21
Masalah Strategis, Operasional dan Potensi Fraud JKN & BPJSK Yaslis Ilyas CEO Yaslis Institute Ketua Umum : Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI)

BPJS+Lemhanas

Embed Size (px)

Citation preview

  • Masalah Strategis, Operasional dan Potensi Fraud JKN & BPJSK

    Yaslis IlyasCEO Yaslis Institute

    Ketua Umum : Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia (LAFAI)

  • Introduksi LAFAI

    LEMBAGA ANTI FRAUD ASURANSI INDONESIA

  • VISI dan MISI

    Mencegah

    kecurangan dalam

    Bidang Asuransi

    Visi

    Mem

    berikan bantuan Konsultasi, M

    ediasi dan Advokasi, baik kepada perorangan m

    aupun perusahaan yang terlibat dalam

    ruang lingkup dunia asuransi

    Mem

    bantu melakukan proses litigasiMisi

    Melakuka

    n investigasi, m

    ediasi, konsultasi dan advokasi

    Melakuka

    n penelitian, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan

    Mengem

    bangkan jaringan kerja di kalangan terkait

    Sebagai pusat inform

    asi fraud asuransiKegiatan

  • REKAM JEJAK

    Deklarasi LAFAI 17.11.2008

    2008

    Layanan publik SMS Obat Maret 2010

    2010 Training verifikator

    Jamkesmas Kerjasama DJSN Kerjasama PT ASKES Kerjasama PERSI

    2013

    Monev JKN ksama DJSN

    Seminar Fraud + PERSI Buku saku COB dan

    Fraud

    2014

  • ABUSE & FRAUD ASURANSI

    Registrasi

    Pembayaran Iuran

    Pelayanan Provider

    Administrasi Klaim

    Pengelolaan Dana

    di business process

  • Masalah2 BPJSK

  • 1. Strategis

    Peran Pemda & Jamkesda sebagai mitra BPJS Penting! Pemda kontrol Puskemas + RSUD. Jamkesda dapat menjamin kesehatan rakyat miskin, terlantar, terasing, gelandangan dan warga negara Republik Indonesia yang sakit jiwa plus keluarga. (miskin non-PBI)

    Konsep pelayanan public harus money follows function. BPJS berbagi peran dgn Jamkesda. Pemda & Jamkesda diberi peran maksimal sbg penyelenggara atau sbgn peran BPJS didelegasikan Jamkesda. Sesuai dgn Amar Keputusan MK Judicial Review UU No:40/2004 & UU 24/2011, BpJs pasal 51, dlm mjalankan tugasnya, Bpjs dpt bKsma dgn organisasi atau lembaga lain di dlm negeri atau luar negeri

    Era otonomi, peran pemda dan Jamkesda sangatlah penting untuk memastikan program JKN akan menjadi success story bangsa.

  • 2. Regulasi

    Beberapa aturan pelaksana sesuai amanah undang-undang belum diterbitkan, atau sosialisasinya belum sampai tingkat pelaksana.

    Perpres diterbitkan dengan ter-gesa2 contoh: Perpres Nomor 111/2013, perubahan Perpres Nomor 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan . Ditandatangani Presiden pada tgl 27 Desember, 2013. Berefek terlambat sosialisasi kpd Peserta, Perusahaan, dan PPK

    Multi tafsir contoh pasal 25; (1) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi: p.biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable adverse events)?

    Belum diterbitkan manlak menyebabkan beda persepsi antara RS dan petugas BPJS

  • Regulasi

    UU, PP, Permenkes, Maklumat, Srt Edaran penting, tapi lebih penting bgm operasional di lapangan.

    BPJS hrs mampu berperan strategis jadi KIAT Operasional dgn PPK & melindungi hak Peserta.

    Kontrak kerja hrs rinci atur hak peserta, PPK & BPJS Paket Kapitasi dan INA CBG harus menjelaskan apa

    yang menjadi hak PPK dan Perserta

  • 3. BPJS Kesehatan

    Jumlah dan mutu SDM kurang dan distribusi kurang serta Perencanaan SDM Terlambat. BPJS membutuhkan SDM yang kompeten dengan rasio 1:25.000 peserta = 4.840 personel

    Pelayanan kepesertaan tidak terlayani, jumlah dan mutu SDM kurang, Gerai dan faslitas dan alat kerja terbatas.

    Jumlah & mutu verifikator di RS tidak sebanding dengan beban kerja & Mitra kerja di RS

    BPJS tidak melindungi hak peserta ketika tidak mendapat pelkes sesuai hak oleh PPK

    Respons dan tindakan BPJS terhadap permasalahan yang disampaikan lambat (Hot line BPJS 500400).

  • 4. Kepesertaan Migrasi data peserta eks Jamsostek belum tuntas, sehingga

    mengganggu pelayanan di Faskes. Peserta BPJS eks peserta Askes, Jamsostek , TNI dan POLRI

    banyak protes keras karena hak nya atas obat-obat non generik yang dahulu ada di DPHO tidak diberikan RS, dengan alasan mengikuti Fornas

    Peserta baru tidak dapat terlayani karena terbatas gerai dan SDM

    Pendaftaran peserta melalui on line masih sangat lambat louding sehingga menyulitkan calon peserta

    Pasien yang dirujuk balik oleh RS, harus kembali antri ke Puskesmas dan terima resep untuk mengambil obat di apotik jaringan yang obat stoknya habis

  • 5. PPK (Puskesmas)

    Puskesmas dikontrak via Dinas Kesehatan kotamadya atau kabupaten kmd dana kapitasi didistribusikan ke Puskesmas hanya 45%, sedangkan 55% tetap menjadi pendapatan daerah

    Jumlah dan mutu SDM terbatas vs Kompetensi dokter Klinik 144 diagnosa. Sekitar 10 -20 % PKM tidak ada dokter.

    Mutu SDM pendukung PKM masih terbatas utk Kompetensi dokter Klinik 144 diagnosa

    Obat2, Bahan medis habis pakai, alkes tidak tersedia cukup utk dukung mutu pelkes 144 diagnosa

    Prevalensi kunjungan peserta 10-15%/ bulan atau sebanyak 12-18 juta/pasien/bulan!

    PKM akan menghasilkan pelayanan yang inferior. Peserta berobat mendapat obat dengan warna dan jumlah yang sama walau penyakit berbeda.

    Pasien membludak, maka terjadi rujukan ke RS tinggi

  • 6. PPK (RS)

    A. Rawat Jalan

    Pasien rujukan (Peserta Jamsostek, PT ASKES, Jamkesmas) ditolak krn belum punya kartu BPJS

    Pasien rujukan ditolak krn dianggap dapat diobati di Puskesmas krn bila diberikan pelayanan RS tidak dibayar BPJS

    Pasien kronis bolak balik dgn hanya memberikan obat utk 1 mgg, shg harus kunjung 4 kali/bln

    Pasien rujukan tdk diobati adekuat ( Ada kasus: Pelkes max Rp 50 rb)+ Hindari penggunaan lab+ Rongent'+ EKG, Dll

  • 7. PPK (RS)

    B. Rawat Inap Peserta butuh GD ditolak RS kmd diarahkan ke RS Jaringan. (Kasus

    di Depok: Pasien pass away) Pasien RI pulang paksa krn pertmbangan finansial, kmd disuruh

    mendaftar kembali sebagai episode baru. ( Prospek Fraud) Pegawai RS menolak utk ke PPK 1, padahal biasanya mereka

    dapat berobat di rumah sakitnya sendiri. Sistem rujukan berjenjang belum berjalan baik, karena ada

    perbedaan kemampuan yang cukup lebar antar faskes, baik di faskes dasar maupun antar faskes lanjut dengan kelas rumah sakit yang sama.

    Rujuk balik belum bisa diterapkan, karena tidak semua faskes primer dekat apotik jaringan

  • 1. Masih banyak RS yang belum memahami konsep pembayaran sistem paket. Akibatnya: opini seolah olah pembayaran JKN & BPJS ada batas biaya (plafon). Konflik peserta vs RS.

    2. Dampak yang muncul dari point 1 adalah :a. Adanya penagihan biaya ke keluarga pasien untuk kasus yang

    melebihi paket ina CBGs atau kasus yang memang secara medis masuk katagori high Risk dan memerlukan biaya besar.

    b. Adanya penolakan pasien dengan alasan tdk ada TT untuk kasus yang cenderung lbh tinggi dari tarif INA CBG

    c. Pasien rawat jalan disuruh bolak balik ( multivisit)d. Adanya unbundling e. Adanya kasus pulang paksa. f. Adanya pasien disuruh keluar kmd masuk kembali ( RJ & RI)

    HASIL EVALUASI POTENSI FRAUD TERKAIT DENGAN PENERAPAN TARIF INA CBG

  • Klaim an Ny X : 2 berkas klaim ranap di RS yang sama

    No DIAGNOSA TGL MASUK TGL KELUAR LOS TARIF INA CBG

    ACTUAL

    1 Fracture of lumbar vertebra 16/04/2012 08/05/2012 23 4.156.409 4.442.600

    2 Fracture of lumbar vertebra 08/05/2012 25/05/2012 18 14.306.410 28.873.050

    Catatan : Real cost berdasarkan tarif RS lebih tinggi dari tarif ina cbg. RS memeacah klaim menjadi 2. Konsep pembayaran paket yang salah dikarenakan nilai Paket yang jauh dari actual. Perlu review tarif INA CBG?

    Contoh: data Ranap yang dibuat 2 kasus sebagai dampak Nilai Paket INA CBG yang rendah

  • Klaim an Ny Y: 2 berkas klaim ranap di RS yang sama

    No DIAGNOSA TGL MASUK TGL KELUAR LOS TARIF INA CBG

    ACTUAL

    1 Heart disease, unspecified 09/05/2012 11/05/2012 3

    7.928.662 703.600

    2 Heart disease, unspecified 28/05/2012 30/05/2012 3

    10.024.361

    1.614.166

    Catatan : Real cost berdasarkan tarif INA CBG lebih Tinggi ( Diagnosa+tindakan2) sedangkan real berkas dan bukti tindakan2 RS yg ada menggambarkan biaya yg rendah sebenarnya. Ini memperlihatkan Konsep pembayaran paket INA CBD yang salah dikarenakan nilai Paket yang jauh dari actual. Fraud dpt terjadi dgn Upcoding, perlu kontrol thd semua bukti tindakan2 yg dilakukan!

    Contoh: data Ranap yang biaya Real Cost jauh dibawah harga paket INA CBG (Perbedaan ini peluang Upcoding )

  • Contoh: Data Rajal Overutilisasi anak dengan diagnosa Microcephali

    Catatan : Biaya kesehatan untuk rawat jalan perbulan pada pasien ini jadi sekitar 1,5 juta sd 2 juta perbulan. Secara medis indikasi kontrol setiap minggu masih perlu dipertanyakan. Kelemahannya klaim dengan sistem pembayaran INA CBG tidak mensyaratkan dokumen pendukung seperti FFS. Apakah peserta benar hadir tidak diketahui.!

    KODE DIAGNOSA TGL BEROBAT TARIF INA CBG REAL COST

    Z09.8 Kontrol 01/03/2012 394.170 No dataZ09.8 Kontrol 09/03/2012 394.169 No dataZ09.8 Kontrol 15/03/2012 394.170 No dataZ09.8 Kontrol 29/03/2012 394.170 No dataZ09.8 Kontrol 03/05/2012 394.169 No dataZ09.8 Kontrol 10/05/2012 310.523 No dataZ09.8 Kontrol 16/05/2012 310.523 No dataZ09.8 Kontrol 24/05/2012 310.523 No dataZ09.8 Kontrol 31/05/2012 394.170 No data

  • Contoh: Data Overutilisasi Rajal an Tn X (6 x selama bulan april 2012)

    KODE DIAGNOSA TGL BEROBAT TARIF INA CBG REAL COST

    Z98.8

    Other specified postsurgical states

    13/03/2012 541.590 No data

    Z98.8 13/03/2012 541.590 No data

    z98.8 21/03/2012 541.590 No data

    i50.0 Congestive heart failure 02/04/2012 635.400 No data

    K76.1 Chronic passive congestion of liver 03/04/2012 320.357 No data

    R74.0 Elevation of levels of transaminase and lactic acid dehydrogenase [LDH] 04/04/2012 325.575 No data

    Z98.8 Other specified postsurgical states 11/04/2012 325.575 No data

    I35.1 Aortic (valve) insufficiency 12/04/2012 398.921 No data

    Z09.8 Follow-up examination after other treatment for other conditions 16/04/2012 529.683 No data

  • DIAGNOSA

    TOTAL KASUS APPENDICITIS 6 BLN

    RS X RS Y Grand Total %

    Acute appendicitis with generalized peritonitis 2 11 13 54%

    Acute appendicitis with peritoneal abscess 1 2 3 13%

    Acute appendicitis, unspecified 3 5 8 33%

    Grand Total 6 18 24 100%

    Pola Tagihan kasus appendicitis - 67 % dengan komplikasi( Patut diduga Upcoding perlu pembuktian )

  • Mari Berjuang Sukseskan JKN & BPJSK

    Succes Story

    Terima Kasih