9
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengumpulan data dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan, yang beralamat di JL. S. Parman No.109 Medan. SMA Santo Thomas 1 Medan memilik total 33 kelas dengan 11 kelas untuk kelas 10, 11 kelas untuk kelas 11 yang terbagi atas 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS, dan 11 kelas 12 yang terbagi menjadi 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan Perguruan Katolik Don Bosco Keuskupan Agung Medan ini memiliki akreditasi A (sangat baik). Fasilitas yang tersedia di sekolah ini cukup lengkap diantaranya laboratorium biologi, unit kesehatan sekolah, lapangan basket, aula, dan studio musik. Sekolah ini juga mempunyai berbagai ekstrakulikuler diantaranya Paskibra, paduan suara, seni musik, english club, dan basket. 5.2. Karakteristik Individu 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Frekuensi Laki-laki 63 65.6 Perempuan 33 34.4 Total 96 100

BAB V baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 5

Citation preview

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian5.1.1. Deskripsi Lokasi PenelitianPengumpulan data dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan, yang beralamat di JL. S. Parman No.109 Medan. SMA Santo Thomas 1 Medan memilik total 33 kelas dengan 11 kelas untuk kelas 10, 11 kelas untuk kelas 11 yang terbagi atas 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS, dan 11 kelas 12 yang terbagi menjadi 9 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan Perguruan Katolik Don Bosco Keuskupan Agung Medan ini memiliki akreditasi A (sangat baik). Fasilitas yang tersedia di sekolah ini cukup lengkap diantaranya laboratorium biologi, unit kesehatan sekolah, lapangan basket, aula, dan studio musik. Sekolah ini juga mempunyai berbagai ekstrakulikuler diantaranya Paskibra, paduan suara, seni musik, english club, dan basket.

5.2. Karakteristik Individu5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis KelaminTabel 5.a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelaminJenis KelaminFrekuensi% Frekuensi

Laki-laki6365.6

Perempuan3334.4

Total96100

Berdasarkan tabel 5.a. dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 63 orang (65,6 %) dan responden yang berjeis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (50,5%).

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat PendidikanTabel 5.b. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikanKelasFrekuensi% Frekuensi

X3233.3

XI3233.3

XII3233.3

Total96100

Berdasarkan tabel 5.b. dapat diketahui bahwa responden yang duduk di kelas X, XI, dan XII adalah sebanyak 32 siswa (33,3%) disetiap kelas.

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi FastfoodTabel 5.c Distribusi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi fastfood.Kebiasaan Konsumsi FastfoodFrekuensi% Frekuensi

Sering3536.5

Tidak Sering6163.5

Total96100

Berdasarkan tabel 5.e dapat diketahui bahwa kebiasaan konsumsi fastfood dengan kategori sering didapatkan sebanyak 35 siswa (36,5%) dan untuk kategori tidak sering sebanyak 61 siswa (63,5%).

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas FisikTabel 5.d Distribusi responden berdasarkan aktivitas fisikAktivitas FisikFrekuensi%Frekuensi

Rendah6567.7

Sedang2627.1

Tinggi55.2

Total96100

Berdasarkan tabel 5.f dapat diketahui bahwa aktivitas fisik dengan kategori rendah didapatkan sebanyak 65 siswa (67,7%), untuk kategori sedang sebanyak 26 siswa (27,1%), dan untuk kategori tinggi sebanyak 5 siswa (5,2%)

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa TubuhTabel 5.e Distribusi responden berdasarkan indeks massa tubuhIndeks Massa TubuhFrekuensi% Frekuensi

Kurang66.3

Normal5961.5

Berlebih3132.3

Total96100

Berdasarkan tabel 5.g dapat diketahui bahwa indeks massa tubuh dengan kategori kurang didapatkan sebanyak 6 siswa (6,3%), untuk kategori normal sebanyak 59 siswa (61,5%), dan untuk kategori berlebih sebanyak 31 siswa (32,3%).

5.3 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fastfood dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1

Tabel 5.f. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fastfood dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1Kebiasaan Konsumsi FastfoodIMTTotalp-value

IMT Tidak BerlebihIMT Berlebih

N%n%n%0.016

Sering2982.9617.135100

Tidak Sering3659254161100

Total6567.73132.396100

Hasil analisa bivariat dengan menggunakan metode Chi-Square (CI=95%) didapatkan sebanyak 29 (82,9%) responden dengan kategori kebiasaan konsumsi fastfood sering memiliki indeks massa tubuh yang tidak berlebih. Responden yang memiliki kategori kebiasaan konsumsi fastfood sering yang memiliki indeks massa tubuh berlebih didapatkan sebanyak 6 responden (17,1%). Kategori kebiasaan konsumsi fastfood tidak sering didapatkan sebanyak 36 responden (59%) memiliki indeks massa tubuh tidak berlebih, sementara 25 responden (41%) memiliki indeks massa tubuh yang berlebih. Dari tabel 5.f. dapat diketahui bahwa kebiasaan konsumsi fastfood memiliki hubungan dengan indeks massa tubuh yang ditandai dengan nilai p-value sebesar 0.016 (0,05) yang menunjukkan variabel aktivitas fisik tidak memiliki hubungan terhadap indeks massa tubuh.

Tabel 5.g. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.Aktivitas FisikIMTTotalp-value

IMT Tidak BerlebihIMT Berlebih

N%n%n%0.063

Ringan4873.81726.265100

Sedang-Berat1754.81445.231100

Total6567.73132.396100

5.5 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fastfood dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan

5.5.1 Koefisien Determinasi

Dari hasil pengolahan data yang terdapat pada tabel 5.h, diperoleh adjusted R2 sebesar 0,058 yang berarti 0,58% variabel indeks massa tubuh dapat dijelaskan oleh variabel kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik.

Tabel 5.h. Koefisien determinasi hubungan kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.VariabelRR2Adjusted R squareStd. Error

Kebiasaan kosumsi fastfooddan aktivitas fisik.280.078.058.456

5.5.2 Uji Signifikansi Stimultan (Uji Statistik F)Tabel 5.i Uji signifikasi stimultan ( Uji Statistik F) hubungan kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.ModelSum of SquaresdfMean SquareFSig

Regression1.6412.8203.943.023

Residual19.34993.208

Total20.99095

Berdasarkan tabel ANOVA, diperoleh nilai F hitung sebesar 3,943 dengan signifikasi 0,023 (Sig < F) sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi hubungan kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik berpengaruh secara stimultan terhadap indeks massa tubuh.5.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)

Tabel 5.j. Uji signifikansi parameter individual (uji statistic t) hubungan kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh pada remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan.VariabelUnstandardized CoefficientsStandardizedCoefficientsTSig

BStd.ErrorBeta

Constant.804.1914.216.000

Kebiasaan Konsumsi Fast Food.205.100.2112.059.042

Aktivitas Fisik.138.103.1381.345.182

Dari hasil pada tabel 5.j diperoleh signifikansi kebiasaan konsumsi fastfood sebesar 0,042 (0,05) sehingga dikatakan tidak berpengaruh nyata dalam variabel indeks massa tubuh. Berdasarkan hasil pengolahan didapatkan variabel indeks massa tubuh dipengaruhi dengan variabel kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivifitas fisik dengan persamaan matematis sebagai berikut :Y = +0.804 +0,205 KKF +0.138 AFKoefisien konstanta bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel kebiasaan konsumsi fastfood dan aktivitas fisik maka indeks massa tubuh cenderung megalami peningkatan.Koefisien regresi kebiasaan konsumsi fastfood bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel lainnya, maka apabila kebiasaan konsumsi fastfood meningkat maka indeks massa tubuh cenderung akan semakin meningkat.Koefisien regresi aktivitas fisik bernilai positif menyatakan bahwa dengan mengasumsikan ketiadaan variabel independen lainnya, maka apabila aktivitas fisik meningkat, maka indeks massa tubuh cenderung akan semakin meningkat. Melihat pengaruh variabel aktivitas fisik memiliki signifikansi > 0,05 maka secara statistik pengaruh variabel aktivitas fisik tidak bermakna.