33
5. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON Pada dasarnya, kebanyakan pelaksanaan konstruksi beton dilakukan di lapangan, kecuali untuk beton pracetak (precast concrete). Beton yang dilaksanakan di lapangan tidak akan mencapai mutu yang sama dengan hasil pembuatan benda uji di laboratorium yang berdasarkan perencanaan campuran (mix design), apabila pelaksanaannya tidak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Pekerjaan beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mutu yang dicapai seoptimal mungkin dapat mendekati mutu yang diuji di laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dapat berupa mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (form work), dan cara pembetonan yaitu pencampuran mixing), penuangan (casting), pemadatan (compacting) dan perawatan (curing). Hal-hal tadi sangat menentukan hasil akhir, walaupun bahan-bahan yang dipakai cukup baik dan memenuhi syarat, tapi pelaksanaan yang kurang baik akan menghasilkan beton yang bermutu jelek. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan beton adalah: 1. Faktor air semen, yaitu perbandingan berat air adukan dengan berat semen di dalam campuran beton, harus tetap sesuai dengan yang direncanakan. Tidak boleh ada tambahan air adukan atau pengurangan air adukan selama pembetonan. 1

Beton

Embed Size (px)

Citation preview

PENDAHULUAN

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON

Pada dasarnya, kebanyakan pelaksanaan konstruksi beton dilakukan di lapangan, kecuali untuk beton pracetak (precast concrete). Beton yang dilaksanakan di lapangan tidak akan mencapai mutu yang sama dengan hasil pembuatan benda uji di laboratorium yang berdasarkan perencanaan campuran (mix design), apabila pelaksanaannya tidak sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Pekerjaan beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga mutu yang dicapai seoptimal mungkin dapat mendekati mutu yang diuji di laboratorium. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan dapat berupa mutu bahan pembantu seperti mutu cetakan (form work), dan cara pembetonan yaitu pencampuran mixing), penuangan (casting), pemadatan (compacting) dan perawatan (curing). Hal-hal tadi sangat menentukan hasil akhir, walaupun bahan-bahan yang dipakai cukup baik dan memenuhi syarat, tapi pelaksanaan yang kurang baik akan menghasilkan beton yang bermutu jelek.

Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan

pekerjaan beton adalah:

1. Faktor air semen, yaitu perbandingan berat air adukan dengan berat semen di dalam campuran beton, harus tetap sesuai dengan yang direncanakan. Tidak boleh ada tambahan air adukan atau pengurangan air adukan selama pembetonan.

2. Pembetonanan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga campuran seragam (uniform), baik sewaktu pengadukan maupun penuangan sampai penyelesaian akhir.

3. Beton harus mudah dikerjakan, meliputi mudah diisi ke cetakan dengan baik, mudah dituang dan mudah dipadatkan (tidak terjadi segregasi ataupun bleeding).

4. Perawatan (curing) yang baik pasca-pembetonan.

Pelaksanaan faktor-faktor di atas ditentukan oleh:

1. Pekerjaan bekisting (form work).2. Pekerjaan penulangan.3. Pekerjaan pembetonan.4. Perawatan (curing).

5.1. Pekerjaan Bekesting (Form Work)Pekerjaan bekisting yang baik ditentukan oleh pemakaian bahan dengan kualitas yang baik dan cukup kuat, serta pengerjaan sesuai dengan dimensi yang direncanakan.

Bahan bekisting yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan:

1. Tidak bocor dan menghisap air dalam campuran beton. Bila hal ini terjadi, faktor air semen rasio dalam beton akan berkurang, sehingga mutu beton terganggu. Pada bagian yang bocor akan terjadi keropos atau sarang kerikil atau pasir.

2. Untuk beton dengan permukaan artistik, bekisting harus mempunyai tekstur seperti yang diinginkan, seperti licin atau bergaris, sehingga beton yang dihasilkan mempunyai permukaan yang baik.

3. Kekuatan bekisting harus diperhitungkan. Bekisting yang kurang kuat dapat menjadikan perubahan bentuk dari beton yang direncanakan. Dalam beberapa kasus terjadi keruntuhan pada waktu pengecoran, akibat sokongan yang tidak memadai.

4. Ukuran atau dimensi sesuai dengan yang direncanakan.

5. Kebersihan dalam bekisting diperiksa sebelum penuangan beton. Beberapa jenis bahan untuk bekisting dan efeknya atau tekstur pada permukaan dapat dilihat pada Tabel 1.1.BahanKomentarJumlahpemakaian ulang

PlywoodVariasi absorpsi air menyebabkan permukaan yang tidak merata, dapat dihilangkan dengan pelapisan catSampai 5 kali

Plywood lapis

plastik

Sambungan harus dibuat kedap

air, dapat menyebabkan

permukaan tidak merataSampai 10 kali

BajaDapat menyebabkan variasi warna

permukaan dan tekstur, terdapat noda karat, dapat dihilangkan dengan dilapis cat epoxy50 sampai 100 kali

Fibre glassTekstur dan bentuk special20 sampai 30 kali

Tabel 5.1. Bahan Bekisting untuk Pekerjaan Beton

Bekisting harus cukup kuat memikul beban dari beton dan tidak berubah bentuk. Untuk bekisting lantai dan balok, di samping harus kuat terhadap beban beton dan beban lain yang ada, juga harus tahan terhadap lendutan. Lendutan pada bekisting biasanya dibatasi 1/300 sampai 1/500 dari jarak sokongan.5.2. Pekerjaan PenulanganBesi beton yang digunakan biasanya berbentuk penampang bulat dengan 2 jenis permukaan yang berbeda, yaitu besi berpermukaan polos yang juga disebut dengan besi polos (plain bar) dan besi dengan permukaan berulir yang disebut dengan besi ulir (deformed bar).

Dalam pekerjaan penulangan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Batu penyangga (spacer) untuk menjaga selimut beton harus sesuai dengan perencanaan yang memenuhi persyaratan. Ukuran terbesar dari butiran agregat dalam campuran beton harus lebih kecil dari tebal batu penyangga atau selimut beton, sehingga selimut beton betul-betul merupakan adukan beton bukan mortar.

2. Ukuran terbesar dari butiran agregat yang dipakai harus lebih kecil dari jarak bersih terkecil dari pembesian, agar agregat dapat lolos di antara pembesian ketika dipadatkan.

3. Besi tulangan harus bebas karat dan minyak, karena hal ini akan mengurangi daya lekat (bond strength) antara besi dengan beton.Ukuran agregat maksimum harus lebih kecil dari 1/5 jarak antara sisi-sisi cetakan dan 1/3 tebal pelat lantai untuk menjamin keseragaman distribusi agregat dalam beton, sehingga kekuatan beton lebih seragam. Sedangkan ukuran agregat maksimum harus 3/4 jarak bersih tulangan, ditujukan supaya agregat dapat lolos dengan mudah di antara tulangan sewaktu penuangan, sehingga agregat tidak tersangkut dan cetakan dapat diisi serta dipadatkan dengan baik.

5.3. Pekerjaan PembetonanPelaksanaan pembetonan dikerjakan melalui beberapa tahapan pengerjaan

beton yang meliputi:

a. Pekerjaan persiapan.b. Penakaran. c. Pengadukan.d. Pengangkutan.e. Penuangan (pengecoran).f. Pemadatan.

g. Penyelesaian akhir.a. Pekerjaan Persiapan

Tahap pertama dari pengerjaan beton adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan sangat penting untuk memastikan kelancaran pengerjaan beton selanjutnya. Pekerjaan persiapan meliputi kebersihan alat-alat kerja, pemeriksaan bekisting (form work), pemeriksaan tulangan, sambungan pengecoran atau penghentian pengecoran. Pada bagian struktur yang kedap air harus dipasang penahan air (waterstop). Hal-hal lain yang harus diperhatikan adalah ketersediaan bahan yang cukup untuk volume pengecoran yang diinginkan, seperti kerikil, pasir dan semen, dan tersedia jalan atau akses ke tempat penuangan terakhir, seperti jalan untuk kereta sorong. Biasanya hal-hal di atas dituangkan dalam bentuk lembaran checklist. Untuk pekerjaan yang memakai tenaga pengawas, penuangan atau pengecoran dimulai setelah checklist diperiksa dan disetujui pengawas.b. Penakaran

Penakaran bahan-bahan penyusun beton harus mengikuti ketentuan tata cara pengadukan dan pengecoran beton sebagai berikut:

1. Beton-beton dengan kekuatan tekan (fc) lebih besar atau sama dengan 20 MPa, proporsi bahan harus menggunakan takaran berat.

2. Beton-beton dengan kekuatan tekan (fc) lebih kecil dari 20 MPa, proporsi bahan dapat menggunakan takaran volume.Penakaran berat menggunakan alat timbang sepatutnya memberikan hasil penakaran yang baik, tidak dipengaruhi oleh pengembangan pasir dan kepadatan timbunan material. Penakaran cara ini sulit dilakukan di tempat pekerjaan bila pengadukan dilakukan dengan mesin aduk (mixer) yang mobile.c. Pengadukan

Pengadukan beton dapat dilakukan dengan 2 cara:

i. Cara manual

ii. Cara masinali. Pengadukan cara manual:

Pengadukan cara manual dilakukan dengan tangan dan takaran dilakukan dengan takaran volume. Pengadukan ini biasanya dilakukan untuk pengecoran beton yang bukan struktural, seperti lantai kerja, tiang dan balok perkuatan pasangan dinding bata. Tatacara pengadukan manual dimulai dengan pasir dan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan komposisi yang telah ditentukan, di atas tempat yang datar dan kedap air. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen, kemudian ditambahkan dengan kerikil dan diaduk kembali hingga merata, kemudian dibuat lubang di tengah adukan dan tuangkan air di tengah lubang kira-kira 75% dari yang dibutuhkan. Pengadukan dilanjutkan hingga merata dan tambahkan air sedikit demi sedikit sambil mengaduk.ii. Pengadukan cara masinal:

Pengadukan secara masinal dengan mesin aduk (mixer) dilaksanakan untuk pengecoran beton struktur, dan volume pengecoran yang cukup besar.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengadukan secara masinal:

Bagian dalam dari wadah alat pengaduk harus cukup basah, sehingga tidak menambah atau mengurangi air pencampur.

Lamanya waktu pengadukan sesuai dengan kapasitas dari mixer seperti yang diberikan di Tabel 2.

Bahanbahan seperti pasir dan kerikil harus dalam keadaan SSD (saturated surface dry) supaya pengawasan faktor air semen yang tetap untuk setiap pengadukan dapat dilaksanakan.

Wadah alat transport harus dibasahi air sebelum beton dituang ke dalamnya.

Mesin aduk (mixer) tidak boleh diisi melebihi kapasitasnya, karena akan menyebabkan bahan tumpah sehingga proporsi bahan menjadi tidak tepat.

Kapasitas dari mixerKetentuan ASTM C.94 dan ACI 318

0,8 3,1 m

3,8 4,6 m

7,6 m1 menit

2 menit

3 menit

Tabel 5.2. Waktu Pengadukan

d. Pengangkutan

Pengangkutan beton segar harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut ini: 1. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga ke tempat yang dicor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi.

2. Pengangkutan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan perubahan sifat beton yang telah direncanakan, seperti faktor air semen, slump, dan keseragaman adukan.

3. Waktu pengangkutan tidak boleh melebihi 30 menit. Bila diperlukan jangka waktu yang lebih lama, maka harus dipakai bahan tambahan penghambat pengikatan (admixture type retarder).Di tempat pekerjaan, pengangkutan beton sampai ke tempat penuangan dapat menggunakan:

Kereta sorong, gerobak roda satu.

Saluran atau talang (chute).

Ban berjalan.

Pompa beton (concrete pump).

Wadah atau bucket dari baja dengan bukaan bagian bawah dan diangkat

dengan tower crane atau crane.

e. Penuangan (Pengecoran)

Cara penuangan (pengecoran) beton mempunyai peranan yang sangat penting dalam menghasilkan beton dengan mutu yang diinginkan. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan antara lain:

1. Beton yang dituang harus sesuai dengan kelecakan (workability) yang diinginkan, agar dapat mengisi bekisting dengan baik dan penuangan harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi segregasi. Segregasi adalah pemisahan butiran agregat kasar dari adukan dan dapat menyebabkan sarang kerikil yang mengakibatkan kekuatan beton berkurang.

2. Harus diperhatikan kesinambungan penuangan beton, penuangan lapisan beton yang baru harus dilakukan sebelum lapisan beton sebelumnya mencapai waktu setting awal (initial setting time).

3. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya dan beton yang telah terkotori oleh bahan lain tidak boleh digunakan lagi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai cara penuangan beton supaya tidak terjadi segregasi adalah:

1. Beton yang dicor harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan, tinggi jatuh penuangan adukan maksimum 60 cm (Gambar 5.1).

Gambar 5.1. Cara Penuangan yang Dapat Menghindari Segregasi

2. Untuk pengecoran kolom dan dinding penuangan dilakukan melalui pipa penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3 4 m, beton yang dituang akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, menyebabkan agregat kasar terlempar keluar dari adukan sehingga terjadi segregasi.

3. Bila tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh penuangan, seperti terlihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Penuangan Melalui Jendela pada Bekisting Kolom

4. Pada pengecoran pelat lantai dan balok, penuangan sebaiknya dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau menghadap beton yang telah dituang.

5. Beton yang dituang harus menyebar, tidak boleh ditimbun pada suatu tempat tertentu dan dibiarkan mengalir ke dalam bekisting.

6. Arah penuangan adukan pada permukaan yang miring harus dilakukan dari bawah ke atas, sehingga kepadatan bertambah sejalan dengan bertambahnya berat adukan beton yang baru ditambahkan.f. Pemadatan

Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan kekuatan dan ketahanan beton yang telah mengeras. Pemadatan beton harus dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu setting awal dari beton segar. Setting beton segar di lapangan dapat diperiksa dengan menusuk tongkat ke dalam beton tanpa kekuatan dan dapat masuk 10 cm. Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatan maksimal. Tingkat kepadatan yang dapat dicapai bergantung pada:

1. Komposisi bahan beton.

2. Cara dan usaha pemadatan di lapangan.Komposisi bahan yang perlu diperhatikan adalah:

1. Kelecakan (workability) dari adukan yang ditentukan oleh nilai slump-nya. Dengan nilai slump yang sesuai, bekisting akan terisi dengan baik.

2. Campuran yang terlalu banyak air akan menyebabkan segregasi.

3. Campuran yang gemuk (banyak semen) akan membuat beton yang lebih plastis, sehingga campuran lebih kompak.Cara dan usaha pemadatan sangat dipengaruhi oleh kelecakan betonnya. Semakin lecak semakin mudah pemadatannya, makin rendah slump-nya makin sulit pemadatannya. Pemadatan secara mekanis lebih padat dibandingkan dengan cara manual.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah:

1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4 jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.

2. Alat pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan menghilangkan/melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor dan memasuki tahap waktu setting (setting time).

3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar (honeycomb) di bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri dari pasta semen.

4. Untuk pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran massal, penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak boleh lebih dari 500 mm.Pemadatan dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Cara manual

2. Menggunakan alat getar mekanis (vibrator)Pemadatan dengan cara menual dapat dilakukan dengan menusukkan sebatang tongkat atau besi tulangan ke dalam secara berulang-ulang, atau dengan menumbuk beton segar dengan alat penumbuk. Pemadatan dengan penumbukan dilakukan bila mengecor beton tumbuk yaitu beton dengan air yang sangat sedikit, atau campuran yang kaku. Pemadatan dengan penusukan tongkat dilakukan terhadap beton yang cukup plastis.

Terdapat beberapa jenis alat getar mekanis, antara lain:

1. Jarum penggetar.

2. Penggetar permukaan.

3. Penggetar bekisting/acuan.

4. Meja getar.

5. Balok penggetar.Alat penggetar mekanis yang paling banyak dipakai adalah jarumpenggetar, jarum penggetar terdiri dari mesin dan selang karet denganujung baja lancip yang menggetar antara 3000 sampai 12000 getaran permenit.Berikut ini beberapa pedoman proses pemadatan menggunakan alat jarum

penggetar:

1. Pemadatan dilakukan secara vertikal dan masuknya ujung getar olehberatnya sendiri.

2. Penggetaran dilakukan pada spasi atau jarak yang teratur yang masihdalam pengaruh getaran antara satu titik dengan titik lainnya.Pelaksanaan Konstruksi Beton dan Perawatannya

3. Bila permukaan sekeliling jarum mulai menunjukan berkumpulnya pastasemen atau menjadi licin, maka pemadatan telah cukup dan haruspindah ke titik lainnya, dengan menarik pelan-pelan keluar sehinggalubang yang ditinggalkan ujung penggetar dapat tertutup dengansendirinya.

4. Lamanya waktu penggetaran di setiap titik adalah 5 15 detik.

5. Penggetaran tidak boleh dilakukan terlalu lama sampai terjadi bleeding.

6. Tidak terjadi kontak antara alat getar dengan pembesian, karena dapatmerusak daya lekat ujung pembesian lain dengan beton yang telahmulai setting.

7. Tidak terjadi persinggungan antara alat penggetar dengan bekisting.

8. Tidak boleh menggunakan alat getar untuk mengalirkan adukan betondalam pengisian bekisting.

9. Tebal lapisan yang dicor tidak boleh lebih tebal dari panjang batang penggetar.g. Penyelesaian Akhir

Penyelesaian akhir merupakan pekerjaan meratakan pemukaan beton segarsesuai dengan tebal dan jenis permukaan yang direncanakan. Penyelesaianakhir permukaan beton dapat dilakukan dengan cara manual atau masinal.Penyelesaian secara manual menggunakan raskam/sendok dan dilakukandengan tangan, sedangkan secara masinal menggunakan mesin trowel.Mesin trowel mempunyai dasar yang terdiri dari beberapa daun pelat bajayang dapat berputar dan menghaluskan permukaan beton. Permukaan yangdiselesaikan dengan mesin trowel lebih kuat dan awet dibandingkan denganpekerjaan tangan.Kadang-kadang penyelesaian tekstur permukaan akhir dilakukan secara khusus. Antara lain adalah sebagai berikut:

1. Permukaan bertekstur yang dibentuk dari pemakaian bekisting dengan permukaan tekstur.

2. Permukaan yang berbentuk tekstur, dengan menggunakan alat pencetak (stamp concrete). Pembentukan tekstur dengan alat pencetak dilakukan saat beton mulai memasuki setting awal, dengan menekan cetakan karet (dengan permukaan bertekstur) ke permukaan beton, kadang-kadang diberi lapisan pigmen warna sebelum ditekan.

3. Pembuatan tekstur dengan cara mekanis misalnya dengan cara abrasi setelah beton mengeras.Untuk menyesuaikan fungsi akhir dari beton yang dicor, kadang-kadangditambahkan bahan pelapis permukaan dan dikerjakan sesuai dengan tekstur permukaan yang direncanakan. Terdapat beberapa jenis bahan pelapis, antara lain:

1. Tambahan adukan pasta semen atau semen kering.

2. Tambahan bahan pengeras permukaan (floor hardener), gunanya untuk mendapatkan permukaan yang keras dan tahan aus. Biasanya dilakukan untuk lapisan perkerasan jalan, pelat lantai parkir dan lain-lainnya. Jumlah persentase bahan yang dipakai bergantung pada tingkat lalu lintas yang dilayani, untuk lantai parkir biasanya 3 5 kg/m2, sedangkan untuk lalulintas berat pemakaian bahan ini mencapai 7 10 kg/m2.

3. Tambahan pigmen warna, untuk mendapatkan permukaan yang berwarna.Pengerjaan lapisan penyelesaian akhir permukaan dengan bahan pelapis biasanya menggunakan mesin trowel. Hal ini karena akan menghasilkan permukaan yang lebih kuat karena alat trowel lebih kuat menekan bahan pelapis sehingga lebih bersatu dengan beton di bawahnya.5.4. Pekerjaan Perawatan (Curing)Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan. Perawatan ini berupa pencegahan atau mengurangi kehilangan/penguapan air dari dalam beton yang ternyata masih diperlukan untuk kelanjutan proses hydrasi. Kelembaban permukaan beton harus dijaga untuk menjamin proses hydrasi semen berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini tidak dilakukan akan terbentuk beton yang kurang kuat, dan juga timbul retak-retak. Selain itu, kelembaban permukaan juga menambah beton lebih tahan terhadap cuaca, dan lebih kedap air. Bila terjadi kekurangan/kehilangan air maka proses hydrasi akan terganggu/terhenti dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan perkembangan kekuatan beton, terutama penurunan kuat tekan (Lubis, 1986; Mulyono, 2004; dan Amri, 2005).

Perawatan terutama dimaksudkan untuk menghindari panas hydrasi yang tidak diinginkan, yang terutama disebabkan oleh cuaca. Cara dan bahan serta alat yang digunakan untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang dibuat, terutama dari segi kebutuhannya.

Tujuan Perawatan beton adalah :

Mencegah kehilangan moisture pada beton (tidak kurang dari 80%)

Mempertahankan suhu yang baik selama durasi waktu tertentu(di atas suhu beku dan dibawah 50)Tips merawat beton adalah:

1. Gunakan air secukupnya

2. Jangan dibiarkan kering

3. Jika beton telah kering, berarti semua reaksi berhenti

4. Beton tidak dapat direvitalisasi setelah kering

5. Pertahankan suhu yang sedang (20)6. Beton mengandung abu terbang membutuhkan waktu perawatan lebih lama Pengaruh temperatur terhadap beton :

1. Semakin tinggi suhu, semakin cepat terjadinya reaksi hydrasi2. Suhu ideal adalah suhu ruang

3. Bila beton membeku selam 24 jam pertama, maka beton tersebut tidak akan pernah mencapai kembali sifat awalnya

4. Suhu perawatan di atas 50dapat merusak beton karena semen mengeras terlalu cepat

5. Perawatan yang dipercepat dapat menghasilkan beton yang lebih kuat namun memiliki durabilitas yang rendah.Jenis-jenis Perawatan Beton antara lain:

1. Steam Curing

Menguntungkan bila menginginkan kekuatan awal

Panas tambahan dibutuhkan untuk menyelesaikan hydrasi (misal pada musim dingin)

Steam Curing mempunyai 2 metode, yaitu Live Steam (tekanan atmosferik) dan autoclave (tekanan tinggi).

2. Penyemptotan/Fogging Metode yang baik untuk kondisi dengan suhu diatas suhu beku dan humiditas rendah Kekurangannya yaitu biaya dan dapat menyebabkan erosi pada permukaan beton yang baru mengeras

3. Penggenangan/Perendaman

Ideal untuk mencegah hilangnya moisture Mempertahankan suhu yang seragam Kekurangannya yaitu membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan perlu pengawasan dan tidak praktis untuk proyek yang besar

4. Lembaran Plastik (Sesuai ASTM C171)

Lapisan Polyethylene dengan ketebalan 4 mm Kelebihannya yaitu ringan, efektif sebagai penghalang hilangnya moisture, dan mudah diterapkan Kekurangannya yaitu dapat menyebabkan discoloration permukaan, lebih terlihat bila lapisan plastic bergelombang dan diperlukan penambahan air secara periodik

5. Penutup Basah (Sesuai ASTM C171)

Menggunakan bahan yang dapat mempertahankan moisture, seperti burlap (karung goni) yang dibasahi Kelebihannya yaitu tidak terjadi discoloration dan tahan terhadap api Kekurangannya yaitu memerlukan penambahan air secara periodik dan diperlukan lapisan plastik penutup burlap untuk mengurangi kebutuhan penambahan air

6. Curing Compound (Sesuai ASTM C309)

Membentuk lapisan tipis pada permukaan untuk menghalangi penguapan

Efisiensinya diuji dengan ASTM C 156

5.4.1. Pengaruh Curing terhadap Kekuatan BetonDapat dinyatakan bahwa perkembangan yang baik dari kekuatan beton tidak hanya dipengaruhi keseluruhan semen terhydrasi, dan ini terbukti dalam praktik dilapangan. Kualitas beton juga tergantung kepada gel/space ratio dari pasta semen. Jika sekiranya ruang yang terisi air dalam beton segar lebih besar dari volume yang dapat diisi oleh produksi dari hydrasi, hydrasi yang lebih banyak akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dan permeabilitas yang lebih rendah (Neville, 1982). Oleh sebab itu kehilangan air dari beton harus diproteksi, dan selanjutnya kehilangan air secara internal oleh pengeringan sendiri harus digantikan oleh air dari luar. Yaitu pemasukan air ke dalam beton harus difasilitasi sebaik mungkin, sehingga proses hydrasi yang terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton sangat terbantu oleh pengadaan airnya. Meskipun pada keadaan normal, air tersedia dalam jumlah yang memadai untuk hydrasi penuh selama pencampuran, perlu adanya jaminan bahwa masih ada air yang tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan proses hydrasi itu sendiri. Penguapan dapat menyebabkan suatu kehilangan air yang cukup berarti sehingga mengakibatkan terhentinya proses hydrasi, dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan (Neville, 1982 dan Soroka, 1979).

Dapat ditambahkan juga, bahwa penguapan dapat menyebabkan penyusutan, kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang mungkin menyebabkan retak, kecuali bila beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tegangan ini. Oleh karena itu direncanakan suatu cara perawatan untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Hal ini termasuk pencegahan penguapan dengan pengadaan beberapa selimut pelindung yang sesuai maupun dengan membasahi permukaannya secara berulang-ulang. Sehari setelah pengecoran merupakan saat yang terpenting untuk periode sesudahnya. Oleh sebab itu diperlukan perawatan dengan air sehingga untuk jangka panjang, kualitas beton, baik kekuatan maupun kekedapan airnya, dapat lebih baik. Perawatan dengan cara membasahi menghasilkan beton yang terbaik. Semakin erat pendekatan kondisi perawatan, semakin kuat beton yang dihasilkan. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 3 (Murdock dan Brook, 1999).Dalam menafsirkan hasil pengujian laboratorium, harus diperhitungkan bahwa bahan yang diuji umumnya kecil. Oleh karenanya sifat-sifat bahan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan dari lapisan permukaannya. Karena umumnya lapisan permukaan mudah terpengaruh oleh kondisi perawatan. Hal ini dibuktikan oleh kerusakan tampang melintang yang tebal jauh lebih kecil daripada yang ditunjukkan oleh contoh bahan uji yang lebih kecil.

Gambar 5.3. Kuat Desak (Tekan) Beton yang Dikeringkan dalam Udara

di Laboratorium Sesudah Perawatan Awal denganMembasahinya (Murdock dan Brook, 1999)

Penggenangan atau penyiraman secara terus menerus tidak selalu merupakan suatu cara yang praktis, dan akan lebih baik bila disokong dengan penerapan cara-cara lain. Proteksi terhadap penguapan air segera setelah pengecoran yaitu menyelimuti permukaan beton dengan lembaran polythene atau kertas bangunan merupakan cara yang paling efektif pada langkah-langkah berikutnya. Tetapi, karena kurang baiknya daya insulasi bahan-bahan ini, mungkin diperlukan tambahan perlindungan untuk mengurangi pengaruh panas sinar matahari. Secara alternatif, Hessian (sejenis karung goni) yang basah dapat ditutupkan langsung pada permukaan, segera setelah beton cukup keras agar hessian tidak menyebabkan kerusakan atau melekat pada permukaan beton. Pasir basah, pada lapisan setebal 50 mm juga dapat digunakan untuk merawat permukaan horizontal yang luas. Baik hessian basah ataupun pasir basah jarang dikerjakan dengan baik, penyiraman atau pembasahan beton pada interval waktu tertentu siang dan malam hari sering terlupakan. Menggunakan pasir basah mempunyai kelemahan karena akan menambah biaya sehubungan dibutuhkannya tenaga kerja tambahan untuk menempatkan dan mengambil kembali pasir itu (Lubis, 1986 dan 1995).Permukaan lantai akan mengering lebih cepat sehubungan dengan ketebalannya yang lebih tipis. Oleh karena itu harus diadakan sarana yang memadai untuk mencegah kekeringan dengan menyelimuti dengan kertas atau lembaran polythene yang kedap air. Lapisan tipis untuk perawatan beton, yang harus diterapkan sementara beton masih basah umumnya diterima sebagai suatu sarana yang memuaskan untuk perawatan beton. Meskipun bukan yang paling efisien, perawatan yang paling praktis dan ekonomis bentuknya ialah penggunaan senyawa kimia untuk perawatan beton dengan penyiraman terutama pada permukaan horizontal yang luas.5.4.2. Sistem Perawatan Beton LainnyaPerawatan Beton yang Dipercepat (accelerated curing):

Dengan kondisi curing normal, beton mengeras secara perlahan. Curing harus dipertahankan minimal 14 hari untuk mendapatkan kekuatan akhir yang mendekati kekuatan beton yang dirawat 28 hari. Dengan mengerasnya pasta beton, akan terbentuk penampang beton sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Lamanya pencapaian kekuatan beton yang direncanakan supaya dapat memikul beban menyebabkan pembongkaran bekisting dapat dilaksanakan setelah umur beton mencapai empat minggu (28 hari).Pencapaian kekuatan beton dalam waktu yang lebih singkat dapat dilakukan dengan menambah bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan atau dengan menaikkan temperatur saat curing. Mempersingkat waktu curing untuk mendapatkan kekuatan umur normal beton 28 hari mempunyai beberapa keuntungan:

- Pembangunan dapat dipercepat.

- Penggunaan cetakan atau bekisting dapat digunakan secara berulang - ulang dengan frekuensi yang tinggi, sehingga dapat menghemat biaya bekisting.

- Dapat mengurangi gudang penyimpanan beton yang telah mengeras, terutama ada produksi beton pracetak.

- Mempercepat produksi beton dan mempercepat pengantaran ke lapangan.

Selain keuntungan di atas, cara curing ini memerlukan biaya yang cukup besar, Sehingga perlu dipertimbangan dari segi ekonomisnya.

Metode mempercepat perawatan beton dapat dilakukan dengan perawatan dengan uap panas. Ada 2 jenis perawatan dengan uap panas:a. Perawatan dengan uap panas tekanan rendah. Pemeliharaan dengan cara ini adalah untuk mempercepat waktu pemeliharaan yang dapat dilakukan pada tekanan atmosfir dan temperatur di bawah 100C dan dimaksudkan untuk menghasilkan siklus ekerjaan yang pendek pada industri komponen beton (beton pracetak). b. Perawatan dengan uap panas tekanan tinggi. Metode ini sangat berbeda dengan metode pemeliharaan dengan uap bertekanan rendah dan bertekanan atmosfir. Metode ini digunakan bila diperlukan pekerjaan beton yang memerlukan persyaratan berikut:

- Diperlukan kekuatan awal tinggi dan kekuatan 28 hari dapat dicapai dalam waktu 24 jam.

- Diperlukan keawetan yang tinggi dengan ketahanan terhadap serangan sulfat atau bahan kimia lainnya, juga terhadap pengaruh pembekuan (cold storage) atau temperatur yang tinggi.

- Diperlukan beton dengan susut dan rangkak rendah. Kedua jenis perawatan tersebut memerlukan biaya dan waktu perawatan yang tidak sama. Waktu perawatan dengan tekanan tinggi lebih cepat dari waktu perawatan dengan tekanan rendah.Senyawa Kimia untuk Perawatan Beton:

Senyawa kimia untuk perawatan dengan membentuk lapisan tipis adalah suatu cairan yang disemprotkan pada permukaan beton untuk menghambat penguapan air dari beton. Sebuah jenis penyemprot kebun yang dapat dipegang dengan tangan sesuai untuk pekerjaan ini. Hampir semua bahan - bahan kimia untuk perawatan beton yang tersedia di pasaran dan terbukti memuaskan pemakaiannya terdiri dari larutan sejenis damar. Setelah digunakan, larutan itu menguap dan meninggalkan permukaan beton. Lapisan resin (sejenis damar) tersebut tinggal dengan sempurna sekitar empat minggu. Selanjutnya lapisan ini menjadi getas dan mulai mengelupas akibat pengaruh sinar matahari dan cuaca. Pengujian di laboratorium dan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa cara ini telah memberikan perawatan pada beton yang setara dengan membasahinya secara terus menerus selama 14 hari.Penggunaan curing compound biasanya dilakukan untuk permukaan beton yang vertikal dan terkena sinar matahari seperti kolom, balok dan dinding beton.Pemeliharaan dengan Sistem Elektris:

Pemeliharaan dengan uap bila digunakan untuk komponen yang besar di lapangan tidak praktis untuk diterapkan. Untuk tujuan ini, sejumlah cara dengan sistem elektris telah dikembangkan oleh berbagai perusahaan. Namun metode ini kurang banyak digunakan di lapangan pekerjaan. Metode ini menggunakan resistor yang berfungsi menyalurkan arus listrik. Yang berfungsi sebagai resistor itu adalah campuran beton itu sendiri, tulangan atau benda-benda yang terdapat di dalam penampang beton. Di dalam pelaksanaannya ditemui kesukaran yang membuatnya hampir tidak mungkin untuk menyalurkan arus listrik pada keseluruhan bahan di lapangan. Hal ini disebabkan terbatasnya panjang penulangan dan besarnya penampang yang harus dialiri, dan hal yang sama juga terlihat bila menggunakan batang tulangan prategang sebagai resistor. Dari hasil pengamatan, kabel prategang lebih sesuai bila digunakan sebagai resistor. Oleh karena itu pemeliharaan elektrik memberikan hasil yang memuaskan bila menggunakan berkas kabel prategang (Neville, 1982).6. SIFAT-SIFAT BETON SEGAR

6.1. Kemudahan Pengerjaan (Workability)Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk, diangkut, dituang, dan dipadatkan. Perbandingan bahan-bahan maupun sifat bahan itu secara bersama-sama mempengaruhi sifat kemudahan beton segar. Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat kemudahan dikerjakan antara lain:

a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton

b. Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan adukan beton

c. Gradasi campuran pasir dan kerikild.Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton

e. Pemakaian butir-butir maksimum kerikil yang dipakai

f. Cara pemadatan adukan beton

Tingkat kemudahan pengerjaan beton berkaitan erat dengan tingkat kelecakan beton. Untuk mengetahui tingkat kelecakan beton biasanya dilakukan dengan percobaan slump. Makin besar nilai slump, berarti adukan beton makin encer. Pada umumnya nilai slump berkisar antara 5 cm dan 12,5 cm.

6.2. Pemisahan Kerikil (Segregasi)Kecenderungan butir-butir kerikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan beton disebut segregasi. Kecenderungan pemisahan ini diperbesar dengan:

a. Campuran yang kurus (kurang semen)

b. Terlalu banyak air

c. Semakin besar butir kecil

d. Semakin kasar permukaan kerikil

Pemisahan kerikil dari adukan beton berakibat kurang baik terhadap beton setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan kerikil tersebut, maka diusahakan hal-hal sebagai berikut:

1. Air yang diberikan sesedikit mungkin

2. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar

3. Cara pengangkutan, penuangan, maupun pemadatan harus mengikuti cara yang benar.

6.3. Pemisahan Air (Bleeding)Kecenderungan air campuran untuk naik ke atas(memisahkan diri) pada beton yang segar baru saja dipadatkan disebut bleeding. Air naik ke atas sambil membawa semen dan butir-butir halus pasir yang pada akhirnya setelah beton mengeras akan tampak sebagai lapisan selaput. Lapisan ini dikenal sebagai laitance.Pemisahan air dapat dikurangi dengan cara-cara berikut:

1. Memberi lebih banyak semen

2. Menggunakan air sesedikit mungkin

3. Menggunakan pasir lebih banyak7. PENGERJAAN BETON PADA CUACA PANAS

Kondisi cuaca di lapangan, panas atau dingin, tenang atau berangin, mungkin sangat berbeda dengan kondisi optimum di laboratorium atau kondisi yang diperkirakan. Temperatur yang ideal adalah 10-16. Beberapa peraturan melarang pelaksanaan pengecoran pada temperatur lebih dari 29-32, apalagi bila disertai dengan angin dengan kecepatan lebih dari 1 kgm/jam.

Temperatur yang tinggi akan mempengaruhi beton segar dan beton keras. Jika tidak diambil langkah-langkah perbaikan, kerugian yang dapat diakibatkan oleh temperatur tinggi adalah:

1. Penggunaan air lebih banyak

2. Kehilangan slump dalam waktu yang pendek

3. Setting lebih cepat

4. Kesulitan pemadatan

5. Kemungkinan terjadinya bleeding lebih besar

6. Penyusutan yang besar di awal pengerasan

7. Kemungkinan terjadinya cracking besar

8. Perlu perawatan pada saat setting9. Perlu pendinginan material

10. Durabilitas berkurang

11. Homogenitas berkurang

1PAGE 18