Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang digunakan untuk mengetahui
sesuatu, menemukan, mengembangkan, serta menguji kebenarannya secara logis,
sistematis dan empiris dengan menggunakan cara metode ilmiah yang telah dibakukan
oleh peneliti sebelumnya. Penelitian observasional analitik merupakan penelitian yang
umumnya dilakukan tanpa adanya intervensi atau tindakan tambahan pada sampel yang
akan diteliti. Penelitian ini ialah suatu penelitian tentang fenomena yang ada kemudian
untuk memperoleh hasil, peneliti melakukan analisis statistik (Sani K, 2018).
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan mengarahkan penelitian untuk
mengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang), yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin time
approach). Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subyek penelitian diamati pada waktu yang
sama. Dalam penelitian cross sectional dikenal adanya penelitian korelatif (hubungan
dan asosiasi), yaitu penelitian yang menghubungkan variabel yang satu dengan yang
lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji
korelasi yang menghasilkan koefisien korelasi (Kadri, 2018; Swarjana, 2012).
31
4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah mulai dari
penetapan populasi, sampel, instrumen, pengumpulan data, analisis data dan
kesimpulan, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakannya penelitian (Notoatmodjo,
2010). Berikut adalah kerangka kerja dalam penelitian ini :
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi Seluruh pasien asma di Klinik Paru Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen
sebanyak 88 subyek pada tanggal 1-22 April 2020
Teknik Sampling Purposive sampling
Sampel Pasien asma di Klinik Paru Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen sebanyak 41
subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi
Analisa Data
Analisis dengan uji korelasi Spearman menggunakan program SPSS 23
Instrumen Penelitian
Kesimpulan
Ada hubungan kecemasan dengan kontrol asma di Klinik Paru Rumah Sakit
Wava Husada Kepanjen
Kuesioner kontrol asma menggunakan Asthma Control Test
(ACT)
Kuesioner kecemasan menggunakan Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS)
Skala Data Ordinal
Skala Data Ordinal
32
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Mamik, 2015). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di Klinik Paru Rumah Sakit Wava
Husada Kepanjen sebanyak 88 subyek pada bulan Februari 2020. Data subyek
didapatkan dari data sekunder yaitu rekam medis pasien di Rumah Sakit Wava
Husada Kepanjen.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel tersebut, kesimpulannya akan
diberlakukan untuk populasi (Lusiana et al., 2015). Sampel pada penelitian ini
adalah pasien asma di Klinik Paru Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen
sebanyak 41 subyek pada waktu pelaksanaan penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi : 1) Pasien asma derajat intermiten
sampai persisten sedang, 2) Pasien berumur 12-59 tahun, 3) Pasien bersedia
untuk mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi : 1) Pasien TB Paru, 2) Pasien
PPOK, 3) Pasien bronkitis kronis, 4) Pasien menderita kelainan jantung, 5)
Pasien tidak bersedia mengisi kuesioner.
4.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Terdapat dua teknik sampling
33
yaitu teknik probability sampling dan non probability sampling (Lusiana et al., 2015).
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah non probability
sampling dengan cara Purposive Sampling, suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu atau seleksi khusus atau dengan kata lain teknik purposive
sampling merupakan cara pengambilan subyek penelitian yang akan menjadi
responden dalam penelitian yang berdasar pada kriteria tertentu yakni kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi (Mamik, 2015).
4.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan
penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu titik pengamatan penelitian.
Variabel penelitian merupakan atribut dan sifat atau nilai orang, faktor, perlakuan
terhadap objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sandu, 2015).
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
4.4.1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel ini ialah karakteristik oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi (Hermawan,
2019). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan.
4.4.2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel ini ialah karakteristik yang berubah
34
atau muncul ketika mengintroduksi atau mengganti variabel bebas
(Hermawan, 2019). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
kontrol asma.
4.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan
variabel-variabel yang diteliti, beserta kriteria penilaian dan skala datanya. Definisi
operasional dibuat agar variabel mudah dipahami, diukur dan diamati sehingga dapat
memandu pelaksanaan penelitian dan analisis data (Syahdrajat, 2015).
Tabel 4.1 Definisi Operasional
Variabel Penelitian
Definisi Operasional
Indikator Instrumen Skala Data
Hasil Ukur
Variabel independen:
Kecemasan
Respon terhadap ancaman yang tidak diketahui sumbernya internal, samar-samar atau konfliktual
Perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik atau fisik (otot), gejala somatik atau fisik (sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala respirasi (pernapasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), gejala otonom, dan perilaku saat wawancara
Kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Ordinal Panik: apabila bobot nilai yang dicapai >30.
Kecemasan berat: apabila bobot nilai yang dicapai 25-30
Kecemasan sedang: apabila bobot nilai yang dicapai 18-24
Kecemasan ringan: apabila bobot nilai yang dicapai <17
35
(Ramdan, 2018)
Variabel dependen:
Kontrol asma
Tingkat pengendalian terhadap manifestasi klinis penyakit asma
Frekuensi tidak dapat beraktivitas, sesak napas, terbangun di malam hari, penggunaan obat dan tingkat kontrol asma
Kuisioner Asthma Control Test (ACT)
Ordinal Tidak terkontrol: apabila bobot nilai yang dicapai ≤ 19
Terkontrol sebagian: apabila bobot nilai yang dicapai 20-24
Terkontrol total: apabila bobot nilai yang dicapai 25
(Sabri & Chan, 2014)
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Februari sampai 7 Juli 2020 dan
pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Klinik Paru Rumah
Sakit Wava Husada.
4.7 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk pengambilan data penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif instrumen penelitian dapat berupa tes, kuesioner (angket),
pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang
dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden. Instrumen penelitian
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dengan tujuan menghasilkan
36
data kuantitatif yang akurat. Dikarenakan instrumen penelitian yang digunakan
untuk melakukan pengukuran maka setiap instrument harus mempunyai skala
(Sumantri, 2011). Instrumen yang diberikan dalam penelitian ini berupa data
responden dan kuesioner yang diberikan kepada responden. Cara penggunaannya
yaitu bisa dengan diisi secara langsung oleh responden. Dalam penelitian ini
instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data meliputi :
1) Lembar kuesioner data responden
Lembar kuesioner data responden meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, lama menderita asma, dan derajat asma
2) Lembar kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Lembar kuesioner HARS terdiri dari 14 item dengan parameter pertanyaan, yaitu
perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan,
perasaan depresi, gejala somatik atau fisik (otot), gejala somatik atau fisik
(sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala respirasi (pernapasan), gejala
gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), gejala
otonom, dan perilaku saat wawancara. Kuesioner menggunakan skala Likert
dengan ketentuan nilai 1 : satu gejala dari pilihan yang ada, nilai 2 : separuh dari
gejala yang ada, nilai 3 : lebih dari separuh gejala yang ada, nilai 4 : semua gejala
ada dan skor total adalah <17 : kecemasan ringan, 18-24 : kecemasan sedang,
25-30 : kecemasan berat, >30 : panik (Saputro & Fazrin, 2017).
3) Lembar kuesioner Asthma Control Test (ACT)
Lembar kuesioner ACT berisi 5 pertanyaan dan masing-masing pertanyaan
mempunyai skor 1 sampai 5, sehingga nilai terendah ACT adalah 5 dan tertinggi
37
adalah 25. Jika jawaban a nilai skor : 1, jawaban b nilai skor : 2, jawaban c nilai
skor : 3, jawaban d nilai skor : 4, jawaban e nilai skor : 5. Kuisioner ACT berisi
pertanyaan frekuensi tidak dapat beraktivitas, sesak napas dan terbangun di
malam hari karena asma pada pertanyaan 1,2, dan 3 sedangkan penggunaan obat
dan tingkat kontrol asma pada pertanyaan 4 dan 5. Selanjutnya hasil kuesioner
ACT digunakan untuk mengelompokkan kondisi klinis pasien ke dalam
terkontrol total jika diperoleh skor 25, terkontrol sebagian jika mencapai skor
20-24, atau tidak terkontrol apabila ≤ 19 (Haryanti et al., 2016; Medison &
Rustam, 2014).
4.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrumen. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows.
Sebuah kuesioner dinyatakan valid bila tidak ada soal yang memiliki nilai “corrected
item total correlation” bertanda negatif dan lebih besar dari 0,05 (>0,05) (Kautsar et al.,
2015).
Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan
suatu variabel yang disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas suatu
kuesioner dinyatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0.60, pengujian
dilakukan dengan program SPSS 16.0 for windows (Kautsar et al., 2015).
4.8.1 Uji Validitas dan Reliabilitas HARS
Menurut Kautsar dkk (2015) telah menyimpulkan bahwa instrumen
HARS mampu mengungkap tingkat kecemasan terhadap produktivitas
38
pegawai serta konsistensi responden dalam mengisi instrumen dapat
diandalkan. Validitas instrumen HARS ditunjukkan pada bagian Corrected Item-
Total Correlation seluruh soal memiliki nilai positif dan lebih besar dari syarat
0.05, maka dapat diputuskan bahwa kuesioner tersebut valid. Pada tabel
Reliability Statistics terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah 0,793 dengan
jumlah item 14 butir. Oleh karena nilai Cronbach’s Alpha = 0,793 ternyata lebih
besar dari 0.6, maka kuesioner yang digunakan terbukti reliabel (0.793>0.6)
(Kautsar et al., 2015).
4.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ACT
Menurut Nathan dkk (2004), ACT bertujuan memudahkan dokter dan
pasien dalam mengevaluasi penderita asma yang berusia lebih dari 12 tahun
dan menetapkan terapi pemeliharaannya. Kuesioner ini telah divalidasi
sehingga dapat dipakai secara luas untuk menilai dan memperbaiki kondisi
asma seseorang. Kuesioner ACT ini telah diuji coba di Poliklinik Alergi-
imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM dengan hasil
keandalan internal 83%, keandalan interklas 92%, kesahihan dengan fungsi
paru 24% dan kesahihan dengan penilaian klinis 74% sehingga dapat
disimpulkan ACT ini dapat dipakai di masyarakat Indonesia (Wardhani, 2010).
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data tersebut :
4.9.1 Tahap Persiapan
1. Mempersiapkan proposal penelitian yang terdiri dari bab 1-4 serta lembar
kuesioner penelitian
39
2. Mengajukan permohonan izin studi pendahuluan dan penelitian kepada
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang
3. Setelah permohonan izin disetujui, peneliti melanjutkan permohonan izin
penelitian kepada pihak yang terkait dalam hal ini yaitu Kepala
Bankesbangpol Kabupaten Malang
4. Setelah permohonan izin disetujui, meminta surat pengantar dari kantor
BankesBangpol Kabupaten Malang untuk studi pendahuluan dan
penelitian di Rumah Sakit Wava Husada
5. Mendapatkan izin studi pendahuluan dan penelitian dari Pimpinan
Rumah Sakit Wava Husada
6. Menghubungi penanggung jawab Komite Etik Penelitian Kesehatan di
Rumah Sakit Wava Husada untuk mengurus kelayakan etik penelitian
7. Menghubungi koordinator instalasi rawat jalan dengan menjelaskan tahap
pelaksanaan penelitian dan berkolaborasi dengan perawat yang bertugas
di Klinik Paru Rumah Sakit Wava Husada
8. Memberikan pengarahan singkat kepada asisten penelitian (1 orang)
dengan menjelaskan tahap pelaksanaan penelitian dan membantu
dokumentasi penelitian
4.9.2 Tahap Pelaksanaan
1. Melakukan pendekatan dengan memperkenalkan diri, menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian kepada responden
40
2. Setelah itu meminta persetujuan pasien untuk menjadi responden dalam
penelitian dan mengisi informed consent bagi yang bersedia menjadi
responden
3. Setelah pasien setuju dan mengisi informed consent, kemudian mengisi data
responden, mengisi kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan
kuesioner Asthma Control Test (ACT)
4.9.3 Tahap Pengumpulan Data
1. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dikumpulkan
2. Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden
3. Mengecek kelengkapan data yaitu kelengkapan pengisian lembar
kuesioner
4. Memeriksa kembali jika dalam pengisian yang salah atau kurang lengkap
5. Mengolah dan menganalisis data dari hasil kuesioner Hamilton Rating Scale
For Anxiety (HARS-A) dan Asthma Control Test (ACT)
4.9.4 Tahap Pengelolaan Data
Analisa data dilakukan melalui pengolahan data yang dilakukan melalui
beberapa tahap yaitu editing, scoring, coding, cleaning, processing, dan tabulating. Tahap
editing merupakan tahap pemeriksaan kelengkapan dan ketetapan dari jawaban
setiap kuisioner yang telah terisi. Tahap scoring dilakukan dengan memberi tanda
pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, sehingga
memudahkan proses memasukan data di komputer. Tahap coding adalah tahap
jawaban kuesioner diberikan kode pada kolom-kolom yang telah disediakan
untuk memudahkan pengelolaan data. Pada tahap cleaning, data yang telah ada
41
diperiksa kembali untuk menghindari adanya kesalahan data. Tahap processing ini
merupakan tahap pemasukan data ke dalam tersebut dikelompokan dan
ditabulasikan sehingga diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel
(Timotius, 2017).
4.10 Analisis Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah teknik statistika yang dalam kegiatan
analisisnya, hanya melibatkan satu variabel terikat (terlepas dari berapapun
banyak variabel bebasnya). Analisis univariat terdiri dari, distribusi frekuensi,
mean, median, modus, standar deviasi dan varian. Dalam penelitian ini
analisis univariat digunakan untuk menganalisis gambaran distribusi dari
masing-masing variabel (Timotius, 2017).
4.10.2 Analisis Bivariat
Analisis ini berguna untuk melihat hubungan dua variabel. Hubungan
dua variabel ini mempunyai tiga kemungkinan. Pertama, ada hubungan, tetapi
sifatnya simetris, yaitu tidak saling mempengaruhi. Kedua, dua variabel itu
saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Ketiga, sebuah variabel
mempengaruhi variabel yang lain. Analisis ini berdasarkan skala data,
hipotesis, sampel (berpasangan atau tidak berpasangan) dan jumlah variabel
(Timotius, 2017).
Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk menganalisis
hubungan tingkat kecemasan terhadap tingkat kontrol asma. Skala data yang
digunakan pada masing-masing variabel penelitian ini adalah data ordinal
42
(tingkatan), bentuk uji hipotesisnya korelatif, sampel tidak berpasangan dan
jumlah variabelnya dua, untuk itu dipilih uji statistik yang paling tepat yaitu
uji korelasi spearman menggunakan program SPSS 23. Korelasi spearman
adalah tes non parametrik yang digunakan untuk mengukur tingkat hubungan
antara dua variabel. Uji korelasi peringkat spearman tidak membawa asumsi
tentang distribusi data dan merupakan analisis korelasi yang sesuai jika tipe
datanya ordinal. Nilai koefisien dan kriteria keeratan hubungan dua variabel
yang dipakai dalam analisis ini sama dengan yang digunakan dalam korelasi
Pearson, tetapi korelasi rank Spearman awalnya akan melakukan peringkat
(ranking) terhadap data yang ada, kemudian melakukan uji korelasi (Sahab,
2018).
Tabel 4.2 Interpretasi Uji Korelasi Spearman
Parameter Nilai Interpretasi
Kekuatan korelasi (r)
1. 0,00-0,25 2. 0,26-0,50 3. 0,51-0,75 4. 0,76-1,00
1. Tidak ada hubungan/ hubungan lemah 2. Hubungan sedang 3. Hubungan kuat 4. Hubungan sangat kuat
Nilai p 1. Nilai p<0,05
2. Nilai p>0,05
1. Terdapat korelasi yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (H0 ditolak dan H1 diterima)
2. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen (H0 diterima dan H1 ditolak)
Arah korelasi
1. Positif (+)
2. Negatif (-)
1. Searah artinya semakin tinggi nilai variabel X semakin tinggi nilai variabel Y. Hal ini terjadi karena jika kenaikan satu diikuti kenaikan variabel lain
2. Berlawanan arah, artinya semakin tinggi nilai variabel X semakin kecil nilai variabel Y. Hal ini terjadi karena jika
43
kenaikan satu variabel diikuti penurunan variabel lain
(Hulu & Sinaga, 2019)
4.11 Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi subyek, menjamin kerahasiaan
identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.
Berikut ini tentang prinsip-prinsip etika dalam penelitian (Sumantri, 2011), yaitu :
1. Prinsip memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficience).
Penelitian yang memerlukan ethical clearance pada dasarnya merupakan riset
penelitian menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus
mendapatkan ethical clearance, baik penelitian yang melakukan pengambilan
spesimen ataupun yang tidak melakukan pengambilan spesimen. Penelitian
riset yang dimaksud adalah penelitian biomedik yang mencakup riset pada
rekam medis pasien.
2. Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan
prinsip menghormati harkat dan martabat manusia adalah peneliti
44
mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri
dari penjelasan manfaat penelitian, penjelasan kemungkinan risiko dan
ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan, persetujuan peneliti dapat
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan
prosedur penelitian, persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
dan jaminan anonimitas serta kerahasiaan.
3. Prinsip keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi
prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, professional,
berperikemanusiaan, memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius responden.
4. Prinsip menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan. Pada dasarnya, penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Adapun tidak
semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga
peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam
aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas
baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun
untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat
menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti
identitas responden.