27
PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH II ( DI ANDALUSIA) A. PENDAHULUAN Pada periode Islam Klasik, Andalusia mencapai puncak keemasannya, bahkan dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di Timur. Banyak orang Eropa mendalami studi di universitas-universitas Islam disana. Ketika itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan bangsa Barat / Eropa bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang science dan tehnologi. B. PEMBAHASAN 1. Penaklukan Dan Pemerintahan 1

Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH II

( DI ANDALUSIA)

A. PENDAHULUAN

Pada periode Islam Klasik, Andalusia mencapai puncak keemasannya,

bahkan dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di Timur. Banyak

orang Eropa mendalami studi di universitas-universitas Islam disana. Ketika

itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa. Selama delapan

abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan membangun

peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun dengan susah

payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan dilepas

begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum

Muslimin sendiri dan karena keberhasilan bangsa Barat / Eropa bangkit dari

keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua element

peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya kerajaan-

kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang science

dan tehnologi.

B. PEMBAHASAN

1. Penaklukan Dan Pemerintahan

Al-Andalus, berarti "untuk menjadi hijau pada akhir musim panas"

dan merujuk pada wilayah yang diduduki oleh kerajaan Muslim di

Spanyol Selatan yang meliputi kota-kota seperti Almeria, Malaga, Cadiz,

Huelva, Seville, Cordoba, Jaen dan Granada.1

Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas di

timur dan tenggara adalah Laut Tengah, di selatan benua Afrika yang

terhalang oleh selat Gibraltar, di barat samudra Atlantik dan di utara oleh

teluk Biscy. Pegunungan Pyrenia di timur laut membatasi Andalusia

dengan Prancis. Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah

yang dikenal dengan semenanjung Iberia (kurang lebih 93 % wilayah

1 http://www.hispanicmuslims.com/andalusia/andalusia.html

1

Page 2: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Spanyol, sisanya Portugal) dan Vandalusia. Sebutan ini berasal dari kata

Vandalusia, yang berarti negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan

semenanjung itu pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka

diusir ke Afrika Utara oleh bangsa Goth pada abad ke-5 M.2

Kondisi sosial masyarakat Andalusia menjelang penaklukan Islam

sangat memprihatinkan. Masyarakat terpolarisasi ke dalam beberapa kelas

sesuai dengan latar belakang sosialnya. Sehingga ada masyarakat kelas

satu, dua dan tiga. Kelompok masyarakat kelas satu, yakni penguasa,

terdiri atas Raja, para pangeran, pembesar istana, pemuka agama dan tuan

tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan tanah kecil. Tuan tanah kecil

adalah golongan rakyat kelas dua (second citizen). Kelompok masyarakat

kelas tiga terdiri atas para budak termasuk budak tani yang nasibnya

tergantung pada tanah, penggembala, nelayan, pandai besi, orang Yahudi

dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari. Mereka tidak

dapat menikmati hasil tanah yang mereka garap. Rakyat kelas dua dan tiga

yang sangat tertindas oleh kelas atas banyak lari ke hutan karena trauma

dengan penindasan para penguasa. Demi mempertahankan hidup, mereka

terpaksa harus mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau

membajak. Dekadensi moral mereka itu bersamaan dengan jatuhnya

ekonomi mereka.3

Penaklukan oleh pasukan Islam atas Andalusia memberi dampak

positif yang luar biasa. Andalusia dijadikan tempat ideal dan pusat

pengembangan budaya. Ketika peradaban Eropa tenggelam dalam

kegelapan dan kehancuran, obor Islam menyinari seluruh Eropa melalui

Andalusia, kepada bangsa Vandhal, Goth dan Berber. Islam menegakkan

keadilan yang belum dikenal sebelumnya. Rakyat jelata tertindas yang

hidup dalam kegelapan mendapat sinar keadilan, memiliki kemerdekaan

hidup dan menentukan nasibnya sendiri. Para budak pada bangsa Goth

dimerdekakan oleh para penguasa Muslim dan diberi pekerjaan yang

2 Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. ke-1, 2007, hlm. 227-228.

3 Ibid., hlm. 228

2

Page 3: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

sesuai dengan kemampuannya. Sikap toleransi kaum Muslim adalah

perjanjian damai dengan pihak para penguasa yang telah ditaklukkan.

Kebebasan, persamaan dan persaudaraan yang diterapkan, memungkinkan

bangsa-bangsa yang ditaklukkan itu ikut ambil bagian dalam pemerintahan

bersama-sama dengan para penguasa Muslim. Jadi Islam tidak mengenal

adanya perbedaan kasta dan keyakinan. Saat ditaklukkan, tingkat

peradaban Andalusia sangat rendah dan keadaan umumnya begitu

menyedihkan, sehingga kaum Muslim lebih banyak mengajar daripada

belajar. Eropa sendiri di satu pihak diganggu oleh bangsa Berber Jerman.

Sementara itu filsafat Yunani dan ilmu pengetahuan telah lama pindah

tempat ke Syria dan Persia4

Penaklukan semenanjung ini diawali dengan pengiriman 500 orang

tentara Muslim dibawah pimpinan Tarif bin Malik pada Ramadhan tahun

91 H / 710 M.5 Ia dan pasukannya mendarat disebuah tempat yang diberi

nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil dan Tarif kembali ke Afrika Utara

membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, Gubernur Jenderal al-

Maghrib di Afrika Utara kala itu, kemudian mengirimkan 7000 orang

tentara dibawan pimpinan Thariq bin Ziyad. Ekspedisi kedua ini mendarat

di bukit karang Gibraltar (Jabal al-Thariq) pada tahun 92 H / 711 M. Di

atas bukit itu, Thariq berpidato untuk membangkitkan semangat juang

pasukannya, karena tentara musuh yang akan dihadapi jumlahnya 100.000

orang. Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara

sehingga total jumlah pasukannya menjadi 12.000 orang.6

Pertempuran pecah di dekat muara sungai Salado (Lagund Janda)

pada bulan Ramadhan 92 H / 19 Juli 711. Pertempuran ini mengawali

kemenangan Thariq dalam pertempuran-pertempuran berikutnya, sampai

akhirnya Toledo, ibu kota Gothia Barat, dapat direbut pada bulan

September tahun itu juga. Bulan Juni 712 M, Musa berangkat ke

4 Ibid., hlm. 233-235.5 P.M. Holt (ed), The Cambridge History of Islam, Cambridge: Press Syndicate of The

University of Cambridge, 1970, hlm. 406.6 Ali Sodikin dkk, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,

Yogyakarta: LESFI, Cet. ke-2, 2004, hlm. 79-80.

3

Page 4: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Andalusia membawa 18.000 orang tentara dan menyerang kota-kota yang

belum ditaklukkan oleh Thariq sampai bulan Juni tahun berikutnya. Di

kota kecil Talavera, Thariq menyerahkan kepemimpinan pada Musa. Pada

saat itu pula Musa mengumumkan Andalusia menjadi bagian dari wilayah

kekuasaan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus.Penaklukan

selanjutnya diarahkan ke kota-kota bagian Utara hingga mencapai kaki

pegunungan Pyrenia. Di balik pegunungan itu terbentang tanah Galia di

bawah kekuasaan bangsa Perancis. Musa berambisi menaklukkan wilayah

di balik pegunungan itu, namun khalifah al-Walid tidak merestuinya

bahkan ia memanggil Musa dan Thariq untuk pulang ke Damaskus.

Sebelum berangkat, Musa menyerahkan kekuasaan kepada Abd al-Aziz

bin Musa. Abd Aziz berhasil menaklukkan Andalusia bagian timur,

sehingga dengan demikian seluruh Andalusia sudah jatuh ke tangan umat

Islam, kecuali Galicia sebuah kawasan yang terjal dan tandus di bagian

barat laut semenanjung itu.7

Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Umayyah

sampai tahun 132 H / 750 M. selama periode tersebut, para gubernur

Umawiyah di Andalusia berusaha mewujudkan impian Musa bin Nushair

untuk menguasai Galia. Akan tetapi, dalam pertempuran Poitiers di dekat

Tours pada tahun 114 H / 732 M tentara Islam di bawah pimpinan Abd al-

Rahman al-Ghafiqi di pukul mundur oleh tentara Nasrani Eropa di bawah

pimpinan Kartel Martel. Itulah titik akhir dari serentetan sukses umat

Islam di utara pegunungan Pyrenia. Setelah itu mereka tidak pernah

meraih kemenangan yang berarti dalam menghadapi serangan balik kaum

Nasrani Eropa. Ketika daulah Bani Umayyah runtuh pada tahun 132 H /

750 M, Andalusia menjadi salah satu propinsi dari daulah Bani Abbas

sampai Abd al-Rahman bin Muawiyah, cucu khalifah Umawiyah

kesepuluh Hisyam bin Abd Malik, memproklamasikan propinsi itu sebagai

negara yang berdiri sendiri pada tahun 138 H / 756 M. sejak proklamasi

itu, Andalusia memasuki babak baru sebagai sebuah negara berdaulat di

7 Ibid.

4

Page 5: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

bawah kekuasaan Bani Umayyah II yang beribukota di Cordova sampai

tahun 422 H / 1031.8

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Andalusia hingga

jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang

sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah

panjang yang dilalui umat Islam di Andalusia dapat dibagi menjadi enam

periode:

a. Periode pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan para

wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di

Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik Andalusia belum tercapai

secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik dari dalam

maupun luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan

diantara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan,

terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Didalam etnis Arab

sendiri, terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku

Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis

ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada

figur penguasa yang tangguh. Itulah sebabnya di Andalusia pada saat

itu, tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya

dalam jangka waktu yang agak lama.9

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di

Andalusia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang

memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Karena

seringnya konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar,

maka dalam periode ini Andalusia belum memasuki kegiatan

pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini

8 Ibid., hlm. 80-81.9 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. ke-1, 1993,

hlm.93.

5

Page 6: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman al-Dakhil pada tahun 138

H / 755 M.10

b. Periode kedua (755-912 M)

Pada periode ini, Andalusia berada di bawah pemerintahan

amir, tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika

itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Penguasa

Andalusia pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam

I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad bin Abd al-

Rahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad.

Mengenai ad-Dakhil, diceritakan sewaktu Dinasti Bani

Umayyah tumbang oleh Dinasti Abbasiyah terjadi pembunuhan massal

dan pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah. Ia melarikan diri

menyusuri Afrika Utara hingga tiba di Meknes, Maroko dan pindah ke

Melilla, dekat Ceuta di pesisir Laut Tengah menghadap semenanjung

Iberia. Inilah buat pertama kalinya seorang pangeran Bani Umayyah

masuk ke Andalusia, sehingga ia mendapat gelar ad-Dakhil. Setelah

melumpuhkan penguasa Andalusia, Yusuf bin Abd ar-Rahman, ia

akhirnya berkuasa disana.11

Pada periode ini, Andalusia mulai memperoleh kemajuan-

kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban.

Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-

sekolah di kota-kota besar. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan

hukum Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang

militer. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Andalusia.

Sedang Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta

ilmu.

Pada periode ini, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada

pertengahan abad ke-9 M, stabilitas terganggu dengan munculnya

gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Tetapi

10 Ibid., hlm. 94.11 Joesoef Souyb, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova, Jakarta: Bulan Bintang, Cet.

ke-1, 1977, hlm. 9.

6

Page 7: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

gerakan ini tidak mendapat simpati dikalangan intern Kristen sendiri,

karena pemerintahan Islam kala itu mengembangkan kebebasan

beragama. Peribadatan tidak dihalangi, bahkan mereka juga tidak

dihalangi bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi

karyawan pada instansi militer. Gangguan politik paling serius datang

dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun

852 M membentuk negara kota dan bertahan sampai 80 tahun.

Disamping itu, sejumlah orang yang tidak puas terhadap penguasa

melancarkan revolusi, yang terpenting diantaranya pemberontakan

Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.12

c. Periode ketiga (912-1013 M)

Pada periode ini, Andalusia diperintah oleh penguasa dengan

gelar Khalifah. Penggunaan gelar ini berawal dari berita bahwa al-

Muktadir, Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad meninggal dunia

dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Maka Abdurrahman III menilai

bahwa keadaan ini menunjukkan suasana pemerintahan Abbasiyah

sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini

merupakan moment yang paling tepat untuk memakai gelar Khalifah

yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun

lebih. Maka dari itu, gelar Khalifah ini mulai dipakai sejak tahun 929

M. Khalifah besar yang memerintah pada periode ini yaitu Abd al-

Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II

(976-1009 M).13

Pada periode ini, Andalusia mencapai puncak kemajuan dan

kejayaan, menyaingi Baghdad di timur. Al-Nashir mendirikan

universitas di Cordova yang perpustakaannya memiliki koleksi ratusan

ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri

perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati

kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.

d. Periode keempat (1013-1086 M)12 Badri Yatim, op.cit., hlm. 95-96. 13 Ibid., hlm. 96.

7

Page 8: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Pada periode ini, Andalusia terpecah menjadi lebih dari 20

kerajaan kecil. Masa ini disebut Muluk al-Thawaif (Raja Golongan).

Mereka mendirikan kerajaan berdasarkan etnis Barbar, Slovia atau

Andalus yang bertikai satu sama lain sehingga menimbulkan

keberanian umat Kristen di utara untuk menyerang. Ironisnya, kalau

terjadi perang saudara, para pihak yang bertikai sering meminta

bantuan kepada Raja-raja Kristen. Periode ini meskipun terjadi

ketidakstabilan politik tetapi dalam bidang peradaban mengalami

kemajuan karena masing-masing ibu kota kerajaan lokal ingin

menyaingi Cordova, sehingga muncullah kota-kota besar seperti

Toledo, Sevilla, Malaga dan Granada.14

e. Periode kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini, meskipun Andalusia telah terpecah-pecah

dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan,

yakni dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahidun (1146-

1235 M). Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama

yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Ia masuk ke

Andalusia atas undangan penguasa Islam disana yang tengah memikul

beban berat perjuangan mempertahankan negeri dari serangan orang

Kristen. Ia dan tentaranya masuk Andalusia pada tahun 1086 M dan

berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan dikalangan

Raja-raja Muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai

Andalusia dan ia berhasil. Tetapi sepenggantinya adalah Raja-raja

yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir baik di

Afrika Utara maupun di Andalusia sendiri.

Sepeninggal Murabithun, muncul dinasti-dinasti kecil, tapi

hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M, dinasti

Muwahhidun di Afrika Utara yang didirikan oleh Muhammad bin

Tumart. Dinasti ini datang ke Andalusia dibawah pimpinan Abd al-

Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota Muslim penting di 14 Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-2, 2004,

hlm. 120.

8

Page 9: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Andalusia seperti Cordova, Almeria dan Granada jatuh dibawah

kekuasaanya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami

banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur.

Akan tetapi, tidak lama setelah itu Muwahhidun mengalami

keambrukan. Tentara Kristen, pada tahun 1212 M, mendapat

kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang

dialami oleh Muwahhidun memaksa penguasanya keluar dari

Andalusia dan kembali ke Afrika Utara pada tahun 1235 M. Tahun

1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh

di tahun 1248 M. Seluruh Andalusia kecuali Granada lepas dari

kekuasaan Islam.15

f. Periode keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada,

dibawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) yang didirikan oleh

Muhammad bin Yusuf bin Nasr bin al-Ahmar16. Peradaban mengalami

kemajuan, tetapi hanya berkuasa di wilayah yang kecil seperti pada

masa kekuasaan Abdurrahman an-Nashir. Namun pada dekade terakhir

abad 14 M, dinasti ini telah lemah akibat perebutan kekuasaan.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh kerajaan Kristen yang telah

mempersatukan diri melalui pernikahan antara Esabella dari Aragon

dengan Raja Ferdinand dari Castilla untuk bersama-sama merebut

kerajaan Granada. Pada tahun 1487 mereka dapat merebut Malaga,

tahun 1489 menguasai Almeria, tahun 1492 menguasai Granada. Raja

terakhir Granada, Abu Abdullah, melarikan diri ke Afrika Utara.17

Pada akhir abad ke -14 M pihak Kristen sangat antusias untuk

mengkristenkan pemeluk Yahudi dan Muslim. Pada 1391 Yahudi

dipaksa menerima Baptisme, tahun 1478 program pemaksaan agama

diresmikan dan memerintahkan Yahudi untuk memilih Baptisme atau

15 Badri Yatim, op.cit., hlm. 99.16 L.P. Harvey, Islamic Spain, Chicago: The University of Chicago Press, 1990, hlm. 20.17 Musyrifah Sunanto, op.cit., hlm. 122-123.

9

Page 10: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

pengusiran. Tahun 1492 nyaris seluruh pemeluk Yahudi diusir dari

Andalusia.18

Gerakan reconquista terus berlanjut. Tahun 1499, kerajaan

Kristen Granada melakukan pemaksaan orang Islam untuk menganut

Kristen dan buku-buku tentang Islam dibakar. Tahun 1502 kerajaan

Kristen ini mengeluarkan perintah supaya orang Islam Granada keluar

dari negeri ini kalau tidak mau menjadi Kristen. Ummat Islam harus

memilih antara masuk Kristen atau keluar dari andalus sebagai orang

terusir. Maka banyak orang Islam yang menyembunyikan

keislamannya dan melahirkan kekristenannya. Timbul pula

pemberontakan-pemberontakan. Pada tahun 1596, muslim Granada

memberontak dibantu oleh Kerajaan Utsmaniyyah. Antara tahun 1604-

1614 M kira-kira sekitar setengah juta kaum muslimin Andalusia

pindah ke Afrika Utara. Ini merupakan perpindahan terakhir ummat

Islam Andalusia. Sejak saat itu tak ada lagi ummat Islam di

Andalusia.19

2. Kemajuan Peradaban

a. Di bidang Ilmu Pengetahuan

Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak

berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban antara

keduanya. Banyak muslim Andalusia yang menuntut ilmu di negeri

Islam belahan timur dan tidak sedikit pula ulama dari timur yang

mengembangkan ilmunya di Andalusia.

Prestasi umat Islam dalam memajukan ilmu pengetahuan tidak

diperoleh secara kebetulan, melainkan dengan kerja keras melalui

beberapa tahapan sistem pengembangan. Mula-mula dilakukan

penerjemahan kitab-kitab klasik Yunani, Romawi, India dan Persia,

kemudian dilakukan pensyarahan dan komentar terhadap terjemahan-

18 Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. ke- 1, 1999, hlm. 598.

19 Ibid.

10

Page 11: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

terjemahan tersebut, sehingga lahir komentator-komentator muslim

kenamaan. Setelah itu dilakukan koreksi teori-teori yang sudah ada,

yang acap kali melahirkan teori baru sebagai hasil renungan pemikir-

pemikir muslim sendiri. Oleh karena itu, umat Islam tidak hanya

berperan sebagai jembatan penghubung warisan budaya lama dari

zaman klasik ke zaman baru, melainkan telah berjasa pula menemukan

teori-teori baru. Terlalu banyak teori orisinil temuan mereka, yang

besar sekali artinya sebagai dasar ilmu pengetahuan modern.

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa

itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara

penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di negara-negara Islam

waktu itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan

kebudayaan umumnya, merupakan salah satu kewajiban pemerintahan.

Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang

dimiliki oleh para pendukung ilmu telah menimbulkan hasrat untuk

mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan

lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik

perpustakaan umum maupun pribadi, banyak dibangun di berbagai

penjuru kerajaan, sejak dari kota besar sampai ke desa-desa.

Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban

yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorangpun penduduknya

yang buta huruf. Dalam pada itu, Eropa Kristen baru mengenal asas-

asas pertama ilmu pengetahuan, itupun terbatas hanya pada beberapa

orang pendeta saja. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban

Arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui kelompok-

kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas

Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga-lembaga ilmu

pengetahuan lainnya di Andalusia. Yang pada gilirannya kelak akan

mengantarkan Eropa memasuki periode baru masa kebangkitan.20

Bidang - bidang ilmu pengetahuan yang paling menonjol antara lain21:20 Ali Sodiqin dkk, op.cit., hlm. 95-96.21 Badri Yatim, op.cit., hlm. 101-103.

11

Page 12: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

a) Filsafat

Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Andalusia adalah Abu

Bakr Muhammad bin al-Sayigh yang terkenal dengan nama Ibnu

Bajjah. Karyanya adalah Tadbir al-Mutawahhid, tokoh kedua

adalah Abu Bakr bin Thufail yang banyak menulis masalah

kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang terkenal

adalah Hay bin Yaqzhan. Tokoh terbesar dalam bidang filsafat di

Andalusia adalah Ibnu Rusyd dari Cordova. Ia menafsirkan

naskah-naskah Aristoteles dan menggeluti masalah-masalah

menahun tentang keserasian filsafat dan agama.

b) Sains

Ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi dan kimia

berkembang dengan baik di Andalusia. Ibrahim bin Yahya al-

Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan

waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat teropong

yang dapat menentukan jarak tata surya dan bintang. Ahmad bin

Abbas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm

al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah

dua orang dokter dari kalangan wanita.

Di bidang sejarah dan geografi, muncul Ibnu Jubair yang

menulis negeri-negeri muslim Mediterania dan Ibnu Batutah yang

mengadakan ekspedisi hingga mencapai Samudra Pasai dan Cina.

Ibnu al-Khatib menyusun riwayat Granada sedang Ibnu Khaldun

dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah.22

c) Fiqh

Andalusia mayoritas menganut madzhab Maliki, yang

pertama kali diperkenalkan oleh Ziyad bin Abd al-Rahman. Ahli-

ahli fiqh lainnya diantaranya adalah Ibnu Yahya, seorang qadhi,

kemudian Abu Bakar bin al-Quthiyah, Munzir bin Sa'id al-Baluthi

dan Ibnu Hazm yang terkenal.22 Philip K Hitti, History of The Arabs, London: Macmillan and Co Ltd, Cet. ke- 10, 1970,

hlm.567

12

Page 13: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

d) Musik dan Kesenian

Di bidang ini dikenal seorang tokoh bernama Hasan bin

Nafi yang berjuluk Zaryab. Dia juga terkenal sebagai penggubah

lagu dan sering mengajarkan ilmunya kepada siapa saja sehingga

kemasyhurannya makin meluas.

e) Bahasa dan Sastra

Tokohnya antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang

Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan

bin Usfur dan Abu Hayyan al-Gharnathi. Dan muncul banyak

karya sastra seperti al-Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-

Dzakhirah fii Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam dan Kitab

al-Qalaid karya al-Fath bin Khaqan.

b. Di bidang Pembangunan Fisik

Samah bin Malik menjadikan Cordova sebagai ibu kota

propinsi Andalusia menggantikan Sevilla pada tahun 100 H / 719 M. Ia

membangun tembok dinding kota, memugar jembatan tua yang

dibangun penguasa Romawi dan membangun kisaran air. Ketika ad-

Dakhil berkuasa, Cordova diperindah serta dibangun benteng di

sekeliling kota dan istana. Air danau dialirkan melalui pipa-pipa ke

istana dan rumah penduduk. Kebanggaan Cordova lainnya adalah al-

Qashr al-Kabir, al-Rushafa, Masjid Jami' Cordova, Jembatan

Cordova, al-Zahra dan al-Zahirah.

Al-Qashr al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun ad-Dakhil

dan disempurnakan oleh beberapa penggantinya. Didalamnya

dibangun 430 gedung yang diantaranya merupakan istana-istana

megah. Al-Rushafa adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang

luas dan indah, yang dibangun ad-Dakhil di sebelah barat laut

Cordova. Peninggalan ad-Dakhil yang masih tegak berdiri hingga

sekarang adalah Masjid Jami' Cordova, didirikan tahun 170 H / 786 M

dengan dana 80.000 dinar. Masjid ini memiliki sebuah menara yang

13

Page 14: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

tingginya 20 meter terbuat dari marmer dan sebuah kubah besar yang

didukung oleh 300 buah pilar yang terbuat dari marmer pula. Di tengah

masjid terdapat tiang agung yang menyangga 1000 lentera. Ada

sembilan buah pintu yang dimiliki masjid ini, semuanya terbuat dari

tembaga, kecuali pintu maqsurah yang terbuat dari emas murni. Ketika

Cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236, masjid ini

dijadikan gereja dengan nama Santa Maria, tetapi dikalangan orang

Andalusia lebih populer dengan la Mezquita, berasal dari bahasa Arab

al-Masjid.

Al-Nashir pada tahun 325 H / 936 M membangun kota satelit

dengan nama salah seorang selirnya, al-Zahra. Kemegahannya hampir

menyamai al-Qashr al-Kabir. Ia dilengkapi taman indah yang disela-

selanya mengalir air dari gunung, danau kecil berisi ikan beraneka

warna dan sebuah taman margasatwa. Sementara pada tahun 368 H /

978 M al-Manshur membangun kota al-Zahirah di pinggir Wadi al-

Kabir, tidak jauh dari Cordova. Al-Zahirah dilengkapi dengan taman-

taman indah, pasar, toko, masjid dan bangunan umum lainnya.23

3. Analisis Kemajuan Peradaban Andalusia

Salah satu sebab mengapa Andalusia mengalami kemajuan pesat di

dalam peradabannya menurut penulis salah satunya disebabkan policy dari

para penguasanya yang mempelopori berbagai kegiatan ilmiah. Meskipun

ada ketegangan politik dengan Bagdad di timur tapi tidak selalu terjadi

konfrontasi militer. Banyak para sarjana Islam dari wilayah Barat

menimba ilmu di Timur dengan membawa buku, teori dan gagasan

pengetahuan, begitu pula sebaliknya. Jadi meskipun umat Islam terpecah

secara politik tapi tetap dalam bingkai kesatuan budaya dunia Islam.

Perpecahan politik pada periode al-Muluk al-Thawa'if tidak menyebabkan

mundurnya ilmu pengetahuan dan peradaban, bahkan setiap penguasa di

23 Ali Sodiqin dkk, op.cit., hlm. 84-87.

14

Page 15: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

negeri-negeri kecil tersebut saling berkompetisi dalam ilmu pengetahuan

terutama usaha untuk menyaingi Cordova.

Sedang aspek kehancuran Andalusia dari berbagai literatur

menurut penulis disebabkan karena adanya konflik dengan Kristen.

Islamisasi yang terjadi kurang sempurna. Kerajaan-kerajaan Kristen

taklukan asal tidak melakukan perlawanan militer dibiarkan

mempertahankan hukum dan adat mereka, yang pada gilirannya akan

menciptakan kubu komunitas berbeda antara Arab-Islam dengan

Andalusia-Kristen yang memicu adanya nasionalisasi. Pada periode

kemunduran Islam, kerajaan-kerajaan Kristen ini akhirnya dapat

menghimpun kekuatan untuk mengenyahkan Islam dari Andalusia

terutama karena kondisi Andalusia yang terpencil secara militer, sehingga

sulit mendapat bantuan militer kecuali hanya dari Afrika Utara.

Faktor krusial lainnya didalam intern umat Islam telah terdapat

perpecahan. Terutama masalah yang berkaitan dengan etnis dan sosial.

Sering dijumpai konflik antara komunitas Arab Utara dan Arab Selatan,

antara Barbar dengan Arab serta problem naturalisasi bagi para mukallaf,

yang masih dipandang sebelah mata, terutama dengan pemberian term

ibad dan muwalladun yang bertendensi merendahkan. Yang paling fatal

lagi adalah tidak adanya mekanisme yang jelas dalam suksesi

kepemimpinan. Sehingga sering menimbulkan gejolak politik yang

melemahkan negara.

Dari aspek pengaruh peradaban Andalusia terhadap kebangkitan

Eropa (renaissance) adalah dipicu dengan banyaknya kaum terpelajar

Eropa yang belajar di pusat-pusat studi di Andalusia sehingga menyerap

berbagai gagasan dan pola pemikiran berbagai tokoh pengetahuan seperti

Ibnu Rusyd serta berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa melalui

terjemahan Arab yang dipelajari, yang kemudian di konversi ke bahasa

Latin. Yang pada akhirnya mempercepat terjadinya proses reformasi,

rasionalisasi hingga pada fase pencerahan di Eropa.

15

Page 16: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

C. PENUTUP

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam

telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh,

bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan

yang lebih kompleks. Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai

menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya.

Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad

ke – 12 M, tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Bani Umayyah 2 (Andalusia)

Bullet, Richard W, Conversion to Islam in The Medieval Period, Massachusetts: President and Fellow of Harvard College, 1979.

Harvey, L. P, Islamic Spain, Chicago: The University of Chicago, 1990.

Hitti, Philip K, History of Arabs, London: Macmillan and Co LTD, Cet. ke-10, 1970.

Holt, P.M dkk (ed), The Cambridge History of Islam, New York: Cambridge University Press, 1970.

Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. ke-1, 2007.

Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. ke-1, 1999.

Sodiqin, Ali dkk, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: LESFI, Cet. ke-2, 2004.

Souyb, Joesoe, Sejarah Daulat Umayyah II di Cordova, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. ke-1, 1977.

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-2, 2004.

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet. ke-1, 2006.

17