kelemahan serta faktor eksternal, yaitu peluang dan

ancaman melalui wawancara, observasi, dan studi

dokumen. Setelah hasil wawancara, obervari, dan studi

dokumen terkumpulkan, berikutnya dilakukan

triangulasi data bersama dengan sumber, yaitu kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru yang

diobservasi, dan komite. Triangulasi data ini dilakukan

untuk memvalidasi data yang diperoleh. Kemudian,

setelah di triangulasi, data tersebut di analisis dengan

menggunakan tabel matrix IFAS (Internal Factors

Analysis Summary) dan matrix EFAS (External Factors

Analysis Summary). Hasil analisis faktor internal dan

eksternal kemudian diberi bobot dan rating atau skor

serta dilakukan perhitungan skor akhir dan diperoleh

skor akhir IFAS (kekuatan dan ancaman) dan EFAS

(peluang dan ancaman). Kemudian, hasil analisis ini

96

akan menunjukan posisi kuadran kompetensi

pedagogik guru, apakah berada pada kuadran SO

(Strenght Opportunity), ST (Strenght Threat), WO

(Weakness Opportunity), atau WT (Strenght Threat).

Hasil analisis faktor internal dapat dilihat pada matrix

IFAS berikut:

Tabel 4.3. Matrix IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember

2016

NO. KEKUATAN BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Fasilitas sekolah sudah memadai 0.15 4 0.6

2 Sekurang-kurangnya 80% guru

sudah bergelar sarjana 0.1 3 0.3

3 Beberapa guru masih muda

dengan jenjang karir yang

panjang

0.15 3 0.45

4 Kesejahteraan guru terjamin 0.1 2 0.2

5 Guru mengajar sesuai dengan

bidangnya 0.1 3 0.3

6 Guru akrab dengan murid dan

memberikan kesempatan belajar

yang sama terhadap peserta didik

0.1 3 0.3

7 Guru membuat administrasi

pembelajaran dan penilaian serta

silabus yang sesuai dengan

kurikulum

0.05 1 0.05

8 Guru-guru mata pelajaran IPA

metode pembelajarannya lebih

variatif dan inovatif

0.1 2 0.2

9 Beberapa guru pengampu mata

pelajaran UN IPA berhasil

mengajar dan membimbing

siswanya dalam persiapan UN

sehingga nilai UN masuk 3 besar

kabupaten.

0.05 2 0.1

10 Loyalitas guru tinggi 0.1 3 0.3

TOTAL 1 26 2.8

97

NO. KELEMAHAN BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Manajemen dalam organisasi

kurang maksimal sehingga

program yang disusun belum

nampak pencapaian

kompetensinya

0.2 1 0.2

2 Penerimaan guru mengutamakan

untuk yang beragama Nasrani,

dan untuk kompetensi pedagogik

guru dapat menyusul

0.1 3 0.3

3 Pembinaan guru dalam bidang

kompetensi pedagogik dan

profesionalisme kurang

0.15 2 0.3

4 Pekerjaan guru diluar kelas (jam

mengajar) cukup banyak

(mengurus kegiatan-kegiatan

sekolah)

0.1 4 0.4

5 Guru pengampu mata pelajaran

IPS dan umum masih ada yang

mengajarnya standar/biasa saja,

kurang kreatif dan inovasi

0.1 2 0.2

6 Pengembangan kurikulum masih

standar (masih sama seperti

kurikulum dari pemerintah) untuk

mata pelajaran IPS dan umum

0.1 2 0.2

7 Beberapa guru masih minim

dalam penguasaan kelas 0.15 2 0.3

8 Hasil UN mata pelajaran IPS

masih standard dan masih belum

maksimal (belum stabil dalam

menempati peringkat 5 besar

kabupaten)

0.1 4 0.4

TOTAL 1 20 2.3

Faktor kekuatan yang paling berpengaruh

terhadap sekolah dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru adalah fasilitas sekolah yang memadai

dengan bobot 0.15 dan rating 4. Menurut pihak

sekolah, fasilitas yang dimiliki sudah cukup lengkap

untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan

proses belajar mengajar. Terlihat dari hasil

98

reakrediatasi pada bulan September 2016, dimana

asesor mengatakan kepada kepala sekolah bahwa

fasilitias yang dimiliki oleh SMA Sedes Sapientiae

Jambu sudah lengkap disbanding dengan sekolah-

sekolah lain. Kekuatan lain yang mendukung SMA

Sedes Sapientiae Jambu dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru adalah beberapa guru yang

masih muda dan memiliki jenjang karir yang masih

panjang dengan bobot 0.15 dan rating 3. Hal tersebut

didukung oleh sekurang-kurangnya 80% guru sudah

bergelar sarjana dan mengajar sesuai dengan

bidangnya dengan masing-masing bobot 0.1 dengan

rating 3. Bagi sekolah jenjang karir yang masih panjang

dengan guru yang sarjana dan mengajar sesuai bidang

merupakan komponen penting dalam kompetensi

pedagogik, dan dengan jenjang karir yang masih lama,

maka ada harapan untuk regenerasi atau jika nanti ada

pelatihan untuk kompetensi guru maka akan terlihat

hasilnya dan memiliki prospek yang masih panjang.

Kemudian, guru-guru di SMA Sedes Sapientiae

Jambu, baik yang senior, medior, maupun yang junior

akrab dengan siswa-siswi dengan bobot 0.1 dan rating

3, sehingga dalam pembelajaran semua siswa

mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Selain

guru-guru akrab dengan para siswa-siswi, dalam FGD

(Focus Group Discussion) pada hari Kamis, 8 Desember

2016 bersama dengan kepala sekolah, wakil kepala

99

sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan, dan 2 perwakilan guru, terdapat tambahan

faktor kekuatan yang dimiliki oleh SMA Sedes

Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru, yaitu loyalitas guru-guru SMA Sedes

Sapientiae Jambu dimana teamwork atau kerjasama

yang dimiliki oleh guru-guru SMA Sedes Sapientiae

Jambu dalam meningkatkan mutu sekolah cukup

tinggi, dan bobot pada faktor ini adalah 0.1 dengan

rating 3. Faktor kekuatan berikutnya ialah guru-guru

mata pelajaran IPA memiliki metode pembelajaran yang

lebih variatif dan inovatif dengan bobot 0.1 dan rating

2. Faktor kekuatan ini berhubungan dengan hasil UN

mata pelajaran IPA yang selalu masuk 3 besar di

kabupaten dengan rating 0.05 dan bobot 2.

Kesejahteraan guru terjamin memiliki bobot 0.1 dengan

rating 2, dan dalam FGD yang dilakukan pada hari

Kamis, 8 Desember 2016, faktor ini tergolong relative,

karena menurut kepala sekolah ukuran terjamin atau

tidaknya tergantung dari pribadi masing-masing guru,

namun menurut data tanggal gajian para guru dan

tenaga kependidikan lainnya selalu tepat waktu,

adanya tunjangan, dan ketika ada kegiatan-kegitan

sekolah maka yang terlibat didalamnya akan

mendapatkan insentif tambahan. Faktor kekuatan yang

terkahir adalah kedisiplinan guru dalam membuat

administrasi pembelajaran dan penilaian serta silabus

100

yang sesuai dengan kurikulum dengan bobot 0.05 dan

rating 1.

Selain memiliki faktor kekutan, SMA Sedes

Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik memiliki beberapa faktor kelemahan. Faktor

kelemahan yang paling tinggi ialah manajemen dalam

organisasi kurang maksimal sehingga program yang

disusun belum nampak pencapaiannya dengan bobot

0.2 dengan rating 1. Faktor ini didapat dalam FGD 8

Desember 2016, dimana menurut pernyataan wakil

kepala sekolah, manajemen organisasi yang dimiliki

sekolah masih belum maksimal, perlakuan terhadap

guru junior, medior, dan senior sama sehingga hasil

pencapaian belum terlihat maksimal. Faktor kelemahan

berikutnya adalah kurangnya pembinaan guru dalam

bidang pedagogik dengan bobot 0.15 dan rating 2, hal

ini seperti pernyataan kepala sekolah dan wakil kepala

sekolah pada studi pendahuluan dimana sekolah

mengikuti kegiatan dari yayasan untuk meningkatkan

spiritualitasnya, namun untuk kompotensi pedagogik

belum terdapat kegiatan yang jelas dan terperinci.

Kurangnya pembinaan guru dalam bidang kompetensi

pedagogik guru ini mempengaruhi beberapa guru yang

terlihat masih minim dalam penguasaan kelas dengan

bobot 0.12 dan rating 2, serta guru pengampu mata

pelajaran IPS dan umum masih ada yang proses

belajar-mengajarnya biasa saja atau kurang kreatif dan

101

inovasi dengan bobot 0.1 dan rating 2. Selain itu,

pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh

beberapa guru masih standar (kurikulum yang dipakai

masih sama degan kurikulum dari pemerintah) untuk

guru mata pelajaran IPS dan umum dengan bobot 0.1

dan rating 2. Faktor tersebut cukup mempengaruhi

hasil UN mata pelajaran IPS yang masih belum stabil

untuk menempati peringkat 5 besar di kabupaten,

faktor kelemahan ini memiliki bobot 0.1 dengan rating

4. Faktor lain yang menjadi kelemahan SMA Sedes

Sapientiae Jambu adalah dalam penerimaan guru

mengutamakan yang beragama Nasrani (Katolik atau

Kristen) karena SMA Sedes Sapientiae Jambu

merupakan sekolah swasta Katolik, faktor ini memiliki

bobot 0.1 dengan rating 3, dimana faktor ini tidak

terlalu bermasalah untuk meningkatkan kompetensi

pedagogik guru. Faktor terakhir adalah pekerjaan guru

diluar kelas cukup banyak (mengikuti kegiatan-

kegiatan sekolah), tentunya kegitan-kegitan yang

diikuti guru merupakan kegiatan yang postif bagi

sekolah, seperti kegiatan promosi sekolah yang cukup

banyak seperti safari koor, presentasi ke sekolah-

sekolah, atau mengadakan tes potensial akademik atau

tes masuk SMA Sedes Sapientiae Jambu ke sekolah-

sekolah. Faktor ini memiliki bobot 0.1 dengan rating 4.

Dari matrix IFAS tersebut dapat disimpulkan

bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor

102

kekuatan adalah 2,8 sedangkan total bobot dikalikan

rating pada faktor kelemahan adalah 2,3 sehingga skor

akhit IFAS yaitu total skor faktor kekuatan dikurangi

total skor kelemahan adalah 0,5. Hal ini menunjukan

bahwa faktor kekuatan merupakan faktor dominan

dibandingkan dengan faktor kelemahan. Oleh karena

itu sekolah dapat mengoptimalkan kekuatan yang

dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang

ada.

Tabel 4.4. Matrix EFAS (External Factors Analysis Summary) Hasil Analisis Faktor Kekuatan dan Kelemahan, 8 Desember

2016

NO. PELUANG BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Animo masyarakat terhadap

sekolah tinggi 0.2 3 0.6

2 Jumlah murid meningkat setiap

tahunnya 0.2 3 0.6

3 Sekolah berasrama 0.3 4 1.2

4 Hubungan dengan gereja dan

beberapa SMP swasta baik 0.1 1 0.1

5 Adanya program sertifikasi guru

dari pemerintah 0.1 2 0.2

6 Dukungan dari pemerintah 0.1 2 0.2

TOTAL 1 13 2.9

NO. ANCAMAN BOBOT RATING BOBOT X

RATING

1 Sekolah Negeri yang semakin

baik 0.3 3 0.9

2 Munculnya sekolah-sekolah

berasrama di sekitar SMA Sedes

Sapietiae Jambu

0.4 1 0.4

3 Jumlah murid yang berasal dari

sekitar SMA Sedes Sapientiae

Jambu menurun

0.2 2 0.4

4 Program KB (Keluarga

Berencana) dari pemerintah 0.1 4 0.4

TOTAL 1 10 2.1

103

Pada matrix EFAS (External Factors Analysis

Summary) dapat dilihat bahwa dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru, SMA Sedes Sapientiae

Jambu memiliki 6 peluang, dan peluang yang paling

tinggi adalah sekolah berasrama dengan boot 0.3 dan

rating 4. Dengan sekolah berasrama, SMA Sedes

Sapientiae Jambu selama ini menjadi jawaban atas

keinginan orang tua dan siswa untuk melatih

kemandirian anak, sehingga sekolah berasrama

merupakan peluang yang tinggi bagi SMA Sedes

Sapientiae Jambu, sehingga murid di SMA Sedes

Sapientiae Jambu menjadi beragam. Peluang kedua

yang memiliki bobot dan rating tinggi adalah animo

masyarakat terhadap sekolah tinggi dan jumlah murid

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan

masing-masing bobot 0.2 dan rating 3. Faktor peluang

tersebut mengidentifikasi bahwa kepercayaan

masyarakat dan orang tua terhadap SMA Sedes

Sapientiae Jambu cukup tinggi dan baik, sehingga

semakin banyak orang tua yang mempercayakan putra-

putrinya bersekolah di SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Peluang beriktnya adalah adanya program sertifikasi

guru dari pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 2,

dimana dengan adanya sertifikasi ini guru dituntut

untuk menjadi lebih baik lagi. Kemudian, adanya

dukungan dari pemerintah untuk kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan oleh SMA Sedes Sapientiae Jambu

104

dengan bobot 0.1 dan rating 2. Peluang yang terakhir

adalah adanya hubungan baik antara sekolah dan

gereja dan sekolah-sekolah menengah pertama swasta

dengan bobot 0.1 dan rating 1.

Selain memiliki 6 peluang, SMA Sedes Sapientiae

Jambu memiliki 4 ancaman, dan ancaman yang

memiliki bobot tertinggi adalah munculnya sekolah-

sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae

Jambu dengan bobot 0.4 dan rating 1. Karena

kekuatan paling tinggi yang dimiliki oleh SMA Sedes

Sapientiae Jambu adalah sekolah berasrama, sehingga

dengan munculnya sekolah-sekolah berasrama lainnya

menjadi ancaman utama yang dapat mempengaruhi

jumlah murid di SMA Sedes Sapientiae Jambu

nantinya. Ancaman kedua adalah sekolah negeri yang

semakin baik dengan bobot 0.3 dan rating 3, sekolah-

sekolah Negeri saat ini infrastrukturnya semakin baik,

dan dari segi guru juga semakin disiplin, sehingga hal

tersebut menjadi ancaman bagi SMA Sedes Sapientiae

Jambu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik

guru dan mutu sekolah. Ancaman ketiga dengan bobot

0.2 dan rating 2 adalah jumlah murid dari sekitar SMA

Sedes Sapientiae Jambu menurun, dan ancaman

terakhir adalah program KB (Keluarga Berencana) dari

pemerintah dengan bobot 0.1 dan rating 4.

Dari tabel EFAS tersebut dapat disimpulkan

bahwa total bobot dikalikan rating pada faktor peluang

105

adalah 2,9 sedangkan total bobot dikalikan rating pada

faktor ancaman adalah 2,1 sehingga skor akhir EFAS

yaitu total skor peluang dikurangi total skor ancaman

adalah 0,8. Dari hasil analisa faktor eksternal tersebut

diketahui sekolah memiliki beberapa peluang yang

dapat dioptimalkan oleh sekolah dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu

sekolah.

4.2.4. Matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threats)

Setelah mengidentifikasi berbagai faktor iteren

(kekuatan dan kelemahan) dan eksteren (peluang dan

ancaman) yang dimiliki sekolah dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru dan telah diberi bobot dan

rating maka hasil perhitungan akhir adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5. Skor akhir IFAS dan EFAS

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal

dan ekternal sekolah dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu

diperoleh hasil skor akhir skor akhir IFAS adalah 0,5

dan skor akhir EFAS adalah 0,8. Hasil analisis ini

IFAS EFAS

Kategori Total skor Kategori Total skor

Kekuatan (S) 2,8 Peluang (O) 2,9

Kelemahan (W) 2,3 Ancaman (T) 2,1

Total (S-W) 0,5 Total (O-T) 0,8

106

menunjukan bahwa strategi berada pada kuadran SO

(Strenght Opportunity) yang mendukung strategi agresif.

Sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan faktor

kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan peluang

dari lingkungan eksternal dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru.

Gambar 4.1. Matrix SWOT

Peluang (O)

Kelemahan (W)

0,5; 0,8

Kekuatan (S)

Ancaman (T)

Kuadran 1 (SO) Stratetgi Agresif

Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada

1

3 2 1 1 2 3

3

2

1

2

3

107

Tabel 4.6. Rancangan Strategi SO

4.3. Desain Produk

4.3.1. Analisis SWOT

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,

salah satunya dalam peningkatan kompetensi

pedagogik guru, dapat ditentukan faktor internal dan

eksternal (Rangkuti, 2016: 26-27) dalam merumuskan

upaya atau strategi peningkatan kompetensi pedagogik

108

guru. Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap

faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh sekolah,

dengan langkah-langkah yang disebutkan oleh

Rangkuti dan menggunakan teknik analisa EFAS dan

EFIS (2016: 24-27), diperoleh hasil akhir lingkungan

internal (kekuatan-kelemahan) adalah 0,5. Angka ini

menunjukan bahwa faktor kekuatan lebih tinggi dan

cukup dominan dari pada faktor kelemahan sehingga

dengan fasilitas sekolah sudah memadai, sekurang-

kurangnya 80% guru sudah bergelar sarjana, beberapa

guru masih muda dengan jenjang karir yang panjang,

kesejahteraan guru terjamin, guru akrab dengan murid

dan memberikan kesempatan belajar yang sama

terhadap peserta didik, guru membuat administrasi

pembelajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan

kurikulum, guru-guru mata pelajaran IPA metode

pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa

guru pengampu mata pelajaran UN IPA berhasil

mengajar dan membimbing siswanya dalam persiapan

UN sehingga nilai UN masuk 3 besar kabupaten, dan

loyalitas guru tinggi dapat mengatasi kelemahan

manajemen dalam organisasi kurang maksimal

sehingga program yang disusun belum nampak

pencapaian kompetensinya, penerimaan guru

mengutamakan untuk yang beragama Nasrani dan

untuk kompetensi pedagogik guru dapat menyusul,

pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik

109

dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar jam

mengajar cukup banyak, guru pengampu mata

pelajaran IPS dan umum masih ada yang mengajarnya

standar/ biasa saja kurang kreatif dan inovasi,

pengembangan kurikulum masih standar untuk mata

pelajaran IPS dan umum, beberapa guru masih minim

dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran

IPS masih standar dan masih belum maksimal (belum

stabil dalam menempati peringkat 5 besar kabupaten).

Skor akhir lingkungan eksternal (peluang-

ancaman) adalah 0,8. Hal tersebut menunjukan bahwa

faktor peluang lebih menonjol dari pada ancaman,

sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada

untuk mengurangi ancaman-ancaman yang muncul.

Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukan bahwa

SMA Sedes Sapientiae Jambu berada pada titik (0,5;

0,8), posisi tersebut berada pada kuadaran SO

(strength-opportunities) yang menurut David (2011: 327-

330) strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan internal

perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang

eksternal. Secara umum organisasi akan menjalankan

strategi WO (Weakness-Opportunity), ST (Streght-

Threats) atau WT (Weakness-Threats) untuk mencapai

situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi

SO. Sehingga dalam strategi SO yang dimiliki sekolah

merupakan situasi yang cukup menguntungkan karena

sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih

110

tinggi sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang

mendukung kebijakan pertumbuhan agresif dengan

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan

memanfaatkan peluang yang dimiliki sekolah.

4.3.2. Desain Rencana Strategis Peningkatan

Kompetensi Pedagogik Guru

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka rencana

strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan

kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu

sekolah yang pertama yaitu, mengoptimalkan

kolaborasi antar guru atau hubungan antar guru. Pada

poin kekuatan, terlihat bahwa loyalitas guru tinggi,

dimana loyalitas, teamwork guru dalam meningkatkan

mutu sekolah tinggi, dan dalam meningkatkan mutu

sekolah, kualitas guru juga harus ditingkatkan. Dengan

loyalitas dan teamwork dan keakraban yang tinggi

antar guru maka hal tersebut dapat dioptimalkan

dengan beberapa kegiatan yang melibatkan kerja sama

antar guru seperti case discussion, action research,

study groups dan lesson study (Departement of

Education & Training, 2005: 10; Tedjawati, 2011: 483).

Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar

kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai

metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan

guru lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang

dapat dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman

111

sejawat (sharing edukatif) mengenai metode mengajar,

nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi

siswa, action research, study group, case discussion,

kunjungan antar kelas supaya guru dapat saling

belajar dan menilai mengenai metode mengajar yang

dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson

study.

Kedua adalah meningkatkan kerjasama pengajar

dan murid. Kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan pengenalan peserta didik (Sagala, 2011:

32), selain itu, kompetensi pedagogik guru perlu

dimiliki oleh guru salah satunya untuk mendaignosis

berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi oleh

peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu,

guru perlu untuk memiliki hubungan yang baik untuk

membantu meningkatkan kompetensi pedagogik guru,

terlebih guru-guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu

sudah akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan

murid-murid, sehingga hal tersebut dapat lebih

dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru dan

murid akan membuat guru akan lebih memahami

keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana

muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana

murid-muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga

guru dapat memilih metode mengajar yang tepat dan

sesuai. Hal tersebut dapat membuat suasana belajar

menjadi lebih kondusif, suasana belajar menjadi lebih

112

komunal, dan memperkuat kesetiaan atau ketaatan

(OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan &

Langworthy (2014: 11) saat ini, siswa ingin terlibat aktif

dalam pembelajaran, sehingga untuk menciptakan

suasana belajar yang aktif dan kreatif maka guru harus

dapat bekerja sama dengan muridnya. Kegiatan yang

dapat membantu guru untuk meningkatkan

kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi

harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir

semester.

Upaya yang ketiga adalah mengoptimalkan

dukungan dari pihak eksternal (Pemerintah,

Universitas dan Instansi Pendidikan lainnya). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi

(2015: 241), dukungan dari pemerintah terhadap

rencana strategi untuk meningkatkan kompetensi

profesional dosen merupakan salah satu faktor

keberhasilan dari program pengembangan kompetensi

pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu,

memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae

Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan

pemerintah, maka hubungan tersebut dapat terus

dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari Pemerintah,

instansi Dinas atau Universitas dapat berupa

memberikan pelatihan atau seminar kepada guru

terkait dengan pembelajaran, mentoring dan

meningkatkan penilain guru supaya guru dapat terus

113

meningkatkan kualitasnya (Wilson, dkk., 2009: 1-9).

Kemudian, upaya ini didukung oleh penelitian dari

Ramdass & Masithulela (2016: 13) dimana dalam

penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari

pemerintah dan industri untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya

dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan

industri, maka sekolah akan mengetahui kebutuhan

dari pemerintah dan industri, sehingga nantinya

sekolah dapat membuat kurikulum untuk mencapai

kebutuhkan sosial yang dapat memenuhi tenaga kerja

(lulusan yang berkualitas sesuai kebutuhan

stakeholder).

Keempat adalah mengoptimalkan kegiatan

pengembangan/ kompetensi pedagogik guru. Program

ini merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan

dan mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui

beberapa kegiatan, seperti mengikuti pertemuan

organisai-organisasi keguruan seperti MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dan mengikuti

kursus kependidikan untuk mengembangkan dan

menambah keterampilan guru. Sedangkan upaya yang

dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk

meningkatkan kompetensi pedagogik guru dengan

mengadakan lokakarya (workshop), dan mengadakan

penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu,

guru juga dapat mengikuti seminar, workshop, dan

114

menerbitkan jurnal baik nasional ataupun

internasional untuk meningkatkan kompetensi

pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242).

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi juga

dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

mengajar guru (Liu, 2011; Donnelly, dkk., 2011 dalam

Khan, 2014: 21). Beberapa kegiatan peningkatan

kompetensi pedagogik guru tersebut dirangkum dalam

kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode

mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media

teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan

tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan

pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi

pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun

membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut,

atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan

tersebut.

Upaya yang kelima adalah mengoptimalkan

kemitraan orang tua dan komite. Peran orang tua

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

performa siswa (OECD, 2010: 88-89). Dengan adanya

peran orang tua maka siswa akan merasa terdorong

dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga

nantinya performa siswa akan lebih baik. Melibatkan

orang tua dalam peningkatan kompetensi pedagogik

guru dapat membantu guru untuk mendapatkan

umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua

115

dapat memberikan masukan kepada guru mengenai

kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami

anaknya dan begitu pula sebaliknya, dimana guru

dapat memberikan masukan kepada orang tua

mengenai kondisi anaknya sehingga orang tua dapat

mendukung anaknya dengan optimal. Dalam program

kemitraan orang tua dan komite ini dapat dilakukan

kemitraan keluarga. Program ini dapat lebih

dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms

gateaway dimana kegiatan sekolah selalu

diberitahukan oleh pihak sekolah kepada orang tua dan

ditampilkan dalam web sekolah, sehingga orang tua

mengetahui kegiatan yang terjadi disekolah. Kegiatan

yang dapat dilakukan dalam program kemitraan orang

tua dan komite yaitu meliputi kegiatan evaluasi akhir

semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester

siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru

supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar.

4.4. Validasi Desain Produk Rencana Strategis

Produk yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

menghasilkan rencana strategis peningkatan kom-

petensi pedagogik guru untuk meningkatkan mutu

sekolah. Rencana strategis ini akan memberikan

arahan dan pedoman bagi sekolah dalam

116

meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk

peningkatan sekolah.

Dalam melakukan uji materi terhadap isi dalam

rencana strategis ini membutuhkan pakar untuk

melakukan validasi terhadap desain produk.

Berdasarkan hasil uji materi dalam rencana strategis

ini menurut:

1) Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

Susunan penulisan terdiri dari cover dalam, kata

pengantar, daftar isi, BAB I merupakan pendahuluan

dengan isi latar belakang, landasan yuridis, landasan

filosofi, maksud dan tujuan, manfaat dan sasaran. BAB II

adalah kajian teori dari produk. BAB III berisikan strategi peningkatan kompetensi pedagogik guru dengan sub BAB

program jangka panjang dan rencana operasional. BAB IV

adalah kunci keberhasilan yang berisi kunci keberhasilan

rencana strategis dengan penjelasannya, dan monitoring

dan evaluasi. BAB V adalah penutup, kemudian daftar pustaka dan lampiran.

Strategi dikelompokan dengan jelas dan diperjelas

keterangannya, kemudian diberikan kerangka pikir dari

strategi tersebut. Kunci keberhasilan ditambahi sesuai

dengan faktor-faktor yang terlibat dalam pelaksanaan

strategi tersebut dan poin-poinnya diperjelas, kenapa bisa menjadi kunci keberhasilan.

Bab IV ditambahkan peran kepala sekolah, yayasan

dan pengawas, dan ditambahkan tentang monev dan

penjelasannya, panduan melakukan evaluasi pada monev.

2) Dr. Wasitohadi, M.Pd.

Ada banyak strategi, namun strategi itu masih biasa yang oleh Patricia Cranton disebut traditional development strategies. Tidak ada strategi yang lebih modern sifatnya.

Yang dengan istilah ahli disebut “Self-Directed, Critical Reflection, dan transformative learning”. Sharing antar guru

lebih diekspilisitkan misalkan dengan membangun

interaksi edukatif antar guru, agar watak pedagogiknya jelas. Strateginya, misalkan dengan mengimplisitkan nilai

dalam pengetahuan yang diajarkan guru (Muhajir, 1997),

mengembangkan beragam pengetahuan yang bermuatan

nilai-nilai (Depdiknas, 2003).

117

Masih cukup banyak kalimat yang kurang jelas

maksdunya, disamping masih banyak salah ketik.

3) Drs. G. Suwartono (Wakil Kepala SMA Sedes Sapientiae

Jambu).

Secara umum draft sudah sangat baik, baik dalam

struktur rancangan, esensi dari renstra, dan bagaimana

secara teknis (langkah-langkah) strategi tersebut

dijalankan. Kami menganggap baik jika hasil penelitian dapat menjadi sebuah rekomendasi bagi pihak SMA Sedes

Sapientiae Jambu.

Namun, demikian hasil penelitian berupa sebuah

strategi menjadi model yang memenuhi dua hal yaitu efektif

dan praktis. Untuk menguji efektifitas strategi yang sudah ditemukan, bukanlah ranah kami tetapi pihak peneliti,

namun bagi kami yang berada dilapangan selalu berpikir

dalam tataran praktis, sehingga bagi kami model tersebut

mudal diimplementasi, terutama kami dapat mengevaluasi program operasional yang merupakan break down strategi

peningkatan kompetensi pedagogik guru. Untuk itu dalam petunjuk teknis pelaksanaan

proram, saran kami perlu ditambahkan dua hal, yaitu

bagaimana sekolah dalam mengevaluasi program, untuk itu

perlu disertakan instrument evaluasi program. Kedua,

kriteria seberapa besar tingkat pencapaian yang didapat

sekolah setelah menggunakan model/ strategi yang digunakan.

4.5. Revisi Desain

Proses berikutnya adalah melakukan perbaikan

dari hasil validasi pakar terhadap desain produk

rencana strategis ini. Perbaikan yang dilakukan sesuai

dengan masukan dari para pakar (hasil perbaikan

dapat dilihat pada bagian lampiran).

Kemudian, setelah diperbaiki sesuai dengan

masukan dari para pakar, produk rencana strategis ini

di uji kelayakannya dalam FGD pada 17 Januari 2017

118

bersama dengan Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah,

perwakilan guru dan juga perwakilan komite.

4.6. Uji Kelayakan

Tahap ke enam dari penelitian adalah uji

kelayakan terhadap desain rencana strategis yang telah

di uji pakar dan telah direvisi sesuai dengan masukan

para pakar. Pada FGD uji kelayakan yang diadakan pda

17 Januari 2017 ini diharidiri oleh kepala sekolah,

wakil kepala sekolah, bebeberapa perwakilan sekolah,

komite, dan pada FGD ini pengawas sekolah yang telah

diundang tidak dapat menghadiri FGD uji kelayakan

dikarenakan adanya rapat dinas pada hari itu.

Pada FGD tersebut didapatkan hasil bahwa

rencana yang telah disusun menurut pihak sekolah

sudah baik, jelas dan terrinci dengan baik dan dapat

dilakukan di sekolah, hanya saja dalam pelaksanaanya

menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah.

Kemudian, komite juga merasa peran orang tua dan

komite dalam rencana strategi tersebut sangat baik dan

dirasa dapat membantu guru untuk menjadi lebih baik

lagi. Pada FGD ini, ada beberapa hal yang direvisi,

seperti kejelasan pada instrumen evaluasi dimana

saran dari wakil kepala sekolah dan beberapa guru

yang hadir, lebih baik pada instrumen evaluasi

diberikan skor supaya sekolah ataupun yayasan yang

akan mengevaluasi program mendapatkan hasil dan

119

kriteria yang jelas, sehingga tim evaluasi dapat

menganalisa hasil dengan mudah.

4.7. Revisi Produk

Setelah dilakukannya FGD uji kelayakan produk,

maka produk direvisi sesuai dengan masukan dari hasil

FGD. Kemudian, produk yang sudah direvisi diberikan

kepada SMA Sedes Sapientiae Jambu. Produk

penelitian ini terdapat pada lampiran.

4.8. Strategi Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru

Setelah dilakukannya analisis faktor internal

maupun eksternal terhadap upaya SMA Sedes

Sapientiae Jambu dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru, maka dalam produk ini menghasilkan

5 strategi berdasarkan analisis yang telah dilakukan,

yaitu:

1) Mengoptimalkan kolaborasi antar guru

2) Kolaborasi antar guru dan siswa 3) Mengoptimalkan dukungan pihak eksternal seperti

yayasan dan dinas

4) Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik

guru, dan

5) Meningkatkan kerja sama antara pengajar, murid, dan

orang tua siswa.

120

Berikut adalah deskripsi dari setiap strategi yang

didapat:

Strategi Pertama adalah mengoptimalkan

kolaborasi antar guru. Dengan mengoptimalkan kolaborasi

antar guru ini dapat membantu guru untuk saling bertukar

pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan terbiasa.

Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan

siswa. Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa

akan memantu guru untuk memahami karakter siswanya,

sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang

membuat para siswa tertarik dan kreatif, serta guru dapat memotivasi siswa untuk berprestasi baik secara akademik

maupun non akademik.

Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari

pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Dukungan secara

eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau dukungan

untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih baik, melihat

hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes Sapientiae Jambu

kebanyakan masih berada dibawah nilai minimal. Maka

mengoptimalkan penilaian guru dari pihak Yayasan

ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan

profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru.

Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan

kegiatan pengembangan pedagogik guru. Meng-optimalkan

kegiatan pengembangan pedagogik guru ini tentunya dengan melibatkan pemanfaatan fasilitas sekolah dan

partisipasi dari orang tua dan siswa. Dengan sekurang-

kurangnya 80% guru bergelar sarjana, mengajar sesuai

bidang, memiliki jenjang karir yang panjang, loyalitas yang

tinggi serta adanya dukungan dari pemerintah

memungkinkan bagi sekolah serta guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Pada straategi ini, sekolah dapat bekerja sama dengan stakeholder seperti

universitas-universitas yang dapat membantu dalam

melaksanakan seminar atau pelatihan.

121

Strategi Kelima meningkatkan kerja sama

pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar

dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid

memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan

dari orang tua. Kerjasama antar pengajar ini dapat

dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dapat lebih maksimal, bervariatif,

dan inovatif. Siswa juga dapat berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru, sehingga guru akan

menerima masukan dari para murid untuk pembelajaran

yang lebih baik lagi.

Pada produk rencana strategi yang dirancang ini

menekankan pada kerja sama antara guru dan

melibatkan peran serta dari siswa maupun orang tua

siswa dan komite. Peran serta dari siswa dan orang tua

merupakan hal yang penting dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru, karena siswa dan orang

tua merupakan konsumen dari suatu pasar

pendidikan, sehingga untuk mencapai keinginan dari

konsumen maka siswa dan orang tua harus terlibat

dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk

meningkatkan mutu sekolah. Sedangkan, dalam

penelitian-penelitian yang relevan masih banyak yang

menekankan pada pelatihan atau workshop yang harus

diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru.

Dalam produk ini juga terdapat beberapa

keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun

berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA

Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan

122

lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap

uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk

penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap

ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.

4.9. Pembahasan

SMA Sedes Sapientiae Jambu dalam

meningkatkan kompetensi pedagogik guru memiliki

beberapa faktor kekuatan, yaitu fasilitas sekolah yang

memadai, sekurang-kurangnya 80% guru bergelar

sarjana, beberapa guru masih muda dengan jenjang

karir yang panjang, kesejahteraan guru terjamin, guru

mengajar sesuai bidang, guru akrab dengan murid dan

memberikan kesempatan belajar yang sama terhadap

peserta didik, guru membuat administrasi pem-

belajaran dan penilaian serta silabus sesuai dengan

kurikulum, guru mata pelajaran IPA metode

pembelajarannya lebih variatif dan inovatif, beberapa

guru pengampu mata pelajaran IPA berhasil

membimbing siswa dalam persiapan UN sehingga hasil

UN IPA masuk 3 besar kabupaten, dan loyalitas guru

tinggi. Sedangkan kelamahan yang dimiliki adalah

manajemen dalam organisasi kurang maksimal

sehingga program yang disusun belum nampak

pencapaian kompetensinya, penerimaan guru me-

ngutamakan yang beragama Nasrani dan untuk

kompetensi pedagogik guru dapat menyusul,

123

pembinaan guru dalam bidang kompetensi pedagogik

dan profesionalisme kurang, pekerjaan guru diluar

kelas cukup banyak dengan mengurus kegiatan-

kegiatan sekolah, guru pengampu mata pelajaran IPS

dan umum masih ada yang mengajarnya biasa-biasa

saja kurang kreatif dan inovatif, pengembangan

kurikulum masih standar, beberapa guru masih minim

dalam penguasaan kelas, dan hasil UN mata pelajaran

IPS masih belum maksimal.

Selain kekuatan dan kelemahan, SMA Sedes

Sapientiae Jambu juga memiliki beberapa peluang dan

ancaman. Peluang yang dimiliki oleh SMA Sedes

Sapientiae Jambu adalah animo masyarakat terhadap

sekolah tinggi, jumlah murid yang meningkat setiap

tahunnya, sekolah berasrama, hubungan dengan gereja

dan beberapa SMP swasta baik, adanya program

sertifikasi guru dari pemerintah, dan dukungan dari

pemerintah. Kemudian, ancaman yang dimiliki oleh

SMA Sedes Sapientiae Jambu adalah munculnya

sekolah Negeri yang semakin baik, munculnya sekolah-

sekolah berasrama di sekitar SMA Sedes Sapientiae

Jambu, jumlah murid yang berasal dari sekitar sekolah

berkurang atau menurun, dan keberhasilan program

KB (Keluarga Berencana).

Data kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang dipaparkan tersebut telah ditriangulasi

dengan observasi, dokumentasi dan diskusi bersama

124

dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan

beberapa perwakilan guru SMA Sedes Sapientiae

Jambu. Kemudian, setelah data telah di triangulasi,

maka dihitung bobot dan skor masing-masing poin

(IFAS dan EFAS) dan didapat total skor kekuatan

adalah 2,8 dan kelemahan 2,3. Sedangkan untuk

peluang adalah 2,9 dan ancaman adalah 2,1 sehingga

letak matrik IFAS dan EFAS berada pada kuadran SO,

yaitu memanfaatkan kekuatan untuk mengoptimalkan

peluang yang ada dalam merumuskan strategi

peningkatan kompetensi pedagogik guru untuk me-

ningkatkan mutu SMA Sedes Sapientiae Jambu.

Setelah didapatkan letak kuadran matriks SWOT

maka dilakukan perumusan desain strategi dengan

melihat faktor kekuatan yang dimiliki oleh sekolah dan

mengoptimalkan peluang yang dimiliki. Desain strategi

yang tersusun adalah dengan:

- Mengoptimalkan kolaborasi antar guru

- Mengoptimalkan kolaborasi guru dan siswa

- Mengoptimalkan dukungan dari luar (pemerintah,

yayasan, universitas dan dinas pendidikan)

- Mengoptimalkan kegiatan pengembangan profesi/kompetensi pedagogik guru

- Mengoptimalkan kemitraan dengan orang tua

Desain strategi yang telah tersusun diuji oleh

para pakar untuk menilai apakah desain strategi yang

dibuat akan efektif digunakan sebagai usaha

peningkatan kompetensi pedagogik guru. Dalam uji

pakar ini melibatkan 2 dosen pakar dan 1 ahli pakar

125

dari sekolah yaitu wakil kepala sekolah. Kemudian,

setelah dilakukannya uji pakar, maka desain direvisi

sesuai dengan masukan dari para pakar, yang

kemudian dilakukannya uji kelayakan.

Uji kelayakan ini dilakukan untuk menilai

kelayakan produk, apakah produk yang sudah

dirumuskan layak untuk diterapkan disekolah sebagai

usaha peningkatan kompetensi pedagogik guru di SMA

Sedes Sapientiae Jambu. Dalam uji kelayakan ini

dihadiri oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

beberapa perwakilan guru, dan komite, sedangkan

untuk pengawas sekolah tidak dapat mengikuti

kegiatan ini karena ada rapat Dinas. Dalam uji pakar

yang dilakukan, terdapat beberapa masukan dari para

calon pengguna (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

komite dan guru) terhadap produk. Secara garis besar,

produk yang disusun dapat diaplikasikan di SMA Sedes

Sapientiae Jambu, hanya saja tidak semua program

langsung dilakukan dalam waktu bersamaa, namun

bertahap dengan menyesuaikan situasi dan kondisi

sekolah. Produk yang disusun juga membantu sekolah

dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dan

memberikan panduan kepada sekolah. Setelah

mendapatkan masukan dan tambahan dari para calon

pengguna produk, maka produk pun direvisi sesuai

dengan hasil uji kelayakan tersebut.

126

Garis besar dari strategi peningkatan kompetensi

pedagogik guru untuk meningkatkan mutu SMA Sedes

Sapientiae Jambu adalah sebagai berikut:

Strategi Pertama, adalah mengoptimalkan

kolaborasi antar guru. Berdasarkan hasil analisa SWOT

pada faktor eksternal dan internal SMA Sedes Sapientiae

Jambu terlihat bahwa loyalitas guru dan keakraban antar guru tinggi. Poin tersebut dapat dioptimalkan untuk

mendukung peningkatan kompetensi pedagogik guru.

Kolaborasi antar guru yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan beberapa kegiatan seperti case discussion, action research, study groups dan lesson study

(Departement of Education & Training, 2005: 10; Tedjawati,

2011: 483). Selain itu, dapat juga dilakukan kunjungan antar kelas, sehingga guru dapat saling belajar mengenai

metode mengajar maupun keadaan kelas dari rekan guru

lainnya (Saryati, 2014: 678-680). Kegiatan yang dapat

dilakukan cukup banyak, yaitu sharing teman sejawat

(sharing edukatif) mengenai metode mengajar, nilai-nilai pengetahuan, keadaan kelas dan kondisi siswa, action research, study group, case discussion, kunjungan antar

kelas supaya guru dapat saling belajar dan menilai

mengenai metode mengajar yang dilakukan oleh rekannya, team teaching dan lesson study. Dengan mengoptimalkan

kolaborasi antar guru ini dapat membantu guru untuk

saling bertukar pikiran secara edukatif dan saling belajar dengan lebih santai karena para guru sudah akrab dan

terbiasa. Program kegiatan untuk mengoptimalkan

kolaborasi antar guru adalah dengan sharing teman sejawat, action research (penelitian tindakan) yang ditindak

lanjuti dengan pembuatan karya ilmiah nantinya, study group, case discussion, kunjungan antar kelas, team teaching, dan lesson study.

Strategi Kedua adalah kolaborasi antar guru dan siswa. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

pengenalan peserta didik (Sagala, 2011: 32), selain itu,

kompetensi pedagogik guru perlu dimiliki oleh guru salah

satunya untuk mendaignosis berbagai hambatan dan

masalah yang dihadapi oleh peserta didik (Soedijarto, 2008: 199). Oleh sebab itu, guru perlu untuk memiliki hubungan

yang baik untuk membantu meningkatkan kompetensi

pedagogik guru, terlebih guru-guru di SMA Sedes

Sapientiae Jambu sudah akrab dan memiliki hubungan

yang baik dengan murid-murid, sehingga hal tersebut

127

dapat lebih dioptimalkan. Hubungan yang baik antara guru

dan murid akan membuat guru akan lebih memahami

keadaan kelas dan murid-muridnya, bagaimana muridnya berpikir, karakter muridnya dan bagaimana murid-

muridnya berinteraksi satu sama lain, sehingga guru dapat

memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai. Hal

tersebut dapat membuat suasana belajar menjadi lebih

kondusif, suasana belajar menjadi lebih komunal, dan

memperkuat kesetiaan atau ketaatan (OECD, 2010: 88-98). Selain itu, menurut Fullan & Langworthy (2014: 11) saat

ini, siswa ingin terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga

untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan kreatif

maka guru harus dapat bekerja sama dengan muridnya.

Kegiatan yang dapat membantu guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya diantaranya dengan evaluasi

harian, evaluasi mingguan dan evaluasi diakhir semester.

Keakraban dan kerja sama antar guru dan siswa akan

memantu guru untuk memahami karakter siswanya,

sehingga guru dapat memberikan pengajaran yang

membuat para siswa tertarik dan kreatif. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah evaluasi harian, evaluasi

mingguan, dan evaluasi akhir semester yang nantinya hasil

evaluasi tersebut akan menjadi penilaian guru favorit atau

guru berprestasi.

Strategi Ketiga, mengoptimalkan dukungan dari pihak eksternal (Yayasan dan Dinas). Pada penelitian yang

dilakukan oleh Suhaemi dan Aedi (2015: 241), dukungan

dari pemerintah terhadap rencana strategi untuk

meningkatkan kompetensi profesional dosen merupakan

salah satu faktor keberhasilan dari program pengembangan

kompetensi pedagogik dan profesional dosen. Oleh sebab itu, memanfaatkan peluang dari SMA Sedes Sapientiae

Jambu yang memiliki hubungan yang baik dengan

Pemerintah (Dinas), maka hubungan tersebut dapat terus

dioptimalkan. Bantuan atau dorongan dari pemerintah,

instansi Dinas atau Universitas dapat berupa memberikan pelatihan atau seminar kepada guru terkait dengan

pembelajaran, mentoring dan meningkatkan penilain guru

supaya guru dapat terus meningkatkan kualitasnya

(Wilson, dkk., 2009: 1-9). Kemudian, upaya ini didukung

oleh penelitian dari Ramdass & Masithulela (2016: 13)

dimana dalam penelitiannya ditemukan bahwa dukungan dari pemerintah dan industri untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik guru itu penting. Dengan adanya

dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan industri,

maka sekolah akan mengetahui kebutuhan dari

pemerintah dan industri, sehingga nantinya sekolah dapat

128

membuat kurikulum untuk mencapai kebutuhkan sosial

yang dapat memenuhi tenaga kerja (lulusan yang

berkualitas sesuai kebutuhan stakeholder). Dukungan secara eksternal dari yayasan dan dinas dapat berupa

dukungan dalam evaluasi guru, seperti bantuan atau

dukungan untuk guru supaya hasil tes UKG bisa lebih

baik, melihat hasil tes UKG dimana guru di SMA Sedes

Sapientiae Jambu kebanyakan masih berada dibawah nilai

minimal. Maka mengoptimalkan penilaian guru dari pihak yayasan ataupun Dinas dapat membantu guru untuk lebih

memahami dan mempraktekan kompetensi pedagogik dan

profesionalisme yang harus dimiliki oleh guru. Kegiatan

yang akan dilakukan adalah dengan pengadaan pelatihan,

seminar, workshop, pertemuan MGMP, dan simulasi tes UKG.

Strategi Keempat, adalah mengoptimalkan

profesionalisme dan kualitas guru. Program ini merupakan

sarana bagi guru untuk meningkatkan dan

mengembangkan kompetensi pedagogiknya melalui

beberapa upaya dapat dilakukan oleh lembaga atau sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru, seperti dengan mengadakan lokakarya (workshop), dan

mengadakan penataran guru (Saryati, 2014: 678-680). Selain itu, guru juga dapat mengikuti seminar, workshop,

dan menerbitkan jurnal baik nasional ataupun

internasional untuk meningkatkan kompetensi pedagogiknya (Suhaemi & Aedi, 2015: 242). Penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan

untuk meningkatkan kualitas mengajar guru (Liu 2011;

Donnelly, dkk., 2011 dalam Khan, 2014: 21). Beberapa

kegiatan peningkatan kompetensi pedagogik guru tersebut

dirangkum dalam kegiatan pelatihan, baik pelatihan dan seminar metode mengajar maupun pelatihan pemanfaatan media teknologi dan e-learning, dan workshop. Kegiatan

tersebut dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan

pihak luar seperti pemerintah, universitas atau instansi

pendidikan lainnya sebagai sponsor kegiatan maupun

membantu dalam penyelenggaran kegiatan tersebut, atau menjadi pelatih atau pembicara dalam kegiatan tersebut.

Mengoptimalkan kegiatan pengembangan pedagogik guru

ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan beberapa

instansi pendidikan lainnya, pemerintah, atau universitas

mitra. Dalam strategi kelima ini, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan, seminar, lokakarya dan karya ilmiah

guru dengan adanya pelatihan karya ilmiah, dan ajang

kompetensi.

129

Strategi Kelima meningkatkan kerja sama

pengajar, murid, dan orang tua. Suasana belajar mengajar

dan juga suasana sekolah akan semakin lebih kondusif dan performa siswa akan meningkat jika guru dan murid

memiliki hubungan yang baik dan mendapatkan dukungan

dari orang tua. Peran orang tua merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi performa siswa (OECD, 2010:

88-89). Dengan adanya peran orang tua maka siswa akan

merasa terdorong dan termotivasi dengan dukungan orang tua, sehingga nantinya performa siswa akan lebih baik.

Melibatkan orang tua dalam peningkatan kompetensi

pedagogik guru dapat membantu guru untuk mendapatkan

umpan balik dari para orang tua, dimana orang tua dapat

memberikan masukan kepada guru mengenai kondisi anaknya sehingga guru dapat lebih memahami anaknya

dan begitu pula sebaliknya, dimana guru dapat

memberikan masukan kepada orang tua mengenai kondisi

anaknya sehingga orang tua dapat mendukung anaknya

dengan optimal. Program ini dapat lebih dioptimalkan dengan adanya web sekolah dan sms gateaway dimana

kegiatan sekolah selalu diberitahukan oleh pihak sekolah

kepada orang tua dan ditampilkan dalam web sekolah,

sehingga orang tua mengetahui kegiatan yang terjadi

disekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam program

kemitraan orang tua dan komite yaitu meliputi kegiatan

evaluasi akhir semester bersamaan dengan evaluasi akhir semester siswa, dan pemberian penghargaan kepada guru

supaya guru lebih termotivasi dalam mengajar. Dalam

program kemitraan orang tua dan komite ini dapat

dilakukan kemitraan keluarga. Kerjasama antar pengajar

ini dapat dioptimalkan untuk memotivasi guru supaya pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat lebih

maksimal, bervariatif, dan inovatif. Siswa juga dapat

berperan aktif untuk memberikan penilaian kepada guru,

sehingga guru akan menerima masukan dari para murid

untuk pembelajaran yang lebih baik lagi. Beberapa

kegiatan yang dilakukan pada strategi keenam ini adalah dengan evaluasi akhir semester dan adanya teacher award

atau penghargaan kepada guru.

Dari hasil penelitian di SMA Sedes Sapientiae

Jambu, untuk meningkatkan kompetensi pedagogik

guru untuk meningkatkan mutu sekolah dengan

memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki

130

didapat 5 strategi yang didalamnya terdapat program

operasional. Strategi tersbut dalam pelaksanaannya

melibatkan peran serta dari yayasan atau dinas sebagai

supervisor, kepala sekolah sebagai penanggung jawab,

wakil kepala sekolah sebagai ketua pelaksana, guru

sebagai pelaksana dan peserta, dan komite sebagai

pendukung. Pelaksanaan dari strategi tersebut dapat

dilakukan dalam jangka panjang dan dapat dilakukan

secara berkala menyesuaikan keadaan dan kondisi

sekolah. Untuk lebih detail mengenai hasil atau produk

dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran yang

dilengkapi dengan panduan pelaksanaan rencana

strategi, jadwal pelaksanaan, dan panduan monitoring

dan evaluasi program.

Produk rencana strategi pada penelitian ini untuk

meningkatkan kompetensi pedagogik guru untuk

meningkatkan mutu sekolah, strategi yang dirancang

menekankan pada kerja sama antar guru, siswa, dan

orang tua siswa serta komite. Strategi yang melibatkan

peran serta siswa, orang tua murid, serta komite

dilakukan untuk memotivasi guru untuk semakin lebih

baik dalam mengajar dan meningkatkan kompetensi

pedagogiknya. Seperti halnya yang ditekankan oleh

Tedjawati (2011: 483) dimana hubungan yang baik

antar guru dan siswa dapat membuat suasana belajar

menjadi lebih kondusif, komunal dan memperkuata

ketaatan, sehingga proses belajar mengajar menjadi

131

lebih efektif. OECD (2010: 88-89) menambahkan peran

penting rekan guru, dimana guru dapat saling bekerja

sama, belajar bersama untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik mereka.

Peran serta dari siswa dan orang tua merupakan

hal yang penting dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru (Fullan & Langworthy, 2014: 11),

karena siswa dan orang tua merupakan konsumen dari

suatu pasar pendidikan, sehingga untuk mencapai

keinginan dari konsumen maka siswa dan orang tua

harus terlibat dalam meningkatkan kompetensi

pedagogik guru untuk meningkatkan mutu sekolah.

Sedangkan, dalam penelitian-penelitian yang

sebelumnya masih banyak yang menekankan pada

pelatihan, seminar, diklat dan workshop yang harus

diikuti oleh guru sebagai bagian dalam meningkatkan

kompetensi pedagogik guru.

Dalam produk ini juga terdapat beberapa

keterbatasan, diantaranya strategi yang disusun

berdasarkan keadaan pada satu sekolah, yaitu SMA

Sedes Sapientaie Jambu. Selain itu, keterbatasan

lainnya adalah penelitian ini hanya sampai pada tahap

uji kelayakan dan revisi produk saja, sehingga untuk

penelitian selanjutnya dapat diteruskan hingga tahap

ke 10 dari prosedur penelitian yang digunakan.

132