22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dan pengambilan sampel secara purposive sampling dengan menggunakan estimasi sampel minimal sebanyak 30 orang. Adapun tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Inap Interna Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar . Untuk mengetahui seberapa jauh faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, maka peneliti menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan menggunakan variabel-variabel baik sebagai variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan pada saat bersamaan. Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Interna Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng

Bab v Hasil Dan Pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

soal penelitian

Citation preview

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil PenelitianPenelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dan pengambilan sampel secara purposive sampling dengan menggunakan estimasi sampel minimal sebanyak 30 orang. Adapun tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Inap Interna Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar . Untuk mengetahui seberapa jauh faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi, maka peneliti menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dengan menggunakan variabel-variabel baik sebagai variabel independen dan variabel dependen yang dilakukan pada saat bersamaan.Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Interna Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar selama 19 hari mulai hari Senin tanggal 17 Mei sampai dengan hari Jumat tanggal 4 Juni 2010 yang diisi dengan kegiatan pengambilan data sekunder, pengurusan izin penelitian dan pengambilan data primer. Semua sampel pada penelitian ini diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada Pasien yang dirawat di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar Adapun hasil penelitian ini akan disajikan sebagai berikut : 1). Data demografi responden dan, 2). Data analisa univariat dan bivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar.1. Data Demografi RespondenData demografi responden meliputi jenis kelamin,usia dan pekerjaan responden.a. Jenis KelaminTabel 5.1Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

KarakteristikKategoriJumlah (n)Persentase (%)

Jenis KelaminLaki-lakiPerempuan

161453,346,7

Total30100

Sumber : Data primer, 2014 Berdasarkan Tabel 5.1 dengan menggunakan analisi univariat terlihat bahwa responden yang berjenis kelamin yaitu sebanyak 16 orang dari 30 sampel yang diteliti atau sekitar 53,3% dan responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 orang dari 30 orang sampel yang diteliti atau sekitar 46,7%. b. Umur

Umur Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Umur Responden di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

NRangeMinimumMaximumSumMean

Usia Responden30284270161553.83

Valid N (listwise)30

Sumber ; Data Primer,2014Berdasarkan Tabel 5.2, Dari 30 orang responden yang diteliti, usia responden yang termuda yaitu berusia 42 tahun dan usia responden yang tertua yaitu berusia 70 tahun. c. PekerjaanTabel 5.3Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

KarakteristikKategoriJumlah (n)Persentase (%)

PekerjaanBuruhIRTPedagangPensiunanPetaniPNSTidak BekerjaWiraswasta182446233,326,76,713,313,320,06,710,0

Total30100

Sumber ; Data Primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.3, dengan menggunakan analisis univariat terlihat bahwa responden yang bekerja sebagai buruh yakni sebanyak 1 orang (3,3 %) , responden yang kebanyakan IRT sebanyak 8 orang (26,7%) sedangkan responden yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang (6,7%), Responden yang berprofesi sebagai pensiunan sebanyak 4 orang (13,3%), sebagai petani yakni sebanyak 6 orang (20%), wiraswasta sebanyak 3 orang (10%) sementara responden yang tidak bekerja sebanyak 2 orang (6,7%)2. Data KhususData khusus merupakan data yang diteliti. Data khusus meliputi faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi (kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan merokok,dan kebiasaan konsumsi tinggi garam).a. Gambaran Kejadian HipertensiTabel 5.4Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar

HipertensiJumlah (n)Persentase (%)

Ya1756,7

Tidak1343,3

Total30100

Sumber : Data primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.4, dengan menggunakan analisis univariat terlihat bahwa responden yang menderita hipertensi yakni sebanyak 17 orang (56,7%), sedangkan responden yang tidak menderita hipertensi yakni sebanyak 13 orang (43,3%) dari 30 responden yang diteliti.b. Gambaran Kebiasaan Konsumsi AlkoholTabel 5.5Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Alkohol di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Konsumsi AlkoholJumlah (n)Persentase (%)

21 gelas per minggu (Resiko Tinggi)516,7

21 gelas per minggu (Resiko Rendah)2583,3

Total30100

Sumber : Data primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.5, dengan menggunakan analisis univariat terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti terdapat 5 orang responden (16,7%) yang mengkonsumsi alkohol 21 gelas per minggu dan 25 orang responden ( 83,3%) yang memgkonsumsi alkohol 21 gelas per minggu bahkan tidak pernah mengkonsumsi alkohol.c. Gambaran Kebiasaan MerokokTabel 5.6Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Merokok Selama 6 bulan terakhirJumlah (n)Persentase (%)

> 5batang per hari(resiko tinggi)1136,7

5 batang per hari(resiko rendah)1963,3

Total30100

Sumber : Data primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.6 , dengan menggunakan analisis univariat terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti terdapat 11 orang responden (36,7%) yang memiliki kebiasaan merokok > 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir dan 19 orang responden ( 63,3%) yang memiliki kebiasaan merokok 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir bahkan tidak pernah merokok seumur hidupnya.

d. Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tinggi GaramTabel 5.7Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Tinggi Garam di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Konsumsi Tinggi GaramJumlah (n)Persentase (%)

>3 gram per hari(Resiko Tinggi)2273,3

3 gram per hari(Resiko Rendah)826,7

Total30100

Sumber : Data primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.7, dengan menggunakan analisis univariat terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti terdapat 22 orang responden (73,3%) yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam > 3 gram per hari dan 8 orang responden (26,7%) yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam 3 gram per hari.

3. Analisa Bivariat a. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Tabel 5.8Distribusi Hubungan Kebiasaan Konsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Kejadiaan Hipertensi

Total p (value)

YaTidak

N%N%N%

Resiko Tinggi31026,75 16,7 0,869

Resiko Rendah1446,71136,725 83,3

Total1756,71343,330 100

OR ; 1,2 ((95% CI 0.2-8,3) Sumber : Data primer, 2014

Berdasarkan Tabel 5.8, Hasil analisis bivariat variabel kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi terlihat bahwa untuk responden yang menderita hipertensi ternyata lebih banyak yang tidak pernah mengkonsumsi alcohol atau mengkonsumsi alcohol 21 gelas per minggu yaitu 14 orang (46,7%) dibandingkan dengan yang mengkonsumsi alcohol 21 gelas per minggu yaitu 3 orang (10%). Sedangkan untuk responden yang menderita tidak menderita hipertensi juga ternyata lebih banyak yang tidak pernah mengkonsumsi alcohol atau mengkonsumsi alcohol 21 gelas per minggu yaitu 11 orang (36,7%) dibandingkan dengan yang mengkonsumsi alcohol 21 gelas per minggu yaitu 2 orang (6,7%).

b. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Tabel 5.9Distribusi Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Merokok

Kejadiaan Hipertensi

Total p (value)

YaTidak

N%N%N%

Resiko Tinggi826,7310,011 36,7 0,177

Resiko Rendah930,01033,319 63,3

Total1756,71343,330 100

OR ; 2,9 ((95% CI 0,6-14,7) Sumber : Data primer, 2014

Berdasarkan Tabel 5.9, Hasil analisis bivariat variabel kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi terlihat bahwa untuk responden yang menderita hipertensi ternyata lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir bahkan tidak pernah merokok yaitu 9 orang (30%) dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan merokok > 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir yaitu 8 orang (26,7%) . Sedangkan untuk responden yang tidak menderita hipertensi ternyata juga lebih banyak yang memiliki kebiasaan merokok 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir bahkan tidak pernah merokok yaitu 10 orang (33,3%) dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan merokok > 5 batang per hari selama 6 bulan terakhir yaitu 3 orang (10%). Dimana nilai OR ; 2,9 ((95% CI 0,6-14,7)

c. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Tinggi Garam Dengan Kejadian Hipertensi di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Tabel 5.10Distribusi Hubungan Kebiasaan Konsumsi Tinggi Garam Dengan Kejadian Hipertensi Di Ruang Rawat Interna Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar

Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Kejadiaan Hipertensi

Total p (value)

YaTidak

N%N%N%

Resiko Tinggi1550,0723,322 73,3 0,035*

Resiko Rendah26,7620,08 26,7

Total1756,71343,730 100

OR ; 6,4 ((95% CI 1.0-40,2) Sumber : Data primer, 2014Berdasarkan Tabel 5.10 , Hasil analisis bivariat variabel kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam dengan kejadian hipertensi terlihat bahwa untuk responden yang menderita hipertensi ternyata lebih banyak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam > 3 gram per hari yaitu 15 orang (50%) dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam < 3 gram yaitu 2 orang (6,7). Sedangkan untuk responden yang tidak menderita hipertensi ternyata juga lebih banyak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam > 3 gram per hari yaitu 7 orang (23,3%) dibandingkan dengan yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi garam < 3 gram yaitu 6 orang (20%) Dimana nilai OR ; 6,4 ((95% CI 1.0-40,2).

B. PembahasanDari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 3 variabel independen ( kebiasaan konsumsi alkohol,kebiasaan merokok dan kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam) yang dihubungkan dengan variabel dependen (kejadian hipertensi) terdapat 1 variabel yang terbukti memiliki hubungan bermakna atau sebagai faktor risiko kuat terjadinya hipertensi, yaitu kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dimana memiliki nilai p< 0,05 dan nilai OR lebih dari 1 dimana 95% CI tidak mencakup nilai 1. Kebiasaan Konsumsi Tinggi GaramGaram merupakan faktor yang sangat penting dalam patogensis hipertensi. Hipertensi hamper tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal (Muhammadun, 2010).Dari hasil analisis uji chi square antara kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dengan terjadinya hipertensi diperoleh nilai p = 0,035 (p < 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor kebiasaan konsumsi makanan tinggi garam dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kab. Takalar. Konsumsi makanan tinggi garam kemungkinan menjadi salah satu faktor resiko terjadinya hipertensi dimana Dengan nilai OR = 6,4 ((95% CI 1.0-40,2) menunjukkan adanya hubungan statistik. Hal ini sejalan dengan pendapat pakar : Asupan garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5- 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15- 20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, she ingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata -rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjur kan tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Sheps,2005)Hal ini senada dengan Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangakan jika asupan garam antara 5 15 gram perhari prevelensi hipertensi akan meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Kebiasaan Konsumsi AlkoholPada seorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga bisa meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental. Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup. Ini berarti terjadi peningkatan tekanan darah (Muhammadun, 2010).Para dokter menganjurkan agar pria tidak minum lebih dari 21 unit alkohol per minggu (sama dengan 10,5 kaleng bir atau 21 gelas kecil anggur) dan wanita tidak minum lebih dari 14 unit per minggu (sama dengan tujuh kaleng bir atau 14 unit gelas kecil anggur). Semua ini harus terjadi dalam seminggu, bukan dalam sekali minum (Beavers, 2008).Dari hasil analisis uji chi square antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hipertensi diperoleh nilai p = 0,869 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kab. Takalar. Kebiasaan konsumsi alcohol bukan merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi dimana Dengan nilai OR ; 1,2 (95% CI 0,2-8,3) menunjukkan tidak ada hubungan statistik.Penlitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arniati pada pasien rawat inap bagian penyakit dalam di RSUD Labuang Baji Makassar pada tahun 2007, bahwa alkohol tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi dengan nilai (1,00) > (0,05)Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Saverio Stranges, dkk., yang menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol merupakan faktor risiko hipertesni (OR 1,71 2,31; 95% CI 1,11 4,86). Keadaan ini dimungkinkan karena adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai faktor risiko hipertensi, karena semua variabel dianalisis secara bersama-sama Kebiasaan MerokokRokok mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti tar, nikotin dan gas karbon monoksida. Selain orang yang merokok ( perokok aktif ), orang yang tidak merokok tetapi mengisap asap rokok juga memiliki resiko hipertensi. Orang ini disebut perokok pasif. Resiko perokok pasif bahayanya 2X dari perokok aktif. Merokok adalah mengisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di England, 120.000 orang meninggal akibat merokok setiap tahunnya. Dan semakin muda seseorang mulai merokok, maka semakin besar pula kemungkinan mereka mendapat masalah kesehatan di hari berikutnya (Muhammadun, 2010).Dari hasil analisis uji chi square antara kebiasaan merokok dengan terjadinya hipertensi diperoleh nilai p = 0,177 (p > 0,05) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara faktor kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi di Ruang Rawat Interna RSUD Haji Padjonga Dg Ngalle Kab. Takalar. Kebiasaan merokok bukan merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi dimana Dengan nilai OR ; 2,9 (95% CI 0,6-14,7) menunjukkan tidak ada hubungan statistik.Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendraswari di Kelurahan Jagakarsa 2007 yang mengatakan bahwa merokok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi.Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Xianglan Zhang, dkk., dan Sheps, Sheldon G. yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok sebagai faktor risiko hipertensi (OR 1,281,6 ). Hal tersebut karena adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai faktor risiko hipertensi, mengingat semua variabel dianalisis secara bersama-sama