48
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di Indonesia diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian (Adisasmito,2007). Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya disebabkan oleh factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis. Sebagian besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran toksin yang dapat menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa factor di atas akan menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare pada orang dewasa biasanya di

Diare Case Report

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Diare Case Report

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan

banyak kematian (Adisasmito,2007).

Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor diantaranya disebabkan oleh

factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis. Sebagian

besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang dapat terjadi

karena infeksi saluran cerna antara lain : pengeluaran toksin yang dapat menenimbulkan

gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi,

gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Dengan

demikian, dari beberapa factor di atas akan menimbulkan tanda dan gejala yang

berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare pada orang dewasa biasanya di tandai

dengan Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering, muntah

(umumnya tidak lama) , demam (mungkin ada, mungkin tidak), kram abdomen,

membrane mukosa kering, berat badan menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan

gejalanya juga lain lagi seperti kulit sekitar anus biasanya akan mengalami iritasi atau

lecet akibat seringnya defekasi. Maka sangat dibutuhkan perhatian dan perawatan yang

maksimal pada pasien dewasa ( Sudoyo, 2009).

Hasil kajian Mordibitas Diare di Masyarakat 2010, oleh Subdit Diare dan

Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI, menunjukkan episode kejadian diare pada

semua golongan umur masih cukup tinggi, yakni 411 orang per 1000 penduduk. Angka

Page 2: Diare Case Report

2

kejadian diare di Jawa Tengah tahun 2008 sebesar 1,86% mengalami penurunan bila

dibanding tahun 2007 sebesar 1,93%. Angka kematian balita akibat diare tahun 2008

sebesar 0,006%, juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2007 sebanyak

0,007 (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2008). Jumlah penderita diare balita di

Semarang pada tahun 2008 sebanyak 12.264. Pada tahun 2009 angka kejadian diare

pada balita menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 10.443. Penderita diare

tahun 2010 pada anak usia kurang dari 1 tahun sebanyak 4. 402. Anak usia 1-4 tahun

sebanyak 10.194, dan lebih dari 5 tahun sebanyak 19.895. Jumlah kasus diare tertinggi

di Puskesmas Kedungmundu (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010).

Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi

buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan

konsistensi tinja penderita (Sutanto,2004; Winardi, 2007). Dikenal diare akut yang

timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang

berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh

makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 2007).

Penyakit diare bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang

mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan

bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di

Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.

Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare di

Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang

meliputi sarana air bersih, sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah, kualitas

bakteriologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air

minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk (Harianto, 2004).

1.2 Tujuan

Page 3: Diare Case Report

3

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap Diare berdasarkan pendekatan HL Blum.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku yang

mempengaruhi terjadinya diare.

1.2.2.2. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi terjadinya diare.

1.2.2.3.Untuk memperoleh informasi mengenai faktor kependudukan yang

mempengaruhi terjadinya diare.

1.2.2.4. Untuk memperoleh informasi mengenai faktor lingkungan yang

mempengaruhi terjadinya diare.

1.2.2.5. Mengetahui dan memperbaiki pengetahuan mengenai penyakit diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 4: Diare Case Report

4

2. Diare

2.1 Definisi

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali sehari) disertai perubahan

konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan atau lendir

(Suraatmaja, 2005).

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai

bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga

kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan

atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu

diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut

Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya

perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair

dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih

dalam sehari. Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,

bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan

tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan

berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara

satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan

(Soegijanto, 2002).

2.2 Penyebab

2.2.1. Infeksi:4

Page 5: Diare Case Report

5

Golongan bakteri penyebab diare antara lain Shigella, Salmonella, E.

colli, Golongan Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens,

Stafilokokus aureus, dan Campylobacter aeromonas. Sedangkan dari

golongan virus antara lain Rotavirus, Norwalk/Norwalk like agent,

Adenovirus. Golongan parasit yang dapat menyebabkan diare adalah

cacing perut, Ascaris, Trichius, Strogyloides, Jamur, dan Candida.

Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidiun coli.

2.2.2. Malabsorbsi

a. Karbohidrat: disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida

(glukosa, fruktosa, galaktosa).

Terdapat 4 proses yang mempengaruhi malabsorbsi karbohidrat,

yaitu:

- Fase hidrolisis intralumen yaitu hidrolisis 1-4 glukoside link

dari tepung oleh amilase saliva dan pankreas untuk menjadi

maltosa, maltotriosa dan limit dextrin.

- Fase hidrolisis di Brush Border usus, hidrolisis oligosakarida

(maltosa, lato-triosa, limit dextrin, laktosa, sukrosa) oleh

disakarida Brush Border (maltase, sukrase, isomaltase,

laktase).

- Translokasi monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa)

melalui membran Brush Border.

- Keluarnya monosakarida dari enterosit melalui vena porta.

b. Lemak: terutama Long Chain Triglyceride.

Page 6: Diare Case Report

6

Malabsobrsi lemak adalah gangguan absorbsi lemak dalam usus

sehingga terjadi pengeluaran lemak yang berlebihan dalam tinja.

2.2.3. Makanan basi ataupun makanan yang belum waktunya diberikan.

Pemberian makanan terlalu dini memberikan efek pada kejadian

diare (Suyatno, 2000).

2.2.4. Keracunan.

a. Makanan beracun : makanan beracun (bakteri: Clostridium

botulinum, Stafillokokus).

b. Makanan tercampur racun (bahan kimia).

2.2.5. Penyakit gangguan gizi.

a. Kwashiorkor.

b. Marasmus.

2.2.6. Alergi.

Alergi susu, alergi makanan, Cow’s Milk Protein Sensitive Enteropaty

(CMPSE) (Suraatmaja, 2005). Mekanisme diare alergi susu terjadi

melalui perantaraan reaksi imunologik tubuh (zat anti dari sistem

pertahanan tubuh) terhadap protein susu. Reaksi ini akan melepaskan

bahan-bahan yang disebut dengan mediator (seperti histamin,

prostaglandin, leukotrin) yang menimbulkan gejala klinis tergantung dari

organ tempat terjadinya reaksi tersebut. Bila menyerang saluran cerna,

gejala yang paling sering muncul adalah diare yang dapat terjadi

berkepanjangan selama meminum atau memakan makanan yang berasal

Page 7: Diare Case Report

7

dari susu sapi, dapat pula disertai gejala kolik, kram, mual, dan muntah

(Sayoeti, 2007).

2.2.7. Immunodefisiensi.

2.2.8. Sebab lain (Psikis) (Suraatmaja, 2005).

2.3 Patofisiologi

Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis

menjadi diare non inflamasi dan Diare inflamasi.

Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon

dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai

lendir dan darah.

Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai

nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala

dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara

makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis

didapati sel leukosit polimorfonuklear.

Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang

mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan

darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama

sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada

kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja

secara rutin tidak ditemukan leukosit.

Page 8: Diare Case Report

8

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat

dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan

motilitas.

Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap

meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari

plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi

karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik

absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini

dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin

kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau

laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin

vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan

diare sekretorik.

Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa

baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat

terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten

sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat

radiasi.

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang

mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi

pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes

melitus.

Page 9: Diare Case Report

9

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi

bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi

usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan

inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.

Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya

leukosit dalam feses.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman

enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau

tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau

sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme

tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Rani, 2002).

2.4 Cara Penularan

Penularan diare adalah kontak dengan tinja terinfeksi langsung, seperti:

Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah

dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.

Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering

memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini

dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 

Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air

dengan benar

Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.

Page 10: Diare Case Report

10

Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau

membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi

perabotan dan alat-alat yang dipegang (Surininah, 2005)

2.5 Faktor Resiko

Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada

balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):

a. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.

Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar

daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita

dehidrasi berat lebih besar.

b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran

oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak

bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang

panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat

tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang

menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan

beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan

berkembang biak.

d. Menggunakan air minum yang tercemar.

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.

Page 11: Diare Case Report

11

f. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja

tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri

dalam jumlah besar.

2.6 Gejala Diare

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau

demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang

berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang

mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa

asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa

haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi

menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala

ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonas,

perbandingan bikarbonas berkurang, yang mengakibatkan penurunan pH darah.

Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas

lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk

mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada

keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga

rendah, pCO2 normal.

Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa

renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun

sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung

Page 12: Diare Case Report

12

ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare

akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan

akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit

berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita

menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih

berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang

lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat

menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan

intravena tanpa alkali (Nelwan, 2001).

2.7 Pencegahan

Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum

yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi

promosi kesehatan danpencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua

(Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang

tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliput i

pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,

lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai

Page 13: Diare Case Report

13

upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air

bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan

lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan

peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita

diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa

dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya

akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah

dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.

Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri,

parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan

klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang

memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk

menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan

kejang perut yang tidak menyenangkan.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami

kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare

diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.

Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya

akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu

Page 14: Diare Case Report

14

dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan

cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap

memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental

kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik

juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam

berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

2.8 Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh Diare

Diare dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain

dehidrasi, baik ringan, sedang, maupun berat. Selain itu, diare juga

mengakibatkan berkurangnya cairan tubuh (hipovolemik), kadar natrium dalam

tubuh (hiponatremia), dan kadar gula gula dalam tubuh (hipoglikemia). Diare

terjadi karena adanya kuman yang masuk ke dalam usus halus, kemudian

berkembang biak di dalamnya. Kuman yang menempel pada dinding usus ini

menyebabkan dinding usus rusak. Usus yang terinfeksi akan mengeluarkan

cairan dan lendir (Wulan, 2006).

Pada keadaan tertentu, infeksi akibat kuman-kuman ini juga dapat

menyebabkan perdarahan. Kuman juga mengeluarkan racun diaregenik

penyebab hipersekresi (peningkatan volume buangan) yang menganggu

transportasi cairan dan elektrolit sehingga cairan menjadi encer. Selain encer,

tinja orang yang mengalami diare kadang juga mengandung darah. Jika diare

terus berlangsung akan menyebabkan kematian terutama pada pasien balita.

Akibat kekurangan elektrolit (terutama natrium dan kalium), tubuh akan

bertambah lemas dan tidak bertenaga yang berujung pada penurunan

Page 15: Diare Case Report

15

kesadaran, bahkan kematian. Kondisi akan semakin parah jika diare disertai

oleh muntah-muntah (Wulan, 2006).

BAB III

STATUS PRESENT

3.1 IDENTITAS

3.1.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.S

Umur : 52 th

Jenis Kelamin :Perempuan

Alamat : Bringin Ngalian Rt3/4

Agama : Islam

Tanggal Berobat : 21 Agustus 12

Page 16: Diare Case Report

16

3.1.2 KELUHAN PASIEN

Keluhan Utama : BAB cair 3x sehari

3.1.3 ANAMNESIS

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang ibu datang dengan keluhan BAB ± 3 kali sebanyak ¼ gelas

belimbing, sejak ± 2 hari yang lalu. Konsistensi cair, warna kekuningan, tidak

ada ampas, agak berlendir,tidak ada darah, saat BAB tidak nyemprot dan

tidak berbau asam. Disertai muntah 3 kali pada hari pertama. Minum menjadi

lebih sering dan banyak. Kencing tetap seperti biasa, warna kuning jernih,

cukup banyak, lancar. Nafsu makan menurun. Setiap kali habis makan pasien

muntah. Sehari sebelum sakit pasien piknik ke jepara dan makan lontong

yang dibuat 2 hari yang lalu.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya pernah menderita diare namun tidak pernah seberat ini.

Biasanya pasien hanya diobati dengan obat warung dan segera sembuh.

Pasien sebelumnya juga sering menderita maag dan tidak pernah berobat,

hanya diberi promag.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Anak pasien yang tinggal serumah juga mengalami keluhan yang sama.

d. Riwayat Sosial Ekonomi

14

14

Page 17: Diare Case Report

17

Pasien tinggal serumah dengan anak, menantu dan seorang cucu. Pasien

bekerja sehari hari sebagai penjual sayur di pasar. penghasilan tidak menentu.

Biaya pengobatan ditanggung oleh Jamkesmas.

3.1.4 PEMERIKSAAN FISIK

Seorang ibu usia 52 tahun.

Kesan umum : lemah

Kesadaran: Somnolen

Tanda vital :

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Nadi : 88 x/ menit

- Laju nafas : 26 x/ menit

- Suhu : 37,2° C (axilla)

Status Internus :

a. Kepala : mesocephale

b. Mata : cekung (+/+), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)

c. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

d. Telinga : bentuk normal, discharge (-/-)

e. Mulut : bentuk normal, bibir kering (+), bibir sianosis (-)

f. Tenggorok : faring hiperemis (-)

g. Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe (-)

h. Dinding thorax :

Paru

Inspeksi : tidak ada retraksi

Page 18: Diare Case Report

18

Palpasi : pergerakan hemithorak yang tertinggal (-),

stem fremitus: tidak dinilai

Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar : Vesikuler

suara tambahan : -

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : normal

Auskultasi : BJ I-II regular, bising (-)

i. Abdomen

Inspeksi : cekung

Auskultasi : bising usus (+) meningkat

Perkusi : timpani

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit < 2 detik

j. Ekstremitas : Superior Inferior

a. Akral dingin -/- -/-

b. Akral sianosis -/- -/-

c. Oedem -/- -/-

d. Capillary refill < 2” < 2”

k. Kulit : Turgor kembali < 2 detik

3.1.5 DIAGNOSA

Dasar diagnosa :

Page 19: Diare Case Report

19

- Anamnesis : BAB ± 3 kali sebanyak ¼ gelas belimbing, konsistensi

cair, warna kekuningan, ampas sedikit

- Pemeriksaan fisik: mata cekung dan konjungtiva anemis (+/+) bibir kering

(+), peristaltik meningkat

3.1.6 TERAPI

R/ Infus RL grojog

Cotrimoxazol syr 2x1 cth

Antasida

Dimenhydrinate

Tetracyclin 4x2

Nodiar

Paracetamol 3x1

Data Perkesmas

a. Identitas keluarga

Tabel 3.1. Data Identitas Anggota Keluarga

Page 20: Diare Case Report

20

No. Anggota Keluarga Hub. dgn KK

Jenis Kelamin

Umur Pendidikan Pekerjaan Agama

1. Tn. S Kepala Keluarga

Laki - laki 30 th SLTA Buruh serabutan

Islam

2. Ny. S Istri Perempuan 30 th SLTA Ibu Rumah Tangga

Islam

3. An. S Anak Laki-laki 3 th Belum sekolah

Islam

b. Data Lingkungan

Data Individu :

Pasien anak ke 2, pasien tinggal serumah dengan anak bungsunya, menantu

dan cucunya.

c. Ekonomi

Pasien bekerja sebagai pedagang sayur di pasar, menantunya bekerja sebagai

buruh serabutan dan anaknya tidak bekerja. Pendapatan tidak menentu.

Pasien berobat dengan jamkesmas.

Lingkungan Rumah

Rumah pasien luasnya ± 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 4 orang

sehingga didapatkan kepadatan rumah 12,5 m2/orang. Rumah pasien disertai

ventilasi dibagian depan, tetapi ventilasi pada daerah dapur dan kamar tidur

tidak ada. Lantai rumah bagian depan keramik dan lantai rumah bagian

belakang semen. Pintu rumah pasien selalu tertutup. Lingkungan sekitar

Page 21: Diare Case Report

21

rumah tidak padat. Pada halaman depan rumah terdapat selokan. Terdapat

kandang ayam di dalam rumah. Pasien tidur di kasur di depan TV bukan di

kamar. Pembuangan sampah dibakar dibelakang. Pengambilan air bersih dari

sumur artretis dari pabrik. Pasien tidak memiliki WC/jamban.

Masyarakat

Keluarga pasien hubungan dengan tetangganya baik, dan hubungan dengan

orang lain baik. Tetangga pasien tidak ada yang menderita sakit diare.

d. Data Perilaku

Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang sayur dari jam 12 malam

sampai jam 4 sore, istirahat kurang, sering lupa makan, sering beli makanan di

pasar. Memasak air dari sumur artretis dan bahan makanan dari pasar. Sebelum

sakit pasien makan lontong yang sudah dimasak 2 hari sebelumnya.

e. Data Akses Pelayanan yang Terdekat

Akses pelayanan terdekat adalah Puskesmas Ngaliyan. Cara tempuh dengan

kendaran pribadi (motor).

Page 22: Diare Case Report

Gambar 3.1. Data Genetika

: laki - laki: perempuan: tinggal dalam satu rumah: Pasien

22

f. Data Genetika

Keterangan:

Page 23: Diare Case Report

23

3.2 HL BLUM

Genetik:

Tidak ada masalah

Pelayanan Kesehatan:

Tidak ada masalah

Perilaku

Sibuk bekerja

Istirahat kurang

Jarang makan

Makan sembarangan

Makan lontong yang sudah 2 hari dimasak

Lingkungan

Luas rumah ± 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 4 orang rumah 12,5 m2/orang.

Kebersihan rumah cukup, kandang yaam dalam rumah, tidak memiliki WC/jamban, dan pertukaran udara cukup

Diare

Gambar 3.2. Analisis HL Blum

Page 24: Diare Case Report

24

BAB IV

ANALISA

Berdasarkan perjalanan penyakit pasien, yaitu sejak ± 2 hari yang lalu, pasien

datang dengan keluhan BAB ± 3 kali sebanyak ¼ gelas belimbing, konsistensi cair,

warna kekuningan, ampas tidak ada, tidak ada darah dan tidak ada lendir, saat BAB

tidak nyemprot dan tidak berbau asam. Pada pemeriksaan didapatkan bibir kering, dan

peristaltik usus meningkat. Pasien diberikan pengobatan dimenhydrinat, antasida,

nodiar, paracetamol, dan tetracyclin.

Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya kasus diare maupun

timbulnya penyakit diare pada kasus ini:

a. Perilaku

Pasien sehari-hari bekerja sebagai pedagang sayur dari jam 12 malam

sampai jam 4 sore, istirahat kurang, sering lupa makan, sering beli makanan di

pasar. Memasak air dari sumur artretis dan bahan makanan dari pasar. Sebelum

sakit pasien makan lontong yang sudah dimasak 2 hari sebelumnya.

2. Kepadatan hunian rumah

Page 25: Diare Case Report

25

Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan

ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat

kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10

m2/ orang.

Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas rumah ± 5 m x 10 m = 50 m 2

yang dihuni oleh 4 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 12,5 m2/orang. Hal

ini menunjukkan kepadatan rumah dalam kasus ini memenuhi syarat yang

seharusnya. Dalam 1 kamar tidur pasien ada yang dihuni oleh lebih dari 2 orang.

Akan tetapi pasien tidur diluar kamar yaitu di depan TV.

b. Sosial ekonomi

Pendapatan keluarga tidak menentu. Pendapatan yang kecil membuat orang

tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat - syarat kesehatan, misalnya

kurang asupan gizi yang cukup pada pasien kasus ini dapat menyebabkan rendahnya

ketahanan tubuh.

Berdasarkan data hasil laporan didapatkan pasien sebagi pedagang sayur dipasar,

menantu bekerja sebagai buruh serabutan dan anaknya tidak bekerja. Pasien berobat

dengan menggunakan jamkesmas.

c. Keadaan lingkungan rumah

Berdasarkan dari hasil pengamatan lingkungan rumah keluarga pasien tidak

mencerminkan lingkungan rumah yang sehat, karena terdapat kandang ayam dalam

rumah, lantai sebagian ada yang masih semen, ventilasi masih kurang. Sedangkan

Page 26: Diare Case Report

26

salah satu syarat rumah sehat yaitu penataan kandang ternak yang berjarak minimal

10 meter dari rumah. Rumah pasien juga tidak dilengkapi WC/jamban tetapi ikut

tetangga. Dari kondisi tersebut, maka lingkungan rumah maupun sekitar dapat

berpengaruh terhadap kejadian diare.

d. Ventilasi dan pencahayaan rumah

Menurut indikator pengawasan rumah luas ventilasi yang memenuhi syarat

kesehatan adalah ≥10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi

syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah (dengan luas ventilasi 0,5m x 1m

dibandingkan dengan luas lantai rumah 3m x 10m).

Pada kasus ini, di rumah penderita diketahui memiliki jendela pada bagian depan

sedangkan bagian belakang rumah tidak terdapat jendela, udara kotor dari luar dapt

bebas masuk. Di sebelah pintu ada bagian jendela yang seharusnya terbuka tetapi

oleh keluarga pasien selalu ditutup, sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk

kedalam rumah menyebabkan udara dalam rumah lembab, gelap dan berbau pengap,

di dalam rumah tidak ada pintu hanya berupa bagian yang terbuka saja. Lantai

rumah pasien sudah berubin dibagian depan tetapi bagian belakang masih memakai

semen dan cukup bersih.

e. Genetika

Diare bukan penyakit genetik melainkan penyakit infeksi menular, sumber

penularan pasien berasal dari lingkungan yang tidak baik dan perilaku yang kurang

bersih. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang ada.

Page 27: Diare Case Report

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya diare pada kasus ini

berdasarkan pendekatan HL Blum adalah :

5.1.1 Perilaku

o Sibuk bekerja

o Istirahat kurang

o Jarang makan

o Makan sembarangan

o Makan lontong yang sudah 2 hari dimasak

5.1.2 Lingkungan

Luas rumah ± 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 4 orang rumah

12,5 m2/orang.

Kebersihan rumah cukup, terdapat kandang ayam dalam rumah,

tidak memiliki WC/jamban, dan kurangnya pertukaran udara.

5.2 Saran

5.2.1 Untuk pasien

27

Page 28: Diare Case Report

28

o Makan teratur

o Istirahat cukup

o Tidak makan sembarangan dan makan makanan yang sehat.

o Memotivasi pasien untuk menjaga perilaku hidup bersih (menjaga

kebersihan rumah, tempat makan, tempat tidur, pakaian)

o Selalu mencuci tangan sebelum makan.

5.2.2 Untuk Keluarga

Memberikan minum yang banyak untuk mencegah dehidrasi.

Awasi tanda-tanda dehidrasi pada anak

Segera bawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

Mengingatkan ibunya untuk makan teratur, jangan terlalu sibuk

bekerja, dan istirahat cukup.

Memotivasi keluarga untuk menjaga kebersihan rumah.

Membangun kandang ayam diluar rumah dengan jarak >10m.

Menambah ventilasi udara dan dibuka setiap pagi.

Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan.

Tidak membeli jajan sembarangan.

5.2.3 Untuk Puskesmas

Agar lebih meningkatkan kegiatan kunjungan rumah yang dirasa efektif

untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai

Page 29: Diare Case Report

29

penyebab, akibat dan cara penanganan pertama diare pada anak dan dampak

buat lingkungan.

Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang resiko dan bahaya

diare.

Page 30: Diare Case Report

30

BAB VI

PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada penderita

diare di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan

bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat

sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta

dalam pembangunan kesehatan.

Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam

usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ngaliyan.

DAFTAR PUSTAKA29

Page 31: Diare Case Report

31

Amiruddin, Ridwan. Identifikasi Masalah Kesehatan. http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/04/26/bab-v-identifikasi-masalah-kesehatan/. Pada Selasa, 22 Agustus 2012, 14.05.

Deparetemen Kesehatan, 2004, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta : Depkes RI.

Departemen kesehatan RI, 2006, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota Sehat, Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2004, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor : 128 /Menkes/SK/V/2004 Tahun 2004 tentang Tujuan Pembangunan Kesehatan Tahun 2004, Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan, 2005, Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2007, ARRIF : Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat, Jakarta.

Nelwan RHH. Penatalaksanaan Diare Dewasa di Milenium Baru. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2001. 49-56.

Notoatmojo, Soekidjo Prof, DR, Ilmu Kesehatan Masyarakat,Jakarta, Rineka Cipta, 2007 

Profil Kesehatan Jawa Tengah 2008

Profil Kesehatan Semarang 2010

Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI, 2002. 49-56.

Soehardi R, Karnaini, Tedjo Saputro W, et al, Ed : Pedoman Praktis Pelaksanaan Puskesmas, Balai Pelatihan Kesehatan Salaman, Magelang.

Page 32: Diare Case Report

32

DAFTAR LAMPIRAN

Teras rumah pasien Tempat tidur pasien

Lantai rumah, hanya sebagian yang dikeramik Langit-langit rumah

Page 33: Diare Case Report

33

Dapur rumah pasien Kamar mandi pasien

Tempat pembuangan sampah Meja makan pasien

Dapur rumah pasien Tempat cuci piring