14
[ B BA AL LA AI I A AP PR RE ES SI IA AS SI I T TA AR RI I] TUGAS AKHIR (RA 091381) EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT 43 BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN VII.1 LAMPIRAN VII.1.1 ARSITEKTUR BALI. Arsitektur Bali terutama arsitektur tradisional Bali adalah sebuah aturan tata ruang turun temurun dari masyarakat Bali seperti rontal Asta Kosala kosali , Asta Patali, dll yang sifatnya luas meliputi segala aspek kehidupan masyarakat Bali. Ini pula yang mesti dipahami oleh arsitek Bali dalam merancang sebuah bangunan dengan memperhatikan tata ruang masyarakat Bali (arsitektur Bali). Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah : * Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga * Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala * Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu * Konsep court, Open air * Konsep kejujuran bahan bangunan * Konsep Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala manusia yang meliputi Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. Tri Angga adalah konsep dasar yang erat hubungannya dengan perencanaan arsitektur, yang merupakan asal-usul Tri Hita Kirana. Konsep Tri Angga membagi segala sesuatu menjadi tiga komponen atau zone: * Nista (bawah, kotor, kaki), * Madya (tengah, netral, badan) dan * Utama (atas, murni, kepala) Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di Bali, sumbu-sumbu itu antara lain:

BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

  • Upload
    ngobao

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

43

BAB VII

LAMPIRAN DAN KESIMPULAN

VII.1 LAMPIRAN

VII.1.1 ARSITEKTUR BALI.

Arsitektur Bali terutama arsitektur tradisional Bali adalah sebuah aturan tata

ruang turun temurun dari masyarakat Bali seperti rontal Asta Kosala kosali,

Asta Patali, dll yang sifatnya luas meliputi segala aspek kehidupan masyarakat

Bali. Ini pula yang mesti dipahami oleh arsitek Bali dalam merancang sebuah

bangunan dengan memperhatikan tata ruang masyarakat Bali (arsitektur Bali).

Arsitektur tradisional Bali yang kita kenal, mempunyai konsep-konsep dasar

yang mempengaruhi tata nilai ruangnya. Konsep dasar tersebut adalah :

* Konsep hirarki ruang, Tri Loka atau Tri Angga

* Konsep orientasi kosmologi, Nawa Sanga atau Sanga Mandala

* Konsep keseimbangan kosmologi, Manik Ring Cucupu

* Konsep court, Open air

* Konsep kejujuran bahan bangunan

* Konsep Dimensi tradisional Bali yang didasarkan pada proporsi dan skala

manusia yang meliputi Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari,

A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya.

Tri Angga adalah konsep dasar yang erat hubungannya dengan perencanaan

arsitektur, yang merupakan asal-usul Tri Hita Kirana. Konsep Tri Angga

membagi segala sesuatu menjadi tiga komponen atau zone:

* Nista (bawah, kotor, kaki),

* Madya (tengah, netral, badan) dan

* Utama (atas, murni, kepala)

Ada tiga buah sumbu yang digunakan sebagai pedoman penataan bangunan di

Bali, sumbu-sumbu itu antara lain:

Page 2: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

44

* Sumbu kosmos Bhur, Bhuwah dan Swah (hidrosfir, litosfir dan atmosfir)

* Sumbu ritual kangin-kauh (terbit dan terbenamnya matahari)

* Sumbu natural Kaja-Kelod (gunung dan laut)

Dari sumbu-sumbu tersebut, masyarakat Bali mengenal konsep orientasi

kosmologikal, Nawa Sanga atau Sanga Mandala. Transformasi fisik dari konsep

ini pada perancangan arsitektur, merupakan acuan pada penataan ruang

hunian tipikal di Bali

PENERAPAN TRI HITA KARANA PADA PERENCANAAN

PERUMAHAN DI BALI

Dibukanya Pulau Bali sebagai daerah pariwisata memerlukan fasilitas

pendukung lainnya, termasuk perumahan yang memerlukan lahan yang luas,

sedangkan perumahan telah ada, terutama di kota-kota sudah sangat padat,

dan lahan yang masih tersisa sangat terbatas.

Untuk mengatasi keterbatasan lahan, perlu ada strategi di dalam perencanaan

sehingga memenuhi persyaratan perumahan yang sehat dimana dicapai dengan

terpenuhinya unsur-unsur fisik, psikologi, dan sosial oleh penghuni dalam

menggunakan perumahan tersebut.

Dalam perencanaan perumahan dapat dicapai dari dua segi, menyesuaikan

dengan lingkungan dan memanfaatkan teknologi. Teknologi diciptakan karena

ada kekurangan dalam proses biologis, atau membutuhkan waktu yang terlalu

lama. Tetapi menggunakan teknologi berlebihan, mengakibatkan keadaan kritis

pada lingkungannya. Faktor utama penyebab pecemaran lingkungan adalah

manusia.

Oleh karena itu, untuk mengatasi lingkungan di Bali diperlukan pendekatan

kultural dengan kearifan lokal yang telah dimiliki, salah satunya “Tri Hita

Karana” yaitu…

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia,

hubungan manusia dengan lingkungannya.

Page 3: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

45

1. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Untuk mencapai kedamaian dan keharmonisan dalam jiwa, setiap

pemeluk agama Hindu diajarkan lima prisip kepercayaan yang disebut

Panca Srada yaitu:

a. Brahman percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa,

b. Atman percaya adanya roh,

c. Karma Pala percaya kepada segala perbuatan pasti ada hasilnya,

d. Reinkarnasi percaya adanya penitisan kembali,

e. Moksah tujuan akhir pemeluk Hindu, yaitu ketenangan abadi atau

bebas dari ikatan duniawi.

Dalam upaya untuk mengharmoniskan hidup ini dengan Tuhan dengan sesama

manusia dan lingkungan, pemeluk agama Hindu perlu melaksanakan panca

yadnya yakni dewa yadnya, pitra yadnya, resi yadnya, manusa yadnya, dan

buta yadnya.

Agar bisa melakukan hubungan antara atma dengan paratma atma untuk bisa

mencapai kesucian jiwa

Lebih lanjut, jika lahan yang tersedia memungkinkan perlu dibangun fasilitas

persembahyangan pada setiap rumah dan perumahan yang memadai sesuai

dengan desa kala patra dengan mempertimbangkan lahan yang tersedia.

2. Hubungan Manusia dengan Manusia

Manusia tidak akan sempurna bila hidup sendiri. Manusia akan menata

hubungan dengan yang lainnya dengan bermasyarakat.

Menurut Pudjiwati Sajogyo dalam Sosiologi Pembangunan, masyarakat

pada umumnya dapat diklasifikasikan atas:

1. Kesatuan budaya dan keagamaan

2. Kesatuan pekerjaan /ekonomi.

3. Kesatuan politik.

Page 4: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

46

Dalam budaya Bali yang penduduknya kebanyakan agama Hindu

memperhatikan pembinaan keluarga mulai dari terbentuknya janin sampai

meninggal penuh dengan upacara adat dan agama.

Sedangkan hubungan yang lebih besar dibidang budaya, politik, ekonomi

dilaksanakan di atas kesatuan kelompok seperti banjar, sekeha, subak. Dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan periode, sehari-hari, mingguan

maupun tahunan, dalam perencanaan agar dipertimbangkan dengan sebaik-

baiknya. Sebagai contoh dalam perencanaan kurang dipikirkan adanya ruang

terbuka untuk menerima tamu pada saat pelaksanaan upacara pernikahan atau

upacara besar lainya, maka upacara tersebut harus dilakukan di luar

lingkungan perumahan yang biasanya membutuhkan dana yang lebih banyak.

3. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan mencakup sangat luas. Menurut Emil

Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan

bahwa lingkungan hidup dan pembangunan diartikan sebagai segala

benda, kondisi dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita

tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.

Secara umum, lingkungan sering di klasifikasikan dalam:

1. Lingkungan Abiotik; yaitu lingkungan benda-benda mati seperti air,

tanah, gas, api, dan gas energi yang terkandung didalamnya.

2. Lingkungan Biotik; yakni, flora, fauna, dan segala sesuatu yang

memiliki zat hidup baik yang hidup di darat maupun di air.

3. Lingkungan cultural/kebudayaan yakni mencakup seluruh aktivitas

manusia yang menempati dimensi ruang yang tidak terbatas.

Bangunan rumah dalam perumahan tradisional Bali perencanaanya

memperhatikan lingkungan abiotik dengan menutup bangunan dengan tembok

penyengker (tembok keliling), sedangkan tiap bangunan yang ada di dalamnya

Page 5: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

47

dibiarkan terbuka agar bisa memanfaatkan cahaya, udara, dengan leluasa

dengan membuka ruang seluas mungkin yang bisa berorietasi ketengah (natah).

Satu areal pekarangan pada rumah tradisional Bali pada umumnya dibagi atas

tiga bagian yaitu bagian luan (atas) digunakan untuk tempat persembahyangan,

bagian tengah untuk tempat tinggal sedangkan bagian teben (rendah) untuk

menyimpan bahan-bahan yang tidak berguna lagi dan memelihara hewan. Pada

setiap areal ini juga direncanakan tempat-tempat untuk tumbuh-tumbuhan

yang bermanfaat untuk sarana upacara, kebutuhan rumah tangga maupun

untuk obat-obatan.

Dari segi kekuatan juga diperhatikan pemilihan bahan bangunan, juga

disesuaikan dengan lingkungannya sebagai akibat dari posisi pulau Bali yang

merupakan jalur gempa, maka bahan struktur lebih banyak dipertimbangkan

menggunakan bahan-bahan yang lebih fleksibel, seperti kayu maupun bambu.

Dari segi keindahan bahan-bahan yang dipakai, bahan alamiah dengan warna

aslinya, penempatannya juga diatur sesuai dengan logika seperti bahan yang

memberi kesan yang ringan ditempatkan pada bagian atas sedangkan bahan

yang kesannya berat ditempatkan pada bagian bawah dengan proporsi yang

telah terencana. Hal-hal tersebut dapat memberi gambaran dan inspirasi untuk

membantu perencanaan rumah dan perumahan untuk masa kini dan yang akan

datang.

Page 6: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

48

VII.1.2 PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG DI BALI.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2005

TENTANG PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG DENGAN

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pasal 1

Arsitektur adalah tata ruang dan tata bentuk sebagai wadah kegiatan manusia

baik individu maupun kelompok untuk menunjang kesejahteraan jasmani dan

rohani.

Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan secara turun –temurun yang

dianggap baik dan benar oleh masyarakat.

Arsitektur tradisional Bali adalah tata ruang dan tata bentuk yang

pembangunannya didasarkan atas nilai dan norma-norma baik tertulis maupun

tidak tertulis yang diwarikan secara turun-temurun.

Arsitektur non tradisional Bali adalah arsitektur yang tidak menerapkan

norma-norma arsitektur tradisional Bali secara utuh tetapi menampilkan gaya

arsitektur tradisional Bali.

Arsitektur setempat adalah arsitektur yang telah mentradisi/berakar/mapan

dalam budaya masyarakat di suatu satuan lingkungan tradisi dari tradisi kecil

sampai lingkungan tradisi besar di propinsi Bali.

Arsitektur warisan adalah arsitektur peninggalan masa lampau di Provinsi Bali,

baik dalam keadaan terawatt/dimanfaatkan sesuai fungsinya atau tidak

terawat/tidak digunakan sesuai fungsi, bergerak atau tidak bergerak, berupa

kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisanya, yang dianggap

memiliki nilai-nilai penting bagi ilmu pengetahuan, sejarah, kebudayaan, dan

nilai-nilai signifikan lainnya, seperti yang diatur dalam peraturan perundang –

undangan.

Page 7: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

49

Persyaratan Arsitektur adalah persyaratan yang berkaitan dengan bentuk dan

karakter penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, dan

kesimbangan/keselarasanya dengan lingkungannya.

Gaya arsitektur tradisional Bali adalah corak penampilan arsitektur yang dapat

memberikan citra/nuansa arsitektur berlandasarkan budaya Bali yang dijiwai

oleh agama Hindu melalui penerapan berbagai perinsip bentuk yang

mengandung identitas maupun nilai-nilai arsitektur tradisional Bali.

Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan

pekarangan sebagai tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

atas dan/atau dibawah tanah dan/atau air.

Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas

dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan

keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, kegiatan budaya, kegiatan

campuran, maupun kegiatan khusus.

Bangunan gedung fungsi usaha adalah bangunan gedung yang digunakan

sebagai tempat untuk kegiatan usaha.

Bangunan gedung fungsi social dan budaya adalah bangunan gedung yang

digunakan sebagai tempat untuk kegiatan pelayanan social dan kegiatan

interaksi manusia dengan lingkungan serta kehidupannya.

Bangunan gedung fungsi campuran adalah bangunan gedung yang memiliki

lebih dari satu fungsi.

Bangunan gedung fungsi khusus adalah bangunan gedung yang mempunyai

tingkat kerahasiaan fungsi yang tinggi dan/atau yang mempunyai potensi resiko

bahaya yang besar.

Page 8: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

50

Pekarangan adalah bidang lahan dengan bentuk dan ukuran tertentu yang

bersisi atau akan diisi bangunan.

Penyelenggaraan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses

perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan,

pelestarian, dan pembongkaran.

Pemanfaatan adalah kegiatan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan

fungsi yang telah ditetapkan termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan dan

pemeriksaan secara berkala.

Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga kehandalan bangunan gedung beserta

prasana dan sarananya agar tetap laik fungsi.

Pembingkaran adalah kegiatan membongkar/merobohkan seluruh atau sebagian

bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau prasana dan

sarananya.

Peransert masyarakat adalah berbagaikegiatan masyarakat yang timbul atas

kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk ikut mengawasi

dan bergerak dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Kawasan khusus adalah suatu satuan territorial yang ditetapkan oleh Gubernur

berdasarkan persyaratan arsitektur khusus, karakteristik alam, dan budaya

dengan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pelestarian, dan pengayaan

kasanah Arsitektur Bali.

Pasal 2

Arsitektur bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas manfaat,

kehendak, keindahan, dan kekhasan bentuk/karakter arsitektur serta

keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya.

Pasal 3

Pengaturan persyaratan arsitektur bangunan gedung bertujuan untuk;

Page 9: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

51

a) mewujudkan bangunan gedung yang memiliki corak dan karakter

arsitektur tradisional Bali secara umum maupun corak arsitektur khas

setempat serta yang serasi dan terpadu dengan lingkungannya; dan

b) mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung

agar menghasilkan bangunan gedung yang sesuai dengan prinsip-prinsip

arsitektur tradisional Bali.

Pelestarian Bali didukung pula oleh lestarinya budaya Bali. Nilai-nilai

luhur arsitektur tradisional Bali sebagai bagian dari budaya Bali

merupakan unsure yang juga harus dilestarikan. Melestarikan arsitektur

sebagai bagian dari budaya bali di samping dengan cara

mempertahankan identitas fisik arsitetur sebagai bagian dari aspek

ekspresif budaya Bali, juga perlu memberi peluang kreativitas untuk

mengadaptasi tuntutan perkembangan penduduk serta kemajuan

teknologi. Kebebasan berkreasi dalam asrsitektur merupakan has azasi

manusia, namun sebagai makhluk social yang menginginkan terjadinya

kekayaan budaya melalui pelestarian identitas arsitektur diperlukan

adanya rambu-rambu berupa peraturan sebagai aat pengedalian.

Undang – Undang tentang Bangunan Gedung Nomor 28 dan Peraturan

Daerah Tingkat I Bali Nomor 4 tahun 1974 telah mengatur persyaratan

arsitektur bangunan gedung termasuk penyelenggaraan bangunan gedung,

termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada

setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran

masyarakat dan Pembina oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan

ketentuah penurup.

Esensi yang terkandung dari peraturan perundangan tersebut, khususnya

yang berkaitan dengan persyaratan arsitektur adalah adanya rambu-rambu

dalam pengembangan arsitektur, insentif untuk pembangunan arsitektur,

insentif untuk pembangunan arsitektur tradisional, dan penyelamatan

arsitektur warisan yang bernilai tinggi.

Page 10: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

52

Oleh karena itu, arstektur di Provinsi Bali dimasa depan terdiri atas :

a. Arsitektur warisan;

b. Arsitektur tradisional Bali;

c. Arsitektur non tradisional Bali.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan

bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus diselenggarakan secara

tertib dan terkendali.

Karena pengendalian langsung tentang persyaratan arsitektur bangunan

sesuai dengan semangat otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang

– Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Maka Kabupaten/Kota harus membuat peraturan daerah kabupaten/kota yang

memat ketentuan tentang persyaratan arsitektur bangunan gedung dengan

mengadopsi, menjabarkan, dan lebih memperinci subsansi Peraturan Daerah ini

agar memiliki kekhasan sesuai potensi daerah dan lebih mudah ditetapkan.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas

kemanfaatan, keselamatan , keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung

dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan

dan berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan

hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung

untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan

pemenuhan persyaratan arsitektur bangunan gedung dengan

lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan

berkeadilan.

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan

hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung

untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan

pemenuhan persyaratan arsitektur bangunan gedung dan tertib

penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya..

Page 11: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

53

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI

TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI

Pasal 163

Ayat (1)

Huruf A

Amplop bangunan yang ditetapkan, antara lain, meliputi garis sempadan bangunan,

koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar hijau, dan

ketinggian bangunan.

Dalam pengembangan ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara di

atas permukaan bumi dilakukan pembatasan sebagai berikut:

- pada prinsipnya ketinggian bangunan dibatasi maksimum 16 meter diatas permukaan

tanah tempat bangunan didirikan.

- guna memberikan kelonggaran pengembangan bentuk atap arsitektur tradisional Bali,

ketinggian bangunan dihitung dari permukaan tanah sampai dengan perpotongan

bidang tegak struktur bangunan dan bidang miring atap bangunan, serta dilarang

memanfaatkan ruang diatas bidang perpotongan tersebut untuk melakukan kegiatan

yang bersifat permanen.

- bangunan-bangunan yang ketinggiannya boleh melebihi 16 meter adalah: bagian-bagian

bangunan umum yang tidak perlu lantai untuk aktivitas manusia yaitu bangunan

fasilitas peribadatan seperti pelinggih untuk pura, menara-menara dan kubah mesjid

dan gereja, pagoda dan yang sejenis; bangunan khusus yang berkaitan dengan

pertahanan kemananan dan keselamatan penerbangan, menara dan antene pemancar

pertelekomunikasian dan menara jaringan transmisi tegangan tinggi; monumen, dan

sebagainya yang mutlak membutuhkan persyaratan ketinggian lebih dari 16 meter,

pembangunannya tetap memperhatikan keserasian terhadap lingkungan sekitarnya

serta dikoordinasikan dengan instansi terkait.

- bangunan umum dan bangunan khusus yang ketinggiannya boleh melebihi 16 meter

diprioritaskan pengembangannya pada kawasan-kawasan di luar : kawasan lindung,

kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah (sawah produktif), tempat suci

dan kawasan suci, permukiman tradisional (permukiman yang tumbuh secara alami serta

didukung oleh kehidupan budaya setempat yang kuat).

Page 12: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

54

Sumber: http://www.denpasarkota.go.id/instansi/?cid==IzM&s=kritik&xid=479

TANGGAPAN :

Dasar Ketentuan :

1. Perda Kodya Dati II Denpasar Nomor 10 Tahun 1999, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Denpasar

2. Perda Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2001, tentang Ijin Bangun.

3. Keputusan Walikota Madya Kepala Daerah Tingkat II Denpasar, Nomor 41 Tahun 1995,

tentang Garis Sempadan Bangunan di Kota Denpasar

4. Keputusan Walikota Denpasar Nomor 317 Tahun 2003, tentang Penataan Kawasan Pantai

Kota Denpasar.

Syarat- syarat :

1. Bangunan Perkantoran :

KDB, maksimum 50 % dari luas lahan.

KLB, maksimum 4 x KDB, dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter.

Wajib menyediakan parker secara memadai dengan luas minimum adalah :

Seluas 20 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai satu.

Seluas 30 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai dua.

Seluas 40 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai tiga.

Bagi parkir didalam bangunan ( in door ) dan bertingkat diperkenankan hanya 1 (satu)

lantai dibawah permukaan tanah, serta puncak bangunan harus menggunakan atap.

2. Bangunan Hotel :

KDB, maksimum 40 % dari luas lahan.

KLB, maksimum 4 x KDB, dengan ketinggian tidak lebih dari 15 meter.

Wajib menyediakan parker secara memadai dengan luas minimum adalah :

Seluas 20 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai satu.

Seluas 30 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai dua.

Seluas 40 % dari luas Persil untuk bangunan berlantai tiga.

Bagi parkir didalam bangunan ( in door 0 dan bertingkat diperkenankan hanya 1 (satu)

lantai dibawah permukaan tanah, serta puncak bangunan harus menggunakan atap.

Page 13: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

55

3. Khusus untuk kawasan Pantai Sanur, dari Pantai Matahari Terbit sampai

dengan Pantai Mertasari :

Bangunan diatas 2 (dua) lantai, sempadan bangunan ditetapkan 100 meter dari jalan

setapak.

Bangunan 2 (dua) lantai sempadan bangunan ditetapkan 50 meter dari jalan setapak.

Bangunan tidak bertingkat memakai dinding tembok, sempadan bangunan ditetapkan

25 meter dari jalan setapak.

Bangunan tidak bertingkat dan terbuka, sempadan bangunan ditetapkan 5 meter dari

jalan setapak.

Pagar halaman dibangun dengan jarak 1,5 (satu setengah) meter dari jalan setapak

yang dapat dipergunakan sebagai telajakan.

Dari proses Yadnya inilah melahirkan konsep Filsafat Ekosistem Dalam Hindu Dharma

yaitu Tri Hita Karana.

Menurut arti katanya, Tri Hita Karana berarti tiga sebab adanya kebaikan.

Tri = tiga;

Hita = kebaikan

Karana = sebab (sumber).

Ketiga sumber inilah yang melahirkan Sorga di alam nyata (Sekala) dan sorga bahkan

samapai alam Bhatara dan dewa-dewa di alam tidak nyata (Niskala).

Tri Hita Karana merupakan pedoman bagi penganut Agama Hindu di dalam

mengembangkan hidup kemasyarakatannya. Ini berkembang menjadi ajaran tentang

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, sekaligus tentang ketergantungan satu

sama yang lain dalam berbagai aspek kehidupan ini.

Dalam pandangan Agama Hindu masyarakat itu sendiri diwarnai oleh sesuatu yang

hidup oleh kehidupan itu sendiri, dan oleh yang menghidupi.

Masing-masing sebab ini mempunyai jalur tertentu yang mengarah pada satu kaitan

yang satu dengan yang lain saling berkaitan, sebagai satu-kesatuan.

Karena tidak akan berakibat kebaikan bila jalur yang satu tidak mengindahkan yang

lainnya.

Kiranya sudah terjawab bagaimana mencapai Sorga Sekala & Niskala yaitu

melaksankan Tri Hita Karana

Page 14: BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN · 2011-11-28 · Salim dalam Lingkungan Hidup dan Pembangunan mengungkapkan ... lingkungan sering di klasifikasikan dalam: 1. Lingkungan Abiotik;

[BBAALLAAII AAPPRREESSIIAASSII TTAARRII] TUGAS AKHIR (RA 091381)

EKA NURDIANA ::: 3205.100.007 Dosen Koordinator : Ir. M Salatoen, MT Dosen Pembimbing : Ir. Rullan Nirwansyah, MT.

56

VII.2 KESIMPULAN

Perumahan adalah bangunan yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan

Perumahan layak merupakan kebutuhan dasar manusia dan

merupakan faktor penting untuk meningkatkan harkat dan

kesejahteraan. Selain itu rumah dan perumahan merupakan

cerminan dari jati diri manusia baik perorangan maupun

kelompok dan kebersamaan dalam masyarakat.

Perencanaan suatu perumahan memerlukan pemikiran dengan

pandangan yang luas dalam pengaturan fisik maupun pengaturan

sosialnya dengan pertimbangan teknik dan budaya yang

berlangsung pada lingkungan setempat.

Konsep Tri Hita Karana tentu masih relefan diterapkan di Bali

pada kini maupun untuk masa yang akan datang dengan tidak

mengabaikan perkembangan teknologi dan budaya yang akan

berlangsung. Tri Hita Karana merupahkan konsep universal yang

bisa berlaku secara regional, nasional maupun internasional