Click here to load reader
Upload
chandra-ivonne
View
84
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report Session
KATARAK SENILIS
Oleh:
Ivonne Chandra 07120007
Defriani Zalerti 07120081
Pembimbing :
Dr. Arina Widya Murni, Sp.PD. K.Psi.
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ALAI
2012
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi akibat pengaruh kelainan
kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan bermacam-macam penyakit mata dapat
mengakibatkan katarak, seperti glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas juta
populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka menjelang
tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak senilis merupakan
jenis katarak yang paling sering ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah
katarak senilis.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraocular. Dengan
peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum, selama, dan post
operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan
di Indonesia dapat diturunkan. 1
1.1. Definisi
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang
kabur pada retina. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Katarak disebabkan hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa,
proses penuaan (degeneratif). Meskipun tidak jarang ditemui pada orang muda, bahkan pada
bayi yang baru lahir sebagai cacat bawaan, infeksi virus (rubela) di masa pertumbuhan janin,
genetik, gangguan pertumbuhan, penyakit mata, cedera pada lensa mata, peregangan pada
retina mata dan pemaparan berlebihan dari sinar ultraviolet. Kerusakan oksidatif oleh radikal
bebas, diabetes mellitus, rokok, alkohol, dan obat-obatan steroid, serta glaukoma (tekanan
bola mata yang tinggi), dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak.
1.2.Etiologi
Etiologi katarak adalah :
a. degeneratif (usia)
b. kongenital
c. penyakit sistemik (misal DM, hipertensi, hipoparatiroidisme)
d. penyakit lokal pada mata (misal uveitis, glaukoma dll)
e. trauma
f. bahan toksik (kimia & fisik)
g. keracunan obat-obat tertentu (kortikosteroid, ergot, dll)
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa
lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia
75— 85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat
diobati, katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia.
1.3.Gejala
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
• Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
• Peka terhadap sinar atau cahaya.
• Dapat melihat dobel pada satu mata.
• Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
• Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.
2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.
3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
1.4.Jenis-jenis katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
• Katarak perkembangan (developmental) dan degeneratif
• Katarak kongenital, juvenvil, dan senil.
• Katarak komplikata
• Katarak traumatik
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
• Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
• Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas1 tahun dan di bawah 40 tahun.
• Katarak presenil, katarak sesudah usia30 - 40 tahun
• Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
B.KATARAK SENILIS
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur, intumesen,
matur, hipermatur dan morgagni.
1. Katarak insipien.
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni)
pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refaksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap
untuk waktu yang lama.
2. Katarak intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan
cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikdn miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.
3. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh
lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.
4. Katarak matur.
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali
pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal
kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan
iris negatif.
Katarak matur bila dibiarkan saja akan menjadi katarak intumesen (katarak
dengan kandungan air maksimal), yang dapat memblok pupil dan menyebabkan
tekanan bola mata meningkat (glaucoma). Atau lama kelamaan bahan lensa akan
keluar dari lensa yang katarak ke bilik mata depan dan menyebabkan reaksi radang.
Sel-sel radang ini akan menumpuk di trabekulum dan akhirnya juga dapat
meningkatkan tekanan bola mata (glaucoma). Bila tekan bola mata yang tinggi ini
tidak segera diturunkan, maka sel-sel syaraf mata yang terdapat pada dinding
belakang bola mata akan tertekan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian
sel-sel syaraf tersebut, yang mengakibatkan kebutaan.
5. Katarak hipermatur. Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering, Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula
Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukieus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.
Perbedaan stadium katarak senilis
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang (air+masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
C. KATARAK KOMPLIKATA
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat
terjadi akibat iridosikiitis, miopia tinggi, ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata
dapat terjadi akibat kelainan sisternik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal
yang akan mengenai satu mata.
Katarak akibat kelainan sistemik
Diabetes melitus, akan menyebabkan katarak pada kedua mata dengan bentuk yang
khusus seperti terdapatnya tebaran kapas atau saiju di dalam bahan lensa. Kekeruhan
lensa dapat berjalan progresif sehingga terjadi gangguan penglihatan yang berat. Katarak
diabetes merupakan katarak yang dapat terjadi pada orang muda akibat terjadinya gangguan
keseimbangan cairan di dalam kaca atau tubuh secara akut.
Patofisiologi. Diabetes Mellitus adalah kelainan yang bersifat khronik, yang oleh
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diikuti oleh komplikasi makro dan
mikrovaskuler. Kelainan metabolik ini erat berkaitan dengan faktor genetik dengan jalan
utama adalah intoleransi glukosa.
Patogenesa terjadi katarak pada Diabetes Mellitus sesuai dengan uji coba pada
binatang dapat diterangkan sebagai berikut:
Masuknya glukosa ke dalam lensa mata tidak memerlukan adanya insulin. Dalam
keadaan normal glukosa ini direduksi menjadi sorbitol dalam jumlah terbatas dan oleh enzim
sorbitol dehidrogenase dirubah menjadi fruktosa. Pada Diabetes Mellitus dimana terjadi
hiperglikemia yang diikuti kadar glukosa dalam lensa tinggi sehingga pembentukan sorbitol
meningkat yang akan berubah menjadi fruktosa yang relatif lambat. Sorbitol akan menaikan
tekanan osmose intraseluler dengan akibat penarikan air ke dalam lensa. Disamping itu
terjadi pula metabolisme mioinositol dimana kedua peristiwa ini menyebabkan katarak.
D. TERAPI
1. Medikamentosa
Sampai saat ini belum ditemukan obat-obatan untuk mengobati katarak. Tapi pada
katarak yang terletak pada nukleus dapat diberikan tetes mata untuk melebarkan pupil.
2. Pembedahan
Bedah katarak senilis dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular dan ekstraksi
tensa ekstrakapsular.
a. Ekstraksi lensa intrakapsular
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak
senil. Lensa dikeluarkan berama-sama dengan kapsul lensanya dengan memutus zonula
Zinnyang telah pula mengalami degenerasi.
Pada ekstraksi lensa intrakapsular dilakukan tindakan dengan urutan berikut:
1. Dibuat flep konjungtiva dari jam 9-3 melalui jam 12
2. Dilakukan pungsi bilik mata depan dengan pisau
3. Luka kornea diperlebar seluas 160 derajat
4. Dibuat iridektomi untuk mencegah glaukoma blokade pupil pasca bedah
5. Dibuat jahitankorneosklera
6. Lensa dikeluarkan dengan krio
7. Jahitan kornea dieratkan dan ditambah
8. Flep konjungtiva dijahit.
Penyulit pada saat pembedahan yang dapat terjadi adalah :
1. Kapsul lensa pecah sehingga lensa tidak dapat dikeluarkan bersama-sama kapsulnya.
Pada keadaan ini terjadi ekstraksi lensa ekstrakapsular tanpa rencana karena kapsul
posterior akan tertinggal
2. Prolaps badan kaca pada saat lensa dikeluarkan.
Bedah ekstraksi lensa intrakapsular (EKIK) masih dikenal pada negera dengan ekonomi
rendah karena :
1. Teknik yang masih baik untuk mengeluarkan lensa keruh yang mengganggu
penglihatan
2. Teknik dengan ongkos rendah.
b.Ekstraksi lensa ekstrakapsular
Pada ekstraksi lensa ekstrakapsular dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Flep konjungtiva antara dasar dengan fornik pada limbus dibuat dari jam
2. 10 sampai jam 2
3. Dibuat pungsi bilik mata depan
4. Melalui pungsi ini dimasukkan jarum untuk kapsulotomi anterior
5. Dibuat luka kornea dari jam 10-2
6. Nukieus lensa dikeluarkan
7. Sisa korteks lensa dilakukan irigasi sehingga tinggal kapsul poserior saja
8. uka komea dijahit
9. Flep konjungtiva dijahit
Penyulit yang dapat timbul adalah terdapat korteks lensa yang akan membuat katarak
sekunder.
c. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama menyisakan
kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari
lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran
ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian
dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan
katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.
d. Intraokular Lens (IOL)
Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena kahilangan
kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan lensa buatan (berupa
lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun kacamata). IOL dapat terbuat dari
bahan plastik, silikon maupun akrilik.
Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat dilipat
ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Ny. E / Wanita/ 73 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : Siteba
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah Anak : 5 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, tinggal bersama anak sulungnya seorang
pegawai swasta dengan penghasilan ± Rp 3.000.000,00/ bulan. Menantu pasien
bekerja sebagai seorang guru dengan penghasilan sekitar Rp. 2.000.000,- per
bulan. Anak pasien yang lainnya sudah bekerja dan tinggal di rumah masing-
masing.
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 12 m x 18 m
- Listrik ada
- Sumber air : PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Ventilasi dan pencahayaan cukup
- Sampah di angkut petugas
- Jumlah penghuni 5 orang, pasien, anak sulung pasien, menantu pasien dan 2
orang cucu pasien.
- Kesan : higine dan sanitasi baik.
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan yang cukup padat penduduk.
3. Aspek Psikologis di Keluarga
- Pasien tinggal bersama anak sulungnya dan menantunya serta 2 orang cucu
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat trauma pada mata sebelumnya tidak ada.
Riwayat Diabetes mellitus tidak ada.
Riwayat pemakaian kortikosteroid jangka panjang tidak ada.
Riwayat menderita katarak di keluarga tidak ada.
5. Keluhan Utama
Penglihatan kedua mata makin kabur sejak ± 1 bulan yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Penglihatannya kedua mata makin kabur sejak ± 1 bulan yang lalu.
Penglihatan kabur / tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien
merasa silau saat melihat cahaya. Awalnya mulai dirasakan sejak ± 5 tahun
yang lalu makin lama makin kabur sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Mata peka terhadap cahaya terutama sejak 6 bulan terakhir
Penurunan ketajaman penglihatan secara beransur-ansur sehingga pasien
kurang jelas melihat jauh dan dekat dengan kedua mata, sampai timbul
gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
Penurunan kemampuan melihat dirasakan terutama malam hari sehingga
pasien membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca atau
melakukan aktivitas lain.
Mata merah, berair, serta gatal tidak ada
Nyeri pada kedua mata tidak ada
Penglihatan ganda tidak ada.
Pasien pernah memakai kaca mata +3 sebelumnya dengan resep dokter.
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan ini
Riwayat minum obat-obatan rutin dan jamu tidak ada.
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 78x/ menit
Nafas : 20x/menit
TD : 130/70 mmHg
Suhu : 36,8 0C
BB : 60 Kg
TB : 167 cm
Mata : Status Oftalmologi
Kulit : Turgor kulit baik
Dada
Paru
Inspeksi : simetris ki=ka
Palpasi : fremitus ki=ka
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi :
Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
STATUS OFTALMOLOGI
SO OD OS
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
2/60
Tidak dilakukan
3/60
Tidak dilakukan
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Silia/supersilia madarosis (-), trkikhiasis (-) madarosis (-), trkikhiasis (-)
Palpebra superior
Palpebra inferior
edema (-)
edema (-)
edema (-)
edema (-)
Margo palpebra Hordeolum (-), khalazion (-) Hordeolum (-), khalazion (-)
Aparat lakrimalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva fornicis
Konjungtiva bulbi
Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)
Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)
Sklera Putih Putih
Kornea Jernih Jernih
Kamera Okuli Anterior
Cukup dalam Cukup dalam
Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)
Pupil Bulat, RP (+) Bulat, RP (+)
Lensa Keruh pada inti + subkapsular posterior
Keruh pada inti + subkapsular posterior
Korpus Vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fundus
Papila N. Optikus
Retina
Makula
aa/vv Retina
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tekanan bulbus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah
Posisi bulbus okuli ortho ortho
Pin Hole : dengan pinhole penglihatan tidak bertambah jelas.
8. Laboratorium : tidak dilakukan
9. Pemeriksaan anjuran :
Pemeriksaan slitlamp
Pemeriksaan visus dengan koreksi
Pemeriksaan oftalmoskop
10. Diagnosis Kerja
Katarak Senilis stadium imatur ODS
11. Diagnosis Banding : -
12. Manajemen
a. Preventif
- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama sayur hijau (bayam,
kangkung,brokoli) yang kaya akan anti oxidant.
- Menghindari faktor resiko yang dapat memicu progresifitas penyakit dan
segera mencari penatalaksanaan atas faktor resiko seperti penyakit mata,
trauma mata, pemakaian obat DM.
b. Promotif :
- Edukasi pasien tentang penyakit katarak, faktor resiko, upaya pencegahan
perburukan penyakit.
- Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul seiring dengan
peningkatan usia.Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit katarak senilis
tidak dapat disembuhkan, kecuali melalui operasi namun dapat memperlambat
timbul gejala –gejala penyakit ini melalui diet kaya anti oxidant.
c. Kuratif :
Dianjurkan untuk di rujuk ke Bagian Mata RSUP Dr.M. Djamil, Padang.
d. Rehabilitatif :
Kontrol teratur 1 kali/bulan untuk menilai perkembangan atau perjalanan
penyakit.
Resep
Dinas Kesehatan Kodya Padang
Puskesmas Alai
Dokter : A
Tanggal : 10 November 2012
-
Pro : Ny E
Umur : 73 tahun
Alamat : Siteba
DISKUSI
Pasien wanita 73 tahun datang ke Puskesmas Alai dengan keluhan utama penglihatan
kedua mata makin kabur sejak +1 bulan yang lalu, mata tidak sakit, tidak merah, tidak gatal,
dan tidak pedih. Hal ini mengarahkan kepada kelainan mata tenang dengan visus
turun perlahan. Dari keluhan utama pasien dapat dipikirkan beberapa diagnosis banding,
yaitu; katarak, glaukoma kronis, retinopati diabetik, dan retinopati hipertensi.
Pasien mengatakan penglihatan mata kirinya buram seperti ada kabut/asap putih yang
menghalangi, dan terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Pada umumnya, pasien
katarak mengeluh penglihatannya seperti tertutup kabut yang merupakan akibat dari
kekeruhan lensa yang menghalangi media refraksi pasien. Dan keluhan silau biasanya terjadi
pada pasien katarak apabila kekeruhan belum homogen. Pasien merasa lebih nyaman melihat
di tempat yang redup dari pada terang. Hal ini disebabkan karena pada tempat yang redup
pupil akan midriasis sehingga daerah lensa yang bebas dari katarak semakin luas sehingga
cahaya dapat sampai lebih banyak ke retina. Pada katarak senilis, umumnya terjadi di kedua
mata. Penglihatan ganda dengan satu mata disangkal pasien. Biasanya pada pasien katarak
terdapat keluhan penglihatan ganda dengan satu mata.
Pada pasien penglihatan halo (-), mata nyeri atau pun pegal (-), sakit kepala (-),mual
dan muntah (-). Hal tersebut dapat menyingkirkan diagnosis banding yaitu glaukoma kronik.
Saat ini, pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Hal
ini perlu ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya katarak. Riwayat trauma
padamata (-). Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal pasien. Pernyataan ini
dapatmenyingkirkan diagnosis banding yaitu retinopati diabetik dan retinopati hipertensi.
Sehingga semua anamnesis mengarah kepada Katarak Senilis.
Untuk memastikan beberapa dugaan diagnosa kerja dari anamnesis maka dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan kekeruhan di
lensa subkapsular posterior kedua mata. Dari data-data yang sudah didapatkan baik dari
anamnesis dan pemeriksaanfisik dan oftamologis, dapat ditegakkan diagnosis kerja katarak
senilis imatur ODS yang merupakan penyakit mata yang terkait oleh usia.
Untuk tata laksana yang kita lakukan pada mata pasien adalah memberikan edukasi
pada pasien bahwa penyakitnya dapat diterapi secara bedah. Pengobatan konservatif hanya
mampu memperlambat progresifitas penyakit dan bukan menyembuhkan penyakit. Sehingga
pasien perlu dirujuk ke RS. Kita juga dapat memberikan edukasi pada pasien tentang hal-hal
apa saja yang tidak boleh dilakukan selama masa penyembuhan pasca operasi. Setelah 3
bulan post operasi dapat kita rencanakan koreksi kacamata untuk pasien. Hal ini dilakukan
karena sebelum 3 bulan post operasi, keadaan refraksi mata masih berubah-ubah disebabkan
luka operasi yang belum tenang. Apabila di masa kedepan, penglihatan mata kiri pasien
dirasakan semakin menurun maka dapat kita rencanakan pembedahan, pembedahan dapat
dilakukan dengan teknik ECCE atau fakoemulsifikasi. Prognosis ad vitam pada kasus ini
adalah ad bonam karena tidak mengancam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiohadji, B., Community Opthalmology, Cicendo Eye Hospital/Dept of
Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
3. AAO. Cataract surgery in special situation. In Basic and clinical science course : lens
and cataract. United State of America. Lifelong Education for The Ophthalmology
(LEO). 2003. p-72-80,187-213.
4. Anonim. Cataracts. Diunduh dari http://www.nortwesteyeclinic.com tanggal 7
November 2012.
5. Anonim. Cataract Surgery. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery
tanggal 7 November 2012.
6. Boyd Benjamin, prof, MD, F.A.C.S. Indication for surgery-preoperative evaluation.
Dalam : The Art and The Science of Cataract Surgery. Colombia. Highlight of
Ophthalmology.2001.p11-33.
7. Ratnaningsih. N., Penatlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu Penyakit Mata
FKUP/RS Mata Cicendo. 2005.