6

Click here to load reader

BPJS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnalistik

Citation preview

Lika-Liku JKN-BPJS di Usia 1 BulanTerhitung sejak 1 Januari 2014 lalu Pemerintah Republik Indonesia telah melaksanakan program pelayanan kesehatan terbaru yang diberi nama JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Kita ketahui bersama bahwa program ini dijalankan oleh BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) yang kinerjanya diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional). Memasuki Februari 2014 program ini resmi beroperasi selama 1 bulan. Lalu bagaimanakah pelaksanaan JKN dalam 1 bulan belakangan? Bagaimana alur penggunaan JKN di Puskesmas, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan lainnya? Apa saja penyakit yang ditanggung oleh JKN? Berikut Broca akan memaparkannya dalam liputan khusus kali ini.. Pada awal pelayanan setiap peserta JKN akan terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas), yang telah ditetapkan oleh BPJS sesuai dengan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 bulan selanjutnya peserta dibolehkan memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan salah satu hak peserta dari program asuransi kesehatan yang dijalankan oleh BPJS. Untuk selanjutnya, peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas) tersebut. Pengecualian diberikan kepada peserta yang berada di luar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama terdaftar, atau dalam kondisi kegawatdaruratan medis. Ketika telah aktif menjadi peserta maka alur pelayanan akan menggunakan pola rujukan berjenjang yang dimulai dari sistem layanan primer hingga tersier. Layanan primer terdiri atas Puskemas, klinik dokter pribadi dan klinik pratama (klinik swasta). Tujuan dari pengobatan yang dimulai dari sistem layanan primer adalah untuk menghindari penumpukan pasien di satu rumah sakit. Khusus untuk keadaan darurat seperti kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer, peserta baru bisa langsung datang ke rumah sakit. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa dalam sistem JKN peserta harus mendapatkan rujukan dari Dokter Umum terlebih dahulu sebelum mendapatkan pengobatan lanjutan dari Dokter Spesialis sesuai dengan diagnosa yang ditetapkan. Wakil Menteri Kesehatan menegaskan bahwa masyarakat tidak bisa langsung datang ke Rumah Sakit dengan memakai kartu BPJS. Untuk dilayani berobat, masyarakat harus mengikuti urutan seperti biasa yaitu mendatangi dokter atau klinik terlebih dahulu. Jadi tidak bisa sedikit-sedikit langsung ke rumah sakit, kecuali kalau keadaan darurat. Sejauh ini sudah ada sekitar 1.800 rumah sakit pemerintah dan swasta serta sekitar 15.000 dokter praktek, klinik dan puskesmas yang menandatangani kontrak pelayanan JKN. Hasbullah Tabrani, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang juga turut merancang program ini mengatakan sistem JKN mewajibkan semua yang mempunyai penghasilan untuk ikut asuransi. "Sistem ini diterapkan di negara-negara seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan. Asuransi komersial masih akan terus ada, hanya saja bersifat sebagai tambahan.Kesiapan pemerintah dalam menjalankan program JKN sekitar 80-85%. Hanya saja Tabrani mengakui bahwa sosialisasi yang dilakukan masih kurang sehingga masih banyak warga yang belum mengetahui apa itu BPJS. Dikatakan juga sejumlah rumah sakit atau klinik dokter yang sudah laku kemungkinan belum mau ikut menandatangani kontrak program ini karena harga yang akan dibayarkan BPJS, baik kepada klinik, rumah sakit ataupun dokter masih dibawah rata-rata harga pasar. Selain itu pemerintah, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi terkait masih melakukan sejumlah pembicaraan terkait masalah upah kerja beserta pembayaran.Menurut Menko Kesra Agung Laksono, persoalan penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional bisa diselesaikan seiring dengan dilakukannya penyesuaian. Berdasarkan evaluasi Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, terdapat tiga persoalan utama penyelenggaraan BPJS. Yakni regionalisasi, kapitasi per kapita per bulan kepada pihak rumah sakit, dan tarif paket Indonesia Case Base Groups.Beliau mengatakan bahwa regionalisasi hanya terjadi tiga bulan pertama, aturan kapitasi akan segera diatur dalam peraturan presiden, sedangkan tarif paket INA CBGs sedang dan akan terus disesuaikan. Untuk saat ini, kartu BPJS memang berlaku sesuai domisili. Akan tetapi setelah tiga bulan, kartu BPJS akan berlaku secara nasional. Disamping itu, tarif paket INA CBGs tetap harus dibatasi agar besaran anggaran untuk jaminan kesehatan dapat dikendalikan. Tarif paket ini sangat berkaitan dengan pengobatan penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes yang membutuhkan pengobatan secara simultan. (Dikutip dari BPJS Info). Menkokesra menilai pelaksanaan BPJS dalam 1 bulan yang telah berjalan tergolong baik. Pemerintah tinggal meningkatkan upaya sosialisasi dan mempercepat pengambilan putusan final dari hasil pembicaraan masalah pembayaran dengan rumah sakit, organisasi profesi dan pihak pemberi layanan kesehatan lainnya.Manfaat yang diberikan JKN sangatlah besar karena menanggung hampir semua penyakit asalkan sesuai dengan indikasi medis. Termasuk didalamnya pemeriksaan penunjang, alat-alat kesehatan yang diperlukan seperti kacamata, ataupun obat-obatan kanker yang mahal. JKN akan melindungi masyarakat dari penyakit-penyakit berat seperti jantung, gagal ginjal, kanker, dsb. Layanan yang diberikan dapat berlaku untuk rawat inap maupun rawat jalan. Tidak ada batasan dalam jumlah harga yang ditanggung BPJS. Contohnya orang yang cuci darah seminggu dua kali, dalam sekali cuci darah akan menghabiskan uang Rp 600 ribu sampai sejuta. Setelah menjadi peserta maka biaya cuci darah pasien tersebut akan ditanggung oleh BPJS sepenuhnya melalui sistem subsidi silang. Meskipun premi asuransi setiap orang bisa berbeda-beda, hak atas perawatannya tetap sama. Tidak ada perbedaan dalam hal perawatan, yang membedakan hanyalah kenyamanan di kelas rawat inapnya. Kelas III satu ruangan ada 8 orang, kelas II ada 4 orang dan kelas I ada 2 orang. Dari sekian banyak penyakit, hanya ada beberapa jenis penyakit yang tidak ditanggung oleh BPJS. Di antaranya HIV AIDS, layanan kecantikan dan kosmetik, usaha bunuh diri, penyakit akibat menyakiti diri sendiri dan sakit akibat menjadi korban bencana alam. Korban karena bencana alam tidak ditanggung BPJS karena biayanya disediakan tersendiri oleh pemerintah dalam bentuk dana tanggap darurat. Khusus untuk persalinan, BPJS hanya menanggung biaya pelayanan dari anak pertama sampai anak ketiga tanpa melihat anak hidup atau meninggal. Dengan demikian peserta yang telah memiliki 3 anak sebelum bergabung dengan BPJS tidak lagi mendapatkan tanggungan persalinan untuk anak-anak selanjutnya. Selain pengobatan, JKN juga mencakup pelayanan pencegahan termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Misalnya untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan pelayanan berupa penyuluhan kesehatan paling tidak mengenai faktor resiko penyakit serta perilaku hidup bersih dan sehat. Sejumlah imunisasi seperti BCG, DPT, Hepatitis B, Polio dan Campak juga akan ditanggung dalam JKN. Disamping itu, konseling Keluarga Berencana, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi juga telah termasuk ke dalam bagian layanan. Skrining kesehatan untuk jenis penyakit tertentu akan diberikan secara selektif sesuai dengan kebutuhan diagnosa.Peserta yang tidak mentaati ketentuan yang telah ditetapkan BPJS seperti pelunasan iuran bulanan, pengambilan kelas rawatan, dan kewajiban lainnya, tidak akan mendapat tanggungan biaya perawatan. Oleh karena itu masyarakat harus benar-benar memahami hak dan kewajibannya sebagai peserta. BPJS juga sudah mengeluarkan daftar kasus/ penyakit yang tidak termasuk ke dalam tanggungan biaya rawatan. (Daftar kasus/penyakit bukan tanggungan terlampir)Brosur dan pamflet BPJS telah disebar di Puskesmas, rumah sakit, institusi pemerintahan dan disetiap penyuluhan dari Departemen Kesehatan. Kami berharap masyarakat paling tidak menyimpan 1 brosur/ ringkasan aturan program JKN untuk dijadikan pedoman. Tidak hanya dari brosur, masyarakat juga bisa mengakses info resmi JKN-BPJS melalui internet. Pemerintah telah menggencarkan promosi BPJS melalui berbagai media. Bagaimanapun pemerintah sangat membutuhkan kerja sama dan peran aktif masyarakat untuk mensukseskannya, ujar Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam satu wawancara media cetak.Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka peserta dapat menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan dan atau BPJS Kesehatan. Masyarakat juga dapat langsung mendatangi posko BPJS di kota dan desa. Sekarang hotline BPJS juga telah tersedia di nomor kontak 500-400.

Pelayanan Kesehatan yang Tidak Dijamin BPJS1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat.3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja.4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas.5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.8. Pelayanan meratakan gigi (ortodensi).9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau alkohol.10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment).12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen).13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.14. Perbekalan kesehatan rumah tangga.15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah.16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan.17. Klaim perorangan