8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Data pengamatan Dari percobaan ini data pengamatan yang didapat adalah : Tabel 1. Penentuan panjang gelombang optimum λ (nm) Absorbansi 390 0,066 395 0,065 400 0,066 405* 0,067 410 0,069 415 0,063 420 0,061 425 0,059 Grafik 1. Penentuan panjang gelombang optimum

Bab IV Laporan Spektro UV-VIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uv-vis

Citation preview

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data pengamatan

Dari percobaan ini data pengamatan yang didapat adalah :

Tabel 1. Penentuan panjang gelombang optimum (nm)Absorbansi

3900,066

3950,065

4000,066

405*0,067

4100,069

4150,063

4200,061

4250,059

Grafik 1. Penentuan panjang gelombang optimum

Tabel 2. Penentuan waktu kestabilan warnaWaktu (menit)Absorbansi

00,061

10,062

20,063

30,063

4*0,066

5*0,066

6*0,066

7*0,066

8*0,066

9*0,066

10*0,066

11*0,066

12*0,066

130,064

140,062

Grafik 2. Penentuan waktu kestabilan warna

Tabel 3. Pembuatan kurva kalibrasi standarKonsentrasi (ppm)Absorbansi

Blanko 0

50,034

100,068

150,12

200,159

250,202

Grafik 3. Pembuatan kurva kalibrasi standar

Tabel 4. Penentuan absorbansi dan konsentrasi sampelSampelAbsorbansiKonsentrasi (ppm)

Blanko00,625

Aqua0,225,625

Muraqua-0,0010,5

Amia0,32941,75

4.1.2 Perhitungan

1. Penentuan konsentrasi sampela. Penentuan konsentrasi Blanko (Aquades)

y= 0,008x - 0,0050,000= 0,008x - 0,0050,008x= 0,000 + 0,005

x= 0,625b. Penentuan konsentrasi air minum merk Aqua

y= 0,008x - 0,0050,200= 0,008x - 0,0050,008x= 0,200 + 0,005

x= 25,625c. Penentuan konsentrasi air minum merk Muraquay= 0,008x - 0,005

-0,001= 0,008x - 0,005

0,008x= -0,001 + 0,005

x= 0,5d. Penentuan konsentrasi air minum merk Amiay= 0,008x - 0,005

0,329= 0,008x - 0,005

0,008x= 0,329 + 0,005

x= 41,754.1.3 Tugas

1. Apa yang dimaksud dengan panjang gelombang optimum?

Jawab:

Panjang gelombang tertentu yang didasarkan sebagai penentuan panjang gelombang maksimum suatu unsur dari absorpsi cahaya/sinar dari spektrum visible dan radiasi oleh uv-vis untuk analisis kuantitatif.2. Kenapa harus dicari waktu kestabilan warna?

Jawab:

Untuk memberikan panjang gelombang maksimum dari suatu unsur sebagai analisis kuantitatif agar proses absorpsi sinar oleh spektrum visible berjalan optimal dan mengurangi kesalahan hasil penentuan panjang gelombang.4.2 PembahasanPada praktikum ini dilakukan analisis kadar sulfat dalam tiga sampel air mineral bermerek Aqua, Amia dan Muraqua dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS berdasarkan prinsip turbiditas/kekeruhan. Kekeruhan ini terjadi karena sulfat yang ada dalam sampel bereaksi dengan kristal BaCl2.2H2O dan reagen kondisi sehingga membentuk koloid tersuspensi. Semakin tinggi konsentrasi sulfat dalam sampel maka akan semakin keruh pula larutan yang terbentuk.Ada dua zat yang ditambahkan ke dalam sampel, yaitu kristal BaCl2.2H2O dan reagen kondisi. Penambahan kristal BaCl2.2H2O bertujuan agar ion sulfat dalam sampel berikatan dengan ion Ba2+dari kristal sehingga terbentuk garam BaSO4. Kelarutan garam ini sangat kecil dalam air sehingga akan mengendap dalam bentuk endapan koloid putih. Pengukuran spekrofotometri tidak dapat dilakukan jika sulfat berada dalam bentuk endapan. Oleh karena itu, ditambahkan reagen kondisi untuk menstabilkan koloid yang terbentuk sehingga garam BaSO4berada dalam bentuk koloid tersuspensi.Reagen kondisi terbuat dari campuran HCl 37 %, NaCl, etanol 96 %, gliserol, dan aquadest. Adanya campuran HCl 37 % dan NaCl menyebabkan reagen kondisi bersifat sebagai buffer asam. Oleh karena itu, penambahan reagen kondisi ini bertujuan untuk menjaga pH larutan agar tetap konstan karena jika pH berubah maka sulfat di dalam sampel pun akan berubah bentuk. Apabila pH > 8, sulfat akan membentuk ion sulfida (S2-), sedangkan jika pH < 8, sulfat cenderung berada dalam bentuk H2S yang merupakan suatu gas yang berbau busuk. Selain itu, gliserol dan etanol dalam reagen kondisi bertujuan untuk menstabilkan suspensi koloid BaSO4yang terbentuk setelah ditambahkan BaCl2.2H2O dan menghasilkan larutan yang menjadi agak kental. Kekentalan ini akan menjaga suspensi koloid stabil dan merata (endapan tidak mengendap) sehingga kekeruhan dapat diukur pada spektrofotometer.Namun, sebelum pengukuran absorbansi dilakukan, terlebih dahulu harus diketahui panjang gelombang optimum dan waktu kestabilan warna dari suspensi koloid yang akan diukur. Panjang gelombang optimum adalah panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi tertinggi. Pengukuran panjang gelombang optimum ini divariasikan dari 400 nm hingga 450 nm dengan interval 5 nm. Dari pengukuran ini didapatkan bahwa panjang gelombang optimumnya berada pada 420 nm, yaitu dengan nilai absorbansi sebesar 0,077. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan panjang gelombang optimum pada berbagai literatur.Setelah data panjang gelombang optimum diperoleh, dilakukan pengukuran waktu kestabilan warna, yaitu waktu ketika suspensi koloid yang terbentuk berada dalam kondisi stabil. Waktu kestabilan warna ini ditandai dengan nilai absorbansi yang sama pada range waktu tertentu. Pengukuran waktu kestabilan warna dilakukan pada menit 5-20 dengan interval 1 menit. Pengukuran ini memperoleh hasil bahwa kestabilan warna terjadi pada range 9-13 menit dengan nilai absorbansi sebesar 0,093. Oleh karena itu, pengukuran nilai absorbansi larutan harus dilakukan pada rentang waktu kestabilan tersebut, yang dalam hal ini kami memilih pengukuran pada menit ke-10.Hasil pengukuran panjang gelombang optimum dan waktu kestabilan warna kemudian digunakan untuk mengukur absorbansi larutan standar dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Larutan standar 0 ppm merupakan larutan blanko yang berfungsi sebagai faktor koreksi terhadap pelarut dan reagen yang digunakan. Oleh karena itu, pada pengukuran blanko ini nilai absorbansi yang diperoleh harus 0 (nol) karena yang diukur adalah serapan untuk pelarut dan reagennya. Dengan demikian, diharapkan pada pengukuran larutan standar dan sampel yang diukur adalah serapan sulfatnya. Data pengukuran ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan standar maka semakin tinggi pula nilai absorbansinya. Hubungan ini membentuk garis linier dalam grafik yang menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi.Garis regresi yang diperoleh memiliki persamaan y = 0,009x + 0,009 dengan nilai R2sebesar 0,980. Nilai ini menunjukan bahwa linearitas dari kurva adalah baik dan dapat digunakan dalam penentuan konsentrasi sampel. Nilai absorbansi sampel air limbahlaundryyang diperoleh adalah 0,105 setelah diencerkan sebanyak 20 kali. Hal ini dilakukan karena nilai absorbansi sampel berada di luar range kurva kalibrasi sehingga harus dilakukan pengenceran agar nilai absorbansi yang terukur berada pada range kurva kalibrasi. Setelah melalui perhitungan, diperoleh konsentrasi sulfat dalam sampel tersebut adalah213,34 ppm.Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar sulfat dalam sampel air limbahlaundryyang diambil masih berada di bawah ambang batas menurutPermenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 400 ppm untuk kualitas air bersih danPermenkes No.429/MENKES/PER/IV/2010, yaitu250 ppm untuk kualitas air minum. Namun demikian, sampel air limbah ini tetap tidak baik untuk dikonsumsi karena dari segi fisik telah berwarna keruh sehingga tidak sesuai dengan parameter air bersih. Selain itu, di dalam sampel tersebut kemungkinan juga mengandung zat-zat lainnya yang berbahaya jika dikonsumsi. Di sisi lain, ditinjau dari segi kualitas air bersih, penelitian ini menunjukkan bahwa kadar sulfat ini masih dapat diterima oleh lingkungan karena daya dukung lingkungan masih sanggup untuk menetralkannya. Namun, sampel ini tidak hanya mengandung sulfat sehingga belum dapat disimpulkan apakah sampel ini ikut berkontribusi dalam mencemari lingkungan perairan sekitar atau tidak.