33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995 tuberkulosis menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia serta penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programmes, 1997). Menurut laporan WHO (1999), Indonesia merupakan penyumbang penyakit TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000.Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Menurut data yang dirilis Depertemen Kesehatan RI (Depkes RI) pada tahun 2009 prevalensi TB di Indonesia adalah 100 per 100 ribu penduduk dimana 70 persennya adalah usia produktif, angka prevalensi sebesar ini menempatkan Indonesia berada dalam urutan ketiga dengan penderita tuberkulosis terbesar di dunia setelah Cina dan India dengan perkiraan 5.8 % penderita tuberkulosis di dunia. 1

Cara Batuk Dan Meludah Yang Benar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nice

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGTuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT ) tahun 1995 tuberkulosis menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia serta penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi.Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB dengan kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programmes, 1997). Menurut laporan WHO (1999), Indonesia merupakan penyumbang penyakit TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India danCina. Tahun1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000.Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Menurut data yang dirilis Depertemen Kesehatan RI (Depkes RI) pada tahun 2009 prevalensi TB di Indonesia adalah 100 per 100 ribu penduduk dimana 70 persennya adalah usia produktif, angka prevalensi sebesar ini menempatkan Indonesia berada dalam urutan ketiga dengan penderita tuberkulosis terbesar di dunia setelah Cina dan India dengan perkiraan 5.8 % penderita tuberkulosis di dunia.Pada tahun 1993 WHO menetapkan TB paru sebagai The Global Emergency karena sebagian besar negara di dunia penyakit TB tak terkendali. Tahun 1994 Indonesia bekerjasama dengan Badan Kesehatan Dunia, melaksanakan evaluasi bersama (WHO-Indonesia Joint Evaluation) yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan perubahan yang mendasar pada strategi penanggulangan TB Paru di Indonesia yang disebut Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).DOTS ini terdiri dari 1) Komitmen politis dari para pengendali keputusan dan komitmen masyarakat, 2) Deteksi kasus TB di antara orang-orang yang memiliki gejala-gejala melalui pemeriksaan mikroskopis dahak, 3) pengobatan dan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) selama enam hingga delapan bulan pengobatan teratur atau setidaknya saat pengobatan intensif yaitu dua bulan pertama, 4) Jaminan ketersediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus dan jalur distribusinya, 5) Sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan dan evaluasi perkembangan pengobatan.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat seperti pada negara negara yang sedang berkembang, TB terlantar karena tidak memadainya penemuan kasus, kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TBC baik itu cara penularan dan gejala-gejala penyakit TBC, diagnosis dan penyembuhan, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan pandemi HIV.

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai cara penularan penyakit TBC paru merupakan salah satu penyebab susahnya menekan angka kesakitan dan kematian TBC. Penyebaran TB Paru dari penderita terjadi melalui nuklei droplet infeksius yang keluar bersama batuk, bersin dan bicara dengan memproduksi percikan yangsangat kecil berisi kuman TB. Kuman ini melayang-layang di udara yang dihirup oleh penderita lain. Faktor utama dalam perjalanan infeksi adalah kedekatan dan durasi kontak serta derajat infeksius penderita dimana semakin dekat seseorang berada dengan penderita, makin banyak kuman TB yang mungkin akan dihirupnya.

Pada kenyataannya masih banyak ditemukan masyarakat yang batuk tidak sesuai etika dan meludah disembarang tempat. Banyak ditemukan orang-orang yang batuk tanpa menutup mulut, menutup mulut dengan tangan namun setelah itu memegang mata, berjabat tangan dengan orang lain ataupun memegang makanan tanpa mencuci tangan. Hal ini tentu saja dapat menularkan kuman-kuman kepada orang lain disekitarnya. Selain itu masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui gejala-gejala dari penyakit TBC sehingga banyak pasien yang berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit sudah dalam keadaan yang parah, dan telatnya penemuan kasus TBC akan menyebabkan makin banyaknya orang-orang yang berada di sekitarnya tertular infeksi TBC juga. Hal ini tentu saja akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian penyakit TBC. Untuk itu pada mini proyek ini kami akan memberikan penyuluhan tentang cara penularan penyakit TBC, etika batuk dan meludah yang benar, gejala-gejala penyakit TBC kepada kader-kader yang ada di Dusun Pesisir Utara Desa Kilen Sari yang merupakan wilayah dari Puskesmas Panarukan dan membentuk Paguyuban Peduli TB.

Di wilayah kerja Puskesmas Panarukan ditemukan penderita TB BTA + terbanyak terdapat di Desa Kilen Sari dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Berikut ini adalah data pasien TB BTA + di wilayah kerja Puskesmas Panarukan dari tahun 2012 hingga tahun 2014.

Data pasien TB BTA + di Desa Wilayah kerja Puskesmas Panarukan tahun 2012-2014

NODESATAHUN

201220132014

1.Kilen Sari 191915

2.Paowan723

3.Sumber Kolak9713

4.Wringin Anom12412

5.Peleyan1-1

6.Alas Malang1-6

7.Duwet312

8.Gelung734

Jumlah593656

Data pasien TB BTA + di Dusun Desa Kilen Sari tahun 2012-2014NODUSUNTAHUN

201220132014

1.Pesisir 1379

2.Karang Sari451

3.Tanah Anyar141

4.Kilen Selatan121

5.Somangkaan-11

6.Gudang Seng--1

7.Bandengan--1

Jumlah191915

Dilihat dari data diatas, pendataan pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Panarukan yang terbanyak terdapat di Desa Kilen Sari Dusun Pesisir. Yang mana melalui Paguyuban TB ini diharapkan anggota Paguyuban dapat menyebarkan pengetahuan yang telah diberikan kepada masyarakat sekitar sehingga angka kesakitan , kematian , dan penularan TB paru khususnya di Desa Kilensari dapat ditekan.

Tujuan jangka panjang penanggulangan TB paru adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan penyakit TB paru dengan cara memutuskan rantai penularan sehingga penyakit TB tak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tujuan jangka pendek adalah untuk mencapai angka kesembuhan 85% dari penderita baru BTA (+) yang ditimbulkan, tercapainya penemuan penderita secara bertahap hingga mencapai 70%, mencapai angka konversi minimal 80% dan mencegah timbul resistensi obat TB di masyarakat.

1.2 PERNYATAAN MASALAHKurangnya pengetahuan masyarakat di Desa Kilen Sari tentang cara penularan penyakit TBC, etika batuk dan meludah yang benar, dan gejala penyakit TBC.1.3 TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menekan penularan infeksi TB melalui etika batuk dan meludah yang benar.2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan paguyuban TB tentang cara penularan penyakit TBC, etika batuk dan meludah yang benar, dan gejala penyakit TBC.b. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan penyakit TB.

1.4 MANFAAT1. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis paru terutama cara penularan penyakit TBC, etika batuk dan meludah yang benar, dan gejala penyakit TBC dalam upaya menekan angka penularan infeksi TB.2. Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Dan Dinas Kesehatan) Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 TUBERCULOSIS

2.1.1 Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.2.1.2 Etiologi

Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman TB berbentuk batang berukuran sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya sekitar satu sampai empat mikron dan lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Basil TB akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 37C yang sesuai dengan tubuh manusia. Untuk berkembang biak basil ini melakukan pembelahan dirinya, dan dari satu basil membelah menjadi dua dibutuhkan waktu 14 sampai 20 jam lamanya. Jika dilihat dari struktur kimia, basil ini terdiri dari lemak dan protein.

2.1.3 Patofisiologi Tuberkulosis Paru

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan

bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.

TB secara klasik dibagi menjadi primer dan sekunder. TB primer terjadi pada penderita yang sebelumnya belum pernah terpajan dengan M. tuberculosis. TB sekunder terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah tersensitasi oleh M. tuberculosis. Seseorang dengan TB paru aktif yang tidak mendapat terapi, dapat menginfeksi rata-rata 1015 orang per tahun. Kemungkinan penularan ini bergantung pada jumlah droplet yang ditransmisikan, durasi pajanan, serta virulensi dari M. Tuberculosis.2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru

Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), pejamu (host), dan lingkungan (environment).1. Agent

Agent (A) adalah penyebab yang esensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penykit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi. Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembangbiak di dalmnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis termasuk tingkat tinggi.

2. Host

Host atau pejamu adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal dalam kondisi alam (lawan dari percobaan) Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah :

a. Jenis kelamin

Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten, mayoritas penderita tuberkulosis paru adalah wanita. Hal ini masih memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik pada tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh, maupun tingkat molekuler. Untuk sementara, diduga jenis kelamin wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence pada masing-masing wilayah, sebagai dasar pengendalian atau dasar manajemen.

b. Umur

Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru. Risiko untuk mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memliki daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua.c. Kondisi sosial ekonomi

WHO (2003) menyebutkan 90% penderita tuberkulosis paru di dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau miskin.d. Kekebalan

Kekebalan dibagi menjadi dua macam, yaitu : kekebalan alamiah dan buatan. Kekebalan alamiah didapatkan apabila seseorang pernah menderita tuberkulosis paru dan secara alamiah tubuh membentuk antibodi, sedangkan kekebalan buatan diperoleh sewaktu seseorang diberi vaksin BCG (Bacillis Calmette Guerin). Tetapi bila kekebalan tubuh lemah maka kuman tuberkulosis paru akan mudah menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

e. Status gizi

Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh cukup akan berpengaruh pada daya tahan tubuh sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi kuman tuberkulosis paru. Namun apabila keadaan gizi buruk maka akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit ini, karena kekurangan kalori dan protein serta kekurangan zat besi, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru.f. Penyakit infeksi HIV

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sitem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity) sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita tuberkulosis paru akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis paru di masyarakat akan meningkat pula.3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu) baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semu elemen-elemen termasuk host yang lain. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.

2.1.5 Faktor Resiko dan Cara Penularan

2.1.6 Cara Penularan

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.

e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2.1.7 Gejala KlinisGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.Gejala utama:

Batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih

Gejala tambahan: Dahak bercampur darah Batuk darah

Sesak nafas dan nyeri dada

Badan lemah nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam lebih dari sebulan.

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

2.1.8 Diagnosis

2.1.9 Pencegahan TBC

2.2 PAGUYUBAN TBPaguyuban TB adalah suatu perkumpulan yang anggotanya adalah penderita dan mantan penderita TB serta kader-kader yang aktif di masyarakat yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Kegiatan Paguyuban TB tidak hanya terfokus pada masalah kesehatan saja, tetapi juga mencakup masalah social dan ekonomi. Hal ini dikarenakan TB tidak hanya berdampak pada kesehatan penderitanya saja tetapi juga pada kehidupan sosial dan ekonomi.

Kegiatan Paguyuban TB berupa pemeriksaan dan pengobatan rutin yang bertujuan untuk memantau kesehatan penderita/mantan penderita TB meskipun sudah tidak menjalani pengobatan TB. Selain itu Paguyuban TB juga sebagai sarana pembinaan bagi peserta untuk menjadi kader TB. Kader TB sendiri dapat berperan untuk mencari tersangka TB dan memotivasi tersangka untuk memeriksakan diri dan berobat. Selain itu paguyuban TB juga sebagai sarana silaturahmi antar penderita dan mantan penderita TB sehingga bisa memperbaiki kehidupan social pesertanya. Untuk dapat meningkatkan kemandirian peserta, di Paguyuban TB ini juga diadakan pelatihan ketrampilan sehingga secara tidak langsung juga bisa memperbaiki status ekonomi peserta.2.3 ETIKA BATUK DAN MELUDAH YANG BENAR2.3.1 Definisi Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu reflex perlindungan yang primitif untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernafasan.Refleks batuk ini terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat di saluran nafas ataupun di luar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan ujung n. vagus terdapat diantara epitel berambut getar dari faring sampai bronkiolus, hidung, sinus, paranasalis, saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard, dan diafragma.Rangsangan yang dapat mencetuskan batuk antara lain:

Udara dingin

Benda asing seperti debu

Radang/edema mukosa saluran nafas

Tekanan terhadap saluran nafas misalnya tumor

Lendir pada saluran nafas

Kontraksi pada saluran nafas

Batuk ini menjadi tidak fisiologi lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Pada orang-orang yang sakit, batuk dan bersin (yang berulang-ulang) merupakan gejala adanya infeksi kuman (bakteri atau virus) seperti pada penyakit TBC Paru, influenza dan lain-lain yang biasanya disertai keluarnya sekret/cairan tubuh/lendir ataudahak. Para ilmuwan telah menemukan bahwa bila seseorang batuk/bersin, maka dalam sekali batuk/bersin tersebut keluar ribuan percikan dahak berukuran sangat kecil, yang disebut Droplets, ke udara bebas. Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut air borne disease.2.3.2 Etika Batuk

Tidak semua orang batuk dengan cara yang baik dan benar, bahkan ada yang cenderung meremehkan masalah batuk, sehingga dengan seenak sendiri batuk di tempat maupun dalam kondisi yang tidak wajar, berikut beberapa cara bagaiamana supaya batuk tidak menggaanggu orang lain namun tetap dapat dikeluarkan sebagaimana mestinya seperti dalam promkes kemenkes RI 2010. Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling / menjauh sedikit dari orang-orang sekitar. Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan tissue / saputangan atau lengan dalam baju (bukan menutup mulut dengan tangan terkepal). Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau gel pembersih tangan . Bila perlu gunakan masker. Menutup mulut dengan tangan terkepal ketika batuk, adalah salah karena kuman akan menempel pada tangan sehingga dapat menularkan penyakit ketika kita bersalaman dengan orang lain.

Bila pada saat batuk tidak ada saputangan atau kertas tissu, tutuplah dengan lengan atas bagian dalam karena bagian tersebut jarang bersentuhan dengan orang lain.

2.3.3 Manajemen Dahak dan Meludah

Membuang dahak dan ludah tidak di sembarang tempat. Membuang dahak dan ludah di wadah/ kaleng tertutup Kaleng yang tertutup diberi air sebanyak kaleng kemudian ditambah lisol atau bayclin yang berfungsi membunuh kuman Membuang dahak di WC/ kloset kamar mandi dan segera menyiramnya hingga bersih

BAB IIIBENTUK KEGIATAN

NOKEGIATANTUJUANSASARANTANGGALTEMPAT KEGIATANMETODE

1. PERENCANAAN

a. Pendataan penderita dan mantan penderita TBC.

Memperoleh data mengenai jumlah dan sasaran Paguyuban TBC.Kader, Penderita dan mantan penderita TBC03/11/2014

-Pendataan lewat rekam medis

b. Penyusunan kegiatanMerencanakan Kegiatan-03/11/2014-Diskusi

2. PELAKSANAAN

a. Pertemuan Paguyuban TBC

1) Penyuluhan

2) Pelatihan keterampilan

3) Pembagian leaflet, masker

4) Sharing peserta

5) Pemasangan genteng kaca

1) Memberikan info kesehatan kepada peserta.

2) Meningkatkan kemandirian peserta

3) Menurunkan angka penularan TBC

4) Berbagi pengalaman dan motivasi

5) Sebagai cermin rumah sehat dan membunuh kuman TBKader, Penderita dan mantan penderita TBC20/11/2014

&

09/12/2014

20/11/2014

20/11/2014

20/11/2014

22/11/2014

Balai Desa Kilen Sari

Rumah penderita TB Wilayah pesisir utara1) Lisan dg presentasi

2) Pelatihan

dan praktek

3) Membagikan pada peserta

4) Sharing/diskusi

5) Pemasangan Genteng Kaca di rumah Penderita

BAB IV1. PROFIL KOMUNITAS UMUM

Desa Kilensari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo dengan batas wilayah sebelah utara Selat Madura, sebelah selatan Desa Kendit, Kecamatan Kendit, sebelah timur berbatasan dengan Desa Wringin Anom, Kecamatan Panarukan dan di sebelah barat Selat Madura.

2. DATA GEOGRAFIS

Wilayah Desa Kilensari berada pada ketinggian tiga meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 30C. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran rendah seluas 3392 ha yang disertai wilayah pesisir seluas 20 ha dengan curah hujan 3000 mm per tahun.

Wilayah tersebut digunakan paling banyak untuk persawahan seluas 205 ha. Lahan lainnya di gunakan untuk prasarana umum 79 ha, pekarangan 15 ha, permukiman 10 ha, dan perkantoran 5,3 ha.

Gambar peta kilen sari

3. DATA DEMOGRAFIK

Secara administrasi Pemerintahan Desa Kilensari terdiri dari 8 dusun, 16 RW dan 49 RT. Pembagian RT dan RW di Desa Kilensari tergambarkan pada Tabel 2.1. Lembaga pemerintahan Desa Kilensari mempunyai dasar hukum pembentukan pemerintahan yang sah, terdiri dari aparat pemerintahan desa yang berjumlah 25 orang dan perangkat desa yang terdiri dari 14 unit kerja dan dikepalai oleh Kepala Desa. Sedangkan Lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa Kilensari adalah LPMD, PKK, Kelompok Tani dan Nelayan, beberapa kelompok masyarakat seperti remaja masjid, kelompok yasinan, wakik, istighasah, beberapa organisasi masyarakat seperti NU, Muhammadiyah, dan anshar, serta beberapa yayasan.

Adapun jumlah penduduk di Desa Kilensari berdasarkan data tahun 2010 adalah sebanyak 12.282 jiwa terdiri dari 4.535 KK dengan pembagian penduduk laki-laki 6.077 jiwa dan penduduk wanita 6.205 jiwa. Jumlah penduduk yang cukup padat tersebut ditunjang dangan sarana transportasi jalan yang dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat serta sarana transportasi sungai/laut berupa kapal antar pulau.

4. SUMBER DAYA KESEHATAN

Dari segi sumber daya kesehatan, di Desa Kilensari tidak didapatkan tenaga medis Namun, terdapat tenaga paramedis seperti bidan berjumlah 3 orang serta adanya perawat atau mantri kesehatan sebanyak 3 orang, tanpa disertai tenaga laboratorium kesehatan maupun apoteker atau asisten apoteker. Ada beberapa tenaga kesehatan terlatih yang dapat kita jumpai seperti dukun bersalin sebanyak tiga orang dan dukun tenaga pengobatan alternatif sebanyak satu orang.

5. SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA

Di bidang kesehatan, terdapat hanyaFasilitas prasarana dan sarana kesehatan paling banyak di Desa Kilensari berupa Posyandu sebanyak 16 unit. Disamping itu, juga terdapat 3 unit Rumah Bersalin, 2 unit Polindes serta Praktek Dokter dan Poskesdes masing masing 1 unit.BAB VDISKUSI BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanTB masih merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu cara untuk menangani TB adalah dibentuknya Paguyuban TB yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Pentingnya para kader paguyuban TB untuk terus aktif memberikan edukasi pada penderita TB positif khususnya dan masyarakat sekitar yang lain pada umumnya tentang pentingnya Rumah Sehat terhadap pencegahan penyebaran infeksi TB.

Untuk dapat dirasakan manfaatnya, kegiatan Paguyuban TB harus dilaksankan secara rutin dan berkelanjutan. Oleh karena itu kegiatan Paguyuban TB diharapkan dapat terus dilaksanakan rutin tiap bulan dan bentuk kegiatannya semakin beragam. Saran

1. Bagi puskesmas perlu ditingkatkan upaya penjaringan terhadap penderita tuberkulosis paru baik secara aktif di lapangan maupun pasif di tempat pelayanan kesehatan dengan melibatkan langsung bidan desa.

2. Untuk mengurangi resiko penularan tuberkulosis paru , diharapkan masyarakat dapat melaukakan etika batuk dan meludah yang benar.1