BIURET.docx

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN TETEP PRAKTIKUM BIOKIMIA I

I. Nomor Percobaan: IIII. Tanggal Percobaan: 6 Maret 2013III. Judul pecobaan: Reaksi Uji ProteinIV. Tujuan pecobaan: Untuk menguji kandungan yang terdapat di dalam protein.V. Dasar TeoriProtein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi.Di dalam kehidupan, protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Kita dapat memperoleh protein dari bahan makanan yang banyak mengandung protein, misalnya pada hewan terkandung protein hewani, sedangkan pada tumbuhan terkandung protein nabati.Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.Dalam ilmu Kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya reaksi, yaitu: adanya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia. Ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanda terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisal reaksi uji protein (albumin) dengan Biuret test yang menunjukkan perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi, 1994).Protein yang terdapat dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea. Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme. Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat di alam ada beratus ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik leleh di atas 200 C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).Beberapa Ciri protein sebagai berikut :1. Berat moleklnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul.2. Umumnya terdiri atas 20 asam amino3. Terdapatnya ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi stuktur tiga dimensi protein4. Stukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi , temperatur, medium pelarut organik, dan detergen.5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan khas stuktural makromolekul.Organisasi Struktur ProteinStruktur tiga dimensi dapat dijelaskan dengan mempelajari tingkat organisasi struktur, yaitu struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. Berbagai interaksi yang diperlukan untuk mempertahankan masing-masing struktur tersebut merupakan pemisah tingkat organisasi satu dengan lainnya.Rentetan asam amino dalam suatu molekul protein disebut struktur primer protein. Namun terdapat banyak hal pada struktur protein daripada hanya struktur primer. Banyak sifat suatu protein ditentukan oleh orientasi molekul sebagai suatu keseluruhan. Bentuk (misalnya suatu spiral) yang padanya suatu molekul protein menata kerangkanya, disebut struktur sekunder. Interaksi lebih lanjut seperti halnya kerangka untuk membentuk suatu bulatan, disebut struktur tersier atau terjadinya folding (pelipatan) rantai alpha heliks, dll. Antaraksi antara sub-unit protein tertentu, seperti antara globin-globin dalam hemoglobin, disebut struktur kuartener.

Sifat Larutan Protein1. Sifat Asam BasaSifat larutan asam basa suatu protein dalam larutan, sebagian besar ditentukan oleh gugus R asam aminonya yang dapat berionisasi. Gugus NH2 dan COOH yang terdapat pada kedua ujung rantai polipeptida sedikit sekali menunjang sifat asam-basa protein tersebut. Karena perbedaan macam protein ditentukan oleh urutan asam amino dan konformasi polipeptidanya, maka kemungkinan ionisasi gugus R itu dipengaruhi oleh gugus tetangganya.Seperti pada asam amoni bebas, protein juga mempunyai titik isoelektrik, yaitu pada pH yang menunjukkan jumlah muatan positif dan negatif sama dalam protein itu, sehingga pada keadaan ini daya larut protein minimum. Pada pH ini protein tidak akan bergerak bila diletakkan dalam medan listrik, pH isoelektriknya ditentukan oleh jumlah dan pK gugus R yang berionisasi. Dalam larutan yang pH nya diatas pH isoelektrik. Protein bermuatan negatif dan kanan bergerak ke anoda, pada pH sebaliknya protein bergerak ke katoda. 2. Pemisahan ProteinPemisahan protein dari campuran yang terdiri dari atas berbagai macam sifat asam-basa, umuran dan bentuk protein, dapat dilakukan dengan cara eletroforesis, kromatografi, pengendapan dan perbedaan kelarutannya.o ElektroforesisCara ini didasarkan pada kecepatan bergerak yang berbeda-beda dari protein dalam medan listrik, pada pH tertentu. Cara in pertama kali dilakukan oleh Arne Tiselius pada tahun 1973.o KromatografiPenentuan dan pemisahan campuran protein dengan cara kromatografi dilakukan berdasarkan prinsip yang sama seperti untuk pemisahan dan analisa asam amino.o Pengendapan protein sebagai garamSebagian besar protein dapat diendapkan dari larutan air dengan penambahan asam tertentu, seperti misalnya, asam triklorasetat dan asam perklorat. Penambahan asam ini menyebabkan terbentuknya garam protein yang tidak larut. Zat pengendap lainnya adalah asam tungstat, fototungstat, dan metafosat. Protein juga dapat diendapkan dengan kation tertentu seperti Zn2+ dan Pb2+.o Pengendapan dengan cara perbedaan kelrutanBerbagai protein globular mempunyai daya kelarutan yang berbeda di dalam air. Variabel yang mempengaruhi kelarutan ini adalah pH, kekuatan ion, sifat dielketrik pelarut dan temperatur.Pemisahan protein dari campuran dengan pengaturan pH didasarkan pada harga pH isoelektrik yang berbeda-beda untuk tiap macam protein. Pada umumnya molekul protein mempunyai daya kelarutan minimum pada pH isoelektriknya. Pada Ph isoelektriknya bebrapa protein akan mengendap dari larutan, sehingga dengan cara pengaturan pH larutan, masing-masing protein dalam campuran dapat dipisahkan satu dari yang lainnya dengan teknik yang disebut pengendapan isoelektrik.

Laporan Praktikum Biokimia : PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET A. Judul Percobaan: PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGANMETODE BIURETB. Hari/ Tanggal Percobaan: Kamis, 18 Oktober 2012C. Tujuan Percobaan: Menentukan kadar protein yang ada pada sampel dengan menggunakan cara BiuretD. Kajian Teori: 1. ProteinProtein merupakan unit penyusun utama tubuh. Protein juga merupakan suatu polimer yang mempunyai monomer suatu asam amino. Asam amino sendiri merupakan senyawa kimia yang mengandung dua gugus fungsi yang berbeda. Sehingga reaksi identifikasi suatu protein tidak jauh dari reaksi kedua gugus fungsi tersebut. Salah satu identifikasi protein adalah dengan cara denaturasi protein (perubahan struktur protein). Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari 5000 samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga ion amfoter (zwitterion). Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus NH3+. Sebaliknya bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO- sehingga terbentuk gugus COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi, 1994).Struktur protein ada 4 tingkatan yaitu :a. Struktur primermenunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam molekul protein (rentetan asam amino dalam suatu molekul protein).b. Struktur sekundermenunjukkan banyak sifat suatu protein, ditentukan oleh orientasi molekul sebagai suatu keseluruhan, bentuk suatu molekul protein (misalnya spiral) dan penataan ruang kerangkanya (ikatan hidrogen antara gugus N-H, salah satu residu asam amino dengan gugus karbonil C=O residu asam yang lain).c. Struktur tersiermenunjukkan keadaan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan tali gabungan (interaksi lebih lanjut seperti terlipatnya kerangka untuk membentuk suatu bulatan).d. Struktur kuartenermenunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu:a. Protein sederhanayang merupakan protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam aminob. Protein gabunganyang merupakan protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat.2. Reaksi-Reaksi Warna Proteina. Reaksi BiuretReaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptide. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptide mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan warna merah. Beberapa protein yang mempunyai gugus CS-NH-, CH-NH- dalam molekulnya juga member tes warna positif dari reaksi biuret ini membentuk suatu senyawa kompleks.b. Pereaksi XantoproteinReaksi warna Xantoprotein dapat terjadi karena reaksi nitrasi pada cincin benzena dari asam amino penyusun protein. Tes dikatakan positif ditunjukkan dengan warna kuning yang disebabkan terbentuknya suatu senyawa polinotrobenzena dari asam amino protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan inti benzena, seperti tirosin, fenil alanin, triptofan. Pada penambahan senyawa alkai warna kuning akan hilang dan berubah menjadi kuning muda sampai jingga disebabkan sifat keasaman fenol bereaksi dengan alkali. Warna jingga ini apabila diasamkan akan berubah warna kembali menjadi kuning. c. Reaksi NinhidrinReaksi warna protein ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna biru atau ungu. Reaksi ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino ninhidrin.Warna biru-ungu dapat dipakai untuk menentukan asam amino secara kuantitatif dengan mengukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm. Dasar reaksi ini dipakai dalam alat untuk penentuan asam amino.d. Pereaksi Hopkins-ColeReaksi warna protein ini menunjukkan positif apabila ditandai dengan terbentuknya cincin ungu pada bidang batas antara larutan protein dengan pereaki. Pebentukan cincin ini dikarenakan terbentuknya kondensasi 2 inti indol dari triptofan dengan aldehid. Aldehid disini diperoleh dari asam glioksalat yang diapaki untuk test Adamkiewicz-Hopkins. Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan. Khususnya yang mengandung gugus indol.e. Pereaksi MillonPereaksi Millon melibatkan penambahan senyawa Hg ke dalam protein sehingga pada penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa merkuri. Untuk protein yang mengandung tirosin atau triptofan penambahan pereaksi Millon menghasilkan warna merah. Namun pereaksi ini tidak spesifik karena juga memberikan tes positif warna merah dengan adany senyawa fenol. Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein misalnya tirosin.3. Uji BiuretUji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu maka larutan tersebut mengandung protein.Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan Cupri Sulfat ( CuSO4) encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam yang lain atau gugus yang lain seperti : -CSNH2, -C(NH)NH2, -CH2NH2, -CRHNH2, -CHOHCH2NH2, -CHOHCH2NH2, -CHNH2CH2OH, -CHNH2CHOH. Dengan demikian uji Biuret tidak hanya untuk protein tetapi zat lain seperti Biuret atau malonamida juga memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah-violet atau biru-violet.Intensitas warna tergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Penentuan protein cara biuret adalah dengan mengukur optical density (OD) pada panjang gelombang 560 580 nm. Agar dapat menghitung banyaknya protein maka perlu lebih dahuu dibuat kurva baku/standar yang melukiskan hubungan antara konsentrasi protein dengan OD pada panjang gelombang terpilih. Dibandingkan dengan cara Kjeldahl maka biuret lebih baik karena hanya protein atau senyawa peptida yabf bereaksi dengan biurety, kecuali urea.Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut ;

E. Alat dan Bahan Gelas kimia Tabung reaksi Pipet seukuran Larutan standar protein Larutan sampel Larutan sampel bekasam hari ke-5 replikasi I Larutan sampel bekasam hari ke-5 replikasi II Spektroskopi UV-Vis Reagen Biuret

G. Data PengamatanStandart TableNoSample IDTypeConcWL569.0Wgt.Factor

1Std 1Standart1,0000,1351,000

2Std 2Standart2,0000,1611,000

3Std 3Standart3,0000,2241,000

4Std 4Standart4,0000,2521,000

5Std 5Standart5,0000,2881,000

Sample tableNoSample IDTypeConcWL569.0

1Blanko unknown0,0370,037

2Sampelunknown4,7560,282

3Rep 1unknown4,0840,255

4Rep 2unknown3,5440,234

H. Analisis dan PembahasanUji biuret merupakan jenis pengujian untuk identifikasi protein secara umum. Berarti uji Biuret akan selalu memberikan hasil positif untuk semua jenis protein. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa. Reagen biuret terdiri dari CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Na-sitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan membentuk kompleks dengan protein. KI berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Na-sitrat dan Na2CO3 berfungsi sebagai buffer dan NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa. Suasana basa akan membantu membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-. Hal ini membantu untuk membentuk kompleks dengan nitrogen dari karbon dari ikatan peptida dalam larutan basa. Perubahan pada warna sampel uji akan memberikan hasil yang positif atau negatif. Terjadinya warna ungu terbentuk dari ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida menghasilkan CuN yang terjadi dalam suasana basa. Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu yang terbentuk makin jelas dan makin pekat. Dalam perhitungan, persaman kurva linearnya harus memiliki nilai R (regresi) 1 sehingga nilai kadar dan nilai absorbansi sebanding. Jadi, apabila kadarnya meningkat maka absorbansi juga meningkat, karena R merupakan koefisien relasi yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi/kadar dengan serapan/absorbansi.Asam amino adalah hasil dari blok protein yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ada banyak kesamaan antara asam amino dan molekul biuret dan keduanya beraksi dengan cara yang sama. Reagent Biuret adalah larutan berwarna biru muda, yang berubah menjadi ungu bila bercampur dengan larutan yang mengandung protein. Sebuah kompleks berwarna ungu terbentuk ketika ion tembaga dari reagent Biuret bereaksi dengan ikatan peptida pada rantai polipeptida. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :CuSO4.5H2O + 2NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 + 5H2O Cu(OH)2 Cu2+ + 2OH-

Reaksi pembentukan kompleks reagen Biuret dengan ikatan peptida pada proteinDalam menentukan kadar protein dalam sampel dengan metode biuret, maka dibuat dahulu larutan standart dari larutan induk dari protein dengan konsentrasi sebesar 10 mg/mL, kemudian diencerkan dan didapat larutan standart dengan konsentrasi 1 mg/mL, 2 mg/mL, 3 mg/mL, 4 mg/mL dan 5 mg/mL. Disiapkan pula sampel dan blanko yang akan diperlakukan sama dengan standard. Sampel yang dugunakan yaitu sampel protein, sampel bekasam hari ke-5 replikasi 1 dan sampel bekasam hari ke-5 replikasi 2. Kemudian masing-masing larutan standart dan sampel berikut aquadest ditambahkan 4 mL reagen Biuret , dikocok sampai warna ungu yang terbentuk stabil dan diinkubasi selama 30 menit dalam suhu kamar. Waktu inkubasi ini merupakan operating time yaitu waktu yang dibutuhkan agar seluruh protein berekasi seluruhnya dengan reagen. Setelah itu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometrik UV dengan panjang gelombang 520 nm, dihasilkan data sebagai berikut :NoLarutanAbsorbansiA larutan - A blanko

1Blanko 0,094-

2Standar 1 (1 mg/mL)0,1350,041

3Standar 2 (2 mg/mL)0,1610,067

4Standar 3 (3 mg/mL)0,2240,130

5Standar 4 (4 mg/mL)0,2520,158

6Standar 5 (5 mg/mL)0,2880,194

7Sampel protein0,2820,188

8Sampel bekasam replikasi 10,2550,161

9Sampel bekasam replikasi 20,2340,140

Dari data tersebut, dapat dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi larutan standart protein dengan absorbansinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kurva linear dan persamaan kurva linear tersebut dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel dari protein.

Dari kurva linear di atas, didapatkan persamaan garis lurus untuk penentuan konsentrasi sampel dari protein, yaitu :Y = 0,03982 x + 0,09266Menurut hukum Lambert Beer :Y = 0,03982 x + 0,09266

Kemudian disubstitusi nilai Absorbansi Sampel dari persamaan tersebut:1. Sampel proteinY= 0,03982 x + 0,092660,188= 0,03982 x + 0,092660,188 0,09266 = 0,03982 x0,09534 = 0,03982 x 2. Sampel bekasam hari ke-5 replikasi 1Y= 0,03982 x + 0,092660,161= 0,03982 x + 0,092660,161 0,09266 = 0,03982 x0,06834 = 0,03982 x 3. Sampel bekasam hari ke-5 replikasi 2Y= 0,03982 x + 0,092660,140= 0,03982 x + 0,092660,140 0,09266 = 0,03982 x0,04734 = 0,03982 x Dari perhitungan diatas, dapat ditentukan bahwa konsentrasi sampel protein, sampel bekasam hari ke-5 replikasi 1 dan 2 berturut-turut sebesar 2,394 mg/mL, 1,733 mg/mL, dan 1,2 mg/mL. Berdasarkan uji kualitatif juga dapat dibandingkan warna larutan sampel yaitu berwarna ungu muda, yang berkisar antara larutan standard dengan konsentrasi 1mg/mL dan 3 mg/mL.KESIMPULAN1. Uji Biuret digunakan untuk menentukan konsentrasi protein secara umum.2. Prinsip metode Biuret adalah reaksi protein dengan Cu2+ pada suasana basa yang menghasilkan warna ungu dan pengukuran absorbansi spektrofotometrik diukur pada 520 nm.3. Persamaan yang didapat dari larutan standard adalah Y = 0,03982 x + 0,092664. Konsentrasi sampel protein, sampel bekasam hari ke-5 replikasi 1 dan 2 berturut-turut sebesar 2,394 mg/mL, 1,733 mg/mL, dan 1,2 mg/mL

Daftar PustakaAnonim. ------. Protein. http://www.answers.com/topic/how-does-the-biuret-test-indicate-the-presence-of-protein#ixzz1EO5qtggW.Diakses tanggal 22 Oktober 2012Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. Jakarta: EGCLehninger. 1982. Dasar-dasar Biokima. Jakarta: ErlanggaPoedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-PRESSSudarmaji, Slamet , dkk. 2007. Analisis bahan Makanan dan Pangan. Penerbit Liberty.TIM. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia I. Surabaya: UNESAYogyakarta. Hal : 145-146.