24
61 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN Penelitian akan dilakukan pembahasan mengenai deskripsi tempat penelitian yaitu Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Solidaritas kota Salatiga.Deskripsi subjek penelitian yaitu penderita HIV/AIDS yang menjadi subjek dalam penelitian ini, hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan, hasil pengkuran variabel ,dan uji statistik melalui uji t dan diskusi hasil penelitian. 4.1 Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Solidaritas kota Salatiga. KDS Solidaritas adalah komunitas yang menjadi wadah bagi penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga. KDS Solidaritas berada di bawah pembinaan Komisi Penanggulang Aids (KPA) Kota Salatiga dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga. Keberadaan KDS Solidaritas sangatlah dibutuhkan bagi penderita HIV/AIDS karena komunitas ini berfungsi sebagai wadah bertemuannya penderita HIV/AIDS dan tempat bagi penderita untuk saling menguatkan dan berbagi informasi dalam menjalankan kehidupan mereka sebagai penderita HIV/AIDS.Penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga masih sering kali mendapat stigma dan diskriminasi dari keluarga, lingkungan dan masyarakat luas. Pemahaman yang salah dari sebagaian besar masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS dan bagaimana proses penularannya membuat para penderita HIV/AIDS semakin terpojok karena padangan masyarakat bahwa penyakit ini sangatlah mudah untuk dapat kepada orang lain, penyakit kutukan dan berbagai pandangan yang salah tentang HIV/AIDS. Akibat dari stigma dan diskriminasi ini banyak sekali penderita HIV/AIDS yang tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat luar sehingga menutup diri dari lingkungan dan masyarakat.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

61

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan pembahasan mengenai deskripsi tempat

penelitian yaitu Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Solidaritas kota

Salatiga.Deskripsi subjek penelitian yaitu penderita HIV/AIDS yang

menjadi subjek dalam penelitian ini, hasil uji validitas dan reliabilitas alat

ukur yang digunakan, hasil pengkuran variabel ,dan uji statistik melalui uji

t dan diskusi hasil penelitian.

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini di Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Solidaritas

kota Salatiga. KDS Solidaritas adalah komunitas yang menjadi wadah bagi

penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga. KDS Solidaritas berada di bawah

pembinaan Komisi Penanggulang Aids (KPA) Kota Salatiga dan Dinas

Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga. Keberadaan KDS Solidaritas sangatlah

dibutuhkan bagi penderita HIV/AIDS karena komunitas ini berfungsi

sebagai wadah bertemuannya penderita HIV/AIDS dan tempat bagi

penderita untuk saling menguatkan dan berbagi informasi dalam

menjalankan kehidupan mereka sebagai penderita HIV/AIDS.Penderita

HIV/AIDS di Kota Salatiga masih sering kali mendapat stigma dan

diskriminasi dari keluarga, lingkungan dan masyarakat luas. Pemahaman

yang salah dari sebagaian besar masyarakat tentang apa itu HIV/AIDS

dan bagaimana proses penularannya membuat para penderita HIV/AIDS

semakin terpojok karena padangan masyarakat bahwa penyakit ini

sangatlah mudah untuk dapat kepada orang lain, penyakit kutukan dan

berbagai pandangan yang salah tentang HIV/AIDS. Akibat dari stigma

dan diskriminasi ini banyak sekali penderita HIV/AIDS yang tidak mau

bersosialisasi dengan masyarakat luar sehingga menutup diri dari

lingkungan dan masyarakat.

Page 2: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

62

KDS Solidaritas memiliki beberapa agenda kegiatan baik yang kegiatan

rutin dilakukan maupun kegiatan yang mengikuti kegiatan kalender

nasional bagi organisasi HIV/AIDS. Kegiatan rutin KDS Solidaritas

diantaranya:

1. Pertemuan rutin

Kegiatan ini rutin diadakan satu bulan sekali, tempat pertemuan

KDS Solidaritas diadakan di Rumah Sakit Paru Kota Salatiga .Tujuan dari

pertemaun ini adalah untuk menguatkan penderita melalui capacity

building yang disampaikan oleh nara sumber yang kompeten di bidangnya

sperti dokter, psikolog, ahli gizi dan tenaga ahli lainnya. Pada pertemuan

ini juga dibagikan obat ARV (Anti Retro Viral) yaitu obat yang dikonsumsi

penderita HIV/AIDS sebagai terapi medis bagi penderita HIV/AIDS.

2. Penjangkauan

Kegiatan ini dilakukan untuk mengajak penderita HIV/AIDS yang

belum membuka diri tetap mendapat akses layanan kesehatan,sekalipun

mereka masih menutup diri dan tidak ingin status terinfeksi mereka

diketahui oleh orang lain. Kegiatan penjangkauan ini biasanya dilakukan

di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

HIV/AIDS, misalnya lokalisasi atau tempat kegiatan prostitusi, lokasi

pemberhentian bus atau truk serta rumah-rumah karoke didaerah wisata.

3. Pendampingan

Kegiatan pendampingan adalah kegiatan mendampingi penderita

HIV/AIDS dalam tahapan ketika mendapat status terinfeksi sampai tahap

melakukan terapi ARV (Anti Retro Viral). Dari tahapan seseorang

mengetahui status terinfeksi sampai pada tahap terapi obat masih harus

melalui beberapa proses diantaranya periksa laboratorium untuk

melakukan test CD4 dan test viral load untuk mengetahui keberadaan

virus dalam diri penderita HIV/AIDS, konsultasi dengan dokter ahli dalam

hal ini dokter spesialis penyakit dalam dan akhirnya keluar rekomendasi

dari dokter jenis ARV apa yang harus dikonsumsi penderita,karena ARV

sendiri memiliki beberapa lini dan dikonsumsi berdasarkan tingkat

pertumbuhan virus yang ada dalam tubuh.

Page 3: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

63

4. Konseling

Konseling adalah bagian dari penguatan bagi penderita apabila

mengalami masalah-masalah yang timbul akibat status terinfeksi yang

dialami. Masalah-masalah yang biasanya muncul adalah penolakan

terhadap diri sendiri maupun dari lingkungan, ketakutan bahwa virus akan

menular kepada pasangan dan anak. Untuk ini perlu dilakukan konseling

agar penderita HIV/AIDS dikuatkan dan dapat menjalani kehidupannya

dengan normal sekalipun sudah terinfeksi.

5. VCT (Voulantary Counseling Test)

VCT (Voulantary Counseling Test) adalah kegiatan tes HIV /AIDS

bagi siapa saja yang ingin mengetahui apakah dalam dirinya terdapat virus

HIV/AIDS. Dengan mengetahui apakah seseorang terinfeksi atau tidak

akan membuat seseorang lebih mudah untuk mengambil suatu tindakan

bagi kesehatannya. Kegiatan VCT ini tidak hanya dilakukan di Rumah

Sakit atau Puskesmas, VCT juga dapat dilakukan secara mobile yaitu

mendatangi tempat-tempat yang menjadi target dari tim VCT untuk

dilakukan tes misalnya kantor-kantor pemerintahan, pabrik-

pabrik,lokalisasi dan tempat-tempat lainnya.

6. Sosialisasi

Kegiatan preventif menyampaikan pesan tentang bahaya dari

HIV/AIDS juga dilakukan untuk membawa masyarakat luas paham dan

mengerti tentang HIV/AIDS sehingga masyarakat tidak melakukan stigma

dan diskriminasi.Kegiatan ini biasanya dilakukan di lembaga-lembaga

pemerintahan, pendidikan dan masyarakat luas. Dalam kegiatan sosialisasi

ini KDS Solidaritas bekerjasama dengan kampus,sekolah dan kantor-

kantor baik pemerintah maupun swasta. Dalam kegiatan ini juga

disampaikan data-data tentang angka HIV/AIDS di Kota Salatiga sehingga

masyarakat mengerti apa yang terjadi di kota Salatiga.

Selain kegiatan melakukan kegiatan rutin yang merupakan agenda

kegiatan KDS Solidaritas sendiri, ada beberapa agenda kegiatan yang

mengikuti kegiatan kalender nasional Komisi Penganggulang AIDS (KPA)

Nasional diantaranya :

Page 4: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

64

1. Kegiatan MRAN (Malam Renungan Aids Nusantara)

Kegiatan ini diadakan pada bulan maret setiap tahunnya,MRAN ini adalah

malam renungan dimana para penderita HIV/AIDS mengingat kembali

kematian anggota keluarga, teman dan sahabat yang telah mendahului

mereka karena HIV/AIDS.Kegiatan ini dilakukan serentak di seluruh

Indonesia bahkan seluruh dunia.

2. Kegiatan Hati Anti Narkoba International (HANI)

Ini adalah momen dimana menyampaikan pesan akan bahaya narkoba bagi

masyarakat luas. Penyumbang angka HIV/AIDS terbesar nomor dua

setelah seksualitas adalah pengguna narkoba suntik, jadi sangat diperlukan

tidakan serius dalam pemberantasan peredaran narkoba dan

menyampaikan bahaya narkoba.

3. KegiatanHari AIDS Sedunia (HAS)

Hari AIDS Sedunia (HAS) adalah kegiatan yang dilakukan serentak

diseluruh dunia dimana penderita HIV/AIDS melakukan aksi damai

dengan berkampanye tentang bahaya HIV/AIDS dan menyampaikan

tuntutan mereka sebagai penderita HIV/AIDS yang ingin mendapatkan

keadilan dan persamaan hak dalam bidang kesehatan,pendidikan dan

dunia kerja.

4.2 Peta dan Situasi HIV/AIDS Kota Salatiga

Kota Salatiga saat ini menduduki peringkat ke-5 Penderita HIV/AIDS di

Provinsi Jawa-Tengah.Jumlah penemuan kasus HIV/AIDS di Kota

Salatiga semenjak tahun 1994 sampai dengan tahun 2013 adalah 153

kasus yang terdata dan ini belum termasuk kasus yang belum terdapat

karena banyak penderita HIV/AIDS yang tidak terdeteksi oleh petugas

lapangan dan dinas kesehatan.

Jumlah perkasus HIV/AIDS di Kota Salatiga dalam dilihat sebagai berikut

Page 5: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

65

Tabel 4.1

Data Penderita HIV/AIDS Kota Salatiga

Kasus Jumlah

HIV 64

AIDS 89

Meninggal 48

Total 201

Tabel 4.2

Jumlah Penderita HIV/AIDS Berdasarkan Pekerja Kota Salatiga

Profesi Jumlah

Wiraswasta 25

Wanita Pekerja Seks (WPS) 24

Karyawan Swasta 21

Pemandu Karoke (PK) 21

Ibu Rumah Tangga 11

Mahasiswa 16

Supir 3

Buruh 3

Pedagang 2

Tukang Parkir 1

Lain-lain 26

Total 153

Page 6: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

66

Tabel 4.3

Jumlah Presentase Penderita Berdasarkan Resiko Penularan Kota

Salatiga

Tabel 4.4

Jumlah Penderita HIV Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Salatiga

Tabel 4.5

Presentase Penemuan Perkecamatan Kota Salatiga

Kecamatan Presentase (%)

Sidorejo 40%

Tingkir 22%

Sidomukti 19%

Argomulyo 19%

Total 100%

Golongan Resiko Persentase (%)

Heteroseksual 51%

Pengguna Narkoba Suntik (Penasun) 39%

Homoseksual 7%

Perinatal 3%

Total 100%

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 90

Perempuan 63

Total 153

Page 7: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

67

Dari data HIV/AIDS yang dapat dilihat, kondisi dan situasi HIV/AIDS di

Kota Salatiga sudah sangat mengkhawatirkan ,ternyata virus HIV/AIDS

di Kota Salatiga sudah masuk pada setiap golongan lapisan masyarakat di

berbagai profesi, dan telah meyebar di seluruh kecamatan yang ada di

Kota Salatiga. KDS Solidaritas Kota Salatiga bekerja sama dengan pihak

terkait dalam hal ini pemerintah dan setiap elemen masyarakat

bekerjasama untuk mengurangi angka penyebaran HIV/AIDS dan

menyampaikan kepada masyarakat luas tentang program penangganan

HIV/AIDS di Kota Salatiga.

4.3 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah penderita HIV/AIDS (ODHA) yang

menjalani terapi media ARV (Anti Retro Viral) dan menjadi anggota dari

KDS Solidaritas.Terdapat beberapa karakteristik dari subjek yang

digambarkan sebagai berikut :

4.3.1 Karakteristi Subjek berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.6

Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase(%)

Laki-laki 16 45,7%

Perempuan 19 54,3%

Total 35 100%

Penderita HIV/AIDS yang menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah

35 orang terdiri dari 16 laki-laki (45,7%) dan 19 perempuan

(54,3%).Subjek berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan

dengan subjek yang berjenis perempuan.

Page 8: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

68

4.3.2 Karakteristik Subjek Bersadarkan Usia

Tabel.4.7

Presentase Subjek Berdasarkan Usia

Usia Subjek (Tahun) Jumlah Presentase(%)

≤ 23 2 5,72%

23 < Usia ≤ 28 8 22,85%

28 < Usia ≤ 32 11 31,42%

32 < Usia ≤ 36 6 17,15%

36 < Usia ≤ 40 5 14,28%

40 < Usia ≤ 44 2 5,72%

44 < Usia ≤ 48 1 2,86%

Total 35 100%

Tabel di atas menunjukan gambaran subjek penelitian berdasarkan

usia,yang diklasifikasikan dalam 7 kelompok usia. Subjek penelitian

didominasi oleh penderita HIV/AIDS dengan rentan usia 28 <Usia ≤32

tahun (31,42%).Kemudian diikuti oleh penderita HIV/AIDS usia 23 <Usia

≤ 28 tahun (22,85%), kemudian yang paling sedikit adalah penderita

HIV/AIDS dengan rentan usia 44 <Usia ≤ 48 sebanyak (2,86%).

Page 9: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

69

4.3.3 Karakteristik Berdasarkan Waktu Status Terinfeksi

Tabel.4.8

Presentase Subjek Penelitian Berdasarkan Waktu Status Terinfeksi

Jumlah Presentase(%)

1 ≤ 1 2,86%

1 < Usia ≤3 14 40%

3 < Usia ≤ 5 11 31,42

5 < Usia ≤ 7 5 14,29

7 < Usia ≤ 9 4 11,43

9 < Usia ≤ 11 0 0%

11< Usia ≤ 13 0 0%

Total 35 100%

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

subjek penelitian terbanyak dalam penelitian ini adalah penderita

HIV/AIDS yang telah mengetahui status terinfeksinya 1< Usia ≤ 3

tahun sebanyak 14 orang (40%), sedangkan subjek penelitian paling

sedikit adalah penderita HIV/AIDS yang mengetahui status

terinfeksi 3<Usia ≤5 tahun sebanyak 11 orang (31,42%)

Page 10: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

70

4.3.4 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4. 9

Persentase Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase(%)

SMA/Sederajat 12 34,29%

D2 - 0%

D3 - 0%

S1 19 54,29%

S2 4 11,42%

Total 35 100%

Tabel di atas menggambarkan bahwa subjek penelitian yang paling

banyak adalah penderita HIV/AIDS dengan tingkat pendidikan S1

sebanyak 54,29% ,kemudian disusul dengan penderita HIV/AIDS dengan

tingkat pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 34,29%, dan yang paling

sedikit adalah subjek penelitian dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak

11,42%.

4.4 Analisis Data dan Interpretasi

Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis data kuantitatif

dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif terdiri dari Uji 2

sampel Independen Kolmogorov-Smirnov dan Wilcoxon Signed-Rank Test

(Tes Rangking Bertanda Wilcoxon untuk Data Berpasangan ) dan Paired

Samples Test. Alasan menggunakan analis tes bertanda Wilcoxon untuk

data berpasangan adalah karena membandingkan dua subjek kontinu bila

tersedia subjek yang sedikit. Ini juga dikarenakan adanya kesulitan dari

peneliti untuk mencari subjek penelitian dalam jumlah yang

banyak.Semua analisis non parametrik tersebut dilakukan secara

komputasi dengan menggunakan program Statistical Packages for Social

Science (SPSS) 17.00 for windows. Analisis kualitatif meliputi analisis

data subjek yaitu wawancara, lembar kerja dan modul.

Page 11: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

71

4.4.1 Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data varibel harga diri. Agar

mudah dipahami, data yang diperoleh dari hasil penelitian ini di

deskripsikan dalam bentuk tabulasi yaitu penyajian data yang sudah

diklasifikasikan atau di kategorikan ke dalam bentuk tabel atau diagram,

sehingga dapat memberikan gambaran deskripsi tentang harga diri.

Skala harga diri digunakan untuk mengukur penderita HIV/AIDS di

Kota Salatiga. Dalam hal ini subjek penelitian diminta memberikan

penilaian atau memberikan tanggapan sejauh mana harga diri dinilai oleh

penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga. Skala harga diri terdiri dari 27

aitem yang valid dengan menggunakan 5 pilihan jawaban yaitu skor 5

untuk sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk netral, skor 2 untuk

tidak setuju, skor 1 untuk sangat tidak setuju. 5 pilihan berlaku untuk

pernyataan yang bersifat positif, dan sebaliknya pernyataan yang bersifat

negatif.

Pengukuran ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pre-test (sebelum

pelaksanaan pelatihan), dan post-test (setelah pelaksanaan pelatihan).Skor

total empiris data pre-test kelompok eksperimen menyebar dari skor

terendah 63 sampai pada skor tertinggi 72 sedang pada data post-test

kelompok eksperimen menyebar dari skor terendah 67 sampai pada skor

tertinggi 99, sedangkan post-test kelompok kontrol skor menyebar dari

skor terendah 67 sampai skor tertinggi 75. Semakin tinggi skor total

menunjukan harga diri yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor

menunjukan harga diri yang semakin rendah.Skor total data harga diri

yang diperoleh dari masing-masing subjek penelitian, diklasifikasikan

dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Menentukan panjang

kelas interval dengan cara:

= skor max – skor min

banyaknya kategori

Page 12: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

72

Menentukan panjang kelas atau interval dengan cara :

= 135 - 27

6

= 108

6

= 18

Dengan demikian, gambaran tinggi atau rendahnya harga diri pre-test

kelompok eskperimen dikategorikan pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Deskripsi Pengukuran Pre-Test Kelompok Eksperimen Skala Harga Diri

Skor Kategori Frekuensi %

99 ≤ x <117 Tinggi 0 0%

81 ≤ x < 99 Sedang 0 0%

63 ≤ x <81 Rendah 35 100%

Total 35 100%

Dengan demikian, gambaran tinggi atau rendahnya harga diri post-test

kelompok eksperimen dikategorikan padatabel 4.11

Tabel 4.11

Deskripsi Pengukuran Post-Test Kelompok Eksperimen Skala

Harga Diri

Skor Kategori Frekuensi %

103 ≤ x <121 Tinggi 0 0%

85 ≤ x < 103 Sedang 1 2,86%

67 ≤ x < 85 Rendah 34 97,14%

Total 35 100 %

Dengan demikian, gambaran tinggi atau rendahnya harga diri post-

test kelompok kontrol dikategorikan pada tabel 4.12

Page 13: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

73

Tabel 4.12

Deskripsi Pengukuran Post-Test Kelompok Kontrol Harga Diri

Skor Kategori Frekuensi %

103 ≤ x <121 Tinggi 0 0%

85 ≤ x < 103 Sedang 0 0%

67 ≤ x < 85 Rendah 35 100%

Total 35 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat adanya peningkatan harga dari

peserta pelatihan sebelum dan sesudah diberi pelatihan ini bisa dilihat

dengan membandingkan skor sebelum diberi pelatihan atau pre-test dan

sesudah diberi pelatihanatau post-test.Skor setelah diberi pelatihan atau

post-test lebih tinggi dari skor sebelum diberi pelatihan atau pre-test.

4.4.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis statistik independent test atau biasa disebut

uji t dengan menggunakan program SPSS Statistic 17.0 for windows.

4.4.3 Uji t dependent (paired) sampel test pre-test dan post-test

kelompok eksperimen

Tabel 4.13

Paired Sampels Statics

Mean N Std. Deviation

Pair 1 pretestKE 69.09 35 1.884

posttestKE 74.86 35 5.100

Tabel 4.14

Page 14: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

74

Paired Samples Correlations

N Correlation

Pair

1

pretestKE

posttestKE 35 -.002

Tabel.4.15

Paired Sampel Test

Dari hasil uji t dengan menggunakan program SPSS Statistic 17.0

for windows adalah t skor = -6,277 (p<0.05) ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan harga diri pada kelompok eksperimen sebelum

dan sesudah diberi perlakukan (pelatihan). Pada kelompok ekperimen

skor post-tes adalah 74.86 dan skor pre-test 69.09. Dari hasil uji t di atas

dapat disimpulkan terdapat perubahan pre-test dan post test sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan.Sehingga dapat dikatakan ada peningkatan

harga diri peserta pelatihan sebelum dan sesudah diberi pelatihan.

Paired Samples Test

Paired Differences

T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std. Deviati

on Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 pretestKE posttestKE

-5.771 5.440 .920 -7.640 -3.903 -6.277 34 .000

Page 15: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

75

4.4.4 Uji t independen sampel test post-test kelompok eksperimen (KE)

dan post-test kelompok kontrol (KK)

Tabel 4.16

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Harga diri post ke 35 74.8571 5.09984 .86203

post kk 35 71.9429 2.05717 .34772

Tabel 4.17

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-

tailed)

Mean difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Harga Diri

Equalvariances assumed

4.774 .032 3.135 68 .003 2.91429 .92952 1.05946 4.76912

Equal variancs not assumd

3.135 44.779 .003 2.91429 .92952 1.04188 4.78669

Dari hasil independent test dapat dilihat pada post-test kelompok

kontrol dan post-test kelompok eksperimen t skor adalah 4,774 (p<0.05)

terdapat perbedaaan yang signifikan harga hari pada kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol skor post-test adalah

71.94 dan pada kelompok ekperimen skor post-test 74.86. Dari hasil uji t

secara independent test dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai

post-test kelompok eksperiment atau kelompok yang diberi pelatihan

dengan post-test kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberi

pelatihan. Nilai post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dari nilai

post-test kelompok kontrol ini berarti harga diri kelompok eksperimen

Page 16: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

76

atau kelompok yang diberi pelatihan lebih tinggi dari harga diri kelompok

kontrol atau kelompok yang tidak diberi pelatihan.

4.6. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan cara observasi dan evaluasi

program pelatihan. Observasi dilakukan selama subjek eksperimen

menjalankan pelatihan penerimaan diri, manajemen stres dan motivasi

dengan panduan modul pelatihan dan penjelasan lembar kerja yang dibuat

oleh peneliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh dua

orang mahasiwa magister sains psikologi UKSW.

Pada hari pertama pelatihan subjek eksperimen telah kooperatif

dalam mengikuti program pelatihan , subjek tidak canggung dan malu-

malu mengikuti pelatihan. Suasana pelatihan sangat menyenangkan dan

santai. Pengerjaan lembar kerja dapat dilalui oleh subjek tanpa ada

kesulitan. Pada hari pertama co-trainer memberikan empat kertas

berwarna dan meminta peserta pelatihan untuk menuliskan apa yang

menjadi kelebihan, kekurangan, potensi dan kendala dalam hidup

peserta,peserta menulis dengan sangat antusias begitu pula saat trainer

meminta peserta untuk mempresentasikan apa yang ditulisnya, peserta

maju kedepan dengan tidak malu-malu. Pada saat refeleksi yang di iringi

dengan suara musik lembut peserta mengikuti dengan baik setiap arahan

dan instruksi dari trainer dan para peserta melakukan setiap instruksi

dengan rileks dan tenang. Akhir dari sesi pertama pesera mendengar

materi yang dibawakan trainer dengan judul” ku istimewa” dan para

peserta mengikutinya tetap dengan semangat dan antusias.

Pelaksanaan pelatihan pada hari kedua tentang manajemen stress

pada bagian pertama pelatihan disaat peserta mengerjakan lembar kerja

M.2.1 tentang mengindentifikasi sumber stres beberapa dari para peserta

perlu dibantu untuk mengerjakannya karena ada beberapa bagian dari

pertanyaan yang peserta tidak mengerti maksudnya. Bagian kedua dari

sesi ini trainer menyampaikan materi tentang bagaimana mengelolah

stres, bagian ini peserta sangat antusias karena trainer memberikan

kesempatan kepada peserta untuk bertanya, jadi pada sesi ini ada ruang

Page 17: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

77

tanya jawab. Akhir sesi kedua ini adalah penyampaian testimony dari

seorang penderita HIV/AIDS (ODHA) yang telah berhasil melewati masa-

masa sulit hidupnya. Dalam testimony disampaikan bagaimana dia harus

berjuang dalam hidupnya saat suami dan anak tercinta harus meninggal

karena HIV/AIDS, disampaikan dia sempat marah dan menyesali

hidupnya bahkan pernah menyalahkan Tuhan karena dia sempat berpikir

kenapa ini terjadi dalam hidupnya karena dia merasa dia wanita baik-baik

dan bukan wanita nakal. Dalam testimony ini juga dicerita bahwa dia

tertular HIV/AIDS dari suaminya dan dia tidak tahu kehidupan suaminya

diluar rumah ternyata suka mengujungi lokalisasi.Tantangan terbesar juga

datang saat orang-orang disekitar mengetahui status terinfeksinya dan

melakukan stigma dan diskriminasi pada dirinya, keadaan semakin

memburuk saat pimpinan ditempat dia bekerja memberhentikan dia secara

sepihak karena tahu statusnya sebagai penderita HIV/AIDS.Titik balik dari

kehidupannya saat dia mulai menyadari akan arti hidupnya dia harus

berguna buat orang lain dan dia ingin bahwa biarlah virus ini hanya

berhenti pada dirinya dan dia tidak ingin ada orang lain lagi yang

terinfeksi.Mulai saat ini dia mulai aktif membantu orang-orang terinfeksi

untuk menatap hidup kedepan bahwa terinfeksi HIV/AIDS bukannya akhir

dari kehidupan.Setelah penyampaian testimony para peserta tepuk tangan

dan berdiri menunjukan rasa kagum kepada orang ini, dan peserta sangat

dikuatkan dengan testimony yang sudah disampaikan.

Sesi terakhir dari rangkaian pelatihan ini adalah sesi tentang

motivasi dengan judul “aku pasti bisa” sesi ini diawali dengan ice

breaking dimana fasilitator membuka sesi dengan menanyakan apakah

masih bersemangat ???. Fasilitator bercerita tentang apa itu motivasi dan

bagaimana cara memiliki motivasi yang baik.Selanjutnya peserta

menonton tanyangan video Paralympic games yaitu perlombaan olah raga

yang diadakan bagi penyandang cacat dalam tanyangan itu diperlihatankan

bahwa orang-orang yang hidup dalam kekurangan juga bisa berprestasi

beberapa hal yang bisa dilihat dalam tangan itu adalah dimana seorang

dengan cacat tidak bisa melihat atau buta bisa menjadi pelari sprint

Page 18: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

78

dilintasan atletik bahkan berlari sangat cepat sekali, ada juga seorang yang

tidak mempunya kaki bisa menjadi perenang yang sangat cepat dan

beberapa aktifitas perlombaan olahraga bagi penyandang cacat. Selama

tayangan berlangsung peserta pelatihan sangat antuasia dan raut wajah

mereka mereka wajah prihatin dan turut merasakan apa yang mereka lihat.

Setelah tanyangan selesai peserta diberikan materi tentang motivasi dan

disampaikan trainer bahwa hidup harus terus berjalan dan apapaun status

kita dan bagaimana pun kita, kita harus tetap survive dalam menjalankan

kehidupan ini, selalu ada jalan bagi mereka yang tidak pernah menyerah.

Evaluasi dalam kegiatan pelatihan ini ada beberapa hal yang harus

diperhatikan pertama masalah waktu, hampir disetiap sesi waktu

pelaksanan mundur jadi jadwal yang sudah ditetapkan ini karena ada

beberapa peserta pelatihan yang tinggal di luar Kota Salatiga sehingga

membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di lokasi pelatihan.

Beberapa kesulitan yang dialami subjek untuk menghapal instruksi-

intruksi saat refleksi dan kesulitan untuk berkonsentrasi diawal-awal

reflesi, pada saat menonton tangan video ada gangguan teknis yang terjadi

dimana suara pada speaker tidak keluar dan peserta tidak dapat mendengar

suara tanyangan tapi ini tidak berlangsung lama dan bisa diatasi dengan

segera. Akhir sesi saat peserta diminta mengerjakan post-test ada beberapa

peserta yang tidak mebawa pulpen sehingga fasilitator harus mencarikan

pulpen terlebih dahulu, sebenarnya masing-masing peserta sudah

mendapat pulpen hanya saja karena semua perlengkapan pelatihan dibawa

peserta pulang kerumah masing-masih jadi ada beberapa peserta yang lupa

membawanya kembali.

Penelitian tentang harga diri bagi penderita HIV/AIDS sebelumnya

juga pernah dilakukan dengan memberikan dengan memberikan sepuluh

materi pelatihan yaitu manajemen diri, kepemimpinan,komunikasi,

manajemen stress, manajemen konflik, manajemen waktu, motivasi,

kerjasama tim, membangun tim, dan kepribadian. Dalam penelitian ini

penelitia hanya menggunakan tiga materi saja yaitu penerimaan diri,

manajemen stress dan motivasi yang menjadi aspek peningkatan harga

Page 19: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

79

diri. Hubungan antara penerimaan diri dengan harga diri dapat di lihat dari

beberapa alasan berikut :

1. Penerimaan diri yang baik dengan menerima segala kelebihan dan

kekurangan akan membuat harga diri sesorang juga menjadi

baik,karena dapat menerima dirinya apa adanya.

2. Individu yang mampu menerima setiap kritikan akan merasa

mampu menghadapi setiap tantangan sehingga individu itu akan

merasa hidupnya berharga.

3. Individu yang lebih mempunyai orientasi diri keluar daripada

kedalam diri dan tidak mempunyai rasa malu dan dapat

bersosialisasi dengan lingkungan dan diterima oleh lingkungan

sehingga mendapat penerimaan sosial akan merasa lebih berharga

dari pada individu yang tidak bisa berinteraksi dengan lingkungan.

Hubungan antara manajemen stres dan Harga diri dapat dilihat

dengan beberapa alasan :

1. Individu yang mampu mengelolah stresnya dengan baik akan

terhindar dari berbagai masalah,dengan demikian individu ini

akan merasa berharga karena dapat melewati masalah

hidupnya.

2. Stres disebabkan oleh berbagai masalah baik dari dalam atau

dari luar,sesorang yang bisa mengatasi masalah dalam

kehidupannya dan bisa tetap berpikir positif dengan masalah

yang di hadapinya akan lebih merasa berharga dibandingkan

dengan individu yang terpuruk dalam masalah.

Hubungan antara motivasi dan harga diri dapat dilihat dari

beberapa alasan sebagai berikut :

1. Memiliki motivasi yang tinggi akan membuat individu

berusaha mencapai apa yang menjadi target dalam

hidupnya.Semakin individu mendekati target hidupnya

semakin dirinya merasa berharga,karena bisa mencapai apa

yang diharapkan.

Page 20: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

80

2. Dengan motivasi tinggi seseorang lebih bergairah dalam

mencapai tujuannya ini berefek pada semangat dan keingin

besar untuk berhasil, semangat dan keinginan besar ini

dapat menjadikan dirinya lebih berharga.

4.7 Uji Hipotesis

Dari hasil olah data uji t dengan menggunakan program SPSS

statistic 17.0 for windows dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

positif program pelatihan penerimaan diri,manajemen stress dan

motivasi terhadap peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS di Kota

Salatiga dimana bisa dilihat dari adanya pengingkatan skor harga diri

dari sebelum diberi perlakukan dan sesudah diberi perlakukan pada

kelompok eksperimen dan terdapat perbedaan skor harga diri setelah

diberi perlakukan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

dimana nilai setelah diberi perlakukan pada kelompok eksperimen

lebih tinggi dari kelompok kontrol.

4.8 Pembahasan

Dari penelitian ini dapat terlihat jelas pengaruh atau

hubungan antara pelatihan penerimaan diri, manajemen stres,

motivasi terhadap peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS di

Kota Salatiga.Pengaruh penerimaan diri terhadap harga diri dapat

dilihat dari setelah diberi pelatihan perserta pelatihan akhirnya bisa

menerima keberadaan dirinya termasuk keadaan yang dialaminya.

Burns (1993) menyatakan bahwa penerimaaan diri adalah

sebagai tidak adanya sikap sinis terhadap diri sendiri, dan

dihubungkan dengan sikap penerimaan orang lain.Penerapan

dalam pelatihan ini adalah bahwa peserta pelatihan dapat

menerima keberadaan dirinya dan tidak melakukan penghakiman

Page 21: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

81

atas dirinya atau menyakiti dirinya dan apapun sikap yang

diterimanya dari orang lain yang ada disekitarnya diharapkan tidak

membuat individu itu merasa rendah diri atau tidak merasa

berharga,tetapi sikap tersebut dijadikan sebagai masukan untuk

menjadi individu yang lebih baik lagi.

Manajemen stres juga sangat berpengaruh terhadap harga

diri penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga, Individu yang dapat

mengelolah stresnya dengan baik, akan dapat mengatasi masalah

yang dialaminya sehingga hidupnya menjadi lebih tenang dan

produktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Bagi orang yang

terinfeksi HIV/AIDS juga sangat penting untuk dapat mengelolah

stres apalagi stres yang timbul dari penyakit yang dialaminya

seperti contoh penyakit yang muncul akibat efek samping dari

mengkonsumsi obat ARV, mulai munculnya infeksi oportunities

dan ketika mengalami resisten obat akibat kelalain dalam

meminum obat. Masalah –masalah ini akan mengakibatkan tingkat

stres yang tinggi dan perlu bagi individu tersebut untuk

mengelolah stresnya.Apabila individu mampu mengelolah stres

dengan baik maka dirinya akan merasa berharga karena. Dalam

pelatihan ini peserta mendengarkan testimony dari seorang yang

menderita HIV/AIDS yang berhasil mengatasi keterpurukannya

bahkan saat ini mampu menjadi aktivis di level nasional dan

memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Lazarus & Foklman (1986) mengatakan stres tidak hanya

terjadi karea kondisi eksternal tetapi juga karena kerentanan

individu dan mekanisme pengelolahan kognitif.Stres juga terjadi

apabila terdapat ketidak seimbangan antara tuntutan yang dihadapi

Page 22: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

82

dan kemampuan yang dimiliki.Jadi sangat perlu mengelolah stres

karena penderita HIV/AIDS sangat rentan dengan berbagai

masalah yang muncul akibat penyakit yang dialaminya.

Motivasi juga mempunyai pengaruh yang besar dalam

peningkatan harga diri invidu.Seseorang yang memiliki motivasi

yang baik akan memiliki semangat dan gairah yang baik pula,

dengan semangat tersebut individu itu akan mampu mencapai apa

yang dia inginkan dan bila apa yang diinginkan sudah tercapai,

seorang invidu merasa bangga, rasa bangga ini membuat harga diri

individu tersebut meningkat. Bagi penderita HIV/AIDS sangat

perlu memiliki motivasi yang tinggi terutama motivasi bertahan

hidup, motivasi ini juga bisa diterapkan dalam kegiatan penderita

sehati-hari contoh ketaatan dalam meminum obat ARV karena obat

harus dikonsumsi dua kali dalam sehari dan itu dilakukan seumur

hidup penderita.

Sandrock (2002) selain penilaian terhadap diri sendiri hal

yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk

mencapai prestasi yang tinggi adalah keyakinan seseorang bahwa

dia dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil (outcomes)

dengan ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan motivasi yang

tinggi untuk dapat mencapai suatu prestasi atau kondisi yang lebih

baik.

Secara umum dari hasil pengukuran di atas dibuktikan

bahwa hipotesis peneliti dapat diterima, ini dapat dilihat dari skor

skala harga diri sebelum dan sesudah diberi pelatihan, dan

membandingkan hasil skor skala harga diri antara kelompok

kontrol (kelompok yang tidak diberi pelatihan). Dan kelompok

eksperimen (kelompok yang diberi pelatihan) menunjukan bahwa

Page 23: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

83

skor kelompok yang diberi pelatihan lebih tinggi dari skor

kelompok yang tidak diberi pelatihan. Pada kelompok eksperimen

skor rata-rata pre-test adalah 69.09 sedangkan skor rata-rata post-

test adalah 74.86 dengan nilai t -6.27.Terdapat peningkatan skor

pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberi

pelatihan.Pada uji t independen t post-test kelompok eksperimen

dan post test kelompok kontrol skor rata-rata post-test kelompok

ekperimen adalah 74.85 sedangkan skor rata-rata post-test

kelompok kontrol adalah 71.94 dengan nilai t sebesar

3.135.Terdapat perbedaan bahwa skor post-test kelompok

eksperimen lebih tinggi dari skor post-test kelompok kontrol. Dan

skor post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dari skor post-test

kelompok kontrol ini menunjukan pelatihan penerimaan diri,

manajemen stres dan motivasi secara simultan berpengaruh

terhadap peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS di Kota

Salatiga. Ada beberapa kemungkinan terjadinya pengaruh

pelatihan penerimaan diri,manajemen stress dan motivasi terhadap

peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga.

Pertama, Aspek dari pelatihan yang digunakan adalah hal-hal yang

berpengaruh terhadap peningkatan harga diri seorang penderita

HIV/AIDS dimana seorang penderita HIV/AIDS pada saat

mengetahui status terinfeksinya akan mengalami penolakan jadi

memerlukan penerimaan diri, akan mengalami banyak masalah

stigma dan diskriminasi jadi perlu mengelolah stres, dan

mengalami ketidakpercayaan diri dan kemampuan jadi perlu

diberikan motivasi untuk memacu semangat dalam menjalani

hidup dan adanya keinginan dan antusias dari peserta pelatihan

untuk mengikuti setiap sesi yang ada karena mereka tahu bahwa

mereka sangat menbutuhkan pelatihan yang dapat meningkatkan

harga diri mereka.

Page 24: BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9278/4/T2_832011012_BAB IV.pdf · di tempat-tempat dimana menjadi tempat dari populasi kunci penderita

84

Kedua, Pada kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan

sama sekali hanya melakukan terapi ARV( Anti Retro Viral).jadi

tidak mengalami perubahan mind set dan tidak mendapat materi

penerimaan diri, manajemen stres dan motivasi.