Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB V
HASIL, ANALISIS DATA, DAN DISKUSI
Pada bagian ini akan dibahas hasil pengukuran, pengambilan data dan
analisis dari uji terbang alat melayang. Pengujian yang dilakukan antara lain
komponen elektronik, daya angkut, pengukuran suhu pada kontainer boks dan
waktu terbang. Berikut adalah pembahasan dari pengujian yang telah dilakukan.
5.1 Pengukuran suhu pada kontainer boks
Pengukuran ini dilakukan dengan cara menaruh beberapa ice pack pada
boks kontainer yang digunakan untuk menyimpan botol vaksin. Selanjutnya,
sebuah termometer diletakkan dalam boks kontainer kemudian ditutup. Langkah-
langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1(a)-(c).
Gambar 5.1(a) Ice pack diletakkan di dalam boks kontainer
31
Gambar 5.1(b) Termometer digital diletakkan di antara ice pack
Gambar 5.1(c) Boks kontainer ditutup
Pengukuran suhu dilakukan selama 30 menit dan dicatat temperatur yang
terbaca pada termometer setiap 1 menit. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali
dengan variabel yang berbeda. Pengukuran pertama dilakukan dengan
memasukkan 10 ice pack di dalam boks kontainer. Pengukuran kedua dilakukan
dengan memasukkan 4 ice pack ke dalam boks kontainer dan termometer
dimasukkan dalam sebuah tempat silinder dari logam seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
32
Gambar 5.2 Termometer digital terletak di dalam silinder logam
Dari hasil pengujian didapatkan data sebagai berikut yang dapat dilihat pada
Gambar 5.3 dan Gambar 5.4.
Gambar 5.3 Grafik perubahan suhu pada kontainer boks dengan 10 ice pack
-10.9-10.7-10.1-9.7-9.4-8.9-8.5-8.2-7.9-7.5-7.2-6.8-6.5-6.1-5.9-5.6-5.4-5.2-5.0-4.7-4.5-4.3-4.2-3.9-3.7-3.5-3.3-3.3-3.2-3.0-3.0
-12
-10
-8
-6
-4
-2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Suh
u (
ºC)
Waktu (menit)
Perubahan suhu pada kontainer boks dengan 10 ice pack
33
Gambar 5.4 Grafik Perubahan suhu pada kontainer boks dengan 4 ice pack
Berdasarkan dari Gambar 5.3 dapat dilihat bahwa suhu awal dari boks kontainer
tersebut dimulai dari -10.9 ºC dan suhu yang terakhir didapat setelah 30 menit
pengujian mencapai -3.0 ºC. Tidak terdapat vaksin yang bisa dibawa pada rentang
suhu -10.9 ºC sampai -3.0 ºC karena vaksin yang sensitif terhadap panas seperti
Polio harus dijaga pada suhu -20 ºC [14]. Sebaliknya, hasil pada percobaan kedua
yang dapat dilihat pada Gambar 5.4 menunjukkan suhu awal pada 2.8 ºC dan
berakhir pada 5.3 ºC. Rentang suhu 2.8 ºC sampai 5.3 ºC dapat digunakan untuk
mengangkut beberapa jenis vaksin seperti BCG, DTP, TT, DT, Td, DTP-HB-Hib,
Campak, Hepatitis B, Influenza [14].
5.2 Daya angkut maksimum quadcopter
Pengujian ini dilakukan dengan cara menerbangkan quadcopter yang
membawa sekumpulan buku dengan beban maksimum sesuai perhitungan teori.
2.83.1
3.43.6
3.83.94.14.1
4.34.54.64.64.64.74.84.94.94.9 5 4.94.94.95.05.05.05.15.15.15.25.35.3
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
5.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Suh
u(º
C)
Waktu (menit)
Perubahan suhu pada kontainer boks dengan 4 ice pack
34
Jika quadcopter tidak mampu mengangkat maka beban akan dikurangi sebanyak
292 gram (berat untuk 1 buku). Pengujian dilakukan secara berulang hingga
quadcopter dapat terbang dengan stabil dengan beban maksimum sebenarnya yang
dapat diangkut selama 30 detik.
Hasil dari perhitungan teoritis, gaya angkat quadcopter sebesar 6.3
kilogram. Berat dari quadcopter sebesar 1320 gram. Secara teoritis, beban
maksimum yang dapat diangkut dari quadcopter adalah selisih dari gaya angkat
dengan berat quadcopter yaitu 4980 gram. Pengujian pertama kali dilakukan
quadcopter dengan membawa 17 buku (4964 gram). Berikut adalah tabel hasil
percobaan daya angkut maksimum quadcopter.
Tabel 5.1 Hasil pengujian daya angkut maksimum quadcopter
Pengujian ke- Jumlah buku Waktu terbang
1 17 -
2 16 -
3 15 -
4 14 -
5 13 -
6 12 -
7 11 -
8 10 -
9 9 -
10 8 -
11 7 -
12 6 -
13 5 5 detik
14 4 10 detik
15 3 30 detik
16 2 30 detik
17 1 30 detik
35
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa quadcopter hanya mampu
mengangkat 3 buku (876 gram) untuk dapat terbang dengan stabil. Dengan
demikian, beban maksimum yang dapat diangkut oleh quadcopter sebesar 2196
gram. Persentase error antara hasil uji dengan perhitungan teori sebesar 44.23%.
5.3 Waktu terbang
Secara perhitungan teori quadcopter ini dapat terbang selama 5 menit.
Pengujian ini dilakukan dengan cara menerbangkan quadcopter yang membawa
botol vaksin secara berulang dengan menggunakan baterai 2 sel berkapasitas 5500
mAh dan memakai 4 buah ice pack. Pada pengujian ini, quadcopter diterbangkan
pada ketinggian tetap 10 meter. Quadcopter dikendalikan secara manual dan juga
secara otonom oleh penulis kemudian dicatat waktu terbangnya. Pengukuran waktu
terbang dilakukan hingga quadcopter mulai mendarat secara otomatis dan tegangan
pada tiap sel baterai mencapai 3.5 V. Setiap pengulangan dalam pengujian ini,
quadcopter akan ditambahkan 1 botol vaksin yang mempunyai berat sebesar 13
gram kemudian dilakukan pengulangan hingga quadcopter mengangkut 10 botol
vaksin. Berikut adalah grafik dari hasil pengujian yang telah dilakukan yang dapat
dilihat pada Tabel 5.2.
36
Tabel 5.2 Hasil pengujian waktu terbang quadcopter
Jumlah botol Waktu
0 5 menit 2 detik
1 4 menit 59 detik
2 4 menit 55 detik
3 4 menit 48 detik
4 4 menit 44 detik
5 4 menit 42 detik
6 4 menit 38 detik
7 4 menit 37 detik
8 4 menit 33 detik
9 4 menit 24 detik
10 4 menit 25 detik
Berdasarkan dari Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa quadcopter ini dapat terbang
paling lama selama 5 menit 2 detik tanpa mengangkut botol vaksin. Sedangkan
ketika mengangkut 10 botol vaksin, quadcopter dapat terbang selama 4 menit dan
25 detik.
Selanjutnya, penulis melakukan uji coba terbang melayang dengan mode
otonom. Uji terbang dengan mode otonom dilakukan dengan cara menghubungkan
quadcopter ke smartphone Android menggunakan telemetry. Aplikasi yang
digunakan pada uji coba ini bernama Tower 3DR. Tampilan dari Tower 3DR dapat
dilihat pada Gambar 5.5.
37
Gambar 5.5 Tampilan aplikasi Tower 3DR
Uji coba dilakukan dengan cara memerintahkan quadcopter untuk melayang pada
ketinggian 10 meter dan diukur waktu melayang quadcopter tersebut. Dari hasil uji
terbang mode otonom, quadcopter ini mampu terbang lebih stabil dan mampu
menahan gaya dari luar dibandingkan dengan kontrol manual. Durasi terbang ketika
dalam mode otonom lebih lama dibandingkan dengan kontrol manual. Efisiensi alat
juga meningkat ditandai dengan waktu terbang yang lebih lama. Berikut adalah
durasi terbang dari quadcopter pada penerbangan dengan mode otonom yang dapat
dilihat pada Tabel 5.3.
38
Tabel 5.3 Hasil pengujian waktu terbang quadcopter dengan mode otonom
Jumlah botol Waktu
0 5 menit 15 detik
1 5 menit 8 detik
2 5 menit 3 detik
3 4 menit 55 detik
4 4 menit 53 detik
5 4 menit 48 detik
6 4 menit 42 detik
7 4 menit 40 detik
8 4 menit 35 detik
9 4 menit 28 detik
10 4 menit 26 detik
Jika dibandingkan dengan data pada Tabel 5.2, mode otonom mempunyai
durasi waktu terbang lebih lama sekitar 10 detik. Namun, seiring bertambahnya
botol yang diangkut hampir tidak terjadi pertambahan waktu terbang yang
signifikan.
5.4 Hasil tuning PID
Untuk meningkatkan kestabilan dari quadcopter maka perlu dilakukan
tuning PID. Quadcopter ini telah diatur nilai koefisien PID untuk pergerakan dua
dari ketiga aksis yaitu pitch dan roll. Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat
grafik keluaran sensor accelerometer dan gyroscope dengan nilai koefisien PID
yang berbeda – beda. Tuning PID dikatakan berhasil jika hasil dari output sistem
kontrol mendekati dari nilai yang ditentukan (desired). Sebelum melakukan tuning
PID, perlu dilakukan trimming pada remote control untuk menghasilkan kestabilan
yang lebih baik. Berikut adalah hasil dari uji coba tuning PID pada pergerakan
ketiga aksis quadcopter :
39
1. Pitch
a. PID pitch tanpa koefisien PID dengan nilai kP = 0, kI = 0, kD= 0
Gambar 5.6 Grafik pitch quadcopter tanpa koefisien PID
Ketika tidak ada nilai koefisien PID, quadcopter berosilasi dan tidak stabil
seperti yang dapat dilihat dari grafik pembacaan sensor pada aksis pitch pada
Gambar 5.6. Pada Gambar 5.6 terlihat adanya spikes pada output yang
menunjukkan bahwa quadcopter tersebut terbalik. Selain itu, quadcopter juga
tidak merespons input yang diberikan dari remote control. Nilai output sangat
jauh dari yang diharapkan. Output error dari pengaturan ini sebesar 22,158
derajat.
-200
-150
-100
-50
0
50
100
150
200
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t (d
eraj
at)
Waktu (s)
Pitch Zero
Desired Pitch Actual Pitch
40
b. PID pitch standar flight controller dengan nilai kP = 0.15, kI = 0.1, kD= 0.004
Gambar 5.7 Grafik pitch quadcopter dengan koefisien PID standar flight controller
Saat menggunakan nilai koefisien PID bawaan dari flight controller,
quadcopter tetap berosilasi dan mulai mendekati titik stabil seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 5.7. Ketika diberi gangguan dari luar quadcopter masih
belum bisa mempertahankan kestabilan. Quadcopter dengan nilai koefisien PID
ini sudah bisa merespon input yang diberikan dari remote control dengan baik.
Output error juga menurun drastis dibandingkan tanpa menggunakan PID.
Output error dari pengaturan nilai PID ini menjadi 0,9768 derajat.
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t (d
eraj
at)
Waktu (s)
Pitch Default
Desired Pitch Actual Pitch
41
c. PID pitch yang sudah di tuned dengan nilai kP = 0.164, kI = 0.114, kD= 0.004
Gambar 5.8 Grafik pitch quadcopter dengan koefisien PID yang sudah di tuned
Jika menggunakan nilai koefisien PID yang sudah di tune, osilasi dari
quadcopter semakin mendekati dari titik stabil yang dapat dilihat pada Gambar
5.8. Kelebihan dari koefisien PID yang sudah di tune ketika diberi gangguan dari
luar dalam aksis pitch, quadcopter mampu melawan gaya tersebut dan
mempertahankan kestabilannya. Output error-nya pun juga berkurang menjadi
0,387 derajat.
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t(d
eraj
at)
Waktu (s)
Pitch Tuned
Desired Pitch Actual Pitch
42
2. Roll
a. PID roll tanpa koefisien PID dengan nilai kP = 0, kI = 0, kD= 0
Gambar 5.9 Grafik roll quadcopter tanpa koefisien PID
Ketika tidak ada nilai koefisien PID, quadcopter terus berosilasi pada aksis
roll dan tidak pernah mencapai titik stabil seperti yang dapat pada Gambar 5.9.
Pergerakan quadcopter juga selalu miring ke arah kanan dan tidak merespons
input yang diberikan dari remote control. Output error dari pengujian ini sebesar
15,985 derajat.
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t(d
eraj
at)
Waktu (s)
Roll Zero
Desired Roll Actual Roll
43
d. PID roll standar flight controller dengan nilai kP = 0.15, kI = 0.1, kD= 0.004
Gambar 5.10 Grafik roll quadcopter dengan koefisien PID standar flight controller
Saat menggunakan nilai koefisien PID bawaan dari flight controller, osilasi
dari quadcopter jauh berkurang dan sudah mendekati titik stabil. Quadcopter
masih belum bisa mempertahankan kestabilan jika diberi gangguan dari luar.
Quadcopter bisa merespon input yang diberikan dari remote control dengan
baik. Osilasi besar yang terdapat pada sebelah kanan grafik disebabkan karena
quadcopter dipegang oleh penulis. Output error dari hasil pengujian ini sebesar
1,022 derajat.
-3
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t(d
eraj
at)
Waktu (s)
Roll Default
Desired Roll Actual Roll
44
e. PID roll yang sudah di tuned dengan nilai kP = 0.147, kI = 0.134, kD= 0.003
Gambar 5.11 Grafik roll quadcopter dengan koefisien PID yang sudah di tuned
Saat menggunakan nilai koefisien PID yang sudah di tune, osilasi roll dari
quadcopter semakin berkurang dan berosilasi mendekati stabil sehingga
kestabilannya juga meningkat koefisien PID standar dari flight controller dilihat
pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11. Seperti yang telah dilakukan pada tuning
PID di aksis pitch, ketika diberi gangguan dari luar dalam aksis roll, quadcopter
mampu melawan gaya tersebut dan mempertahankan kestabilannya dengan nilai
PID yang baru. Osilasi besar yang terdapat di sebelah kiri dan kanan pada grafik
disebabkan karena penulis memegang quadcopter. Output error dari hasil akhir
pengujian tuning PID di aksis roll sebesar 0,552 derajat.
-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ou
tpu
t(d
eraj
at)
Waktu (s)
Roll Tuned
Desired Roll Actual Roll
45
5.4 Diskusi
Pada penelitian ini, penulis juga melakukan tingkat keakuratan pendaratan
pada quadcopter. Pada pengujian ini, quadcopter diterbangkan dari tempat yang
berbeda-beda dan menuju ke satu titik tujuan yang sama. Titik tujuan diperoleh
dengan cara menaruh quadcopter pada satu titik tertentu di ruang terbuka kemudian
diambil data koordinat yang diperoleh dari flight controller. Setelah menentukan
titik tuju, penulis kemudian menaruh sebuah penanda pada titik tersebut sebagai
titik acuan. Quadcopter diberi perintah koordinat pada mode otonom untuk menuju
ke titik acuan kemudian diterbangkan. Setelah quadcopter mendarat, jarak antara
quadcopter dengan titik acuan diukur. Ilustrasi dari cara pengambilan data dapat
dilihat pada Gambar 5.12.
Gambar 5.12 Ilustrasi pengambilan data jarak pendaratan quadcopter
Berikut adalah gambar pada saat quadcopter terbang yang dapat dilihat pada
Gambar 5.13 dan pada saat dilakukan pengukuran jarak antara titik acuan dengan
titik quadcopter mendarat pada Gambar 5.14.
46
Gambar 5.13 Quadcopter terbang pada mode otonom
Gambar 5.14 Pengukuran jarak pendaratan quadcopter
47
Dari 10 kali percobaan didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5.4 Pengukuran jarak pendaratan quadcopter terhadap titik acuan
Pengujian ke- Jarak (m)
1 0.16
2 1.34
3 1.56
4 0.57
5 1.44
6 1.22
7 1.48
8 1.13
9 0.31
10 1.93
Dari hasil yang didapatkan, jarak pendaratan quadcopter terhadap titik acuan
berkisar 0.16 – 1.93 meter. Dengan demikian, jarak rata-rata dari pendaratan
quadcopter terhadap titik tuju adalah sebesar 1.11 meter.
Pada perancangan sebelumnya, penulis mencoba menggunakan konfigurasi
quadcopter yang berbentuk seperti huruf H yang dapat dilihat pada Gambar 5.15.
Gambar 5.15 Konfigurasi Quadcopter berbentuk huruf H
Dari pengujian secara kualitatif, quadcopter yang berkonfigurasi huruf H pada
perancangan awal mempunyai kestabilan yang buruk. Hal ini disebabkan karena
48
rigiditas yang lebih buruk sehingga ketika quadcopter diterbangkan kerangka
quadcopter selalu melengkung dan bergoyang. Selain itu, luas area penampang
yang terlalu besar membuat aliran udara yang buruk pada quadcopter. Sedangkan
pada perancangan ini yang menggunakan konfigurasi menyerupai huruf X,
quadcopter menjadi lebih stabil dan aliran udara juga lebih baik dibandingkan
perancangan sebelumnya.
Pada pengujian daya angkut quadcopter terjadi perbedaan persentase error
yang besar. Hal ini disebabkan efisiensi dari motor yang lebih rendah dibanding
yang diharapkan pada perhitungan teori. Penggunaan ukuran propeller yang lebih
besar dibandingkan ukuran propeller yang direkomendasikan dari datasheet motor
membuat arus yang ditarik oleh motor lebih besar. Hal ini juga dibuktikan dengan
motor yang lebih cepat panas ketika menggunakan propeller yang saat ini dipakai
dibandingkan dengan ukuran propeller yang direkomendasikan. Pengujian
selanjutnya dilakukan pengambilan data pada RPM motor menggunakan RPM
meter untuk mengetahui efisiensi motor yang sebenarnya ketika menggunakan
propeller yang dipakai pada quadcopter ini. Pengambilan data tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.16.
49
Gambar 5.16 Pengukuran RPM motor pada quadcopter
Dari hasil pengukuran menggunakan tachometer, didapatkan kecepatan
rotasi maksimum adalah sebesar 4190 RPM. Sehingga RPM efektif dari quadcopter
ini sebesar 45.29%. Sehingga thrust maksimum yang dihasilkan sekitar 2.5 kg.
Dengan demikian, jika thrust tersebut dikurangkan dengan beban alat yaitu sebesar
1320 gram makan beban maksimum yang bisa diangkut sekitar 1180 gram. Jika
dibandingkan dengan uji coba sebelumnya maka selisih perbedaannya adalah
sebesar 304 gram.
Selanjutnya, waktu terbang dari alat ini masih jauh dari yang diharapkan.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan kesalahan dalam pemilihan baterai yang
dipakai serta berat keseluruhan alat yang masih terlampau berat dari yang
diharapkan. Dengan demikian, solusi yang bisa disarankan untuk pengembangan
selanjutnya adalah menambah kapasitas baterai, mengurangi berat keseluruhan dari
50
alat, dan memakai motor BLDC dengan nilai KV yang lebih rendah sehingga kerja
motor menjadi lebih efisien. Perlu diperhatikan ketika menggunakan kapasitas
baterai yang lebih besar dan motor dengan nilai KV yang lebih rendah, akan
menambahkan bobot dari alat tersebut.
Pada saat melakukan uji terbang dan kestabilan pada alat, pernah terjadi
sebuah kecelakaan. Quadcopter ini jatuh dengan tidak stabil dari ketinggian 10
meter yang dapat dilihat pada Gambar 5.17. Akibatnya, bagian penghubungan
lengan pada quadcopter ini mengalami kerusakan yang dapat dilihat pada Gambar
5.18.
Gambar 5.17 Quadcopter ketika jatuh ke tanah
51
Gambar 5.18 Badan penghubung yang rusak
Kecelakaan ini disebabkan karena tidak dilakukan pengecekan kembali posisi salah
satu motor sebelum alat ini diterbangkan. Posisi motor tidak tegak lurus terhadap
kerangka quadcopter. Akibatnya, thrust yang dihasilkan tidak tegak lurus dengan
arah gravitasi sehingga quadcopter menjadi tidak stabil.