Click here to load reader
Upload
septi-andrianti-azhari
View
63
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota
Bengkulu, yang dilakukan pada tanggal 14 Maret s.d 14 April Tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor kebiasaan
menggantung pakaian, ketersediaan tutup penampungan air dan pengetahuan
keluarga dengan kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pasar Ikan Bengkulu.
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel 359 orang dengan teknik pengambilan sampel
purposive sampling.
Teknik pengumpulan data di peroleh dari data primer dan data sekunder.
Data primer didapat dengan cara wawancara langsung dengan responden dengan
pedoman wawancara lembar observasi, dan data sekunder diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu. Setelah data-data di kumpulkan, data kemudian
diolah dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis
univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, dan analisis bivariat untuk
melihat hubungan faktor-faktor (tingkat pengetahuan, kebiasaan menggantung
pakaian, dan ketersediaan tutup penampungan air) dengan kejadian DBD.
36
37
1. Analisis Univariat
a. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang Demam
Berdarah Dengue
Tabel 2Distribusi tingkat pengetahuan tentang DBD diwilayah kerjaPuskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi Persen
Baik 80 22, 3Sedang 142 39, 6Kurang 137 38, 2Total 359 100
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa dari 359 KK terdapat 142
orang (39,6%) memiliki pengetahuan sedang tentang penanganan dan
pencegahan Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar
Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
b. Distribusi frekuensi kebiasaan mengantung pakaian tidak pada tempatnya
di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.
Tabel 3Distribusi frekuensi kebiasaan mengantung pakaian tidak pada
tempatnya diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Kebiasaan Mengantung Pakaian
Frekuensi Persen
Ya 235 65, 5Tidak 124 34, 5Total 359 100
38
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 359 responden
terdapat 235 orang (65,5%) memiliki kebiasaan mengantung pakaian
tidak pada tempatnya.
c. Distribusi frekuensi ketersediaan tutup penampungan air di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Tabel 4Distribusi frekuensi ketersediaan tutup penampungan air di
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Ketersediaan Tutup Penampungan Air
Frekuensi Persen
Tersedia dan tertutup 165 46Tidak tersedia dan tidak tertutup
194 54
Total 359 100
Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa sebagian besar responden
tidak memiliki tutup penampungan air dan tidak menutup penampungan
air yaitu sebanyak 194 responden ( 54% ).
d. Distribusi frekuensi kejadian Demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Pasar Ikan Bengkulu Tahun 2012.
Tabel 5Distribusi frekuensi kejadian Demam Berdarah Dengue diwilayah
kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Kejadian Demam Berdarah Dengue
Frekuensi Persen
DBD 21 5,8Tidak DBD 338 94,2Total 359 100
39
Data hasil penelitian menunjukkan bahwa 338 responden terdapat 21
orang (5,8%) mengalami kejadian DBD.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Kebiasaan mengantung pakaian dengan kejadian DBD
diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.
Tabel 6Hubungan Kebiasaan mengantung pakaian dengan kejadian DBD
diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.
Berdasarkan hasil tabel 5 diketahui bahwa dari 235 orang yang
memiliki kebiasaan menggantung pakaian terdapat 20 orang (8,5%)
mengalami penyakit DBD, dan dari 124 orang yang tidak memiliki
kebiasaan menggantung pakaian disembarangan terdapat 1 orang (0,8%)
pernah mengalami kejadian DBD.
Berdasarkan hasil analisis didapat nilai p 0,007 (< 0,05) artinya
terdapat hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan
kejadian DBD.
Kebiasaan Mengantung
Pakaian
Kejadian DBD
Total PvalueYa Tidak f % f % N %
Ya 20 8,5 215 91,5 235 100
0,007Tidak 1 0,8 123 99,2 124 100
Total 21 5,8 338 94,2 359 100
40
b. Hubungan ketersediaan tutup penampungan air dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu
Tahun 2012.
Tabel 7Hubungan Ketersediaan tutup penampungan air dengan kejadian DBD
diwilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.Ketersediaan dan
Kebiasaan Menutup Penampung Air
Kejadian DBD
Total PvalueYa Tidak F % F % f %
Tersedia dan Tertutup 2 1,2 163 98,8 165 100
0,001Tidak Tersedia dan Tidak Tertutup
19 9,8 175 90,2 194 100
Total 21 5,8 338 94,2 359 100
Berdasarkan hasil tabel 6 diketahui bahwa dari 165 orang yang
memiliki penutup penampungan air, 2 orang (1,2%) mengalami kejadian
DBD. Sedangkan dari 194 orang yang tidak memiliki penutup penampungan
air terdapat 19 orang (9,8%) mengalami kejadian DBD.
Berdasarkan hasil analisis didapat nilai p 0,001 (< 0,05) artinya
terdapat hubungan antara katersediaan penampung air dengan dengan
kejadian DBD.
41
c. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD di Puskesmas
Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012
Tabel 8Hubungan Tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD
diwilayahkerja Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.Tingkat
PengetahuanKejadian DBD
Total PvalueYa Tidak f % F % f %
Baik 5 6,3 75 93,8 80 100
0,272Sedang 5 3,5 137 96,5 142 100Kurang 11 8,0 126 92,0 137 100Total 21 5,8 338 94,2 359 100
Berdasarkan hasil tabel 7 diketahui bahwa dari 137 orang yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang terdapat 11 orang (8,0%)
mengalami kejadian DBD, dan dari 80 orang terdapat 5 orang (6,3)
pernah mengalami kejadian DBD.
Berdasarkan hasil uji chi – shuare diketahui nilai person chi shuare
terdapat nilai p value 0,272 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD.
B. Pembahasan
1. Hubungan Antara Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan
KejadianDBD
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan kebiasaan
menggantung pakaian diwilayah kerjaPuskesmas Pasar Ikan Tahun 2012
menunjukkan dimana nilai pvalue 0,007. Dengan demikian dapat
42
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga faktor kebiasaan
menggantung pakaian mempunyai hubungan terhadap kejadian DBD di
Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012. Dari hasil tersebut berarti bahwa
responden yang masih memiliki kebiasaan menggantung pakaian tidak pada
tempatnya memiliki peluang untuk bisa terkena penyakit DBD dari pada
responden yang tidak memilikikebiasaan menggantung pakaian tidak pada
tempatnya. Seharusnya pakaian-pakaian yang tergantung di balik lemari atau
di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpandalam almari, karena nyamuk
Aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan
kain yang tergantung (Yatim, 2007). Tempat istirahat yang disukai nyamuk
adalah benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden,
kelambu dan pakaian (Suroso dan Umar, Tanpa tahun).
Kebiasaan masyarakat menggantung pakaian sudah lama terjadi bai
masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Kebisaaan yang tidak
baik ini sudah berlangsung cukup lama. Pengamatan responden selama
penelitian menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Pasar Ikan masih banyakyang menggantung pakaiannya tidak pada
tempatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 235 responden
penelitian yang biasa menggantung pakaian dan pernah sakit DBD sebanyak
20 responden (8,5%). Kondisi ini yang menyebabkan keberadaan nyamuk
untuk dapat hidup dengan menempel di pakaian responden yang selanjutnya
dari media ini responden menjadi sakit akibat kebiasaan menggantung
43
pakaian. Oleh karena itu dengan responden yang masih memiliki kebiasaan
menggantung pakaian tersebut maka dapat menggambarkan bahwa kejadian
DBD di Puskemas Pasar Ikan Tahun 2012 disebabkan kebiasaan
menggantung pakaian yang masih dilakukan masyarakat. Sedangkan
berdasarkan penelitian tedapat 215 responden yang memiliki kebiasaan
mengantung pakaian bukan pada tempatnya namun tidak mengalami
kejadian DBD dan terdapat 1 orang yang memiliki kebiasaan mengantung
namun tidak mengalami kejadian DBD, hal ini disebabkan karena responden
memiliki kebiasaan menjaga lingkungan yang baik, memiliki status gizi
yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DBD seperti status
gizi dan lingkungan.
Menggantung pakaian dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk
dan menjadi tempat bagi pertumbuhan nyamuk yang memungkinkan
penghuni rumah memiliki resiko terkenna DBD.
Nyamuk dalam hidupnya seringkali hinggap pada pakaian. Nyamuk
lebih tertarik pada cahaya terang, pakaian, dan suhu badan manusia.
Perangsang jarak jauh karena adanya zat amino, suhu yang hangat serta
keadaan yang lembab (Sutaryo, 2005). Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widyana (1998), tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian DBD di Kabupaten Bantul. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebiasaan menggantung pakaian berpengaruh terhadap
kejadian DBD di Kabupaten Bantul.
44
2. Hubungan Antara Ketersediaan Tutup Pada Penampungan Air dengan
KejadianDBD
Hasil penelitian mengenai kejadian DBD dengan ketersediaan
tutuppada penampung air menunjukkan bahwa ada hubungan antara
ketersediaan tutup pada penampung air dengan kejadian DBD
diwilayahkerja Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012 dimana nilai p = 0,001.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Pentingnya ketersediaan tutup pada penampungan air sangat mutlak
diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada penampungan
air,dimana penampungan air tersebut menjadi media berkembang biaknya
nyamuk Aedesaegypti. Apabila semua masyarakat telah menyadari
pentingnya penutup penampung air, diharapkan keberadaan nyamuk dapat
diberantas, namun kondisi ini tampaknya belum dilaksakanakan secara
maksimal. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa dari 194
responden yang tidak memiliki penutup penampungan air ada 19 responden
(9,8%) pernah sakit DBD dan tidak terdapat tutup pada penutup penampung
air. Oleh sebab itu dengan kondisi tidak adanya tutup penampung air
tersebut maka dapat menggambarkan kejadian DBD di wilayah puskesmas
pasar ikan Tahun 2012 disebabkan oleh tidak adanya tutup pada penampung
air
45
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehArsin
dan Wahiduddin (2004) tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Kota Makasar. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan tutup kontainer berhubungan
dengan keberadaan vektor DBD.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat juga 179 responden ( 90,2%)
yang tidak memiliki tutup penampungan air namun tidak mengalami DBD,
hal ini disebabkan berdasarkan hasil observasi dan wawancara responden
mengatakan bahwa mereka memiliki kebiasaan membersihkan tempat
penampungan air 1 minggu sekali selain itu pada bak mandi mereka
menaburkan bubuk ABATE sehingga peluang untuk adanya jentik nyamuk
tidak ada.
3. Hubungan Antara TingkatPengetahuan dengan KejadianDBD
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 137 orang yang memiliki
tingkat pengetahuan kurang terdapat 11 orang (8,0%) mengalami kejadian
DBD, dan dari 80 orang terdapat 5 orang (6,3) pernah mengalami kejadian
DBD. Berdasarkan hasil uji chi – square diketahui nilai person chi square
terdapat nilai p value 0,272 (> 0,05) artinya tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan kejadian DBD.
Menurut peneliti, ada faktor lain yang menyebabkan orang terkena
penyakit DBD yaitu faktor pendukung dan pendorong. Salah satunya yaitu
keinginan dalam diri sendiri atau kesadaran individu dan lingkungan sekitar
46
agar tidak terkena penyakit. Budaya atau kebiasaan masyarakat adalah salah
satu yang berperan dengan meningkatnya kejadian DBD, walaupun
seseorang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi kalau tidak menekan
kebiasaan buruk yang ada, maka kebiasaan yang tidak baik itu akan tetap
dilakukan, karena perilaku seseorang itu sangat sulit untuk diubah.
Walaupun demikian diharapkan pada masyarakat tetap meningkatkan
pengetahuannya karena perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Yang termasuk
faktor pendorong yaitu dari pemerintah setempat termasuk Puskesmas,
Puskesmas harus lebih giat lagi memberikan informasi kesehatan khususnya
tentang penyakit DBD
Menurut Depkes RI (2005), bahwa pengetahuan yang baik diperoleh
dari proses pembelajaran yang baik. Dengan demikian penyebab tingginya
angka responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik salah satunya
yaitu kurang infomasi yang bisa diterima responden saat mendapatkan
pendidikan.
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fathi, dkk (2000), Fathi menemukan bahwa pengetahuan responden tidak
berpengaruh terhadap kejadian DBD. Sejalan juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sumekar (2005) bahwa tingkat pengetahuan tidak
berhubungan dengan kejadian DBD. Dengan demikian mendukung hasil
47
penelitian bahwa pengetahuan kurang memberi pengaruh nyata terhadap
kejadian DBD.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian Ni Wayan epiyanti
(2009) dengan judul “ hubungan pengetahuan, sikap, perilaku dengan
pemberantasan sarang nyamuk DBD” dengan nilai p=0,495, artinya tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ikan, kurangnya minat masyarakat untuk menonton,
membaca, atau mendengarkan hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan, pemberantasan nyamuk DBD, mereka lebih tertarik atau lebih
suka nonton sinetron dan hiburan. Responden dengan pengetahuan baik
sebanyak 5 orang namun mereka mengalami kejadian DBD karena mereka
memiliki kebiasaan yang kurang tentang kebersihan lingkungan, suka
membuang sampah sembarangan, dan jarang membersihkan tempat
penampungan air sehingga mereka berisiko mengalami kejadian DBD.
48
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hampir seluruh responden (91,5%) memiliki kebiasaan mengantung pakaian
bukan pada tempatnya di Pusesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2012.
2. Hampir seluruh responden (98,8%) tidak memiliki dan tidak menutup
penampung air di Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengulu Tahun 2012.
3. Hampir sebagian responden (38,2%) memiliki pengetahuan kurang tentang
Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012.
4. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadianDBD
di Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012.
5. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada penampung air dengan
kejadianDBD di Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012.
6. Tidak ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan
kejadian DBD di Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2012.
49
B. Saran
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Dari kejadian yang ditemukan di lapangan, sebaiknya pihak instansi
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu lebih mengintensifkan
kegiatan pemeriksaan jentik berkala dan menggalakkan program 3M plus di
lingkungan sekitar, sehingga dapat dijadikan sebagai monitoring.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan kegiatan 3M plus
dan pelaksanaan PSN–DBD secara mandiri dan teratur sesuai standaragar
dapat mengurangi keberadaan jentik dan masyarakat harus lebih
memperhatikan perilaku kebiasaan menggantung, karena nyamuk itu
menyukai benda yang menggatung seperti pakaian. Dengan melaksanakan dan
merubah kebiasaan tersebut maka penularan penyakit demam berdarah dengue
dapat ditekan.
3. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan
menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga
diharapkan dapat memperkuat keputusan yang akan diambil.
48