Upload
muhammad-ikbal-nur
View
44
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DHF
Citation preview
LAPORAN KASUS
Dengue Hemmoragic Fever
Disusun sebagai salah satu syarat untuk gelar profesi dokter pada Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta
Disusun Oleh :
Venysunny Kusnadi
406148104
Pembimbing :
AKBP dr. Winres Sapto Priambodo, SpA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
PERIODE 18 JANUARI – 25 MARET 20161
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Latifatul Ulya
Umur : 6 tahun 10 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. KH Abdullah RT 4/RW 6 - Demak
Agama : Islam
Suku : Jawa
Ruang : Seruni
Masuk Rumah Sakit : 30 Januari 2016
No.RM : 16-01-127176
Jaminan : BPJS Umum
I. ANAMNESIS (Auto-Alloanamnasis dan catatan medis 1-2-2016 Pukul 12.30
WIB, Bangsal Seruni)
Keluhan utama:
Panas tinggi
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RS Bhayangkara dengan rujukan dari Puskesmas Mranggen.
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi yang sudah terjadi 5 hari SMRS. Demam
dirasakan sepanjang hari. Ibu pasien sudah membawa pasien ke pusat pelayanan
kesehatan, pasien tidak mau minum obat sehingga demam tidak turun. Pasien
mengeluh muntah sebanyak 2x pada 5 hari SMRS, saat ini sudah tidak muntah. Pasien
mengeluh badan terasa lemas, pusing dan seluruh anggota badan terasa nyeri sejak 3
hari SMRS. Ibu pasien mengatakan tetangga dekat rumah banyak yang mengalami
keluhan demam tinggi serupa dengan pasien. Daerah rumah pasien banyak genangan
air. Nafsu makan turun (+), minum (+) sedikit, mimisan (-), gusi berdarah (-), ruam di
kaki (-), tangan (-) dan badan (-), menggigil (-), nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah
2
(-), kembung (+), batuk (-), pilek (-), BAK normal, warna kuning. BAB normal,
konsistensi padat, BAB warna hitam/merah (-), diare (-), riwayat kejang (-).
Riwayat penyakit dahulu:
Typhoid : Disangkal
DBD : Disangkal
Diare : Disangkal
ISPA : Disangkal
Kejang : Disangkal
Alergi : susu sapi
Riwayat penyakit keluarga:
Keluhan serupa : Disangkal
Typhoid : Disangkal
DBD : Disangkal
Diare : Disangkal
ISPA : Disangkal
Kejang : Disangkal
Alergi : Disangkal
TBC : Disangkal
Riwayat Pemeliharaan Perinatal :
Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap
bulan sampai usia kehamilan 43 minggu. Obat–obat yang diminum selama kehamilan
adalah vitamin. Dan tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Kesan : riwayat pemeliharaan perinatal baik hingga 43 minggu kehamilan
Riwayat persalinan ibu:
Pasien merupakan anak perempuan dari ibu yang hamil G7P6A0 dengan usia
kehamilan 43 minggu, lahir secara normal dengan penyulit kelahiran serotinus
dibantu oleh dokter dan bidan, anak lahir langsung menangis, berat badan 3500 gram.
Panjang badan lahir ibu tidak ingat. Setelah lahir, pasien dirawat gabung dengan ibu.
3
Kesan : neonatus post-term.
Riwayat imunisasi :
BCG : 1x (usia 1 bulan)
Hep B : 3x (usia 0, 1, 6 bulan)
Polio : 4x (usia 0, 2, 4, 6 bulan)
DPT : 3x (usia 2, 4, 6 bulan)
Campak : 1x (usia 9 bulan)
Kesan : Imunisasi lengkap sesuai umur dengan jadwal Imunisasi IDAI 2014
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3500 gram. Panjang badan lahir ibu tidak ingat. Berat badan saat ini
15 kg, Tinggi badan saat ini 105 cm.
Perkembangan :
Senyum : 2 bulan Bicara : 10 bulan
Miring : 3 bulan Berjalan : 13 bulan
Tengkurap : 4 bulan Duduk : 7 bulan
Gigi keluar : 6 bulan Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Kesan: Pertumbuhan anak tidak diketahui hasil intrepretasinya dan perkembangan
anak sesuai umur.
Riwayat asupan nutrisi :
- ASI diberikan sejak lahir sampai usia 12 bulan
- Mulai usia 12 bulan, anak diberi bubur saring dan susu formula
- Mulai usia 15 bulan, anak diberi nasi tim
4
- Mulai usia 18 bulan, anak diberi makanan keluarga, nasi dengan lauk
pauk dan sayur yang bervariasi diberikan 3x/hari
Kesan : Kualitas & kuantitas makanan & minuman saat ini baik, ASI eksklusif.
II. PEMERIKSAAN FISIK (1-2-2016 Pukul 12:45)
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
- HR : 92 x/menit (kuat, regular)
- Suhu : 37.5º C
- RR : 24 x/menit (regular)
Data antropometri :
- Berat badan : 15 kg
- Tinggi Badan : 105 cm
- Status gizi : gizi kurang
Pemeriksaan Sistem
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil bulat, isokor, cekung -/-, diameter 3mm/ 3mm,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedema
palpebral (-/-)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Telinga : Bentuk normal, tanda peradangan (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), Bibir sianosis (-), Mukosa Hiperemis (+),
lidah kotor (-)
Tenggorok : T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (-),
kripta melebar (-), detritus (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
5
Axilla : Tidak teraba pembesaran KGB
Thorax : simetris dan datar.
Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial dari
midclavicula line sinistra
o Perkusi : Batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
Batas jantung kanan ICS VI sternal line dextra
Batas jantung atas ICS III parasternal line sinistra
o Auskultasi : BJ I - II (N), regular, murmur (-), gallop (-).
Paru – paru
o Inspeksi : Gerakan simetris dalam keadaan statis dan dinamis
simetris, retraksi suprasternal (-), epigastrium (-),
intercostalis (-)
o Palpasi : Stem fremitus dextra et sinistra sama kuat
o Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : Datar
o Auskultasi : Bising Usus (+) 12 x/ menit, peristaltik normal
o Perkusi : ditemukan ukuran hepar membesar, terdengar
perubahan suara pekak-timpani 3 cm dari costa terakhir kanan dan
kiri
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada kuadaran abdomen
kanan atas, konsistensi hepar kenyal, tepi hepar tajam, tidak
teraba nodul/massa
Ekstremitas :
6
Akral hangat (+), oedema (-), CRT < 2 detik, petechie spontan (-), Rumple
leed : (+)
Kulit : turgor baik
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Px. Darah 30-01-2016
(5)
31-01-2016
(6)
01-02-2016
(7)
Angka normal
Hematokrit (%) 32.8 35.3 34.7 37 – 43 %
MCV 70.1 70.6 71.3 80 – 97 μm3
MCH 23.1 23.0 23.2 26.5 - 33.5 pg
MCHC 32.9 32.6 32.6 31.5 – 35.0 g/dl
RDW 14.0 14.3 14.4 10.0 – 15.0 %
MPV 9.3 11.0 9.4 6.5 – 11.0 μm3
PDW 15.3 19.9 16.6 10.0 – 18.0 %
Hemoglobin (g/dL) 10.8 11.5 11.3 11.5 – 16.5 g/dL
Eritrosit 4.68 5.00 4.87 4.0 – 5.0 juta/mm3
Trombosit (/uL) 61.000 69.000 79.000 150.000 – 400.000/mm3
Leukosit (/uL) 4.700 3.800 4.600 4.000 – 11.000/mm3
IV. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 6 tahun 10 bulan, Berat badan 15 kg, Tinggi badan 105 cm.
7
Intepretasi Tinggi-Umur: berada diantara -2 dan -3, maka pasien digolongkan dalam
kelompok perawakan pendek.
Intepretasi Berat-Umur: berada diantara -2 dan -3, maka pasien digolongkan dalam
kelompok gizi kurang.
8
Intepretasi BMI-umur: berada di dibawah angka 0 dan diatas -2, maka pasien masuk dalam
kelompok gizi baik.
Z-Score Indikator
Pertumbuhan
Panjang/tinggi
terhadap umur
Berat terhadap
umur
IMT/U Berat terhadap
panjang/tinggi
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas Obesitas
Di atas 2Lihat catatan 2
Overweight Overweight (gizi
lebih)
Di atas 1 Beresiko gizi
lebih (lihat
catatan 3)
Beresiko gizi lebih
(lihat catatan 3)
0 (median)
Di bawah -1
Di bawah -2 Perawakan pendek
(lihat catatan 4)
Gizi kurang Kurus Kurus
Di bawah -3 Perawakan sangat Gizi buruk (lihat Sangat kurus Sangat kurus9
pendek/kerdil (lihat
catatan 4)
catatan 5)
Catatan :
1. Fisik yang tinggi jarang menimbulkan masalah. Masalah timbul apabila seseorang
terlalu tinggi dan keadaaan klinis menunjukkan adanya gangguan sistem endokrin,
seperti tumor penghasil hormon pertumbuhan. Sebaiknya anak dirujuk apabila
terdapat kecurigaan kelainan endokrin.
2. Anak yang berat untuk usianya jatuh pada rentang ini mungkin memiliki gangguan
pertumbuhan, namun sebaiknya gangguan ini lebih dalam dikaji dengan bantuan
kurva berat badan-panjang badan atau IMT-usia.
3. Titik yang diplot di atas 1 menunjukkan resiko. Tren kea rah garis Z 2 merupakan
resiko.
4. Mungkin saja anak yang stuned menjadi overweight.
5. Ini disebut sebagai very low weight dalam pelatihan IMCI (Integrated Management
of Childhood Illness, In-service training, WHO, Geneva, 1997).
Kesan : Status gizi berdasarkan berat-umur pasien termasuk dalam status gizi
kurang. Berdasarkan tinggi-umur termasuk dalam perawakan pendek. IMT-umur,
pasien dalam status gizi baik. Dapat disimpulkan pasien mengalami malnutrisi
kronis.
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 6 tahun 10 bulan, berat badan 15 kg,
dan tinggi badan 105 cm dengan keluhan panas tinggi 5 hari SMRS. Pasien mengeluh
muntah sebanyak 2x pada 5 hari SMRS. Pasien mengeluh badan terasa lemas, pusing
dan seluruh anggota badan terasa nyeri sejak 3 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan
tetangga dekat rumah banyak yang mengalami keluhan demam tinggi serupa dengan
pasien. Daerah rumah pasien banyak genangan air. Pasien mengeluh nafsu makan
menurun, lemas (+), mual (+), nyeri di bagian perut (+), kembung (+). Riwayat
mimisan (-), gusi berdarah (-), ruam di kaki tangan dan badan (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Test Rumple Leed (+), pada abdomen ditemukan
nyeri tekan pada kuadran kanan atas, teraba batas bawah hepar 3 cm dari costa 10
terakhir kanan dan kiri, konsistensi hepar kenyal, tepi tajam, tidak teraba massa/nodul.
Pada ekstremitas ditemukan patekie post pemeriksaan rumple leed pada lengan kanan
atas, akral hangat pada keempat ekstremitas. Status gizi pasien adalah gizi kurang
(BB= 15kg, TB= 105cm).
VI. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding demam 5 hari:
o Demam Dengue
o Demam Berdarah Dengue
o Dengue Shock Syndrome
o Influenza
o Campak
o Cikungunyah
o Malaria
o Leptospirosis
Diagnosa gizi kurang-perawakan pendek:
o Genetik
o Kurang gizi kronis / malnutrisi kronis
VII. DIAGNOSIS KERJA
Demam Berdarah Dengue Grade 1
Gizi kurang
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Infus Kaen 3B
o 15kg = {[(10x100) + (5x50)] : 24} : 4 = 13.02 12 atau 16 tpm
- Ondansentron Inj. 3 x 1.5 mg
o 15 kg = 15 x 0.1 mg = 1.5 mg
- Paracetamol syr 3 x 1 ½ cth p.r.n demam
o 15 kg = 15 x 10mg= 150mg : 125mg/1 sendok teh = 1 1/5 sendok the
1 ½ sendok teh
11
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Banyak minum susu, air putih, jus
- Diet lunak bergizi
- Jika pasien mengeluh sesak, kasur ditinggikan dan pemberian O2 nasal 2L/jam
IX. SARAN PEMERIKSAAN SELANJUTNYA :
Demam Berdarah Dengue grade 1:
o Pemeriksaan Thorax posisi RLD jika curiga DSS
o Pemeriksaan kadar protein plasma kebocoran plasma
o Uji serologi
Gizi kurang:
o Bone Age
o Foto thorax paru
o Uji faal hati
o EKG
X. EVALUASI
- Keadaan umum dan tanda – tanda vital
- Memantau akral, perdarahan spontan
- Awasi timbulnya komplikasi
XI. KOMPLIKASI
- Perdarahan spontan
- Syok hipovolemik
- Efusi pleura
- Ensefalopati dengue edema otak dan alkalosis
- Kelainan ginjal
- Edema paru
XII. EDUKASI
12
Melaporkan kejadian demam berdarah ini ke sekolah anak, ketua RT, lingkungan
sekitar agar dilakukan fogging pada lingkungan sekitar.
Melakukan usaha pencegahan untuk terjadi demam berdarah di lingkungan
sekitar, usaha dilakukan dengan melakukan 3M plus (mengubur, menutup,
menguras, hidnari gigitan nyamuk, tidur menggunakan kelambu dan memakai
obat nyamuk)
Jika anak sudah dalam kondisi sehat, ibu harus memotivasi anak untuk banyak
makan terutama makanan yang mengandung lemak tinggi seperti menambahkan
margarine/minyak goreng pada makanan yang akan dimakan anak.
Menganjurkan ibu memberikan makanan yang bervariasi agar anak tertarik untuk
makan.
Memberikan supplement / vitamin untuk menambah nafsu makan anak.
XIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
13
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal
Jam
31-01-2016
06.00 WIB
01-02-2016
06.00 WIB
02-02-2016
06.00 WIB
Keluhan Demam (-), mual (+),
muntah (-), batuk (+)
dahak, pilek (-), nyeri
perut (-), BAB (-)
terakhir kemarin siang,
BAK (+) N, kembung
(+)
Demam (-), mual (+),
muntah (-), batuk (+)
dahak, pilek (-),
nyeri perut (-), BAB
(+), BAK (+) N,
kembung (+)
Demam (-), mual
(-), muntah (-),
batuk (+) dahak,
pilek (-), nyeri perut
(-), BAB (-), BAK
(+) N, kembung (-)
KU/KES TSR/CM TSR/CM TSR/CM
TTV:
RR
HR
S
18x/menit
98x/menit, kuat
36.1 C
22x/menit
84x/menit, kuat
36.0 C
19x/menit
98x/menit, kuat
36.0 C
Kepala Dbn Dbn Dbn
Kulit Dbn Dbn Dbn
Mata Dbn Dbn Dbn
Telinga Dbn Dbn Dbn
Hidung Dbn Dbn Dbn
Mulut Dbn dbn dbn
Thorax :
C/P dbn dbn dbn
Abdomen Ukuran hepar 3 cm
dibawah costa terakhir.
Nyeri tekan (+) pada
kuadaran abdomen
kanan atas, konsistensi
hepar kenyal, tepi hepar
Ukuran hepar 3 cm
dibawah costa
terakhir.
Nyeri tekan (+) pada
kuadaran abdomen
kanan atas,
Ukuran hepar 3 cm
dibawah costa
terakhir.
Nyeri tekan (-) pada
kuadaran abdomen
kanan atas,
14
tajam, tidak teraba
nodul/massa
konsistensi hepar
kenyal, tepi hepar
tajam, tidak teraba
nodul/massa
konsistensi hepar
kenyal, tepi hepar
tajam, tidak teraba
nodul/massa
Ekstremitas Akral hangat (++++)
Patekir (----)
Akral hangat (++++)
Patekie (+) post
pemeriksaan rumple
leed pada lengan
kanan atas
Akral hangat (++++)
Patekie (+) post
pemeriksaan rumple
leed pada lengan
kanan atas
15
TINJAUAN PUSTAKA
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER
Definisi dan Epidemiologi
Infeksi virus dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam
grup arbovirus, yang mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
penyakit yang paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), demam dengue, demam
berdarah dengue (DBD) sampai demam berdarah dengue disertai syok (dengue shock
syndrome = DSS). Indonesia termasuk negara endemis dengue, morbiditas dan mortalitas
dipengaruhi oleh usia, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dan kondisi iklim.
Pada pasien, ditemukan infeksi virus dengue dengan manisfestasi demam berdarah
dengue.
Etiologi
Virus dengue termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavivirus, yang mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4. Seluruh serotipe beredar di Indonesia, dengan serotipe DEN-3 yang paling
dominan dan ditemukan pada kasus dengue dengan masa inkubasi sekitar 4-10 hari.
Pada pasien belum dapat diketahui dengan pasti jenis virus yang menyebabkan
infeksi. Jika berdasarkan studi epidemiologi, maka kemungkinan yang menyebabkan infeksi
ialah virus serotipe DEN-3. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan serologi lebih
lanjut.
Patofisiologi
Sebagian besar sarjana masih menganut The secondary heterolous infection hypothesis atau
the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa infeksi dengue dapat terjadi
apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua
dengan virus dengua serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.
Teori patogeneis yang lain adalah adalah The immunological enchancement
hypothesis. Dasar utama hipotesis ini adalah meningkatnya reaksi imunologis oleh karena
terbentuk antibodi non-neutralisasi yang dibentuk pada infeksi primer dan akan
16
menyebabkan terbentuknya komplek imun pada infeksi sekunder dengan akibat memacu
replikasi virus.
Teori ini pula yang mendasari pendapat bahwa infeksi sekunder virus dengue oleh
serotipe yang berbeda cenderung menyebabkan manifestasi klinis yang berat. Namun
penelitian akhir-akhir ini berbeda, karena tidak semua infeksi sekunder lebih berat dari
infeksi primer, karena infeksi primer pun dapat menjadi berat jika IgM spesifik sangat
rendah, sehingga eliminasi virus tidak mencukupi.
Teori lain adalah aktifasi limfosit T. Akibat rangsangan pada monosit yang terinfeksi
virus dengue, limfosit mengeluarkan interferon (IFN-α dan γ) yang menyebabkan kebocoran
plasma.
Pada pasien tidak diketahui sifat dari infeksi yang dialami. Untuk memastikan ini
merupakan kondisi infeksi primer atau sekunder perlu dilakukan pemeriksan serologi. Jika
berdasarkan manifestasi klnik yang timbul, sulit dipastikan apakah pasien dalam kondisi
infeksi primer atau sekunder karena berdasarkan salah satu teori menyebutkan terkadang
infeksi primer dapat menyebabkan manisfestasi klinik yang berarti.
Patogenesis
Virus dengue ditransmisi melalui nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Vektor
tersebut meluas di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia. Virus dengue
masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam
darah sejak fase akut/fase demam hingga klinis demam menghilang.
Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam
(febrile), fase kritis, fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada demam hari ke-1
hingga 3, fase kritis terjadi pada demam hari ke-3 hingga 7 dan fase penyembuhan terjadi
setelah demam hari ke-6 hingga 7. Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika
perubahan tanda gejala klinis pada pasien dengan infeksi dmeam berdarah dengue (DBD).
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7
hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu, tidak mau makan dan
muntah. Selain itu, pada anak lebih sering terjadi gejala facial flush, radang faring serta
pilek.
Pada DBD, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan
kebocoran plasma ke jaringan, sedangkan pada demam dengue tidak terjadi hal ini. Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan syok hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan 17
terjadi pada fase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang menjadi alasan
mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam.
Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks dari sistem
imun: monosit dan sel T, sistem komplemen, serta produk mediator inflasmasi dan sitokin
lainnya. Trombositopenia pun terjadi akibat beberapa mekanisme yang kompleks, seperti
gangguan megakariositopoiesis (akibat infeksi sel hematopoietik), serta peningkatan
destruksi dan konsumsi trombosit.
Pada kasus DBD, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering
ditemukan. Manifestasi perdarahan yang paling dijumpai pada anak ialah perdarahan kulit
(petekie) dan mimisan (epistaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut diwaspadai, antara
lain melena, hematemesis dan hematuria. Pada kasus tanpa perdarahan spontan maka dapat
dilakukan uji torniquet.
Kebocoran plasma secara masif akan menyebabkan pasien mengalami syok
hipovolemik. Kondisi ini disebut sindrom syok dengue (SSD).
Pada pasien infeksi diperoleh dari gigitan nyamuk disekitar lingkungan rumah.
Berdasarkan fase perjalanan pernyakit, kondisi pasien saat ini dalam fase penyembuhan
(hari ke 6-7). Pada awal infeksi, pada pasien ditemukan tanda infeksi yaitu demam tinggi 2-
7 hari, dengan gejala konstitusional yaitu muntah, tidak makan, mual. Kebocoran plasma
pada pasien tidak mengakibatkan syok hipovolemik ataupun syok lainnya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan hepatomegali dan perdarahan minimal ditemukan dengan
pemeriksaan rumple leed.
Manifestasi Klinik
Spektrum klinis bervariasi mulai dari “undifferentiated febrile illness” yang ringan, demam
dengue (dengue fever) dan demam berdarah dengue (DBD/dengue hemorrhagic fever)
termasuk sindroma syok dengue (DSS/dengue shock syndrome).
Demam Dengue (Dengue Fever)
Gejala demam tingi mendadak, kadang-kadang bifasik (sadle back fever), nyeri kepala,
nyeri otot, sendi dan tulang belakang, nyeri belakang bola mata, mual, muntah, dan
timbulnya ruam. Ruam berbentuk makulopapular yang biasa timbul pada awal penyakit (1-2
hari), kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul kembali ruam merah halus
pada hari ke 6 dan 7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan disertai halo putih dan
terasa gatal (convelescent rash).18
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever)
Patokan diagnosis DBD berdasarkan gejala klinis (WHO, 1997):
Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
1. Manifestasi perdarahan, minimal uji torniquet positif dan salah satu bentuk
perdarahan lain (petekir, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi),
hematemesis dan atau melena.
2. Pembesaran hati
3. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (≤ 20
mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik ≤ 80 mmHg) disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah dan timbul sianosis disekitar mulut.
Klasifikasi Derajat Infeksi Dengue (WHO, 2011)
Grade Tanda dan gejala Pemeriksaan Laboratorium
Demam dengue
Demam dengan minimal dua kriteria berikut:
Nyeri kepala Nyeri retroorbita Mialgia Arthralgia/nyeri tulang Ruam (rash) Manifestasi perdarahan Tidak ada bukti kebocoran
plasma
Leukopenia (≤ 5000/mm3) Trombositopenia (<
150.000/mm3) Peningkatan hematokrit (5-
10%) Tidak ada bukti
kebocoran plasma
Demam berdarah dengue
I Demam dan manifestasi perdarahan (uji torniket positif) dan adanya bukti kebocoran plasma
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit ≥ 20%
Demam berdarah dengue
II Sama seperti Grade I, ditambah adanya perdarahan spontan
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit ≥ 20%
Demam berdarah dengue
III Sama seperti Grade I dan II ditambah tanda kegagalan sirkulasi: nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, tampak lemas
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit ≥ 20%
Demam berdarah dengue
IV Sama sepreti Grade III, ditambah bukti nyata adanya syok dengan tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak teraba
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Peningkatan hematokrit ≥
19
20%Demam berdarah dengue derajat III-IV disebut juga Sindrom Renjatan Dengue (Dengue Shock Syndrome)
Pemeriksaan Penunjang
1. Trombositopeni ( < 100.000/μL) hari ke 3-7
2. Hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan nilai hematokrit pada masa
sebelum sakit atau masa konvalesen ( >20% dari nilai awal atau rata-rata populasi)
mulai menurun pada hari ke-3 bersamaan dengan leukopenia/leukosit tetap dalam
batas normal.
3. Pada pemeriksaan jenis leukosit, ditemukan limfositosis (peningkatan 15%), ditandai
dengan adanya limfosit atipik
4. Uji serologi: uji hemaglutinasi inhbisi dilakukan saat fase akut dan fase konvalesens.
Infeksi primer: titer serum akur < 1:20 dan serum konvalesens naik 4x atau
lebih tetapi tidak melebihi 1:1280
Infeksi sekunder: titer serum akut < 1:20 dan serum konvalensens 1:2560;
atau serum akut 1:20 dan konvalesens naik 4x atau lebih.
Tersangka infeksi sekunder yang baru terjadi: titer serum akut 1:1280, serum
konvalesens dapat lebih besar atau sama.
5. Petanda kebocoran plasma selain dengan hemokonsentrasi:
Pemeriksaan radiologis foto dada Right Lateral Decubitus maka akan
didapatkan kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama hilus
kanan, hemithorax kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah
diafragma kanan lebih tinggi daripada kiri dan efusi pleura yang dapat
diukuran dengan presentase.
Pemeriksaan protein plasma. Akan didaparkan kadar protein plasma yang
menurun.
Pada pasien ditemukan tanda gejala memenuhi kriteria demam dengue yaitu mialgia,
arthralgia, nyeri kepala. Kemudian ditambah dengan perdarahan (+) minimal dengan rumple
leed test, maka secara klinis pasien masuk dalam demam berdarah dengue grade 1. Dengan
pemeriksaan laboratorium, ditemukan trombosit 61.000 mm3 maka pasien termasuk dalam
demam berdarah dengue grade 1. Hasil hematokrit 32.8% menggambarkan kondisi pasien
sudah dalam fase penyembuhan, hematokrit dalam range normal mewakili kondisi pasien
20
sudah mengalami repooling pembuluh darah/kebocoran plasma sudah mulai mengalami
perbaikan. Untuk pemeriksaan penunjang lainnya tidak dilakukan pada pasien akrena
kondisi pasien sudah mengalami perbaikan.
Diagnosa Banding
Penyakit dengan gejala demam akut lainnya, seperti:
Demam dengue
Demam berdarah dengue
Dengue Shock Syndrome
Demam tifoid
Campak
Influenza
Malaria
Chikungunya
Leptospirosis
Pada pasien diagnosa banding dapat disingkirkan dengan kondisi klinis dan
pemeriksaan penunjang. Dimana yang menjadi diagnosa banding pada pasien ialah demam
dengue, demam berdarah dengue, DSS, campak, chikungunya, malaria, leptospirosis.
Demam dengue dapat disingkirkan karena hasil menunjukan trombosit < 100.000; demam
berdarah dengue menjadi pertimbangan karena tanda gejala dan lab pasien memeuhi kriteria
demam berdarah; DSS dapat disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda
shock. Campak, chikungunya, malaria, leptospirosis disingkirkan karena hasil lab pasien
menunjukan trombosiopenia dan cenderung mengalami penurunan jumlah leukosit,
sedangkan pada lainnya trombosit dapat normal dengan leukositosis/normal/leukositopenia.
Penatalaksanaan
Berdasarkan rekomendasi WHO 2011, prinsip umum terapi dengue ialah sebagai berikut:
1. Pemberian cairan kristaloid isotonik selama periode kritis, kecuali pada bayi usia <6
bulan yang disarankan menggunakan NaCl 0,45%
2. Penggunaan cairan koloid hiperonkotik, misalnya dekstran 40, dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan kebocoran plasma yang berat dan tidak ada
perbaikan yang adekuat setelah pemberian kristaloid
21
3. Jumlah cairan yang diberikan seesuai dengan kebutuhan rumatan(maintenance)
ditambah 5% untuk dehidrasi. Jumlah tersebut hanya untuk menjaga agar volume
intravaskular dan sirkulasi tetap adekuat
4. Durasi pemberian terapi cairan intravena tidak boleh melebihi 24-48 jam pada kasus
syok. Pada kasus tanpa syok, durasi terapi tidak lebih dari 60-72 jam
5. Pada pasien obesitas, perhitungan volume cairan sebaiknya menggunakan berat
badan ideal
6. Pemberian cairan selalu disesuaikan dengan konidsi klinis. Kebutuhan cairan
intravena pada anak berbeda dengan dewasa
7. Pemberian transfusi trombosit tidak direkomendasikan pada anak.
Laju Pemberian Infus pada Anak (WHO, 2011)
Laju pada anak
(ml/KgBB/jam)
Laju pada
dewasa (ml/jam)
Setengah rumatan 1.5 40-50
Rumatan 3 80-100
Rumatan + defisit 5% 5 100-120
Rumataan + defisit 7% 7 120-150
Rumatan + defisit 10% 10 300-500
Demam Dengue dan DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa:
Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian paracetamol bukan aspirin
Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang diperlukan (misalnya antacid, anti
emetik) untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat perdarahan
saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan.
Suportif:
Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
22
Kunci keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan dari
fase demam ke fase syok disebut time of fever deffervesence dengan baik.
Cairan intravena diperlukan apabila:
o Anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi, dehidrasi
dapat mempercepat syok
o Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IV)
Penggantian volume plasma segera, cairan intravena larutan kristaloid dan atau
koloid 10-20 ml/kgBB, secara bolus diberikan dalam waktu secepatnya (10 menit).
Apabila syok belum teratasi diulang kristaloid dan atau koloid 20
ml/kgBB/secepatnya (10 menit).
Jika teratasi pemberian cairan kristaloid diberikan 10 ml/kgBB/jam selama 4 jam.
Lalu volume cairan diturunkan menjadi 7 ml/kgBB/jam dan selanjutnya 5ml dan 3
ml apabila tanda vital baik.
Jumlah urine 1ml/kgBB/jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik.
Pada umumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi.
Oksigen 2-4L/menit pada DBD syok.
Pada pasien, terapi yang diberikan adalah cairan infus sebanyak 12-16 tpm, injeksi
ondansentron 1.5mg dan paracetamol syr 1 ½ sendok teh. Berdasarkan teori, maka terapi
yang diberikan sudah sesuai dengan standart terapi, dimana tidak memberikan obat-obatan
secara berlebihan, yang memperberat kerja hepar. Pemberian cairan infus dikarenakan
pasien malas minum sehingga harus dibantu dengan cairan infus. Pertimbangan pemberian
ondansentron injeksi adalah keluhan mual pasien yang membuat pasien tidak mau makan.
Paracetamol sirup diberikan kepada pasien karena demam yang dikeluhkan.
Komplikasi
Perdarahan spontan Syok hipovolemik
Efusi pleura, edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan
Ensefalopati dengue: edema otak dan alkalosis. Dapat terjadi baik pada syok maupun
tana syok.
Kelainan ginjal: akibat syok berkepanjangan.
Pada pasien tidak ditemukan komplikasi akibat infeksi virus ini.d
DAFTAR PUSTAKA23
1. Chris Tanto, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
2. Dadiyanti, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang: Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011.
3. World Health Organization (WHO). Comprehensive guidelines for prevention and
control dengue haemorragic fever. India: WHO; 2011.
24