14
BAB II PENGERTIAN ANAK SERTA BATASAN UMUR ANAK I. Pengertian Anak Dan Perlindungan Anak Pengertian Anak Pengertian anak dalam konteks hak dan kewajibamnya antara lain dirangkaikan oleh batasan umur dan ciri-cirinya. Adapun pengertian anak adalah : Dalam hal ini Anak Indonesia Anak adalah manusia yang berusia 0 sampai 20 tahun yaitu mereka yang dalam pertumbuhannya terus menerus berubah / berkembang dan menjadikan potensi yang ada pada diri anak tersebut, kemampuan sifat serta sikap dan perilaku, konkrit mencapai kematangan serta menuju kepada kedewasaan secara fisik maupun psikis. 9 Dari Segi Psikologis Anak merupakan makhluk / individu salah satu tahapan perkembangan manusia yang memiliki pribadi yang baik, khas, berbeda dengan pribadi manusia dewasa. 9 Prints, Darwin, Hukum Anak Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal 144 Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 Berlakunya Undang-undang, Nornor 12 Tahun 1948 Tentang Tenaga Kerja, Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan berusia 14 tahun ke bawah. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Anak

bab2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    PENGERTIAN ANAK SERTA BATASAN UMUR ANAK

    I. Pengertian Anak Dan Perlindungan Anak

    Pengertian Anak

    Pengertian anak dalam konteks hak dan kewajibamnya antara lain dirangkaikan oleh

    batasan umur dan ciri-cirinya. Adapun pengertian anak adalah :

    Dalam hal ini Anak Indonesia

    Anak adalah manusia yang berusia 0 sampai 20 tahun yaitu mereka yang dalam

    pertumbuhannya terus menerus berubah / berkembang dan menjadikan potensi yang ada pada

    diri anak tersebut, kemampuan sifat serta sikap dan perilaku, konkrit mencapai kematangan

    serta menuju kepada kedewasaan secara fisik maupun psikis.9

    Dari Segi Psikologis

    Anak merupakan makhluk / individu salah satu tahapan perkembangan manusia yang

    memiliki pribadi yang baik, khas, berbeda dengan pribadi manusia dewasa.

    9 Prints, Darwin, Hukum Anak Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal 144

    Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 Berlakunya Undang-undang, Nornor 12

    Tahun 1948 Tentang Tenaga Kerja, Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan

    berusia 14 tahun ke bawah.

    Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Anak

  • adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah.

    Pada umumnya yang diartikan dengan anak-anak itu adalah seseorang yang masih di

    bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum pernah menikah. Secara umum anak

    adalah hasil persetubuhan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita baik di dalam

    atau di luar perkawinan.10

    Menurut Kitab Undang-Undang hukum Perdata

    Seorang anak sah ("wetting kind) ialah anak yang dianggap lahir dari perkawinan sah

    antara ayah dan ibunya.

    Anak yang lahir di luar perkawinan dinamakan " Naturlijk Kind', ia dapat diakui atau

    tidak diakui oleh ayah atau ibunya.

    Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

    Pasal 42 anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan

    yang sah.

    Menurut Rancangan Undang-Undang Peradilan Untuk Anak

    Pasal I yang dimaksud anak dalam undang-undang ini ialah mereka yang belum berumur

    21 tahun dan belum pernah menikah.

    10 Ibid Hal 159

    Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahuti 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat 2,

    anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum perriah menikah.

    Dari pengertian anak seperti yang disebutkan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa

    keunikan penggolongan umur disebabkan karena di dalam masing-masing usia seseorang

    sangat dipengaruhi untuk menentukan sikap dan tindak terhadap dirinya sendiri dan orang

    lain.

    Manfaat perumusan pengertian anak berkaitan dengan masalah hak dan kewajiban

  • seorang anak, juga dasar-dasar pengambilan sikap dan penentuan bertindak. Tujuan

    perumusan pengertian anak berkaitan dengan siapa yang merumuskannya, sehingga efektif

    dan bermanfaat luas bagi yang memerlukannya. Perlindungan Anak

    Pasal 2 ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979,

    tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut: " Anak berhak atas pemeliharaan

    data perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak

    atas perlindungan-perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau

    menghambat pertumbuhan dan perkemb-angan dengan wajar.'."'

    Kedua ayat ini dengan jelas menyatakan dan mendorong perlu adanya perlindungan anak

    dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan

    yang adil terhadap anak.

    11 Undang Undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

    Jadi yang harus mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat

    sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi

    tertetlu.12

    Dapat dikatakan setiap warga Negara, anggota masyarakat ikut serta bertanggung jawab

    terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak, orang tua,

    masyarakat, dan bangsa. Oleh karena, kebahagiaan anak merupakan puka kebahagiaan

    orangtua, kebahagiaan yang dilindungi adalah kebahagiaan yang melindungi.

    Dengan tidak adanya keresahan pada anak karena perlindungan anak dilaksanakan

    dengan baik, maka orang tua juga akan tidak merasa resah. Kesejahteraan anak mempunyai

    pengaruh positif pada orang. Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta

    pemerintahannya.

    Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana anak-anak

  • dapat dapat melaksanakan hak dun kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan

    perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan

    anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.13

    Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak

    adalah melindungi manusia, adalah membangun manusia seutuhnya.

    11 Ibid13 Gosita Arif, Masalah Perlindungan Anak, Pressindo, 1985, hal 246

    Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

    Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan Pembangunan

    Nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan

    sosial yang dapat mengganggu ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Maka ini

    berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila ingin mengusahakan

    pembangunan nasional yang

    Memuaskan,14

    Perlindungan anak dalam suatu masyarakat, bangsa, merupakan tolok ukur peradaban

    masyarakat bangsa tertentu. Jadi, demi pegembangan manusia .seutuhnya dan beradabart,

    maka kita wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampuan, demi

    kepentingan nusa dan bangsa.

    Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat

    hukum. Oleh sebab itu perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak

    tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan

    anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan

    dalarn pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.15

    I. Batasan Umur Anak Menurut Undang Undang Peradilan Anak

  • 14 Ibid 15 Ibid hal 247

    Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus

    kita jaga karena dalam dirinya rnelekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia harus

    dijunjung tinggi.

    Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia, yang termuat dalam Undang-

    Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari

    sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi

    penerus cita-cita bangsa, sehinggga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

    berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan

    diskriminasi serta hak sipil dam kebebasan.

    Meskipun Undang-Undang Nornor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah

    mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua,

    keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak

    masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan

    yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.

    Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertim bangan

    bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan

    pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara

    hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula

    dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan pemerintah bertanggung

    jawab menyediakan fasilitas san aksebilitas bagi anak, terutama dalam menjamin

  • pertumbuhan dan perkebangannya secara optimal dan terarah.

    Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungan jawab orang tua, keluarga,

    masyarakat, pemerintah, dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara

    terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak.

    Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin

    pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan

    ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai

    penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak

    mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa

    dan negara.

    Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin

    dalain kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi

    perlidungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undang-undang ini meletakkan

    kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas berikut :

    a. Non Diskriminasi

    b. Kepentingan yang terbaik bagi anak

    c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan

    d. Penghargaan terhadap pendapat anak

    Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan perlindungan anak, perlu peran

    masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya

    masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau

    lembaga pendidikan.

    Asas perlindungan anak di sini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang terkandung

    dalam Konvensi Hak-Hak Anak. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah semua

    tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan

  • legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi

    pertimbangan utama.16

    Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak asasi yang

    paling mendasar bagi anak yang dilindingi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,

    dan orang tua.17

    Asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghomatan atas hak-hak anak untuk

    berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika

    menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya.

    Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan

    bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka menujudkan

    sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara

    kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

    berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus-

    menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik mental, dan sosial

    serta perlindungan dari segala

    16 Religion Working Group On Child Laboure, cara berkomunikasi, Menggalang tindakan bentuk pekerja buruk anak, PT. Sastra Tjitra, Jakarta 2002, hal 170

    17 Ibid

    kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di mass depan.

    Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada

    permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan

    perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu, terdapat pula anak, yang karena satu dan lain

    hal tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental maupun

    sosial.

    Karena keadaan diri yang tidak memadai tersebut, maka baik sengaja maupun tidak

    sengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya

  • sendiri fan atau masyarakat.

    Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak,

    disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan

    pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibiding komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaga dan cara hidup sebagian orang tua, telah

    membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat

    berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.

    Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan

    pembinaan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari

    orang tua, wali atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan

    lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.

    Dalam menghadapi dan menanggulangi perbuatan berbagai perbuatan dan tingkah laku

    anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya yang

    khas.

    Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannnya berdasarkan

    pikiran, perasaan, dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitarnya dapat mempengaruhi

    perilakunya.

    Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat

    sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan, dan

    pengembangan perilaku anak tersebut.

    Hubungan antara orang tua dengan anaknya merupakan suatu hubungan yang hakiki, baik

    hubungan psikologis maupun mental spiritualnya, mengingat sifat dan ciri anak yang khas

    tersebut, maka dalam menjatuhkan pidana atau tindakan terhadap anak nakal diusahakan agar

  • anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya.18

    Apabila karena hubungan antara orang tua dengab anak kurang balk, atau karena sifat

    perbuatannya sangat merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak dari orang

    tuanya, hendaknya tetap dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mmata demi

    pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat dan wajar.

    Di samping pertimbangan tersebut di atas, demi pertumbuhan dan perkembangan mental

    anak, perlu ditentukan pembedaan perlakuan di dalam hukum acara dan ancaman pidananya.

    18 Saleh, Ruslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawab Pidana, Centra, Jakarta, 1968. Hal 75

    Dalam hubungan ini. pengaturan pengecualian dan ketentuan yang diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang lama pelaksanaan

    pidananya ditentukan sesuai dengan kepentingan anak dan pembedaan ancaman hukuman

    pidana bagi anak ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang penjatuhan

    pidananya ditentukan 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana mati dan pidana

    penjara seumur hidup tidak diberlakukan terhadap anak.

    Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam undang-undang ini dimaksudkan

    untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong

    masadepannya yang masih panjang.

    Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak,

    agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk men.jadi manusia yang mandiri,

    bertanggung jawab, dan berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

    Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam undang-undang ini ditentukan berdasarkan

    perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) sampai 12 (dua belas)

    tahun hanya dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan

    pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada negara.

    Sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur di atas 12 (dua belas) tahun sampai

  • 18 (delapan belas) tahun dijatuhkan pidana, Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas

    pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial anak.

    Mengingat ciri dan sifat yang khan pada anak dan demi perlindungan terhadap anak,

    maka perkara anak nakal, wajib disidangkan pada Pengadilan Anak yang berada di

    lingkungan Peradilan Umum."

    Dengan demikian, proses peradilan perkara anak nakal dari sejak ditangkap, ditahan.

    diadili dan pembinaan selanjutnya, wajib dilakukan oleh pejabat khusus yang benar-benar

    memahami masalah anak.

    Dalam penyelesaian perkara anak nakal, Hakim wajib mempertimbangkan laporan hasil

    kemasyrakatan yang dihimpun oleh Pembimbing Kemasyarakatan mengenai data pribadi

    maupun keluarga dari anak yang bersangkutan.

    Dengan adanya hasil laporan tersebut, diharapkan Hakim dapat memperoleh gambaran

    yang tepat untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya bagi anak yang bersangkutan.

    putusan Hakim akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya dari anak yang bersangkutan,

    oleh sebab itu Hakim harus yakin benar, bahwa putusan yang diambil akan dapat men.jadi

    salah satu dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengantar anak menuju masa depan

    yang baik untuk mengembangkan dirinya sendiri sebagai warga negara yang bertanggung

    jawab bagi kehidupan keluarga, bangsa, dan negara.

    Untuk lebih memantapkan upaya pembinaan dan pemberian bimbingan bagi anak nakal

    yang telah diputus oleh Hakim, maka anak tersebut ditampung di Lembaga Pemasyarakatan

    Anak.

    19 Murdjati, Sri, Kenakalan Anak, Penyebab Dan Penanggulangannya, Agustus 1998, hal 79

    Berbagi pertimbangan tersebut di atas serta dalam rangka memwwjudkan peradilan yang

    memperhatikan perlindungan dan kepentingan anak, maka perlu diatur ketentuan-ketentuan

  • mengenai penyelenggaraan peradilan yang khusus bagi anak dalam lingkungan peradilan

    umum.

    Dengan demikian, Pengadilan Anak diharapkan memberikan arah yang tepat dalam

    pembinaan dan perlindungan terhadap anak. Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, maka

    seorang anak nakal yang sedang dalam proses peradilan tetap dianggap sebagai tidak bersalah

    sampai adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

    Batas umur 8 (delapan) tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang anak

    didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, bahwa anak yang belum mencapai

    umur 8 (delapan) tahun dianggap belum dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya.

    Batas umur 21 (dua puluh satu) tahun ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan

    kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial, kematangan pribadi, dan

    kematangan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut.

    Batas umur 21 (dua puluh satu) tahun tidak mengurangi ketentuan batas dalam peraturan

    perundang-undangan lainnya, dan tidak pula mengurangi kemungkinan anak melakukan

    perbuatan sejauh ia mempunyai kemampuan untuk itu berdasarkan hukum yang berlaku.

    Pada umumnya yang diartikan dengan anak ialah seseorang yang masih dibawah usia

    tertentu dan belum dewasa dan belum pemah menikah.20Pengertian ini menunjukan pada

    suatu batas usia tertentu. Mengenai batas usia ini dapat dibedakan dengan :

    1. Batas usia kebawah ( minimal )

    2. Batas usia keatas ( maximal )

    Dalam batas usia ini tergantung dari sudut mana kita melihat dan menafsirkan.

    Golongan batas usia kebawah

    Keadaan usia termuda pada saat anak melakukan suatu tindakan pidana yang oleh hukum

  • dapat diancam dengan pidana tertentu. Hal ini sangat berhubungan dengan soal usia

    berapakah anak yang melakukan suatu tindak pidana tersebut dapat digolongkan dan tidak

    dapat dipertanggun jawabkan perbuatannya.

    Batas usia ini di beberapa negara berbeda- becla seperti di Inggris, batas usia kebawah

    yang diambil adalah 8 tahun, sedangkan di Swedia adalah 15 tahun. Untuk di Indonesia

    belum ada suatu pedoman yang pasti dan tersendiri untuk menentukan batas usia kebawah. 20

    Meskipun demikian bukanlah berarti di Indonesia sama sekali tidak diatur mengenai

    anak- anak. Hal itu memang ada pengaturannya, hanya tidak secara tersendiri melainkan

    disatukan dengan perundang- undangan lainnya.

    Seperti pasal 45, 46, dan 47 KUHP bahkan kalau secara mendalam memang cukup jelas,

    tetapi hanya berpegang pada pasal tersebut pada saat pembangunan ini jelas tidaksesuai lagi.

    20 Andi Hamzah, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta 1972, hal 84

    Meski demikian hingga kini pasal tersebut masih menjadi penuntutan bagi anak- anak

    nakal, dimana ditetapkan batasan umur yaitu 16 tahun.

    - Golongan batas usia keatas ( maximal )

    Untuk menetapkan siapa saja yang sampai pada batas usia ini diberi kedudukan sebagai

    anak- anak sehingga dalam perlakuannya harus secara khusus. Mengenai batas usia keatas ini

    seluruh dunia selalu mempergunakan usia kronologik, akan tetapi batas usia ini selalu ada

    perbedaannya. Karena tercapainya kematangan pribadi dan pikiran tergantung dari iklim dan

    kebudayaan masyarakat tertentu.

    Seperti di Amerika Serikat dikenal istilah juvenile court age, yaitu suatu batas usia

    tertentu dimana seorang anak untuk dapat diajukan ke pengadilan anak. Batas usia yang

    dimaksud disini mencakup baik batas usia kebawah atau keatas. Berdasarkan common law

    rule bahwa seorang anak dibawah usia 7 tahun tidak dapat dipertanggung jawabkan

    melakukan kejahatan.

  • Kalau melihat batas kenakalan anak dari sudut psikologi maka batasan dimulai dari fase

    pubertas sampai pada permulaan periode adolescent yaitu usia 14 sampai 18 tahun, karena

    pada saat usia 14 tahun anak sudah mulai ingin berontak atau ingin bebas dari pengawasan

    dari orang tua, ingin berdiri sendiri, dan selalu melakukan tingkah laku yang aneh, untuk

    mencari perhatian orang lain. Pada saat itulah anak menunjukan rasa keberaniannya pada

    orang lain.

    Setelah menginjak usia 18 tahun, biasanya sudah mulai matang pemikirannya dan sudah

    mulai menunjukan keperibadiaannya seseorang dewasa, karena pada usia tersebut sudah

    tamat SMA dan bahkan sudah ada yang menduduki bangku perkuliahan atau sudah bekerja

    sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri.

    II. Pengertian Kenakalan Anak

    Kenakaln anak mengandung pengertian yang sangat luas :

    1. Kenakalan anak dalam batas kewajaran, yaitu tingkah laku yang diperlihatkan oleh anak

    sesuai dengan kemampuan yang baru dimiliki sesuai juga dengan perkembangan jiwa

    sianak

    2. Kenakalan anak yang diluar batas kewajaran, yaitu dimana tingkah laku anak sungguh

    tidak mengindahkan nilai- nilai sosial yang ada pada masyarakat.

    perbuatan yang dilakukan anak telah melampaui batas kesanggupan yang selayaknya bisa

    dilihat dari segi umur dan segi fisiknya. Sehingga perbuatan itu menjurus pada kejahatan

    yang seharusnya mendapatkan suatu sanksi pidana.

    Dari kedua pengertian ini yang mendapat sorotan dari masyarakat adalah pengertian yang

    kedua karena perbuatan itu tidak dapat diterima dalam pergaulan sosial, karena melanggar

    norma- norma masyarakat. Seperti diterangkan diatas bahwa kenakalan anak semakin lama

    semakin meningkat sehingga aparat pemerintah khususnya pars praktisi hukum sangat

    kewalahan untuk mengahadapi masalah ini.

  • Kenakalan anak dewasa ini menjadi sorotan yang sangat serius dalam masyarakat, karena

    selain anak-anak merupakan generasi penerus bangsa perbuatan yang dilakukan dapat

    membahayakan baik dari diri sendiri, masyarakat, maupun negara. Bahkan kalau kenakalan

    anak itu menjurus pada tindak kejahatan dan dilakuka secara menyeluruh, sudah pasti akan

    membawa akibat yang fatal yaitu kehancuran bagi generasi muda.