52
BAHAN AJAR Manusia dan etika (Mata kuliah Etika dan tanggung jawab profesi) PENYUSUN Dr. I KETUT WIRAWAN., SH.,MHum I NYOMAN BAGIASTRA, S.H., M.H. UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS HUKUM DENPASAR 2016

BAHAN AJAR Manusia dan etika

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAHAN AJAR Manusia dan etika

BAHAN AJAR

Manusia dan etika (Mata kuliah Etika dan tanggung jawab profesi)

PENYUSUN

Dr. I KETUT WIRAWAN., SH.,MHum

I NYOMAN BAGIASTRA, S.H., M.H.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS HUKUM

DENPASAR

2016

Page 2: BAHAN AJAR Manusia dan etika

2

IDENTITAS MATA KULIAH

Program Studi : Sarjana (S1) Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas

Udayana.

Nama mata kuliah/Kode : Etika dan Tanggung Jawab Profesi

BNS 2201

Jumlah SKS : 2

Pengajar : Dr. I KETUT WIRAWAN., SH., M.Hum

I NYOMAN BAGIASTRA., SH., MH.

Capaian Pembelajaran : Agar mahasiswa memahami tentang sekitar etika, moral dan

tanggungjawab profesi hukum untuk nantinya bisa menjadi sarjana yang profesional dalam bidang

hukum dan bisa mengimplementasikan dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika moral

profesi hukum dalam bidang profesinya masing­masing.

Mata kuliah Prasyarat : -

Deskripsi mata Kuliah : Mata kuliah Etika dan Tanggungjawab Profesi merupakan

mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa fakultas hukum. Mata kuliah ini

akan membahas atau menelaah tentang dan sekitar Etika dan Tanggungjawab Profesi.

Pertama­tama dijelaskan tentang pengertian dan sekitar etika yang meliputi manusia

sebagai makhluk yang berbudaya, pengertian etika dari para sarjana, sifat dan fungsi

etika, macam­macam etika, beda Etika denga Etiket; tentang dan sekitar moral yang

meliputi pengertian moral, pengertian moral dari para sarjana, macam­macam moral,

hubungan etika dan moral, hubungan moral, moralis, moralitas dan faktor­faktor yang

mempengaruhi timbulnya moralitas. Tentang perbuatan manusia dan tanggung jawab

yang meliputi manusia dan perbuatan manusia yang dapat dipertanggungjawabkan,

pengertian pertanggungjawaban dan factor­faktor yang mempengaruhi pertanggung

Page 3: BAHAN AJAR Manusia dan etika

3

jawaban. Tentang kebutuhan manusia dan kerja, macam­macam kebutuhan manusia,

kerja dan klasifikasi kerja dan hubungan kerja dengan profesi. Selanjutnya akan dibahas

tentang profesi dan kode etik, meliputi apa itu profesi, kriteria, ciri­ciri, macam­macam

profesi, nilai­nilai moral profesi dan profesi hukum, kode etik, pengertian dan fungsinya

serta hubungan kode etik dengan hokum positif. Lebih lanjut dibahas tentang

bidang­bidang profesi hukum dengan kode etik dan tanggung jawab masing­masing

bidang profesi (Hakim, Jaksa, Polisi, Advokad, Notaris, dll).

PENDAHULUAN

Page 4: BAHAN AJAR Manusia dan etika

4

1. Adapun tujuan dari mata kuliah ini yaitu mahasiswa diharapkan memahami tentang

sekitar etika, moral dan tanggungjawab profesi hukum untuk nantinya bisa menjadi

sarjana yang profesional dalam bidang hukum dan bisa mengimplementasikan dalam

bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika moral profesi hukum dalam bidang

profesinya masing­masing.

2. Mahasiswa akan lebih mudah memahami materi bahan ajar ini apabila mahasiswa telah

memiliki capapai pembelajaran atas bahan ajar mengenai memahami PIH dan PHI.

3. Capaian pembelajaran atas bahan ajar ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, mahasiswa

diharapkan mampu mengimplementasikan dalam bersikap dan berperilaku sesuai

dengan etika moral profesi hukum dalam bidang profesinya masing­masing.

4. Sistematika penyajian atas bahan ajar ini adalah sebagai berikut:

Pendahuluan

1 Manusia sebagai Makhluk Sosial Yang Berbudaya

2 Pengertian Tentang dan Sekitar Etika,Sifat dan Fungsi Etika,

Macam­macam/jenis­jenis Etika, Perbedaan Etika dan Etiket.

Petunjuk Belajar:

Page 5: BAHAN AJAR Manusia dan etika

5

a. Perkuliahan dilaksanakan dengan tatap muka, diskusi dan pemecahan masalah.

Materi kuliah dan bahan bacaan wajib diinformasikan pada awal perkuliahan. Untuk

menambah pemahaman materi kuliah, mahasiswa diberikan tugas-tugas berupa tugas

terstruktur, tugas mandiri dan presentasi kelompok.

b. Mahasiswa melakukan self study, melakukan penelusuran sumber belajar paling

kurang yang sudah dicantumkan dan digunakan dalam bahan ajar ini. Membaca

bahan ajar ini dan melakukan pengayaan berdasarkan hasil bacaan dari sumber

belajar.

c. Membuat rangkuman atas bahan ajar ini dan mencatat hasil membaca sumber

belajar.

d. Berdiskusi – bertanya kepada dosen yang memberikan kuliah atas substansi yang

dianggap belum jelas dalam bahan ajar ini.

e. Membentuk kelompok kecil yang terdiri dari paling banyak 10 orang. Berdiskusi di

dalam kelompok dan membuat laporan hasil diskusi.

Page 6: BAHAN AJAR Manusia dan etika

6

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG BERBUDAYA

Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain sebagai

makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,

manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah

kehidupan yang damai. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan

dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa makan menggunakan tangan, bisa

berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensinya kemanusiaannya.

Seseorang memiliki sikap sosial apabila ia memperhatikan atau berbuat baik terhadap orang

lain.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap sosial merupakan beberapa tindakan

menuju kebaikan terhadap sesamanya. Selain itu, Manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial

karena pada diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia

memiliki kebutuhan mencari kawan. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali

didasarkan kepentingan dan persamaan ciri.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan

beberapa alasan, yaitu: Ada dorongan untuk berinteraksi, Manusia tunduk pada aturan norma

sosial. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain, Potensi

manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah manusia, Berikut ini

adalah pengertian dan definisi makhluk sosial menurut para ahli, Menurut KBBI : Makhluk

social adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.

Menurut Elly M. Setiadi : Makhluk social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias

melepaskan diri dari pengaruh orang lain.

Menurut Dr. Johannes Garang : Makhluk social adalah makhluk berkelompok dan tidak

Page 7: BAHAN AJAR Manusia dan etika

7

mampu hidup menyendiri

Menurut Aristoteles : Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia

dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain

Menurut Liturgis : Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama

lain serta tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.

INTERAKSI SOSIAL

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan

timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi

adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam

pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari

tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.

Ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut para ahli:

Menurut H. Booner dalam bukunya Social Psychology memberikan rumusan interaksi sosial

bahwa: “Interaksi sosial adalah hubungan antar dua individu atau lebih, dimana kelakuan

individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain

atau sebaliknya.”

Menurut Gillin dan Gillin, yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-

hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang, dan orang perorangan

dengan kelompok.

Maryati dan Suryawati , menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan

timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu

dan kelompok.”

Murdiyatmoko dan Handayani, “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang

menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan

Page 8: BAHAN AJAR Manusia dan etika

8

pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur social.”

Siagian “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling

mempercayai, menghargai, dan saling mendukung.”

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu

hubungan timbal balik antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik

itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok

dalam kehidupan social.

MACAM-MACAM INTERAKSI SOSIAL

Menurut Maryati dan Suryawati interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

Interaksi antara individu dan individu; Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif

ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi

negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

Interaksi antara individu dan kelompok: Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif

maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai

situasi dan kondisinya.

Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok: Interaksi sosial kelompok dan kelompok

terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua

perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru:

Banyak perilaku kita sebenarnya diawali dengan meniru. Salah satu contohnya meniru

potongan rambut, model pakaian, model celana, dan lain-lain. Proses peniruan ini lebih

mudah terjadi dan mudah berubah. Artinya proses peniruan seringkali tidak bertahan lama,

karena apabila ada model baru, maka model yang lama akan ditinggalkan dan berubah meniru

Page 9: BAHAN AJAR Manusia dan etika

9

ke model yang baru. Biasanya yang ditiru adalah hal-hal yang artificial yaitu hal-hal yang

nampak saja dan bersifat fisil. Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima

suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih

dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya

sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti

dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah

bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang

memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan

orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Simpati adalah perasaan tertariknya orang

yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan

berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Setidaknya ada dua macam bentuk interaksi sosial sebagai wujud proses sosial dalam

kehidupan masyarakat. Dua bentukproses interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses

disosiatif.

Proses asosiatif

Proses asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat meningkatkan hubungan solidaritas

antarindividu. Kerjasama (cooperation); Kerjasama merupakan bentuk interaksi sosial yang

utama. Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara perorangan atau

kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerjasama ini semakin

menguat apabila ada tantangan dari luar kelompoknya. Kerjasama bisa timbul jika terjadi hal-

hal berikut:

Page 10: BAHAN AJAR Manusia dan etika

10

a) Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan

yang sama.

b) Kedua belah pihak memiliki sumbangan atau kontribusi untuk memenuhi

kepentingan mereka melalui kerjasama.

Kerjasama merupakan bentuk proses sosial yang baik, tetapi bukan kerjasama dalam

hal yang negatif, seperti kerjasama ketika para siswa sedang melaku-kan ulangan atau ujian.

Apakah kamu melihat ada bentuk kerjasama yang lain di lingkunganmu? Ada beberapa

bentuk kerjasama untuk menyelesaikan pekerjaan iru antara lain sebagai berikut.

a) Kerukunan

Kerukunan adalah hidup berdampingan secara damai dan melakukan kerjasama secara

bersama-sama. Kerukunan dapat ditunjukkan dari kegiatan kerja bakti yang dilakukan

warga atau secara bergiliran melakukan ronda untuk menjaga keamanan kampung.

Kerukunan pada intinya mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

b) Tawar-menawar (bargaining)

Tawar-menawar adalah bentuk perjanjian mengenai pertukaran barang

dan jasa antara dua organisasi atau lebih.

c) Kooptasi

Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau

ide orang atau kelompok lain. Hal itu diperlukan agar kerjasama dapat

berlanjut dengan baik.

d) Koalisi

Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang

mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang

lebih besar.

Page 11: BAHAN AJAR Manusia dan etika

11

e) Joint venture

Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa

perusahaan. Dengan joint venture diharapkan hasil atau keuntungan yang

diperoleh dari sebuah usaha akan lebih besar.

Akomodasi (accomodation)

Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan

dan yang menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan,

berarti adanya suatu keseimbanga dalam interaksi di antara orang-orang, yang kaitan dengan

norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan sebagai

suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Akomodasi mempunyai tujuan sebagai berikut.

1) Mengurangi pertentangan.

2) Mencegah pertentangan untuk sementara.

3) Memungkinkan terjadinya kerjasama.

4) Mengusahakan peleburan antara kelompok social.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan

tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Ada

beberapa bentuk akomodasi. Bentuk-bentuk akomodasi tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Paksaan (coercion)

Paksaan merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan

karena adanya unsuur paksaan. Paksaan merupakan bentuk akomodasi

dengan salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah

dibandingkan dengan pihak lawan.

2) Kompromi

Page 12: BAHAN AJAR Manusia dan etika

12

Kompromi adalah bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang

terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu

penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

3) Penengah (arbitration)

Adanya penengah (arbitration) atau pihak ketiga merupakan suatu cara

unruk mencapai kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak

sanggup mencapai penyelesaian. Pertentangan diselesaikan oleh pihak

ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertentangan.

4) Mediasi

Mediasi menyerupai penengah. Pada mediasi hadirnya pihak ketiga

hanya sebagai penasihat belaka. Tugas pihak ketiga adalah memberi

nasihat agar para pihak yang bertikai menemukan penye¬lesaian untuk

selanjutnya melakukan perdamaian.

5) Konsilisasi

Konsilisasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan

dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan

bersama.

6) Kesabaran

Kesabaran suatu bentuk akomodasi tanpa persetuju-an yang resmi.

Pada usaha ini pihak yang berselisih menyadari betapa berselisih itu

tidak bermanfaat. Secara perlahan-lahan perselisihan diharapkan akan

hilang atau setidaknya berkurang.

7) Terperangkap (skakmat)

Terperangkap hingga tak dapat bergerak lagi adalah suatu bentuk

akomodasi di mana dua pihak yang sedang berselisih yang mempunyai

Page 13: BAHAN AJAR Manusia dan etika

13

kekuatan seimbang berhenti pada suatu titik tertentu.

8) Keputusan pengadilan

Keputusan pengadilan adalah penye¬lesaian perselisihan melalui jalan

pengadilan. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak mengalami

kesulitan mencari jalan damai.

1. Asimilasi

Asimilasi adalah penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat

sekitar. Dalam hal proses sosial, asimilasi berkaitan dengan peleburan perbedaaan

budaya. Proses asimilasi bisa terj adi bila terdapat hal-hal berikut: Perbedaan

kebudayaan kelompok-kelompok manusia, Terjadi pergaulan secara langsung dan

intensif, Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling

menyesuaikan diri.

Beberapa faktor yang mempermudah asimilasi adalah toleransi, sikap

menghargai orang asing, sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin, per-samaan

unsur-unsur kebudayaan, dan kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang

ekonomi.

Page 14: BAHAN AJAR Manusia dan etika

14

Proses disosiatif

Proses disosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan

solidaritas antarindividu. Proses disosiatif meliputi persaingan, kontravensi, dan konflik.

a) Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial dimana individu

atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang

kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum,

dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka yang ada,

tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan

antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebu¬dayaan, persaingan

kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.

b) Kontravensi (contravention)

Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang

berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah

sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur

kebudayaan £olongan tertentu, yang dapat berubah menjadi ^encian, tetapi

tidak sampai pada pertentangan pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi

meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, per-buatan menghalang-halangi,

protes, dan mengecewa-kan rencana pihak lain.

c) Pertentangan/pertikaian (conflict)

interaksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-

masing pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan

kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan,

lalu timbul adanya perten¬tangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian

tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.

Page 15: BAHAN AJAR Manusia dan etika

15

SOSIALISASI

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan

aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena

dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Pengertian sosialisasi menurut beberapa para ahli:

Charlotte Buhler; Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu

belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara

berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.

Koentjaraningrat

Sosialisasi adalah seluruh proses di mana seorang individu sejak masa kanak-kanak

sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan

individu-individu lain yang hidup dalam masyarakat sekitarnya.

Paul B. Horton

Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-

norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk

kepribadiannya.

JENIS-JENIS SOSIALISASI

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)

dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). MenurutGoffman kedua proses tersebut

berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua

institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari

masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang

terkukung, dan diatur secara formal.

Page 16: BAHAN AJAR Manusia dan etika

16

Sosialisasi primer

Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi

pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat

(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum

masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara

bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.

Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting

sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna

kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi

antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

Sosialisasi sekunder

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang

memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat.

Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi,

seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,

seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang

lama.

TIPE SOSIALISASI

Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Contoh, standar

'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu

berbeda.

Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak

pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik

Page 17: BAHAN AJAR Manusia dan etika

17

apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak

terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut

adalah sebagai berikut.

Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang

berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikanmiliter.

Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,

seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada

di dalam masyarakat.

POLA SOSIALIASI

Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi

partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan

hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada

penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang

tua.

Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah,

penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga

sebagai significant other.Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan

pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan

bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan

pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan

keperluan anak. Keluarga menjadigeneralized other.

PROSES SOSIALISASI

Page 18: BAHAN AJAR Manusia dan etika

18

Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat

dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri

untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada

tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang

masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat

oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan

tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

Tahap meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran

yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma

diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang

apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata

lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada

tahap ini.

Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk.

Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi

pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi

seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)

Tahap siap bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang

Page 19: BAHAN AJAR Manusia dan etika

19

secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan

diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya

kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk

membela keluarga dan bekerja sama denganteman-temannya.

Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks.

Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan

yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu,

anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan

dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak

hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas.

Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan

dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri

pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya

AGEN SOSIALISASI

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi.

Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan

lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan

tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda

dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain.

Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman

keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa

mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan

lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan

Page 20: BAHAN AJAR Manusia dan etika

20

atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.

Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik

pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.

Keluarga (kinship)

Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara

kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam

suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas

(extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja

terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping

anggota keluarga inti.

Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh

orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat

agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi,

menurut Gertrudge Jaegerperanan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap

awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang

tuanya sendiri.

Teman pergaulan

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan

manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain

dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan

pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah

pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam

membentuk kepribadian seorang individu.

Page 21: BAHAN AJAR Manusia dan etika

21

Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak

sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain

dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan

dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang

mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-

nilai keadilan.

Lembaga pendidikan formal (sekolah)

Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca,

menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai

kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan

(specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya

dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus

dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

Media massa

Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat

kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh

media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh:

a. Penayangan acara di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan

perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.

b. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan

gaya hidup masyarakat pada umumnya.

c. Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv,

didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari

media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah

mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya

Page 22: BAHAN AJAR Manusia dan etika

22

perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.

Agen-agen lain

Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga

dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan

pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang

dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas

dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

ETIKA, SIFAT DAN FUNGSI ETIKA, MACAM­MACAM/JENIS­JENIS ETIKA,

PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET

Etika atau dalam bahasa Inggris disebut Ethics yang mengandung arti : Ilmu tentang

kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat; ilmu

tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral; kumpulan asas atau

nilai yang berkenaan dgn akhlak; nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan

atau masyarakat.

Secara etimologis etika berasal dari bahasa Yunani kuno Ethos yang berarti kebiasaan,

adat, akhlak, watak, perasaan, sikap. Aristoteles adalah filsuf pertama yang berbicara tentang

etika secara kritis, reflektif, dan komprehensif. aristoles pula filsuf pertama yang

menempatkan etika sebagai cabang filsafat tersendiri. Aristoteles dalam konteks ini lebih

menyoal tentang hidup yang baik dan bagaimana pula mencapai hidup yang baik itu. yakni

hidup yang bermutu/bermakna ketika manusia itu mencapai apa yang menjadi tujuan

hidupnya. menurut Aristoteles denaih apa yang mencapai tujuan hidupnya berarti manusia itu

mencapai dirinya sepenuh-penuhnya. manusia ingin meraih apa yang apa yang disebut nilai

(value), dan yang menjadi tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan, eudaimonia.

Page 23: BAHAN AJAR Manusia dan etika

23

Perilaku menjadi obyek pembahasan etika, karena dalam perilaku manusia

menampakkan berbagai model pilihan atau keputusan yang masuk dalam standar penilaian

atau evaluasi, apakah perilaku itu mengandung kemanfaatan atau kerugian baik bagi dirinya

maupun bagi orang lain.

Fungsi Etika

Di era modernisasi dengan segala kecanggihan yang membawa perubahan dan

pengaruh terhadap nilai-nilai moral, adanya berbagai pandangan ideologi yang menawarkan

untuk menjadi penuntun hidup tentang bagaimana harus hidup dan tentunya kita hidup dalam

masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moral sehingga bingung harus

mengikuti moralitas yang mana, untuk itu sampailah pada suatu fungsi utama etika,

sebagaimana disebutkan Magnis Suseno (1991 : 15), yaitu untuk membantu kita mencari

orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan moralitas yang membingungkan.

Pengertian Profesi

Profesi dalam kamus besar bahasa indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi

pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. jenis profesi yang

dikenal antara lain : profesi hukum, profesi bisnis, profesi kedokteran, profesi pendidikan

(guru). menurut Budi Santoso ciri-ciri profesi adalah :

a. suatu bidang yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus menerus dan

berkembang dan diperluas;

b. suatu teknis intelektual;

c. penerapan praktis dari teknis intelektual pada urusan praktis ;

d. suatu periode panjang untuk suatu pelatihan dan sertifikasi;

e. beberapa standar dan pernyatan tentang etika yang dapat diselenggarakan;

f. kemampuan memberi kepemimpinan pada profesi sendiri;

Page 24: BAHAN AJAR Manusia dan etika

24

g. asosiasi dari anggota-anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang akrab

dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggota;

h. pengakuan sebagai profesi;

i. perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari

pekerjaan profesi;

j. hubungan erat dengan profesi lain.

Etika Profesi

Etika profesi adalah bagian dari etika sosial, yaitu filsafat atau pemikiran kritis

rasional tentang kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagia anggota umat

manusia (Magnis Suseno et.al., 1991 : 9). untuk melaksanakan profesi yang luhur

itu secara baik, dituntut moralitas yang tinggi dari pelakunya ( Magnis Suseno

et.al., 1991 : 75). Tiga ciri moralitas yang tinggi itu adalah :

1. Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi.

2. Sadar akan kewajibannya, dan

3. Memiliki idealisme yang tinggi.

Profesi Hukum

Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh aparatur hukum

dalam suatu pemerintahan suatu Negara. Profesi hukum dari aparatur hukum negara

Republik Indonesia dewasa ini diatur dalam ketetapan MPR II/MPR/1993 tentang Garis-

Garis Besar Haluan Negara. Pengemban profesi hukum harus bekerja secara profesional

dan fungsional, memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan. kritis, dan

pengabdian yang tinggin karena mereka bertanggung jawab kepada diri sendiri dan

sesama anggota masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengemban profesi

Page 25: BAHAN AJAR Manusia dan etika

25

hukum bekerja sesuai dengan kode etik profesinya, apabila terjadi penyimpangan atau

pelanggaran kode etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai

dengan tuntutan kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada dewan kehormatan

yang akan mengoreksi pelanggaran kode etik.

Nilai Moral Profesi Hukum

Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dari

pengembannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari

perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai moral yang kuat.

Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari

kepribadian profesional hukum.

Kejujuran

Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari

misi profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan penuh tipu daya. Sikap yang

terdapat dalam kejujuran yaitu :

a. Sikap terbuka, berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan/keikhlasan melayani

atau secara cuma-cuma

b. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak

otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.

Otentik

Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian

yang sebenarnya. Otentiknya pribadi

profesional hukum antara lain :

a. tidak menyalahgunakan wewenang;

Page 26: BAHAN AJAR Manusia dan etika

26

b. tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (malkukan perbuatan

tercela;

c. mendahulukan kepentingan klien;

d. berani berinsiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata

menunggu atasan;

e. tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.

Bertanggung Jawab

Dalam menjalankan tugasnya, profesioal hukum wajib bertanggung jawab, artinya : a. kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk

lingkup profesinya ;

b. bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara

cuma-cuma (prodeo);

c. kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan

kewajibannya.

Dari hasil uraian diatas dapat kita rumuskan tentang pengertian etika profesi

hukum sebagai berikut : Ilmu tentang kesusilaan, tentang apa yang baik dan apa yang

buruk, yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatannya sebagai pelaksana hukum dari

hukum yang berlaku dalam suatu negara. sesuai dengan keperluan hukum bagi

masyarakat Indonesi dewasa ini dikenal beberapa subyek hukum berpredikat profesi

hukum yaitu : Polisi, Jaksa, Penasihat hukum(advokad, pengacara), Notaris, Jaksa, Polisi.

Seluruh sektor kehidupan, aktivitas, pola hidup, berpolitik baik dalam lingkup

mikro maupun makro harus selalu berlandaskan nilai-nilai etika. Urgensi etika adalah,

pertama, dengan dipakainya etika dalam seluruh sektor kehidupan manusia baik mikro

maupun makro diharapakan dapat terwujud pengendalian, pengawasan dan penyesuaian

Page 27: BAHAN AJAR Manusia dan etika

27

sesuai dengan panduan etika yang wajib dipijaki, kedua, terjadinya tertib kehidupan

bermasyarakat, ketiga, dapat ditegakan nilai-nilai dan advokasi kemanusiaan, kejujuran,

keterbukaan dan keadilan, keempat, dapat ditegakkannya (keinginan) hidup manusia,

kelima, dapat dihindarkan terjadinya free fight competition dan abus competition dan

terakhir yang dapat ditambahkan adalah penjagaan agar tetap berpegang teguh pada

norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat sehingga tatanan kehidupan dapat

berlangsung dengan baik.

Urgensi atau pentingnya ber'etika sejak jaman Aristoteles menjadi pembahasan

utama dengan tulisannya yang berjudul " Ethika Nicomachela". Aristoteles berpendapat

bahwa tata pegaulan dan penghargaan seorang manusia, yang tidak didasarkan oleh

egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan pada hal-hal yang altruistik,

yaitu memperhatikan orang lain. Pandangan aristoles ini jelas, bahwa urgensi etika

berkaitan dengan kepedulian dan tuntutan memperhatikan orang lain. Dengan berpegang

pada etika, kehidupan manusia manjadi jauh lebih bermakna, jauh dari keinginan untuk

melakukan pengrusakan dan kekacauan-kekacauan.

Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat diperoleh suatu

deskripsi umum, bahwa ada titik temu antara etika dan dengan hukum. Keduanya

memiliki kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan dan tata kehidupan

manusia. Dalam hal ini etika menekankan pembicaraannya pada konstitusi soal baik

buruknya perilaku manusia. Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak

bilamana ada ketentuan secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu bertentangan

dengan pesan-pesan etika. Begitupun seorang dapat disebut melanggar etika bilamana

sebelumnya dalam kaidah-kaidah etika memeng menyebutkan demikian. Sementara

keterkaitannya dengan hukum, Paul Scholten menyebutkan, baik hukum maupun etika

kedua-duanya mengatur perbuatan-perbuatan manusia sebagai manusia sebagai manusia,

Page 28: BAHAN AJAR Manusia dan etika

28

yaitu ada aturan yang mengharuskan untuk diikuti, sedangkan di sisi lain ada aturan yang

melarang seseorang menjalankan sesuatu kegiatan, misalnya yang merugikan dan

melanggar hak-hak orang lain. Pendapat Scholten menunjukan bahwa titik temu antara

etika dengan hukum terletak pada muatan substansinya yang mengatur tentang perilaku-

perilaku manusia. apa yang dilakukan oleh manusia selalu mendapatkan koreksi dari

ketentuan-ketentuan hukum dan etika yang menentukannya. ada keharusan, perintah dan

larangan, serta sanksi-sanksi.

Teori Hukum Dalam Hubungannya Dengan Etika

Salah satu teori hukum yang memiliki keterkaitan signifikan dengan etika adalah

"teori hukum sibernetika". Teori ini menurut Winner, hukum itu merupakan pusat

pengendalian komunikasi antar individu yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan.

Hukum itu diciptakan oleh pemegang kekuasaan, yang menurut premis yang

mendahuluinya disebut sebagai central organ. Perwujudan tujuan atau pengendalian itu

dilakukan dengan cara mengendalikan perilaku setiap individu, penghindaran sengketa

atau dengan menerapkan sanksi-sanksi hukum terhadap suatu sengketa. Dengan cara

demikian, setiap individu diharapakan berperilaku sesuai dengan perintah, dan keadilan

dapat terwujud. Teori ini menunjukan tentang peran strategis pemegang kekuasaan yang

memiliki kewenangan untuk membuat (melahirkan) hukum. dari hukum yang berhasil

disusun, diubah, diperbaharui, atau diamandemen ini, lantas dikosentrasikan orientasinya

unyuk mengendalikan komunikasi antar individu dengan tujuan menegakan keadilan.

Melalui implementasi hukum dengan diikuti ketegasan sanksi-sanksinya, diharapakan

perilaku individu dapat dihindarkan dari sengketa, atau bagi anggota masyarakat yang

terlibat dalam sengketa, konflik atau pertikaian, lantas dicarikan landasan pemecahannya

dengan mengandalakan kekuatan hukum yang berlaku.

Page 29: BAHAN AJAR Manusia dan etika

29

Dampak Penegakan Dan Pelanggaran Etika

Penyair Syauqi Beg Menyebutkan "sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka

masih mempunyai ahklak (moral) yang mulia, maka apabila ahklak mulianya telah

hilang. maka hancurlah bangsa itu". Manusia memang sering kali bersikap dan

berperilaku yang berlawanan dengan norma yang sudah dipelajari dan dipahaminya.

Norma moral memang sudah banyak dipahami oleh kalangan komunitas terdidik

(aparatur negara) ini, tetapi mereka masih juga melihat pertimbangan kepentingan lain

yang perlu, dan bahkan harus didahulukan dengan cara mengalahkan berlakunya norma

moral (akhlak). contoh-contoh kasus yang merupakan dampak dari pelanggaran etika

banyak di jumpai masyarakat atau dalam perjalanan kehidupan bangsa ini. perilaku orang

kecil (kalangan miskin) yang melanggar norma moral sangat berbeda akibatnya jika

dibandingkan dengan perilaku pejabat atau aparatur negara. Kalau pejabat atau aparatur

negara yang melakukan penyimpangan moral, maka dampaknya bukan hanya sangat

terasa bagi keberlanjutan hidup bermasyarakat dan bernegara, tetapi juaga terhadap citra

institusi yang menjadi pengemban tegaknya moral. Masyarakat tanpa akhlak mulia sama

seperti masyarakat rimba dimana pengaruh dan wibawa diraih dari keberhasilan

menindas yang lemah, bukan dari komitmen terhadap integritas akhlak dalam diri.

manusia yang mengabaikan etika kehidupan itulah yang membuat bumi ini sakit parah,

menjadi korban keteraniayaan, atau mengalami kerusakan berat. kerusakan ini tidak lagi

membuat bumi menjadi damai, bahkan sebaliknya menuntut tumbal yang mengerikan

yang barangkali tidak terbayangkan dalam pikiran manusia. Banyaknya kasus yang

terjadi dan akibat yang ditimbulkan lua biasa, maka ini menunjukan bahwa dampak dari

pelanggaran etika atau penyimapangan moral tidaklah main-main. pelanggaran moral

telah terbukti mengakibatkan problem serius di hampir seluruh aspek kehidupan

Page 30: BAHAN AJAR Manusia dan etika

30

masyarakat khususnya di Indonesia. Kondisi masyarakat tampak demikian tidak berdaya,

menjauh dari hak kesejahteraan, hak keadilan, hak pendidikan yang berkualitas, hak

jaminan kesehatan dan keselamatan, adalah akibat pelanggaran moral yang sangat kuat.

Eksistensi Etika Profesi Hukum

Pameo "ubi societas ibi ius" (dimana ada masyarakat, disana ada hukum)

sebenarnya mengungkapkan bahwa hukum adalah suatu gejala sosial yang bersifat

universal. Dalam setiap masyarakat, mulai dari yang paling modern sampai pada

masyarakat yang primitif, terdapat gejala sosial yang disebut hukum, apapun namanya.

Bentuk dan wujudnya berbeda-beda, tergantung pada tingkat kemajemukan dan

peradapan masyarakat yang bersangkutan. Istilah-istilah yang bermunculan di

masyarakat pun tidak berbeda dengan apa dengan apa yang dialami dengan istilah

hukum, yakni seiring dengan perkembangan (dinamika) yang terjadi dalam realitas

kehidupan masyarakat. Di tengah masyarakat terdapat pelaku-pelaku sosial, politik,

budaya, agama, ekonomi, dan lainnya, yang bisa saja melahirkan istilah-istilah atau

makna varian sejalan dengan tarik menarik kepentingan. Perkembangan istilah-istilah

yang diadaptasikan dengan dinamika sosial budaya masyarakat kerapkali menyulitkan

kalangan ahli-ahli bahasa, terutama bila dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang

dilakukan di lingkungan jurnalistik media cetak. Perkembangan pers yang mengikuti

target-target globalisasi informasi, industrialisasi atau bisnis media, dan transformasi

kultural, politik dan ekonomi yang berlangsung cepat telah memberikan pengaruh yang

cukup kuat terhadap pertumbuhan dan pergeseran serta pengembangan makna, istilah,

atau kosakata. Misalnya kata profesi cukup gampang diangkat dan dipakai oleh

bermacam-macam pekerjaan, perbuatan, perilaku dan pengambilan keputusan.

Page 31: BAHAN AJAR Manusia dan etika

31

Fungsi Kode Etik Profesi Hukum

Terjadinya pelanggaran nilai moral dan nilai kebenaran karena kebutuhan

ekonomi yang terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan psikis yang

seharusnya berbanding sama. Usaha penyelesaiannya adalah tidak lain harus kembali

kepada hakikat manusia dan untuk apa manusia itu hidup. hakikat manusia adalah

mahkluk yang menyadari bahwa yang benar, yang indah dan yang baik adalah

keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan psikis dan inilah yang

menjadi tujuan hidup manusia. Etika sangat diperlukan karena beberapa pertimbangan

(alasan) berikut :

1. kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam bidang moral,

sehingga kita bingung harus mengikuti moralitas yang mana.

2. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur kebutuhan dan nilai

masyarakat yang akibatnya menantang dangan moral tradisional.

3. Adanya pelbagai ideologi yang menawarkan diri sebagai penuntun hidup yang

masing-masing dengan alasannya sendiri mengajarkan bagaimana manusia harus

hidup.

4. Etika juga diperlukan oleh kaum beragama yang di satu pihak diperlukan untuk

menemukan dasar kemantapan dalam iman kepercayaan mereka, dilain pihak mau

berpastisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi

kehidupan masyarakat yang sedang berubah itu.

Ada dimensi fungsional mengapa etika itu perlu dituangkan dalam kode etik profesi :

1. Menjelaskan atau menetapkan tanggung jawab kepada klien, institusi dan masyarakat.

ada sasaran konvergensi tanggung jawab yang dituju, yakni bagaimana hak-hak

istimewa klien, kelembagaan dan masyarakat dapat ditentukan dan diperjuangkan.

Page 32: BAHAN AJAR Manusia dan etika

32

pengemban profesi mendapatkan kejelasan informasi dan "buku pedoman" mengenai

kewajiban yang harus dilaksanakan, sementara klien, lembaga dan masyarakat pun

secara terbuka mengetahui hak-haknya.

2. Membantu tenaga ahli dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat jika

menghadapi problem dalam pekerjaannya. Problem yang dihadapi seperti munculnya

kasus-kasus hukum baru yang penanganannya membutuhkan kehadiran ahli atau

diluar kemampuan spesifikasi adalah membutuhkan pedoman yang jelas untuk

menghindari terjadinya kesalahan dan kekeliruan, sehingga kalau sampai terjadi

seorang ahli itu misalnya tidak mampu menyelesaikan problem yang dihadapinya

tidaklah lantas dipersalahkan begitu saja.

3. Diorientasikan untuk mendukung profesi secara bermoral dan melawan perilaku

melanggar hukum dan indispliner dari anggota-anggota tertentu. Pengemban profesi

(hukum) mendapatkan pijakan yang dapat dijadikan acuan untuk mengamati perilaku

sesama pengemban profesi yang dinilai melanggar hukum. Dengan keberadaan kode

etik, akan lebih muda ditentukan bentuk, arah dan kemanfaatan penyelenggaraan

profesi hukum.

4. Sebagai rujukan untuk menjaga prestasi dan reputasi, baik secara individu maupun

kelembagaan.

Ada beberapa fungsi kode etik :

1. Kode etik sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria

bagi para calon anggota kelompok profesi dan membantu mempertahankan

pandangan para anggota lama terhadap prinsip profesional yang telah digariskan.

2. Kode-kode etik profesi mencegah pengawasan atau campur tangan yang dilakukan

oleh pemerintah atau oleh masyarakat melalui agen atau pelaksanannya.

Page 33: BAHAN AJAR Manusia dan etika

33

3. kode etik adalah untuk pengembangan patokan kehendak yang lebih tinggi. Kode

etik ini dasarnya adalah suatu perilaku yang sudah dianggap benar serta

berdasarkan metode prosedur yang benar pula.

Kode etik profesi dapat dijadikan pedoman untuk memberdayakan, kemahiran,

spesifikasi atau keahlian yang sudah dikuasai oleh pengemban profesi. Dengan kode

etik, pengemban profesi dituntut meningkatkan karier atau prestasi-prestasinya. Kalau

itu merupakan kode etik profesi hukum, maka pengemban profesi hukum dituntut

menyelaraskan tugas-tugasnya secara benar dan bermoral. Kode etik menjadi terasa

lebih penting lagi kehadirannya ketika tantangan yang menghadang profesi hukum

makin berat dan kompleks, khususnya ketika berhadapan dengan tantangan yang

bersumber dari komunitas elit kekuasaan. sikap elit kekuasaan terkadang bukan hanya

tidak menghiraukan norma moral dan yuridis, tetapi juga mempermainkannya.

Profesi Hukum dan Penegakan Hukum

Suatu profesi hukum di awali dengan proses pendalaman dan penguasaan

spesifikasi keilmuwan di bidang perundang-undangan (hukum). Orang yang berniat

menjadi penyelenggara atau pengemban profesi hukum haruslah masuk dalam

lingkaran atau komunitas proses. Tanpa melalui jalan ini, sulit dihasilkan seorang figur

penyelenggara hukum yang handall (profesional). Profesionalitas ikut ditentukan oleh

peran atau kontribusi yang ditujukan selama berada dalam komunitas profesi.

Ada tahap seseorang baru boleh dan tepat mempelajari pengertian hukum dan profesi,

kemudian dilanjutkan dengan mempelajari fungsi, orientasi dan manfaat sebuah

profesi hukum ditengah masyarakat.

Tahap-tahap yang perlu dilalui ini menjadi pengantar menuju penegakan,

Page 34: BAHAN AJAR Manusia dan etika

34

pemberdayaan dan pemuliaan profesi. Implementasi profesi itu, termasuk profesi

hukum sebenarnya tergantung dari pribadi yang bersangkutan karena mereka secara

pribadi mempunyai tanggung jawab penuh atas mutu pelayanan profesinya dan harus

secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan warga masyarakat atau diabadikan untuk

kepentingan umum yang memerlukan pelayanan dalam bidang hukum, untuk itu

tentunya memerlukan keahlian yang berkeilmuan serta dapat dipercaya. Dinamika

kualitas pelayanan profesi itu terkait dengan tingkat dan macam problem yang

dihadapi masyarakat.

Suatu jenis profesi, termasuk profesi hukum akan bisa dilihat perkembangan

dan prospeknya melalui ragam konflik sosial yang muncul.

Untuk menjadi penyelenggara profesi hukum yang baik dibutuhkan kehadiran

sarjana-sarjana hukum dan praktisi hukum yang memiliki kualifikasi sikap berikut :

1. Sikap kemanusiaan, agar tidak menaggapi (menyikapi) hukum secara

formal belaka, Artinya, sebagai sarjana hukun dituntut sejak dini untuk

gemar melakukan analisis dan interpretasi yuridis yang sesuai dengan

aspirasi dan dinamika masyarakat, sehingga dalam dirinya tidak sampai

kehilangan, apalgi tergusur atau terdegradasi wacana kemanusiaan.

Tuntutan memiliki sikap kemanusiaan (human attitude) itu tidaklah muncul

seketika, tetapi melalui proses yang menuntut konsentrasi dalam hal sinergi

dan intelektual. Kalau sikap ini bisa dimiliki, maka seorang sarjana hukum

akan mampu menjadi penyelenggara profesi hukum yang bukan tergolong

sebagai "mulut/corong undang-undang" (la bauche de laloi), tetapi sebagai

penyelenggara profesi hukum yang humanis.

2. Sikap keadilan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Ketentuan

perundang-undangan yang berhasil dipelajari dan mengantarkannya sebagi

Page 35: BAHAN AJAR Manusia dan etika

35

pihak yang jadi pusat ketergantungan masyarakat adalah sudah seharusnya

kalu sikap-sikap yang ditujukan itu mencerminkan dan mengartikulasikan

tuntutan masyarakat. pemenuhan terhadap tuntutan masyarakat yang

memang sebenarnya merupakan hak-haknya akan menentukan apakah

dirinya pantas disebut sebagai penyelenggara profesi hukum yang baik atau

tidak. Sikap yang ditujukan dalam menangani suatu perkara hukum

misalnya bukan dilatarbelakangi oleh tuntutan memperoleh keuntungan

pribadi seperti harta dan kemapanan posisi, tetapi adalah memenuhi

panggilan keadilan. Menunjukan sikap yang baik bukanlah hal yang mudah

bagi penyelenggara hukum. Hal-hal yang menuju pada kebaikan kerapkali

dihadapkan dengan beragam tantangan yang bertujuan hendak mematikan

cahaya kebaikan itu. Kalau ada pihak yang bersemangat dan kukuh dalam

memegang kode etik, maka di sisi lain biasanya terdapat sejumlah

pengganggu yang menjadi pemerdayanya. Sikap adil yang ditujukan oleh

penyelenggara profesi huku dapat dikategorikan sebagai ekspresi nuraniah

yang cukup berani dan mulia, mengingat dengan sikap itu, penyelenggara

profesi hukum berarti tidak sampai kehilangan jati diri dan tetap menjadi

pemenang karena mampu mengalahkan beragam tantangan yang berusaha

menjinakan sikap adilnya.

3. Mampu melihat dan menempatkan nilai-nilai objektif dalam suatu

perkara yang ditangani. Penyelenggara hukum yang dihadapkan dengan

kasus seorang klien, yang perlu dan harus dikedepankan lebih dulu adalah

mencermati dan menelaah secara teliti kronologis kasus tersebut. Ketika

klien menyampaikan latar belakang kejadian munculnya kasus (konflik)

Page 36: BAHAN AJAR Manusia dan etika

36

itu, maka penyelenggara hukum dituntut bisa mempertanyakan,

mendialogkan dan mengongklusiakn kasus itu sampai muncul dan apa yang

diinginkan setelah kasus itu terjadi, termasuk menjelaskan kemungkinan-

kemungkinan akhir kasus itu dengan berpijak pada inti persoalan objektif

dan pijakan yuridis yang sudah diketahuinya. Wacana objektifitas itu

sangat penting bagi penyelenggara hukum, mengingat hal ini selain dapat

dijadikan bahan untuk membantu menyelesaikan kasus yang dihadapinya,

ia juga akan tetap mampu memepertahankan konsistensi keintelektualannya

dalam mengembangkan disiplin ilmu hukum. Penyelenggara seperti ini

akan mampu menyeimbangkan antara da sollen dan das sein. Disiplin ilmu

hukum yang berhasil diraihnya tetap percaya dan mampu menerangi

kepentingan masyarakat, dan bukan senaliknya tergeser oleh kepentingan-

kepentingan dan ambisi-ambisi yang melupakan sisi normatif dan referensi

keilmuannya.

4. Sikap kejujuran. Sikap ini boleh dikata menjadi panduan moral tertinggi

bagi penyelenggara profesi hukum. sebagai suatu panduan tertinggi,

tentulah akan terjadi resiko dan impact yang cukup komplikatif bagi

kehidupan masyarakat dan kenegaraan kalau sampai sikap itu tidak dimiliki

oleh penyelenggara hukum. Sebagai suatu sikap yang harus ditegakkan

dalam penyelenggaraan profesi, maka tanggung jawab yang terkait

dengannya akan ditentukan karenannya. Kasus-kasus hukum akan bisa

diatasi dan tidak akan terhindar dari kemungkinan mengundang timbulnya

persoalan sosial-yuridis yang baru bilamana komitmen kejujuran masih

diberlakukan oleh kalangan penyelenggara profesi hukum. kasus-kasus

Page 37: BAHAN AJAR Manusia dan etika

37

yang muncul ditengah masyarakat, baik yang diketegorikan sebagai bentuk

pelanggaran hukum maupun moral tidak sedikit di antaranya dikarenakan

oleh ketidakjujuran yang dilakukan seseorang maupun kelompok sosial.

Sikap jujur ini menjadi pangkal atas terlaksana dan tegaknya stabilitas

nasional. Masyarakat, terlebih rakyat kecil akan dapat menikmati

kehidupan sejahtera dan harmonis bilamana sikap jujur tak sampai terkikis

dalam diri kalangan orang-orang besar yang diantaranya adalah

penyelenggara profesi hukum yang salah satu tugasnya menjembatani

aspirasi orang-orang kecil.

Profesi Hukum dan Manajemen Hukum

Manajemen hukum punya hubungan yang istimewa dengan profesi hukum. Dengan

manajemen yang baik, citra profesi hukum akan jadi lebih baik. Sebaliknya, dengan

manajemen yang buruk, citra profesi hukum akan menjadi buruk. Manajemen menjadi ukuran

kinerja pengemban profesi hukum".

Profesi adalah sebuah sebutan atau jabatan dimana orang yang menyandangnya

mempunyai pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain,

atau bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga penyandang profesi dapat membimbing

atau memberi nasehat/saran atau juga melayani orang lain dalam bidangnya sendiri.

Sekarang ini boleh dikatakan profesi hukum cenderung beralih kepada kegiatan bisnis

dengan tujuan utama: berapa yang harus dibayar, bukan apa yang harus dikerjakan. Hal ini

sudah menggejala merasuk segala jenis profesi hukum bidang pelayanan umum, biaya

pembuatan akta notaris mahal, biaya perkara di pengadilan mahal, karena dibisniskan. Padahal

tujuan diciptakannya undang-undang yang mengatur kepentingan umum itu untuk

Page 38: BAHAN AJAR Manusia dan etika

38

menyejahterakan masyarakat, bukan menyengsarakan masyarakat. Dengan demikian, jasa

pelayanan umum yang diberikan oleh profesional hukum berubah dari bersifat etis menjadi

bersifat bisnis. Mengapa terjadi demikian?

Dalam kenyataan sekarang. profesi boleh dikatakan terdesak oleh bisnis karena imbalan atas pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan nilai kebutuhan layak dewasa ini. Hal ini menjadi penyebab mengapa kode etik profesi hanya menjadi pajangan, sulit diamalkan dalam memenuhi tugas profesi. Di samping itu, keahlian yang berbeda pada setiap profesi mengakibatkan terjadi perbedaan mencolok antara imbalan yang diterima oleh profesional yang berlainan profesi, misalnya :

1. keahlian dosen berbeda dengan keahlian dokter spesialis, akuntan, notaris,

pengacara.

2. keahlian pilot, nakhoda berbeda dengan keahlian pengemudi bus di jalan raya.

3. keahlian penerjemah, operator komputer berbeda dengan kehlian pengarang buku.

Kurang Kesadaran dan kepedulian Sosial

Kesadaran dan kepedulian sosial merupakan kriteria pelayanan untuk profesional

hukum. Wujudnya adalah kepentingan masyarakat lebih di dahulukan daripada kepentingan

pribadi, pelayanan lebih diutamakan daripada pembayaran, nilai moral lebih ditonjolkan

daripada nilai ekonomi. Namun, gejala yang diamati sekarang sepertinya lain dari apa yang

seharusnya diemban oleh profesional hukum. Gajala tersebut menunjukan mulai pudarnya

keyakinan terhadap wibawa hukum.

Di antara gejala itu adalah para profesional hukum mulai menjual jasa demi

penghasilan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat, mereka menyediakan diri bagi

kesejahteraan umat manusia, dalam kegiatan profesional mereka menjadi orang sewaan yang

dibayar mahal oleh klien mereka. Para profesional hukum banyak menghabiskan waktu

memberi konsultasi kepada klien pengusaha secara pribadi melaksanakan hukum dengan cara-

cara yang justru melanggar hukum, misalnya bagaimana cara berkolusi menyelesaikan maslah

kredit melalui jalan belakang, menghindari pajak mahal. Apapun jenis profesi hukumnya,

Page 39: BAHAN AJAR Manusia dan etika

39

profesional hukum adalah abdi masyarakat dan abdi hukum yang berorientasi kepada

kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi semata-mata.

Dalam negara hukum yang sedang membangun seperti Indonesia, profesional hukum

yang sadar dan peduli kepada kepentingan masyarakat sangat dibutuhkan. Mereka dibutuhkan

masyarakat untuk membela memperjuangkan nasib bagaimana berurusan dengan birokrasi

yang tidak berbelit-belit, berperkara dengan biaya wajar, memperoleh ganti kerugian yang

memadai akibat penggusuran hak-hak mereka. Demi tegaknya hukum dan keadilan,

profesional hukum yang berpihak kepada masyarakat golongan sangat dibutuhkan guna

memperjuangkan hak-hak mereka yang tergusur dan tersingkir.

Kode etik profesi adalah semacam perjanjian bersama semua anggota bahwa mereka

berjanji untuk mematuhi kode etik yang telah dibuat bersama. Dalam rumusan kode etik

tersebut dinyatakan, apabila terjadi pelanggaran, kewajiban mana yang cukup diselesaikan

oleh dewan kehormatan, dan kewajiban mana yang harus diselesaikan oleh pengadilan. Untuk

memperoleh legalisasi, ketua profesi yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada

ketua pengadilan negeri setempat agar kode etik itu disahkan dengan akta penetapan

pengadilan yang berisi perintah penghukuman kepada setiap anggota untuk mematuhi kode

etik itu. Jadi kekuatan berlaku dan mengikat kode etik mirip dengan akta perdamaian yang

dibuat oleh hakim. Apabila ada yang melanggar kode etik, maka dengan surat perintah,

pengadilan memaksakan pemulihan itu.

Kode etik profesi adalah norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi,

yang mengarahkan dan memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat

dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Kode etik profesi

merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas

suatu profesi. Kode etik profesi adalah rumusan norma moral manusia yang mengemban

profesi dan menjadi tolak ukur perbuatan anggota kelompok profesi. Kode etik profesi

Page 40: BAHAN AJAR Manusia dan etika

40

merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggota.

Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi,

lengkap dalam bahasa yang baik tetapi singkat sehingga menarik perhatian dan

menyenangkan pembacanya. Alasan dibuat tertulis mengingat fungsinya sebagai sarana

kontrol sosial, pencegah campur tangan pihak lain, dan pencegah kesalahpahaman dan

konflik. Namun kode etik profesi mempunyai kelemahan, yaitu terlalu idealis yang tidak

sejalan dengan fakta yang terjadi di sekitar profesional, sehingga menimbulkan

kecenderungan untuk diabaikan.

Kecenderungan itu ditandai oleh menggejalanya perbuatan yang menunjukan kode etik

profesi kurang berfungsi di kalangan para profesiona l anggota kelompok profesi.

Kurang berfungsinya kode etik profesi karena kolusi bermotif bisnis, jasa profesional tidak

sebanding dengan pendapatan yang diterimanya, pengaruh konsumerisme dan yang paling

menentukan adalah lemah iman. Kode etik profesi semata-mata berdasarkan kesadaran moral,

tidak mempunyai sanksi keras, sehingga pelanggar kode etik tidak merasakan akibat

perbuatanya, malahan seperti tidak berdosa kepada sesama manusia.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran serius terhadap kode etik profesi dapat

ditempuh cara penundukan pada undang-undang, sehingga pelanggaran kode etik akan

diancam dengan sanksi seperti pelanggar undang-undang. Cara lain lagi yaitu melegalisasikan

kode etik profesi kepada Ketua Pengadilan Negeri, sehingga mempunyai kekuatan berlaku

dan mengikat sama seperti akta perdamaian di muka pengadilan.

Moral Penyelenggara Hukum

Dalam pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang penyelenggaraan

Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme disebutkan, bahwa

setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi

Page 41: BAHAN AJAR Manusia dan etika

41

dan nepotisme (ayat 4); dan berkewajiban melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung

jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi,

keluarga, kroni, maupun kelompok. Dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun

yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (ayat 6);

Kalau berpijak pada norma yuridis tersebut, dapatlah dipahami, bahwa setiap

penyelenggara negara, seperti eksekutif, yudikatif, dan yudikatif diregulasi oleh kewajiban

untuk menjalankan peran-perannya secara legal, tidak bertentangan dengan norma hukum,

atau tidak tergelincir dalam perbuatan-perbuatan yang berbentuk pengkhianatan dan

pembangkangan norma-norma kebenaran.

Sayangnya tidak semua elemen negara mau menaati norma yuridis yang sudah

mengikat profesinya. Ibarat pepatah "patah satu tumbuh seribu", elemen negara yang

melanggar norma itu terus saja mengisi agenda sejarah negeri ini. Di sebuah lembaga yang

sebelumnya tidak disangka akan tumbuh manusia bejat, ternyata mencuat juga seorang

kleptokrat atau anggota mafia baru.

Penegakan Hukum dan Citra Peradilan

Diperlukan suatu pemahaman mendasar dalam menyikapi eksistensi hukum. Di dalam

hukum itu mengandung nilai-nilai keagungan, karena di dalam hukum itu terumus aturan

main yang menggariskan tentang perilaku seseorang yang patut dikatakan salah, benar, khilaf,

dan jahat atau perilaku yang membuat kontruksi kehidupan ini tidak lagi agung (berwibawa,

mulia atau terjaga citranya). Hukum diharapakan bisa menbuat masyarakat berperilaku agung,

terpuji, memanusiakan manusia, berkeadilan atau tidak merugikan orang lain. Seseorang yang

bisa menjunjung tinggi hukum ini berarti berhasil mengimplementasikan perilaku yang

berkeagungan.

Menurut L.J. Van Apeldoorn, secara umum tujuan hukum adalah mengatur pergaulan

Page 42: BAHAN AJAR Manusia dan etika

42

hidup secara damai. Dalam setiap kehidupan manusia sebagai makhluk sosial akan selalu

berienteraksi dengan manusia yang lain. Dengan adanya interaksi ini akan timbul kepentingan

perseorangan dan kepentingan golongan yang kadang menimbulkan pertikaian, akan tetapi

dengan interaksi juga memberikan manfaat dengan menambah pengetahuan serta informasi

lainnya. Sudikno Mertokusumo menyebut, bahwa hukum berfungsi sebagai perlindungan

kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.

Hukum yang dilanggar harus ditegakkan. Malalui penegakkan inilah, hukum menjadi

kenyataan.

Kalau mengikuti asas "equality before the law" yang sudah digariskan oleh konstitusi,

maka setiap warga negara ini bukan hanya berkedudukan sederajat di depan hukum dan

pemerintahan, tetapi juga berkedudukan sederajat di dalam pertanggungjawaban hukumnya.

Dalam prinsip ini, tidak boleh ada perlakuan yang bercorak membedakan antara satu orang

atau kelompok dengan seseorang atau kelompok lainnya. Perilaku membedakan atau

melecehkan sama artinya dengan mengebiri sifat-sifat agung dari hukum itu sendiri. Liliana

Tedjosaputra menyebut, bahwa seharusnya, tingkah laku manusia di dalam masyarakat itu

dijalankan sesuai dengan prinsip negara kita, yakni negara hukum berdasarkan Pancasila.

Tegaknya hukum merupakan suatu prasyarat bagi sebuah negara hukum. Penegakan hukum

selalu melibatkan manusia-manusia di dalamnya dan dengan demikian melibatkan tingkah

laku manusia juga. Soerjono Soekanto menyebut, bahwa inti penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang

mantap dan mengejawantah dalam sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap

akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Page 43: BAHAN AJAR Manusia dan etika

43

Supremasi Moral Pencegah Future Shock

Berbicara tentang mafia peradilan tidak terlepas dari perangai aparat penegak hukum.

Mahkamah Agung sendiri pun tidak lepas dari kondisi ini, seharusnya Mahkamah Agung

sebagai benteng terakhir dari dunia peradilan di Indonesia masihlah menjadi institusi yang

sarat oleh kaum pengkhianat. Ditengarai, kondisi di Mahkamah Agung masihlah

mencerminkan kesejatian institusi peradilan pada umumnya, bahwa dunia peradilan belum

menjadi lembaga yang suci dalam menegakkan amanat keadilan, tetapi masih dijadikan

sebagai ajang kaum makelar untuk memenangkan perkara. Kemenangan diperlakukan sebagai

kartu mati yang diburu oleh makelar yang bisa berkolaborasi dengan memasang bandrol atau

tarif tinggi.

Mentalitas palsu terlihat dalam potret penegakan hukum yang acapkali tidak berpihak

pada kebenaran dan keadilan atau lebih memenangkan "rekayasa-rekayasa palsu", padahal

penegakan hukum ini, apalagi di level lembaga peradilan setingkat Mahkamah Agung,

menjadi acuan utama kehidupan makro bangsa, termasuk dunia pembelajaran masyarakat di

bidang hukum. Mentalitas palsu telah mengakibatkan kinerja berbagai bidang strategis

menjadi sarat dengan rekayasa atau mengikuti arus permainan yang diproduk oleh pelakunya.

Kebohongan publik dengan mengatasnamakan hukum dan keadilan ditampilkan untuk

membentuk imajinasi massa, bahwa produk kepalsuan adalah suatu keniscayaan di tengah

kompetisi yang sangat tajam. Apa yang disebut benar dan jujur adalah kosa kata sakti yang

hanya memenuhi ruang teks, sementara dalam realitas, sudah diperlukan aturan-aturan yang

bersumber dari kesepakatan-kesepakatan atau transaksi, yang justru menjadi konvensi

istimewa yang diharuskan dijunjung tinggi oleh setiap pemain.

Kebohongan publik yang dilakukan oleh pejabat Mahkamah Agung itu akan

Page 44: BAHAN AJAR Manusia dan etika

44

berpengaruh lahirkan future shock atau kegelapan masa depan hukum, yang tidak hanya dunia

hukumnya yang kehilangan citranya, tetapi pencari keadilan pun kehilangan landasan berpijak

dan benteng yang bisa melindunginya. hal inilah yang menuntut ditegakkannya supremasi

moral, karena dengan supremasi moral ini, penegak hukum akan menjalankan kinerjanya

dengan benar.

Kalau pencari keadilan, khususnya yang berasal dari kalangan akar rumput berposisi

jadi korban atau dikalahkan oleh praktik mafia peradilan, apalagi hal ini dilakukan di sebuah

institusi berpengaruh dan menentukan seperti mahkamah Agung, maka dikhawatirkan mereka

akan menyatukan kebelutan tekad untuk meramu peradilan jalanan atau peradilan tanpa

pengadilan (justice without trial). Kalau hal ini yang terjadi dan lestari ditengah masyarakat,

maka niscaya kondisi barbarian yang akan marak dimana- mana. Harapan masyarakat adalah

agar Mahkamah Agung Republik Indonesia mampu menjadi filter untuk menepis berbagai

kinerja buruk yang masih berlangsung di institusi penegak hukum lainnya, dan bukan menjadi

pelengkap superioritas mafia peradilan.

Page 45: BAHAN AJAR Manusia dan etika

45

PENUTUP

Rangkuman

Bahwa alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dan berbudaya karena:

Ada dorongan untuk berinteraksi, Manusia tunduk pada aturan, norma social, Manusia

memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, Manusia tidak dapat hidup sebagai

manusia jika tidak ada di tengah-tengah manusia. Ada beberapa faktor yang mendasari

terjadinya interaksi sosial, yaitu: imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Media (agen)

sosialisasi utama yang menjadi wahana di mana individu akan mengalami sosialisasi untuk

mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya antara lain:

Keluarga

Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)

Sekolah

Lingkungan Kerja

Media Massa

Page 46: BAHAN AJAR Manusia dan etika

46

Bahan Bacaan

Darmodihardjo, Darji, Shidarta, Pokok­pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana

Filsafat Hukum di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kansil, CST dan Cristine ST Kansil, 2006, Pokok­pokok Etika Profesi Hukum, PT.

Pradnya Paramita, Jakarta.

Lubis, Suhrawadi K, 2008, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2001, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung. Sadjijono, Suriasyah Murhani, 2008, Etika Profesi Hukum Suatu

Telaah Filosofis Terhadap Konsep dan implementasi Kode Etik Profesi POLRI, Laksbang Mediatama, Yogyakarta.

Sumaryono, E, 1995, Etika Profesi Hukum, Kanisius, Yogyakarta.

Sunoto, 1981, Mengenal Filsafat Pancasila (Pendekatan Melalui

Metafisika­Logika­Etika), Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi, UII,

Yogyakarta.

Tedjosaputro, Liliana, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, CV. Aneka Ilmu, Semarang.

Wahid, Abdul, Anang Sulistyono, 1997, Etika Profesi Hukum Dan Nuansa

Tantangan Profesi Hukum Di Indonesia, Tarsoto, Bandung.

Page 47: BAHAN AJAR Manusia dan etika

47

Wahid, Abdul dan Moh. Muhibbin, 2009, Etika Profesi Hukum Rekonstruksi Citra

Peradilan Di Indonesia, Bayu Media Publishing, Malang.

Wiranata, I Gede A.B., 2005, Dasar­dasar Etika dan Moralitas, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Page 48: BAHAN AJAR Manusia dan etika

48

LATIHAN TUGAS

DISCUSSION TASK :

Pada pertemuan kuliah kita sebelumnya kita sudah membahas tentang manusia

sebagai makhluk yang berbudaya dan sebagai mahluk social memiliki akal,

perasaan dan kehendak. Manusia tidak bisa berbuat sesuai dengan kehendak

hatinya akan tetapi harus sesuai dengan norma­norma yang berlaku. Pada

kesempatan sekarang ini coba didiskusikan dengan menjawab pertanyaan sebagai

berikut:

Identifikasi apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk berbudaya ?

Bacaan :

Muhammad, Abdulkadir, 2001, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 13­17 Lubis, Suhrawadi K, 2008, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika,

Jakarta, h. 1­9

Kansil, CST dan Cristine ST Kansil, 2006, Pokok­pokok Etika Profesi Hukum, PT.

Pradnya Paramita, Jakarta, h. 1­4. 94­101.

Tedjosaputro, Liliana, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, CV. Aneka Ilmu, Semarang.

Wiranata, I Gede A.B., 2005, Dasar­dasar Etika dan Moralitas, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, h. 94­101.

Wahid, Abdul, Anang Sulistyono, 1997, Etika Profesi Hukum Dan Nuansa

Tantangan Profesi Hukum Di Indonesia, Tarsoto, Bandung, h. 11­24.

Page 49: BAHAN AJAR Manusia dan etika

49

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP) MATA

KULIAH PENALARAN DAN ARGUMENTASI

HUKUM

1. MATA KULIAH Etika dan Tanggung Jawab Profesi 2. KODE MATA

KULIAH

BNS 2201

3. WAKTU

PERTEMUAN

2 X 150 Menit.

4. PERTEMUAN KE- 1(pertama), 2 (kedua) 5. INDIKATOR

PENCAPAIAN

Mahasiswa mampu menjelaskan:

1. Manusia sebagai Makhluk Yang Berbudaya

6. MATERI POKOK Etika dan Tanggung Jawab Profesi 7. PENGALAMAN

BELAJAR

Mempelajari dan mendiskusikan:

1. Manusia sebagai Makhluk Yang Berbudaya

STRATEGI PEMBELAJARAN

TAHAPAN

KEGIATAN DOSEN

KEGIATAN

MAHASISWA

MEDIA DAN

ALAT

PEMBELAJARAN (1) (2) (3) (4)

Pembukaan Menyampaikan silabus, SAP,

Kontrak Kuliah, Penilaian dan

SOP Dosen; Manusia Sebagai

Makhluk Berbudaya

BERBUDsecarageneral Identitas

Nasional

Melihat,

mendengarkan

penjelasan, serta

mencatat.

Silabus, SAP,

Kontrak

Perkuliahan, ,

Textbook,

Power point

presentation.

Page 50: BAHAN AJAR Manusia dan etika

50

Penyajian Mengulas tentang: Manusia

sebagai makhluk berbudaya,

etika.

Melihat,

mendengarkan

penjelasan, mencatat,

bertanya, dan

berdiskusi.

Idem

Page 51: BAHAN AJAR Manusia dan etika

51

Penutup Merangkum isi pokok

bahasan, memberikan

evaluasi dan memberikan

materi tugas latihan

terstruktur/mandiri

Menyimak,

mengajukan

pertanyaan dan

pendapat, menjawab

pertanyaan evaluasi

Idem

Post Test Ujian tertulis, lisan, penilaian/evaluasi terhadap proses pembelajaran, dan unjuk

sikap Referensi Bacaan :

Muhammad, Abdulkadir, 2001, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, h. 13­17 Lubis, Suhrawadi K, 2008, Etika Profesi

Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1­9

Kansil, CST dan Cristine ST Kansil, 2006, Pokok­pokok Etika Profesi

Hukum, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, h. 1­4. 94­101.

Tedjosaputro, Liliana, 2003, Etika Profesi dan Profesi Hukum, CV. Aneka Ilmu, Semarang.

Wiranata, I Gede A.B., 2005, Dasar­dasar Etika dan Moralitas, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, h. 94­101.

Wahid, Abdul, Anang Sulistyono, 1997, Etika Profesi Hukum Dan

Nuansa Tantangan Profesi Hukum Di Indonesia, Tarsoto, Bandung, h. 11­24.

- Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks

Keindonesiaan, CV. Utomo, Bandung, 2006, h. 74-108.

- Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2008, h. 42-56.

1. Kewarganegaraan Menuju Kehidupan Demokratis dan Berkeadaban.

Yogyakarta: LP3 UltvtY-Asia Fondation. Edisi Revisi.

2. Dipanala. GS. 1975. Ilmu Negara Jilid 1 . Jakarta: Balai Pustaka.

3. Gafar. AJTan. 2000. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi.

Page 52: BAHAN AJAR Manusia dan etika

52

Dosen : Tim Pengampu Mata Kuliah.