27
PT. Sumaplan Adicipta Persada BAB IV KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG KAWASAN WISATA MARITIM 4.1 KONSEP DASAR PEGELOLAAN MANGROVE Pengelolaan berkelanjutan berbasis ekosistem menjadi instrumen penting dalam menunjang aktivitas ekonomi pulau PPI Muara Tawar. Dimana pada dasarnya konsep ini menggambarkan bahwa pulau PPI Muara Tawar dengan wilayah laut yang luas, merupakan himpunan integral dari komponen hayati dan nir- hayati yang mutlak dibutuhkan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Bengen, 2006). Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsi saling berinteraksi membentuk suatu sistem, yang mana apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua komponen tersebut maka akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada baik dalam kesatuan struktur fungsi maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan fungsi kawasan PPI Muara Tawar sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen utama dalam ekosistem pantai utara Kabupaten Bekasi tersebut. Langkah pertama yang dilakukan untuk menelaah isu degradasi ekosistem mangrove yakni dengan menduga penyebab kematian masal (dieback) pada mangrove disebabkan oleh kadar salinitas air genangan yang rendah disekitar ekosistem tersebut. Kadar salinitas yang rendah utamanya dipicu oleh sedimentasi muara sungai dan genangan air tawar. Dimana kedua hal tersebut secara langsung dapat menghambat terjadinya proses sirkulasi L a p o r a n A k h i r IV - 1 Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

BAB IVKONSEP DASAR PERENCANAAN

DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG KAWASAN WISATA

MARITIM

4.1 KONSEP DASAR PEGELOLAAN MANGROVE

Pengelolaan berkelanjutan berbasis ekosistem menjadi instrumen penting dalam menunjang aktivitas ekonomi pulau PPI Muara Tawar. Dimana pada dasarnya konsep ini menggambarkan bahwa pulau PPI Muara Tawar dengan wilayah laut yang luas, merupakan himpunan integral dari komponen hayati dan nir-hayati yang mutlak dibutuhkan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Bengen, 2006). Komponen hayati dan nir-hayati secara fungsi saling berinteraksi membentuk suatu sistem, yang mana apabila terjadi perubahan pada salah satu dari kedua komponen tersebut maka akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada baik dalam kesatuan struktur fungsi maupun dalam keseimbangannya. Kelangsungan fungsi kawasan PPI Muara Tawar sangat menentukan kelestarian dari sumberdaya hayati sebagai komponen utama dalam ekosistem pantai utara Kabupaten Bekasi tersebut.

Langkah pertama yang dilakukan untuk menelaah isu degradasi ekosistem mangrove yakni dengan menduga penyebab kematian masal (dieback) pada mangrove disebabkan oleh kadar salinitas air genangan yang rendah disekitar ekosistem tersebut. Kadar salinitas yang rendah utamanya dipicu oleh sedimentasi muara sungai dan genangan air tawar. Dimana kedua hal tersebut secara langsung dapat menghambat terjadinya proses sirkulasi air laut dan tawar yang sangat dibutuhkan oleh ekosistem mangrove, sehingga pada akhirnya kematian massal (dieback) tak dapat dihindari.L a p o r a n A k h i r IV - 1Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 2: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Langkah kedua ialah menganalisis potensi ekosistem yang tersisa dengan menggunakan analisis biofisik ekosistem mangrove dan penilaian ekonomi total dari ekosistem tersebut. Dari kedua analisis tersebut diperoleh gambaran persentase penutupan dan kerapatan pohon mangrove (pohon/ha) serta nilai ekonomi total yang dimiliki oleh ekosistem mangrove yang tersisa guna menentukan arahan program pengelolaan selanjutnya yang akan dilaksanakan untuk mengurangi degradasi ekosistem.

Langkah ketiga ialah membuat rencana strategi dan program pengelolaan ekosistem mangrove Muara Tawar dan analisis potensi ekosistem mangrove aktual dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan berdasarkan pada banyak kriteria atau dapat disebutkan Multy Criteria Decision Making (MCDM). Dalam melakukan analisis MCDM semua komponen analisis di input untuk mendukung kerangka pengelolaan terhadap ekosistem mangrove, baik data yang sifatnya kuantitatif maupun kualitatif. Komponen yang di input meliputi: dimensi ekologiekosistem, dimensi sosial-ekonomi masyarakat dan dimensi kelembaganpemerintah berupa PERDA yang berkaitan dengan wilayah pesisir Pantai Utara Kabupaten Bekasi.

Dari analisis MCDM diperoleh tingkat prioritas kepentingan terhadap strategi pengelolaan berkelanjutan ekosistem mangrove yang di rekomendasikan. Dalam program pengelolaan berkelanjutan khususnya Kawasan PPI Muara Tawar diharapkan pada tujuan akhir akan di capai pengelolaan yang diarahkan pada perlindungan kawasan atau konservasi ekosistem mangrove. Konteks kawasan perlindungan yang direkomendasikan bukan berarti tidak ada pemanfaatan namun sebaliknya kawasan yang sifatnya sustainable use. Hal ini utamanya bagi masyarakat setempat yang sebagian besar menggantungkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dari hasil perikanan yang disediakan oleh ekosistem mangrove.

L a p o r a n A k h i r IV - 2Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 3: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

4.1.1 Analisis Nilai Willingness To Pay (WTP) Terhadap Keberadaan Ekosistem Mangrove

Kesadaran masyarakat dan pihak yang terkait semakin meningkat terhadap pentingnya keberadaan mangrove di Muara Tawar, hal ini terbukti dari meningkatnya luasan mangrove setiap tahun. Selain itu pemerintahan lokal melalui peraturan desa menerbitkan aturan untuk melindungi mangrove, misalnya apabila terjadi pengrusakan oleh seorang atau kelompok maka diwajibkan menanam dan merawat 100 kali untuk satu pohon yang ditebang atau dirusak.

Berdasarkan wawancara diperoleh dugaan nilai rata-rata WTP responden untuk manfaat keberadaan mangrove yaitu sebesar Rp. 83.026. Setelah mengetahui tingkat WTP yang dihasilkan per individu, maka total keuntungan (Total Benefit) dari keberadaan mangrove dengan menggunakan formula yang dikembangkan Yaping (1993) in Yulianda et al., (2010) adalah sebesar 4,17 Milyar sebelum didiskon untuk mengetahui aliran nilai multiyear.

Besar atau kecilnya nilai penghargaan responden terhadap keberadaan mangrove tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi yang dialami. Sehingga diperlukan upaya pelestarian agar tidak kehilangan manfaat itu (Suparmoko, 2008). Jika nilai ini dihubungkan dengan luas hutan mangrove di Kabupaten Bekasi yaitu Kecamatan Muaragembong< Kevamatan Babelan dan Kecamatan Tarumajaya yang mempunyai luas hutan mangrove seluas 15.000 Ha, maka nilai manfaat keberadaan hutan mangrove sebesar Rp.1.245.390 setiap tahunnya. Sebagai pembanding penelitian Rusly (2007) yang mendapatkan nilai manfaat keberadaan hutan mangrove di Pulau Sangiang Banten sebesar Rp. 5.391.150 setiap tahunnya. Adapun faktor terbesar yang mempengaruhi WTP yaitu tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan, hal ini juga senada dengan Rusly (2007).

4.1.2 Analisis Kesesuaian Kawasan Sempadan Pantai

L a p o r a n A k h i r IV - 3Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 4: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Lebar jalur sempadan secara umum sudah direkomendasi selebar 130 kali perbedaan rata-rata tahunan antara pasang tertinggi dengan surut terendah (Keppres No.32 Tahun 1990) dikalikan dengan panjang garis pantai. Sehingga berdasarkan hasil perhitungan tersebut area luas sabuk hijau (sempadan pantai) pada lokasi adalah panjang garis pantai yaitu 6.000 m, tunggang pasut yaitu 1,60 m dikali 130. Maka minimal luas sempadan (green belt) yaitu 2.569.216 m2 atau 256,9 Ha.

Namun untuk tujuan yang berkelanjutan, pemanfaatan jalur sempadan tersebut terbagi menjadi dua yaitu jalur sempadan non-hijau (seperti jalan, ruang terbuka) dan jalur sempadan hijau (seperti mangrove, perdu dan habitat pantai lainnya). Untuk itu, lokasi dan luas jalur sempadan hijau dihasilkan berdasarkan perhitungan kesesuaian lahan peruntukan mangrove dengan metode tumpang-tindih, dengan parameter yang digunakan antaranya kemiringan, jarak dari pantai, jenis tanah, ketinggian, drainase dan tutupan lahan. Parameter tersebut diberi angka dan dibobotkan, sehingga terdapat empat kelas kesesuaian lahan yang terbentuk melalui rumus struges yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai.

Dari hasil perhitungan tumpang-tindih (overlay) dapat dihasilkan, seperti yang disajikan pada tabel 2, wilayah yang termasuk dalam kelas sangat sesuai yaitu +127,5 Ha yang menggambarkan secara geomorfologi lahan dan kondisi pemanfaatan lahan eksisting seharusnya dijadikan sebagai kawasan sempadan hijau (dalam hal ini habitat mangrove). Sedangkan kelas sesuai mempunyai luas +257 Ha yang menggambarkan secara geomorfologi lahan dan kondisi pemanfaatan lahan eksisting dapat dijadikan sebagai kawasan penyangga atau pemanfaatan terbatas seperti tambak, pariwisata yang ditentukan sesuai dengan daya dukung kawasan atau ditentukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk kelas kurang sesuai seluas + 442,1 Ha dan kelas tidak sesuai yaitu +1.910,1 Ha yang menggambarkan informasi secara geomorfologi lahan dan kondisi

L a p o r a n A k h i r IV - 4Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 5: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

pemanfaatan lahan eksisting dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya antara permukiman, pertanian, industri dll.

4.1.3 Analisa Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kehidupan Mangrove

Menurut Dahuri et al., (2004) bahwa batasan lingkungan utama yang dapat memberikan pengaruh terhadap kelestarian mangrove (menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan mangrove), yaitu:

1. Suplai air tawar dan salinitas

Ketersediaan air tawar dan konsentrasi kadar garam (salinitas) mengendalikan efisiensi metabolik (metabolic efficiency) dan ekosistem mangrove. Ketersediaan air tawar bergantung pada: (a) frekuensi dan volume air dari sistem sungai dan irigasi dari darat, (b) frekuensi dan volume air pertukaran pasang surut, dan (c) tingkat evaporasi ke atmosfer. Walaupun spesies mangrove memiliki mekanisme adaptasi terhadap salinitas tinggi (ekstrem), namun tidak adanya suplai air tawar yang mengatur kadar garam tanah dan isi air bergantung pada tipe tanah dan sistem pembuatan irigasi. Perubahan penggunaan lahan darat mengakibatkan terjadinya modifikasi masukan air tawar, tidak hanya mengubah kadar garam yang ada, tetapi dapat mengubah aliran nutrien dan sedimen.

2. Pasokan Nutrien

Pasokan nutrien bagi ekosistem mangrove ditentukan oleh berbagai proses yang saling terkait, meliputi input dari ion-ion mineral anorganik dan bahan organik serta pendaurulangan nutrien secara internal melalui jaring-jaring makanan berbasis detritus (detrital food web). Konsentrasi relatif dan nisbah (rasio) optimal dari nutrien yang diperlukan untuk pemeliharaan produktivitas ekosistem mangrove ditentukan oleh: (a) frekuensi, jumlah dan lamanya penggenangan oleh air asin atau air tawar dan (b) dinamika sirkulasi internal dari kompleks detritus.

L a p o r a n A k h i r IV - 5Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 6: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

3. Stabilitas Substrat

Kestabilan substrat, rasio antara erosi dan perubahan letak sedimen diatur oleh velositas air tawar, muatan sedimen, semburan air pasang surut dan gerak angin. Arti penting dari perubahan sedimentasi terhadap spesies mangrove tergambar dari kemampuan mangrove untuk menahan akibat yang menimpa ekosistemnya. Pokok-pokok perubahan sedimentasi dalam ambang batas kritis meliputi: (a) penggumpalan sedimen yang diikuti dengan kolonisasi oleh mangrove,(b) nutrien, bahan pencemar dan endapan lumpur yang dapat menyimpan nutrien dan menyaring bahan beracun (waste toxic).

4.1.4 Analisa Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: (1) data ekosistem mangrove, dan (2) data sosial ekonomi masyarakat setempat.

a. Potensi Tegakan

Metode penentuan atau peletakan transek kuadrat dilakukan secara acak (random sampling) dan ukuran transek kuadrat 30m x 30m. Kusmana (1997) pertimbangan utama dalam penentuan ukuran kuadrat adalah kehomogenan vegetasi dan morfologi jenis tumbuhan yang diukur. Dalam hutan yang homogen ketepatan untuk intensitas sampling tertentu cenderung lebih besar karena jumlah satuan contoh bersifat bebas satu sama lain akan banyak.

L a p o r a n A k h i r IV - 6Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 7: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Desain Metode Transek Kuadrat

b. Pendekatan Nilai Manfaat

Nilai manfaat ekonomi suatu ekosistem mangrove didekati dengan beberapa metode penilaian dengan mengkuantifikasikannya ke dalam nilai uang (Rp), seperti:

- Nilai Pasar

Nilai atau harga pasar sebenarnya (actual price) dari barang dan jasa yang diperdagangkan dalam suatu sistem tukar-menukar yang lazim di daerah tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk komponen sumberdaya yang dapat langsung diperdagangakan, seperti potensi perikanan (kepiting), dan daun nipah serta digunakan untuk menilai manfaat langsung dari penggunaan suatu komponen sumberdaya.

- Harga tidak langsung

Pendekatan ini digunakan bila mekanisme pasar gagal memberikan nilai manfaat tidak langsung suatu komponen sumberdaya (market failure) karena terjadi gangguan terhadap pasar komponen sumberdya tersebut (market distortion) atau komponen sumberdaya tersebut belum memiliki pasar (non-existence of

L a p o r a n A k h i r IV - 7Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 8: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

market). Estimasi manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai. Metode yang digunakan adalah replacement cost atau biaya penganti. Biaya dari pembuatan beton tersebut sebagai biaya pengganti akibat dampak lingkungan, dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari manfaat yang diperoleh untuk memelihara maupun memperbaiki lingkungan.

- CVM (Contigent Valuation Method)

Contigent Valuationmerupakan salah satu teknik valuasi yang bersifat partisipatif karena memungkinkan terjadinya diskusi publik. Meskipun demikian kelemahan utama dalam teknik ini adalah asumsi bahwa individu maupun kelompok individu merupakan target contigent valuationakan berfikir secara rasional dalam menentukan nilai ekonomi sebuah fungsi ekosistem, padahal dalam kenyataanya sifat ini tidak semua dimiliki oleh individu atau kelompok individu. (Adrianto, 2006)

- Nilai Ekonomi Total (NET)

Nilai ekonomi total merupakan penjumlahan dari seluruh manfaat yang telah diidentifikasi, yaitu nilai manfaat langsung (NML), nilai manfaat tidak langsung (NMTL), nilai manfaat pilihan (NMP), nilai manfaat keberadaan (NMK).

4.1.5 Data Sosial Ekonomi Masyarakat

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa sampel yang diambil adalah masyarakat yang lama tinggal di daerah setempat, sehingga diharapkan mampu memberikan gambaran secara terperinci mengenai kondisi wilayah kajian.

Data sosial ekonomi ini dikumpulkan melalui teknik wawancara (interview). Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

L a p o r a n A k h i r IV - 8Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 9: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

semua informasi yang diperlukan. Secara garis besar data sosial ekonomi meliputi: identitas responden, pekerjaan utama, persepsi masyarakat terhadap ekosistem mangrove serta persepsi masyarakat terhadap degradasi lingkungan.

4.2 ANALISIS DATA

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Metodeanalisis deskriptif digunakan untuk: (i) mendeskripsikan pengelolaan aktual ekosistem mangrove, (ii) mendeskripsikan kondisi pesisir khususnya pasut, arus, dan iklim. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk: (i) mengetahui potensi biofisik ekosistem mangrove di kawasan Muara Tawar; (ii) mengetahui nilai manfaat dari keberadaan suatu ekosistem mangrove serta; (iii) memberikan alternatif program pengelolaan berdasarkan bobot penilaian.

4.2.1 Analisis Potensi Biofisik Ekosistem Mangrove

Analisis potensi ekosistem mangrove dimaksudkan untuk mengetahui persentase penutupan dan kerapatan pohon (pohon/ha). Analisis ini menggunakan data hasil pengukuran langsung di lapangan, berupa jumlah individu (IND),diameter batang (DB), tipe substrat dan luas petak contoh yang diambil.

Selanjutnya dilakukan analisis potensi:

1. Kerapatan Jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis i dalam satuan unit area :

Dimana ni adalah jumlah total tegakan dari jenis i dan A adalah luas total area pengambilan contoh (luas total petak contoh/Plot)

L a p o r a n A k h i r IV - 9Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 10: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

2. Kerapatan Relative Jenis (RDi) adalahperbandingan antara jumlah tegakan jenis I (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis

3. Frekuensi Jenis (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis i dalam petak contoh/plot yang diamati :

dimana ditemukan jenis i, dan p adalah jumlah total petak contoh/plot yang

diamati.

4. Frekuensi Relatif Jenis (iRF ) adalah perbandingan antara frekuensi jenis) (iF dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis ( F Σ ) :

5. Penutupan Jenis (iC ) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area:

= dalam cm 2, CBH DBH π = dalam cm, CBH adalah lingkaran pohon.

L a p o r a n A k h i r IV - 10Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 11: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

6. Penutupan Relatif Jenis (RCi) adalahperbandingan antara luas area penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis

7. Nilai Penting Jenis (IVi) :

Nilai penting memberikan gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.

4.2.2 Analisis Nilai Manfaat Ekonomi Ekosistem Mangrove

Analisis nilai manfaat ekonomi (economic valuation) terhadap ekosistem mangrove dimaksudkan bahwa dalam konteks pembangunan berkelanjutan dimensi ekologi diperlukan suatu penilaian terhadap ekosistem hutan mangrove. Hal ini mutlak diperlukan agar institusi pemerintah selaku pembuat dan pengambil kebijakan perlu mempertimbangkan nilai fungsi yang terkandung dalam ekosistem tersebut agar dalam melaksanakan pembangunan daerah otonom. keberadaan ekosistem mangrove menjadi pertimbangan yang penting untuk keberlanjutan suatu pulau.

Nilai ekonomi total (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan/penggunaan (Use Value; UV) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan/penggunaan (Non-use Value; NUV).(Barton, 1994, Barbier, 1993, Freeman III, 2002 dalamAdrianto, 2006). Gambar 4.1 menyajikan diagram nilai ekonomi total (TEV) dari ekosistem mangrove Muara Tawar Desa Segarajaya.

L a p o r a n A k h i r IV - 11Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 12: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Gambar 4.1 Tipologi Nilai Ekonomi Total (TEV)

Secara garis besar definisi dari tipologi nilai-nilai ekonomi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Definisi dan Contoh Komposisi Total Nilai Ekonomi (TEV)

L a p o r a n A k h i r IV - 12Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 13: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Identifikasi manfaat dan fungsi yang terkait dengan sumberdaya ekosistem mangrove Desa Segarajaya :

1. Nilai Manfaat langsung (NML).

Nilai manfaat langsung adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdaya atau ekosistem. Berdasarkan hasil observasi langsung yang dilakukan di Desa Segarajaya bahwa nilai ini diperoleh dari pemanfaatan kepiting mangrove (Scyllasp) dan daun Nipah (Nypa). Potensi pohon sebagai penyedia bahan tiang pancang. Nilai manfaat ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana,

DUV1: manfaat penangkapan kepiting

DUV2: manfaat daun Nipah

2. Nilai Manfaat Tidak Langsung (NMTL)

Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tidak langsung dari suatu ekosistem mangrove yang dalam hal ini adalah manfaat fisik berupa penahan abrasi atau erosi pantai dan potensi pohon sebagai tempat berasosiasinya berbagai macam biota perairan serta manfaat biologi sebagai tempat penyedia makanan bagi ikan.

Penilaian manfaat fisik diestimasi dari fungsi ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi/erosi pantai. Pengestimasian nilai dengan menggunakan alat pemecah gelombang (breakswater) yang terbuat dari bahan beton dengan daya tahan bangunan selama 10 tahun.

L a p o r a n A k h i r IV - 13Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 14: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Menurut Aprilwati (2001) untuk membuat bangunan pemecah gelombang dengan ukuran 1m x 11m x 2,5m (p x l x t) diperlukan biaya sebesar Rp.4.163.880, kemudian biaya tersebut dikonversi dengan besaran nilai inflasi BI rate yang terjadi tahun 2005.

Sementara itu fungsi pohon didekati dengan penjualan kayu mangrove (harga pasar lokal). Penilaian manfaat biologis dilakukan dengan cara melihat fungsi mangrove sebagai feeding ground bagi spesies-spesies perairan pasut. Fungsi ini didekati dengan model hubungan regresi antara luasan hutan mangrove (ha) dengan produksi udang (kg) (Naamin, 1984 dalamFachrudin, 1996). Model regresi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Dimana,

Y : Produksi udang (kg)

X : Luasan hutan mangrove (ha)

Secara keseluruhan total nilai manfaat tidak langsung yang disediakan oleh

sumberdaya ekosistem mangrove adalah :

Dimana,

IUV1 : Manfaat penahan abrasi pantai

IUV2 : Manfaat pohon

L a p o r a n A k h i r IV - 14Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 15: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

IUV2 : Manfaat hutan ekosistem mangrove sebagai feeding ground.

3. Nilai Manfaat Pilihan (NMP)

Nilai manfaat pilihan merupakan suatu nilai yang diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah sumberdaya/ekosistem di masa datang. Manfaat pilihan untuk hutan mangrove biasanya didekati dengan menggunakan metode benefit transfer. Metode ini dilakukan dengan cara menilai perkiraan manfaat dari tempat lain (di mana sumberdaya tersebut tersedia). kemudian manfaat tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan (Fauzi, 1999 dalamSantoso, 2005).

Untuk menilai manfaat pilihan suatu ekosistem mangrove maka dilakukan dengan pendekatan nilai keanekaragaman hayati (Biodeversity). Manfaat ini diperoleh berdasarkan hasil penelitian Ruitenbeek (1991) dalam Fachruddin (1996). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

OV = US $ 15 per ha x luas hutan mangrove....................................

4. Nilai Manfaat Keberadaan (NMK)

Nilai Manfaat Keberadaan di peroleh dengan cara mengalikan nilai ratarata (Rp) yang diberikan oleh responden terhadap keberadaan hutan mangrove per ha per tahun dengan luas hutan mangrove secara keseluruhan. Menurut FAO (2000) dalam Adrianto (2005).

Dimana,

L a p o r a n A k h i r IV - 15Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 16: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

n = Jumlah sampel

Yi = Besarnya WTP yang diberikan responden ke-i

Selanjutnya untuk mengestimasi nilai reboisasi (pemeliharaan) terhadap ekosistem mangrove Muara Tawar Desa Segarajaya yang terdegradasi akibat kematian secara massal (dieback) selama 10 (sepuluh) tahun dilakukan dengan menggunakan Cost-Benefit Analysis(CBA), yaitu :

Dimana : Bt : manfaat yang diperoleh dari penggunaan ekosistem mangrove C :biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat dari penggunaan ekosistem mangrove terssebut t : kurun waktu penilaian (tahun) r: faktor diskonto (discount rate)

Kurun waktu penilaian (t) yang digunakan adalah 10 (sepuluh) tahun. Secara ekologi kurun waktu tersebut digunakan berdasarkan perkiraan bahwa umur mangrove sudah mencapai pada pembentukan sistem ekologis. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Mackinnon, et.al. (2000) bahwa mangrove jenis Rhizophorasp mulai berbuah pada umum empat tahun dan pada umumnya melakukan regenerasi dengan baik.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam mealakukan cost-benefit analysis meliputi:

Tidak terjadi bencana alam seperti gelombang pasang, illegal logging, dan konvesi areal mangrove.

Kegiatan reboisasi (pemeliharaan) berjalan dengan baik selama waktu yang telah digunakan.

4.2.3 Multy Criteria Decision Analisis(MCDM) L a p o r a n A k h i r IV - 16Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 17: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Metode MCDM merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada analisis yang dilakukan terhadap kriteria. Metode ini menitikberatkan pada kriteria-kriteria yang dibangun berdasarkan kondisi aktual yang terjadi seperti kriteria ekologi-ekosistem mangrove, sosial-ekonomi masyarakat dan kelembagaan (kebijakan pemerintah).

Metode MCDM terbagi lagi kedalam tiga kategori yakni mutiple attribute utility theory(MAUT), outranking methodsdan interactive methods. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan pada penggunaan metode multiple attribute utility theory(MAUT). Metode ini menitikberatkan pada hubungan yang saling terkait antara atribut (kriteria), atau dengan kata lain bagaimana keterkaitan antara kriteria-kriteria yang dibangun (ekologi-ekosistem, sosial-ekonomi dan kelembagaan) dapat menjadi suatu dasar yang kuat dalam mengambil suatu keputusan dalam upaya mengurangi tingkat degradasi kawasan ekosoistem mangrove khususnya Desa Segarajaya.

Bidang analisis ini memerlukan sejumlah pendekatan dengan menghitung banyaksub-sub kriteria untuk membentuk struktur yang mendukung proses pengambilan keputusan. Dalam formulasi digunakan software CRIPLUS versi 3.0.

MCDM dibuat dalam bentuk hirarkhi dengan empat elemen, yaitu goal, objectives, criteriadan alternative. Penerimaan Metode MCDM pada beberapa bidang ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) metode ini memiliki kemampuan menangani jenis data yang bervariasi (kuantitatif, kualitatif, campuran dan pengukuran yang intangible), 2) dapat mengakomodasi perbedaan yang diinginkan dalam kriteria, 3) skema bobot yang bervariasi, menghadirkan prioritas yang berbeda atau pandangan dari stakeholders yang berbeda, dapat diterapkan pada MCDM, 4) Teknik MCDM tidak membutuhkan penentuan nilai, 5) prosedur analisis atau agregasi dalam MCDM relatif sederhana dan

L a p o r a n A k h i r IV - 17Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 18: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

straigforward.Tahapan proses yang dilakukan dalam untuk melakukan analisis Multy Criteria Decision Making (MCDM), terdiri atas:

1. Identifikasi kriteria dan sub kriteria

2. Penilaian dalam hal ini adalah pemberian bobot terhadap subkriteria dengan menggunakan SMART (simple multyattribute rating technique). Pembobotan menggunakan skala 1-9 (Saaty, 1991). Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.

4.7 Analisis SWOT/Formulasi Strategi

Menentukan strategi dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove Desa Segarajaya saat ini digunakan analisis SWOT. Secara umum SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan weaknesses serta lingkungan ekternal opportunities danthreats. Secara rinci analisis ini membandingkan antara ; faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan factor internal kekuatan (strengths) dan

L a p o r a n A k h i r IV - 18Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 19: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

kelemahan (weaknesses). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram analisis SWOT

Proses penyusunan perencanaan strategi melalui 2 tahap analisis, yaitu:

Tahapan pengumpulan data, dalam tahap ini data-data yang digunakan adalah data yang telah dikumpulkan dalam analisis MCDM

Tahapan analisis, pada tahapan ini digunakan pendekatan dengan matrik SWOT. Hal pertama yang dalam penentuan martik tersebut ialah dengan mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS). Selanjutnya unsur-unsur yang terdapat didalam IFAS dan EFAS dihubungkan dalam bentuk matrik dengan tujuan untuk mendapatkan alterative strategi. Secara terperinci bentuk marik SWOT dapat dilihat pada Tabel 4.3

L a p o r a n A k h i r IV - 19Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 20: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Tabel 4.2 Matrik SWOT

- Strategi kekuatan peluang, dibuat untuk memanfatkan seluruh kekuatan guna memanfaatkan pelung sebesar-besarnya

- Strategi kelemahan peluang, dibuat untuk menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman

- Strategi kelemahan peluang, diterakan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

- Strategi kelemahan ancaman, didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan dan berusaha meminimalkan kelemahan.

4.3 KONSEP DASAR PEGELOLAAN MANFAAT MANGROVE

L a p o r a n A k h i r IV - 20Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 21: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

4.4. METODE PENGEMBANGAN KAWASAN

Integrated Coastal Management (Manajemen Pengeloaan Kawasan Pesisir Secara Terintegrasi)

Melanjutkan (sustain) Membangun (develop), membangun/membongkar coastal dari

natural landscape, sejauh tidak mengganggu ekosistem yang ada. Melindungi (protect) Mengkomunikasikan (communicate) Melaksanakan (do) Memelihara (preserve)

L a p o r a n A k h i r IV - 21Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 22: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

Pemberdayaan Ekonomi Eksistensi dari ekosistem mangrove di Kawasan Muara Tawar ini

dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat Wilayah Muara Tawar cukup dapat memberikan kontribusi dalam

sektor perikanan tangkap Dapat dikembangkan kegiatan budidaya tambak dengan komoditi

utama bandeng dan udang Dapat terciptanya Kawasan Ekowisata Mangrove yang ada di

Kawasan Muara Tawar.

L a p o r a n A k h i r IV - 22Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu

Page 23: BAB IV Konsep Dasar Perencanaan

PT. Sumaplan Adicipta Persada

L a p o r a n A k h i r IV - 23Rencana Pengelolaan PPI Muara Tawar Sebagai Lokasi Wisata Maritim Terpadu