Click here to load reader
Upload
nidya-paramita
View
138
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ikd
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Prenatal
Perkembangan prenatal pada manusia dimulai pada awal kehamilan sampai kelahiran
(partus). Perkembangan prenatal terdiri dari tiga periode yaitu: periode pre-implantasi, embrionik,
dan fetal.
Selama periode embrionik, terjadi beberapa proses fisiologi. Proses-proses tersebut yaitu:
Induksi, yaitu interaksi antara sekelompok sel tertentu dengan sel lain yang menyebabkan
terjadinya jalur perkembangan tertentu pada suatu jaringan
Proliferasi, yaitu pertumbuhan seluler dan akumulasi produk sampingan seluler yang
terkontrol. Pertumbuhan bisa secara interstisial (dari dalam jaringan) maupun aposisional
(dari lapisan luar)
Diferensiasi, yaitu perubahan pada sel embrionik yang identik menjadi berbeda secara
struktur maupun fungsinya. Dapat berupa:
Sitodiferensiasi : perkembangan jenis sel yang berbeda-beda
Histodiferensiasi : perkembangan jaringan-jaringan pada suatu struktur
Morfodiferensiasi : perkembangan struktur yang berbeda dalam suatu organ atau sistem
organ
Morfogenesis, yaitu proses perkembangan struktur atau bentuk jaringan yang khusus akibat
migrasi sel embrionik dan interaksi induktif
Maturasi, yaitu proses mempertahankan bentuk dan fungsi dari jaringan dan organ.
Melibatkan proliferasi, diferensiasi, dan morfogenesis.
2.2 Perkembangan Wajah
Perkembangan wajah mulai terjadi pada minggu keempat fase embrionik dan akan selesai
pada minggu ke-12 di periode fetal. Daerah dimana wajah akan terbentuk berada di antara daerah
otak dan daerah jantung. Lapisan ektoderm, mesoderm & endoderm berperan dalam perkembangan
wajah. Perkembangan wajah melibatkan 5 prosesus, yaitu 1 prosesus frontonasal, 2 prosesus
maksilaris, 3 prosesus mandibularis. Perkembangan wajah meliputi:
Mulut primitif
Lengkung mandibularis
Prosesus maksilaris
Prosesus frontonasal
Hidung
2.2.1. Pembentukan Stomodeum & Rongga Mulut
Stomodeum (mulut primitif) terbentuk sebelum minggu keempat pada periode
embrionik. Stomodeum berupa cekungan di ektoderm ujung sefalik. Cekungan ini
ditutupi oleh membran orofaringeal/buccofaringeal. Membran ini terdiri dari ektoderm
yang melapisi endoderm. Membran orofaringeal memisahkan stomodeum dengan faring
primitif, calon saluran pencernaan.
Pertama-tama, selama minggu ke-4 terjadi disintegrasi membran orofaringeal. Hal
ini menyebabkan stomodeum membesar dan tambah dalam. Stomodeum akan
tersambung dengan faring primitif. Stomodeum lalu akan berkembang menjadi rongga
mulut, yang akan dikelilingi oleh oral epithelium (hasil diferensiasi ektoderm). Oral
epithelium dan jaringan dibawahnya akan membentuk gigi dan struktur-struktur lainnya
(ligamen periodontal, tulang alveolar, dll).
2.2.2. Pembentukan Lengkung Mandibular & Wajah Bagian Bawah
Setelah stomodeum terbentuk dan masih dalam minggu ke-4, muncul dua
tumpuk jaringan (kiri-kanan) inferior dari stomodeum yang dikenal sebagai prosesus
mandibular. Prosesus mandibular terdiri dari ektoderm, mesenkim (sel neural crest), dan
endoderm. Kemudian kedua prosesus ini akan berfusi di garis tengah wajah membentuk
lengkung mandibular. Di garis tengah lengkung mandibular terbentuk simfisis
mandibular. Lengkung mandibular dan jaringan yang dihasilkannya adalah bagian
wajah yang pertama kali terbentuk setelah stomodeum.
Selama pertumbuhan lengkung mandibular, di tiap ujungnya terbentuk
kartilago Meckel. Kartilago Meckel akan berperan dalam pembentukan tulang telinga
bagian tengah, sementara perikondriumnya nanti akan menjadi ligamen dari rahang.
Kartilago Meckel akan digantikan oleh tulang mandibula. Nantinya lengkung mandibular
akan membentuk wajah bagian bawah, termasuk bibir bawah, mandibula, gigi mandibula,
dan jaringan terkait. Perkembangan mandibula terjadi lebih jauh pada masa fetal.
Mesoderm dari lengkung mandibular akan membentuk otot mastikasi, palatal,
suprahyoid. Lengkung mandibular dipersarafi oleh nervus trigeminal.
2.2.2.1. Pembentukan Mandibula
Mandibula terbentuk melalui osifikasi intramembranosa pada lengkung
mandibular. Pembentukan mulai terjadi pada minggu ke-6, dimana terbentuk
pusat osifikasi primer pada bagian angle mandibula. Osifikasi terjadi ke arah
anterior dan posterior. Ke arah anterior, osifikasi terus berlangsung sampai ke
arah medial pada simfisis mandibularis. Osifikasi ke arah medial ini juga akan
membentuk kanalis mandibularis.
Ke arah posterior dari pusat osifikasi juga terjadi osifikasi. Nantinya
osifikasi ini juga akan menghasilkan kanal untuk saraf alveolar inferior.
Kartilago Meckel nantinya akan digantikan oleh tulang sejati. Pada minggu 10-
14, akan terbentuk kartilago pada daerah condyle, prosesus koronoid, dan
daerah dagu. Kartilago ini terpisah dari kartilago Meckel dan nantinya akan
menghilang sebelum kelahiran, digantikan oleh tulang sejati (osifikasi
endokondral). Hanya kartilago pada daerah superior condyle yang masih ada.
Kartilago ini berperan dalam pertumbuhan sendi temporomandibular (TMJ).
2.2.3. Pembentukan Prosesus Frontonasal & Wajah Bagian Atas
Pada minggu ke-4 juga terbentuk kumpulan jaringan yaitu prosesus frontonasal.
Prosesus frontonasal berada di bagian ujung dari ujung sefalik, dan berbatasan dengan
stomodeum. Nantinya prosesus frontonasal akan berkembang menjadi wajah bagian atas
termasuk dahi, palatum primer, septum nasal, hidung, dan prosesus nasal medial.
2.2.4. Pembentukan Placode
Placode adalah daerah bulatan terdiri dari ektoderm yang terspesialisasi, nantinya
akan menjadi organ penginderaan. Ada beberapa placode yaitu
2 lens placode, akan menjadi mata
2 otic placode, akan menjadi telinga sebelah dalam
2 nasal placode, akan menjadi sel olfaktori hidung
2.2.5. Pembentukan Hidung
Pada minggu ke-4, jaringan di sekitar nasal placode akan mengalami
pertumbuhan. Nasal placode akan masuk kedalam, membentuk lubang hidung/nasal pit.
Nantinya nasal pit akan membentuk rongga hidung. Pada awalnya stomodeum dan nasal
pit terpisah oleh membran oronasal, namun nantinya membran ini akan mengalami
disintegrasi.
Jaringan di sekitar nasal placode akan tumbuh membentuk lengkungan. Di antara
nasal pit jaringan ini disebut prosesus nasal medial. Nantinya prosesus ini akan berfusi
ke arah luar membentuk bagian tengah hidung, bagian tengah bibir, & philtrum. Prosesus
nasal medial juga berfusi ke arah dalam membentuk segmen intermaksilaris. Segmen
ini berperan dalam pembentukan gigi incisor maksila, palatum primer dan septum nasal.
Di bagian lateral nasal pit, terbentuk prosesus nasal lateral. Prosesus ini akan
membentuk alae dari hidung. Fusi dari prosesus medial, prosesus lateral, & segmen
intermaksilaris akan membentuk nares/nostril.
2.2.6. Pembentukan Prosesus Maksilaris & Wajah Bagian Tengah
Selama minggu ke-4 perkembangan embrionik, lengkung mandibular akan
tumbuh menghasilkan tumpukan baru yaitu prosesus maksilaris. Prosesus ini tumbuh ke
arah superior & anterior pada tiap sisi stomodeum. Prosesus ini nantinya akan
membentuk wajah bagian tengah, meliputi bibir atas, pipi, palatum sekunder, bagian
posterior maksila (gigi canines maksila & gigi posterior), tulang zigomatikus & sebagian
tulang temporal.
2.2.6.1. Pembentukan Maksila
Maksila terbentuk melalui penulangan intramembranosa pada
prosesus maksilaris kiri dan kanan. Pada minggu ke-7, terbentuk pusat osifikasi
primer di arah superior dari dental lamina gigi sulung kaninus maksila.
Kemudian terbentuk pusat osifikasi sekunder pada daerah zigomatikus,
orbitonasal, nasopalatin, & intermaksilaris. Osifikasi ini akan menghasilkan
tulang maksila. Nanti tulang pada maksila akan tumbuh seiring perkembangan
wajah dan rongga mulut.
2.2.7 Pembentukan Bibir & Labial Komisura
Pada minggu ke-4, bibir sebelah atas akan terbentuk dari fusi prosesus maksilaris
dan prosesus nasal medial. Fusi membentuk bibir atas ini selesai pada minggu ke-6.
Prosesus maksilaris dan lengkung mandibularis juga akan berfusi membentuk labial
komisura.
2.2.8. Pembentukan Jaringan Lakrimal
Prosesus maksilaris dan prosesus nasal lateral juga akan berfusi sepanjang
nasolacrimal groove. Ini akan menyambungkan hidung dan pipi. Fusi ini juga
membentuk korda lakrimal pada nasolacrimal groove. Nantinya korda ini akan
membentuk kantung air mata. Korda ini juga membentuk saluran nasolakrimal yang
megalirkan air mata ke rongga hidung.
2.3. Pembentukan Leher
Pembentukan leher berjalan seiring pembentukan wajah. Mulai pada minggu ke-4 dan
selesai pada masa fetal. Leher dan jaringan di sekitarnya terbentuk dari faring primitif dan
aparatus brankhial (lengkung brankhial, lekuk dan membran brankhial, kantung faringeal).
2.3.1. Pembentukan Faring Primitif
Faring primitif berasal dari lapisan endoderm dan mulai terbentuk setelah
embryonic folding pada minggu ke-3. Faring primitif melebar ke arah kranial dan
menyambung dengan stomodeum. Faring primitif juga akan menyempit ke arah kaudal
membentuk esofagus. Selain itu pertumbuhan ke arah ventral/anterior juga menghasilkan
laringofaring, laring, trakea, kelenjar tiroid dan ujung bagian superior paru-paru.
2.3.2. Pembentukan Lengkung Brankhial
Lengkung brankial/lengkung faringeal/branchial arch terdiri dari 6 pasang
penebalan. Dibentuk dari lempeng lateral mesoderm yang berasal dari neural crest cell.
Lengkung/arch ini berjalan ke arah ventral dari sisi lateral faring diantara stomodeum dan
jantung. Pasangan lengkung pertama dan kedua disebut lengkung mandibula dan
lengkung hyoid (arch) dan bentuknya lebih menonjol dari branchial arch lain.
Lengkung/branchial arch dipisahkan oleh alur yang dalam sehingga edoderm dan
ektoderm pada daerah itu saling melekat. Alur di sebelah luar pada permukaan lateral
embrio disebut alur brankialis/branchial groove. Alur di sebelah dalam di sepanjang
dinding lateral faring disebut kantung faringeal/faringel pouch.
Setiap branchial arch mengandung:
Tulang rawan
Muskuler (lapisan mesoderm adalah lapisan yang menghasilkan otot)
Saraf
Arteri
Bagian rangka yang terdiri dari tulang rawan dibentuk oleh mesenkim dari neural
crest cell. Sedangkan bagian mesoderm akan membentuk otot. Sel otot yang dibentuk
akan bermigrasi ke segala arah, tapi asalnya selalu dapat ditelusuru melihat dari
inervasinya. Jaringan dari madibular arch akan membentuk muka bagian bawah dan
tengah sedangkan branchial arch sisanya, branchail groove, fariengeal pouch akan
membentuk leher.
LENGKUNG SARAF & OTOT STRUKTUR SKELETAL
& LIGAMEN
Mandibular Nervus trigeminalis, otot
mastikasi, otot tensor
tympani, otot tensor veli
palatini
Malleus, inkus, ligamen
sphenomandibular, tulang
sphenoid
Hyoid Nervus fasialis, otot
stapedius, otot ekspresi
wajah, otot stylohyoid
Stapes, ligamen stylohyoid,
tulang hyoid
Lengkung 3 Nervus glossopharyngeal,
otot stylopharyngeal
Tulang hyoid
Lengkung 4-6
*lengkung 5 rudimenter
Otot pada laring dan faring,
nervus vagus
Kartilago laring
2.3.3. Pembentukan Lekuk Brankhial
Lekuk brankhial terdapat diantara lengkung brankhial satu dengan lainnya.
Lekuk ini ada 5. Lekuk brankhial pertama akan membentuk membran timpani. Sisa 4
lekuk lainnya hanya sementara saja, dan di akhir minggu ke-7, lekuknya akan hilang
sehingga kontur leher menjadi polos.
2.3.4. Pembentukan Kantung Faringeal
Kantung faringeal terbentuk dari evaginasi dinding lateral faring. Ada 5 pasang,
namun kantung faringeal ke-5 adalah rudimenter.
KANTUNG JARINGAN
Pertama Membran timpani, rongga timpani, tuba
auditori
Kedua Jaringan tonsil palatin
Ketiga dan keempat Kelenjar paratiroid dan tiroid
2.4. Pembentukan Struktur Orofasial
2.4.1. Pembentukan Palatum
Pembentukan palatum terjadi pada minggu ke-5 dan selesai pada minggu ke-12.
Pembentukan palatum terbagi menjadi tiga tahapan yaitu pembentukan palatum primer,
pembentukan palatum sekunder, & penyelesaian palatum. Pembentukan palatum terjadi
melalui fusi pada lapisan yang berbeda dari embrio.
2.4.1.1. Pembentukan Palatum Primer
Pada minggu ke lima, medial nasal process menyatu di bagian dalam
sehingga terbentuk intermaxillary segment. Intermaxillary segment ini berbentuk
seperti baji (segitiga) yang berkembang ke bawah dan ke arah dalam lubang
hidung. Bagian ini akan berkembang menjadi dasar dari lubang hidung dan nasal
septum. Intermaxillary segment ini juga akan membentuk palatal primer atau
primitive palatal. Palatal primer hanya sebagian saja mebatasi oral cavity dan
nasal cavity yang sedang berkembang. Pada akhirnya, palatal primer akan
membentuk premaxillary portion of maxilla, sepertiga bagian depan dari
definitive palatal. Pada palatal primer juga termasuk struktur empat gigi seri
maksila.
2.4.1.2. Pembentukan Palatum Sekunder
Pada minggu ke enam, maxillary process membentuk dua palatal shelves
atau lateral palatine process. Shelves ini awalnya tumbuh ke arah bawah secara
vertikal diantara lidah yang sedang berkembang. Pada perkembangan
selanjutnya, dengan alasan yang tidak diketahui, lidah bergerk ke bawah dan
memberi jalan bagi pertumbuhan palatal ini. Palatal shelves akhirnya bergerak
ke median, mendekat satu sama lain dengan bertumbuh secara horizontal (di atas
lidah yang sedang berkembang). Setalah palatal shelves kiri dan kanan bertemu,
mereka akan berfusi menjadi palatal sekunder. Palatal sekunder ini memberntuk
2/3 bagian belakang dari hard palatal (palatum durum). Median palatine raphe
dan median palatine suture di tengah menandakan tempat fusi antara dua palatal
shelves ini.
2.4.1.3. Penyelesaian Pembentukan Palatum
Untuk menyempurnakan palatum, palatal sekunder bertemu dengan
bagian belakang dari palatal primer (tempat bertemunya palatal primer dan
sekunder disebut foramen incisivus). Finalnya akan ada palatal keras (palatum
durum) dan palatal lunak (palatum mole) di minggu ke dua belas.
Penyempurnaan palatal ini akan menyebabkan rongga mulut dan rongga hidun
bener-benar terpisah. Palatum lunak merupakan posterior palatum sekunder yang
memiliki otot-otot yang penting untuk proses mastikasi dan lainnya.
Waktu Palatal yang dibentuk
Minggu 5-6 Palatal primer: intermaxillary segment
dibentuk dari penggabungan medial nasal
process
Minggu 6-12 Palatal sekunder: fusi palatal sekunder yang
berasal dari axillary process
minggu 12 Compltetion: penggabungan palatan primer
dan sekunder
2.4.2. Pembentukan Rongga Hidung & Septum Nasal
Rongga hidung terbentuk secara bersamaan dengan palatum. Septum nasal juga
terbentuk bersamaan dengan palatum. Septum nasal terbentuk dari prosesus nasal medial,
yang tumbuh inferior ke arah dalam. Septum nasal akan tumbuh vertikal dan nantinya
akan berfusi dengan palatum. Fusi dimulai minggu ke-9 dan selesai pada minggu ke-12.
2.4.3. Pembentukan Lidah
Pembentukan lidah dimulai pada minggu ke-4 sampai ke-8. Lidah terbentuk dari
pembengkakan lengkung brankhialis 1-4. Pertama dibentuk badan lidah, kemudian
dasar lidah terbentuk, lalu penyempurnaan.
2.4.3.1. Pembentukan Badan Lidah
Pada minggu ke-4 terbentuk tuberculum impar. Kemudian, terbentuk
lateral lingual swelling pada tiap sisi tuberculum impar. Bengkakan ini akan
membesar dan kemudian berfusi. Tuberculum impar akan mengecil, lalu
tertutupi oleh gabungan dari lateral lingual swellings. Hasilnya berupa 2/3 bagian
anterior dari lidah.
Sulkus lingual median nanti terlihat. Kemudian, di sekeliling badan
lidah yang baru terbentuk terjadi degenerasi sel. Hal ini menyebabkan badan
lidah terlepas dari dasar mulut, kecuali pada bagian lingual frenum.
2.4.3.2. Pembentukan Dasar Lidah
Segera setelah lateral swelling berfusi, terlihat benjolan baru disebut
copula yang berasal dari mesenkim lengkung brankhial ketiga dan keempat.
Copula akan tumbuh membesar menutupi lengkung brankhial kedua, dan
membentuk 1/3 bagian posterior lidah.
Di bagian posterior copula juga terbentuk benjolan yang disebut benjolan
epiglotik. Benjolan ini berkembang dari mesenkim lengkung brankhial keempat.
Benjolan epiglotik akan berkembang menjadi epiglotis.
2.4.3.3. Penyempurnaan
Setelah tumbuh membesar, copula akan berfusi dengan badan lidah. Ini
terjadi pada minggu ke-8. Akan terbentuk sulkus terminalis. Di dekat sulkus
terminalis terdapat foramen sekum. Pada akhir minggu ke-8 fusi telah
sempurna. Pertama seluruh lidah akan berada di ruang rongga mulut, kemudian
dasar lidah & daerah epiglotik akan turun ke orofaring pada usia 4 tahun.
Otot pada lidah berasal dari mesoderm pada somite dan dipersarafi oleh
nervus hipoglosal. Dengan demikian, organ lidah dipersarafi banyak saraf
kranialis yaitu saraf trigeminal, fasial, glosofaring, vagus, dan hipoglosal.
Papila lidah mulai muncul pada akhir minggu ke-8. Yang pertama
terbentuk adalah papila circumvallate & papilla foliata. Kemudian muncul
papilla fungiform. Baru pada minggu 10-11 muncul papilla filliform. Taste
bud akan terbentuk selama minggu 11-13.
Adult structure of face
Structure (s) Develop (s) from
Upper lip Masillary prominence
Medial nasal prominence
Lower lip Mandibular prominence
Lacrimal sac
Nasolacrimal duct
A nasolacrimal groove that separates the
lateral nasal prominence and the maxillary
prominence
Nose Frontonasal prominence
Medial nasal prominence
Lateral nasal prominence
Cheeks Maxillary prominence
Philtrum
Primary palate
Upper jaw containing the central and lateral
incisors
Intermaxially segment
2.5. Perkembangan Gigi
Perkembangan gigi atau odontogenesis terjadi melalui beberapa tahap. Proses-proses
seperti inisiasi, proliferasi, diferensiasi, morfogenesis dan maturasi juga terjadi. Pertumbuhan
gigi pertama dimulai dari daerah mandibula anterior, kemudian maksila anterior, lalu terus
tumbuh ke arah posterior dari maksila maupun mandibula. Pertumbuhan ini memungkinkan
gigi permanen yang lebih banyak dan berukuran lebih besar.
Gigi sulung/primer mulai berkembang selama masa embrionik dan fetal. Sementara
sebagian gigi permanen mulai berkembang selama masa fetal. Perkembangan gigi terus
berlangsung setelah lahir (molar 2 dan 3).
2.5.1. Tahapan-tahapan selama odontogenesis yaitu:
1. Inisiasi
Inisiasi dimulai pada minggu ke-6 sampai ke-7 masa embrionik. Melibatkan proses
induksi, dimana sel-sel mesenkim mempengaruhi sel-sel ektoderm untuk terjadinya
odontogenesis. Pada awal minggu 6, stomodeum dilapisi oleh lapisan ektoderm. Bagian
luar ektoderm akan berkembang menjadi epitelium oral. Sementara itu, ektomesenkim
akan berkembang di sebelah dalam epitelium oral. Ektomesenkim berasal dari ektoderm
yang dipengaruhi oleh sel neural crest yang berada di mesenkim. Epitelium oral dan
ektomesenkim dibatasi oleh membran basal. Pada akhir minggu 7, epitelium oral akan
tumbuh ke dalam ektomesenkim dan membentuk dental lamina. Dental lamina terbentuk
pada kedua daerah rahang dimulai dari garis tengah dan tumbuh ke arah posterior.
2. Bud Stage
Tahap ini berlangsung pada awal minggu ke-8. Terjadi proliferasi dental
lamina ke arah dalam membentuk kuncup, dan setiap bakal maksila dan bakal mandibula
akan memiliki 10 kuncup. Ektomesenkim juga mengalami proliferasi. Pada daerah
dimana gigi tidak akan tumbuh, dental lamina tidak membentuk kuncup. Nantinya bagian
ini akan hilang digantikan oleh oral mukosa.
3. Cap Stage
Tahap ini berlangsung pada minggu 9-10, selama fase fetal. Terjadi proliferasi,
diferensiasi, dan morfogenesis (dominan). Bagian terdalam kuncup gigi akan melengkung
ke dalam, sehingga kuncup berbentuk seperti topi dan disebut enamel organ/organa
email. Organa email berasal dari lapisan ektoderm dan akan menghasilkan enamel.
Bagian ektomesenkim yang berada dekat dengan lekukan organa email disebut
dental papila/papila dentis. Dental papilla akan membentuk dentin dan jaringan pulpa
gigi dalam. Ektomesenkim yang mengelilingi organa email disebut dental sac/sakus
dentis. Sakus dentis nantinya akan membentuk cementum, ligamen periodontal, dan
tulang alveolar. Membran basal masih terdapat antara organa email dan papila dentis
serta sakus dentis. Organa email, papila dentis, dan sakus dentis disebut sebagai tooth
germ (calon gigi). Calon gigi ini akan berkembang menjadi gigi primer.
Pada minggu ke-10, selama cap stage gigi primer, terjadi
fase inisiasi untuk gigi tetap anterior. Calon gigi tetap ini mula-mula dibentuk dari
perpanjangan dental lamina ke arah lingual dari calon gigi primer. Tempat awal calon
gigi tetap berada pada dental lamina suksesional.
Bakal gigi permanen yang terbentuk bersamaan dengan bakal gigi sulung disebut
gigi suksesional (gigi anterior dan premolar). Gigi permanen ini akan tumbuh ke arah
lingual apabila gigi sulung tidak sepenuhnya lepas. Sementara gigi non-suksesional yaitu
gigi molar permanen. Gigi ini berkembang dari perpanjangan posterior dental lamina
yang berada distal dari dental lamina di gigi molar kedua primer.
4. Bell Stage
Berlangsung pada minggu 11-12. Terjadi proses proliferasi, diferensiasi
(dominan) & morfogenesis. Terbentuk 4 tipe sel yang berbeda dalam organa email yaitu
epitelium enamel dalam, epitel enamel luar, retikulum stelata, dan stratum intermedium.
B r But l l p s n s lBs l p t p e i ada ah a i a e e ada aha
l r lu r B l mBbe da i a e da a
Lapisan sel Deskripsi Peran dalam pembentukan
gigi
Sakus dentis Pembentukan serat kolagen
di sekitar organa email
Akan berdiferensiasi
membentuk sementum,
ligamen periodontal, dan
tulang alveolar
Epitel enamel luar Sel epitel kubus dari organa
Sebagai pelindung organa
Retikulum stelata Sel berbentuk bintang dan
berlapis-lapis, membentuk
jaringan pada organa email
Menyokong produksi matriks
Stratum intermedium Lapisan sel berbentuk pipih Menyokong produksi matriks
atau kubus pada organa email
(lebih ke dalam)
Epitel enamel dalam Sel silindris tinggi dari
organa email
Akan berdiferensiasi menjadi
ameloblas yang membuat
matriks enamel
Sel papila dentis luar Lapisan sel luar dari papila
dentis yang berada dekat
dengan epitel enamel dalam
Akan berdiferensiasi menjadi
odontoblas yang membuat
matriks dentin
Sel papila dentis dalam Kumpulan sel sebelah dalam
dari papila dentis
Akan berdiferensiasi menjadi
jaringan pulpa
5. Aposisi
Waktunya berbeda-beda tergantung pada setiap gigi. Terjadi sekresi enamel,
dentin, dan sementum pada lapisan-lapisan. Pertama-tama sekresi berupa matriks,
yang kemudian akan terkalsifikasi. Terjadi induksi antara organa email dan jaringan
mesenkim pada sakus dentis dan papila dentis. Induksi ini penting untuk pembentukan
enamel, dentin dan sementum. Interaksinya dibantu oleh membran basalis.
6. Maturasi
Waktunya berbeda-beda tergantung pada setiap gigi. Tahap ini tercapai saat
jaringan gigi termineralisasi secara penuh.
2.5.2. Pembentukan Preameloblas
Setelah pembentukan epitel enamel dalam pada tahap bell, sel-selnya akan
tumbuh memanjang menjadi silindris kemudian berdiferensiasi menjadi preameloblas.
Selama diferensiasi, nukleus pada sel bergerak menjauhi membran basal (repolarisasi
seluler). Nantinya preameloblas akan menginduksi sel papila dentis untuk
mendiferensiasi menjadi sel penghasil matriks enamel.
2.5.3. Pembentukan Odontoblas & Matriks Dentin
Setelah preameloblas terbentuk, sel sebelah dalam dari papila dentis akan
terinduksi dan berdiferensiasi menjadi odontoblas. Terjadi repolarisasi nukleus menjauhi
membran basal. Odontoblas akan memulai dentinogenesis (aposisi mantriks dentin)
menghasilkan predentin ke arah membran basal. Matriks dentin disekresikan beberapa
saat sebelum produksi matriks enamel.
2.5.4. Pembentukan Ameloblas, Dentinoenamel Junction, & Matriks Enamel
Setelah diferensiasi odontoblas dan pembentukan predentin,
membran basal antara odontoblas dan preameloblas akan hilang. Ini menyebabkan
predentin dan preameloblas bertemu. Preameloblas akan terinduksi dan berdiferensiasi
menjadi ameloblas. Ameloblas akan memulai amelogenesis (aposisi matriks enamel)
menghasilkan matriks enamel ke arah membran basal. Matriks enamel disekresikan pada
prosesus Tomes, tonjolan pada ameloblas yang mengarah ke membran basal.
Matriks enamel bertemu dengan predentin, kemudian terjadi mineralisasi daerah
membran basal yang membentuk dentinoenamel junction (DEJ). Odontoblas memiliki
prosesus odontoblastik. Prosesus odontoblastik dikelilingi oleh tubulus dentinal.
Odontoblas akan tetap berada di jaringan pulpa, sementara ameloblas nantinya akan
berperan dalam erupsi dan mineralisasi email, namun setelah erupsi akan hilang.
2.6. Pembentukan Akar Gigi
Pembentukan akar terjadi setelah mahkota gigi terbentuk sempurna. Bagian yang
membentuk akar gigi adalah cervical loop. Cervical loop adalah bagian paling servikal dari
organa email, dan terdiri dari dua lapisan, epitel enamel dalam dan epitel enamel luar.
Cervical loop akan tumbuh ke arah dalam mengelilingi ektomesenkim dari sakus dentis,
lalu memanjang mengelilingi jaringan papila dentis dan membentuk selubung epitel akar
Hertwig (HERS). HERS ini yang akan memberi bentuk akar. IEE pada HERS dipisahkan dari
sel papila dentis oleh membran basal.
2.6.1. Pembentukan Dentin Akar
IEE pada HERS akan menginduksi sel papila dentis sebelah luar, menyebabkan
diferensiasi menjadi odontoblas. Odontoblas akan mensekresikan predentin. Saat dentin
selesai terbentuk, maka sel epitel HERS akan hilang. Jika masih terdapat sisa sel epitel
HERS, maka sisa itu disebut epitel Malassez. Epitel Malassez mampu membentuk kista
di ligamen periodontal.
2.6.2. Pembentukan Sementum & Pulpa
Aposisi sementum/cementogenesis terjadi ketika HERS hilang. Sel pada sakus
dentis akan berkontak dengan dentin pada akar. Ini menyebabkan sel sakus dentis
terinduksi dan berubah menjadi sementoblas. Sementoblas akan menutupi dentin akar
dan mensekresikan matriks sementum (sementoid). Banyak sementoblas terkelilingi oleh
sementoid, kemudian menjadi sementosit. Sementoid yang mengelilingi sementosit nanti
akan terkalsifikasi, menjadi sementum.
Hasil dari pembentukan sementum menutupi dentin ini adalah dentinocemental
junction (DCJ). Sementara itu sel-sel sebelah dalam dari papila dentis juga berubah
menjadi jaringan pulpa.
2.6.3. Pembentukan Ligamen Periodontal
Selama pembentukan mahkota & akar gigi, ektomesenkim dari sakus dentis mulai
berkembang membentuk ligamen periodontal. Prosesnya terjadi melalui pembentukan
kumpulan serat kolagen yang berlekatan pada bagian luar sementum dan tulang alveolar
di sekelilingnya. Selain itu, ektomesenkim sakus dentis juga ada yang termineralisasi
membentuk alveoli (kantong gigi) dari tulang alveolar.
2.7. ERUPSI GIGI
Erupsi adalah munculnya gigi yang sedang tumbuh dari gusi ke rongga mulut. Pada gigi
sulung dan permanen, terdapat urutan erupsi.
2.7.1. Erupsi Gigi Sulung
Erupsi melibatkan erupsi aktif, dimana terjadi pergerakan gigi secara vertikal. Ini
berbeda dari erupsi pasif dimana seiring bertambahnya usia, gusi akan “turun” sehingga
gigi terlihat tumbuh. Erupsi pasif biasanya selesai dalam usia 24 ± 6.2 tahun.
Erupsi aktif memiliki tahapan-tahapan:
Setelah aposisi enamel berhenti, pada daerah mahkota dari setiap gigi sulung atau
permanen, ameloblas menempatkan acelular dental kutikula di permukaan enamel
yang baru. Lapisan pada enamel organ memadat, membentuk reduced enamel
epithelium (REE). REE terlihat seperti beberapa layer dari sel gepeng yang berada di
atas permukaan enamel. Jika pembentukan REE selesai, gigi siap untuk erupsi. REE
merupakan gabungan dari ameloblast, stratum intermedium, stellate reticulum, dan
outer enamel epithelium.
REE berfusi dengan epitel oral yang melapisi rongga mulut.
Enzim dari REE mendisintegrasi epitel oral yang menempel dengannya dan
meninggalkan epithelial tunnel. Disintegrasi dari jaringan ini kadang menimbulkan
inflamasi (theeting) dimana bisa juga disertai tenderness dan edema
Jaringan koronal yang fusi tadi akan mengelupas dari mahkota selama erupsi,
meninggalkan initial junctional epithelium di dekat CEJ. Junctional epithelium ini
merekatkan jaringannya dan permukaan gigi. Nantinya jaringan ini akan digantikan
oleh definitive junctional ephitelium saat akar sudah terbentuk.
Nantinya gigi sulung akan tanggal dan digantikan oleh succedaneous permanen
tooth yang berkembang ke arah lingual dari gigi susu. Penanggalan gigi susu melingkupi
2 sel yang bekerja, yaitu Osteoklas untuk mengabsorpsi tulang alveolar di antara 2 gigi
dan Odontoklas untuk resorpsi dentin akar, sementum, dan sebagian email gigi susu.
Proses tanggalnya gigi sulung sifatnya interminent karena dalam waktu yang bersamaan,
osteoblas dan cementoblas berdiferensiasi untuk mengisi tempat yang diresorbsi.
Urut n Brups Buluna i Gigi g
Gigi maksila Erupsi Tanggal/lepas
Central incisor 8-12 bulan 6-7 tahun
Lateral incisor 9-13 bulan 7-8 tahun
Canine 16-22 bulan 10-12 tahun
Molar 1 13-19 bulan 9-11 tahun
Molar 2 25-33 bulan 10-12 tahun
Gigi mandibula Erupsi Tanggal/lepas
Central incisor 6-10 bulan 6-7 tahun
Lateral incisor 10-16 bulan 7-8 tahun
Canine 14-18 bulan 9-12 tahun
Molar 1 17-23 bulan 9-11 tahun
Molar 2 23-31 bulan 10-12 tahun
2.7.2. Erupsi Gigi Permanen
Succedaneous teeth keluar dengan arah lingual dari akar gigi susu. Pengecualian
bagi permanen incisor maksilaris, yang tumbuh lebih ke arah facial. Proses erupsi dari
sucedaneous teeth sama dengan erupsi gigi susu. Erupsi gigi nonsuccedaneous intinya
sama, hanya saja tidak didahului oleh tanggalnya gigi susu. Gigi permanen sering kali
sudah memulai erupsi sebelum gigi susu sepenuhnya tanggal.
Urutan erupsi gigi permanen
Mandibula : mandibibular first molar, mandibular central incisor mandibular
lateral incisor mandibular canine mandibular first premolar mandibular
second premolar mandibular second molar mandibular third molar
Maksila : maxillary first molar maxillary central incisor maxillary lateral
incisor maxillary first premolar maxillary second premolar maxillary canine
maxillary second molar maxillary third molar
PAGE \* MERGEFORMAT 4
Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia