12
Drh. Ardilasunu Wicaksono Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) Pendahuluan Latar belakang Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau yang disebut juga mad cow disease merupakan penyakit yang cukup memberi perhatian saat ini. Kejadian penyakit ini sudah meluas ke berbagai negara di dunia dan menjadi perhatian dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Penyakit ini menjadi penting karena agen penyebab bukan berasal dari mikroorganisme melainkan dari protein yang mengalami mutasi genetik menjadi virulen yang disebut dengan prion. Kejadian BSE pada ternak biasanya dihubungkan dengan pemberian meat bone meal (MBM) yang mengandung specified risk material (SRM) dari jaringan tubuh hewan. MBM sendiri digunakan untuk meningkatkan asupan protein pada ternak, namun saat ini penggunannya menjadi ramai dibicarakan karena dampak yang ditimbulkannya. Penyakit BSE telah menimbulkan kerugian besar pada sektor peternakan khususnya ternak sapi dimana menimbulkan kasus kematian yang cukup besar. Disamping itu, penyakit ini pun termasuk ke dalam zoonosis karena dapat ditularkan dari hewan ke manusia yang disebut dengan penyakit Creutzfeldt- Jakob Disease (CJD). Penularan terjadi melalui infeksi prion yang masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE. Penularan dari manusia ke manusia pun pernah dilaporkan. Dengan demikian penyakit ini menjadi penting dilihat dari sisi kesehatan masyarakat veteriner.

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Drh. Ardilasunu Wicaksono

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

Bovine Spongiform Encephalopathy

(BSE)

Pendahuluan

Latar belakang

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau yang disebut juga mad

cow disease merupakan penyakit yang cukup memberi perhatian saat ini.

Kejadian penyakit ini sudah meluas ke berbagai negara di dunia dan menjadi

perhatian dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Penyakit ini menjadi

penting karena agen penyebab bukan berasal dari mikroorganisme melainkan

dari protein yang mengalami mutasi genetik menjadi virulen yang disebut dengan

prion.

Kejadian BSE pada ternak biasanya dihubungkan dengan pemberian

meat bone meal (MBM) yang mengandung specified risk material (SRM) dari

jaringan tubuh hewan. MBM sendiri digunakan untuk meningkatkan asupan

protein pada ternak, namun saat ini penggunannya menjadi ramai dibicarakan

karena dampak yang ditimbulkannya.

Penyakit BSE telah menimbulkan kerugian besar pada sektor peternakan

khususnya ternak sapi dimana menimbulkan kasus kematian yang cukup besar.

Disamping itu, penyakit ini pun termasuk ke dalam zoonosis karena dapat

ditularkan dari hewan ke manusia yang disebut dengan penyakit Creutzfeldt-

Jakob Disease (CJD). Penularan terjadi melalui infeksi prion yang masuk ke

tubuh manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi BSE. Penularan dari

manusia ke manusia pun pernah dilaporkan. Dengan demikian penyakit ini

menjadi penting dilihat dari sisi kesehatan masyarakat veteriner.

Page 2: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas penyakit

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dan juga Creutzfeldt-Jakob Disease

(CJD) dari etiologi/agen penyebab, cara transmisi, gejala klinis dan diagnosa,

epidemiologi dan penyebaran penyakit, serta pengobatan dan pencegahannya.

Pembahasan

Etiologi / Agen penyebab

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) merupakan anggota dari

Transmissible Spongiform Encephalopathies (TSEs), yang merupakan grup

penyebab gangguan neurodegeneratif yang disebabkan oleh agen yang belum

diketahui penyebabnya. Agen tersebut resisten terhadap perlakuan yang biasa

dilakukan untuk menangani agen bakteri, spora, virus, dan fungi. Agen ini secara

umum diperkirakan disebabkan oleh prion, walaupun ada juga segelintir

pendapat yang menyatakan bahwa TSEs disebabkan oleh virinos atau retrovirus.

TSEs pada hewan meliputi BSE pada sapid dan scrapie pada domba dan

kambing, sementara TSEs pada manusia meliputi Creutzfeldt-Jakob Disease

(CJD) dan Kuru. Bentuk lain dari CJD adalah Variant Creutzfeldt-Jakob Disease

(vCJD) yang lebis sering menginfeksi manusia pada usia muda yaitu 28 tahun.

BSE adalah anggota dari kelompok penyakit yang dikenal sub akut yaitu

transmissible spongiform encephalopathy (TSE) atau penyakit prion. Ini

mencakup juga Creutzfeldt-Jakob disease (CJD) yang menyerang manusia,

scrapie pada domba dan kambing, transmissible mink encephalopathy (TME)

dan yang hanya ditemukan di Amerika Utara saja yaitu chronic wasting disease

(CWD) pada wapiti (Cervus canadensis) dan beberapa jenis rusa.

Prion merupakan protein yang bersifat infeksius yang dapat muncul dan

bereplikasi dengan merubah protein sel normal dan membuatnya menjadi prion.

Protein sel yang disebut PrPc dapat ditemukan pada permukaan neuron/ sel

saraf. Bentuk isoform yang patogenik dari PrPc dinamakan juga PrPres, PrPSc,

atau PrPTSE. Prion dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti BSE atau

scrapie yang disebabkan oleh strain yang berbeda dari PrPres

Page 3: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Prion penyebab BSE, secara klasik memiliki dua jenis tipe berbeda dan

keduanya dapat ditemukan pada hewan ternak. Tipe yang pertama memiliki

fragmen dengan massa molekul yang tinggi dibandingkan BSE klasik dan

dinamakan H-type, dan tipe kedua memiliki massa molekul yang lebih rendah

yang dinamakan L-type atau amyloidotic spongiform encephalopathy (BASE).

Jenis tipe yang berbeda dari BSE merepresentasikan strain dari BSE itu sendiri.

Penyakit BSE umumnya terjadi pada sapi. BSE juga pernah dilaporkan

domba dan kambing dan pada ruminansia liar seperti bison dan ruminansia liar

lainnya. Prion BSE juga dapat menular ke kelompok kucing seperti kucing

rumah, cheetah, puma, ocelot, dan singa sehingga menyebabkan Feline

Spongiform Encephalopathy. Di Perancis pernah dilaporkan dua ekor lemur

terinfeksi prion. Pada percobaan, prion BSE dapat ditularkan ke tikus coba, mink,

marmoset, monyet cynomoglus.

Agen dapat berasal dari jaringan tubuh ternak yang dijadikan pakan

ternak atau dikenal sebagai meat-bone-meal (MBM). MBM merupakan

pengecilan partikel dari bagian organ dan karkas hewan. Proses pengolahan

MBM tidak dapat menginaktivasi prion sehingga prion tetap bertahan pada

produk tersebut. Pada saat pengolahan MBM, semua bagian karkas yang dapat

dikonsumsi digiling dan dilakukan dekomposisi di dalam tangki besar, setelah itu

dilakukan perebusan dengan tekanan tinggi sehingga menghasilkan bubur

protein di bawah lapisan lemak. Setelah lemak dibuang, bubur protein tersebut

dikeringkan dan dijadikan MBM. Setelah itu dikemas dan didistribusikan untuk

dijadikan pakan ternak dan juga hewan kebun binatang.

Cara transmisi

BSE biasanya ditransmisikan ketika hewan atau manusia memakan

jaringan yang mengandung prion BSE. Prion tersebut akan bereplikasi pada

Peyer’s patches dari ileum, dan akan menyebar melalui saraf-saraf tepi menuju

sistem saraf pusat. Pada ternak, prion dapat terakumulasi di dalam otak setelah

24 bulan ternak terinfeksi BSE. Konsentrasi prion terbesar berada pada susunan

saraf pusat dan ileum. Secara alami pada ternak yang terinfeksi, prion BSE akan

ditemukan pada otak, sumsum tulang belakang, retina, dan ileum bagian distal.

Namun dengan teknik uji yang lebih sensitif, prion dapat dideteksi pada dorsal

root ganglia, saraf-saraf tepi, dan kelenjar adrenal.

Page 4: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Pada beberapa penelitian, prion juga ditemukan di tonsil dan sumsum

tulang. Beberapa sumber juga menyebutkan prion dapat ditemukan di jaringan

limfatik pada membrana nictitans. Beberapa jaringan bisa mengandung prion

setelah lama terinfeksi BSE. Adanya akumulasi prion pada saraf tepi dan

kelenjar adrenal merupakan penyebab adanya akumulasi prion pada susunan

saraf pusat. Prion BSE tidak ditemukan pada otot, namun daging dapat

terkontaminasi jaringan saraf pusat pada saat tahap pemotongan dan proses di

RPH. Secara bukti epidemiologis dan studi ilmiah, BSE tidak ditransmisikan

melalui susu, semen, atau embrio.

Penularan BSE dari hewan ke hewan secara horizontal masih belum

dapat dibuktikan. Penularan secara vertikal dari induk ke anak pun jarang terjadi.

Hewan yang masih muda sangat peka terhadap infeksi dan kebanyakan ternak

terinfeksi BSE saat umur enam bulan pertama. Transmisi pada domba

percobaan menyerupai transmisi pada sapi, tetapi prion lebih tersebar di seluruh

tubuh. Pada domba yang diinokulasi secara oral, prion ditemukan pada jaringan

limfatik seperti limpa, lumfonodus, dan gut-associated lymphoid-tissue (GALT),

serta susunan saraf pusat. Transmisi melalui darah (blood-borne transmission)

juga terjadi pada domba.

Pada manusia, penyakit variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD)

diakibatkan oleh termakannya prion BSE. Penyebaran dari manusia ke manusia

pernah dilaporkan melalui transfusi darah yang berasal dari pasien yang

terinfeksi BSE secara asimptomatis. Transmisi pada manusia juga dapat

diakibatkan karena transplantasi organ. Prion di manusia pada kasus vCJD dapat

ditemukan di otak, korda spinalis, dorsal root ganglia, ganglion trigeminalis,

retina, nervus opticus, jaringan limfatik, limfonodus di deluruh tubuh, GALT, dan

sekum.

Masa inkubasi BSE pada sapi diperkirakan 2 - 8 tahun pada sapi.

Kejadian penyakit ini umumnya pada hewan berumur 4 - 5 tahun. Pada

percobaan yang pernah dilakukan pada domba umur 6 bulan, masa inkubasi

BSE berlangsung selama 21 – 38 bulan. Pada domba berumur dua minggu,

masa inkubasi berlangsung selama 18 – 24 bulan. Pada monyet macaca yang

dinfeksikan secara peroral, masa inkubasi berlangsung selama 3 – 5 tahun.

Page 5: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Masa inkubasi untuk vCJD sangat sulit untuk diperkirakan, namun rata-

rata masa inkubasi berkisar antara 11 dan 12 tahun, serta pernah dilaporkan

sampai 16 tahun. Pada kasus melalui transfuse darah, masa inkubasi selama 6 –

8.5 tahun.

Gejala klinis dan diagnosa

Bovine spongiform encephalopathy merupakan penyakit neurologis yang

umumnya bersifat subklinis dan membahayakan pada ternak sapi. Gejala yang

muncul antara lain gangguan alat gerak, sangat responsif terhadap rangsangan,

tremor, dan perubahan tingkah laku seperti agresif, gelisah dan waspada,

perubahan tempramen, dan juga kegilaan/aktif bergerak. Sapi yang mengalami

kombinasi dari gejala perubahan tingkah laku, hiperreaktif terhadap rangsangan,

dan gangguan gerak dapat dipastikan secara klinis terinfeksi oleh BSE.

Gejala lain yang khas pada BSE adalah sapi aktif berjalan kesana kemari.

Pada beberapa hewan terdapat gejala pruritus dimana hewan sering menjilat dan

menggosokkan badannya karena gatal. Terdapat pula gejala nonspesifik seperti

kelemahan umum, kehilangan bobot badan, menggesekkan antara gigi atas dan

bawah (kemungkinan dikarenakan kesakitan pada perut dan gengguan saraf),

dan penurunan produksi susu. Muncul juga gejala seperti penurunan aktivitas

memamah biak, bradikardia, dan aritmia.

Gejala klinis hewan BSE lama kelamaan semakin memburuk setelah

beberapa minggu sampai enam bulan, namun pernah juga dapat bersifat akut

dan langsung menunjukkan keparahan. Sifat akut dan cepat ini terjadi pada

ruminansia liar dan hewan liar. Ketika gejala klinis muncul, maka penyakit BSE

akan bersifat progresif dan mematikan. Pada tahap akhir gejala, hewan akan

lelah, roboh, koma, dan mati.

Belum ada uji penyakit BSE pada hewan hidup. Penyakit ini didiagnosa

dengan mendeteksi prion (PrPres) pada jaringan saraf pusat. Akumulasi prion

bisa didapatkan dari otak dengan teknik immunohistokimia. Dapat juga dilakukan

dengan uji ELISA (enzyme-linked immunosorbent assays) dan Western blot.

Rapid test dapat dilakukan pada saat surveillance namun membutuhkan jumlah

sample yang banyak untuk diuji. Sample yang positif pada rapid test dapat

dilanjutkan dengan uji konfirmasi yang lebih spesifik seperti pemeriksaan

immunohistokimia dan immunoblotting. Diagnosa dari BSE juga dapat

Page 6: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

dikonfirmasi dengan mengidentifikasi prion fibril yang disebut scrapie-associated

fibrils (SAF) dengan mikroskop elektron pada organ otak baik specimen beku

maupun yang sudah autolisis. Prion dapat dideteksi pada otak saat 3-6 bulan

setelah masa onset berlangsung.

Pada pemeriksaan postmortem, perubahan patologi anatomi tidak dapat

terlihat, kecuali perubahan yang tidak spesifik seperti kekurusan. Pada

pemeriksaan histopatologi dapat dilihat kelainan pada sistem saraf pusat.

Terdapat vakuola pada neuron dan perubahan seperti sponge pada gray matter

otak merupakan gambaran khas dari BSE. Dapat juga terlihat adanya akumulasi

amyloid namun tidak khas pada penyakit ini. Perubahan seperti sponge pada

otak juga terjadi pada domba dan macaca yang terinfeksi prion.

Pada vCJD, umur rentan terkena penyakit ini pada manusia adalah 28

tahun (kisaran 12-74 tahun). Gejala awal berupa kecemasan, depresi, insomnia,

dan rasa sakit secara sensorik. Pada kebanyakan orang, terjadi gejala penyakit

saraf seperti kesusahan berjalan, ataxia, inkoordinasi, kehilangan ingatan,

kesulitan berbicara, dan tremor. Fungsi kognitif juga memburuk secara perlahan.

Pada tahap akhir terjadi gejala dystonia, myoclonus, gangguan penglihatan, dan

dementia. Pada akhirnya terjadi kematian pada saat enam bulan sampai dua

tahun setelah adanya gejala klinis tahap akhir.

Diagnosa secara tentatif dapat dilakukan melalui sejarah

penyakit/anamnesa, gejala klinis yang terlihat dan adanya atrofi bagian cortex

melalui magnetic resonance imaging (MRI) pada otak. Pada tahap awal penyakit

pemeriksaan menggunakan electroencephalogram (EEG) terlihat normal, namun

akan terlihat adanya kelainan setelah mencapai tahap berikutnya. Diagnosa

secara definitif dapat dilakukan jika prion ditemukan pada biopsi tonsil

menggunakan immunoblot (Western Blot) atau immunohistokimia. Dapat juga

dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada jaringan otak setelah dilakukan

nekropsi. Pada pemeriksaan histopatologi akan banyak ditemukan akumulasi

amyloid yang dikelilingi oleh vakuola. Prion akan banyak ditemukan disekeliling

akumulasi amyloid tersebut dan terlihat dengan teknik pewarnaan

immunohistokimia.

Page 7: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Epidemiologi dan penyebaran penyakit

Asal mula dari BSE belum banyak diketahui. Penyakit ini pertama kali

dilaporkan pada tahun 1980, tetapi kemunginan terjadi di sapi pada tahun 1970.

Dimungkinkan BSE berasal dari mutasi protein PrPc pada tubuh sapi atau

berasal dari mutasi prion penyakit scrapie yang mengontaminasi pakan

ruminansia. Sumber lain juga memperkirakan BSE berasal dari agen

Transmissible Spongiform Encephalopathies (TSEs) dari satwa liar atau

manusia.

Kasus BSE telah dilaporkan pada hewan ternak pada hampir seluruh

Negara di Eropa, Kanada, Amerika Serikat, Israel, dan Jepang. Penyakit ini

pernah terlihat pada ternak yang diimpor dari Pulau Falkland dan Oman.

Keberadaan dari penyakit ini tidak dapat dipastikan dari suatu Negara tanpa

adanya program surveillance yang memadai. Prion BSE dengan jenis yang

berbeda pernah dilaporkan di Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.

Prevalensi dari kasus BSE sangat bervariasi. Di beberapa negara,

tingkat kejadian BSE adalah 100 kasus persejuta sapi, namun berbeda di negara

dengan tingkat kejadian rendah yaitu dua kasus persejuta sapi. Epidemik

penyakit BSE telah dilaporkan pada beberapa negara di Eropa. Wabah pertama

kali muncul di Inggris dimana pada tahun 1980 tercatat 180.000 kasus BSE.

Puncak epidemik di Inggris terjadi pada tahun 1992 dengan hampir terjadi 1.000

Negara 1999 2000 2001 Total kasus

sejak 1987

Inggris 2254 1311 104 177.798

Perancis 31 162 50 294

Jerman 0 7 44 51

Irlandia 96 156 44 625

Italia 0 0 11 13

Portugus 159 150 34 564

Spanyol 0 2 35 37

Swiss 50 33 3 370

Tabel 1. Jumlah kasus BSE di beberapa Negara Eropa

Page 8: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

kasus per minggunya. Pada saat itu tingkat insidensi mencapai 2-3%. Setelah

dilakukan tindakan pencegahan dengan pelarangan pemberian pakan MBM

pada sapi, maka tingkat kejadian menjadi menurun hingga hanya terjadi 5 – 10

kasus per minggunya pada tahun 2004

Prevalensi dari vCJD tidak diketahui secara pasti. Kebanyakan kasus

terjadi pada manusia yang tinggal di Inggris dan Perancis. Pada Agustus 2007,

sebanyak 166 kasus vCJD dilaporkan di Inggris. Tingkat kejadian penyakit yang

cukup besar muncul pada tahun 2000, dimana terdapat 28 kasus dan secara

bertahap turun menjadi 5 kasus pertahun di 2005 dan 2006. Pada November

2006, 21 kasus dilaporkan di Perancis, 4 kasus di Irlandia, 3 kasus di Amerika

Serikat, 2 kasus di Belanda, dan 1 kasus di Kanada, Italia, Jepang, Portugis,

Arab Saudi, dan Spanyol. Jumlah manusia yang terinfeksi namun bersifat

asimptomatis sulit diketahui. Namun perkiraan tingkat kejadian kasus pada

manusia di Inggris dengan selang kepercayaan 95% adalah 237 (49-692) kasus

per juta orang.

Pengobatan dan Pencegahan

Tidak ada pengobatan untuk penyakit BSE, dan hewan yang diduga sakit

dapat dieuthanasi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pencegahan BSE

dapat dilakukan dengan tidak memberikan pakan mengandung jaringan

ruminansia yang mengandung prion pada hewan rentan. Menghindari pemberian

meat-bone-meal (MBM) pada ternak jauh lebih baik dibandingkan melakukan

proses pemanasan dan pengecilan partikel protein pada MBM, karena tidak

dapat menginaktivasi prion secara keseluruhan.

Kebijakan pelarangan penggunaan pakan ruminansia asal jaringan tubuh

ruminansia telah mengurangi kasus BSE secara signifikan. Sehingga perlu

dilakukan pelarangan importasi MBM dan hewan maupun produk hewan dari

negara berstatus tidak bebas BSE ke negara bebas BSE. Kegiatan surveillance

pada daerah endemis dan memilki tingkat kejadian tinggi BSE dapat dilakukan

secara terprogram dan berkelanjutan sehingga dapat mengurangi angka kejadian

kasus BSE secara signifikan.

Perlu dilakukan pengawasan sapi potong di RPH terhadap gejala klinis

BSE yang muncul saat pemeriksaan antemortem. Pemeriksaan ini dapat

mencegah tersebarnya karkas yang berasal dari sapi yang terinfeksi BSE

Page 9: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

terdistribusi ke masyarakat sehingga tidak dikonsumsi. Di Inggris, karkas sapi

dari hewan terinfeksi BSE tidak boleh dikonsumsi dan dilakukan pengolahan

dengan pemanasan karkas pada suhu 133°C selama minimum 20 menit.

Diperlukan juga pengawasan saat proses pengolahan karkas agar tidak

terkontaminasi dengan Specified Risk Materials (SRM) dari penyakit BSE.

Pencegahan BSE dilakukan dengan menerapkan Early Warning Sistem /

sistem deteksi dini yaitu antara lain dengan melakukan surveillance pada lokasi

yang terdeteksi adanya gejala neurologis pada ternak, program peningkatan

kesadaran masyarakat dengan penyuluhan, melakukan rapid test setelah

pemotongan, melakukan transparansi laporan kasus BSE, pengawasan

kebijakan importasi hewan dan produknya sesuai dengan aturan OIE Terrestrial

Code, menghindari kontaminasi specified risk material (SRM) seperti otak dan

sumsum tulang belakang saat prosesing karkas di RPH, melarang penggunaan

SRM pada pakan hewan, melakukan stamping out pada hewan yang diduga

terinfeksi akibat konsumsi pakan mengandung SRM, melakukan pengelolaan

limbah RPH dengan baik, dan melakukan pendataan ternak untuk

mempermudah sistem surveillance dan telusur balik jika terjadi kasus.

Tidak ada pengobatan untuk penyakit vCJD pada manusia, melainkan

hanya terapi secara supportif. Variant Creutzfeldt-Jakob disease (vCJD) dapat

dihindari dengan tidak memakan jaringan hewan ternak yang terinfeksi BSE.

Beberapa Negara menerapkan aktif surveillance dengan melakukan rapid test

setelah pemotongan untuk mendeteksi BSE. Di Negara Eropa, sapi yang

berumur 30 bulan dilakukan tes BSE jika dagingnya akan dikonsumsi oleh

manusia. Hewan roboh yang dipotong secara darurat yang berumur di atas 24

bulan juga dilakukan pemeriksaan BSE.

Di Negara Inggris dan Jepang, karkas tidak diperbolehkan dikonsumsi

manusia sampai hasil rapid test BSE dinyatakan negatif. Saat ini, beberapa

negara melakukan surveillance BSE pada ruminansia kecil. Adapun di beberapa

Negara lain yang memiliki tingkat insidensi yang rendah, termasuk Inggris, hanya

melakukan surveillance pada ternak yang memiliki resiko tinggi saja. Hewan

tersebut tidak dapat dikonsumsi manusia dan karkas disimpan sampai

pemeriksaan dilakukan secara lengkap.

Page 10: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Jaringan tubuh hewan yang memiliki risiko tinggi untuk menularkan BSE

telah dilarang untuk konsumsi manusia di banyak negara. Di Amerika Serikat,

jaringan yang dilarang untuk dikonsumsi antara lain otak, tulang, mata, saraf

ganglia trigeminalis, saraf ganglia dorsal, sumsum tulang belakang, dan tulang

belakang dari sapi yang berumur 30 bulan atau lebih. Di Inggris, jaringan yang

dilarang adalah tulang dan sumsum tulang belakang sapi berumur di atas 12

tahun, dan tulang belakang sapi berumur di atas 24 tahun. Organ tonsil, usus

dan perut sapi tidak diperbolehkan dikonsumsi. Dilakukan juga pengawasan

pemotongan hewan agar tidak terjadi kontaminasi antara karkas dengan jaringan

saraf.

Penularan vCJD antar manusia dapat dikurangi dengan penggunaan

peralatan bedah yang sekali pakai pada saat operasi dan tidak melakukan

donor/transfusi darah di negara yang tidak berstatus bebas BSE karena transmisi

prion dapat ditularkan melalui sel darah. Dianjurkan bagi para dokter hewan dan

staf laboratorium untuk berhati-hati saat melakukan nekropsi hewan yang diduga

BSE, dan di laboratorium dianjurkan untuk menangani BSE dengan BSL-3.

Tindakan pencegahan standar adalah dengan memakai pakaian pelindung,

menghindari transmisi lewat luka terbuka, menghindari kontaminasi dengan kulit

yang terkelupas, dan menghindari ingesti.

Dikarenakan prion dapat bertahan di lingkungan selama beberapa tahun

dan sulit untuk didesinfeksi, maka tindakan pencegahannya adalah menghindari

terjadinya kontaminasi pada permukaan dan peralatan. Kertas plastik yang sekali

pakai dapat digunakan untuk melindungi meja dan juga area permukaan lainnya.

Saat ini masih belum ada vaksin untuk penyakit vCJD maupun BSE.

Dekontaminasi dari prion yang berada di jaringan, permukaan, dan

lingkungan sangat sulit dilakukan. Prion tersebut sangat resisten pada

kebanyakan desinfektan (termasuk formalin), pemanasan, radiasi ultraviolet, dan

rasiasi ionisasi. Terutama ketika prion terlindungi oleh materi organik yang

diawetkan dengan bahan fiksatif aldehida, titer prion terdeteksi tinggi. Prion dapat

terikat dengan kuat pada permukaan suatu bahan seperti stainless steel dan

plastik tanpa kehilangan infektivitasnya. Prion yang terikat pada bahan metal

memiliki resistensi yang lebih tinggi terhadap dekontaminasi.

Page 11: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Beberapa senyawa telah diteliti cukup efektif untuk desinfeksi terhadap

prion antara lain larutan sodium hidroksida atau larutan sodium hipoklorit yang

mengandung klorin 2%. Permukaan harus didesinfeksi lebih dari 1 jam pada

suhu 20°C. Desinfeksi selama satu hari direkomendasikan untuk peralatan.

Perlakuan pembersihan sebelum desinfeksi dapat mengeliminasi materi organik

yang dapat melindungi prion.

Saat ini, penanganan menggunakan desinfektan fenol, pembersih alkalis

(KOH dengan detergent), dan pembersih enzimatis yang dikombinasikan dengan

uap hidrogen peroksida telah terbukti dapat menginaktivasi prion scrapie.

Pembersih alkalis dan desinfektan fenol juga efektif terhadap prion BSE dan

vCJD. Inaktivasi prion secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan

autoclave pada suhu 134-138°C selama 10 menit pada 30lb/in2.

Kombinasi antara penanganan secara kimiawi dan fisik dapat lebih efektif,

dimana desinfeksi secara kimia dilakukan terlebih dahulu setelah itu dibilas dan

dilakukan autoclave. Namun kombinasi kedua penanganan ini tidak dapat

menjamin untuk menghancurkan seluruh prion yang ada. Pada percobaan yang

telah dilakukan, kawat stainless steel yang dicuci dengan sodium hidroksida dan

dilakukan autoclave tetap mengandung prion yang infektif. Peralatan bedah yang

dilakukan pembersihan berulang kali pun masih tetap dapat menularkan vCJD.

Dengan alasan ini, maka dianjurkan untuk menggunakan peralatan yang sekali

pakai dibandingkan peralatan yang dicuci untuk beberapa kali pemakaian.

Kesimpulan

Penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) disebabkan oleh

prion yang termasuk ke dalam zoonosis dimana pada manusia disebut

Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD). Kasus BSE telah dilaporkan pada hewan

ternak pada hampir seluruh Negara di Eropa, Kanada, Amerika Serikat, Israel,

dan Jepang. Agen prion dapat berasal dari jaringan tubuh ternak yang dijadikan

pakan ternak atau dikenal sebagai meat-bone-meal (MBM). Gejala klinis berupa

gejala saraf yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Tidak ada

pengobatan untuk penyakit ini sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan

untuk menghindari terjadinya kasus baik pada hewan maupun manusia.

Page 12: Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Daftar Pustaka

Bradley R. 2003. BSE Risks for Humans Consuming Beef and Beef Products:

How Any Risks Are Managed. Veterinary Research Communications, 27:

15–23.

Brown P, Will RG, Bradley R, Asher DM, Detwiler L. 2001. Bovine Spongiform

Encephalopathy and Variant Creutzfeldt-Jakob Disease: Background,

Evolution, and Current Concerns. J Emerging Infectious Diseases 7: 6-16.

Budka H. Goossens B, Ru G. 2008. BSE and TSEs: Past, Present and Future.

Trends in Food Sci & Tech19: 34-39.

[CFSPH] Center for Food Security and Public Health. 2007. Bovine Spongiform

Encephalopathy-Mad Cow Disease, BSE. Iowa: College of Veterinary

Medicine, Iowa State University.

Koeijer A, Schreuder B, Bouma A. 2002. Factors that influence the age

distribution of BSE cases: potentials for age targeting in surveillance.

Livestock Production Science 76: 223 –233.

Naipospos TSP. 2010. Faktor Risiko Masuknya Bovine Spongiform

Encephalopathy (BSE) ke Indonesia Melalui Importasi Produk Hewan.

www.tatavetblog.blogspot.com [28 November 2010].

OIE [World Organization of Animal Healh]. 2010. Bovine spongiform

encephalopathy. Terrestrial Animal Health Code. Chapter 2.4.6.

Taylor D. 2001. Inactivation of the BSE agent. C. R. Biologies 325: 75–76.

Uskens U. 2001. Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE), Transmissible

Spongiform Encephalopathy, Mad Cow Disease. J Environ Sci & Pollut

Res 8: 79 – 83.