Upload
putrirenoindrisia
View
12
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diare akut pada anak
Citation preview
Case Report Session Rotasi II
DIARE PADA ANAK
Oleh:
Putri Reno Indrisia 0910312141
Preseptor:
dr. Amira Zatil Izzah. Sp.A, M. Biomed
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ALAI
PADANG
2015
0
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga kali
atau lebih dalam satu hari.Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4kali, sedangkan untuk bayi berumur
lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.Klasifikasi diare ke
dalam jenis akut dan kronis bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling
sedikit 14 hari untuk dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare
yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan
kebanyakan kurang dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair
yang sering tanpa darah.1,2
1.2 Epidemiologi
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis
masih merupakan masalah kesehatan utama.Di dunia, diare menyebabkan
kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare akut.Di
Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000-250.000 setahun, 80%
diantaranya disebabkan oleh diare akut.1,2
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insuden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa
diberikan makanan pendamping.1
1.3 Klasifikasi
Secara klinis diare dapat dibedakan menjadi 3 yaitu2 :
1. Diare akut yaitu diare yang terjadi mendadak pada anak yang sebelumnya
sehat, berlangsung kurang dari 2 minggu.
2. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja.
3. Diare persisten yaitu diare yang terjadi lebih dari 14 hari yang merupakan
kelanjutan dari diare akut.
1.4 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4
1. Infeksi
1
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai
mikroba diantaranya:
o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus. Virus merupakan
penyeba tersering diare apada anak.
o Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio cholera,
Campilobacter jejuni.
o Parasit : protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli), cacing ( Ascaris, Trichuris, Strongiloides ) dan
jamur ( Candida ).
2. Faktor malabsorpsi : Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan : Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap
makanan tertentu.
4. Imunodefisiensi
5. Faktor psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat
menimbulkan diare pada anak yang lebih besar.
1.5 Patogenesis1,4,5,6
1. Virus
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dalam
epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan
vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi
dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase,
menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida terutama laktosa.
Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya
menjadi matang.
2. Bakteri
Penempelan di mukosa
2
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk
menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.
Toksin yang menyebabkan sekresi
Beberapa bakteri lain seperti V.cholerae mengeluarkan toksin yang
menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorpsi natrium
melalui vili dan meningkatkan sekresi klorida dari kripta, yang
menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang
sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa
Shigella dapat menyebabkan diare berdarah (disenteri) melalui
invasi dan perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan
kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.Shigellosis menimbulkan tanda radang akut
meliputi nyeri perut, demam, kejang, letargis dan prolas rektum.
Infeksi virus dan bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya
diare karena tubuh mempunyai mekanisme pertahanan tubuh. Jika bahan-bahan
yang berbahaya dapat menembus barier mekanisme daya tahan tubuh dan dapat
masuk ke dalam sirkulasi sistemik, maka akan terjadi berbagai reaksi.
1. 6 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu
diare osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.7
3
1.7 Manifestasi Klinis
Awalnya bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir atau darah. Warna tinja dapat berubah jadi
kehijau-hijauan yang disebabkan bercampurnya tinja dengan empedu. Anus dan
sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit terjadilah
gejala dehidrasi. Tanda-tanda klinis yang timbul apabila penderita jatuh ke dalam
dehidrasi adalah : rasa haus, elastisitas ( turgor dan tonus ) kulit menurun, bibir
dan mukosa kering, mata cekung, air mata tidak keluar, ubun-ubun besar cekung,
oliguri, bahkan dapat anuria, tekanan darah rendah, takikardia, kesadaran
menurun. 1
Menurut banyaknya cairan yang hilang, diare dibagi atas : 1,6
1. Diare tanpa dehidrasi
Penderita yang tanpa tanda dehidrasi juga mengalami defisit cairan, tetapi
hanya kurang dari 5 % BB.
2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi ringan-sedang terjadi kehilangan cairan 5-10 % BB. Dehidrasi
ringan kehilangan cairan sekitar 5-6%, biasanya ditandai dengan meningkatnya
rasa haus dan gelisah. Turgor kulit mungkin sedikit berkurang. Gejala lain yang
berhubungan dengan dehidrasi mungkin tidak ada. Diare dengan dehidrasi sedang
kehilangan cairan sekitar 7-10 % BB, menyebabkan anak menjadi gelisah atau
rewel. Matanya agak cekung serta mulut dan lidah kering. Ada peningkatan rasa
haus, anak akan minum dengan lahap bila ditawarkan minuman. Cubitan kulit
kembali agak lambat. Nadi radialis teraba tetapi cepat, dan ubun-ubun kecil pada
bayi lebih cekung pada biasanya.
3. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita dengan dehidrasi berat mempunyai defisit cairan sama dengan
atau lebih dari 10 % BB. Biasanya terdapat letargis, stupor atau bahkan koma.
Mata sangat cekung, tanpa air mata, mulut dan lidah sangat kering, pernafasan
cepat dan dalam. Bila kesadarannya menurun, penderita mungkin minum hanya
sedikit sekali atau tidak sama sekali. Cubitan kulit kembali sangat lambat (> 2
4
detik). Nadi femoral sangat cepat dan nadi radialis mungkin sangat cepat dan tidak
teraba. Pada bayi, ubun-ubun kecil sangat cekung. Penderita mungkin tidak
kencing selama 6 jam atau lebih. Bila ada syok hipovolemik, tekanan darah
sistolik rendah atau tidak teraba, lengan dan kaki dingin, kuku mungkin biru.
1.8 Diagnosis1
Berdasarkan definisi diare akut, diagnosis ditegakkan jika terdapat buang
air besar encer dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Jika disertai buang air besar
disertai darah maka didiagnosis dengan disenteri. Pada pasien diare harus
ditentukan apakah tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi serta derajat
dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi :
Penilaian A B C
Lihat : Keadaan umum
Mata Air mata Mulut dan lidahRasa haus
Baik, sadar
NormalAdaBasahMinum biasa, tidak haus
Gelisah, rewel *
CekungTidak adaKeringHaus, ingin minum banyak *
Lesu, lunglai, atau tidak sadar *
Sangat cekung dan keringTidak adaSangat keringMalas minum atau tidak bisa minum *
Periksaturgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*
Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI
DEHIDRASI RINGAN/SEDANGBila ada 1 tanda * + 1 atau lebih tanda lain
DEHIDRASI BERATBila ada 1tanda * + 1 atau lebih tanda lain
Terapi Rencana A Rencana B Rencana C
1.9 Pemeriksaan laboratorium2
1. Pemeriksaan tinja
a. Maskroskopis dan miskroskopis
b Biakan kuman dan tes resistensi terhadap antibiotika
c. PH
2. Pemeriksaan darah
a. Darah rutin
b. Elektrolit
c. Analisa gas darah
5
1.10 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4
- Mencegah dehidrasi
- Rehidrasi
- Meneruskan makan dan ASI
Tujuan penatalaksanaan diare adalah untuk mengkoreksi
kekurangan cairan elektrolit secara cepat dan kemudian mengganti cairan
tubuh yang hilang sampai diarenya berhenti. Pengganti cairan dapat secara
oral atau intravena untuk penderita dengan dehidrasi berat.
Pemberian Cairan
1. Diare akut tanpa dehidrasi ( rencana terapi A )
Mengganti cairan yang keluar sesegera mungkin dengan minum
lebih banyak dari yang keluar. Cara minum sedikit demi sedikit, diberikan
dengan sendok dalam posisi anak dudu atau setengah duduk. Cairan yang
dapat diberikan adalah oralit, cairan rumah tangga lain seperti larutan gula,
garam, air tajin. Penanganan diare akut tanpa dehidrasi sebagai berikut ;
a. Pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi
Pemberian cairan : 10 cc/kg BB / BAB encer atau muntah, atau :
Umur < 12 bulan : 50 – 100 ml setiap mencret
Umur 1 – 5 tahun : 100 – 200 ml tiap mencret
Umur > 5 tahun : 200 – 300 ml tiap mencret
b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi
Anak tetap diberikan makan dengan prinsip mudah dicerna dan mudah
diserap, tidak berserat dan tidak merangsang, diberikan dengan porsi
kecil dengan frekuensi sesering mungkin.
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan- sedang ( rencana terapi B )
- Upaya rehidrasi :
Cairan oralit 75 mg/kg BB dalam 3 jam pertama, setelah 3 – 4 jam
nilai kembali dengan menggunakan bagian penilaian, kemudian pilih
rencana terapi A,B,C untuk melanjutkan pengobatan. Dapat juga
diberikan berdasarkan umur, jika berat badan tidak diketahui, yang
sesuai dengan tabel di bawah ini :
6
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
3. Diare akut dengan dehidrasi berat (rencana terapi C)
Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit
sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat dibagi
sbb :
Umur 30 ml/kgBB 70 ml/kgBB
< 1 tahun
> 1 tahun
1 jam pertama
½ jam pertama
5 jam berikutnya
2 ½ jam berikutnya
a. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai,
percepat tetesan intravena.
b. Juga berikan oralit ( 5 ml/kgBB/jam ) bila penderita bisa minum,
biasanya setelah 3 – 4 jam ( bayi ) atau 1 – 2 jam ( anak )
c. Setelah 6 jam ( bayi ) atau 3 jam ( anak ), nilai bagi penderita
menggunakan bagan penilaian kemudian pilih rencana pengobatan
selanjutnya.
Dietetik
Memuasakan penderita diare tidak dilakukan lagi karena akan
memperbesar terjadinya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikit-sedikit
tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan diberikan
terutama pisang.1
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan yang tepat terhadap kasus diare diberikan setelah kita
mengetahui penyebab pasti, dengan ditemukan kista/parasit dalam tinja atau bila
ditemukan bakteri usus patogen dalam kultur tinja.1,3
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting).Antibiotik
hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella,
7
karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali
pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi
yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis
obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.8
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain8
Kolera: Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari) atau Furasolidon
5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella : Trimetroprim 5-10mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5hari),
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari dibagi 2 dosis (5 hari), Asam Nalidiksat :
55mg/kg/hari dibagi 4 (5hari)
Amebiasis: Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari). Untuk
kasus berat berikan Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )
1.11 Komplikasi
Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut adalah dehidrasi ,asidosis
metabolik, gangguan elektrolit (hipoglikemia, hipokalemi), gangguan sirkulasi.1,2,4
8
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : N/perempuan /1tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Belum bekerja/Belum sekolah
c. Alamat : Alai parak kopi
2. Latar belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : - / 1
c. Status ekonomi keluarga : mampu
Penghasilan ayah ± Rp3.000.000/bulan
bekerja sebagai PNS
d. Kondisi rumah
Rumahpermanen dengan pekarangan cukup luas, jumlah kamar 2
buah, 1 ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi di dalam rumah.
Lantai rumah dari keramik
Ventilasi dan pencahayaan
WC ada 1 buah di dalam rumah
Listrik ada
Sumber air bersih : PDAM, air minum dari air gallon.
Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah di depan rumah
kemudian di angkut oleh petugas.
Kesan : Higiene dan sanitasi cukup
e. Kondisi lingkungan keluarga:
Jumlah penghuni rumah 4 orang ; pasien, kakakpasien serta ayah dan
ibu pasien
9
Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk
Lingkungan rumah padat penduduk dan lingkungan sekitar cukup
bersih.
3. Aspek psikologis keluarga
Hubungan antar anggota keluarga baik, pasien disayangi oleh kedua
orangtuanya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama: berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang:
Berak-berak encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi ±7 kali/hari, jumlah ±
1/4 gelas tiap berak, tidak berlendir, tidak berdarah.
Demam sejak 1 hari yang lalu, tidak tinggi, hilang timbul, tidak
menggigil, dan kejang tidak ada.
Mual dan muntah ada 1x.
Perut kembung dan nyeri perut tidak ada.
Batuk dan pilek tidak ada.
Sesak nafas tidak ada.
Buang air keciljumlah, frekuensi, dan warna biasa.
Nafsu makan menurun sejak sakit.
Anak masih mau minum seperti biasanya. Anak belum diberikan oralit.
Berat badan anak terakhir adalah ±8,8 kg
Sebelumnya pasien mulai belajar meminum air putih yang berasal dari
gallon. Pasien sudah mulai diajarkan minum air putih yang berasal dari
gallon, selama 1 bulan terakhir, ibu merasa anak beberapa kali
mengalami berak encer.
5. Riwayat penyakit dahulu/penyakit keluarga
Pasien sebelumnya tidak pernah muntah disertai berak cair seperti saat
ini.
10
Tidak ada anggota keluarga yang menderita berak-berak encer.
6. Riwayat Kehamilan:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran
selama hamil, tidak ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke
bidan.
Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan,ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung
menangis kuat, berat badan lahir 3.200 gram, panjang badan lahir 48 cm.
7. Riwavat Imunisasi:
BCG : 1x, usia 1 bulan, scar (+) di lengan kanan
DPT : 1x
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap menurut umur di Puskesmas.
8. Riwayat Makanan/Minuman:
- Umur 0- 6 bulan : hanya diberikan ASI
- Umur 6-8 bulan : diberikan ASI dan bubur susu
- Umur 9-11 bulan : diberikan ASI, bubur nasi/nasi tim
- Umur 12-sekarang : diberikan ASI, nasi biasa, lauk pauk seperti
ikan/daging/ayam/telur ½ - 1 potong/kali makan, kadang-kadang diberikan
sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasien juga sudah mulai diberi air putih
dari galon
9. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Nadi : 110 kali/ menit
Nafas :49 kali/menit
11
Suhu : 38 ⁰C
BB : 8,7 kg
Kulit : Teraba hangat.
Kepala : Ubun-ubun besar datar (tidak cekun
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
mata cekung (-), air mata ada
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
Dada
Paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri = kanan
Retraksi dinding dada tidak ada
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba pada LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : perut tidak tampak membuncit
Palpasi :supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali
cepat
Perkusi : timpani
Auskultasi :BU (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan
Anus : eritema natum (+)
Anggota gerak : akral hangat, refilling kapiller baik,
reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-
10. Laboratorium : tidak dilakukan
11. Pemeriksaan anjuran : pemeriksaan darah rutin, feses rutin dan pH feses
12
12. Diagnosa Kerja : Diare akut tanpa dehidrasi
13. Diagnosa Banding : tidak ada
14. Manajemen
a. Preventif
Menjaga kebersihan makanan yang dimakan dan tidak membeli
makanan yang tidak terjamin kebersihannya, seperti makanan di
pinggir jalan.
Memakan makanan yang bergizi setiap hari sebanyak 3-4 kali sehari,
terdiri dari karbohidrat (nasi/lontong/roti), protein
(ikan/ayam/daging/telur), dan sayur-sayuran serta buah-buahan
(seperti pisang, jeruk, papaya, wortel, bayam).
Meneruskan pemberian ASI pada anak sampai usia 2 tahun.
Menggunakan air bersih untuk minum dan mengolah makanan.
Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal. Bersihkan rumah
dan lingkungan anak bermain dari debu dan sampah.
Jauhkan anak dari asap rokok, asap sampah, polusi kendaraan
bermotor, dan bermain-main di tanah.
Menjaga kebersihan perlengkapan makanan dan minuman anak.
Selain itu juga menjaga kebersihan mainan, pakaian, dan tempat
tidur.
Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
setelah memegang benda-benda yang kotor, setelah buang air kecil
dan buang air besar, setelah bermain, dan ketika mempersiapkan
makanan.
Gunting kuku tangan dan kuku kaki anak jika panjang.
Istirahat yang cukup ± 8 jam/hari dan jangan membiarkan anak
bermain terlalu lama yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik pada
anak.
Ajarkan anak untuk mulai membiasakan diri berolahraga dengan
mengajak lari-lari pagi ataupun bersepeda.
13
Mengajarkan anak untuk merawat gigi sejak dini dengan
mengajarkan anak menggosok gigi menggunakan sikat gigi kecil dan
odol setelah bangun pagi dan sebelum tidur.
b. Promotif
Menjelaskan kepada orangtua mengenai penyakit dan faktor
penyebab penyakit. Mencret atau diare ini bisa diakibatkan karena
makan atau minum yang tidak terjaga kebersihannya, makan dengan
menggunakan tangan yang tidak bersih, atau minum air yang tidak
dimasak. Diare akan mengakibatkan anak mengalami kekurangan
cairan sehingga terlihat letih, lemah dan pada keadaan lanjut bisa
membuat anak mengalami penurunan kesadaran. Orang tua harus
segera mengganti caiaran yang keluar tersebut dengan sering
memberi minum pada anak.
Memberikan pengetahuan kepada keluarga walaupun nafsu makan
anak belum membaik selama diare terjadi, pemberian makanan yang
bergizi tetap diupayakan karena merupakan salah satu langkah terapi
penting dalam penatalaksanaan diare. Beri anak makanan yang
disajikan secara segar dimasak seperti nasi dicampur dengan sayuran
dan ikan/daging/ayam/telur dan diberikan juga buah-buahan segar
seperti pisang, jeruk manis, dan apel.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua pasien
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan di
sekitar tempat tinggal agar anak terhindar dari penyakit-penyakit
yang dapat timbul akibat kurangnya kebersihan lingkungan seperti
diare yang terjadi.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua pasien
tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah makan, setelah buang air kecil dan buang air besar dan saat
mempersiapkan makanan.
14
Memberikan pengetahuan kepada orang tua pasien tentang makanan
yang bersih dan bergizi seimbang pada anak karena anak
membutuhkan makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang anak.
Memberikan pengetahuan kepada ibu untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak dengan cara menimbang berat badan anak
tiap bulan di posyandu/puskesmas dan membawa anak ke petugas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan stimulasi deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang anak setiap 6 bulan.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada keluarga tentang
kriteria rumah sehat terutama tentang jarak sumber air bersih dan
septic tanc pada rumah ini yang seharusnya jarak nya minimal ± 10
meter.
c. Kuratif
Pemberian larutan oralit sebanyak-banyaknya yang anak
dapatminum setiap kali anak berak-berak encer. Ibu diajari untuk
menyiapkan larutan oralit dimana 1 bungkus oralit dilarutkan di
dalam 200 ml air (± 1 gelas air), pada kasus ini diminumkansetengah
gelas. Anak diberi minum sedikit demi sedikit dengan menggunakan
gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali
dengan lebih lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan
sampai diare anak berhenti.
Tablet zink diberikan 1 x 1 tablet selama 10 hari. Tablet zink
diminum dengan cara melarutkannya dengan sedikit air matang pada
sendok makan.
Paracetamol syrup diminum 3 x 1 sendok teh per hari (jika anak
demam).
d. Rehabilitatif
Kunjungan ulang 5 hari kemudian jika tidak ada perbaikan.
Jika keadaan anak bertambah parah (mencret yang semakin sering,
muntah terus menerus, anak terlihat sangat haus atau tidak bisa
minum/malas minum, buang air kecil lebih sedikit dan jarang, serta
15
terdapat darah dalam tinja) segera bawa anak ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat.
16
Dinas Kesehatan Kota Padang
Puskesmas Alai
Dokter : Putri Reno Indrisia
Tanggal : 3 Maret 2015
R/ Oralit Sacchet No. V
ʃuc ₰
R/ Zink tab 20 mg No. X
ʃ 1 dd tab I ₰
R/ Paracetamol syr fls No. I
ʃ 3 dd cth I sprn ₰
Pro : N
Umur :1 tahun
Alamat: alai parak kopi
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen
PPM&PLP ; 1999
2. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi
dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283-
311
3. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. hal 448-466
4. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15.
Jakarta : EGC. 2000. hal 1354 - 1361
5. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis
dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK
Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278
6. Boyle JT. Diare kronis. Dalam: Wahab AS, editor. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, Vol 2, Ed 15. Jakarta : EGC, 2000 ; hal 1354-61
7. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,
2005 ; hal 1-24
8. Hegar B, Kadim M. Tatalaksana diare akut pada anak dalam Majalah
kesehatan Kedokteran indonsia Vol 1 No 06,2003
9. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada
bayi dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
17