Upload
anggraenyy-marscha
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PENGERTIAN ANAK SERTA BATASAN UMUR ANAK
I. Pengertian Anak Dan Perlindungan Anak
Pengertian Anak
Pengertian anak dalam konteks hak dan kewajibamnya antara lain dirangkaikan oleh
batasan umur dan ciri-cirinya. Adapun pengertian anak adalah :
Dalam hal ini Anak Indonesia
Anak adalah manusia yang berusia 0 sampai 20 tahun yaitu mereka yang dalam
pertumbuhannya terus menerus berubah / berkembang dan menjadikan potensi yang ada pada
diri anak tersebut, kemampuan sifat serta sikap dan perilaku, konkrit mencapai kematangan
serta menuju kepada kedewasaan secara fisik maupun psikis.9
Dari Segi Psikologis
Anak merupakan makhluk / individu salah satu tahapan perkembangan manusia yang
memiliki pribadi yang baik, khas, berbeda dengan pribadi manusia dewasa.
9 Prints, Darwin, Hukum Anak Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, 1997, hal 144
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1951 Berlakunya Undang-undang, Nornor 12
Tahun 1948 Tentang Tenaga Kerja, Anak adalah seorang laki-laki atau perempuan
berusia 14 tahun ke bawah.
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah.
Pada umumnya yang diartikan dengan anak-anak itu adalah seseorang yang masih di
bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum pernah menikah. Secara umum anak
adalah hasil persetubuhan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita baik di dalam
atau di luar perkawinan.10
Menurut Kitab Undang-Undang hukum Perdata
Seorang anak sah ("wetting kind) ialah anak yang dianggap lahir dari perkawinan sah
antara ayah dan ibunya.
Anak yang lahir di luar perkawinan dinamakan " Naturlijk Kind', ia dapat diakui atau
tidak diakui oleh ayah atau ibunya.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Pasal 42 anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan
yang sah.
Menurut Rancangan Undang-Undang Peradilan Untuk Anak
Pasal I yang dimaksud anak dalam undang-undang ini ialah mereka yang belum berumur
21 tahun dan belum pernah menikah.
10 Ibid Hal 159
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahuti 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 ayat 2,
anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum perriah menikah.
Dari pengertian anak seperti yang disebutkan di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa
keunikan penggolongan umur disebabkan karena di dalam masing-masing usia seseorang
sangat dipengaruhi untuk menentukan sikap dan tindak terhadap dirinya sendiri dan orang
lain.
Manfaat perumusan pengertian anak berkaitan dengan masalah hak dan kewajiban
seorang anak, juga dasar-dasar pengambilan sikap dan penentuan bertindak. Tujuan
perumusan pengertian anak berkaitan dengan siapa yang merumuskannya, sehingga efektif
dan bermanfaat luas bagi yang memerlukannya. Perlindungan Anak
Pasal 2 ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979,
tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut: " Anak berhak atas pemeliharaan
data perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak
atas perlindungan-perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau
menghambat pertumbuhan dan perkemb-angan dengan wajar.'."'
Kedua ayat ini dengan jelas menyatakan dan mendorong perlu adanya perlindungan anak
dalam rangka mengusahakan kesejahteraan anak dan perlakuan
yang adil terhadap anak.
11 Undang Undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
Jadi yang harus mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat
sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi
tertetlu.12
Dapat dikatakan setiap warga Negara, anggota masyarakat ikut serta bertanggung jawab
terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak, orang tua,
masyarakat, dan bangsa. Oleh karena, kebahagiaan anak merupakan puka kebahagiaan
orangtua, kebahagiaan yang dilindungi adalah kebahagiaan yang melindungi.
Dengan tidak adanya keresahan pada anak karena perlindungan anak dilaksanakan
dengan baik, maka orang tua juga akan tidak merasa resah. Kesejahteraan anak mempunyai
pengaruh positif pada orang. Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tuanya serta
pemerintahannya.
Perlindungan anak adalah suatu usaha yang mengadakan kondisi dimana anak-anak
dapat dapat melaksanakan hak dun kewajibannya. Adapun perlindungan anak merupakan
perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian maka perlindungan
anak harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.13
Perlindungan anak merupakan suatu bidang pembangunan nasional. Melindungi anak
adalah melindungi manusia, adalah membangun manusia seutuhnya.
11 Ibid13 Gosita Arif, Masalah Perlindungan Anak, Pressindo, 1985, hal 246
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan Pembangunan
Nasional. Akibat tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan
sosial yang dapat mengganggu ketertiban, keamanan, dan pembangunan nasional. Maka ini
berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila ingin mengusahakan
pembangunan nasional yang
Memuaskan,14
Perlindungan anak dalam suatu masyarakat, bangsa, merupakan tolok ukur peradaban
masyarakat bangsa tertentu. Jadi, demi pegembangan manusia .seutuhnya dan beradabart,
maka kita wajib mengusahakan perlindungan anak sesuai dengan kemampuan, demi
kepentingan nusa dan bangsa.
Kegiatan perlindungan anak merupakan suatu tindakan hukum yang membawa akibat
hukum. Oleh sebab itu perlu adanya jaminan hukum bagi kegiatan perlindungan anak
tersebut. Kepastian hukumnya perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan
anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan
dalarn pelaksanaan kegiatan perlindungan anak.15
I. Batasan Umur Anak Menurut Undang Undang Peradilan Anak
14 Ibid 15 Ibid hal 247
Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus
kita jaga karena dalam dirinya rnelekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia harus
dijunjung tinggi.
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia, yang termuat dalam Undang-
Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari
sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi
penerus cita-cita bangsa, sehinggga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi serta hak sipil dam kebebasan.
Meskipun Undang-Undang Nornor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah
mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua,
keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak
masih memerlukan suatu undang-undang mengenai perlindungan anak sebagai landasan
yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.
Dengan demikian, pembentukan undang-undang ini didasarkan pada pertim bangan
bahwa perlindungan anak dalam segala aspeknya merupakan bagian dari kegiatan
pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Orang tua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara
hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian pula
dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan pemerintah bertanggung
jawab menyediakan fasilitas san aksebilitas bagi anak, terutama dalam menjamin
pertumbuhan dan perkebangannya secara optimal dan terarah.
Undang-undang ini menegaskan bahwa pertanggungan jawab orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah, dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara
terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak.
Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin
pertumbuhan dan perkembangan anak baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Tindakan
ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai
penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak
mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa
dan negara.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin
dalain kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Bertitik tolak dari konsepsi
perlidungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, undang-undang ini meletakkan
kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas berikut :
a. Non Diskriminasi
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak
Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan perlindungan anak, perlu peran
masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau
lembaga pendidikan.
Asas perlindungan anak di sini sesuai dengan prinsip-prinsip pokok yang terkandung
dalam Konvensi Hak-Hak Anak. Asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah semua
tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, badan
legislatif, dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi
pertimbangan utama.16
Asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah hak asasi yang
paling mendasar bagi anak yang dilindingi oleh negara, pemerintah, masyarakat, keluarga,
dan orang tua.17
Asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah penghomatan atas hak-hak anak untuk
berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama jika
menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya.
Anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan
bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka menujudkan
sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara
kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan pembinaan secara terus-
menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik mental, dan sosial
serta perlindungan dari segala
16 Religion Working Group On Child Laboure, cara berkomunikasi, Menggalang tindakan bentuk pekerja buruk anak, PT. Sastra Tjitra, Jakarta 2002, hal 170
17 Ibid
kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di mass depan.
Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada
permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan
perilaku di kalangan anak, bahkan lebih dari itu, terdapat pula anak, yang karena satu dan lain
hal tidak mempunyai kesempatan memperoleh perhatian baik secara fisik, mental maupun
sosial.
Karena keadaan diri yang tidak memadai tersebut, maka baik sengaja maupun tidak
sengaja sering juga anak melakukan tindakan atau berperilaku yang dapat merugikan dirinya
sendiri fan atau masyarakat.
Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak,
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan
pembangunan yang cepat, arus globalisasi dibiding komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaga dan cara hidup sebagian orang tua, telah
membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat
berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.
Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan
pembinaan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dari
orang tua, wali atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan
lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.
Dalam menghadapi dan menanggulangi perbuatan berbagai perbuatan dan tingkah laku
anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya yang
khas.
Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri langkah perbuatannnya berdasarkan
pikiran, perasaan, dan kehendaknya, tetapi keadaan sekitarnya dapat mempengaruhi
perilakunya.
Oleh karena itu, dalam menghadapi masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat
sekelilingnya seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan, dan
pengembangan perilaku anak tersebut.
Hubungan antara orang tua dengan anaknya merupakan suatu hubungan yang hakiki, baik
hubungan psikologis maupun mental spiritualnya, mengingat sifat dan ciri anak yang khas
tersebut, maka dalam menjatuhkan pidana atau tindakan terhadap anak nakal diusahakan agar
anak dimaksud jangan dipisahkan dari orang tuanya.18
Apabila karena hubungan antara orang tua dengab anak kurang balk, atau karena sifat
perbuatannya sangat merugikan masyarakat sehingga perlu memisahkan anak dari orang
tuanya, hendaknya tetap dipertimbangkan bahwa pemisahan tersebut semata-mmata demi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat dan wajar.
Di samping pertimbangan tersebut di atas, demi pertumbuhan dan perkembangan mental
anak, perlu ditentukan pembedaan perlakuan di dalam hukum acara dan ancaman pidananya.
18 Saleh, Ruslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawab Pidana, Centra, Jakarta, 1968. Hal 75
Dalam hubungan ini. pengaturan pengecualian dan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang lama pelaksanaan
pidananya ditentukan sesuai dengan kepentingan anak dan pembedaan ancaman hukuman
pidana bagi anak ditentukan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang penjatuhan
pidananya ditentukan 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana mati dan pidana
penjara seumur hidup tidak diberlakukan terhadap anak.
Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam undang-undang ini dimaksudkan
untuk lebih melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong
masadepannya yang masih panjang.
Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak,
agar melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk men.jadi manusia yang mandiri,
bertanggung jawab, dan berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Khusus mengenai sanksi terhadap anak dalam undang-undang ini ditentukan berdasarkan
perbedaan umur anak, yaitu bagi anak yang masih berumur 8 (delapan) sampai 12 (dua belas)
tahun hanya dikenakan tindakan, seperti dikembalikan kepada orang tuanya, ditempatkan
pada organisasi sosial, atau diserahkan kepada negara.
Sedangkan terhadap anak yang telah mencapai umur di atas 12 (dua belas) tahun sampai
18 (delapan belas) tahun dijatuhkan pidana, Pembedaan perlakuan tersebut didasarkan atas
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial anak.
Mengingat ciri dan sifat yang khan pada anak dan demi perlindungan terhadap anak,
maka perkara anak nakal, wajib disidangkan pada Pengadilan Anak yang berada di
lingkungan Peradilan Umum."
Dengan demikian, proses peradilan perkara anak nakal dari sejak ditangkap, ditahan.
diadili dan pembinaan selanjutnya, wajib dilakukan oleh pejabat khusus yang benar-benar
memahami masalah anak.
Dalam penyelesaian perkara anak nakal, Hakim wajib mempertimbangkan laporan hasil
kemasyrakatan yang dihimpun oleh Pembimbing Kemasyarakatan mengenai data pribadi
maupun keluarga dari anak yang bersangkutan.
Dengan adanya hasil laporan tersebut, diharapkan Hakim dapat memperoleh gambaran
yang tepat untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya bagi anak yang bersangkutan.
putusan Hakim akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya dari anak yang bersangkutan,
oleh sebab itu Hakim harus yakin benar, bahwa putusan yang diambil akan dapat men.jadi
salah satu dasar yang kuat untuk mengembalikan dan mengantar anak menuju masa depan
yang baik untuk mengembangkan dirinya sendiri sebagai warga negara yang bertanggung
jawab bagi kehidupan keluarga, bangsa, dan negara.
Untuk lebih memantapkan upaya pembinaan dan pemberian bimbingan bagi anak nakal
yang telah diputus oleh Hakim, maka anak tersebut ditampung di Lembaga Pemasyarakatan
Anak.
19 Murdjati, Sri, Kenakalan Anak, Penyebab Dan Penanggulangannya, Agustus 1998, hal 79
Berbagi pertimbangan tersebut di atas serta dalam rangka memwwjudkan peradilan yang
memperhatikan perlindungan dan kepentingan anak, maka perlu diatur ketentuan-ketentuan
mengenai penyelenggaraan peradilan yang khusus bagi anak dalam lingkungan peradilan
umum.
Dengan demikian, Pengadilan Anak diharapkan memberikan arah yang tepat dalam
pembinaan dan perlindungan terhadap anak. Sesuai dengan asas praduga tak bersalah, maka
seorang anak nakal yang sedang dalam proses peradilan tetap dianggap sebagai tidak bersalah
sampai adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Batas umur 8 (delapan) tahun bagi anak nakal untuk dapat diajukan ke sidang anak
didasarkan pada pertimbangan sosiologis, psikologis, bahwa anak yang belum mencapai
umur 8 (delapan) tahun dianggap belum dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Batas umur 21 (dua puluh satu) tahun ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan
kepentingan usaha kesejahteraan sosial, tahap kematangan sosial, kematangan pribadi, dan
kematangan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut.
Batas umur 21 (dua puluh satu) tahun tidak mengurangi ketentuan batas dalam peraturan
perundang-undangan lainnya, dan tidak pula mengurangi kemungkinan anak melakukan
perbuatan sejauh ia mempunyai kemampuan untuk itu berdasarkan hukum yang berlaku.
Pada umumnya yang diartikan dengan anak ialah seseorang yang masih dibawah usia
tertentu dan belum dewasa dan belum pemah menikah.20Pengertian ini menunjukan pada
suatu batas usia tertentu. Mengenai batas usia ini dapat dibedakan dengan :
1. Batas usia kebawah ( minimal )
2. Batas usia keatas ( maximal )
Dalam batas usia ini tergantung dari sudut mana kita melihat dan menafsirkan.
Golongan batas usia kebawah
Keadaan usia termuda pada saat anak melakukan suatu tindakan pidana yang oleh hukum
dapat diancam dengan pidana tertentu. Hal ini sangat berhubungan dengan soal usia
berapakah anak yang melakukan suatu tindak pidana tersebut dapat digolongkan dan tidak
dapat dipertanggun jawabkan perbuatannya.
Batas usia ini di beberapa negara berbeda- becla seperti di Inggris, batas usia kebawah
yang diambil adalah 8 tahun, sedangkan di Swedia adalah 15 tahun. Untuk di Indonesia
belum ada suatu pedoman yang pasti dan tersendiri untuk menentukan batas usia kebawah. 20
Meskipun demikian bukanlah berarti di Indonesia sama sekali tidak diatur mengenai
anak- anak. Hal itu memang ada pengaturannya, hanya tidak secara tersendiri melainkan
disatukan dengan perundang- undangan lainnya.
Seperti pasal 45, 46, dan 47 KUHP bahkan kalau secara mendalam memang cukup jelas,
tetapi hanya berpegang pada pasal tersebut pada saat pembangunan ini jelas tidaksesuai lagi.
20 Andi Hamzah, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta 1972, hal 84
Meski demikian hingga kini pasal tersebut masih menjadi penuntutan bagi anak- anak
nakal, dimana ditetapkan batasan umur yaitu 16 tahun.
- Golongan batas usia keatas ( maximal )
Untuk menetapkan siapa saja yang sampai pada batas usia ini diberi kedudukan sebagai
anak- anak sehingga dalam perlakuannya harus secara khusus. Mengenai batas usia keatas ini
seluruh dunia selalu mempergunakan usia kronologik, akan tetapi batas usia ini selalu ada
perbedaannya. Karena tercapainya kematangan pribadi dan pikiran tergantung dari iklim dan
kebudayaan masyarakat tertentu.
Seperti di Amerika Serikat dikenal istilah juvenile court age, yaitu suatu batas usia
tertentu dimana seorang anak untuk dapat diajukan ke pengadilan anak. Batas usia yang
dimaksud disini mencakup baik batas usia kebawah atau keatas. Berdasarkan common law
rule bahwa seorang anak dibawah usia 7 tahun tidak dapat dipertanggung jawabkan
melakukan kejahatan.
Kalau melihat batas kenakalan anak dari sudut psikologi maka batasan dimulai dari fase
pubertas sampai pada permulaan periode adolescent yaitu usia 14 sampai 18 tahun, karena
pada saat usia 14 tahun anak sudah mulai ingin berontak atau ingin bebas dari pengawasan
dari orang tua, ingin berdiri sendiri, dan selalu melakukan tingkah laku yang aneh, untuk
mencari perhatian orang lain. Pada saat itulah anak menunjukan rasa keberaniannya pada
orang lain.
Setelah menginjak usia 18 tahun, biasanya sudah mulai matang pemikirannya dan sudah
mulai menunjukan keperibadiaannya seseorang dewasa, karena pada usia tersebut sudah
tamat SMA dan bahkan sudah ada yang menduduki bangku perkuliahan atau sudah bekerja
sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri.
II. Pengertian Kenakalan Anak
Kenakaln anak mengandung pengertian yang sangat luas :
1. Kenakalan anak dalam batas kewajaran, yaitu tingkah laku yang diperlihatkan oleh anak
sesuai dengan kemampuan yang baru dimiliki sesuai juga dengan perkembangan jiwa
sianak
2. Kenakalan anak yang diluar batas kewajaran, yaitu dimana tingkah laku anak sungguh
tidak mengindahkan nilai- nilai sosial yang ada pada masyarakat.
perbuatan yang dilakukan anak telah melampaui batas kesanggupan yang selayaknya bisa
dilihat dari segi umur dan segi fisiknya. Sehingga perbuatan itu menjurus pada kejahatan
yang seharusnya mendapatkan suatu sanksi pidana.
Dari kedua pengertian ini yang mendapat sorotan dari masyarakat adalah pengertian yang
kedua karena perbuatan itu tidak dapat diterima dalam pergaulan sosial, karena melanggar
norma- norma masyarakat. Seperti diterangkan diatas bahwa kenakalan anak semakin lama
semakin meningkat sehingga aparat pemerintah khususnya pars praktisi hukum sangat
kewalahan untuk mengahadapi masalah ini.
Kenakalan anak dewasa ini menjadi sorotan yang sangat serius dalam masyarakat, karena
selain anak-anak merupakan generasi penerus bangsa perbuatan yang dilakukan dapat
membahayakan baik dari diri sendiri, masyarakat, maupun negara. Bahkan kalau kenakalan
anak itu menjurus pada tindak kejahatan dan dilakuka secara menyeluruh, sudah pasti akan
membawa akibat yang fatal yaitu kehancuran bagi generasi muda.