6
 Embr ioge nesi s soma tik lang sung pada tana man cend ana 1  Jurnal Biotekn ologi Pertani an, Vol. 10, No. 1, 2005, pp. 1-6 ABSTRACT Sandalwood (Santalum album L.) is a commercially important commodity of Indonesia, particularly in West and East Nusa Tenggara. However, the population has significantly de- creased and the planting materials are difficult to be provided through conventional methods. A study was conducted to  pro pag at e san dal woo d by usi ng in vitro technology through somatic embryogenesis. Primary somatic embryos were formed on immature or mature zygotic embryos planted on MS basal medium containing benzyl-aminopurine or thidiazuron. Pri- mary somatic embryos then formed secondary embryos when they were transferred to MS medium with or without indole- acetic acid. Transferring somatic embryos onto MS medium containing gibberrelic acid could not convert the embryos into  pla ntl ets , but the y re gen er ate d for min g sho ot mul ti pli ca tio n. Culturing shoots from somatic embryo on MS induction medium enriched with indole butyric acid produced a few number of roots. [  Key wor ds: Santalum album, somatic embryogenesis, primary somatic embryo, secondary somatic embryo] ABSTRAK Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu tanaman yang bernilai ekonomi tinggi bagi Indonesia khususnya di  Nus a Tengg ar a Bar at dan Timu r. Nam un, pop ula si tan ama n tersebut cenderung menurun dan penyediaan bahan tanaman secara konvensional sulit dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbanyak tanaman cendana secara in vitro melalui embriogenesis somatik secara langsung. Embrio somatik  pri mer dip er ole h den gan car a men ana m eks pla n emb ri o zigotik muda dan dewasa pada media dasar MS yang me- ngandung bensil-aminopurin atau thidiazuron. Pada tahap selanjutnya, embrio somatik primer akan membentuk embrio somatik sekunder setelah disubkultur pada media dasar MS dengan atau tanpa penambahan asam indolasetat. Pemindahan embrio somatik pada media pendewasaan atau perkecambahan MS yang mengandung asam giberelat tidak dapat mendorong embrio menjadi plantlet, tetapi mengarah pada proses regenerasi membentuk multiplikasi tunas. Induksi akar pada tunas-tunas yang berasal dari embrio somatik pada media dasar MS yang mengandung asam indol butirat hanya meng- hasilkan akar dalam jumlah yang sedikit. [  Kat a kun ci : Santalum album, embriogenesis somatik, embrio somatik primer, embrio somatik sekunder] Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana  Dir ect somati c emb ryo gen esi s on san dal woo d Deden Sukmadjaja  Bal ai Bes ar Pen eli tia n dan Pen gem ban gan Bio te kno log i dan Sum ber day a Gen et ik Per tan ian  Jal an Tenta ra Pel aja r No. 3A, Bog or 16111, Ind one si a PENDAHULUAN Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu komoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman ini  bany ak te rdap at di Nusa Tengg ara Timu r, namu n po-  pulasi nya cen derung menurun a kibat t idak sei mbang- nya antara eksploitasi dan upaya pelestariannya. Di Pulau Sumba, misalnya, tanaman cendana telah punah, sedangkan di Pulau Timor cendana akan mengalami nasib serupa apabila tidak ada upaya penyel amatan- nya. Eksploitasi kayu cendana terutama disebabkan oleh permintaan pasar yang tinggi, baik di dalam maupun luar negeri (Musakabe 2000). Oleh karena itu  per lu s ege ra d ila kuk an u pay a pe nge mban gan nya . Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan  penge mbanga n tana man cen dana ad alah ke tersed iaan  bi bi t ya ng be rmu tu . Pen ye di aa n bi bi t mel al ui pe r-  banyakan se cara konven sional kura ng memadai unt uk suatu tanaman yang akan dikembangkan secara luas. Teknologi yang biasa digunakan dan memberikan harapan dalam penyediaan bibit dalam jumlah besar dan waktu singkat ialah kultur in vitro. Aplikasi bio- teknologi dalam bidang pertanian bukan hanya untuk  per ba ny aka n, te tap i ju ga un tu k pe rbaik an kar ak ter tanaman. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu pembentukan tunas adventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenes is somatik. Penelitian perbanyakan tanaman cendana melalui proliferasi tunas telah dilakukan oleh Kamil dan Umboh (1990). Di masa mendatang, perbanyakan klonal melalui embriogenesis somatik untuk produksi  ben ih s int eti s ta nama n ke hut ana n ak an l ebi h ba nya k mendapat perhatian dibandingkan cara lainnya (Attree et al . 1990). Embriogenesis somatik merupakan suatu proses di mana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid)  be rke mba ng mem be nt uk tu mb uh an ba ru mel al ui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Williams dan Maheswara 1986). Regenerasi melalui embriogenesis somatik memberikan

biotek2_4

Embed Size (px)

Citation preview

  • Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana 1Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 10, No. 1, 2005, pp. 1-6

    ABSTRACT

    Sandalwood (Santalum album L.) is a commercially importantcommodity of Indonesia, particularly in West and East NusaTenggara. However, the population has significantly de-creased and the planting materials are difficult to be providedthrough conventional methods. A study was conducted topropagate sandalwood by using in vitro technology throughsomatic embryogenesis. Primary somatic embryos were formedon immature or mature zygotic embryos planted on MS basalmedium containing benzyl-aminopurine or thidiazuron. Pri-mary somatic embryos then formed secondary embryos whenthey were transferred to MS medium with or without indole-acetic acid. Transferring somatic embryos onto MS mediumcontaining gibberrelic acid could not convert the embryos intoplantlets, but they regenerated forming shoot multiplication.Culturing shoots from somatic embryo on MS inductionmedium enriched with indole butyric acid produced a fewnumber of roots.

    [Keywords: Santalum album, somatic embryogenesis, primarysomatic embryo, secondary somatic embryo]

    ABSTRAK

    Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satu tanamanyang bernilai ekonomi tinggi bagi Indonesia khususnya diNusa Tenggara Barat dan Timur. Namun, populasi tanamantersebut cenderung menurun dan penyediaan bahan tanamansecara konvensional sulit dilakukan. Penelitian ini bertujuanuntuk memperbanyak tanaman cendana secara in vitro melaluiembriogenesis somatik secara langsung. Embrio somatikprimer diperoleh dengan cara menanam eksplan embriozigotik muda dan dewasa pada media dasar MS yang me-ngandung bensil-aminopurin atau thidiazuron. Pada tahapselanjutnya, embrio somatik primer akan membentuk embriosomatik sekunder setelah disubkultur pada media dasar MSdengan atau tanpa penambahan asam indolasetat. Pemindahanembrio somatik pada media pendewasaan atau perkecambahanMS yang mengandung asam giberelat tidak dapat mendorongembrio menjadi plantlet, tetapi mengarah pada prosesregenerasi membentuk multiplikasi tunas. Induksi akar padatunas-tunas yang berasal dari embrio somatik pada mediadasar MS yang mengandung asam indol butirat hanya meng-hasilkan akar dalam jumlah yang sedikit.

    [Kata kunci: Santalum album, embriogenesis somatik, embriosomatik primer, embrio somatik sekunder]

    Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana

    Direct somatic embryogenesis on sandalwood

    Deden Sukmadjaja

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianJalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111, Indonesia

    PENDAHULUAN

    Cendana (Santalum album L.) merupakan salah satukomoditas yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman inibanyak terdapat di Nusa Tenggara Timur, namun po-pulasinya cenderung menurun akibat tidak seimbang-nya antara eksploitasi dan upaya pelestariannya. DiPulau Sumba, misalnya, tanaman cendana telah punah,sedangkan di Pulau Timor cendana akan mengalaminasib serupa apabila tidak ada upaya penyelamatan-nya. Eksploitasi kayu cendana terutama disebabkanoleh permintaan pasar yang tinggi, baik di dalammaupun luar negeri (Musakabe 2000). Oleh karena ituperlu segera dilakukan upaya pengembangannya.

    Salah satu faktor yang menentukan keberhasilanpengembangan tanaman cendana adalah ketersediaanbibit yang bermutu. Penyediaan bibit melalui per-banyakan secara konvensional kurang memadai untuksuatu tanaman yang akan dikembangkan secara luas.Teknologi yang biasa digunakan dan memberikanharapan dalam penyediaan bibit dalam jumlah besardan waktu singkat ialah kultur in vitro. Aplikasi bio-teknologi dalam bidang pertanian bukan hanya untukperbanyakan, tetapi juga untuk perbaikan karaktertanaman.

    Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapatdilakukan melalui tiga cara, yaitu pembentukan tunasadventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenesissomatik. Penelitian perbanyakan tanaman cendanamelalui proliferasi tunas telah dilakukan oleh Kamildan Umboh (1990). Di masa mendatang, perbanyakanklonal melalui embriogenesis somatik untuk produksibenih sintetis tanaman kehutanan akan lebih banyakmendapat perhatian dibandingkan cara lainnya (Attreeet al. 1990).

    Embriogenesis somatik merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid)berkembang membentuk tumbuhan baru melaluitahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpamelalui fusi gamet (Williams dan Maheswara 1986).Regenerasi melalui embriogenesis somatik memberikan

  • 2 Deden Sukmadjaja

    banyak keuntungan, antara lain: (1) waktu perbanyak-an lebih cepat; (2) pencapaian hasil dalam mendukungprogram perbaikan tanaman lebih cepat; dan (3) jumlahbibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya(Mariska 1996). Di samping itu, dengan strukturnyayang bipolar dan kondisi fisiologis yang menyerupaiembrio zigotik maka perbanyakan melalui pembentuk-an embrio somatik lebih menguntungkan daripadapembentukan tunas adventif yang unipolar.

    Embriogenesis somatik pada tanaman kehutananmempunyai beberapa tahapan perkembangan yangspesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau em-brio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan,pendewasaan, perkecambahan, dan aklimatisasi (Leluet al. 1993). Pembentukan embrio somatik secaralangsung lebih disukai karena dapat menekan masalahsulitnya pembentukan benih somatik pada tahap per-kecambahan (Rai dan McComb 2002).

    Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesissomatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lainformulasi media yang berbeda pada setiap tahap per-kembangan embrio somatik serta jenis eksplan yangdigunakan. Pada tahap pembentukan struktur globulardan hati sering digunakan zat pengatur tumbuhsitokinin seperti benzyladenin (BA) atau yang mem-punyai peran fisiologis yang sama yaitu thidiazuron(Husni et al. 1997) atau 2,4-D, dan NAA apabilaembrio somatik melalui fase kalus (Hutami et al. 2002).Untuk tahap pendewasaan, konsentrasi sitokininditurunkan dan untuk tahap perkecambahan seringditambahkan GA3 (Mariska et al. 2001a; 2001b; Raidan McComb 2002). Sebagai eksplan umumnya digu-nakan jaringan atau organ yang bersifat embriogenikseperti embrio zigotik, kotiledon, mata tunas, danhipo/epikotil.

    Di India, penelitian perbanyakan klonal pada tanam-an cendana dikembangkan dengan menggunakanbioreaktor dengan cara memanipulasi berbagai faktoryang mempengaruhi proses produksi embrio somatikpada setiap tahapannya, seperti komposisi sukrosa,nitrogen, asam absisic (Das et al. 2001) atau ionkalsium dalam media (Anil dan Rao 2000). Dengandemikian, perbanyakan tanaman melalui embriogene-sis somatik memerlukan beberapa tahapan denganformulasi media yang berbeda, bergantung padatahap perkembangan embrio somatik. Penelitian inibertujuan mempelajari sistem regenerasi dan per-banyakan secara in vitro tanaman cendana melaluipembentukan embrio somatik secara langsung.

    BAHAN DAN METODE

    Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaring-an Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bio-teknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian padabulan Februari sampai Desember 2003. Bahan tanamanyang digunakan adalah embrio dari buah cendanamuda dan dewasa yang diperoleh dari Nusa TenggaraBarat dan Yogyakarta.

    Bagian luar kulit buah (pericarp) dibuka/dipecah,kemudian benih dikeluarkan dan dikumpulkan. Benihdikeringanginkan di atas cawan petri di dalam laminarselama 5-10 menit. Embrio yang berada di bagian dalambenih dikeluarkan dengan menggunakan pinset steril,kemudian ditanam dalam media perlakuan yang sudahdisiapkan di dalam botol kultur.

    Media yang digunakan sebagai perlakuan disesuai-kan dengan tahapan percobaan yaitu: Tahap induksi embrio somatik: MS + BA 0,5 mg/l;

    MS + BA 1 mg/l; MS + BA 2 mg/l; MS + thidiazuron0,5 mg/l; MS + thidiazuron 1 mg/l dan MS +thidiazuron 2 mg/l.

    Tahap pembentukan embrio somatik sekunder: MS+ IAA 0,5 mg/l dan MS + IAA 1 mg/l.

    Tahap perkecambahan/pembentukan plantlet: MS1/2tanpa GA3; MS1/2 + GA3 0,5 mg/l; MS1/2 + GA31 mg/l; MS tanpa GA3; MS + GA3 0,5 mg/l dan MS +GA3 1 mg/l.

    Tahap perakaran: MS + IBA 5 mg/l dan MS + IBA10 mg/l.

    Medium dasar MS (Murashige dan Skoog 1962) di-lengkapi dengan sukrosa 3% (w/v), serta dibuat padatdengan menambahkan agar 0,2% (Phytagel/Gelrite).Selanjutnya, pH media dibuat 5,8 dengan menambah-kan 1 N NaOH atau 1 N HCl sebelum diotoklaf padasuhu 121oC selama 15 menit. Biakan diinkubasi padasuhu 25 + 2oC di bawah cahaya neon 1.000-2.000 luxselama 16 jam.

    Dalam media induksi, eksplan embrio somatik akanmembentuk sel-sel embriogenik yang kemudian ber-kembang membentuk fase globular (fase embriosomatik primer). Eksplan kemudian dipindahkan kedalam media pendewasaan untuk mengoptimalkanpembentukan embrio somatik sekunder. Embrio so-matik yang telah membentuk kotiledon dipindahkan kedalam media perkecambahan untuk pembentukanplantlet. Kondisi penyimpanan biakan pada semuatahap perlakuan adalah sama.

  • Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana 3

    Setelah plantlet cukup kuat untuk dipindahkan,dilakukan aklimatisasi di kamar kaca. Media tanamyang digunakan berupa campuran tanah dan pupukkandang atau kasting (1:1) dalam pot plastik. Di sam-ping itu, pada pot tersebut disediakan bibit tanamancabai yang diharapkan berfungsi sebagai tanamaninang.

    Pengamatan dilakukan terhadap persentase eksplanmembentuk embrio primer, persentase embrio primermembentuk embrio somatik sekunder, jumlah embriosomatik yang berkecambah, dan persentase plantlet/tanaman yang tumbuh. Data dianalisis menggunakanuji Duncan pada p < 0,05.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bahan tanaman (buah) yang digunakan sebagaieksplan berasal dari Yogyakarta untuk buah masak(mature) dan dari NTT untuk buah masak dan muda(immature). Embrio zigotik dari kedua tingkat ke-masakan buah tersebut diisolasi dan ditanam padamedia perlakuan untuk induksi embrio somatik. Hasilpengamatan menunjukkan bahwa setelah berumur 8minggu, eksplan yang berasal dari Yogyakarta tidakmenunjukkan adanya pertumbuhan pada semua mediaperlakuan yang dicobakan. Hal ini diduga karenabahan tanaman (biji) sudah tidak mempunyai viabilitaslagi akibat disimpan terlalu lama. Eksplan dari buahyang berasal dari NTT memberikan respons yangberbeda dalam membentuk embrio somatik pada be-berapa perlakuan media yang diberikan.

    Secara umum, media dasar MS yang diperkaya de-ngan BAP menunjukkan respons yang lebih baik dalammembentuk embrio somatik dibandingkan dengan MS+ thidiazuron, baik untuk eksplan embrio muda mau-pun embrio dewasa. Persentase pembentukan embriosomatik dari eksplan embrio zigotik muda pada mediaMS + BAP 2 mg/l menunjukkan nilai tertinggi (71,4%),sedangkan untuk eksplan embrio zigotik dewasa, nilaitertinggi (63,6%) diperoleh pada media MS + BAP1 mg/l (Tabel 1).

    Keberhasilan pembentukan embrio somatik sekun-der dari embrio zigotik dewasa dengan perlakuan MS+ IAA 0; 0,5; dan 1 mg/l tidak menunjukkan perbedaanyang nyata (Tabel 2). Namun demikian, media MStanpa IAA menunjukkan persentase keberhasilanpaling tinggi (87,5%) diikuti MS + IAA 0,5 mg/l se-besar 73%. Pada embrio somatik muda, keberhasilanregenerasi eksplan membentuk embrio somatik se-kunder pada media MS + IAA 1 mg/l hanya 15% dantidak berbeda nyata dengan MS + IAA 0,5 mg/l sekitar

    43,25%. Persentase embrio somatik sekunder tertinggi(71,25%) diperoleh dari media MS tanpa penambahanIAA.

    Media MS tanpa zat pengatur tumbuh IAA tampak-nya selalu memberikan hasil yang lebih tinggi, baikuntuk embrio zigotik muda maupun dewasa. Embriozigotik terdiri atas jaringan yang sangat muda danbersifat embrionik sehingga tanpa zat pengaturtumbuh pun tetap dapat beregenerasi. Kandungangaram-garam anorganik yang tinggi dalam media MSserta adanya vitamin dan sukrosa cukup memadaiuntuk mendukung proses pembentukan dan per-kembangan sel-sel somatik dari embrio zigotik menjadi

    Tabel 1. Pengaruh zat pengatur tumbuh dalam mediadasar MS terhadap pembentukan embrio somatik darieksplan embrio zigotik muda dan dewasa pada cendanasetelah 8 minggu.Table 1. Effect of plant growth regulators in MS basal me-dium on somatic embryo formation from mature and imma-ture zygotic embryo explant of sandalwood after 8 weeks.

    Zat pengatur tumbuh Persentase embrio somatik

    Plant growth regulator Percentage of somatic embryo(mg/l) Dewasa/Mature Muda/Immature

    MS + BAP 0,5 33,3a 46,1aMS + BAP 1 63,6a 53,8aMS + BAP 2 23,1a 71,4aMS + thidiazuron 0,5 16,7a 15,0bMS + thidiazuron 1 18,7a 14,8bMS + thidiazuron 2 33,3a 18,7b

    Keterangan/Notes:Angka pada satu kolom yang diikuti oleh huruf yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.Numbers at each column followed by the same letter are notsignificantly different at 5% Duncan test.

    Tabel 2. Pengaruh media terhadap persentase embrio primeryang membentuk embrio sekunder dari eksplan embriozigotik muda dan dewasa cendana umur 7 minggu.Table 2. Effect of media on percentage of primary embryos toform secondary embryos from mature and immature zygoticembryo explant of sandalwood after 7 weeks.

    Persentase embrio somatikMedia Percentage of somatic embryoMedia

    Dewasa/Mature Muda/Immature

    MS (kontrol) 87 ,5a 71,25aMS + IAA 0,5 mg/l 73a 43,25abMS + IAA 1 mg/l 52a 15b

    Keterangan/Notes:Angka pada satu kolom yang diikuti oleh huruf yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.Numbers at each column followed by the same letters are notsignificantly different at 5% Duncan test.

  • 4 Deden Sukmadjaja

    embrio somatik. Rai dan McComb (2002) pada tanam-an cendana dengan menggunakan embrio zigotikdewasa berhasil pula meregenerasikan eksplan mem-bentuk embrio somatik dewasa. Namun, Becwor et al.(1987) pada tanaman Picea abis dan Lelu et al. (1994)pada tanaman hibrida antara Larix dan Leptoeuro-paca menggunakan embrio zigotik muda. Berdasarkanhasil penelitian ini, penggunaan kedua jenis eksplan,yaitu embrio zigotik muda dan dewasa memberikanpersentase keberhasilan yang cukup tinggi, berturut-turut 71,25% dan 87,5%. Dengan demikian, perbanyak-an tanaman cendana melalui pembentukan embriosomatik memberikan kemudahan dalam pengangkutanbiji sebagai sumber eksplan mengingat produksi bijipada cendana relatif lama.

    Gambar 1 menunjukkan embrio zigotik yang diguna-kan sebagai eksplan serta pembentukan dan per-kembangan embrio somatik tanaman cendana. Setelahdisubkultur pada media perkecambahan, embrio soma-

    tik dewasa ternyata tidak langsung membentuk benihsomatik, tetapi bermultiplikasi membentuk tunas(Tabel 3; Gambar 2). Multiplikasi paling tinggi (92%)terdapat pada media MS1/2 + GA3 namun tidak ber-beda dengan perlakuan lainnya kecuali MS. Dengandemikian media MS yang konsentrasi makronya di-cairkan sampai setengahnya lebih baik dibandingkanmedia MS konsentrasi penuh. Pengenceran media MSsebagai media perkecambahan dilakukan pula oleh Raidan McComb (2002) pada tanaman cendana, serta Routet al. (1995) pada tanaman Acacia catechu. Tremblay(1990) melakukan pengenceran garam makro mediaSchenk dan Hilderbrandt sampai seperempatnya.Menurut Rout et al. (1995), pengenceran media padatahap perkecambahan dimaksudkan untuk meng-hindari pengkalusan kembali pada dasar tunas ataustruktur embrio somatik.

    Kelompok tunas pada media perkecambahan me-nunjukkan bentuk yang normal dan tidak normal.

    Gambar 1. Pembentukan embrio somatik dari eksplan embrio zigotik pada tanaman cendana; a = embrio zigotik sebagai eksplan,b = tahap globular, c = tahap bentuk hati, d = tahap torpil (torpedo), e dan f = konfigurasi kotiledon embrio somatik.Fig. 1. Development of somatic embryos from zygotic embryo explant on sandalwood; a = zygotic embryo explant, b = globularstage, c = heart shaped stage, d = torpil stage, e and f = configurations of somatic embryos cotyledon.

  • Embriogenesis somatik langsung pada tanaman cendana 5

    Jumlah tunas normal paling banyak (rata-rata 9,2tunas) diperoleh dari media MS1/2 + GA3 1 mg/l namuntidak berbeda nyata dengan MS1/2 + GA3 0,5 mg/lsebanyak 5,8 tunas, sedangkan tunas abnormal yangpaling banyak berasal dari media MS + GA3 0,5 mg/l.Tampaknya media MS konsentrasi penuh selalu mem-berikan hasil yang lebih rendah dibandingkan mediaMS yang diencerkan setengahnya. Hal ini kemungkin-an disebabkan pengaruh nutrisi yang terlalu kayasehingga mengakibatkan induksi pertumbuhan yangabnormal.

    Pada media perkecambahan/pendewasaan, embriosomatik dewasa tidak dapat membentuk akar sepertiyang diharapkan. Untuk itu pada tahap selanjutnyatunas disubkultur pada media perakaran (Tabel 4;Gambar 3). Sampai umur 3 minggu, akar hanya tumbuhpada beberapa biakan yang diberi perlakuan IBA 5 mg/l dengan rata-rata jumlah akar 0,6. Perlakuan IBA 5 dan10 mg/l tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah dantinggi tunas yang dihasilkan.

    Tabel 3. Pengaruh komposisi media perkecambahan terhadap rata-rata persentase biakan berorganogenesisserta jumlah tunas normal dan abnormal dari embrio somatik pada cendana.Table 3. Effect of germinating media compositions on percentage of cultured organogenesis, number of normaland abnormal shoots from somatic embryos of sandalwood.

    Persentase biakan Jumlah PersentaseMedia berorganogenesis tunas normal tunas abnormalMedia Percentage of Number of Percentage of

    cultured organogenesis normal shoots abnormal shoots

    MS1/2 48 ab 2,8bc 0MS1/2 + GA3 0,5 mg/l 92 a 5,8ab 9 ,4MS1/2 + GA31 mg/l 88 a 9,2a 0MS 0 b 0c 0MS + GA3 0,5 mg/l 60 a 1,6bc 33,3MS + GA3 1 mg/l 48 ab 2,4bc 25

    Keterangan/Notes:Angka pada satu kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.Numbers at each column followed by the same letters are not significantly different at 5% Duncan test.

    Gambar 2. Pertumbuhan embrio somatik tanaman cendana pada media pendewasaan (a) dan perkecambahan (b).Fig. 2. Somatic embryo growth of sandalwood on maturing media (a) and germination media (b).

    Tabel 4. Rata-rata tinggi serta jumlah tunas dan akar darieksplan kecambah embrio somatik cendana pada mediainduksi perakaran umur 4 minggu.Table 4. Average of height and number of shoots and roots fromsomatic embryo explant of sandalwood on root induction mediaafter 4 weeks.

    MediaJumlah tunas Tinggi tunas Jumlah akar

    MediaShoot Shoot Root

    number height number

    MS + IBA 5 mg/l 3 ,75 1,72 0 ,6MS + IBA 10 mg/l 4 ,25 1,55 0,0

    KESIMPULAN

    Pembentukan embrio somatik tanaman cendana secaralangsung dengan eksplan embrio zigotik dewasa men-capai 63,6% dengan menggunakan media MS + BAP 1mg/l dan untuk eksplan embrio zigotik muda 71,4%pada media MS + BAP 2 mg/l. Pada media MS,

  • 6 Deden Sukmadjaja

    Becwor, M.R., T.L. Noland, and S.R. Wann. 1987. Somatic embryodevelopment and regeneration from embryogenic Norwayspruce callus. Tappi J. 70: 155-160.

    Das, S., S. Ray, S. Dey, and S. Dasgupta. 2001. Optimation ofsucrose, inorganic nitrogen and absisic acid levels for Santalumalbum L. somatic embryo production in suspension culture.Process Biochem. 37(1): 51-56.

    Husni, A., I. Mariska, dan M. Kosmiatin. 1997. Embriogenesis somatiktanaman lada liar. Makalah Seminar Mingguan Balai PenelitianBioteknologi Tanaman Pangan, Bogor, 5 September 1997.

    Hutami, S., I. Mariska, R. Purnamaningsih, M. Herman, D.Damayanti, and T.I. Utami. 2002. Regeneration of papaya(Carica papaya) through somatic embryogenesis. Proc. the 2nd

    Indonesian Biotechnology Conference. Indonesian Biotechnol-ogy Consortium, Jakarta.

    Kamil, H. and M.I.J. Umboh. 1990. Root induction of Santalumalbum by using IBA and NAA. Proc. The Symposium onBiotechnology for Forest Tree Improvement. Bogor, 21-23March 1990. Biotrop Special Publication No. 49.

    Lelu, M.A., K.K. Klimaszewska, C. Jones, C. Ward, P. VanAderkas, and P.J. Charest. 1993. A laboratory guide to somaticembryogenesis in spruce and larch. Information Report.Petawawa National Forestry Institute, Canada.

    Lelu, M.A., K.K. Klimaszewska, C. Jones, C. Ward, P. VanAderkas, and P.J. Charest. 1994. An improved method forsomatic plantlet production of hybrid larch (Lorix xLeptoeuropaea) Part 2 Control of germination and plantletdevelopment. Plant Cell, Tissue and Organ Culture 36: 117-127.

    Mariska, I. 1996. Embriogenesis somatik tanaman kehutanan.Prosiding Kursus Bioteknologi, 4-9 November 1996. BadanPengkajian dan Penerapan Teknologi. Serpong. 13 hlm.

    Mariska, I., S. Hutami, M. Kosmiatin, dan W.H. Adil. 2001a.Regenerasi massa sel embriogenik kedelai setelah diseleksipada kondisi Al berbeda dan pH rendah. Berita PuslitbangtanNo. 20: 1-3.

    Mariska, I., D. Sopandie, S. Hutami, E. Syamsudin, dan M.Kosmiatin. 2001b. Peningkatan ketahanan terhadap Al padatanaman kedelai melalui kultur in vitro. Laporan RisetUnggulan Terpadu VIII. Kantor Menristek dan LIPI, Jakarta.

    Murashige, T. and F. Skoog. 1962. A revised medium for rapidgrowth and bioassay with tobacco tissue culture. Physiol. Plant15: 473-497.

    Musakabe, H. 2000. Peluang dan kendala cendana dalamperekonomian Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kumpulanmakalah Seminar Nasional Kajian terhadap TanamanCendana (Santalum album L.) sebagai Komoditi UtamaPerekonomian Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) MenujuOtonomisasi. Pemda NTT dan LIPI, Jakarta. 26 Juni 2000.

    Rai, V.R. and J. McComb. 2002. Direct somatic embryogenesisfrom mature embryos of sandalwood. Plant Cell Tissue andOrgan Culture 69: 65-70.

    Rout, G.R., S. Samantaray, and P. Das. 1995. Somatic embryo-genesis and plant regeneration from callus culture of Acaciacatechu a multipurpose leguminous tree. Plant Cell Tissue andOrgan Culture 42: 283-285.

    Tremblay, F.M. 1990. Somatic embryogenesis and plantletregeneration from embryos isolated from stored seeds of Piceaglauca. Can. J. Bot. 68: 236-242.

    Williams, E.G. and Maheswara. 1986. Somatic embryogenesisfactors influencing coordinated behaviour of cells as onembryogenic group. Ann. Bot. 57: 443-462.

    persentase embrio somatik sekunder yang dihasilkanrelatif sama antara embrio zigotik muda dan dewasa.

    Pada media perkecambahan, embrio somatik yangpaling banyak bermultiplikasi membentuk tunasterdapat pada media MS1/2 + GA3 0,5 mg/l. Umumnyamedia MS yang diencerkan setengahnya menghasil-kan jumlah tunas yang lebih tinggi dibandingkanmedia MS penuh untuk setiap penambahan GA3.Media MS + GA3 0,5 dan 1 mg/l menghasilkan tunasabnormal paling tinggi, yaitu masing-masing 33,3%dan 25%. Induksi perakaran belum memberikan hasilyang memuaskan, meskipun akar dapat terbentuk padamedia MS + IBA 5 mg/l dengan jumlah yang masihsedikit.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada DirekturSEAMEO-BIOTROP yang telah memberikan dukung-an dana terhadap penelitian ini melalui Bagian ProyekPengembangan Biologi Tropika Indonesia Bogor TA2003.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anil, V.S. and K.S. Rao. 2000. Calcium-mediated signaling duringsandalwood somatic embryogenesis. Role for exogenouscalcium as second messenger. Plant Physiol. 123: 1301-1312.

    Attree, S.M., S. Budimirand, and L.C. Fawke. 1990. Somaticembryogenesis and plantlet regeneration from cultured shootsand cotyledons of seedlings from stored seeds of black andwhite spruce (Picea mavina and P. glauca). Can. J. Bot. 68:30-34.

    Gambar 3. Pertumbuhan biakan cendana pada media induksiperakaran.Fig. 3. Growth of sandalwood culture on root induction media.