60
B. PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN DISKUSI Kata diskusi berasal dari bahasa latin discussio, discussi, atau discussun yang berarti memeriksa, memperbincangkan, membahas. Dalam bahasa Inggris dipakai kata discussion yang berarti : perundingan atau pembicaraan. Dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi adalah proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, istilah diskusi mencakup tiga unsur pokok sebagai berikut : 1. Dilaksanakan oleh dua orang atau lebih (kelompok); 2. Ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan; 3. Ada tujuan yang hendak dicapai. Jika dua atau tiga orang yang bertemu kemudian membicarakan suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu, sudah dapat dikatakan bahwa mereka telah berdiksusi. Tempatnya bisa di mana saja : di tepi jalan, di kantin, di dalam kendaraan, di kelas, atau 1

b.pembahasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ffhf

Citation preview

Page 1: b.pembahasan

B. PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN DISKUSI

Kata diskusi berasal dari bahasa latin discussio, discussi, atau discussun

yang berarti memeriksa, memperbincangkan, membahas. Dalam bahasa Inggris

dipakai kata discussion yang berarti : perundingan atau pembicaraan. Dalam

bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi adalah proses bertukar pikiran antara

dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi,

istilah diskusi mencakup tiga unsur pokok sebagai berikut :

1. Dilaksanakan oleh dua orang atau lebih (kelompok);

2. Ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;

3. Ada tujuan yang hendak dicapai.

Jika dua atau tiga orang yang bertemu kemudian membicarakan suatu

masalah untuk mencapai tujuan tertentu, sudah dapat dikatakan bahwa mereka

telah berdiksusi. Tempatnya bisa di mana saja : di tepi jalan, di kantin, di dalam

kendaraan, di kelas, atau di kantor. Diskusi yang demikian termasuk diskusi tidak

resmi.

Disamping itu, ada pula diskusi yang diikuti oleh puluhan, ratusan, bahkan

ribuan orang, dengan perencanaan dan persiapan yang matang, dan mempunyai

aturan main yang jelas. Diskusi model terakhir ini termasuk diskusi resmi. Contoh

diskusi resmi, antara lain seminar, simposium, kongres, lokakarya, dan

konferensi.

Kegiatan diskusi baru bisa terwujud bila dilakukan oleh sekelompok

orang. Istilah kelompok harus dimaknai lebih dari hanya sekadar kumpulan orang.

1

Page 2: b.pembahasan

Suatu kelompok merupakan keseluruhan (keutuhan) yang sifatnya berbeda

dengan sifat-sifat masing-masing anggotanya. Misalnya, suatu kelompok yang

terdiri atas enam orang, akan menghasilkan ide-ide yang bebreda dengan ide yang

dihasilkan oleh salah satu anggota kelompok secara pribadi. Sebab, para anggota

kelompok saling bergantung satu sama lain dan bersama-sama mencapai tujuan

yang dikehendaki. Dengan kata lain, suatu kelompok berisi kejamakan

anggotanya, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai tunggal. Yang penting

dikejar bukan tujuan dari masing-masing anggota, melainkan tujuan kelompok.

Oleh karena itu, setiap diskusi sebaiknya ada pemimpinnya. Hal ini menjadi

penting supaya kelompok tidak sempat kehilangan arah dalam mencapai tujuan.

Kegiatan diskusi selalu diwarnai tanya jawab antarpeserta. Hal ini

memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta untuk menyampaikan

pendapat, menambah bukti dan alasan, menolak suatu gagasan, memberi

tanggapan dan saran, dan partisipasi aktif lain. Di pihak lain, peserta juga dapat

memperoleh informasi lengkap dan terperinci mengenai masalah yang sedang

didiskusikan. Dengan demikian, kalau kegiatan diskusi itu menghasilkan

kesimpulan atau kesepakatan itu merupakan hasil pemikiran bersama.

2. MANFAAT DISKUSI

Apa manfaat yang diperoleh dari diskusi? Tentu saja banyak. Jika tidak,

mustahil kegiatan itu tetap lestari dari dulu hingga sekarang. Kita menyaksikan

bahwa dunia tidak pernah sepi dari kegiatan diskusi. Di televisi sering kita lihat

para pakar berdiskusi tentang masalah ekonomi, pendidikan, politik, dan lain-lain.

Di kampus, para mahasiswa dan dosen juga melakukan diskusi. Demikian juga

para pelajar di sekolah, para tokoh di tengah-tengah masyarakat, dan para pejabat

2

Page 3: b.pembahasan

di kantor. Bahkan, para menteri juga melakukan diskusi yang dipimpin langsung

oleh presiden di Istana Negara.

Sangat menarik mengamati, mengapa kegiatan diskusi semakin luas?

Mengapa diskusi semakin sering dilakukan? Disamping perlu, kegiatam diskusi

juga banyak manfaatnya. Besarnya manfaat diskusi dapat dilihat pada uraian

berikut.

Peserta diskusi dapat memahami masalah, mengetahui sebab-sebaab

munculnya masalah, dan menemukan jalan keluar atau pemecahan ,asalah yang

rumit, yang tidak dapat diatasi oleh orang perseorangan.

Peserta diskusi dapat menetapkan suatu kesepakatan untuk melakukan

tindakan, kegiatan, pekerjaan, atau sikap tertentu.

Peserta diskusi dapat melihat dengan nyata gagasan-gagasan atau rencana-

rencana yang terbaik sebagai pemikiran bersama.

Peserta diskusi dapat menerima sesuatu yang tak mungkin hanya melalui

membaca atau mendengarkan ceramah. Dalam diskusi, peserta dapat belajar dari

peserta lain mengenai pengalaman, cara berpikir, cara menentukan sikap, cara

mengambil kesimpulan, dan lain-lain. Peserta diskusi dapat saling mengamati,

saling menilai, dan saling mengambil pelajaran.

Peserta diskusi yang kurang berpengalaman dapat belajar menyampaikan

pendapat secara langsung dan dapat menanggapi gagasan peserta lain secara

langsung pula. Hal ini tentu amat penting artinya, karena banyak orang yang

sebenarnya mempunyai gagasan baik, tetapi tidak dapat atau tidak berani

mengungkapkannya.

Kedudukan pemimpin atau peserta diskusi hampir sejajar. Karena itu, apa

yang dilakukan oleh pemimpin diskusi juga harus diketahui oleh peserta. Jadi,

3

Page 4: b.pembahasan

jabatan pemimpin diskusi dapat dipindah-pindahkan kepada peserta lain. Dengan

cara seperti itu, semua peserta dapat berlatih menjadi pemimpin. Dengan kata

lain, potensi kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan melalui kegiatan

diksusi.

3. TUJUAN DAN SYARAT-SYARAT DISKUSI

Tujuan kelompok diskusi adalah :

1. Mengemukakan pendapat kita masing-masing

2. Mengkonfrontasikan pendapat kita dengan pendapat orang lain

3. Meninjau kembali pendirian sendiri

Dari tujuan ini kita dapat menemukan syarat-syarat yang diperlukan bagi diskusi

demikian itu.

1. Harus diciptakan kemungkinan untuk menyatakan pendapat. Orang harus

diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya masing-masing. Ini bisa

sulit, jika pokok pembicaraan berkisar pada soal di mana orang-orang yang

hadir tidak merasa telah mempunyai sesuatu pendirian. Maka percakapan

dengan sendirinya akan berupa proses penyadaran. Diskusi semacam itu

memerlukan suasana dengan persyaratan yang tinggi.

2. Konfrontasi dengan pendapat orang lain harus juga menjadi suatu konfrontasi

yang sebenarnya, artinya : tidak hanya turut mendengar, tetapi benar-benar

mendengarkan dan berusaha mencapai pengertian tentang dasar pendirian

orang lain. Malahan boleh dikatakan bahwa dalam hal ini kita harus bersedia

untuk dapat melepaskan diri dan dapat menyelinap dalam tubuh orang lain.

4

Page 5: b.pembahasan

Kita harus mengusahakan kemungkinan untuk dapat menempatkan diri di

tempat orang lain.

3. Apakah kita juga benar-benar hendak menimbulkan perubahan atau kesediaan

untuk meninjau kembali pendirian kita? Kalau benar demikian tidaklah cukup

dengan hanya mengemukakan pendapatsendiri dan mendengarkan pendapat

orang lain dengan baik. Tidak cukup. Masih banyak lagi yang diperlukan.

Masih ada lagi yang harus kita garap. Suatu penyusunan kembali yang kita

timang dan timbang dan juga kesediaan kita untuk pada suatu saat yang tepat

melepaskan pendirian kita tersebut. Proses pengerjaannya memerlukan suatu

bentuk diskusi yang khusus.

4. JENIS-JENIS DISKUSI

Dalam diskusi jumlah peserta, siapa peserta, tempat pelaksanaan, masalah

yang didiskusikan dan sasaran yang ingin dicapai tidak sama. Oleh karena

perbedaan itulah, diskusi dibagi dalam beberapa jenis. Berikut diuraikan jenis-

jenis diskusi tersebut.

A. Diskusi Kelompok

Peserta dalam jenis diskusi ini tidak banyak, hanya berkisar antara 6-

10 orang. Masalah yang dibahas dalam diskusi ini tidak terlalu kompleks. Para

mahasiswa atau pelajar sering melakukan diskusi jenis ini untuk memahami

atau mendalami suatu masalah dalam disiplin ilmu terrtentu.

Biasanya, seorang dari mereka ditunjuk sebagai ketua. Tugasnya

memimpin diskusi agar lancar dan terarah. Jabatan ketua biasanya bersifat

5

Page 6: b.pembahasan

K K K

fleksibel, bisa dipindah-pindahkan kepada peserta lain karena kedudukan

ketua dan peserta hampir sejajar.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh dari posisi duduk peserta

dalam jenis diskusi ini.

Keterangan :

K : Ketua

: Peserta

B. Diskusi Berkelompok-kelompok

Jenis diskusi ini biasa dilaksanakan bila jumlah peserta banyak.

Tujuan diskusi jenis ini adalah agar peserta mempunyai peluang yang besar

untuk aktif berbicara dalam diskusi tersebut. Contoh dari diskusi ini adalah

(1) diskusi di dalam kelas dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pokok

bahasannya ragam bahasa, tujuannya agar siswa menemukan ciri-ciri

6

Page 7: b.pembahasan

ragam bahasa lisan dan bahasa tulis. Karena jumlah murid dalam kelas

banyak, maka dibuatlah berkelompok-kelompok.

(2) panitia Pentas Seni di sebuah sekolah. Untuk menghemat waktu,

kelompok panitia yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu,

misalnya seksi konsumsi, berdiskusi. Demikian pula panitia yang

bertanggung jawab dalam bidang acara, tempat, dan lain-lain. Tiap-tiap

kelompok mempunyai ketua. Kemudian bila perlu, ketua kelompok kecil

melaporkan hasil diskusinya dalam diskusi kelompok besar (gabungan

semua kelompok-kelompok kecil). Dalam kelompok besar ini, semua

peserta diskusi dapat membahas hasil diskusi kelompok-kelompok kecil.

Seorang ketua memimpin jalannya diskusi kelompok besar agar tertib,

lancar, dan terarah.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam

diskusi ini.

7

K

K

K

K

KU

Page 8: b.pembahasan

Keterangan :

K : Ketua

: Peserta

KU : Ketua Umum

C. Diskusi Panel

Adalah kegiatan bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai

enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan

8

K K

Page 9: b.pembahasan

oleh sejumlah pendengar. Agar diskusi dapat berjalan lancar dan mencapai

tujuan, sebaiknya moderator dan para peserta mempersiapkan diri lebih

dahulu untuk menguasai permasalahan yang didiskusikan. Peserta hendaknya

bisa memperkirakan bagian permasalahan yang cukup rawan yang

kemungkinan lebih banyak persoalan dalam diskusi. Dengan demikian,

masing-masing peserta benar-benar sudah siap memberi jawaban atas segala

pertanyaan yang muncul.

Waktu yang tersedia dibagi menjadi dua bagian. Pertama, setengah

waktu digunakan berdiskusi para peserta diskusi panel (panelis). Kedua,

setengah waktu sisanya untuk tanya jawab atau berdiskusi dengan para

pendengar.

Secara sederhana, pelaksanaan diskusi panel ini biasanya mengikuti

tahapan sebagai berikut.

1.Pendahuluan

Moderator membuka diskusi, mengumumkan topik diskusi dan arah

serta tujuan yang ingin dicapai, memperkenalkan para peserta, dan

membacakan tata tertib diskusi.

2. Penyampaian Gagasan

Panelis secara bergiliran menyampaikan gagasan, pendapat, atau

pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan kepadanya.

3. Diskusi Bebas

Setelah semua panelis menyampaikan pembicaraan, moderator

mengatur jalannya diskusi antar panelis. Panelis yang satu akan

menanggapi atau menanyakan butir-butir tertentu berkaitan dengan

gagasan, pendapat, atau pengalaman panelis lain. Sementara itu,

9

Page 10: b.pembahasan

M

P

P

P

P

P

P

panelis lain akan menjawab, menerangkan, atau mempertaankan

pendapatnya.

4. Partisipasi Pendengar

Moderator mempersilahkan para pendengar untuk mengemukakan

pendapat mereka sendiri, menanggapi, atau bertanya kepda panelis.

Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberi jawaban dan

tanggapan balik.

5. Rangkuman

Moderator merangkum hasil diskusi dengan jalan menyatakan

butir-butir yang tidak disepakati, dan butir-butir yang masih

menimbulkan perbedaan pendapat. Selanjutnya moderator menutup

diskusi.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam jenis

diskusi ini.

Keterangan :

10

Page 11: b.pembahasan

M : Moderator

P : Panelis

: Peserta

D. Workshop/Lokakarya

Adalah pertemuan yang khusus dihadiri oleh sekelompok orang yang

pekerjaannya sejenis. Dengan kata lain, peserta terbatas hanya orang-orang

seperkerjaan. Sebab yang dibicarakan masalah teknis berkaitan dengan

pekerjaan merekea.

Lokakarya biasa dilakukan bila :

1. Bermaksud mengevaluasi proyek kerja yang telah dilaksanakan;

2. membutuhkan suasana kerja baru sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

baru;

3. Bertukar pengalaman untuk meningkatkan kualitas kerja agar lebih efektif

dan efisien.

Masalah yang dibahas dalam lokakarya danggap cukup rumit

sehinggga perlu dikaji untuk mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya,

pembicara dalam lokakarya biasanya orang yang ahli dalam bidangnya,

sehingga secara teknis dapat menyampaikan pandangan yang mendalam

untuk memecahkan masalah. Biasanya pandangannya dituangkan dalam

bentuk makalah, dan dalam penyajiannya, bila perlu disertai demonstrasi atau

peragaan mengenasi hal yang dibahas.

Masalah yang dibahas bukan masalah umum, melainkan masalah khusus

yang kongkret. Pembahasannya amat terarah dan mendalam secara teknis.

Semua ini dilakukan agar lokakarya menghasilkan suatu kesimpulan atau

keputusan untuk dilaksanakan.

11

Page 12: b.pembahasan

E. Rapat Kerja

Adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk

membahas masalah yang berkaitan dengan tugas/fungsi intansi tersebut.

Masalah yang dibahas jelas, yaitu program kerja yang akan dilaksanakan.

Rapat kerja biasanya dipimpin langsung oleh kepala instansi yang

menyelenggarakan rapat kerja. Sebagai penanggung jawab, kepala instansi

mengarahkan semua pembicaraan dalam rapat kerja agar keputusan yang

dihasilkan benar-benar sesuai dengan tugas/fungsi instansi yang dipimpinnya.

F. Seminar

Kata seminar berasal dari bahasa latin semin yang artinya “biji atau

benih”. Dengan demikian, seminar dapat diartikan “tempat benih-benih

kebijaksanaan disemikan”. Kenyataannya memang demikian. Yang

dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis melainkan masalah

kebijaksanaan yang akan dipakai sebagai landasan masalah-masalah yang

bersifat teknis. Karena hasil seminar akan dipakai sebagai landasan, masalah

yang diangkat biasanya diangkat dari hasil penelitian atau hasil kajian literatur

(kepustakaan).

Dalam seminar, terdapat moderator, penulis, pemrasaran,

pembanding, partisipan, dan guru pembimbing. Tugas masing-masing sebagai

berikut.

1. Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan penulis,

mengumumkan masalah yang akan dibahas, membacakan tata tertib

seminar, mengarahkan dan mengatur lalu lintas pembicaraan, dan

membacakan kesimpulan sementara, serta menutup diskusi.

12

Page 13: b.pembahasan

2. Penulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diksusi, baik berupa

gagasan, tanggapan, maupun pertanyaan yang disampaikan oleh

pemrasaran, pembanding, dan partisipan. Penulis merumuskan hasil

diskusi, kemudian memberikannya kepada moderator untuk dibicarakan

pada akhir diskusi. Yang dibacakan moderator ini biasanya disebut

kesimpulan sementara.

3. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi makalah yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Biasanya pemrasaran tidak membacakan makalahnya secara

keseluruhan, karena akan banyak menghabiskan waktu dan menimbulkan

kebosanan. Karena itu sebaiknya semua partsipan memperoleh makalah,

baik yang ditulis pemrasaran atau pembanding.

4. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi

tanggapan atau pertanyaan terhadap makalah yang disampaikan

pemrasaran. Untuk itu, sebelum menyusun makalah bandingan,

pembanding harus membaca makalah pemrasaran beberapa hari

sebelumnya.

5. Persiapannya bukan hanya pendengar biasa, melainkan harus aktif terlibat

dalam kegiatan diskusi. Karena itu, bila waktunya cukup, partisispan

diberi kesempatan luas untuk menanggapai, menyampaikan pendapat, atau

pengalaman, dan mengajukan pertanyaan baik kepada pemrasaran atau

pembanding.

6. Guru pembimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di sekolah.

Tugasnya memberi saran dan arahan kepada pemrasaran dalam menyusun

makalah. Selain itu, guru pembimbing meluruskan pembicaraan yang

menyimpang dan memberi tanggapan terhadap pelaksanaan seminar.

Secara umum, pelaksanaan seminar sebagai berikut. Setelah

moderator membuka dan mengerahkan, pemrasaran menyampaikan

makalahnya. Kemudian, pembanding menyampaikan makalah pembanding

yang berupa tanggapan dan pertanyaan kepada pemrasaran. Pemrasaran

13

Page 14: b.pembahasan

menanggapi balik atau menjawab pertanyaan. Setelah itu, giliran partisipan

menyampaikan tanggapan atau pertanyaan. Pertanyaan atau tanggapan harus

jelas ditujukan kepada siapa, pemrasaran atau pembanding? Pemrasaran atau

pembanding yang ditanya, akan menanggapinya. Selanjutnya, bila ada guru

pembimbing, barulah kesempatan diberikan kepadanya untuk menanggapinya.

Yang terakhir, moderator membacakan kesimpulan sementara.

Sebelum seminar ditutup, sebaiknya moderator menunjuk anggota tim

perumus untuk merumuskan hasil seminar secara keseluruhan. Tim perumus

yang bekerja setelah seminar ditutup itu terdiri dari:

(1) moderator

(2) pemrasaran

(3) pembanding

(4) penulis

(5) beberapa partisipan aktif

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam

diskusi ini.

c PS M PS

PB

PB

14

Page 15: b.pembahasan

Keterangan :

: Peserta

PS : Pemrasaran

PB : Pembanding

M : Moderator

G. Konferensi

Ensiklopedia Indonesia menerangkan bahwa konferensi berarti

pembicaraan, rapat, atau permusyawaratan antara wakil-wakil berbagai

negara untuk membahas kepentingan bersama. Misalnya, Konferensi Asia

Afrika (1955) dan Koferensi Meja Bundar (1949). Sebagai bentuk diskusi,

kadang-kadang konferensi mengacu pada diskusi pengambilan tindakan.

Sebab, diskusi itu berusaha menghasilkan suatu keputusan untuk

ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar biasanya sering melakukan

konferensi seperti itu. Konferensi diadakan bila dalam perusahaan itu muncul

masalah serius yang perlu segera dilakukan tindakan penyelesaian. Itulah

sebabnya, waktu yang ada lebih banyak digunakan untuk menentukan cara

yang paling baik dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah. Bila perlu,

penentuan cara terbaik itu harus melalui pemungutan suara dari peserta

konferensi.

15

Page 16: b.pembahasan

H. Kongres

Kongres adalah rapat besar. Pesertanya ratusan, bahkan dapat

mencapai bilangan ribuan. Kongres PGRI misalnya, pernah diikuti oleh

sepuluh ribu orang. Bahkan ada kabar pembukaan kongres sebuah partai

politik dihadiri satu juta orang.

Kongreas ada pula yang senang menggunakan istilah muktamar,

sering diselenggarakan oleh suatu partai. Biasanya lima tahun sekali. Kongres

yang dihadiri oleh wakil-wakil dari semua cabang partai tersebut biasanya

untuk memilih ketua umum baru, menggantikan ketua umum lama yang

sudah habis masa jabatannya dan memilih pimpinan pusat. Selain itu, juga

menentukan garis-garis besar program partai untuk masa sekian tahun ke

depan.

I. Simposium

Adalah bentuk diskusi yang diawali serangkaian pidato pendek oleh

dua sampai empat orang pakar. Mereka memang diundang untuk

menyampaikan pandangan-pandangan mereka mengenai pokok pembicaraan

tertentu. Seorang moderator mengatur kelancaran diskusi.

Setelah para pembicara menyampaikan prasaran mereka, moderator

memberi kesempatan kepada peserta untuk menanggapi atau bertanya. Para

ahli yang ditanggapi atau ditanya memberi penjelasan, atau menjawab,

pertanyaan secara bergantian.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam jenis

diskusi ini.

16

Page 17: b.pembahasan

P P P

M

Keterangan :

M : Moderator

P : Pakar

: Peserta

J. Kolokium

Berbeda dengan simposium yang diawali dengan serangkaian pidato

oleh para pakar, kolokium tidak diawali pidato. Para pakar yang diundang

hanya memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai

topik yang telah ditentukan. Jadi, para pakar hanya menjawab pertanyaan.

Kalau pertanyaan yang diajukan hanya sedikit, simposium menjadi kurang

“meriah”. Karena itu, moderator harus pandai mendorong peserta untuk

mengajukan berbagai pertanyaan.

17

Page 18: b.pembahasan

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam jenis

diskusi ini.

P P M P P

Keterangan :

M : Moderator

P : Pakar

: Peserta

K. Sarasehan

Adalah model diskusi yang sifatnya mendekati santai. Untuk

mengesankan suasana santai penuh keakraban, para peserta duduk lesehan di

karpet sambil minum kopi dan makan makanan kecil semacam pisang goreng,

kacang rebus, dan sebagainya. Masalah yang dibicarakan tidak terlalu

dibatasi. Para peserta dengan bebas dapat menyampaikan pendapat dan

pengalamannya seputar topik yang ditentukan dalam sarasehan. Topik sastra

18

Page 19: b.pembahasan

Jawa misalnya, pembicara dapat berbicara dari sudut penciptaan, penikmatan,

atau pengembangan sastra Jawa.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam

diskusi ini.

M

Keterangan :

M : Moderator

: Peserta

L. Cawan Ikan (Fish Bowl)

Model diskusi ini agak unik. Panitia menyediakan kursi-kursi yang

diatur dalam posisis melengkung setengah lingkaran, seperti bagian luar

mangkuk. Seorang moderator duduk di tengah. Di sebelah kanan moderator

19

Page 20: b.pembahasan

duduk seorang atau beberapa pakar. Di sebelah kiri moderator masih terdapat

tiga kursi kosong.

Setelah moderator memberi pengantar, terutama mengenai topik

dalam diskusi itu, moderator mempersilahkan peserta untuk menduduki kursi

kosong di sebelah kiri. Kemudian, peserta yang diminta duduk di kursi

kosong itu mengajukan beberapa pertanyaan kepada para pakar. Para pakar

memberi jawaban dan penjelasan.

Selanjutnya, peserta yang sudah menyampaikan pertanyaan

meninggalkan tempat duduk sehingga kursi di sebelah kiri moderator kosong

lagi. Moderator mempersilahkan peserta lain untuk duduk di kursi kosong itu

untuk mengajukan pertanyaan seperti peserta sebelumnya. Para pakar juga

melayani mereka dengan memberi jawaban. Demikian seterusnya, sampai

waktu yang dijadwalkan habis.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam jenis

diskusi ini.

20

P

P

P M KK

KK

KK

Page 21: b.pembahasan

Keterangan :

M : Moderator

P : Pakar

: Peserta

: Kursi kosong

M. Debat

Debat artinya berbicara kepada lawan untuk membela sikap,

pendapat, pendirian, atau rencana dan melawan sikap, pendapat, pendirian,

atau rencana lawan. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa debat adalah

tukar pikiran tentang suatu hal dengan saling memberi alasan untuk

mempertahaankan pendapat. Oleh karena itu, yang diutamakan dalam debat

adalah mencari kemenangan. Untuk itu, alasan, bukti, contoh dan sejenisnya

amat menentukan dalam debat.

Dalam pelaksanaannya debat dapat dilakukan satu lawan satu. Akan

tetapi debat dapat juga kelompok lawan kelompok.

Di bawah ini merupakan contoh dari posisi duduk peserta dalam

diskusi ini.

M

21

KK

Page 22: b.pembahasan

Keterangan :

M : Moderator

: Peserta

D : Peserta Debat

5. TEMPAT DISKUSI

Kegiatan diskusi dilaksanakan di tempat tertentu. Tempat diskusi ini

mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran diskusi. Tempat yang kurang

memadai bisa menghambat kelancaran diskusi. Sebaliknya, tempat yang ideal

jelas akan sangat mendukung tercapainya tujuan diskusi. Tempat yang baik untuk

berdiskusi itu yang bagaimana?

22

D D

Page 23: b.pembahasan

Berikut ini gambaran tempat diskusi yang baik yang memungkinkan

diskusi dapat berjalan lancar, tertib, dan meinmbulkan perasaan senang bagi para

pesertanya.

1. Tempat yang akan dipakai untuk melaksanakan kegiatan diskusi harus bersih,

rapi, dan cukup luas. Jangan sampai peserta diskusi duduk berdesak-desakan,

tetapi juga jangan terlalu berjauhan. Selain itu, sirkulasi udara sebaiknya

berjalan lancar. Akan tetapi, jangan sampai angin menerpa langsung para

peserta sehingga menyebabkan kedinginan, atau angin yang terlalu kencang

dapat menerbangkan kertas-kertas.

2. Bila diskusi dilaksanakan malam harri, penerangan harus cukup. Namun, juga

harus diupayakan tidak ada lampu yang menyilaukan peserta.

3. Tempat diskusi harus diupayakan terhindar dari suara bisisng kendaraan,

pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain, orang bergurau, dan lain-lain.

4. Ruang diskusi diisi peralatan yang diperlukan, seperti meja, kursi, asbak bila

ada yang merokok, papan tulis bila akan membuat skema, gambar, dan

sebagainya. Bila ruang cukup besar dan pesertanya banyak, pengeras suara

sangat diperlukan. Hanya saja, volume suara perlu diatur agar tidak terlalu

keras.

5. Tempat diskusi hendaknya mengesankan suasana yang menguntungkan, yaitu

suasana yang dapat membuat peserta diskusi merasa senang, merasa menjadi

anggota kelompok, dan merasa tentram dan aman, sehingga dapat

mengeluarkan pendapat dengan bebas. Terciptanya suasana seperti itu harus

diupayakan oleh ketua diskusi, dan harus didukung oleh semua peserta.

Pengaruhnya, semua peserta yang semula terpisah sendiri-sendiri itu akan

melebur menjadi satu kesatuan kelompok yang bulat dan kompak.

Kekompakan itu menyebabkan para peserta saling menyukai kehadirannya,

saling menghargai, dan saling tertarik pada pribadi masing-masing. Dengan

demikian, diharapkan masing-masing merasa sederajat, merasa sama-sama

23

Page 24: b.pembahasan

penting, dan merasa mempunyai kesamaan tugas sehingga bersama-sama pula

mencapai tujuan yang mereka kehendaki. Karena itu, sebelum diskusi

dimulai, sebaiknya masing-masing peserta diskusi memeprekenalkan diri

kalau dianggap perlu, dan secara teknis mudah dilakukan, serta tidak

memerlukan waktu yang banyak.

6. Pengaturan tempat duduk harus diupayakan agar semua perserta diskusi dapat

saling bertatap muka dan saling memandang secara bebas dan leluasa.

Artinya, jangan sampai peserta diskusi berhadap-hadapan terlalu dekat, tetapi

juga jangan terlalu jauh. Formasi tempat duduk dapat disesuaikan dengan

selera dan peralatan yang ada serta situasi ruang. Namun, formasi yang

dianggap paling baik adalah formasi yang masing-masing peserta dapat saling

bertatap muka atau saling memandang. Adapun variasi formasi tempat duduk

dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini.

FORMASI 1 FORMASI 2

FORMASI 3 FORMASI 4

24

Page 25: b.pembahasan

FORMASI 5 FORMASI 6

FORMASI 7 FORMASI 8

25

Page 26: b.pembahasan

6. KETUA, SEKRETARIS DAN PESERTA DALAM DISKUSI

7. MASALAH DAN KEMACETAN DALAM DISKUSI

Dalam suatu diskusi, pasti ada sesuatu yang dibicarakan. Sesuatu

yang dibicarakan itu disebut masalah. Masalah adalah persoalan yang dibahas

oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dan dicari jalan

keluarnya.

Apa sebenarnya masalah itu? Masalah sebenarnya jarak antara

harapan dengan kenyataan. Misalnya, banjir. Semua orang

mengharapkan tidak kebanjiran. Akan tetapi, dalam kenyataannya ada saja

yang terlanda banjir. Nah, harapannya tidak kebanjiran. Akan tetapi,

kenyataannya terlanda banjir. Itulah masalah. Peserta diskusi lalu

membicarakan banjir: berapa tinggi dan luasnya genangan air, kerugian apa saja

yang diakibatkan banjir, apa yang menyebabkan banjir, dan jalan keluar

untuk mencegah atau memperkecil derita akibat banjir. Jadi, dapat dikatakan

bahwa diskusi itu adalah suatu upaya menemukan cara untuk menghilangkan

atau memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan. Agar lebih

jelas, perhatikan gambar berikut.

26

Page 27: b.pembahasan

Kita sering menjumpai dan mengalami suatu masalah. Di mana-mana

ada masalah, di sekitar kita banyak masalah, bahkan dalam diri kita pun

ada masalah. Namun, tidak semua masalah baik untuk didiskusikan. Masalah

yang bagaimana yang baik didiskusikan? Rambu-rambu berikut ini

menuntun kita untuk memilih masalah yang baik untuk didiskusikan.

1. Menarik Perhatian Peserta

Suatu masalah bisa menarik perhatian peserta bila:

(a) aktual, yaitu sedang menjadi pembicaraan umum,

(b) berguna, baik bagi peserta maupun bagi masyarakat,

(c) menyangkut tokoh, baik dalam bidang politik, ekonomi,

pendidikan, olahraga, pahlawan, maupun seniman,

(d) baru, yaitu sesuatu yang belum ada sebelumnya, dan

(e) langka, yaitu sesuatu yang jarang ada.

2. Mengandung Nilai Diskusi

Artinya mengandung banyak kemungkinan jawaban. Jawabannya

bukan "Ya" atau "Tidak", melainkan bermacam-macam sesuai dengan

pengalaman, pandangan, bukti, dan alasan masing-masing peserta.

3. Merangsang timbulnya pemungutan suara, karena banyak menimbulkan

perbedaan pendapat.

4. Membutuhkan pertimbangan yang matang dari peserta sebelum diputuskan.

Bagaimana cara menemukan masalah? Ide untuk menemukan masalah yang

baik dapat kita peroleh melalui cara-cara berikut ini:

1. memikirkan dan mengingat-ingat sesuatu yang pernah kita ketahui, kita

27

Page 28: b.pembahasan

alami, kita rasakan, dan kita bicarakan,

2. membaca buku, majalah, dan koran,

3- mendengarkan radio atau menonton televisi,

4. mendengarkan ceramah, pidato, dan khotbah,

5. mendengarkan cerita dari teman atau orang lain,

6. menonton pementasan drama atau film,

7. mengadakan penelitian, pengamatan, atau wawancara langsung, dan lain-

lain.

Jika kita melihat pada tingkatan proses dalam kelompok, maka

tidak selamanya pembicaraan berjalan lancar seperti dalam contoh -

contoh yang telah dikemukakan. Kadang-kadang terdapat juga ke -

macetan. Proses itu merupakan gerak gelombang turun naik yang

menempatkan kelompok dalam kemacetan atau kelancaran.

Kemacetan dapat muncul dalam berbagai tingkat dan juga

membawakan ciri yang khas. Kemacetan ini memerlukan cara

tersendiri untuk mengatasinya.

1. Kemacetan pada tingkat pertama suatu percakapan

Kemacetan seperti itu ada sangkutannya dengan kenyataan

bahwa pokok pembicaraan dalam kelompok menduduki tempat kedua,

sudah pada awalnya bahan-bahan tidak jelas. Tidak ada pokok pem-

bicaraan tertentu yang digambarkan dengan pasti, tidak ada tugas

yang jelas yang harus kita garap. Tidak menentunya acara, menye -

babkan kita tidak tahu ke mana kita menuju dan apa yang bisa terjadi,

dan dapat menimbulkan perasaan kacau.

Terutama di kalangan para anggota kelompok yang biasa

bekerja dalam kelompok yang teratur, tersusun dan terarahkan,

kesamaran in i pada pe rmu laannya dapa t d i a lami sebaga i sua tu

28

Page 29: b.pembahasan

bahaya . Memang pada kebanyakan ke lompok t e rdapa t

kepas t i an dan ketentuan. Ini sebenarnya hanya diberikan dari

luar; sebenarnya batas-batas telah ditentukan, tingkah laku sosial

telah dikendalikan da r i l u a r , t i d ak a ka n d a pa t t e r j ad i ha l -h a l

ya n g an e h . P a d a kebanyakan kelompok ki ta lebih-kurang tahu

apa yang hendak dicapai kelompok tersebut.

Kalau ketentuan dari luar itu ternyata tidak ada - seperti

pada kelompok percakapan yang sebenarnya - dan kepada para

anggota kelompok diminta untuk mengemukakan ketentuan sendiri,

terutama y a n g m v m p u n y a i a r t i b a g i k e l o m p o k , m a k a i n i a k a n

d a p a t menimbulkan perasaan kehilangan arah, t idak adanya

suatu arah yang pasti. Sebenarnya kita kehilangan pegangan,

karena kita tidak biasa ikut menetapkan dan turut bertanggung jawab.

Ketidak pastian itu dapat menimbulkan berbagai macam

reaksi. Orang dapat menjadi agresif, menjadi tersinggung dan mengambil

s i kap meno lak semua yang t e r jad i . S ampa i l ah o r ang kepada

pertanyaan seperti "apakah gunanya itu semua ?" "Apakah sekarang

tidak bisa lain?" Atau "apakah kita tidak dapat mengerjakan tugas

lain

Tentu saja reaksi tersebut juga tergantung kepada

kepribadian para peserta. Perkembangan dapat juga mengarah

pada ketergan- tungan. Orang menuntut tindakan te gas pimpinan,

oran g mencari ketentuan dan ketetapan dari luar. Atau mengarah

kepada regresi, yang mengingatkan kita kepada masa ketika masih

duduk di bangku sekolah; dengan demikian dapatlah t imbul

ejekan, lelucon clan sebagainya. Sebagai peserta kita mudah

sekali terseret dalam pola regresi itu.

Semua reaksi ini memperlihatkan penolakan kemungkinan

me- milih suatu posisi, untuk turut serta menetapkan tujuan.

29

Page 30: b.pembahasan

Bisa sa j a kepada ke lompok d ibe r ikan ga r i s be sa r

pokok pembicaraan tetapi akan selalu tergantung kepada kelompok,

mana- mana yang mereka anggap penting. Dan untuk menetapkan hal ini

diperlukan suatu keterbukaan pada acara.

Pada lain pihak bagi para peserta adalah sangat sulit untuk

memanfaatkan keterbukaan tersebut. Demikian sulitnya karena

o r ang harus member ikan sua tu pengorbanan . Orang ha rus

mengemukakan arab yang dipilihnya dan yang dianggapnya penting,

yang juga berisi kesediaan untuk didiskusikan, dengan mengandung

bahaya bahwa hal ini bisa tidak diterima oleh orang lain. Ini akan

berarti kehilangan muka, meskipun dalam keseluruhan kelompok di

mana arah ini ditetapkan bersama, hal yang demikian tidak perlu

harus terjadi.

Saat seperti ini , jadi di mana orang harus mengemukakan

sesuatu untuk didiskusikan, adalah merupakan saat yang harus

dilewati oleh kelompok bersama-sama. Perlawanan terhadap soal ini

akan menyebabkan kemacetan yang dapat menghambat kemajuan.

Apab i la k i t a sebaga i pese r ta be l a ja r me l iha t apa yang

berperanan di sini, maka kita dapat membantu kelompok untuk

mengatasi kemacetan. Apabila kita sendiri berani mengemukakan

secara terbuka yang kita harapkan dari kelompok, maka dengan ini

kita juga mendorong orang lain untuk mengemukakan arah mana yang

mereka kehendaki dan dengan begitu pembicaraan dapat lancar

kembali . Dengan melihat dan mengakui bahwa kita semuanya

tidak berani, kita dapat, umpamanya dengan bantuan percakapan

terdahulu yang menunjukkan keinginan setiap orang, keluar dari

kemacetan sehingga melihat kemungkinan untuk secara bersama-

sama menetapkan arah. Maka t iba- t iba k i ta akan mengatas i

kemacetan dan dapat menjernihkan suasana sehingga masing-masing

30

Page 31: b.pembahasan

merasa santai.

2. Kemacetan dalam tingkat kedua dari percakapan

Sebelumnya ki ta te lah melihat bahwa pada tingkat itu

telah terjadi pembentukan hubungan; perasaan di antara sesama orang

mempunyai peranan penting. Orang perlu mengemu kakan

pendiriannya mengenai orang lain dan kita mengusahakan agar hal

ini dapat dibicarakan. Inipun tidak mudah; sebab bisa ter jadi

bahwa perasaan i tu t idak bera lasan dan orang harus meninjau

kembali pendiriannya sebelumnya.

In i memer lukan penanganan lebih banyak dar ipada

waktu tingkat pengenalan. Mungkin juga kita harus melakukan

peninjauan dan peni la ian kcmbal i secara menyeluruh perasaan

seseorang terhadap yang lain. Kita lebih banyak bekerja dengan

prasangka, ki ta sangat cepat menolak pendapat seseorang,

mendorongnya jauh-jauh dan menarik dekat-dekat orang lain. Pola

ini menuju pada kemace t an d i da l am s t ad ium te r sebu t ;

pe r tahanan t e rhadap prasangka yang mendapat perlawanan kini

muncul dan memainkan peranan. Juga dari pertahanan ini kita

dapat mengharapkan lagi berbagai macam bentuk reaksi.

Dengan seluruh kelompok umpamanya kita dapat

membangun semacam suasana terlindung, yang pada hakekatnya

kita sepakat untuk tidak bersikap negatif terhadap yang lain-lain.

Ini adalah suasana "berbaik-baik di antara sesama", "saling

melindungi", yang sebenarnya berar t i bahwa ki ta t idak akan

membahasnya lebih banyak , dan mas ing-mas ing

memper tahankan gambaran dan prasangkanya dan tidak akan

membicarakannya lagi.

Bentuk reaksi yang lain adalah penolakan terhadap orang

31

Page 32: b.pembahasan

luar atau terhadap mereka yang mempunyai kedudukan lemah

dalam kelompok. Dapat juga tiba-tiba muncul reaksi yang keras

terhadap orang yang demikian; pandangan ne gatif seluruh

kelompok diarahkan kepada satu orang. Apabila ini berlangsung

sengit maka bisa terjadi pukulan baik terhadap kelompok:

kelompok merasa bersalah "hal ini sebenarnya tidak boleh kita lakukan

terhadapnya".

Tanda-tanda reaksi seperti ini menunjukkan bahwa

hubungan pribadi memainkan peranan. Kita hanya bisa keluar

dari keadaan semacam ini dengan mengemukakan perasaannya

agar dapat diketahui oleh yang lain-lain. Umpamanya, seseorang

mengemukakan perasaan apa yang timbul dalam dirinya oleh

perbuatan orang lain, dan kemudian membicarakan soal itu. Maka

ini merupakan langkah pertama untuk menguji perasaan menurut

nilai yang sebenarnya dengan menghilangkan segala prasangka.

Ini juga dimaksudkan agar orang bersedia melakukannya.

Dengan demikian kita juga harus berusaha menyadari perasaan kita

scnchri terhadap seorang yang tidak simpatik dan negatif, sebagai

ganti sikap kita yang menghina dan menyingkirkan orang tersebut

3. Kemacetan dalam tingkat ketiga dari percakapan

Seperti yang telah kita lihat sebelumnya, dalam tingkat

perkembangan kelompok ini kita saling memperkenalkan nilal pribadi

kita masing-masing untuk dapat sampai kepada saling menghargai

di antara sesama. Sangat bisa dimengerti bahwa dalam tingkat ini

akan ter jadi per tentangan pendapat , yang akan menimbulkan

lagi kemacetan pada percakapan.

Nilai-nilai yang sangat fundamental seperti kepercayaan agama

atau prinsip-prinsip tertentu yang telah kita anut sejak masa muda,

sering sulit untuk dijadikan pokok perdebatan. Nilai-nilai ini sangat

32

Page 33: b.pembahasan

penting bagi orang yang bersangkutan, karena menjamin kepastian

dan stabilitas di dalam diri masing-masing. Apabila nilai ini digoyah -

kan, maka akan menggoyangkan seluruh kepast ian dari orang

tersebut. Jadi bukanlah tidak ada artinya apabila orang kemudian

memasang kuda-kuda, apabila timbul usul sampai di mana kita

menyatakan keterbukaan pribadi. Reaksi-reaksi defensif yang dapat

kita lihat dalam tingkat ini adalah

a. Rasionalisasi

Orang mencoba untuk membuat percakapan menjadi

bersifat umum, soal-soal yang sangat bersifat pribadi dijadikan

suatu pokok diskusi yang obyektif, seolah-olah merupakan pokok

pembicaraan yang jauh berada di luar, yang tidak seorangpun

dapat menyinggungnya. Jadi, ini adalah usaha untuk membuat

percakapan tidak didasarkan pada pernyataan dan pengalaman

pribadi, tetapi pendekatan secara umum dengan menganggapnya

sebagai persoalan falsafah atau bahan-bahan teoritis. Dalam hal ini

orang berusaha menjaga jangan sampai berlanjut di dalam suasana

yang bersifat pribadi.

b. Berputar-putar

Reaksi lain dapat berupa usaha orang untuk selalu berbicara

berkisar pada pokok acara, tetapi juga tidak langsung

mengenainya. Di sini orang menghindarkan inti persoalan menjadi

bahan pembicaraan: dengan perkataan lain dalam bentuk

pertanyaan : "Sejauh mana mengenai hal ini kita menjadi bersikap

pribadi?"

c. Kegairahan

Kegairahan yang dipergunakan oleh suatu kelompok untuk

mempertahankan diri seringkal i sukar diketahui, karena

33

Page 34: b.pembahasan

reaksi semacam itu memberikan kesan yang sangat positif.

Dalam soal ini juga reaksi seolah-olah nampak seperti "berbaik-

baik terhadap sesama" yang merupakan suasana terlindung; yang

juga tidak mudah untuk dikenali sebagai suatu pertahanan.

Jadi kegairahan adalah kemauan besar untuk menanggapi

secara aktif setiap saran yang diberikan. Tiap pokok

pembicaraan diselesaikan dengan cepat, tiap-tiap orang merasa

sangat terlibat. Orang menyelesaikan dengan cepat semua pokok

pembicaraan dan memberikan kesan adanya suatu produktivitas

yang luar biasa. Walaupun demikian tiap-tiap orang mempunyai

perasaan tidak puas. Terburu-burunya kelompok tersebut

sebenarnya merupakan pelarian dari pembicaraan masalah yang

sesungguhnya.

Apabila sebagai seorang peserta kita dapat mengenali

reaksi lari cepat tersebut, maka kita dapat menolong kelompok

dengan ucapan : "Saya mempunyai perasaan, bahwa kita telah

meloncati persoalan, menurut saya intinya terletak di sana dan

di sini". Hal ini belum perlu membawa kelompok langsung

memasuki pokok persoalan. Tetapi hanya dengan memperlambat

dan berusaha mendapatkan kedalaman dalam pembicaraan

dapatlah kita membantu lainnya melewati jembatan.

Disimpulkan : kita dapat mengatakan bahwa dalam ketiga-

tiga tingkat proses pembicaraan kita dapat menemukan

kemacetan dalam percakapan. Dalam ketiga t ingkat tersebut

kelompok menghadapi reaksi defensif yang mengahalangi

kelompok dapat maju.

Untuk mengatasi halangan tersebut semua peserta perlu

memberikan pengorbanan yang bersifat pribadi :

a. pada tingkat pengenalan mengemukakan pokok pendirian ma-

34

Page 35: b.pembahasan

sing-masing dan mendengarkan pokok pendirian orang lain:

b. pada tingkat kedua soalnya berkisar kepada pernyataan

perasaan terhadap sesamanya dan menanggapi perasaan orang lain;

c. pada tingkat ketiga, tingkat saling menerima, diminta adanya

kesediaan berkorban melepaskan nilai pribadi dan sama sekali

dapat menempatkan dirinya pada pokok pendirian orang lain.

8. BAGAIMANA KITA MENCIPTAKAN KELOMPOK DISKUSI YANG

BAIK ?

Kalau kita ingin supaya kelompok dapat mencapai tingkat

perkembangan pertama, maka adakah penting bahwa dikalangan para peserta

terdapat kepastian mengenai hal-hal yang dapat mereka capai bersama. Dengan

demikian ini merupakan tujuan dan elemen yang mengikat dalam kelompok.

Sasaran ini tidak diberikan dari luar. Tentu saja harus ada petunjuk mengenai

tema yang menjadi bahan diskusi, tetapi segi-segi yang hendak kita bicarakan

bersama itu ditentukan sendiri oleh kelompok. Sebab itu diperlukan pimpinan

yang diarahkan kepada kelompok untuk merangsang para peserta menetapkan

sasaran bersama. Secara bersama-sama kita harus menemukan apa yang kita

anggap penting untuk menjadi bahan pokok diskusi.

Untuk meningkatkan hal ini sebagai pimpinan percakapan kita tidak

boleh memberikan sasaran yang sudah nyata seingga menutup sama sekali semua

kemungkinan yang lain. Pemimpin percakapan harus memberikan pengantar

umum dengan menawarkan sejumlah kemungkinan yang dapat dipilih oleh para

peserta; jadi karena itu ia harus memberikan pengantar dengan cara yang khusus

sekali; jangan mengemukakan pokok pembicaraan yang meyakinkan orang, tetapi

ajaklah mereka meraba-raba untuk mencari kepastian, seperti “marilah kita lihat

35

Page 36: b.pembahasan

bersama apakah yang penting bagi kita”. Jadi, pengantar yang terbuka; ini

memberikan kesempatan kepada para peserta untuk turut mencari dan

memberikan sumbanganya sendiri untuk bersama-sama menemukan tujuan

percakapan.

1. Alat pembantu untuk pengantar tema pembicaraan

Pengantar tidak selalu diberikan dengan lisan; sebagai pendahuluan

dapat juga diberikan pengantar yang menggambarkan keadaan yang nyata

dengan mendengarkan perekam suara dan menanyakan pendapat para peserta

mengenai hal ini . suatu alat lain untuk mengantarkan suatu tema adalah

meminta kepada orang lain supaya memberikan asosiasinya, jadi menanyakan

kepadanya apa yang terpikir olehnya apabila mendengar tema ini.

Pengantar dapat juga diberikan secara tertulis apabila kita meminta

kepada setiap peserta untuk menuliskan apa yang dianggap olehnya penting

mengenai tema ini. Pengantar semacam ini merupakan alat yang

menyenangkan bagi kelompok yang kurang lancar

Kemungkinan yang lain adalah membagi kelompok dalam bagian-

bagian kecil; ini sering dilakukan apabila kelompok itu besar . kepada bagian

kecil ini kemudian dapat diberi tugas untuk bersama-sama menentukan segi-

segi manakah dari pokok pembicaraan itu yang mereka pandang penting.

Sesudah itu diadakan pilihan dalam seluruh kelompok

2. Alat pembantu untuk kepentingan pengamatan

Soal lain yang penting pada tingkat pertama dari proses kelompok

adalah cara memberikan gambaran kepada para peserta. Apabila orang duduk

dalam suatu kelompok maka ia perlu mempunyai gambaran dengan siapa dia

36

Page 37: b.pembahasan

duduk dalam kelompok itu. Hal ini perlu untuk menentukan sumbangan dan

peranan orang dalam kelompok. Peran itu tidak diberi dari luar, tetapi tumbuh

sendiri di dalam kelompok. Untuk meningkatkan hal ini maka para peserta

harus di galakkan untuk menunjukan gambaran mengenai diri mereka masing-

masing. Dengan demikian adalah baik apabila masing-masing dengan sepatah

dua kata memperkenalkan dirinya seperti yang telah dilakukan ketua

kelompok. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik yang hendak

disampaikan orang, maka hal ini dapat dilakukan dengan umpamanya

mengatakan: “bersediakah masing-masing secara singkat memperkenalkan

diri, darimana asalnya, kualitas apa yang dimilikinya dan apakah yang

diharapkanya dari pembicaraan ini ?”

3. Memberi kesempatan berbicara

Pada awal tingkat pertama ini kita terutama harus memberikan

kesempatan kepada orang-orang untuk berbicara secara bebas. Sekali hal ini

berlangsung, maka kita berusaha untuk meningkatkanya lebih jauh. Apabila

umpamanya ada orang yang sedang berbicara, kita berusaha agar orang

tersebut jangan diganggu ketika sedang berbicara. Dengan jalan demikian

benar-benar kita menciptakan kesempatan untuk menyatakan pendapat

Apabila orang mengatakan sesuatu maka kita tidak perlu segera

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara, hendaknya kita

diam sebentar, bahkan kalau perlu kita bertanya apa masih ada yang akan

dikatakanya lagi, sehingga orang yang berbicara mendapatkan kesempatan

untuk mengemukakan pendapatnya dengan tenang.

Dengan begitu perlu diciptakan kesempatan yang cukup, sehingga

berbagai macam keinginan dan harapan para peserta dapat dikemukakan.

Keanekaragaman ini dapat muncul umpamanya dengan menanyakan apabila

orang itu telah selesai berbicara sebagai berikut : “Siapa lagi yang mempunyai

37

Page 38: b.pembahasan

pendapat lain mengenai hal itu ?” jadi penting sekali mengusahakan

timbulnya berbagai macam sumbangan pikiran.

4. Munculnya tokoh-tokoh yang ingin berkuasa

Anggota kelompok yang ingin berkuasa dapat mengakibatkan

hambatan bagi perkembangan kelompok, karena ingin mengambil kesempatan

orang lain untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan justru yang penting

adalah bahwa tiap-tiap orang, jadi mereka yang sulit berbicara, mendapat

kesempatan mengemukakan pendapat, sehingga pengaruh dapat tersebar

dengan luas. Tiap-tiap orang dengan cara masing-masing harus merasa telah

memberikan sumbanganya di dalam kelompok.

Sikap ingin berkuasa ini dengan satu atau lain jalan harus disalurkan

dengan wajar. Ini tidak berarti bahwa orang yangi ingin berkuasa tersebut

harus dihentikan bicara begitu saja, tetappi sebagai pribadi orang ini harus kita

terima, hanya saja sumbanganya harus dibatasi. Ktia dapat secara singkat

menyimpulkan sumbanganya dan mengatakan kepadanya bahwa untuk

sementara sudah cukup sekian dulu dan memberikan kesempatan kepada yang

lain untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan jalan ini hendaknya kita

jelaskan bahwa kita tidak bermaksud untuk mengekang pendapatnya, tetapi

kita menerima secara wajar apa yang dikemukakanya; hanya saja apa yang

telah dikataknya itu disimpulkan dan disederhanakan. Dalam keseluruhan

proses kelumpok ia mendapatkan tempatnya. Ini juga merupakan cara

pengendalian yang dapat diteruma oleh tokoh-tokoh dominan semacam itu.

Apabila tokoh semacam itu sebenarnya merasa dirinya tidak bisa diterima,

maka ia akan terus berusaha supaya suaranya tetap didengan dengan akibat

timbulnya semua gangguan bagi kelmpok yang bersangkutan.

38

Page 39: b.pembahasan

5. Penutup fase pertama

Apabila masing-masing telah mendapat kesempatan untuk

mengemukakan harapan dan keinginanya dan telah muncul berbagai ragam

pendirian, maka dalam menutup fase ini kita harus kembali kepada suatu

persoalan bersama, yaitu : kita merangsang orang-orang untuk menyimpulkan

dan juga pemimpin percakapan mengemukakan beberapa kesimpulan. Dalam

hal ini dapat menggunakan papan tulus atau flip-chart untuk menyusun

beberapa pokok masalah. Persoalan harus dihimpun kembali setelah

ditemukanya beberapa persamaan. Berbagai masam persoalan ternyata dapat

disatukan dalam satu bidang. Hal ini tidak perlu dilakukan oleh pimpinan

sendiri. Ia dapat minta bantuan seorang anggota kelompok. Dengan cara kerja

yang terpadu ini pempin memainkan peranan yang penting.

Penutupan ini penting untuk menemukan bahwa di antara berbagai ragam

anggota kelompok. Kita dapat menemukan landasan umum, yang perlu

disepakati bersama

Apabila kita tidak mencapai landasan umum, umpamanya karena perbedaan

yang sangat besar, maka percakapan itu tidak akan berhasil

Kalau kita dapat menemukan persamaan ini, maka masing-masing akan

merasa enak, mengetahui persoalan yang sebenarnya dan merasa sanggup

untuk turun membantu bekerja.

9. LANGKAH-LANGKAH DALAM BERDISKUSI

Untuk mengatur jalannya diskusi sehingga lancer dan sistematik, maka

diperlukan beberapa keterampilan sebagai berikut :

39

Page 40: b.pembahasan

A. Memulai diskusi

Memulai diskusi memang gampang-gampang susah. Jangan terburu-buru dan

jangan gugup. Jika perlu, dirumah susunlah apa yang hendak anda katakan.

Misalnya mengucapkan salam terlebih dahulu, dan selanjutnya

memperkenalkan diri.

B. Blocking dan distribusi

Dalam sebuah diskusi akan selalu akan muncul orang yang sangat dominan.

Jika moderator tidak berhasil mengatasi orang ini, maka peserta lain akan

putus asa dan akhirnya tidak mau berpartisipasi lagi. Oleh karena itu, jika

dirasakan bahwa satu atau dua orang menjadi dominan, maka moderator dapat

membatasi konstribusi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.

C. Refokus

Sudah jamak bahwa dalam diskusi akan ada saat-saat dimana pembicaraan

melantur ke mana-mana. Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan terus-

menerus. Selain waktu akan habis, diskusi juga akan kehilangan focus. Oleh

karena itu, segera setelah moderator menangkap gejala melantur ini, ia dapat

melakukan refokus.

D. Melerai perdebatan

Perdebatan bisa saja terjadi dan perlu ditangani sebelum memburuk. Di sinilah

perlunya pengalaman untuk melihat perbedaan. Jika terjadi perdebatan, maka

moderator dapat mengatasinya dengan menyatakan bahwa perbedaan itu

penting dan mewakili perbedaan di dalam masyarakat. Diskusi ini bukanlah

tempat untuk mencari pemenang, tetapi justru tempat untuk memahami

perbedaan-perbedaan seperti itu.

E. Reframing

Jika terjadi perdebatan yang tidak kunjung selesai atau jika ada berbagai

pandangan yang menurut moderator mengubah pemahaman atau arti

permasalahan yang hendak didiskusikan maka, sebaiknya moderator

melakukan reframing. Reframing adalah suatu upaya untuk mendefinisikan

40

Page 41: b.pembahasan

kembali persoalan yang didiskusikan setelah mendengar berbagai masukan

yang diperoleh dari kelompok. Dengan demikian jelas bahwa moderator harus

memahami betul konteks permasalahan yang dibicarakan.

F. Menegosiasi waktu

Jarang ada diskusi yang tepat waktu mulai dan tepat waktu terakhir. Oleh

karena itu, moderator harus sudah mulai menegosiasikan waktu seawall

mungkin.

G. Menutup

Seperti halnya dengan membuka, maka menutup harus dilakukan dengan

cukup hati-hati. Ucapkan lagi terima kasih kepada seluruh peserta yang

mengikuti diskusi.

41