Upload
dian-eka-nugraha
View
240
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kedua terkaya di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah
diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka
yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat,
makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman.
Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu
negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan
baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Sebagai salah
satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan
tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional
dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan
memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat
sedikit yang telah dibudidayakan petani. Bila adapun, teknik budidaya dan
pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku yang
diinginkan industri, yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur
ataupun kotoran lainnya.
Dalam memacu pengembangan agribisnis berbasis fitofarmaka di tingkat
petani, sangatlah penting peningkatan kemampuan petani dalam hal budidaya
tanaman obat. Di samping hal budidaya, segi pasca panen dan pemasaran juga
perlu ditingkatkan dalam upaya memacu pengembangan industri obat tradisional
dan kosmetika Indonesia. Obat bahan alam yang semula banyak dimanfaatkan
oleh negara-negara di Asia, Amerika Selatan dan Afrika, sekarang meluas sampai
ke negara-negara maju di Australia dan Amerika Utara. Awalnya obat bahan
alami digunakan sebagai tradisi turun-temurun. Dengan semakin majunya ilmu
pengetahuan dan berkembangnya teknologi, baik produksi maupun informasi, uji
praklinik dan klinik dilakukan untuk memperoleh keyakinan khasiat obat bahan
alam.
1
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat
tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan
proses produksi dan penanganan bahan baku.
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh
aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu
yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk
tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan,
peralatan dan personalia yang menangani. Penerapan CPOTB merupakan
persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui
dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan
diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat
dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi
produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari
negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Mengingat
pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara terus menerus
memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat
menerapkan CPOTB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.
Dengan adanya perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam
bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka, maka Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini
dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka.
Sediaan semi solid meliputi satu kelompok produk yang diaplikasikan
pada kulit atau pada membran mukosa. Terdapat beberapa sediaan yang termasuk
semi solid diantarany asalep, krim, gel dan pasta. Sediaan salep banyak di pakai
dalam pengobatan dan kosmetika begitu pula dengan krimdan pasta.
Selain sediaan salep, krim dan pasta, sediaan gel juga mulai banyak
digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika, Karna penampilan sediaan
yang jernih dan tembus pandang sehingga tampak elegan dan juga mudah dicuci
2
dengan air. Untuk membuat gel yang bagus pasti ada yang namanya bahan
tambahan, bahan tambahan digunakan sebagai bahan penolong dan bersifat inert .
Fungsi dari bahan tambahan pada sediaan gel berbeda-beda ada yang sebagai
gelling agent (pendispersi /basis gel), pelembut gel (polietilen), pengawet dan lain
- lain.
Salah satu dari zat tambahan yang penting adalah basis gel atau gelling
agent fungsi dari basis gel adalah untuk mendispersikan zat-zat atau partikel-
partikel yang tidak terdispersi dalam sistem gel. Banyak sekali jenis-jenis basis
gel atau gelling agent yang bias dipakai sebagai basis ada yang golongan alam,
derivat selulosa, dan golongan polimer sintesis. Karakteristik dari setiap basis gel
berbeda-beda, oleh karna itu untuk membuat sediaan gel yang bagus sebelum
dibuat sediaan perlu adanya pemilihan basis gel yang cocok dan sesuai dengan zat
aktif. Dalam makalah ini akan di bahas tentang komponen dan karakteristik dari
jenis-jenis basis gel.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian salep dan krim
2. Cairan, salep dan krim menurut CPOB tahun 2006
3. Syarat-syarat sediaan salep dan krim
4. Aspek-aspek standarisasi salep dan krim
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari salep dan krim
2. Untuk mengetahui krim dan salep menurut CPOB tahun 2006
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dari sediaan salep dan krim
4. Untuk mengetahui dari aspek-aspek standarisasi salep dan krim
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula bentuk sediaan yang
lebih praktis pemakaiannya, yaitu bentuk sediaan jadi dari bahan alam yaitu krim
dan salep.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Salep
Salep merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi dalam 4 kelompok; dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,
dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap
salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Farmakofe Indonesia
edisi IV).
2.2 Pengertian Krim
Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak didalam air (Farmakofe Indonesia edisi IV).
2.3 Standarisasi Cairan, Krim dan Salep
Menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) tahun 2006 untuk cairan,
krim dan salep adalah sebagai berikut:
Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedemikian rupa agar
terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Penggunaan sistem
tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan. Area produksi di mana
produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi
ventilasi yang efektif dengan udara yang disaring.
Tangki, wadah, pipa dan pompa yang digunakan hendaklah didesain dan
dipasang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan dan bila perlu
disanitasi. Dalam mendesain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit
4
mungkin adanya sambungan mati (dead- legs) atau ceruk dimana residu dapat
terkumpul dan menyebabkan perkembangbiakan mikroba.
Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan. Baja tahan
karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang
bersentuhan dengan produk. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan
hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Pemeliharaan sistem air hendaklah
diperhatikan untuk menghindari perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara
kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasan yang prosedurnya telah
divalidasi agar sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan secara efektif.
Perhatian hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk
memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan yang benar. Apabila jaringan pipa
digunakan untuk mengalirkan bahan awal atau produk ruahan, hendaklah
diperhatikan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah
didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar dan
dibersihkan.
Ketelitian sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya
boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang
bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak
bereaksi dan tidak menyerap (misal: bukan kayu). Perhatian hendaklah diberikan
untuk mempertahankan homogenitas cam- puran, suspensi danproduk lainselama
pengisian. Proses pencampuran dan pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian
khusus hendaklah diberikan pada awal pengisian, sesudah penghentian dan pada
akhir proses pengisian untuk memastikan produk selalu dalam keadaan
homogen.
Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas hendaklah dibuat ketetapan
mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi
penyimpanannya dan ketetapan ini hendaklah dipatuhi.
a. Bahan Pengemas
Pengadaan, penanganandan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama
5
seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada
bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan
yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas
dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah
tertutup untuk menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah
diserahkan kepada orang yang berhak sesuai prosedur tertulis yang disetujui.
Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi
nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. Bahan
pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak
berlaku lagi atau obsolet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat.
Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau
bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada
saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat
kodifikasi tersebut.
b. Kegiatan Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah
pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas.
Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan
identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin
bahwa produk ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta
bahan cetak lain yang akan dipakai adalah benar, pengawasan selama proses
pengemasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak dan
bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan
pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan
Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan
Pengemasan Bets.
Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan
6
untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari
produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk
kegiatan pengemasan yang bersangkutan.
Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain
hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur
Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.
c. Pra-kodifikasi BahanPengemas
Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang memerlukan
pra- kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain
sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap
tahap proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau
dimusnahkan.
Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk pra-
kodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapatdan
ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya. Prosespra-kodifikasi
bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah dilakukan diarea yang terpisah
dari kegiatan pengemasan lainnya. Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak
lain yang telah diberi pra- kodifikasi hendaklah diperiksa sebelum ditransfer
ke area pengemasan.
d. Praktik Pengemasan
Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan
kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai
dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap tahap
proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau
dimusnahkan.
Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk pra
kodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat dan
ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya.
7
Proses pra-kodifikas ibahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah
dilakukan diarea yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainnya. Seluruh bahan
pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi pra- kodifikasi hendaklah
diperiksa sebelum ditransfer ke area pengemasan.
e. Kesiapan Jalur
Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain pada
jalur pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian
pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan
prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), untuk:
1. memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari
kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur
pengemasan dan area sekitarnya;
2. memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya;
3. memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.
f. Praktik Pengemasan
Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara
sebagai berikut:
1. menggunakan label dalam gulungan;
2. pemberian penandaan bets pada jalurpemasangan label;
3. dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis;
4. label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing
mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda;
5. disamping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung,
hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara independe oleh bagian
Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses pengemasan.
Produk yang penampilannya mirip hendaklah tidak dikemas pada jalur
yang berdampingan kecuali ada pemisahan secara fisik. Pada tiap jalur
8
pengemasan nama dan nomorbets produk yang sedang dikemas hendaklah dapat
terlihat dengan jelas.
Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru
sebagian dikemas, atau sub-bets hendaklah diberi label atau penandaan yang
menunjukkan identitas, jumlah, nomor betsdan status produk tersebut. Wadah
yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam
keadaan bersih.
Semua personil bagian pengemasan hendaklah memperoleh pelatihan agar
memahami persyaratan pengawasan selama prosesdan melaporkan tiap
penyimpangan yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab
spesifik tersebut.
Area pengemasan hendaklah dibersihkan secara teratur dan sering selama jam
kerja dan tiap ada tumpahan bahan. Personil kebersihan hendaklah diberi
pelatihan untuk tidak melakukan praktik yang dapat menyebabkan campur baur
atau pencemaran silang.
Bila ditemukan bahan pengemas cetak pada saat pembersihan hendaklah
diberikan kepada supervisor, yang selanjutnya ditempatkan di dalam wadah yang
disediakan untuk keperluan rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan pada akhir
proses pengemasan.
Kemasan akhir dan kemasan setengah jadi yang ditemukan diluar jalur
pengemasan hendaklah diserahkan kepada supervisor dan tidak boleh langsung
dikembalikan kejalur pengemasan. Bila produk tersebut setelah diperiksa oleh
supervisor ternyata identitasnya sama denganbets yang sedang dikemas dan
keadaannya baik, maka supervisor dapat mengembalikannya ke jalur pengemasan
yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka bahan tersebut hendaklah dimusnahkan
dan jumlahnya dicatat.
Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label
hendaklah dipisahkan dan diberi penandaan untuk menghindari campur baur.
Bagian peralatan pengemas yang biasanya tidak bersentuhan dengan produk
ruahan tapi dapat menjadi tempat penumpukan debu, serpihan, bahan
pengemas ataupun produk yang kemudian dapat jatuh ke dalam produk atau
9
mencemari atau dapat menjadi penyebab campur baur produk yang sedang
dikemas, hendaklah dibersihkan dengan cermat.
Hendaklah diambil tindakan untuk mengendalikan penyebaran debu selama
proses pengemasan khususnya produk kering. Area pengemasan yang terpisah
diperlukan untuk produk tertentu misalnya obat yang berdosis rendah dan
berpotensi tinggi atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi. Udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk membersihkan
peralatan di area kegiatan pengemasan dimana pencemaran silang dapat terjadi.
Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan bahaya
pencemaran dari bulu sikat dan/atau partikel yang menempel pada sikat. Personil
hendaklah diingatkan untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk didalam
saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau di dalam
wadah yang tertutup dan diberi tanda yang jelas.
Bahan yang diperlukan dalam proses pengemasan seperti pelumas, perekat,
tinta, cairan pembersih, dan sebagainya, hendaklah disimpan di dalam wadah
yang jelas tampak berbeda dengan wadah yang dipakai untuk pengemasan
produk dan hendaklah diberi penandaan yang jelas dan mencolok sesuai dengan
isinya.
g. Penyelesaian Kegiatan Pengemasan
Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir
diperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut
sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.
Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan
sajayang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh
maka jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut. Setelah proses
rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang
akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan produk
yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang untuk
dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi penandaan yang
jelas.
10
Supervisor hendaklah mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan
pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang.
Semua sisa bahan pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai
hendaklah dihitung dan dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan hendaklah
dicatat pada catatan pengemasan bets.
Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat jumlah pemakaian neto
semua bahan pengemas dan produk ruahan. Tiap penyimpangan hasil yang tidak
dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk memenuhi spesifikasi hendaklah
diselidiki secara teliti dengan memper- timbangkan bets atau produk lain yang
mungkin juga terpengaruh.
Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di area
karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan dari kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
2.4 Pengawasan Selama Proses
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin
menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.
Prosedur tertulis untuk pengawasan selama proses hendaklah dipatuhi.
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus
diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi. Disamping itu, pengawasan
selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum
sebagai berikut:
a. semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa
pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan
11
b. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang
waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur
Pengemasan Induk.
Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel
pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian
atau inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah
menjadi bagian dari catatan bets.
Spesifikasi pengawasan selama proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi
produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses
sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan
ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.
2.5 Bahan Dan Produk Yang Ditolak, Dipulihkan Dan Dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di“area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk
tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu,
diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih
dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.
Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu
kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak
terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap
risiko yang mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan.
Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi
persyaratan mutu, dengancara penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang
sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya.
Pemulihan ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk
kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah
12
dicatat.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah memper-
timbangkan perlunya pengujian tambahan untuk produk hasil pengolahan ulang,
atau bets yang mendapat produkyang dipulihkan.
Bets yang mengandung produk pulihan hanya boleh diluluskan setelah semua
bets asal produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Produk yang dikembalikan dari
peredaran dan telah lepas dari pengawasan industry pembuat hendaklah
dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau
dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragumutunya masih memuaskan
setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis.
Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan
khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk sertalamanya produk dalam
peredaran. Bilaman ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh
dipertimbangkan untukdidistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan
ulang secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap
tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik.
2.6 Karantina Dan Penyerahan Produk Jadi
Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk
diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk
memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi
yang ditentukan.
Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk jadi ke
area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutnya
ke gudang produk jadi.
Selama menunggu pelulusan dari bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),
seluruh bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina.
13
Kecuali sampel untuk pengawasan mutu, tidak boleh ada produk yang diambil
dari suatu bets/lot selama produk tersebut masih ditahan di area karantina. Area
karantina merupakan area terbatas hanya bagi personil yang benar-benar
diperlukan untuk bekerja atau diberi wewenang untuk masuk ke area tersebut.
Produk jadi yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus hendaklah diberi
penandaan jelas yang menyatakan kondisi penyimpanan yangdiperlukan, dan
produk tersebut hendaklah disimpan diarea karantina dengan kondisiyang sesuai.
Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang
memuaskan dari paling tidak hal sebaga iberikut:
a. produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan
pengemasan;
b. sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang
mencukupi untuk pengujian dimasa mendatang;
c. pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil
pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu;
d. rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan
e. produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera
pada dokumen penyerahan barang.
Setelah pelulusan suatu bets/lotoleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang
produk jadi. Sewaktu menerima produk jadi, personil gudang hendaklah mencatat
pemasukan bets tersebut ke dalam kartu stok yang bersangkutan.
2.7 Catatan Pengendalian Pengiriman Obat
Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan
produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Sistem distribusi
hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga distribusi tiap bets
atau lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau
penarikan kembali jika diperlukan.
Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dan dipatuhi.
14
Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out
(FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan
hanya atas persetujuan pimpinanyang bertanggung jawab.
2.8 Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk
Ruahan Dan Produk Jadi
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah risiko campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan
dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung
dilantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya
Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang
sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.
Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada
penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas. Data pemantauan suhu hendaklah
tersedia untuk dievaluasi. Alat yang dipakai untuk pemantauan hendaklah
diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil pemeriksaan
hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan pemantauan hendaklah disimpan
untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk yang
bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah.
Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai batas spesifikasi
disemua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu
diletakkan diarea yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu.
Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam
wadah yang kedap (misalnya drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh
suhu atau kondisi lain. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan
lain. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian,
hendaklah didokumentasikan dengan baik. Tiap bets bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang disimpan di area
gudang hendaklah mempunyai kartu stok. Kartu stok tersebut hendaklah secara
periodik direkonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan hendaklah dicatat dan
diberikan alasan bila jumlah yang disetujui untuk pemakaian berbeda dari
15
jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman.
2.9 Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
Pemisahan secara fisik ataucara lain yang tervalidasi (misalnya cara
elektronis) hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang
ditolak, daluwarsa, ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Bahan
atau produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan
hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh
bagian Pengawasan Mutu.
Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan
atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut
hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu
hendaklah menentukan status bahan tersebut. Bahan awal dan bahan pengemas
yang ditolak hendaklah tidak disimpan bersama-sama dengan bahan yang sudah
diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan bagi bahan yang ditolak.
Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terlarang” (restricted
storage area) dan penyerahan di bawah pengawasan yang ketat. Stok tertua bahan
awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal daluwarsa paling dekat
hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO).
Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas,
kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misalnya setelah disimpan
lama, atau terpapar ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak
buruk terhadap mutu.
2.10 Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi
Produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah dikarantina
selama menunggu hasil uji mutu dan penentuan status. Tiap penerimaan
hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang diterima sesuai dengan
dokumen pengiriman. Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kesesuaian identitas
dan kondisi wadah.
16
Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk
jadi diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya,
wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak
Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status produk tersebut.
2.11 Pengiriman Dan Pengangkutan
Bahan dan obat hendaklah diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga
tidak merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga. Perhatian
khusus hendaklah diberikan bila menggunakan es kering dalam rangkaian sistem
pendinginan. Di samping itu, tindakan pengamanan hendaklah memastikan agar
bahan atau produk tidak bersentuhan langsung dengan es kering tersebut, karena
dapat berdampak buruk terhadap mutu produk, misalnya terjadi pembekuan.
Bilamana perlu, dianjurkan penggunaan alat untuk memantau kondisi,
misalnya suhu, selama pengangkutan. Hasil pemantauan tersebut hendaklah
dicatat untuk pengkajian. Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat
hendaklah dilaksanakan hanya setelah ada order pengiriman. Tanda terima order
pengiriman dan pengangkutan bahan hendaklah didokumentasikan.
Prosedur pengiriman hendaklah dibuat dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan
pencegahan khusus yang mungkin diperlukan. Wadah luar yang akan dikirim
hendaklah memberikan perlindungan yang cukup terhadap seluruh pengaruh luar
serta diberi label yang jelas dan tidak terhapuskan.
Catatan pengiriman hendaklah disim- pan,yang menyatakan minimal:
a. ¾ tanggal pengiriman;
b. ¾ nama dan alamat pelanggan;
c. ¾ uraian tentang produk, misalnya nama, bentuk dan kekuatan sediaan
(bilaperlu), nomor bets dan jumlah; dan
d. ¾ kondisi pengangkutan dan penyimpanan.
Semua catatan hendaklah mudah diakses dan tersedia bila diminta.
17
2.12 Aspek –Aspek Standarisasi Bahan Alam
Untuk dapat digunakan sebagai bahan berkhasiat/ obat pada manusia, baik
obat ataupun turunan turunannya (ekstrak, tingtur), harus memenuhi persyaratan:
Ketaataazasan, stabilitas, kemurnian, sterilitas, batas sisa residu pelarut, dan yang
paling penting diperhatikan untuk obat yang berasal dari tanaman adalah pestisida
dan nilai batasnya sesuai dengan ketentuan orgaisasi kesehatan didunia.
Tahap yang menentukan kualitas meliputi: Pemilihan bahan-bahan (kualitas
sering sangat bervariasi bergantung dari lokasi sumber, waktu panen, pengolahan,
penyimpanan dan pengemasan), dan prosedur ekstraksi yang dilaksanakan untuk
memperoleh ekstrak dari bahan berkasiat. Walaupun pemilihan pelarut untuk
ekstraksi merupakan factor penting kualitas obat jadi, pilihan bahan baku alam
simplisia adalah yang sangat penting. Simplisia harus diperiksa secara
keseluruhan sebelum diekstraksi seperti pemeriksaan dari segi botani, fitopatologi,
aspek kimia dan bahan berkhasiat. Peraturan yang paling akhir mensyaratkan agar
supaya perbandingan tersebut berada pada rentang yang sempit, tetap dari suatu
sediaan terhadap sediaan lain; yang berarti harus diawali dari bahan baku yang
sudah distandarisasi.
Jika tanaman yang akan diekstraksi berasal dari tanaman liar, maka secara
spesifik harus dinyatakan daerah asal, waktu pemanenan, kondisi pengeringan dan
kondisi penyimpanan dan pada tahap ekstraksi beberapa batch harus digabungkan
agar diperoleh suatu campuran homogen.
2.13 Penggilingan Tanaman Obat
a. Konsep umum dan tujuan penggilingan
Penggilingan atau penghalusan tanaman obat adalah penurunan ukuran atau
penghalusan secara mekanik dari bahan tanaman tertentu menjadi unit sangat
kecil. Tahap ini merupakan tahap pertama dari pengolahan tanaman obat. Dalam
proses penggilingan/penghalusan, homogenitas ukuran partikel merupakan
parameter utama karena akan mempengaruhi keseragaman tahapan ekstraksi
18
bahan aktif, yang tergantung pada kecepatan difusi zat aktif dari granul (serbuk)
tanaman obat menuju pelarut, waktu kontak, kecepatan pelarut melewati bahan
serbuk tanaman obat, dan aspek lainnya.
Apabila tidak ada hambatan teknis , misalnya terbentuk musilago (larutan
enjadi kental) yang akan menghalangi filtrasi pelarut melalui bahan tanaman,
maka lazimnya menurut pengalaman derajat kehalusan serbuk adalah serbuk
dengan diameter lebih kurang 0,5 mm. Ukuran ini biasanya cukup sesuai bila
menggunakan alat ekstraksi modern, dalam mana biasanya dilakukan ekstraksi
berkesinambungan.
Untuk ekstraksi bahan tanaman segar, masalah penggilingan sangat terkait
dengan masalah stabilitas kimiawi dari bahan aktif yang diekstraksi. Cukup
banyak tanaman segar yang saat dilakukan pemerasan untuk mendapat sari
perasan mengalami perubahan seperti hidrolisi, oksidas, yang pada umumnya
berkaitan dengan pelepasan enzim dari sel tanaman. Sebagian masalah ini masih
dapat diatasi dengan penambahan inhibitor enzim spesifik terhadap obat, atau
dengan menggunakan bahan yang sebelumnya telah didinginkan pada suhu 250 C.
b. Peralatan untuk penggilingan (penghalusan) tanaman obat.
Diantara alat penggiling standar yang luas digunakan adalah jenis alat standar
yang dikenal dengan nama alat penggiling palu (Hammer Mill). Alat ini
merupakan mesin yang kokoh untuk memecah bongkahan bahan yang rapuh
dengan prinsip menggunakan pemalu yang berputar 3600 . Penggiling palu ini
terdiri dari suaturotar pada mana terkait 4 pendulum penghancur.
Selain itu, ada pula penggiling pisau yang beroperasi dengan cara memotong
bahan yang dimasukkan ke dalam ruang penampung, dimana pisau pisau dapat
bergerak secara vertical atau horizontal. Penggiling ini sangat sesuai untuk
menggiling daun, kulit (cortex) dan akar yang selanjutnya dalam diekstraksi
secara maserasi dan perkolasi.
Penggiling lain untuk tanaman obat aalah dengan melewatkan bahan melalui
sesuatu system yang mempunyai suatu piringan bergeligi yang apat beroperasi
19
baik secara horizontal maupun vertical. Penggiling jenis ini sangat sesuai untuk
menggiling biji biji yang keras ataupun bahan yang sebelumnya sudah dipotong.
2.14 Ekstraksi Tanaman Obat
a. Pengertian
Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau
bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Didalam proses ekstraksi padat-
cair ini, berlangsung 2 proses secara parallel: Pelepasan bahan yang diekstraksi
dari sel yang telah rusak dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses
difusi. Proses difusi biasanya akan ditingkatkan apabilasel tanaman mengalami
perlakuan dengan air, atau pelarut yang mengandung air, yang akan menyebabkan
terjadinya pengembangan (swelling) sel sehingga terjadi peningkatan
permeabilitas atau pecahnya dinding sel.
b. Prosedur Ekstraksi
1. Maserasi Statik dan Dinamik
Cara ini sesuai untuk proses jumlah kecil dan skala industry.
2. Ekstraksi Secara Perkolasi Sederhana atau Berkesinambungan
Pada Perkolasi sederhana atau berkesinambungan, sasaran proses ini adalah
untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total menggunakan pelarut
segar tetapi proses ini memakan waktu (lama) dan mahal karena dibutuhkan
sejumlah besar pelarut. Namun demikian, masih dapat diatasi dengan
menggunakan lebih dari satu perkolatar dan hasil perkolasi yang masih belum
jenuh tersebut digunakan untuk perkolasi unit selanjutnya. Prinsip ini sebenarnya
merupakan pendahuluan dari ekstraksi aliran berlawana arah secara kontinu
(Continous Counter Current) yang mana tanaman segar berkontak dengan pelarut
yang sudah mengandung solute dan pelarut base ditambahkan pada tanaman yang
sudah diekstraksi secara parsial.
3. Perkolasi dan Reperkolasi
20
Dalam proses perkolasi, proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari
kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konstanta difusi obat pelarut. Karena
simplisia diletakkan dalam bentuk lapisan tebal dalam percolator, pertama
tanaman dibasahi dengan pelarut ekstraksi dan dibiarkan membengkak sebelum
dimasukkan ke dalam percolator.
Simplisia yang sudah dibasahi tersebut dimasukkan ke dalam percolator
dengan system pemasokan spiral, sesudah pembentukan lapisan ditutup dengan
pelarut. Pada unit percolator besar, pelarut dibuat selalu dalam keadaan mengalir
dengan system pompa dan aliran tersebut bergerak dari bawah menuju bagian atas
untuk secepatnya mencapai kesetimbangan dan ekstraksi dapat disempurnakan
dengan system refluks lemah, di bawah tekanan pada suhu kamar.
4. Ekstraksi Berlawanan Arah (Counter Current)
Pada ekstraksi berlawanan arah, simplisia bergerak berlawanan arah dengan
pelarut. Simplisia memasuki percolator bertemu dengan pelarut yang sudah
diperkaya dan kemudian dipisahkan/ dikeluarkan , bertemu dengan pelarut segar.
Ekstraktor kontinu yang banyak digunakan adalah ekstraktor baling baling, pada
mana simplisia dan pelarut bergerak berlawanan arah , misalnya pada ekstraktor
Carousel dan bentuk U.
Pada mana bahan ditutup dalam subunit percolator, bergerak dan diekstraksi
pada pertemuan pelarut dengan berbagai tingkat kejenuhan. Pada ekstraktor baling
baling ditemukan aliran kontinu berlawanan arah secara absolut, pada ekstraktor
turbo atau sentrifus dicapai suatu alirankontinu berlawanan arah. Pada ekstraktor
kontinu, parameter penting dan kritis adalah simplisia yang akan diekstraksi dan
yang paling utama adalah ukuran partikel kecuali untuk ekstraktor yang
dilengkapi dengan decanter, dimana umumnya kuantitas pelarut berjumlah besar
dan selanjutnya diikuti penyaringan.
2.15 Pemekatan Ekstrak
a. Aspek Umum
21
Sesudah dilakukan ekstraksi simplisia, akan dihasilkan larutan yang
mengandung fraksi terlarut. Jika tahap selanjutnya bertujuan untuk mendapat
komponen tertentu, lazimnya dilakukan proses pemekatan atau proses ekstraksi
cair/cair. Ekstrak tersebut kemungkinan:
1. Dipekatkan secara parsial atatu secara total;
2. Dipekatkan secara parsial atau diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai
untuk dikonversi menjadi ekstrak yang dimurnikan;
3. Dipekatkan secara parsial atatu diekstraksi menggunakan pelarut terpilih
untuk isolasi bahan aktif tertentu;
4. Diekstraksi langsung tanpa pemekatan, utuk isolasi produk tertentu.
b. Peralatan untuk pemekatan ekstrak
Di industry, untuk larutan berjumlah besar, salah satu alat konsentrator yang
digunakan secara luas, alat yang dikenal dengan nama konsentrator Robert.
Konsentrator ini terdiri dari tabung konsentrator yang tersusun secara konsentrik.
Tabung dipanaskan dengan uap air panas dari luar, dan larutan yang sedang
dipekatkan melewati tabung. Dalam perjalanan melewati tabung, berlangsung
evaporasi dan pelarut dipisahkan dari cairan dalam suatu ruang pemisah dan akan
melewati suatu pendingin.
Konsentrator jenis baru yang banyak digunakan dalam pengolahan bahan alam
adlaah konsentrator film menurun, lapis tipis atau plat. Evaporator Lapis Tipis
dasarnya terdiri dari suatu batang silinder, dipanaskan dari luar, pada mana suatu
rotar berputar. Pada evaporator film, perubahan fasa terjadi pada lapisan sangat
tipis caira. Volume larutan terlihat sangat kecil dank arena itu waktu keberadaan
dalam alat sangat singkat. Bila beriperasi dalam keadaan vakum yang berarti
dibutuhkan temperature evaporasi rendah, dalam hal ini dimungkinkan untuk
mengolah produk yang peka terhadap panas.
Selain konsentrator film vertical ada pula model horizontal. Perbedaan anatar
keduanya ada pada cara pengaturan aliran larutan melalui ruang evaporasi. Pada
jenis vertical, kecepatan lewat larutan sebagian diatur oleh daya gravitasi,
sedangkan pada jenis horizontal, ketebalan lapis tipis dan waktu tinggal dapat
22
dikendalikan dengan cara mengatur jarak antara sekop rotar dan permukaan
silinder yang dipanaskan. Jenis lain evaporasi sesuai untuk menguapkan zat
termolabil adalah system pelat, pada mana suatu permukaan kontak panas akan
membantu evaporasi.
2.16 Pemurnian Ekstrak
a. Tinjauan Umum
Pemurnian ekstrak adalah perlakuan ekstraksi cairan untuk menghilangkan
residu simplisia atau bahan yang tidak diperlukan selama proses. Zat inert yang
terekstraksi terutama pada proses maserasi panas, sering meningkatkan terjadinya
flokulasi atau membentuk endapan pada proses pendinginan sehingga larutan
menjadi keruh atau tidak homogeny.
Oleh karena sediaan farmasi tidak boleh mengandung partikel padat asing
selain ekstrak, maka dalam hal ini harus dilakukan klarifikasi (penyaringan ).
Aspek lain pemurnian ekstrak adalah pengurangan jumlah knadungan bakteri
pencemar. Hal ini memerlukan penanganan khusus.
b. Peralatan untuk Klarifikasi ekstrak
Dua jenis alat penyaring untuk klarifikasi ekstrak adalah: 1. Penyarng untuk
penyaringan sederhana atau penyaring dengan tekanan dan 2. Separator (pemisah)
sentrifugal dan decanter (alat untuk dekantasi). Alat untuk penyaringan ekstrak
biasanya bekerja dengan menggunakan tekanan. Cairan ditekan menggunakan
pompa memasuki suatu seri kompartemen penyaring yang sesuai untuk
menangani bahan yang akan dihilangkan. Sistem penyaring ini digunakan,bila
tidak ada rencana untuk bekerja secara kontinu., bila jumlah partikel tersuspensi
kecil dam partikel padat sangat halus.
2.17 Pengeringan
a. Aspek Umum dan Deskripsi Peralatan
Menurut pengalaman, jika ekstrak kering dibuat secara benar maka ekstrak
kering sangat sesuai untuk pembuatan sediaan farmasi. Bila produk
23
terkontaminasi dapat disterilkan dengan penyinaran dengan sinar gamma. Hal ini
akan sulit dilakukan pada larutan karena akan terjadi suatu seri reaksi radikal.
Ada beberapa macam alat untuk memperoleh ekstrak kering, mulai dari
pengering vakum dingin (vaccum freeze dryers) untuk produk yang termolabil
sampai alat pengering vakum tradisional. Yang aling luas digunakan saat ini
adalah atomizer, dapat digunakan untuk produksi skala kecl dan skala besar.
Atomizer menjadi alat pengering pilihan, terutama jika pelarut yang akan
diuapkan adalah air.
Pengering cabinet bekerja secara tidak kontinu. Pada pengeringan bertekanan,
bahan yang dikeringkan biasanya membentuk lapisan pada baki pengering yang
disusun dalam lemari pengering atau melekat pada elemen ruang pengering, pada
mana cairan pemanasan disirkulasikan. Temperature operasi biasanya berkisar
antara 600 C-800 C. Pelarut yang diuapkan dieliminasi secara konveksi. Alat ini
hanya bisa digunakan untuk zat yang stabil.
2.18 Standardisasi Ekstrak
Obat dari tanaman biasanya distandardisasikan berdasarkan 10 hal berikut:
a. Pengujian makro dan mikroskopis untuk identitas;
b. Kemungkinan kromatografi tipis untuk pengujian identitas;
c. Pemeriksaan zat asing organic dan anorganik;
d. Pennetuan susut pengeringan dan kandungan air;
e. Penentuan kadar abu;
f. Penentuan serat kasar;
g. Penentuan kadar komponen terekstraksi;
h. Penentuan kadar bahan aktif (jika sudah diketahui);
i. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri pathogen;
j. Pemeriksaan residu pestisida.
24
1. Ekstrak Kering
Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan
dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diingini menurut
cara cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan
kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan penambahn inert, ada 2
cara yang dapat dilakukan:
a. Ekstrak cair dipekatkan menurut cara/ metode yang diuraikan dalam
farmakope, sampai diperoleh ekstrak kental dan kemudian ditimbang;
b. Ekstrak cair diuapkan sampai kering. Jika ekstrak berjumlah kecil, ekstrak
digerus dengan bahan penambah. Bila jumlah ekstrak banyak, ekstrak harus
digerus sehalus mungkin dan baru dicampur dengan bahan penambah yang
sudah diperhitungkan untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.
Menurur Herfendel dan Lauder, ekstrak dan tingtur harus dipandang sebagai
satu kesatuan bahan aktif obat yang akan digunakan untuk sediaan farmasi, bukan
hanya melihat komponen individual bahan aktif aja. Akibatnya jika terjadi variasi
yang sangat besar antara komponen bahan aktif dalam sediaan ekstrak dan tingtur,
variasi kandungan bahan aktif harus berada dalam rentang nilai yang sempit.
2.19 Stabilisasi Dan Stabilitas
Stabilisasi sediaan fitofarmako merupakan paya untuk menjamin kualitas atau
stabilitas tetap terjaga. Stabilitas berarti keadaan tidak terganggu/ terurai dari
sediaan yang disimpan menurut cara penyimpanan atau cara penyimpanan spesifik
dari karena kondisi transportasi
Metode stabilisasi.
a. Pengeringan
Gangguan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berlangsung dalam keadaan
cair sehingga pengeringan sediaan fitofarmaka dan tetap membiarkan sediaan
dalam keadaan kering adalah cara praktis yang terbaik. Sisa kelembaban dari
ekstrak kering biasanya dibatasi sampai 5 % saja. Kadar kelembaban 3 % ternyata
tidak praktis, karena ekstrak cenderung menarik air dari udara lingkungannya.
25
Kesetimbangan residu kelembaban 6-7% akan dicapai ekstrak yang disimpan
pada suhu kamar dan kelembaban suhu kamar. Gangguan fisika akan tercapai
pada kondisi penyimpanan seperti diatas. Proses kimia seperti reaksi enzimatik
terjadi jika kelembaban lebih kurang 10%. Gangguan mikrobiologi biasanya
berupa perkembangbiakan bakteri yang ada dalam produk sehingga mencapai
nilai batas yang tidak dapat diterima juga sangat tergantung pada kelembaban
dalam produk. Ketergantungan pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aw (aw =
tekanan uap air diatas substrat, tekanan uap air murni) atau aktivitas air.
b. Stabilisasi Sediaan Cair
Gangguan berikut relative mudah dikenali; Gangguan fisika seperti
pembentukan sedimen, perubahan warna dan sebagainya. Gangguan karena
pertumbuhan mikroba, dikenal karena terjadinya pembentukan “pellicle” jamur,
terbentuknya kekeruhan atau terbentuknya sedimen, dapat sangat mudah
mengganggu penampilan, rasa, dan bau sediaan. Gangguan kimia yang lain seperti
penguraian hidrolitik, rasemisasi, oksidasi dan lainnya hanya dapat terdeteksi
dengan alat kimia analitik (instrument) dan peeaksi kimia.
Alternatif untuk pengawetan sediaan cair adalah menggunakan pengawet
sediaan farmasi yang lazim dengan catata: dietilpirokarboksilat sudah tidak
diizinkan penggunaannya karena kemungkinan akan membentuk karsinogenik
uretan dengan asam amino bebas atau amin dalam substrat.
2.20 Formulasi Ekstrak Tanaman Jadi Bentuk Sediaan
Sebelum dikembangkan untuk formulasi sediaan farmasi, ekstrak harus
dilakukan perlakuan terlebih dahulu seperti menghilangkan lemak (defatting) dan
inaktivasi enzim, dimana tujuan utamanya adalah:
a. Menghilangkan bahan tidak aktif berupa minyak dan lemak yang akan
menghalangi untk mendapatkan / membuat ekstrak kering dan selanjutnya
pembuatan sediaan farmasi berbentuk padat;
b. Menghentikan degradasi enzim bahan berkhasiat.
26
Ekstrak tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu
ekstrak total dan ekstrak yang dimurnikan. Terminologi total atau ekstrak
tradisional menunjukkan ekstrak yang mengandung semua bahan terekstraksi
yang diperoleh dengan penarikan menggunakan suatu pelarut; lazimnya air atau
hidroalkohol. Ekstrak yang dimurnikan berarti ekstrak yang tidak mengandung zat
zat yang tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi aktivitas. Ekstrak yang
dimurnikan kemungkinan diperoleh dengan cara menghilangkan zat inert menurut
berbagai cara (menghilangkan lemak, dilewatkan melalui resin absorpsi) sesudah
ekstraksi primer.
Terminologi zat inert terutama digunakan untuk resin, lemak, gula gula,
semua bahan yang merupakan penghalang/penghambat utama dalam pembuatan
sediaan farmasi, terutama bentuk sediaan padat, karena bersifat higroskopis,
lengket, sehingga menimbulkan banyak masalah dalam formulasi.
2.21 Pengontrolan Ekstrak
Masalah pengontrolan ekstrak ada 2 aspek: pengontrolan ekstrak sendiri dan
pengontrolan ekstrak sebagai konstituen sediaan farmasi jadi (bentuk sediaan).
Jenis pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak yang pokok ada 4:
a. Untuk menentukan karakteristik fisik;
b. Untuk standardisasi kualitatif;
c. untuk pengotor potensial dan jumlah;
d. cemaran mikroba total.
Keempat jenis pengujian ini adalah relevan pada waktu formulasi menjadi
bentuk sediaan. Masalah lain yang penting dalam melakukan control suatu ekstrak
adalah menentukan kandungan total mikroba aerobic.
2.22 Standarisasi Bahan Alam
Standarisasi merupakan rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode
analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu
27
ekstrak alam. Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi
yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen.
Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis
yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air,
cemaran logam berat, aflatoksin, dan lain sebagainya. Parameter spesifik :
berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap
aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif
a. Parameter non spesifik ekstrak
1. Bobot jenis
Bobot jenis adalah massa per satuan volume yang diukur pada suhu kamar
tertentu (25°C) menggunakan alat khusus piknometer atau lainnya. Bobot jenis
terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.
Metode Piknometer yaitu piknometer bersih dan kering ditimbang (W0).
Kemudian kalibrasi dg menetapkan bobot piknometer dan bobot air yg baru
dididihkan pada suhu 25°C kemudian ditimbang (W1). Ekstrak cair diatur
suhunya 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan
ekstrak, atur suhu piknometer yg berisi ekstrak pada 25°C kemudian timbang
(W2).
2. Kadar Air
Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan dengan
tujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air
dalam bahan.
Metode destilasi toluen dengan cara Jenuhkan toluen dengan air, kocok, diamkan
dan buang lapisan airnya. Sebanyak 10 g ekstrak masukkan ke dalam labu alas
bulat dan tambahkan toluen yg telah jenuh air. Labu dipanaskan selama 100
28
menit, setelah toluen mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik.
Setelah semua toluen mendidih, dilanjutkan pemanasan selama 5 menit.
Kemudian, dinginkan tabung sampai temperatur kamar. Setelah air dan toluen
memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen thd
berat ekstrak awal. Replikasi 3 kali
3. Kadar Abu
Memanaskan ekstrak pada temperatur tertentu dimana senyawa organik dan
turunannya menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik dengan
tujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang
berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak, untuk mengetahui
kemurnian ekstrak dan kontaminasi bias ditetapkan dengan metode penetapan
kadar abu sebagai berikut :
a. Metode penetapan kadar abu total
Pijarkan krus silikat, kemudian timbang (W0). Masukkan 1g ekstrak ke dalam
krus (W1). Ekstrak dipanaskan dalam tanur dengan meningkatkan suhu secara
bertahap hingga 600±25°C hingga arang habis, kemudian timbang hingga bobot
tetap (W2).
b. Metode penetapan kadar abu larut asam
Abu yg diperoleh pd penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25mL asam
sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yg tdk larut, saring dg kertas
saring bebas abu dan residunya dibilas dg air panas. Abu yg tersaring beserta
kertas saringnya dimasukkan dlm krus, kemudian dipanaskan dalam tanur
(panaskan perlahan hingga 600±25°C), hingga arang habis, kemudian ditimbang
hingga bobot tetap (W3)
4. Sisa Pelarut
Sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin
terdapat dalam ekstrak. Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa selama
proses tidak meninggalkan sisa pelarut yg seharusnya tidak boleh ada. Penentuan
kadar sisa pelarut ini berguna dalam penyiapan ekstrak dan kelayakan ekstrak
untuk formulasi.Batas : < 1% untuk etanol.
29
Metode nya yaitu timbang 2 g ekstrak etanol, larutkan dalam 25mL aq
kemudian masukkan dlm labu destilasi. Atur suhu destilat 78,5°C, lakukan
destilasi sehingga tidak ada yg menetes lagi (±2jam). Tambahkan aquadest 25mL
aq, tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25°C.
5. Cemaran Mikroba dan aflatoksin
Cemaran mikroba dan alfatoksin adalah penentuan adanya mikroba patogen
secara analisis mikrobiologi. Tujuannya memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen
melebihi batas yang ditetapkan.
•Analisis dilanjutkan secara kuantitatif dg HPLC
•Batas ≤ 20μg/kg ekstrak
6. Cemaran Logam Berat
Merupakan penentuan kandungan logam berat dalam suatu ekstrak, sehingga
dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu
(Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan.
b. Parameter spesifik ekstrak
1. Identitas
Meliputi : deskripsi tata nama, nama ekstrak, bagian tanaman yg digunakan,
dan nama indonesia tanaman
2. Organoleptis
Penggunaan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan
rasa guna pengenalan awal yang sederhana
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah
larutan yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetric
Pelarut lain yg digunakan : heksan, diklormetan, methanol. Tujuan : memberikan
gambaran awal jumlah senyawa kandungan
Metode nya yaitu Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25mL pelarut
dengan menggunakan labu bersumbat selama 24 jam dg digojog terus menerus
selama 6 jam pertama. Kemudian diamkan selama 18 jam dan disaring dengan
30
cepat untuk menghindari penguapan. Filtrat sebanyak 5mL diuapkan dalam cawan
dangkal beralas datar yg telah ditara (W0) dg cara didiamkan smp pelarutnya
menguap dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot
tetap (W2) Kadar senyawa larut pelarut ttt : (W2-W0/W1)x100%
4. Uji kandungan kimia ekstrak
a. Pola kromatogram
Bertujuan memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia
berdasarkan pola kromatogram yang khas (analisis finger print)
Metode yang biasa digunakan : KLT atau HPLC
b. Kadar kandungan kimia tertentu
Suatu kandungan kimia baik berupa senyawa identitas (marker), senyawa
kimia utama, maupun kandungan kimia lainnya, ditetapkan kadar kandungan
kimianya secara instrumental dengan metode kromatografi.
Metode yg digunakan : densitometri, HPLC, atau GC.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa standarisasi
krim dan salep Menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) tahun 2006
harus memenuhi persyaratan yang meliputi bahan pengemas, kegiatan
pengemasan, pra-kodifikasi bahan pengemas, kesiapan jalur, praktik pengemasan
dan penyelesaian kegiatan pengemasan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Cara Pembuatan Obat Baru (CPOB). Depkes RI. Jakarta. BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Priyambodo, B . 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka
Utama. Yogyakarta.
33