10
Reproduki aseksual pada Aspergillus sp terjadi dengan pembentukan konidium dalam rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1985). Perpanjangan konidiofor Aspergillus sp distimulasi oleh rangsangan cahaya. Dinding selnya terdiri atas amilum, glikogen, fruktosa dan dextrin yang merupakan sumber-sumber carbon yang lebih cocok dibanding dengan glukosa, yang mana diketahui dapat menghasilkan lemak (Domsh, et.al. 1980). Aspergillus sp. mempunyai konidiofor tidak bercabang yang muncul dari sel kaki sehingga vesikel yang menyebabkan munculnya stigmata berbentuk botol, rantai-rantai konidia terbentuk pada konidia sekunder (cabang-cabang stigma primer). Kepala spora pada beberapa jenis spesies menghasilkan askospora bebentuk bundar sampai lonjong di setiap askus. Askus-askus tersebut tertata secara tidak teratur di seluruh peritesium. Sporanya berwarna- warni dan karena itulah kapang-kapang ini mempunyai warna yang khas masing-masing (Pelczar dan Chan, 1986). Jamur Aspergillus sp. yang sudah menghasilkan spora yang warnanya coklat kehijau- hijauan atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah tidak nampak lagi (Dwijosepoetro, 1994). Aspergillus sp. Memiliki reproduksi aseksual yang terjadi dengan pembentukan konidium dalam rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah cabang yang masing- masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1986). Perpanjangan konidiofor Aspergillus sp. distimulasi oleh rangsangan

CAMPURANNNN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CAMPURANNNN

Reproduki aseksual pada Aspergillus sp terjadi dengan pembentukan konidium dalam

rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah cabang yang

masing-masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1985). Perpanjangan konidiofor

Aspergillus sp distimulasi oleh rangsangan cahaya. Dinding selnya terdiri atas amilum, glikogen,

fruktosa dan dextrin yang merupakan sumber-sumber carbon yang lebih cocok dibanding dengan

glukosa, yang mana diketahui dapat menghasilkan lemak (Domsh, et.al. 1980).

Aspergillus sp. mempunyai konidiofor tidak bercabang yang muncul dari sel kaki

sehingga vesikel yang menyebabkan munculnya stigmata berbentuk botol, rantai-rantai konidia

terbentuk pada konidia sekunder (cabang-cabang stigma primer). Kepala spora pada beberapa

jenis spesies menghasilkan askospora bebentuk bundar sampai lonjong di setiap askus. Askus-

askus tersebut tertata secara tidak teratur di seluruh peritesium. Sporanya berwarna-warni dan

karena itulah kapang-kapang ini mempunyai warna yang khas masing-masing (Pelczar dan Chan,

1986). Jamur Aspergillus sp. yang sudah menghasilkan spora yang warnanya coklat kehijau-

hijauan atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah tidak nampak lagi

(Dwijosepoetro, 1994).

Aspergillus sp. Memiliki reproduksi aseksual yang terjadi dengan pembentukan

konidium dalam rantai pada konidiofor tegak.. Ujung konidiofor seperti bola dengan sejumlah

cabang yang masing-masing menyangga ranting konidium (Tjitrosomo, 1986). Perpanjangan

konidiofor Aspergillus sp. distimulasi oleh rangsangan cahaya. Dinding selnya terdiri atas

amilum, glikogen, fruktosa dan dextrin yang merupakan sumber-sumber carbon yang lebih

cocok dibanding dengan glukosa, yang mana diketahui dapat menghasilkan lemak (Tjitrosomo,

1986).

Penicillium sp mempunyai struktur reproduksi yang sama dengan Aspergillus sp, tetapi

konidiofor Penicillium sp bercabang dan masing-masing menyangga sekumpulan cabang yang

pendek yang membentuk konidium (Dwijoseputro, 1978).

Tjitrosomo, S. S. 1986. Botani Umum. Angkasa. Bandung.Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Gramedia. Jakarta.

Nama Preparat : Fusarium sp.Perbesaran : 10 x 10

Klasifikasi :

Page 2: CAMPURANNNN

Kingdom : FungiPhylum : AscomycotaClassis : AscomycetesOrdo : HypocrealesFamilia : HectariaceaeGenus : FusariumSpesies : Fusarium sp. (Alexopoulus et al., 1996)

Nama Preparat : Aspergillus sp.Perbesaran : 10 x 10

Klasifikasi :Kingdom : FungiPhylum : AscomycotaClassis : AscomycetesOrdo : EurotialesFamilia : TrichocomaceaeGenus : AspergillusSpesies : Aspergillus sp. (Alexopoulus et al., 1996)

Keterangan gambar :1. Konidia2. Sterigma3. Vesikel4. Konidioforsel kaki

Alexopoulos, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology 3rd Edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Alexopoulos, C.J., C.W. Mims, M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4rd Edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Gandjar et.al. (1999) ciri-ciri dari Rhizopus sp. antara lain ; koloni semula berwarna

keputihan kemudian menjadi coklat keabu-abuan.Tinggi bisa mencapai 1mm, sporangiofor

tunggal dan berkelompok dengan dinding halus berwarna subhialin. Sporangia berbentuk bulat

berwarna hitam pada saat matang dengan diameter 100-180 μm. Klamidospora banyak

membentuk rantai pendek terdapat pada daerah hifa dan sporangiofor. Spesies ini memiliki suhu

petumbuhan optimum sekitar 30-350C minimum 120C dan maksimum 420C. Habitat spesies ini

telah diisolasi dari tempe. Kolumela berbentuk bulat, semi bulat atau ovoid dan berdiameter 70-

Page 3: CAMPURANNNN

160 μm. Sporangiospora berbentuk tidak teratur, seringkali poligonal, atau ovoid, bulat, elips dan

memiliki garis pada permukaannya.

Fusarium sp. merupakan jamur dari kelas Ascomycetes dengan ciri khasnya adalah

memiliki ascus. Ascus merupakan sel yang membesar dan di dalamnya membentuk spora yang

disebut dengan ascospora. Mycelium termasuk ke dalam jamur tingkat tinggi dengan cara

hidupnya sebagai saproba dan ada pula yang sebagai parasit (Tjitrosomo, 1986).

Kelas Ascomycetes merupakan sekumpulan jamur yang mempunyai ciri-ciri askokarp

dengan tipe peritecium atau seringkali kleistocium yang mungkin dibentuk dari sebuah stroma

yang terbanam di dalam subiculum atau diistilahkan dengan pengkhususan dari struktur somatik.

Askus berbentuk ovoid sanpai silinder unitunikat, biasanya dibentuk dari hifa askogenus dan

crozier dalam sebuah hymenium. Hamatecium yang mungkin terdiri dari satu atau beberapa hifa

steril dan jaringan pseudoparenkim. Sel dari askospora mempunyai beberapa bentuk. Contoh dari

kelas ini adalah Xilaria sp., jamur ini mempunyai askus dan spora yang merupakan alat

reproduksi. Dinding terlihat jelas dengan adanya leher yang sedikit menonjol pada peritecium,

askus mempunyai rambut-rambut pada ujungnya dan askus ini berwarna gelap (Alexopoulos et

al., 1996).

Gandjar, I, R.A Samson, K.V.D.T Vermeulen, A. Oetari dan I. Santoso. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. UI Press, Jakarta.

.

Penggunaan kriteria yang ditetapkan untuk klasifikasi dan nomenklatur dimaksudkan untuk mengidentifikasi mikoorganisme dengan membanding-bandingkan ciri-ciri yang ada pada satuan yang belum diketahui dengan satuan-satuan yang sudah dikenal. Identifikasi mikroorganisme yang baru diisolasi memerlukan pencirian, deskripsi dan pembandingan yang cukup dengan deskripsi yang telah dipublikasikan untuk jasad renik yang serupa (Pelczar dan Chan, 1986).

Pelczar, M. J. dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid I. UI Press, Jakarta.

Page 4: CAMPURANNNN
Page 5: CAMPURANNNN

Kebanyakan fungi tumbuh dengan baik pada pH 4,5 – 6, tetapi hampir semua spesies

sanggup tumbuh kurang lebih dalam kondisi media lebih asam atau lebih basa (sekitar pH 3 atau

8). Media yang bersifat asam organik (misal asam asetat dan asam laktat) lebih menghambat

pertumbuhan fungi dibandingkan dengan media yang bersifat asam karena asam mineral (misal

hidroklorida, dan asam forofik). Hal ini karena proses penyatuan asam organik dapat

menurunkan pH intraseluler mengikuti translokasi melewati membran plasma fungi. Bentuk ini

merupakan bentuk dasar asam lemah yang mempertahankan penghambatan perusakan makanan

untuk pertumbuhan fungi (Walker, 1998). Pengaruh pH pada fungi secara tidak langsung pada

permukaan dinding sel yaitu, dalam kondisi asam atau basa akan mempengaruhi kondisi dinding

sel karena komponen dinding sel akan rusak dalam kondisi asam atau basa tertentu. Selain itu

juga perubahan pH dapat mempengaruhi pompa proton. Pertumbuhan fungi juga dipengaruhi

faktor lingkungan yang lain seperti suhu, gas dan cahaya (Griffin, 1993).

Griffin, D.H. 1993. Fungal Physiology 2nd edition. Singapore : Willey Liss.

Walker, S.M. 1998. Yeast Physiology and Biotechnology. England : John Willey and Sons.

Cawan pertama : Trichoderma sp.

Klasifikasi menurut Alexopoulus dan Mims (1996) :

Kingdom : Mycetae

Phylum : Amastigomycota

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Moniliaceae

Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma sp.

Trichoderma sp. mempunyai koloni seperti kipas dengan diameter 5 mm dalam

waktu 9 hari, semula berwarna hialin kemudian putih kehijauan, miseliumnya terdiri atas hifa

yang berseptat dan menjalar. Konidiofor mampu bercabang hingga menyerupai piramid pada

bagian bawahnya, fialid tampak langsing, konidia berbentuk semi bulat berdinding halus.

Klamidospora ditemukan pada miselia yang tua, terletak interkalar kadang terminal,

umumnya berbentuk bulat, warna hialin dan halus. Cendawan ini berkembangbiak secara

aseksual menghasilkan spora aseksual, konidia yang akan berkecambah dan selanjutnya

Page 6: CAMPURANNNN

membentuk individu baru. Habitat spesies ini kosmopolit dan dapat diisolasi dari tanah, biji-

bijian, kertas, textil, rhizosfer, kentang, rumput dan kayu. Spesies ini memiliki suhu

pertumbuhan optimum 150-300C. Trichoderma sp. merupakan cendawan selulotik sehingga

memiliki kemampuan mendegradasi selulosa. Trichoderma sp. mempunyai banyak material

untuk menyerang fungi lainnya agar tanaman dan akarnya dapat tumbuh. Beberapa metode

yang dilakukan adalah biokontrol, spesies ini sangat rumit dan harus ada seratus gen terpisah

dan gen yang menghasilkan antibiotik (Alexopoulus dan Mims, 1996).

Page 7: CAMPURANNNN

PENGENALAN JAMUR

Bold, H. C: C. J. Alexopoulus and T. Delevoryas. 1987. Morphology of Plants and Fungi. Harper and Row Publisher, New York.

Bold. 1980. Morphology of Plant and Fungi. Harper and Raw Publisher, New York.

Alexopoulos, C.J and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycology 3rd ed. John Willey and Sons, Inc., New York

Alexopoulos, C.J, and C.W. Mims, M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology 4th ed. John Wiley and Sons, Inc., New York.