39
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Bodnar (2000 : 01) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat adiartikan bahwa system merupakan penunjang dalam pencapaian suatu tujuan. James (2007 : 6), menyatakan bahwa sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama. Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terjadi dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan adanya sistem maka kegiatan operasional perusahaan diharapkan berjalan lancar dan terkoordinir sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Mulyadi (2008 : 03), menyatakan bahwa sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Lebih lengkapnya sistem dapat diartikan sebagai berikut : a. Sistem terdiri dari unsur-unsur b. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan c. Unsur-unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem

BAB2 landasan teori

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktek kerja lapangan

Citation preview

Page 1: BAB2 landasan teori

BAB II

LANDASAN TEORI

             2.1              Sistem

             2.1.1        Pengertian Sistem

Menurut Bodnar (2000 : 01) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan sumber

daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dapat adiartikan bahwa system

merupakan penunjang dalam pencapaian suatu tujuan.

James (2007 : 6), menyatakan bahwa sistem adalah kelompok dari dua atau lebih

komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.

Setiap sistem akan lebih dapat dipahami jika dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terjadi

dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Dengan adanya sistem maka kegiatan operasional

perusahaan diharapkan berjalan lancar dan terkoordinir sehingga dapat mencapai hasil yang

diharapkan.

Menurut Mulyadi (2008 : 03), menyatakan bahwa sistem adalah jaringan prosedur yang

dibuat menurut pola terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Lebih lengkapnya

sistem dapat diartikan sebagai berikut :

a.       Sistem terdiri dari unsur-unsur

b.      Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dari sistem yang bersangkutan

c.       Unsur-unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem

Suatu sistem merupakan bagian dari sistem yang lainMenurut Mardi (2011 : 5)

menyatakan bahwa sistem merupakan satu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan memiliki

bagian-bagian yang saling berinteraksi satu sama lain dan sebuah sistem harus memiliki dua

kegiatan, pertama adanya masukan (input) yang merupakan sebagai sumber tenaga untuk dapat

beroperasinya sebuah sistem, kedua adanya kegiatan opersional (proses) yang mengubah

masukan menjadi keluaran (output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran/target pengoperasian

suatu sistem). Dengan adannya sistem semua kegiatan dapat terorganisasi karena adanya

pemisahan wewenang.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem terdiri dari unsur-unsur atau

elemen-elemen dari suatu kumpulan tertentu yang saling berhubungan dalam rangka mencapai

tujuan yang dilakukan perusahaan.

Page 2: BAB2 landasan teori

            2.1.2        Karakteristik Sistem

Menurut Mulyadi ( 2008 : 7 ) karakteristik sistem terdiri dari :

1.      Komponen Sistem ( Component)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerja sama

membentuk suatu komponen sistem atau bagian-bagian dari sistem.

2.      Batasan Sistem ( Boundary )

Merupakan daerah yang membatasi suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan

lingkungan kerjanya.

3.      Sub Sistem

Bagian-bagian dari sistem yang beraktivitas danberinteraksi satu sama lain untuk mencapai

tujuan dengan sasarn masing-masing.

4.      Lingkungan Luar Sistem ( Environment )

Suatu sistem yang ada di luar batas sistem yang dipengaruhi oleh operasi sistem.

5.      Penghubung Sistem ( Interface )

Media penghubung antara suatu subsistem dengan subsistem lain. Adanya penghubung ini

memungkinkan berbagai sumber daya mengalir dari suatu subsistem ke subsistem lainnya.

6.      Masukan Sistem ( Input )

Energi yang masuk ke dalam sistem, berupa perawatan dan sinyal. Masukan perawatana adalah

energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat berinteraksi.

7.      Keluaran ( Output )

Hasil energi yang diolah dan di klasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa

pembuangan.

8.      Pengolahan Sistem ( Process )

Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi

keluaran.

9.      Sasaran Sistem ( Object )

Tujuan yang ingin dicapai oleh sistem, akan dikatakan berhasil apabila mengenai sasaran atau

tujuan.

 

             2.2              Sistem Akuntansi

Page 3: BAB2 landasan teori

Menurut Mulyadi (2008 : 03) sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang

diciptakan untuk mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisa, mengelompokkan, mencatat

dan melaporkan transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertangggung jawaban

aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.

Sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan pembuatan metode dan catatan yaitu

mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah, menggambarkan transaksi secara tepat

waktu dan cukup rinci sehingga memungkinkan pengelompokan transaksi secara semestinya

untuk pelaporan keuangan.

             2.2.1        Pengertian Sistem Akuntansi

Menurut Marom (2000 : 29) sistem akuntansi adalah formulir, catatan, prosedur dan alat

yang digunakan untuk mengelola data suatu usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk

menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan-laporan yang diperlukan manajemen untuk

mengawasi usahanya, dan bagi pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur

dan lembaga pemerintah untuk menilai haisl operasi. Sedangkan pengertian ini mengartikan

bahwa sistem akuntansi merupakan suatu alat yang dapat digunakan sebagai alat pengawasan

yang dapat digunakan perusahaan untuk pengendalian internalnya.

Menurut Bodnar (2000 : 181) sistem akuntansi adalah suatu organisasi yang terdiri dari

metode atau catatan yang dibuat untuk mengidentifikasi mengumpulkan, menganalisis, mencatat,

dan melaporkan transaksi-transaksi orang dan menyelenggarakan pertanggung jawaban bagi

aktiva dan kewajiban yang berkaitan. Hal ini mengemukakan bahwa sistem akuntansi terdiri dari

beberapa metode yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah informasi akuntansi

Menurut Mulyadi (2008 : 03) sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan

laporan yang dikordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang

dibutuhkan oleh manajemen perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sehingga,

sistem dapat dikatakan sebagai kumpulan dari formulir, catatan, dan laporan yang dapat

menghasilkan informasi bagi yang menggunakannya.

.Pengertian-pengetian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akuntansi merupakan

suatu kesatuan untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mengiktisarkan tentang berbagai

transaksi perusahaan yang dapat digunakan untuk membuat pimpinan dan manajemen dalam

Page 4: BAB2 landasan teori

menangani jalannya operasi perusahaan, sistem akuntansi adalah formulir, catatan yang terdiri

dari jurnal, buku besar dan pembantu serta laporan.

            2.2.2        Tujuan Sistem Akuntansi

Menurut Mulyadi (2008 : 19) secara umum tujuan dari sistem akuntansi adalah sebagai

berikut :

1.      Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru.

Sistem akuntansi adalah sebuah sarana sebagai sumber informasi bagi suatu organisasi.

2.      Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu,

ketepatan penyajian, maupun struktur formasinya.

3.      Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki

tingkat keandalan informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai

pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan

4.      Untuk mengurangi biaya krelikal dalam menyelenggarakan catatan akuntansi.

           2.2.3        Unsur-unsur Pokok Sistem Akuntansi

Dokumen Pendukung

Laporan KeuanaganDokumen Sumber

JurnalBuku PembantuBuku BesarUnsur-unsur sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar dan buku pembantu serta laporan keuangan. Berikut ini diuraikan lanjutan pengertian dari masing-masing unsure sistem akuntansi.

Gambar 2.1 Unsur-unsur Sistem Akuntansi Pokok

Page 5: BAB2 landasan teori

Sumber: Mulyadi (2008)

1.      Formulir

Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir tersebut

disebut dengan dokumen. Karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi didalam organisasi

direkam diatas selembr kertas. Formulir seribg disebut dengan istilah media, karena formulir

merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan.

Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai

dasar pencatatan dalam catatan. Adapun cotuh formulir ini adalah faktur penjualan, bukti kas

keluar dan cek.

2.      Jurnal

Merupakan catatan akuntansi pertama yng digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan dan

meringkas data keuangan serta data lainnya. Seperti yang telah disebut di atas, sumber informasi

pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama

kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang akan

disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkas data, yang

hasil peringkasannya kemudian diposting ke rekening bersangkutan ke dalam buku besar.

Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, pembelian,penjualan, dan jurnal umum.

3.      Buku Besar

Terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah

decatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai

dengan unsure informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini

disatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, dan di lain

pihak dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan

keuanagan.

4.      Buku Pembantu

Jika data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannnya lebih lanjut,

dapat dibentuk buku pembantu. Buku ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci

data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dibuku besar. Buku besar dan buku

pembantu disebut juga sebagai catatan akuntansi akhir karena setelah data akuntansi dicatat

dalam buku besar tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuanagan,

buka pencatatan lagi kedalam akuntansi.

Page 6: BAB2 landasan teori

5.      Laporan Keuangan

Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya

pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar hutang yang akan

dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya dan lain sebagainya. Dalam laporan

ini berisi informasi yang merupakan keluaran dari suatu system akuntansi yang berbentuk hasil

cetak computer.

            2.3              Prosedur

            2.3.1        Pengertian Prosedur

Menurut Cole yang diterjemahkan oleh Baridwan (2003:3) menerangkan bahwa prosedur

merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan-pekerjaan kerani (clerical) biasanya melibatkan

beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih disusun untuk menjamin adanya perlakukan yang

seragam transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. Suatu pekerjaan yang melibatkan

banyak orang bila tidak dipisahkan pembagiannya, dengan pekerjaan yang banyak, akan sulit

agar tujuan dari aktivitas dalam suatu organisasi akan tercapai. Maka dari itu pemisahan dan

tahap-tahap dalam pengerjaannya itu dapat diartikan sebagai prosedur.

Menurut Marom (2005:1) yang dimaksud prosedur adalah urutan-urutan pekerjaan yang

biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, untuk menjamin adanya

perlakuan seragam terhadap peristiwa atau kejadian yang berlangsung berulang-ulang. Suatu

kegiatan yang yang telah dibagi-bagi pada beberapa fungsi akan menimbulkan kegiatan yang

berulang-ulang tersebut dapat dilakukan secara konsisten dan meminimalisir kesalahan. Hal ini juga

dapat diartikan sebagai prosedur.

Menurut Ardiyos (2006:457) definisi prosedur yaitu suatu klerikal, biasanya melibatkan

beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin penanganan secara

seragam terhadap transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. Pengertian

prosedur ini lebih menitik beratkan pada keseragaman pelaksanaan kegiatan dan waktu yang telah

ditetapkan serta dilaksanakan secara seragam oleh beberapa orang yang telah ditetapkan bagiannya.

Menurut Sumadji & Rosita (2006:527) posedur adalah tahapan kegiatan untuk menyelesaikan

suatu aktivitas, prosedur merupakan metode yang dilakukan secara rinci dalam usaha untuk

memecahkan suatu permasalahan. Pengertian prosedur di sini menerangkan bahwa prosedur adalah

Page 7: BAB2 landasan teori

cara yang dilaksanakan secara rinci agar kegiatan demi kegiatan dan dapat digunakan sebagai alat

pemecahan masalah.

Pengertian prosedur menurut Susanto (2004:198) menyatakan bahwa “Prosedur adalah

rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama”.

Aktivitas atau kegiatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh manusia atau teknologi atau

hal-hal lain yang dapat menciptakan suatu hasil, misalnya pencapaian tujuan organisasi. Kata

‘berulang-ulang’ merupakan suatu kondisi dar i suatu aktivitas yang terjadi tidak hanya sekali

dan terus menerus.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:899) menjelaskan bahwa “Prosedur

adalah tata cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh atau dipenuhi sebagai suatu syarat

untuk mendapatkan sesuatu”. Tata cara adalah suatu peraturan atau ketentuan yang dilakukan

tahap demi tahap dan sesuai alur yang telah ditentukan. Sedangkan syarat merupakan suatu

keharusan/tuntutan yang harus dipenuhi.

Menurut Mulyadi (2008:5) menyatakan bahwa “Prosedur adalah suatu kegiatan yang

melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin

penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang”.

Departemen merupakan bagian dari suatu organisasi atau perusahaan yang di pimpin oleh

seorang ketua dari bagian tersebut.

Pengertian prosedur menurut Nafarin (2009:9) menjelaskan bahwa prosedur adalah

urutan-urutan seri tugas yang saling berkaitan dan di bentuk guna menjamin pelaksanaan kerja

yang seragam. Urutan yang saling berkaitan yang berarti suati kegiatan tidak akan berjalan

apabila kegiatan sebelumnya belum selesai dilaksanakan dan hal ini di bentuk untuk menjamin

pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara bersamaan.

Berdasarkan uraian mengenai definisi prosedur diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

prosedur adalah bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkain dari beberapa tahapan suatu

tindakan secara sistematis dan jelas dimana melibatkan setiap bagiannya untuk menjamin agar suatu

kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang telah sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

 

              2.3.2        Karakteristik Prosedur

Page 8: BAB2 landasan teori

Karakteristik prosedur yang dikemukakan oleh (Mulyadi, 2008:6) diantaranya sebagai

berikut:

1.      Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.

Dengan adanya prosedur, suatu organisasi dapat mencapai tujuannya karena melibatkan beberapa

orang dalam melakukan kegiatan operasional organisasinya dan menggunakan suatu penanganan

segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi. Hal ini akan mempengaruhi kinerja organisasi

dalam mencapai tujuan organisasi. Semakin baik prosedur itu dijalankan semakin menunjang

pula prosedur itu dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut.

2.      Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan-pengawasan yang baik, dan menggunakan

biaya yang seminimal mungkin.

Pengawasan atas kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik karena kegiatan tersebut berjalan

sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.Selain itu, biaya yang digunakan untuk melakukan

kegiatan tersebut dapat diatur seminimal mungkin karena kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

aturan yang telah ditetapkan.

3.      Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.

Dalam suatu prosedur yang dilaksanakan oleh suatu organisai dalam menjalankan segala

kegiatannya, biasanya prosedur tersebut menunjukan rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan

dan rangkaian tindakan tersebut dilakukan seragam. Maksudnya adalah, prosedur terdiri dari

daftar urutan yang tertata tahap demi tahap dan sederhana dan mudah dimengerti untuk

pengguna prosedur tersebut.

4.      Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.

Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan keputusan yang harus

dilaksanakan oleh para bawahannya untuk menjalankan prosedur kegiatan yang sudah ada. Selain itu,

keputusan atas orang-orang yang terlibat dalam menjalankan prosedur tersebut, memberikan suatu

tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana tersebut sesuai dengan tugasnya

masing-masing. Maksudnya adalah, dalam prosedur sudah dapat pembagian tanggung jawab dari

fungsi-fungsi terkait beserta denga penetapan keputusan.

5.      Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.

Apabila prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku maka hambatan yang akan dihadapi oleh pelaksana kecil kemugkinan akan terjadi. Hal

ini menyebabkan ketetpatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tujuan organisasi yang

ingin dicapai oleh organisasi yang ingin dicapai oleh organisasi dapat terlaksana dengan cepat.

Page 9: BAB2 landasan teori

Maksudnya adalah, dengan penggunaan prosedur semua kegiatan yang termasuk ke dalam

bagian prosedur dalam pencapaian tujuan organisasi lebih efektif dan efesien dan meminimalisir

hambatan-hambatan yang dapat memperlambat pencapaian tujuan organisasi.

Jadi menurut penerangan yang sudah dijelaskan di atas, dapat di simpulkan bahwa

karakteristik prosedur dapat menunjang tercapainya tujuan dan menciptakan pengawasan.

Prosedur dapat menunjukkan urutan-urutan yang logis serta menunjukkan tidak adanya

keterlambatan dan hambatan. Sehingga dapat dikatakan prosedur memiliki karakter yang

melekat yaitu alat untuk mepermudah suatu kegiatan.

    

             2.3.3        Manfaat Prosedur

Menurut Mulyadi (2008:6) beberapa manfaat dengan adanya prosedur adalah :

1.      Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan di masa yang akan datang.

Jika prosedur yang telah dilaksanakan tidak berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi maka para

pelaksana dapat dengan mudah menentukan langkah-langkah yang harus diambil pada masa yang

akan datang.Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga

pencapaian tujuan organisasi tidak berhasil. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan prosedur,

itu akan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan tahap demi tahap untuk kelangsungan

kegiatan tersebut yang terjadi berulang-ulang agar lebih terarah dan konsisten.

2.      Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga menyederhanakan

pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.

Dengan prosedur yang dilaksanakan secara teratur, para pelaksana tidak perlu melakukan pekerjaan

secara berulang-ulang dan melakukan pelaksanaan kegiatan secara teratur dan rutin. Sehingga para

pelaksana dapat melaksanakan kegiatannya secara sederhana dan hanya mengerjakan pekerjaan yang

memang sudah menjadi tugasnya.

Dalam penggunaan prosedur itu terdapat penentuan keputusan dan pembagian tanggung jawab

terhadap fungsi-fungsi yang terkait, sehingga tiap-tiap fungsi hanya mengerjakan sesuai dengan

pembagian tanggung jawab tersebut.

3.      Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dapat dipatuhi oleh semua pihak

yang terkait.

Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para pelaksana mengetahui

tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui program kerja yang akam

Page 10: BAB2 landasan teori

dilaksanakan. Selain itu, program kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus

dilaksanakan oleh seluruh pelaksana.

Suatu program kerja yang jelas yang dapat dipatuhi oleh pihak terkait itu karena adanya

prosedur yang merupakan tahapan-tahapan yang harus di lakukan dengan benar dan dengan

fungsi yang terkait agar ada kestabilan dalam melakukan kegiatan dapat dilakukan dengan

mudah dan jelas.

4.      Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang efektif.

Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para pelaksana mengetahui

tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut dapat diketahui program kerja yang akam

dilaksanakan. Selain itu, program kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus

dilaksanakan oleh seluruh pelaksana.

Hal ini dikarenakan dengan menggunakan prosedur itu dapat meminimalisir biaya dalam

pengerjaannya dan waktu yang dibutuhkan akan lebih sedikit bila dibandingkan jika kita tidak

menggunakan prosedur.

5.      Dapat menyederhanakan pelaksanaan dalam pengambilan keputusan.

Biasanya suatu organisasi atau perusahaan membutuhkan cara yang efektif dan efesien dalam

pengambilan keputusan, prosedur memiliki karakter yang dapat menunjukkan adanya penetapan

keputusan dan tanggung jawab, maka prosedur akan menyederhanakan pelaksanaa dalam

pengambilan keputusan.

Jadi prosedur mempunyai beberapa manfaat untuk mempermudah langkah-langkah

kegiatan, mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin, menjadi petunjuk yang harus

dipatuhi, membantu meningkatkan produktivitas kerja serta mencegah terjadinya penyimpangan.

Dari beberapa manfaat prosedur diatas, tentu akan dapat dirasakan oleh penggunannya apabila

dalam pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh tagging jawab.

 

            2.3.4        Tujuan Prosedur

Menurut Mulyadi (2008:8) menyatakan bahwa prosedur merupakan bagian dari sistem

yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi

berulang-ulang. Sehingga perusahaan bisa menjalankan aktifitasnya sesuai dengan ketentuan

yang telah ada, maka kegiatan pokok perusahaan bisa berjalan efisien dan efektif.

Page 11: BAB2 landasan teori

Tujuan dari suatu tindakan merupakan hal utama yang harus ada agar pencapaian target

dari tindakan tersebut lebih jelas. Tujuan daripada suatu tindakan tidaklah selalu mudah untuk

dicapai, karena dalam proses pencapaiannya pasti menemui hambatan, namun tujuan tertentu itu

dapat diperoleh apabila ada alur kerja yang jelas, dan tersusun dengan baik. Hal ini berarti

prosedur juga harus memiliki tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

Dalam penyusunan prosedur harus menemui beberapa tujuan utama yang harus

dikembangkan dengan baik, antara lain sebagai berikut :

1.      Untuk menyediakan informasi bagi pengelola kegiatan usaha baru.

Suatu prosedur dibentuk salah satunya adalah untuk menyediakan informasi untuk memberikan

kemudahan pengelola kegiatan usaha yang baru.

2.      Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang telah ada, mutu, ketetapan

penyajian, maupun struktur informasi.

Dengan adanya informasi maka pengelola tersebut dapat menganalisis dan dapat memperbaiki

sistem yang ada agar ada perbaikan yang lebih baik lagi.

3.      Untuk mempebaiki pengendalian dan pengecekan intern, yaitu memperbaiki tingkatan keandalan

informasi, dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggung jawaban dan

perlindungan kekayaan perusahaan.

                        2.3.5              Flowchart

Flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi.

Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-kegiatan manual dan aliran

atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem.

Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-ketentuan yang

berlaku secara lazim dalam sistem informasi akuntansi, sehingga tidak menimbulkan kebebasan

yang tidak mempunyai standar dalam menggambarkan sistem. Dalam sistem informasi akuntansi

diperoleh kesepakatan dari pihak-pihak yang berkompeten untuk digunakannya standar simbol

yang dipakai untuk menggambarkan bagan atau flowchart.

 Berikut ini akan disajikan simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk

membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tertentu:

Page 12: BAB2 landasan teori

Simbol Nama Keterangan

Dokumen Digunakan untuk semua jenis dokumen.

yang merupakan formulir untuk merekam

transaksi

Dokumen rangkap Menggambarkan dokumen asli dan

tembusannya13A Berbagai dokumen Menggambarkan berbagai jenis dokumen

yang digabungkan bcrsama dalam satu paket

Catatan Menggambarkan caiatan akuntansi yang

digunakan untuk mencatat data vang direkam

sebelumnya di dalam dokumen

Penghubung pada

halaman yang sama

Menggambarkan alir dokumen dibuat

mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri

kekanan. Simbol penghubung yang

memungkinkan aliran dokumen berhenti di

suatu lokasi pada halaman tertentu dan

kembali berjalan pada halaman yang sama.

Penghubung pada

halaman yang

berbeda

Untuk menggambarkan bagan alir dokumen

suatu sistem diperlukan lebih dari satu

halaman.

Kegiatan manual Untuk menggambarkan kegiatan manual

seperti : menerima order, mengisi

formulir,membandingkan dll

Keterangan/komentar Untuk menambahkan komentar agar pesan

yang disampaikan lebih jelas

Arsip sementara Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen

Arsip permanen Menunjukkan tempat penyimpanan

dokumen secara permanen yang tidak akan

diproses lagi

On-line computer

process

Menggambarkan pengolahan komputer secara

on-line

Keying, Typing Menggambarkan pemasukan data ke dalam

komputer melalui on-line terminal

Pita magnetik Menggambarkan arsip komputer yang

berbentuk pita magnetik

On-line storage Menggambarkan arsip komputer yang

berbentuk on-line (di dalam memori

komputer)

Page 13: BAB2 landasan teori

Mulai/berakhir Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem

akuntansi

Dari pemasok Masuk ke sistem Menggambarkan kegiatan diluar sistem masuk

ke dalam alir sistem

Ke sistem penjualan Keluar ke sistem lain Menggambarkan kegiatan (di luar sistem)

keluar dari sistem

GAMBAR 2.2 Simbol Bagan Alir Dokumen

Sumber : Mulyadi. 2008. h. 60-63

    2.4              Pencatatan

Pencatatan berasal dari kata “catat” yang berarti menuliskan sesuatu untuk peringatan.

Adapun pengertian pencatatan menurut beberapa ahli yaitu:

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:196) yang dimaksud pencatatan

adalah proses, pembuatan, cara mencatat atau menuliskan sesuatu ke dalam buku. Dalam bidang

akuntansi setiap transaksi yang terjadi itu memerlukan pencatatan yang baik sesuai dengan

ketentuan yang berlaku umum. Tujuan dari pencatatan tersebut adalah untuk menghasilkan

informasi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Menurut Stice,Stice, dan Skousen (2009:61) yang dimaksud pencatatan adalah laporan

keuangan yang akurat dapat dihasilkan jika hasil peristiwa dan aktivitas bisnis telah direkam atau

dicatat dengan tepat. Setiap transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan harus didasari

dan dibuktikan dengan bukti transfer. Bukti transaksi yang dimaksud bisa berupa bon, kuaitansi

(penerimaan atau pembayaran uang tunai), faktur pembelian, faktur penjualan, dan bukti-bukti

lainnya yang mendukung terjadinya transaksi keuangan. Berdasarkan bukti transaksi inilah,

selanjutnya kita dapat menyelenggarakan pencatatan transaksi keuangan yang akan terjadi suatu

penjurnalan dan pembukuan sampai dengan ke buku besar. pada suatu saat tertentu suatu usaha

pasti memerlukan suatu alat untuk dapat mengukur hasil operasi arus kas dan posisi keuangan

dari perusahaan tersebut. Dalam proses pengukuran tersebut diperlukan data yang terdiri dari

transaksi dan kejadian yang jelas berhubungan dengan tindakan yang dialami oleh perusahaan,

data-data tersebut tersusun menjadi suatu laporan nantinya mampu memberikan informasi

Page 14: BAB2 landasan teori

mengenai posisi keuangan perusahaan, untuk menggunakan laporan yang disiapkan oleh akuntan

secara maksimal pengambilan keputusan harus memahami prosedur yang digunakan untuk

mencatat dan menganalisa data akuntansi. Perlu dipahami pula apa yang dimaksud dengan

pencatatan.

Menurut Mulyadi (2008:5) pencatatan adalah suatu urutan ketiga kegiatan kerikal

biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk

menjamin penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-

ulang. Pada definisi diatas prosedur merupakan kegiatan penulisan yang berurutan dan terdiri

dari sekelompok orang atau lebih yang terjadi secara berulang-ulang. Adapun maksud dari

kegiatan klerikal diatas adalah suatu kegiatan yang terdiri dari menulis, menggandakan,

menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan. Dari

definisi diatas dikatakan bahwa pencatatan merupakan suatu kegiatan penghimpunan data

dengan cara mencatat yang mampu memberikan satu kesatuan informasi.

Sedangkan menurut Simamora (2000:4), pencatatan didefinisikan sebagai pembuatan

suatu catatan harian kronologis kejadian yang teratur melalui suatu cara yang sistematis dan

teratur. Maka dari definisi diatas dapat diketahui pencatatan suatu proses tulis menulis yang

sistematis.

Setelah mengetahui definisi dari pencatatan dapat diambil kesimpulan bahwa suatu

prosedur pencatatan merupakan tahapan kegiatan penulis yang dilakukan secara kronologis serta

dilakukan berulang-ulang. Prosedur dapat berjalan apabila semua fungsi-fungsi terkait

menjalankan sesuai dengan ketetapan dan dilaksanakan secara konsisten dalam kegiatan yang

berulang-ulang.

            2.5              Asuransi

             2.5.1        Pengertian Asuransi

Menurut Darmawi (2006:10) asuransi adalah suatu metode untuk mengurangi resiko

dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian

keuangan. Pengertian dari metode yaitu cara yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu rencana.

Selain dari pada itu yang dimaksud dengan resiko yaitu kemungkinan terjadinya peristiwa yang

dapat merugikan seseorang atau organisasi atau perusahaan.

Page 15: BAB2 landasan teori

Menurut Salim (2007:1) asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-

kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti/substitusi kerugian-kerugian besar

yang belum terjadi. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan suatu

prediksi yang telah dipikirkan baik itu kerugian yang sedikit ataupun kerugian yang besar yang

belum terjadi.

Pengertian tentang asuransi menurut Arthesa dan Handiman (2006:236) Asuransi

merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank di Indonesia yang mempunyai aktifitas

memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang disebabkan oleh peristiwa

yang tidak terduga. Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga yang bergerak dalam bidang

penghimpunan dana namun bukan bank dan asuransi adalah salah satunya yang memberikan

perlindungan atas pemindahan resiko terhadap suatu kerugian.

Sedangkan pengertian asuransi menurut Simorangkir (2000 : 175) yaitu suatu kemauan

untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil ( sedikit ) yang pasti sebagai pengganti ( substitusi )

kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Hal ini dapat disumpulakn bahwa asuransi merupakan

suatu jalan untuk meminimalisir kerugian.

Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2007), Asuransi adalah suatu

perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung)

mengenai pengalihan resiko dari tertanggung kepada penangung. Resiko yang dialihkan meliputi

kemungkinan kerugian material yang dialami tertanggung, sebagai akibat terjadinya peristiwa

yang belum pasti (Uncertainty of Occurence and Uncertainty of Loss).

Berdasarkan teori-teori tersebut, asuransi bisa juga dikatakan sebagai transaksi

pertanggungan, yang melibatkan dua pihak yaitu penanggung dan tertanggung. Bahwa ia akan

menerima penggantian atas kerugian yang terjadi padanya kelak suatu saat yang tidak dapat

dipastikan kapan dan dimana kerugian itu akan timbul. Sebagai kontraprestasinya tertanggung

diwajibkan membayar sejumlah uang kepada penanggung yang jumlahnya sekian persen dari

pertanggungan.

 

2          2.5.2        Manfaat Asuransi

Menurut Darmawi (2006:20) asuransi memiliki banyak manfaat, antara lain berikut ini :

1.      Asuransi Melindungi Risiko Investasi

Page 16: BAB2 landasan teori

Risiko yang akan terjadi dalam investasi merupakan hal yang sangat dikhawatirkan oleh para

investor. Jika perusahaan berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka

kehadiran resiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Asuransi mengambil alih risiko

tesebut karena asuransi menghilangkan atau mengurangi risiko, maka para investor ataupun

usahawan dimungkinkan dan didorong untuk bergerak dengan leluasa dalam menjalankan

usaha-usaha mereka.

2.      Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi

Pada sebuah perencanaan pembangunan, sangat memeelukan investasi dalam jumlah yang

memadai dan dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan kemampuan sendiri. Oleh karena itu,

diperlukan usaha keras untuk mengerahkan dana masyarakat melalui lembaga keuangan bank

dan non bank. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang

mengimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk

investasi di berbagai bidang.

3.      Asuransi Untuk Melengkapi Persyaratan Kredit

Sebagian besar kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya

diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekayaannya

yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari

kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa depan.

4.      Asuransi Dapat Mengurangi Kekhawatiran

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, fungsi utama dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran

akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugian-kerugian

tak terduga. Jadi, perusahaan asuransi tidaklah mengurangi ketidakpastian terjadinya

penyimpangan yang tak diharapkan itu. Misalnya perusahaan asuransi tidak akan dapat

mencegah badai, kecelakaan mobil, kematian, atau sakit. Akan tetapi perusahaan asuransi dapat

mengurangi ketidak pastian beban ekonomi dan kerugian yang tidak pasti itu.

5.      Asuransi Mengurangi Biaya Modal

Dalam rangka menarik modal ke dalam perusahaan-perusahaan yang menanggung biaya besar,

maka tingkat pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan atau yang akan diinvestasikan

pun harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan

tidak dapat dipisahkan.

6.      Asuransi Menjamin Kestabilan Perusahaan

Page 17: BAB2 landasan teori

Perusahaan-perusahaan pada saat ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu faktor

yang menciptakan goodwill (jasa/barang baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan.

Perusahaan-perusahaan tersebut telah menyediakan polis secara berkelompok (Corporate) untuk

para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi

yang telah ditetapkan.

7.      Asuransi Dapat Meratakan Keuntungan

Suatu perusahaan cukup kuat untuk menanggung sendiri semua risiko kerugian yang mungkin

dideritanya. Hal itu berarti perusahaan harus dapat menentukan berapa jumlah kerugian tak

terduga yang diperkirakan akan terjadi pada masa-masa yang akan datang. Karena hal itu

asuransi adalah salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam menentukan jumlah

kerugian tak terduga untuk menutupi risiko-risiko tak terduga.

8.      Asuransi Dapat Menyediakan Layanan Profesional

Dunia asuransi dewasa ini sudah semakin banyak yang bergerak di bidang usaha yang bersifat

teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha

untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan-perusahaan sudah

semakin disadari oleh perusahaan asuransi. Hal itu dilakukan agar perusahaan-perusahaan

tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien.

9.      Asuransi Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian

Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong

perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa

keberhasilan yang dicapai sangat bergantung kepada kemampuan mereka untuk memberikan

perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan

sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat

menimbulkan kerugian.

10.  Asuransi Membantu Pemeliharaan Kesehatan

Usaha lain yang erat hubungannya dengan usaha-usaha yang dilakukan untuk menghindari atau

memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah promosi yang dilakukan oleh perusahaan

asuransi jiwa kepada para pemegang polis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Misalnya dalam hal bantuan kepada kecelakaan pertama, hygiene, sanitasi, gizi, dan lain-lain.

Page 18: BAB2 landasan teori

            2.5.3        Tujuan Asuransi

Menurut Darmawi (2006:17) ditinjau dari beberapa sudut asuransi mempunyai tujuan

sebagai berikut :

1.      Dari segi ekonomi, tujuannya: mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh

seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.

2.      Dari segi hukum, tujuannya: memindahkan resiko yang dhadapi suatu obyek atau suatu kegiatan

bisnis kepada orang lain.

3.      Dari segi tata niaga, tujuannya: membagi resiko yang dihadapi kepada semua peserta program

asuransi.

4.      Dari segi kemasyrakatan, tujuannya: menanggung kerugian bersama-sama antar semua program

asuransi

5.      Dari segi matematis, tujuannya: meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya resiko dan hasil

ramalan itu dipakai sebagai dasar untuk membagi resiko kepada semua peserta program asuransi.

Tujuan asuransi menurut Asuransi Tugu yaitu sebagai berikut:

1.      Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.

2.  Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan

pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

3.  Pemerataan biaya yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan

tidak perlu mengganti atau membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu

dan tidak pasti.

4.      Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan

atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

5.      Sebagai tabungan karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam

jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.

6.      Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi

atau bekerja.

Beberapa hal diatas merupakan tujuan daripada asuransi sendiri secara umum, jadi orang

yang mengikuti program asuransi itu tentu tidak asal mengikuti asuransi saja, namun mereka

yang mengikuti program tersebut mempunyai beberapa hal kepentingan yang termasuk dalam

tujuan diatas.

Page 19: BAB2 landasan teori

            2.5.4        Prinsip-Prinsip Asuransi

Menurut Buku Panduan Keagenan PT Jasindo (2007), terdapat beberapa prinsip dalam

asuransi, mengenai prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1.      Prinsip Insurable Interest

Prinsip ini menyatakan pihak bahwa yang ingin mengasuransikan harus memiliki hubungan

dengan objek yang di asuransikan dan di sahkan secara hukum. Misalnya, jika seseorang ingin

mengasuransikan kendaraannya maka ia harus memiliki dokumen-dokumen kepemilikan yang

disahkan secara hukum. Sehingga pada pihak yang ingin mengasuransikan tersebut timbul hak

atau kepentingan atas objek yang akan dipertanggungkan tersebut. Jika tidak ada kepentingan,

maka tidak ada kewajiban bagi penanggung untuk smembayar ganti rugi kepada tertanggung,

dan ini ditegaskan dalam KUHD pasal 250 yang menyatakan :

“Apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah diadakan suatu pertanggungan, pada saat dilakukan pertanggungan itu tidak mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka penanggung tidaklah diwajibkan memberi ganti rugi apabila terjadi kerugian.”

2.      Prinsip Utmost Good Faith

Prinsip ini menyatakan bahwa tertanggung yang ingin mengasuransikan objek pertanggungannya

harus mempuyai itikad yang sangat baik dalam berasuransi. Hal ini mengandung pengertian

bahwa tertanggung harus menerangkan apa adanya mengenai kondisi yang benar berdasarkan

fakta dan kebenaran yang ada atas objek yang akan dipertanggungkan tersebut kepada

perusahaan asuransi atau penanggung, sehingga penanggung memperoleh informasi yang

lengkap dan benar mengenai kondisi yang sebenarnya atas objek pertanggungan tersebut. Ini

sangat berguna bagi penanggung dalam memutuskan menerima atau menolak permohonan

asuransi kepada tertanggung. Dalam pasal 251 KUHD ditegaskan :

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun itika baik ada padanya, yang demikian sifatnya, sehingga seandainya penanggung telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tiak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.”

3.      Prinsip Proximate Cause

Page 20: BAB2 landasan teori

Prinsip ini menyatakan bahwa dalam hal terjadi peristiwa kerugian (loss), maka penyebab dari

kerugian tersebut haruslah merupakan suatu penyebab yang tidak terputus oleh penyebab

lainnya. Dengan kata lain, prinsip ini menekankan bahwa harus ada suatu penyebab dominan

yang efektif dalam menimbulkan peristiwa kerugian tersebut. Prinsip ini penting dipahami, sebab

untuk penyebab dominan yang efektif ternyata tidak dijamin oleh polis, maka peristiwa kerugian

yang terjadi tidak dapat diganti rugi oleh penanggung. Oleh karena itu harus diketahui adanya

penyebab dominan yang efektif yang menimbulkan peristiwa kerugian tersebut.

4.      Prinsip Idemnity

Prinisp ini mengandung pengertian bahwa dalam hal terjadi peritwa kerugian (loss) yang dijamin

polis, maka penanggung berkewajiban mengembalikan posisi keuangan tertanggung seperti

sesaat sebelum terjadinya kerugian. Atau pembayaran ganti rugi yang pasti untuk

mengembalikan posisi tertanggung seperti sebelum terjadi peristiwa kerugian itu. Bila terjadi

pertanggungan dibawah harga (Under Insurance), yaitu harga pertanggungan yang ditetapkan

lebih rendah dari harga pasar (harga penuh) objek pertanggungan, maka menurut KUHD pasal

253 ayat 2, tertanggung akan menjadi penanggung untuk bagian yang tidak diasuransikan dari

objek pertanggungan tersebut. Sedangka apabila terjadi harga pertanggungan yang dicantumkan

polis melebihi harga pasar (Over Insurance) kendaraan, maka menurut KUHD pasal 253 ayat 1,

tanggung jawab penanggung adalah sebesar jumlah kerugian yang diderita tertanggung dan

maksimum sebesar harga penuh kendaraan tersebut.

 5.      Prinsip Subrogasi

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa dalam hal terjadi peristiwa kerugian (loss), maka

tertanggung tidak diperkenankan tidak menerima ganti rugi melebihi dari jumlah kerugian yang

dideritanya.

6.      Prinsip Kontribusi

Prinisip ini mengandung pengertia bahwa bila terjadi pertanggungan rangkap, yaitu tertanggung

memiliki lebih dari 1 (satu) penanggung, maka dalam hal terjadi kerugian, tertanggung tetap

tidak boleh menerima ganti rugi melebihi jumlah kerugian yang dideritanya. Ini dimaksudkan

agar tertanggung tidak mendapatkan keuntungan dalam berasuransi. Oleh karena itu, diterapkan

prinsip kontribusi yang mengatur ketentuan, yaitu bila terjadi pertanggungan dengan melibatkan

lebih dari 1 (satu) penanggung, maka setiap penanggung akan membayar ganti rugi secara

proporsional sebesar bagiannya masing-masing.

Page 21: BAB2 landasan teori

             2.6              Pendapatan

             2.6.1        Pengertian pendapatan

Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan langganan atas barang dan jasa yang

dijual, dan merupakan unsure yang paling penting dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan

akan dapat menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus

berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh sejumlah pendapatan yang diharapkan.

Pendapatan pada dasarnya diperoleh dari hasil penjualan produk atau jasa yang diberikan.

Didalam pengelolaan pendapatan tersebut diperlukan manajemen khusus agar proses perolehan

pendapatan dan pengalokasian pendapatan dapat dilaksanakan secara tetap dan cepat.

Sedangkan Menurut Soemarso ( 2002 : 24 ) pengertian pendapatan yaitu aliran

penerimaan kas atau harta lain yang diterima dari konsumen sebagai penjualan barang atau

pemberian jasa. Pada pengertian ini mengartikan bahwa pendapatan merupakan aliran

penghasilan yang diterima dari konsumen yang berasal ari penjualan barang atau pemberian jasa,

sedangkan selain dari pada itu tidak dikategorikan sebagai pendapatan.

Menurut Halim (2002:64) definisi pendapatan yaitu “Semua penerimaan dalam bentuk

peningkatan aktiva atau penurunan hutang dari berbagai sumber dalam periode anggaran tahun

anggaran yang bersangkutan”. Pengertian di atas menunjukan bahwa pendapatan adalah suatu

sumber yang dapat meningkatkan aktiva dan mengurangi hutang dari semua sumber baik itu dari

pemilik modal itu sendiri ataupun dari sumber lainnya.

Menurut Kusnadi (2000:9) definisi pendapatan yaitu “Suatu penambahan aktiva (harta)

yang mengakibatkan bertambahnya modal tetapi bukan karena penambahan modal dari pemilik

atau bukan hutang melainkan melalui penjualan barang atau jasa kepada pihak lain, karena

pendapatan ini dapat dikatakan sebagai kontra prestasi yang diterima atas jasa-jasa yang telah

diberikan kepada pihak lain”. Aktiva merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki perusahaan

yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan baik itu operasional ataupun non operasional.

Pengertian dari hutang yaitu kewajiban yang harus dibayarkan oleh debitur kepada kreditur.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan dapat diartikan

sebagai sumber dari peningkatan suatu aktiva dan dapat digunakan sebagai sumber pungurang

kewajiban dari berbagai sumber baik itu berasal dari pemilik modal ataupun dari sumber lainnya

yang dapat menambah modal itu sendiri.

Page 22: BAB2 landasan teori

             2.6.2        Jenis-jenis Pendapatan

Menurut Kusnadi (2000:19) jenis-jenis pendapatan antara lain sebagai berikut:

1.      Pendapatan Operasi

Pendapatan operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :

a. Penjualan kotor

Penjualan kotor adalah penjualan sebagaimana tercantum dalam faktur atau jumlah awal

pembebanan sebelum dikurangi penjualan return dan potongan penjualan.

b. Penjualan bersih

Penjualan bersih adalah penjualan yang diperoleh dari penjualan kotor dikurangi return

penjualan ditambah dengan potongan penjualan lain-lain.

2. Pendapatan non operasi

Pendapatan non operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :

a. Pendapatan bunga

Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah meminjamkan

uangnya kepada pihak lain.

 b. Pendapatan sewa

Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah menyewakan

aktivanya untuk perusahaan lain.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa jenis-jenis pendapatan terdiri

dari pendapatan operasi yang diperoleh dari penjualan kotor dan penjualan bersih, pendapatan

non operasi diperoleh dari pendapatan bunga dan poendapatan sewa.

             2.7              Premi

Setiap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan diperlukan

adanya dana dan penerimaan kas, penerimaan kas yang diperoleh asuransi merupakan hasil dari

penjualan polis-polis asuransi. Dari penjualan polis-polis asauransi inilah akan diperoleh

penerimaan kas berupa pendapatan premi.

Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2007), yang dimaksud dengan

premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atau

pengalihan risiko pada penanggung. Dengan demikian premi asuransi merupakan:

Page 23: BAB2 landasan teori

1.   Imbalan jasa atau jaminan yang diberikan oleh penaggung kepada tertanggung untuk mengganti

kerugian yang mungkin diderita tertanggung.

2.   Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung

dengan menyediakan sejumlah uang terhadap risiko.

Menurut Simorangkir (2000:177) premi adalah “Sesuatu yang diberikan sebagai hadiah,

sumbangan atau sesuatu yang dibayar sebagai tambahan (ekstra)”. Dari pengertian di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa premi merupakan suatu hasil tambahan lebih yang bisa berupa

sumbangan.

Menurut Asuransi mobil, premi adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh

tertanggung guna mendapatkan perlindungan atas objek yang dipertanggungkan. Hal ini

mengartikan bahwa premi merupakan sejumlah uang yang diberikan kepada pihak penanggung

dari pihak tertanggung untuk mengasuransikan objek tertanggung.

Dengan demikian dapat disimpulkan dari pengertian-pengertian di atas bahwa premi

merupakan kontra prestasi dari tertanggung kepada penanggung sebagai akibat dari dialihkannya

risiko kerugian kepada pihak penanggung. Premi juga merupakan sumber pendapatan utama bagi

perusahaan asuransi, dari premi tersebut perusahaan dapat membiayai biaya operasionalnya

untuk kelangsungan hidup perusahaan.

            2.7.1        Penerimaan Premi

Penerimaaan premi bagi perusahahaan asuransi merupakan hal yang penting dalam

kegiatan usahanya, semakin banyak polis asuransi yang terjual kepada nasabah maka pendapatan

premi asuransi yang akan diperoleh perusahaan asuransi akan semakin meningkat.

Setiap perusahaan dalam operasionalnya sehari-hari akan berusaha untuk dapat

meningkatkan jumlah penerimaan kas yang masuk dan meminimalisasi biaya operasional yang

harus dikeluarkan. Dalam perusahaan asuransi salah satu sumber penerimaan kas adalah dari

penerimaan premi asuransi. Di dalam transaksi asuransi berlaku istilah “no premium no

insurance”, jadi apabila premi belum dibayar lunas maka penanggung belum terikat dal am

transaksi untuk membayar ganti rugi kalau timbul risiko. Premi ini biasanya ditetapkan sekian

persen dari jumlah yang dipertanggungkan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:285) “Pendapatan premi adalah premi yang

diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama

Page 24: BAB2 landasan teori

periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan”. Pendapatan premi

merupakan sejumlah uang yang diterima dari pihak tertanggung karena adanya kontrak asuransi

dan reasransi yang diakuin sebagai pendapatan pada periode tertentu berasarkan jumlah

pengamanan yang diberikan.

2           2.7.2        Pengakuan Pendapatan Premi

Menurut Buku Panduan Keagenan Asuransi PT Jasindo (2010), dalam hal periode polis

berbeda secara signifikan dengan periode polis risiko, maka seluruh premi yang diperoleh diakui

sebagai pendapatan selama periode risiko, kecuali apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan,

missal premi ditentukan pada akhir kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak

berdasarkan nilai pertanggungan. Maka pendapatan premi diakui sebagai berikut:

1. Apabila jumlah premi yang diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama

periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk

mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya.

2. Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi dilakukan dengan

menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi

dengan layak.

      Premi yang belum merupakan pendapatan ditentukan untuk masing-masing jenis pertanggungan dengan  cara sebagai berikut:1.      Secara agregat tanpa memperlihatkan tanggal penutupnya dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu.2.      Secara individual dari tiap pendapatan pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan selama periode kontrak atau periode risiko, konsisten dengan pengakuan pendapatan premi.Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 36, pengakuan pendapatan premi didefinisikan sebagai berikut :

1.      Premi Kontrak Jangka Pendek

Paragraf 30 : Premi Kontrak Jangka Pendek (beberapa, Trem Life Insurance seperti Credit Life

Insurance) diakui sebagai pendapatan dalam periode kontrak sesuai dengan proporsi jumlah

proteksi asuransi yang diberikan. Jika periode resiko berbeda secara signifikan dengan periode

kontrak, premi diakui sebagai pendapatan selama periode resiko sesuai dengan proporsi jumlah

proteksi asuransi yang diberikan. Hal ini menyebabkan premi diakui sebagai pendapatan secara

merata sepanjang periode kontrak (atau periode resiko, jiwa berbeda), kecuali jika proteksi

asuransi menurun sesuai dengan skedul yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 25: BAB2 landasan teori

2.      Premi Kontrak Jangka Panjang

Paragraf 31 : Premi Kontrak Jangka Panjang (Whole Life Contracts dan Guaranted Renewable

Term Life Contracts) diakui sebagai pendapatan pada saat jatuh tempo dari pemegang polis.

Kewajiban untuk biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan kontrak tersebut diakui

selama periode sekarang dan periode diperbaharuinya kontrak. Nilai sekarang estimasi manfaat

polis masa datang yang dibayar kepada pemegang polis (kewajiban manfaat polis masa datang)

diakui pada saat penerimaan premi.