2
Kuartal 3 2013 (1 Juli - 30 September 2013) Laporan ini belum diaudit. Investasi dalam Dana di atas mengandung risiko. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikasi kinerja yang akan datang * kinerja disetahunkan dengan menggunakan metoda compounding Investasi Buletin GROUP SAVING eningkatnya harga-harga bahan pangan dan biaya transportasi musiman secara umum disertai imbas M dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, mendorong inflasi tahunan di akhir Kuartal ke-3 mencapai level 8.40%, meningkat dari akhir kuartal-kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 5.90% sepanjang tahun 2013. Faktor musiman yang terjadi mengalami puncaknya pada bulan Juli s/d Agustus sebagaimana dilalui oleh bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, ditambah mulainya tahun ajaran baru sekolah di bulan Juli ditengah pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berlaku sejak tanggal 22 Juni 2013, semakin mewarnai tren penguatan inflasi tahunan yang menyentuh level tertingginya di bulan Agustus mencapai 8.79%. Di sisi inflasi inti, inflasi diluar komponen pangan dan energi, juga menunjukan tren peningkatan sepanjang kuartal setelah dibukukan pada level 4.72% di akhir kuartal ke-3, lebih tinggi dibanding akhir kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 3.98% yang terbawa kecenderungan penguatan harga emas dunia sehingga mengakselerasi kompenen pakaian, dalam perhitungan inflasi inti sepanjang kuartal ke-3. Komitmen Bank Indonesia (BI) dalam merespon potensi tekanan terhadap inflasi yang telah ditunjukan melalui kebijakannya menaikkan instrumen suku bunga overnight rate (FASBI-Fasilitas Bank Indonesia) sebesar 25bps ke level 4.25%, disertai kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25bps ke level 6% di akhir kuartal ke-2, kembali dibuktikan dengan secara bertahap menaikan instrumen suku bunga overnight rate (FASBI-Fasilitas Bank Indonesia) sebesar 125bps sehingga mencapai level 5.5%, disertai menaikan kembali suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 125bps sehingga menjadi 7.25%, ditambah menaikan juga suku bunga fasilitas pinjaman (Lending Facility) sebesar 25bps menjadi 7.25%. Dimungkinkan bagi BI untuk kembali menaikan tingkat suku bunga dalam upaya mengendalikan gejolak inflasi dan memberi sentimen positif kepada pelaku pasar sampai di penghujung tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan di kuartal ke-2 kembali menunjukan pertumbuhan yang menurun dibanding kuartal sebelumnya. Tercatat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil tahunan di kuartal ke-2 menunjukan pencapaian 5.81%, melambat dibandingkan pertumbuhan di kuartal sebelumnya yang mencapai 6.02%, senada dengan BI yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 melambat menjadi 3.0% dari perkiraan sebelumnya 3.1%.. Meskipun dalam perspektif tahunan melambat, nyatanya pertumbuhan ekonomi kuartalan terlihat semakin positif dengan berhasil tercapainya pertumbuhan sebesar +2.61%, melaju lebih tinggi dibanding pertumbuhan di kuartal-1 yang hanya mencapai +1.42%. Pertumbuhan yang kian positif ini didukung terutama oleh pengeluaran pemerintah yang tumbuh +30.78% sebagaimana bagian dari upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui realisasi proyek-proyek pembagunannya, lalu diikuti oleh investasi meningkat +5.17%, komponen konsumsi bertumbuh +1.5%, ekpor bertumbuh +2.72%, walau impor meningkat lebih besar +10.03%. Pemerintah menunjukan target yang moderat terhadap pertumbuhan ekonomi ditahun ini, dengan ditetapkannya target pertumbuhan dalam kisaran 5.5%-5.9% dengan inflasi dalam kisaran 9.0%-9.8%. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan semakin mendapatkan kontribusi oleh dua sektor utama, yakni konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi domestik terutama diprediksi akan terus meningkat sejalan stimulus melalui kebijakan fiskal pemerintah dengan meningkatkan batas minimal pendapatan tidak kena pajak (PTKP) disertai investasi yang terus tumbuh di Indonesia ditambah rencana lanjutan proyek-proyek pemerintah yang akan direalisasikan sepanjang tahun 2013. Tren pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD menunjukan pelemahan yang lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan fluktuasi perdagangan yang lebih bergejolak dalam kisaran Rp 9,928 – Rp 11,649 per USD hingga akhirnya ditutup melemah 14.01% di level Rp 11,406 per USD yang diawal kuartal dibuka pada level Rp 10,004 per USD. Meningkatnya permintaan USD oleh korporasi dalam transaksi Impor sepanjang kuartal disertai derasnya arus dana investor asing keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia yang salah satunya dipicu meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan pengurangan program stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat, semakin menambah tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap USD dan membebani cadangan devisa pemerintah per akhir Juli yang kembali tergerus ke level USD 92.67 Milyar dari yang sebelumnya posisi cadangan devisa di akhir Juni telah berada dilevel USD 98,10 Milyar, dibawah level USD 100 Milyar yang diyakini sebagai level psikologis pasar, sebagaimana tercermin upaya BI yang menggunakan cadangan devisa dalam meredam gejolak yang terjadi. Keseriusan BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah secara konsisten terus dilakukan melalui bauran kebijakan yang diluncurkan. Sejak awal Juli BI telah meluncurkan Foreign Exchange Swap guna menambah dukungan terhadap cadangan devisa sebagaimana terbukti efektif menjaga posisi cadangan devisa di akhir Agustus berada di level USD 92.99 Milyar, menguat tipis dibanding bulan sebelumnya. Disisi lain, BI juga mengeluarkan paket - paket kebijakan lainnya yang memberikan relaksasi aturan pinjaman luar negeri, aturan terkait devisa hasil ekspor, serta dan melakukan perjanjian Swap secara bilateral dengan beberapa negara yang diharapkan dapat menjaga pasokan valuta asing sehingga nilai tukar Rupiah dapat lebih terkendali dan mengurangi penggunaan cadangan devisa. Kondisi neraca perdagangan menunjukan perbaikan yang signifikan di akhir kuartal ke-3 dengan tercapainya surplus neraca perdagangan sebesar USD 132.40 Juta dibandingkan defisit USD 527.10 Juta diakhir kuartal sebelumnya. Sesungguhnya kuartal ke-3 diawali dengan masih surutnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Jepang, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa ditambah kecenderungan merosotnya harga produk-produk komoditi unggulan. Selain itu, meningkatnya permintaan bahan-bahan pangan dari dalam negeri yang mengharuskan peningkatan volume impor, sehingga menempatkan posisi neraca perdangan dibulan Juni dan Juli masih dalam kondisi defisit. Meskipun demikian, penguatan tren harga minyak dunia ditengah pelemahan Rupiah yang berlanjut di bulan Agustus membawa ekspor minyak dan gas meningkat seiring menguatnya harga produk-produk komoditi ekspor minyak dan gas, bersama meredanya volume impor selepas faktor musiman, telah membawa posisi neraca perdagangan dalam kondisi surplus. Diharapkan penguatan ekspor dapat terus berlanjut sejalan nilai tukar Rupiah yang masih menunjukan tren melemah sehingga membawa perbaikan neraca perdangangan yang berkelanjutan. Kinerja pasar obligasi Pemerintah Indonesia sepanjang kuartal ke-3 masih menunjukan kinerja yang negatif namun sedikit membaik dibanding kuartal sebelumnya. Dengan menggunakan HSBC Bond Index sebagai acuan, tercatat kinerja kuartal ke-3 masih menunjukan performa negatif sebesar -5.29%, sedikit membaik dibanding - 8.51% diakhir kuartal sebelumnya. Sedangkan kinerja tahun berjalan sampai dengan akhir kuartal ke-3 (Year-to- date) juga menunjukan kinerja -13.94%, masih dalam tren menurun dibanding akhir kuartal ke-2 yang mencapai -9.13%. Sentimen negatif dari dalam negeri maupun global telah meningkatkan kekhawatiran Investor domestik maupun asing sehingga memicu arus dana keluar sepanjang kuartal. Dari dalam negeri, kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi akibat imbas kenaikan harga BBM bersubsidi sejak Juni yang mencapai puncaknya di bulan Agustus s/d September ditambah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD. Sementara di sisi lain, sentimen global masih seputar rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) berencana mengurangi program stimulusnya mulai semester kedua tahun ini dan akan diberhentikan di pertengahan tahun 2014 apabila tercapainya target tingkat pengangguran dibawah 6.5% dengan tingkat inflasi diatas 2%. Meskipun penundaan pengurangan stimulus tersebut telah diumumkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat cukup menghembuskan sentimen positif yang menarik kembali arus dana investor asing masuk dalam pasar obligasi Indonesia, namun masih belum mampu mengangkat kinerja pasar obligasi Indonesia kedalam teritori positif. Sebagai indikator persepsi resiko terhadap obligasi pemerintah Indonesia, Credit Default Swap (CDS) berjangka 5 tahun ditutup dilevel 260 atau naik tajam dibanding 206 diakhir kuartal sebelumnya yang mengindikasikan peningkatan premi resiko yang diharapkan dalam berinvestasi di Indonesia. Arus dana investor asing meningkat di penghujung kuartal ke-3 dengan bertambah Rp 10.53 Trilliun, meningkat keposisi Rp 293.49 Triliun dari yang sebelumnya Rp 282.96 Triliun diakhir kuartal ke-2. Peningkatan signifikan arus dana investor asing tercatat dibulan September sebagaimana kembali meningkatnya ketertarikan investor asing pada pasar obligasi di negara-negara berkembang (Emerging countries) termasuk Indonesia, setelah Bank Sentral Amerika pada tanggal 18 September 2013 menyatakan akan melihat lebih jauh bukti-bukti yang lebih meyakinkan mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat sebelum akhirnya nanti dapat memutuskan besaran pengurangan pembelian kembali obligasi yang saat ini masih dilakukan USD 85 Juta tiap bulannya. Rasio kepemilikan asing terhadap total obligasi Pemerintah yang diperdagangkan menunjukan angka yang menurun dari sebelumnya 31.85% menjadi 31.13%, dikarenakan bertambah pula jumlah peredaran obligasi Pemerintah yang diperdagangkan dari yang sebelumnya sebesar Rp 888.51 Triliun telah mencapai Rp 942.86 Triliun di akhir kuartal ke-3 sejalan lelang yang dilakukan Pemerintah terus menambah pasokan obligasi kedalam pasar untuk kebutuhan fiskalnya. Di lain pihak, posisi kepemilikan BI terus meningkat terkait intervensi BI pada pasar obligasi, tercatat kepemilikan BI telah mencapai Rp 112.63 Trilliun setara 11.95%, semakin meningkat dari kuartal sebelumnya yang telah mencapai Rp 102.53 Trilliun setara 11.54%. Kinerja Investasi Secara Kumulatif Dana Pasar Uang Dana US Dollar Dana Saham Berimbang Funds Profil Risiko NAB NAV Kinerja 1 tahun Kinerja Tolok Ukur Kinerja dalam 6 bulan Kinerja sejak berdiri Kinerja YTD Rendah Moderat Tinggi 846,734,948,071 4.89% 0.50% 1.35% 2.55% 6.02% 3.74% 2.85% Kinerja dalam 3 bulan Kinerja dalam 1 bulan 0.90% 0.11% 0.30% 0.61% 1.67% 7,170,062,327 0.04% 0.74% -2.65% 0.59% -9.74% -13.28 19.27% 359,368,268,915 -2.79% -6.34 Pendapatan Tetap Dana Syariah Moderat Rendah 336,552,838,627 -9,87% 0.75% -6.28% -13.83 8.55% -14.54% -8.85% 4.67% 0.55% 1.20% 2.14% 5.90% 62,414,806,760 0.04% 3.25% Penjelasan Manajer Investasi Kuartal 3 Tahun 2013

Buletin Investasi - manulife-indonesia.com · Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan di kuartal ke-2 kembali menunjukan pertumbuhan yang menurun ... ditengah pelemahan Rupiah yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buletin Investasi - manulife-indonesia.com · Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan di kuartal ke-2 kembali menunjukan pertumbuhan yang menurun ... ditengah pelemahan Rupiah yang

Kuartal 3 2013(1 Juli - 30 September 2013)

Laporan ini belum diaudit. Investasi dalam Dana di atas mengandung risiko. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikasi kinerja yang akan datang

* kinerja disetahunkan dengan menggunakan metoda compounding

InvestasiBuletinGROUP SAVING

eningkatnya harga-harga bahan pangan dan biaya transportasi musiman secara umum disertai imbas

Mdari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, mendorong inflasi tahunan di akhir Kuartal ke-3 mencapai level 8.40%, meningkat dari akhir kuartal-kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 5.90%

sepanjang tahun 2013. Faktor musiman yang terjadi mengalami puncaknya pada bulan Juli s/d Agustus sebagaimana dilalui oleh bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, ditambah mulainya tahun ajaran baru sekolah di bulan Juli ditengah pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang berlaku sejak tanggal 22 Juni 2013, semakin mewarnai tren penguatan inflasi tahunan yang menyentuh level tertingginya di bulan Agustus mencapai 8.79%. Di sisi inflasi inti, inflasi diluar komponen pangan dan energi, juga menunjukan tren peningkatan sepanjang kuartal setelah dibukukan pada level 4.72% di akhir kuartal ke-3, lebih tinggi dibanding akhir kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 3.98% yang terbawa kecenderungan penguatan harga emas dunia sehingga mengakselerasi kompenen pakaian, dalam perhitungan inflasi inti sepanjang kuartal ke-3.

Komitmen Bank Indonesia (BI) dalam merespon potensi tekanan terhadap inflasi yang telah ditunjukan melalui kebijakannya menaikkan instrumen suku bunga overnight rate (FASBI-Fasilitas Bank Indonesia) sebesar 25bps ke level 4.25%, disertai kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25bps ke level 6% di akhir kuartal ke-2, kembali dibuktikan dengan secara bertahap menaikan instrumen suku bunga overnight rate (FASBI-Fasilitas Bank Indonesia) sebesar 125bps sehingga mencapai level 5.5%, disertai menaikan kembali suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 125bps sehingga menjadi 7.25%, ditambah menaikan juga suku bunga fasilitas pinjaman (Lending Facility) sebesar 25bps menjadi 7.25%. Dimungkinkan bagi BI untuk kembali menaikan tingkat suku bunga dalam upaya mengendalikan gejolak inflasi dan memberi sentimen positif kepada pelaku pasar sampai di penghujung tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan di kuartal ke-2 kembali menunjukan pertumbuhan yang menurun dibanding kuartal sebelumnya. Tercatat Pendapatan Domestik Bruto (PDB) riil tahunan di kuartal ke-2 menunjukan pencapaian 5.81%, melambat dibandingkan pertumbuhan di kuartal sebelumnya yang mencapai 6.02%, senada dengan BI yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 melambat menjadi 3.0% dari perkiraan sebelumnya 3.1%.. Meskipun dalam perspektif tahunan melambat, nyatanya pertumbuhan ekonomi kuartalan terlihat semakin positif dengan berhasil tercapainya pertumbuhan sebesar +2.61%, melaju lebih tinggi dibanding pertumbuhan di kuartal-1 yang hanya mencapai +1.42%. Pertumbuhan yang kian positif ini didukung terutama oleh pengeluaran pemerintah yang tumbuh +30.78% sebagaimana bagian dari upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui realisasi proyek-proyek pembagunannya, lalu diikuti oleh investasi meningkat +5.17%, komponen konsumsi bertumbuh +1.5%, ekpor bertumbuh +2.72%, walau impor meningkat lebih besar +10.03%. Pemerintah menunjukan target yang moderat terhadap pertumbuhan ekonomi ditahun ini, dengan ditetapkannya target pertumbuhan dalam kisaran 5.5%-5.9% dengan inflasi dalam kisaran 9.0%-9.8%. Diharapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan semakin mendapatkan kontribusi oleh dua sektor utama, yakni konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi domestik terutama diprediksi akan terus meningkat sejalan stimulus melalui kebijakan fiskal pemerintah dengan meningkatkan batas minimal pendapatan tidak kena pajak (PTKP) disertai investasi yang terus tumbuh di Indonesia ditambah rencana lanjutan proyek-proyek pemerintah yang akan direalisasikan sepanjang tahun 2013.

Tren pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap USD menunjukan pelemahan yang lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan fluktuasi perdagangan yang lebih bergejolak dalam kisaran Rp 9,928 – Rp 11,649 per USD hingga akhirnya ditutup melemah 14.01% di level Rp 11,406 per USD yang diawal kuartal dibuka pada level Rp 10,004 per USD. Meningkatnya permintaan USD oleh korporasi dalam transaksi Impor sepanjang kuartal disertai derasnya arus dana investor asing keluar dari pasar saham dan obligasi Indonesia yang salah satunya dipicu meningkatnya kekhawatiran atas kemungkinan pengurangan program stimulus moneter Bank Sentral Amerika Serikat, semakin menambah tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap USD dan membebani cadangan devisa pemerintah per akhir Juli yang kembali tergerus ke level USD 92.67 Milyar dari yang sebelumnya posisi cadangan devisa di akhir Juni telah berada dilevel USD 98,10 Milyar, dibawah level USD 100 Milyar yang diyakini sebagai level psikologis pasar, sebagaimana tercermin upaya BI yang menggunakan cadangan devisa dalam meredam gejolak yang terjadi. Keseriusan BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah secara konsisten terus dilakukan melalui bauran kebijakan yang diluncurkan. Sejak awal Juli BI telah meluncurkan Foreign Exchange Swap guna menambah dukungan terhadap cadangan devisa sebagaimana terbukti efektif menjaga posisi cadangan devisa di akhir Agustus berada di level USD 92.99 Milyar, menguat tipis dibanding bulan sebelumnya.

Disisi lain, BI juga mengeluarkan paket - paket kebijakan lainnya yang memberikan relaksasi aturan pinjaman luar negeri, aturan terkait devisa hasil ekspor, serta dan melakukan perjanjian Swap secara bilateral dengan beberapa negara yang diharapkan dapat menjaga pasokan valuta asing sehingga nilai tukar Rupiah dapat lebih terkendali dan mengurangi penggunaan cadangan devisa.

Kondisi neraca perdagangan menunjukan perbaikan yang signifikan di akhir kuartal ke-3 dengan tercapainya surplus neraca perdagangan sebesar USD 132.40 Juta dibandingkan defisit USD 527.10 Juta diakhir kuartal sebelumnya. Sesungguhnya kuartal ke-3 diawali dengan masih surutnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Jepang, Amerika Serikat, dan kawasan Eropa ditambah kecenderungan merosotnya harga produk-produk komoditi unggulan. Selain itu, meningkatnya permintaan bahan-bahan pangan dari dalam negeri yang mengharuskan peningkatan volume impor, sehingga menempatkan posisi neraca perdangan dibulan Juni dan Juli masih dalam kondisi defisit. Meskipun demikian, penguatan tren harga minyak dunia ditengah pelemahan Rupiah yang berlanjut di bulan Agustus membawa ekspor minyak dan gas meningkat seiring menguatnya harga produk-produk komoditi ekspor minyak dan gas, bersama meredanya volume impor selepas faktor musiman, telah membawa posisi neraca perdagangan dalam kondisi surplus. Diharapkan penguatan ekspor dapat terus berlanjut sejalan nilai tukar Rupiah yang masih menunjukan tren melemah sehingga membawa perbaikan neraca perdangangan yang berkelanjutan.

Kinerja pasar obligasi Pemerintah Indonesia sepanjang kuartal ke-3 masih menunjukan kinerja yang negatif namun sedikit membaik dibanding kuartal sebelumnya. Dengan menggunakan HSBC Bond Index sebagai acuan, tercatat kinerja kuartal ke-3 masih menunjukan performa negatif sebesar -5.29%, sedikit membaik dibanding -8.51% diakhir kuartal sebelumnya. Sedangkan kinerja tahun berjalan sampai dengan akhir kuartal ke-3 (Year-to-date) juga menunjukan kinerja -13.94%, masih dalam tren menurun dibanding akhir kuartal ke-2 yang mencapai -9.13%. Sentimen negatif dari dalam negeri maupun global telah meningkatkan kekhawatiran Investor domestik maupun asing sehingga memicu arus dana keluar sepanjang kuartal. Dari dalam negeri, kekhawatiran terhadap lonjakan inflasi akibat imbas kenaikan harga BBM bersubsidi sejak Juni yang mencapai puncaknya di bulan Agustus s/d September ditambah melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD. Sementara di sisi lain, sentimen global masih seputar rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) berencana mengurangi program stimulusnya mulai semester kedua tahun ini dan akan diberhentikan di pertengahan tahun 2014 apabila tercapainya target tingkat pengangguran dibawah 6.5% dengan tingkat inflasi diatas 2%. Meskipun penundaan pengurangan stimulus tersebut telah diumumkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat cukup menghembuskan sentimen positif yang menarik kembali arus dana investor asing masuk dalam pasar obligasi Indonesia, namun masih belum mampu mengangkat kinerja pasar obligasi Indonesia kedalam teritori positif. Sebagai indikator persepsi resiko terhadap obligasi pemerintah Indonesia, Credit Default Swap (CDS) berjangka 5 tahun ditutup dilevel 260 atau naik tajam dibanding 206 diakhir kuartal sebelumnya yang mengindikasikan peningkatan premi resiko yang diharapkan dalam berinvestasi di Indonesia.

Arus dana investor asing meningkat di penghujung kuartal ke-3 dengan bertambah Rp 10.53 Trilliun, meningkat keposisi Rp 293.49 Triliun dari yang sebelumnya Rp 282.96 Triliun diakhir kuartal ke-2. Peningkatan signifikan arus dana investor asing tercatat dibulan September sebagaimana kembali meningkatnya ketertarikan investor asing pada pasar obligasi di negara-negara berkembang (Emerging countries) termasuk Indonesia, setelah Bank Sentral Amerika pada tanggal 18 September 2013 menyatakan akan melihat lebih jauh bukti-bukti yang lebih meyakinkan mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat sebelum akhirnya nanti dapat memutuskan besaran pengurangan pembelian kembali obligasi yang saat ini masih dilakukan USD 85 Juta tiap bulannya. Rasio kepemilikan asing terhadap total obligasi Pemerintah yang diperdagangkan menunjukan angka yang menurun dari sebelumnya 31.85% menjadi 31.13%, dikarenakan bertambah pula jumlah peredaran obligasi Pemerintah yang diperdagangkan dari yang sebelumnya sebesar Rp 888.51 Triliun telah mencapai Rp 942.86 Triliun di akhir kuartal ke-3 sejalan lelang yang dilakukan Pemerintah terus menambah pasokan obligasi kedalam pasar untuk kebutuhan fiskalnya. Di lain pihak, posisi kepemilikan BI terus meningkat terkait intervensi BI pada pasar obligasi, tercatat kepemilikan BI telah mencapai Rp 112.63 Trilliun setara 11.95%, semakin meningkat dari kuartal sebelumnya yang telah mencapai Rp 102.53 Trilliun setara 11.54%.

Kinerja Investasi Secara Kumulatif

Dana Pasar Uang

Dana US Dollar

Dana Saham Berimbang

Funds ProfilRisiko

NABNAV

Kinerja1 tahun

Kinerja Tolok Ukur

Kinerjadalam

6 bulan

Kinerjasejak

berdiri

KinerjaYTD

Rendah

Moderat

Tinggi

846,734,948,071 4.89% 0.50% 1.35% 2.55% 6.02%3.74%2.85%

Kinerjadalam

3 bulan

Kinerjadalam

1 bulan

0.90% 0.11% 0.30% 0.61% 1.67%7,170,062,327 0.04% 0.74%

-2.65% 0.59% -9.74% -13.28 19.27%359,368,268,915 -2.79% -6.34

Pendapatan Tetap

Dana Syariah

Moderat

Rendah

336,552,838,627 -9,87% 0.75% -6.28% -13.83 8.55% -14.54%-8.85%

4.67% 0.55% 1.20% 2.14% 5.90%62,414,806,760 0.04% 3.25%

Penjelasan Manajer InvestasiKuartal 3 Tahun 2013

Page 2: Buletin Investasi - manulife-indonesia.com · Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahunan di kuartal ke-2 kembali menunjukan pertumbuhan yang menurun ... ditengah pelemahan Rupiah yang

DANA SAHAM BERIMBANG Kinerja dan Hasil Investasi

Dana US Dollar Kinerja dan Hasil Investasi

DANA PASAR UANGKinerja dan Hasil Investasi Kinerja Dana Pasar Uang

Kinerja Dana Saham Berimbang

Klasifikasi Aset

Deposito Dolar 98.46%KAS dan HUTANG 1.54%

DANA USD Dollar

Kinerja Dana USD Dollar

MANULIFE FLEXINVEST PLUS 99.87%

Kas & Hutang 0.13%

Dana Pasar Uang

Klasifikasi Aset

Perkiraan Pasar/ Market Forecast: Cerah Berawan

Laporan ini belum diaudit. Investasi dalam Dana di atas mengandung risiko. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikasi kinerja yang akan datang

Seiring mulai redanya kenaikan harga bahan pangan dan transportasi setelah memuncak pada periode Ramadhan dan Lebaran di bulan Agustus, di bulan September terjadi deflasi -0.35% - mengalahkan survey Bloomberg dengan konsensus inflasi +0.15% - dan juga turun signifikan dibanding bulan sebelumnya inflasi sebesar +1.12%. Sesuai dengan angka bulanan, inflasi umum tahunan tercatat lebih kecil sebesar 8.40% dibandingkan konsensus 9% dan inflasi bulan sebelumnya di angka 8.79%. Walaupun begitu, inflasi inti mencatat sedikit kenaikan ke angka 4.72% dibandingkan konsensus dan inflasi inti bulan lalu di angka 4.48%, dipicu oleh penguatan harga emas dunia.

Di bulan September, Bank Indonesia sekali lagi menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 7.25% untuk melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar dan ekspektasi inflasi setelah kenaikan harga BBM. Dilain pihak, suku bunga FASBI tidak berubah di level 5.50%, dengan tambahan beberapa kebijakan akomodatif untuk menarik arus dana asing. Kami berekspektasi bank sentral masih membuka ruang untuk menaikkan suku bunga jika inflasi masih terus berada diatas target atau tren nilai tukar masih terus melemah.

Lebih tingginya kebutuhan impor yang tercermin pada memburuknya neraca perdagangan bulan Juli yang dirilis bulan September, ditambah dengan arus keluar dari pasar saham dan obligasi karena kekuatiran US Fed Tappering, membuat tekanan pada nilai tukar Rupiah terus berlanjut. Rupiah diperdagangkan pada rentang IDR 10,847 � 11, 649 per Dolar Amerika Serikat sebelum ditutup melemah di angka IDR 11,406/USD, atau depresiasi -1,98% dibandingkan penutupan akhir Agustus di angka IDR 11,184/Dolar AS. BI telah berkomitmen untuk menjinakkan volatilitas Rupiah dengan fasilitas swap valas, perjanjian bilateral dengan bank sentral asing, bersama dengan paket kebijakan baru untuk pengendalian likuiditas, yang kami harap dapat menopang posisi cadangan devisa.

Meningkatnya ekspor migas di tengah kenaikan harga minyak dunia, dikombinasi dengan turunnya impor karena permintaan domestik yang mulai stabil setelah musim liburan, turut memperbaiki neraca perdagangan bulan Agustus, yang tercatat surplus 132.40 Juta Dolar AS, lebih baik dari konsensus yang memperkirakan defisit 811 Juta Dolar AS dan pembalikan arah yang sangat signifikan setelah bulan sebelumnya mencatat defisit 2.33 Miliar Dolar AS. Walaupun ekspor total turun -12.77% menjadi 13.66 Miliar Dolar AS dari 15.09 Miliar Dolar AS di bulan sebelumnya, tetapi ekspor migas meningkat +21.51% sedangkan ekspor non migas turun -18.88% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, impor total turun -25.20% menjadi 13.03 Miliar Dolar AS dari 17.42 Miliar Dolar AS, dengan impor migas turun -11.41% dan impor non migas turun -29.49% dibandingkan bulan sebelumnya.

DANA PENDAPATAN TETAPKinerja dan Hasil InvestasiKinerja Dana Pendapatan Tetap

Kinerja kuartal ke-3 pasar obligasi Indonesia yang tercatat -5.29% sesungguhnya telah menunjukan sedikit peningkatan kinerja dibanding kuartal sebelumnya, namun masih didominasi kenaikan imbal hasil diseluruh tenor. Pergerakan kurva imbal hasil (yield curve) secara kuartalan menunjukan pola imbal hasil obligasi bertenor menegah dan panjang bergerak lebih tinggi dibandingkan obligasi bertenor pendek (bear steepening). Imbal hasil obligasi bertenor pendek (1-5 tahun) rata-rata naik 110 bps, sedangkan obligasi bertenor menengah (10-15 tahun) rata-rata naik 122 bps, dan obligasi bertenor panjang (20-30 tahun) mengalami rata-rata kenaikan 115 bps. Sesungguhnya kondisi ini membawa kesempatan untuk kembali masuk dalam pasar obligasi Indonesia dengan tingkat imbal hasil yang lebih menarik, terutama jika Indonesia dibandingkan dengan negara berkembang yang lain. Portofolio GRO Dana Pendapatan Tetap sebagian besar saat ini berada di obligasi bertenor menengah dan panjang dengan durasi yang sedikit lebih rendah dari durasi HSBC Bond Index.

DANA SYARIAHKinerja dan Hasil Investasi Kinerja Dana Syariah

Perkiraan Pasar/ Market Forecast: Cerah Berawan

Seiring mulai redanya kenaikan harga bahan pangan dan transportasi setelah memuncak pada periode Ramadhan dan Lebaran di bulan Agustus, di bulan September terjadi deflasi -0.35% - mengalahkan survey Bloomberg dengan konsensus inflasi +0.15% - dan juga turun signifikan dibanding bulan sebelumnya inflasi sebesar +1.12%. Sesuai dengan angka bulanan, inflasi umum tahunan tercatat lebih kecil sebesar 8.40% dibandingkan konsensus 9% dan inflasi bulan sebelumnya di angka 8.79%. Walaupun begitu, inflasi inti mencatat sedikit kenaikan ke angka 4.72% dibandingkan konsensus dan inflasi inti bulan lalu di angka 4.48%, dipicu oleh penguatan harga emas dunia.

Di bulan September, Bank Indonesia sekali lagi menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin menjadi 7.25% untuk melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar dan ekspektasi inflasi setelah kenaikan harga BBM. Dilain pihak, suku bunga FASBI tidak berubah di level 5.50%, dengan tambahan beberapa kebijakan akomodatif untuk menarik arus dana asing. Kami berekspektasi bank sentral masih membuka ruang untuk menaikkan suku bunga jika inflasi masih terus berada diatas target atau tren nilai tukar masih terus melemah. Seiring dengan kenaikan suku bunga pada bank konvensional, bank-bank syariah pun mulai meningkatkan Equivalent Rate-nya kepada deposan.

GRO DANA PENDAPATAN TETAP

MANULIFE OBLIGASI NEGARA INDONESIA II 87.10%MANULIFE DANA TETAP PEMERINTAH 12.60%KAS dan HUTANG 0.30%

Klasifikasi Aset

DANA SYARIAH

Obligasi Negara 12.20% Deposito Mudharobah 87.21%KAS dan HUTANG 0.59%

Klasifikasi Aset

DANA SAHAM BERIMBANG

MANULIFE DANA CAMPURAN II 68.67% MANULIFE DANA TUMBUH BERIMBANG 31.03% Kas & Hutang 0.30%

Klasifikasi Aset

Perkiraan Pasar/ Market Forecast: Cerah Berawan

->>>>+6-

->>>>+64

.>>>>+- 1

.>>>>+. .

.>>>>+. 5

.>>>>+/ 2

.>>>>+0/

.>>>>+06

.>>>>+13

.>>>>+20

.>>>>+3-

.>>>>+34

.>>>>+41

G>>>^k ,- 3 G>>>r k ,- 3 K>>> l s,- 3 >>>>mo,- 4 P>>>bm,- 4 C>>>b_,- 5 G>>>r i,- 5 G>>>^k ,- 6 G>>>r k ,- 6 K>>> l s,- 6 >>>>mo,. - P>>>bm,. - C>>>b_,. . >>>>r d,. . G>>>^k ,. / G>>>r k ,. / K>>> l s,. / >>>>mo,. 0 P>>>bm,. 0

D> PM J J Q>l il h Rhr o

->>>>+6-

->>>>+64

.>>>>+- 1

.>>>>+. .

.>>>>+. 5

.>>>>+/ 2

.>>>>+0/

.>>>>+06

.>>>>+13

.>>>>+20

.>>>>+3-

.>>>>+34

.>>>>+41

G>>>^k ,- 3 J>>> ^v,- 3 L>>> ` q,- 3 C>>>b_,- 4 G>>>r i,- 4 K>>> l s,- 4 >>>>mo,- 5 >>>>r d,- 5 G>>>^k ,- 6 J>>> ^v,- 6 L>>> ` q,- 6 C>>>b_,. - G>>>r i,. - K>>> l s,. - >>>>mo,. . P>>>bm,. . G>>>^k ,. / G>>>r k ,. / L>>> ` q,. / J>>> ^o,. 0 G>>>r i,. 0

D> PM Pv^of̂ e Q>l il h Rhr o

->>>>+5-

->>>>+54

->>>>+61

.>>>>+- .

.>>>>+- 5

.>>>>+. 2

.>>>>+/ /

.>>>>+/ 6

.>>>>+03

.>>>>+10

.>>>>+2-

P>>>bm,- 2 C>>>b_,- 3 G>>>r k ,- 3 K>>> l s,- 3 J>>> ^o,- 4 >>>>r d,- 4 A>>> b` ,- 4 J>>> ^v,- 5 P>>>bm,- 5 C>>>b_,- 6 G>>>r k ,- 6 K>>> l s,- 6 >>>>mo,. - >>>>r d,. - G>>>^k ,. . J>>> ^v,. . L>>> ` q,. . C>>>b_,. / G>>>r i,. / K>>> l s,. / >>>>mo,. 0 >>>>r d,. 0

D>> PM RP A l i^o Q>l il h Rhr o

->>>>+6-

.>>>>+0-

.>>>>+4-

/>>>>+. -

/>>>>+2-

/>>>>+6-

0>>>>+0-

0>>>>+4-

1>>>>+. -

1>>>>+2-

1>>>>+6-

P>>>bm,- 2 G>>>^k ,- 3 G>>>r k ,- 3 K>>> l s,- 3 >>>>mo,- 4 P>>>bm,- 4 G>>>^k ,- 5 G>>>r k ,- 5 K>>> l s,- 5 >>>>mo,- 6 P>>>bm,- 6 G>>>^k ,. - G>>>r k ,. - K>>> l s,. - >>>>mo,. . P>>>bm,. . G>>>^k ,. / G>>>r k ,. / K>>> l s,. / >>>>mo,. 0 P>>>bm,. 0

D> PM ? ^i^k` b Q>l il h Rhro

->>>>+6-

.>>>>+- 4

.>>>>+/ 1

.>>>>+1.

.>>>>+25

.>>>>+42

.>>>>+6/

/>>>>+- 6

/>>>>+/ 3

/>>>>+10

/>>>>+3-

G>>>^k ,- 3 G>>>r k ,- 3 K>>> l s,- 3 J>>> ^v,- 4 L>>> ` q,- 4 >>>>mo,- 5 P>>>bm,- 5 J>>> ^o,- 6 >>>>r d,- 6 G>>>^k ,. - G>>>r i,. - A>>> b` ,. - G>>>r k ,. . K>>> l s,. . >>>>mo,. / L>>> ` q,. / J>>> ^o,. 0 P>>>bm,. 0

D>> PM Cfuba Fk` l j b Q>l il h Rhro

Setelah mengalami penurunan selama 3 bulan berturut-turut dari level tertinggi di bulan Mei 2013 (-4.33% di Juli & -9% di Agustus), IHSG akhirnya naik 2.9% di September. Pembalikan arah ini dimulai pada akhir Agustus seiring investor domestik yang mulai berburu saham pada sektor-sektor yang sensitif terhadap tingkat suku bunga. Hal ini terus berlanjut hingga bulan September di mana harga saham-saham terus meningkat menyusul keputusan yang tak terduga dari The Fed untuk meneruskan program pembelian obligasinya (QE) untuk sementara ini. Keputusan The Fed ini mengurangi ketakutan investor bahwa pengurangan QE akan menghambat likuiditas yang mengalir ke pasar saham negara berkembang. IHSG naik ke level 4670 sebelum kehilangan ditutup di level 4423 pada akhir September 2013.

Secara keseluruhan investor terlihat berhati-hati seiring pergerakan Rupiah yang masih melemah, terdepresiasi 2% pada bulan September dibandingkan dengan apresiasi rata-rata mata uang regional sebesar 1,3-2,9%. Dalam denominasi Dolar AS, kenaikan IHSG hanya mencapai 1.18%, lebih rendah dari kenaikan Indeks MSCI Asia Pasific ex Japan (+5.15%) dan MSCI World (+4.81%). Investor asing masih keluar dari Indonesia, walaupun jumlahnya lebih kecil sebesar 26.76 juta Dolar AS dibandingkan dengan 521 juta Dolar AS & 253 juta Dolar AS mazing-masing pada bulan Agustus & Juli. Saham-saham berkapitalisasi kecil-menengah memiliki kinerja lebih baik di bulan September setelah underperform saham-saham berkapitalisasi besar selama Juli & Agustus.

Dalam pandangan kami, fokus investor ke depan dan sentimen pada pasar saham masih akan lebih bergantung pada data makro, seperti stabilitas Rupiah, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi yang akan melambat. Berita baiknya adalah Bank Indonesia telah melakukan perjanjian bilateral swap dengan bank sentral Jepang & China untuk menstabilisasi rupiah. Selain itu, kami memperkirakan ketertarikan investor asing untuk membiayai defisit neraca berjalan Indonesia akan meningkat, seiring telah berlalunya kondisi makroekonomi terburuk di tahun 2013 ini. Hal ini ditopang oleh data-data ekonomi terkini yang dipublikasikan, yang sebagian besar lebih baik dari ekspektasi. Secara tahunan, inflasi bulan September mencapai 8.40%, lebih baik dari ekspektasi konsensus sebesar 9.0% (dan 8.79% pada bulan sebelumnya). Selain itu data perdagangan juga secara tidak terduga mengalami surplus sebesar 0.1 miliar Dolar AS dibandingkan dengan ekspektasi konsensus bahwa akan terjadi defisit 0.8 miliar Dolar AS.

Perkiraan Pasar/ Market Forecast: Berawan

Perkiraan Pasar/ Market Forecast: Cerah Berawan