Upload
adli-rifki
View
60
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report
KEP berat tipe marasmus + suspek thyfoid
ensephalopati + suspek TB paru
Disusun oleh :
Mohamad Rifki Adli (1102008142)Nyndia Weri (1102008185)
Pembimbing :
dr. H. Manan Affandi, Sp. Adr. Rachmat Gumelar, Sp. A
dr. Tina Ramayanti, Sp.A, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATANANAKRUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2013
STATUS PASIEN
No. rekam medik : 016290xx
Masuk RS : 21 Agustus 2013
Pukul : 13.40 WIB
Tanggal Diperiksa : 27 Agustus 2013
IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : An. Arie
Umur : 8 tahun (TTL : Garut, 23 februari 2005)
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 3 dari 5.bersaudara
Berat badan : 15 kg
Alamat : Jl. desa kampung cigondok RT/RW 03/05 Kecamatan Malangbong
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama : Tn. A Nama : Ny. E
Umur : 55 tahun Umur : 45tahun
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani/ pegawai desa Pekerjaan :IbuRumahTangga
I. ANAMNESIS
Alloanamnesis dan autoanamnesis (Tanggal 27 Agustus 2013 dan 28 Agustus 2013)
Keluhan utama : Panas Badan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSU dr.Slamet Garut dengan keluhan
panas badan sejak 2 minggu SMRS. Panas badan dirasakan hilang timbul, tinggi dan tidak
disertai dengan menggigil badan. Kejang, pingsan disangkal. Sakit kepala diakui. keluhan
pegal- pegal dan sakit pada persendian disangkal. Keluar darah dari hidung, perdarahan gusi
disangkal. Riwayat berpergian ke daerah pantai disangkal. Ibu pasien mengaku tidak ada
tetangganya yang sedang sakit demam berdarah.1 minggu SMRS pasien mengalami demam
yang cukup tinggi (39 C), dan sering mengeluh sakit kepala. Pasien sering terlihat cengeng
dan rewel beberapa minggu SMRS.
Keluhan disertai dengan penurunan kesadaran saat dalam perjalanan. Setelah
mendapatkan penanganan di IGD, pasien mulai sadar. keluhan nyeri perut dan tidak bisa
BAB sejak 6 hari. Setiap malam baju pasien sering basah saat pasien sedang beristirahat atau
tidak melakukan aktifitas. Penurunan berat badan diakui dan dirasakan pasien ketika baju-
baju dan celana pasien menjadi lebih besar atau longgar. Penurunan berat badan sekitar 5 kg
dalam 3 minggu pasien sakit. Penurunan nafsu makan diakui sejak satu bulan SMRS.
Keluhan disertai dengan rasa mual pada perut. keluhan buang air kecil dirasakan tidak ada
masalah.
Keluhan bengkak pada bagian kaki atau di bagin wajah di sangkal. Wajah pasien
terlihat seperti orang tua. Perubahan kulit seperti sisik di akui, terdapat kulit merah dengan
tepi menghitam di tangan dan kakinya di sangkal. Perubahan warna rambut menjadi
kemerahan dan mudah di cabut di sangkal. Lemas badan diakui dan mata terlihat sayu. Wajah
tampak membulat dan sembab disangkal ibu pasien.
Riwayat penyakit dahulu
Sejak 1 tahun SMRS pasien sering mengeluh batuk dan disertai flu. Pasien mengaku
saat mengalami sakit seperti itu pasien di bawa berobat ke puskesmas di malangbong. Saat
tidur pasien sering mengeluh berkeringat disertai panas badan. Pasien juga mengaku sakit
panas selama 1 minggu ketika 4 bulan sebelum sakit yang di alami sekarang, saat itu pasien
berobat dengan membeli obat warung dan berobat ke puskesmas. Riwayat penyakit paru dan
berobat selama 6 bulan disangkal pasien.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kejang dalam keluarga pasien disangkal. Riwayat keluarga pasien mengalami
batuk-batuk dalam waktu lama disertai dengan keringat saat malam hari disangkal. Riwayat
sesak nafas pada keluarga pasien disangkal.
Riwayat kehamilan
Pasien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara. Selama hamil ibu pasien
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu secara rutin setiap sebulan sekali.
Selama hamil ibu pasien tidak ada keluhan. Ibu pasien juga tidak memiliki riwayat hipertensi
dan penyakit diabetes. Ibu pasien juga tidak merokok, tidak minum alkohol dan obat-obatan.
Riwayat persalinan
Pasien lahir di rumah ditolong oleh paraji, dengan usia kehamilan sembilan bulan,
lahir spontan, kepala lahir terlebih dahulu. Bayi lahir langsung menangis dengan berat badan
lahir 3000 gram dan panjang badan tidak diketahui. Riwayat kuning dan kebiruan saat lahir
disangkal.
Riwayat sosial-ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai petani dan pembantu sekertaris desa yang pekerjaannya
tidak tentu dengan penghasilan rata-rata Rp. 30.000/hari dan dari desa mendapat Rp.
1.500.000/3 bulan . Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pasien tinggal satu rumah
bersama kedua orang tua dan 4 orang saudaranya. Rumah pasien berukuran 8x5 m2 dengan 1
ruang tamu 3x3 m2 yang menyatu bersama ruang tengah, 2 kamar tidur yang masing-masing
berukuran berukuran 2x1 m2, 1 dapur yang ukuran 3x2 m2 . Tidak terdapat kamar mandi di
rumah pasien. Lantai rumahnya berupa kayu yang lembab dan atap terbuat dari genteng.
Rumah pasien dikelilingi pohon dan bukit serta memiliki pencahayaan sinar matahari yang
kurang dan lembab.
Riwayat imunisasi
Umur Hep B BCG DPT POLIO CAMPAK
0 bulan + - - + -
2 bulan - + + + -
4 bulan - - + + -
6 bulan - - + + -
9 bulan - - - - +
Anamnesis makanan
Riwayat mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun
Makan 2x hari dengan nasi + lauk pauk (tempe, tahu, telur)
Anamnesis pertumbuhan
Pertumbuhan pasien sama dengan teman sebayanya.
Anamnesis perkembangan
0 – 3 bulan : menggerakan kepala dan mengoceh spontan
5 bulan : merangkak
7 bulan : duduk
9 bulan : mulai berjalan
11 bulan : berjalan
12 bulan : bicara
13 bulan : berlari
2 tahun : bicara lengkap dan sudah mengerti
I. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Keadaan umum
Kesadaran : composmentis; GCS = 15 (A4M6V5)
Kesan sakit : Tampak sakit sedang
Ukuran antropometri
Berat badan : 15 kg
Panjang badan : 115 cm
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar perut : 49 cm
Lingkar lengan atas : 15 cm
Status gizi
BB/U : 15/25.3 x 100% = 59,2 % ; -3 SD
TB/U : 115 / 127 x 100% = 90,5 % ; -2 SD
BMI : BB/(TB)2 = 15/(1,15)2 = 11, 3 ; -3 SD
Tanda vital
Tensi : 90/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit, Reguler, equal, isi cukup
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/ subkutan yang menyeluruh :
Pucat : (+)
Kering dan mengkilap : (+)
Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Perdarahan : (-)
Edema umum : (-)
Turgor : kembali cepat
Pembesaran KGB : (-)
KEPALA
Bentuk : Normocephal, bulat, simetris
UUB : Datar, Menutup
Wajah : Seperti orang tua, muka bulat dan sembab (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Kulit : Kering, ichtiosis, crazy pavement dermatosis (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-), air mata (+/+), refleks
cahaya (+/+), pupil bulat isokor diameter 3 mm, bercak bitot (-/-)
Telinga : Bentuk normal, simetris
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Mukosa Bibir kering, sianosis (-),bercak koplik (-),typhoid tongue (+)
LEHER
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba adanya pembesaran KGB
Retraksi suprsternal : (-)
THORAKS
Inspeksi : - Bentuk dan gerak hemithorak kanan dan kiri simetris pada keadaan
statis dan dinamis, iga menonjol (+)
Palpasi : Fremitus taktil dan vocal simetris pada hemithorak kiri dan kanan
Perkusi : Pulmo : sonor di seluruh lapang paru
Cor : batas jantung kanan pada ICS III linea sternalis dekstra
batas jantung kiri ICS IV line midklavikula sinistra
batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi : Pulmo : - Terdengar rhonki basah kasar pada kedua lapang paru.
Cor : - Bunyi jantung murni reguler
ABDOMEN
Inspeksi : Permukaan tampak datar lembut, retraksi epigastrium (-)
Auskultasi : BU (+) normal.
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen. PS/PP -/-
Palpasi : NT (-)
Hepar : Tidak teraba pembesaran
Lien : Tidak teraba pembesaran
Turgor : Kulit kembali cepat
GENITALIA EXTERNA
Kelamin : Laki-laki, tidak ada pembesaran kelenjar inguinal.
EKSTREMITAS
Superior : akral teraba hangat, edema (-/-), sianosis (-/-), purpura (-/-), clubbing
finger (-/-), hipotoni (+)
Inferior : akral teraba hangat, edema(-/-), sianosis(-/-), purpura(-/-),hipotoni (+)
, baggy pants (+)
STATUS NEUROLOGI
Kekuatan Motoris : 5/5
Sensorik : Baik
Rangsang Meningeal : Kaku Kuduk (-)
Brudzinski I, II, III : -/-/-
Reflek fisiologis : Trisep +/+ Bisep +/+ Brachioradialis +/+ `
KPR +/+ APR +/+
Refleks patologis : Babinsky -/-
Chaddock -/-
Oppenheim -/-
Schuffer -/-
Klonus -/-
Scoring TB
- Kontak : 2
- Uji tuberculin : -
- Berat badan/keadaan gizi : 2
- Demam tanpa sebab jelas : 1
- Batuk kronik : 1
- Pembesaran KBG : 0
- Pembengkakan Sendi : 0
- Rontgen Thorak : 0
Total skor : 6
(TB Paru Positif)
II. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium Tgl : 22 Agustus 2013
Hematologi
Darah Rutin
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 8.2 g/dl 12.0- 16.0 g/dl
Hematokrit 24 % 35-47 %
Lekosit 3500 /mm3 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 50.000 /mm3 150.000-440.000/mm3
Eritrosit 4.47 juta/mm3 3.6 – 5.8 juta/mm3
Laju Endap Darah 27/40 mm/jam 10
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1%
Eosinofil 2 % 1-6%
Batang 4 % 3-5%
Segmen 50 % 40-70%
Limfosit 40 % 30-45%
Monosit 4 % 2-10%
Kimia Klinik
Albumin 2.8 mg/dL s.d 3.5 – 5
SGOT 274 U/L s.d 37
SGPT 79 U/L s.d 40
GDS 69 mg/ dL < 140
Elektrolit
Natrium (Na) 128 mEq/L 135 - 145
Kalium (K) 3.6 mEq/L 3.6 - 5.5
Clorida (Cl) 100 mEq/L 96 -106
Kalsium ( Ca. bebas) 4.16 mg/dL 4.7 – 5.2
Hasil Laboratorium Tgl : 23 Agustus 2013
Hematologi
Darah Rutin
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 8.0 g/dl 12.0- 16.0 g/dl
Hematokrit 25 % 35-47 %
Lekosit 5100/mm3 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 40.000 /mm3 150.000-440.000/mm3
Eritrosit 4.31 juta/mm3 3.6 – 5.8 juta/mm3
Hasil Laboratorium Tgl : 26 Agustus 2013
Hematologi
Darah Rutin
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 7.3 g/dl 12.0- 16.0 g/dl
Hematokrit 23 % 35-47 %
Lekosit 5100/mm3 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 76.000 /mm3 150.000-440.000/mm3
Eritrosit 3.94 juta/mm3 3.6 – 5.8 juta/mm3
Imunoserologi
Dengue fever test
Dengue IgG Negatif Negatif
Dengue IgM Negatif Negatif
Feses
Makroskopis Feses
Warna Kuning Coklat
Konsistensi Lembek Lembek
Darah Negatif Negatif
Lendir Negatif Negatif
Nanah Negatif Negatif
Parasit Negatif Negatif
Mikroskopis Feses
Eritrosit (Feses) 0-1 / lpb Negatif
Lekosit 1-2 / lpb Negatif
Telur cacing Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Hasil Laboratorium Tgl : 27 Agustus 2013
Hematologi
Darah Rutin
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 7.9 g/dl 12.0- 16.0 g/dl
Hematokrit 23 % 35-47 %
Lekosit 5100/mm3 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 98.000 /mm3 150.000-440.000/mm3
Eritrosit 4.22 juta/mm3 3.6 – 5.8 juta/mm3
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0 % 0-1%
Eosinofil 2 % 1-6%
Batang 4 % 3-5%
Segmen 43 % 40-70%
Limfosit 46 % 30-45%
Monosit 5 % 2-10%
Hasil Laboratorium Tgl : 28 Agustus 2013
Hematologi
Darah Rutin
Hasil Nilai normal
Hemoglobin 7.7 g/dl 12.0- 16.0 g/dl
Hematokrit 24 % 35-47 %
Lekosit 5000/mm3 3.800 – 10.600/mm3
Trombosit 126.000 /mm3 150.000-440.000/mm3
Eritrosit 4.14j uta/mm3 4.19 – 5.95 juta/mm3
FOTO RONTGEN
Expertise :
- CTR<50 %
- Pulmo : hilli tidak melebar, tidak tampak berbercak lunak, tidak ada kranialisasi.
KESAN :
- Tidak tampak TB Paru aktif
III. DIAGNOSIS BANDING
- KEP berat tipe marasmus + suspek thyfoid ensephalopati + sup TB paru
- KEP berat tipe marasmus + suspek dengue ensephalopati + sup TB paru
- Suspek Meningitis serosa + KEP berat tipe marasmus
IV. DIAGNOSIS KERJA
- KEP berat tipe marasmuus + suspek thyfoid ensephalopati + sup TB paru
V. PENATALAKSANAAN
Terapi umum
1. Istirahat ; Tirah baring
2. Pemberian O2 2 liter/menit
3. Diet : Makanan Lunak Tinggi kalori Tinggi protein
4. Pasang sondeTerapi khusus
1. Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m (mikro)
2. L- Bio 2 x 1 sachet pulv
3. Ampicilin 4 x750mg iv
4. Cefotaxime 3x750mg iv
5. PCT 3 x 1 ½ cth po6. Vit B compleks 1x1tab po7. Vit C 1 x 1 tab po8. Asam folat 1x1 tab po
VI. USULAN PEMERIKSAAN
1. pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit, hitung jenis, SGOT, SGPT,
albumin, GDS, LED, natrium, kalium, kalsium
2. PPD test
3. Rongtsen Toraks
VII. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia ad malam
3. Quo ad sanationam : dubia ad malam
FOLLOW UP
TANGGAL SUBJEKTIF OBJEKTIF INSTRUKSI
21/8/13 -Demam (+)
-Menceret
(+)
- Kejang (-)
KU = sakit sedang KS = somnolen GCS : 14 (E3M6V5)T = 100/70 mmHgN = 104 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 26 x/mntS = 37,5°CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA: Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
Abdomen
Terapi - Pasang sonde-Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
- Ampicilin 4 x750mg iv
-Cefotaxime 3x750mg iv
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F75 10 x 120cc personde- PPD test
I: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
22 / 08/ 13 - Demam (+)
- Nyeri perut
(+)
- Menceret
(-)
KU = sakit sedang KS = somnolen GCS 14 (E3M6V5)T = 80/40 mmHgN = 100 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 26 x/mntS = 37,6°CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA:Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial
Terapi - Pasang sonde-Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
iv ( 30 menit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F75 10 x 120cc personde- PPD test
(-/-), sianosis (-)
23 / 08 / 13 -nyeri perut
(+)
- BAB (-)
-
KU = sakit sedang KS = somnolen GCS 14 (E3M6V5)T = 80/60 mmHgN = 80 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 28 x/mntS = 37,6°CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA: Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
Terapi -Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
iv ( 30 m3nit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F75 10 x 120cc personde
24 / 06 / 13 - mual (+)
-
KU = sakit sedang KS = CMT = 90/60 mmHgN = 92 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 26 x/mntS = 37°C
Terapi -Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
Kepala : UUB menutupMata: CA (-/-),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA: Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
iv ( 30 m3nit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F75 10 x 120cc personde
TANGGAL SUBJEKTIF OBJEKTIF INSTRUKSI
26 /8/13 -Demam (+)
-Mual (+)
KU = sakit sedang KS = CMT = 100/70 mmHgN = 88x/mnt regular, equal, isi cukupR = 30x/mntS = 36,9°CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra
Terapi -Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
-/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA: Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
iv ( 30 m3nit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F100 10 x 120cc personde
27 / 08/ 13 - Demam (+)
- Mual (+)
KU = sakit sedang KS = somnolen GCS 14 (E3M6V5)T = 80/40 mmHgN = 100 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 26 x/mntS = 37,6°CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)
Thoraks
Terapi - Pasang sonde-Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
iv ( 30 menit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po
I : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA:Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F100 10 x 120cc personde- PPD test
28 / 08 / 13 -nyeri perut
(+)
- BAB (-)
-
KU = sakit sedang KS = CMT = 90/70 mmHgN = 92 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 22 x/mntS = 35,5 °CKepala : UUB menutupMata: CA (+/+),SI (-/-), edema palpebra -/-, air mata +/+Hidung : PCH (-/-), sekret (-/-)Mulut: SPO (-), mukosa bibir lembab, Leher :pembesaran KGB (-), retraksi suprasternal (-)ThoraksI : Gerak dan bentuk kedua hemitoraks simetris dalam keadaan statis dan dinamis.P: fremitus taktil kedua hemitoraks simetrisP: sonor di seluruh lapang paruA: Pulmo: terdengar rhonki basah nyaring pada kedua lapang paru
Terapi -Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m
(mikro)
- L- Bio 2 x 1 sachet pulv
-Cefriaxone 2 x 1 gr iv
- Dexamethasone 7,5 mg
iv ( 30 m3nit sebelum
antibiotik)
- PCT 3 x 1 ½ cth po- Vit B compleks 1x1tab po- Vit C 1 x 1 tab po-Asam folat 1x1 tab po- Diet F100 10 x 120cc personde
Cor: bunyi jantung murni reguler
AbdomenI: datar lembutA: BU (+) normalP: hepar dan lien tidak teraba pembesaranP: pekak samping/pekak pindah -/-
EkstremitasAkral: teraba hangat, edema pretibial (-/-), sianosis (-)
RESUME
Anamnesa
Pasien datang dibawa oleh orangtuanya ke IGD RSU dr.Slamet Garut dengan keluhan
panas badan sejak 2 minggu SMRS. Panas badan dirasakan hilang timbul. 1 minggu SMRS
pasien mengalami demam yang cukup tinggi (39 C), dan sering mengeluh sakit kepala.
Pasien sering terlihat cengeng dan rewel beberapa minggu SMRS. Keluhan disertai dengan
penurunan kesadaran saat dalam perjalanan. keluhan nyeri perut dan tidak bisa BAB sejak 6
hari. Setiap malam baju pasien sering basah saat pasien sedang beristirahat atau tidak
melakukan aktifitas. Penurunan berat badan diakui dan dirasakan pasien ketika baju- baju dan
celana pasien menjadi lebih besar atau longgar. Penurunan berat badan sekitar 5 kg dalam 3
minggu pasien sakit. Penurunan nafsu makan diakui sejak satu bulan SMRS.
Sejak 1 tahun SMRS pasien sering mengeluh batuk dan disertai flu. Pasien mengaku
saat mengalami sakit seperti itu pasien di bawa berobat ke puskesmas di malangbong. Saat
tidur pasien sering mengeluh berkeringat disertai panas badan. Pasien juga mengaku sakit
panas selama 1 minggu ketika 4 bulan sebelum sakit yang di alami sekarang,
Pemeriksaan Fisik
KU : Sakit berat
KS : Somnolen
Status Antropometri
BB/U : 15/25.3 x 100% = 59,2 % ; -3 SD
TB/U : 115 / 127 x 100% = 90,5 % ; -2 SD
BMI : BB/(TB)2 = 15/(1,15)2 = 11, 3 ; -3 SD
Tanda vital
Tensi : 90/70 mmHg
Nadi : 92 x/menit, Reguler, equal, isi cukup
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Generalis
Wajah : Seperti orang tua
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Kulit : Kering, ichtiosis, crazy pavement dermatosis (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-), air mata (+/+), refleks
cahaya (+/+), pupil bulat isokor diameter 3 mm, bercak bitot (-/-)
Mulut : Mukosa Bibir kering, sianosis (-),bercak koplik (-),typhoid tongue (+)
Thorak : Inspeksi: Bentuk dan gerak hemithorak kanan dan kiri simetris pada
keadaan statis dan dinamis, iga menonjol (+)
Palpasi : Fremitus taktil dan vocal simetris pada hemithorak kiri dan
kanan
Perkusi: Pulmo : sonor di seluruh lapang paru
Cor : batas jantung kanan pada ICS III linea sternalis
dekstra
batas jantung kiri ICS IV line midklavikula sinistra
batas atas jantung ICS II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi: Pulmo : - Terdengar rhonki basah kasar pada kedua lapang
paru.
Cor : - Bunyi jantung murni reguler
Abdomen: Hepar : Tidak teraba pembesaran
Turgor : Kulit kembali cepat
Ekstremitasr : akral teraba hangat,hipotoni (+)
Inferior : akral teraba hangat, hipotoni (+) , baggy pants (+)
Scoring TB
- Kontak : 2
- Uji tuberculin : -
- Berat badan/keadaan gizi : 2
- Demam tanpa sebab jelas : 1
- Batuk kronik : 1
- Pembesaran KBG : 0
- Pembengkakan Sendi : 0
- Rontgen Thorak : 0
Total skor : 6
(TB Paru Positif)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Foto Rontgen PPD test
Hb : 8,2 g/dLHt : 24%Leukosit: 3.500/mm3
Trombosit: 50.000/mm3
LED : 27/40 mm/jamProtein total : 6, 57 g/dLAlbumin : 2,8 mg/dLSGOT : 274U/LSGPT :79 U/LGDS : 69 mg/dlNatrium : 128 mEq/LKalsium ( Ca. bebas): 4.16 mg/Dl
Kesan : tidak tampak TB paru aktif
- (- mm)
DIAGNOSIS BANDING
- KEP berat tipe marasmus + suspek thyfoid ensephalopati + sup TB paru
- KEP berat tipe marasmus + suspek dengue ensephalopati + sup TB paru
- Suspek Meningitis serosa + KEP berat tipe marasmus
DIAGNOSIS KERJA
- KEP berat tipe marasmuus + suspek thyfoid ensephalopati + sup TB paru
PENATALAKSANAAN
Terapi umum
1. Istirahat ; Tirah baring
2. Pemberian O2 2 liter/menit
3. Diet : Makanan cair Tinggi kalori Tinggi protein
diberikan F75 10x120 cc per sonde.
4. Pasang sonde
Terapi khusus
5. Inf. KAEN 4 A 4 gtt/m (mikro)
6. L- Bio 2 x 1 sachet pulv
7. Ampicilin 4 x750mg iv
8. Cefotaxime 3x750mg iv
9. PCT 3 x 1 ½ cth po10. Vit B compleks 1x1tab po11. Vit C 1 x 1 tab po12. Asam folat 1x1 tab po
USULAN PEMERIKSAAN
1. pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, trombosit, eritrosit, hitung jenis, SGOT, SGPT,
albumin, GDS, LED, natrium, kalium, kalsium
2. PPD test
3. Rongtsen Toraks
4. Lumbal Pungsi
PROGNOSIS
4. Quo ad vitam : dubia ad bonam
5. Quo ad functionam : dubia ad malam
6. Quo ad sanationam : dubia ad malam
PEMBAHASAN
1. Apakah diangnosa pasien diatas KEP berat tipe marasmuus + suspek thyfoid
ensephalopati + sup TB paru sudah benar ?
- Diagnosa KEP berat tipe marasmus dapat diperoleh dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,
Anamnesa : pasien yang terlihat kurus, Penurunan berat badanPasien terlihat cengeng dan rewel
Pemeriksaan fisik:
Wajah : Terlihat tua
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Kulit : Kering, ichtiosis, crazy pavement dermatosis (-)
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), bercak bitot (-/-)
Thorak : Iga menonjol (+)Ekstremitasr : akral teraba hangat,hipotoni (+)
Ekstremitas : Hipotoni (+) , baggy pants (+)
Status Antropometri
BB/U : 15/25.3 x 100% = 59,2 % ; -3 SD
TB/U : 115 / 127 x 100% = 90,5 % ; -2 SD
BMI : BB/(TB)2 = 15/(1,15)2 = 11, 3 ; -3 SD
- Diagnosa suspek typhoid ensephalopati pada pasien ini
Anamnesa : - Demam sejak 2 minggu
- Penurunan kesadaran
- Keluhan nyeri perut BAB belum selama 6 hari kemudian disertai
diare selama di RS sebanyak 5x
- Demam turun naik dan naiknya terutama sore dan malam hari
- Riwayat tertular dari keluarga pasien yang pernah menderita demam
typhoid yaitu ibu pasien
- Pasien mengeluh nyeri perut
Pemeriksaan Fisik :
Kesadaran : somnolen
Mulut : typhoid tounge
- Diagnosa suspek Tb paru pada pasien ini
Anamnesa : pasien sering mengalami batuk – batuk dan disertai flu
Keringat malam dan panas badan
Status Antropometri
BB/U : 15/25.3 x 100% = 59,2 % ; -3 SD
TB/U : 115 / 127 x 100% = 90,5 % ; -2 SD
BMI : BB/(TB)2 = 15/(1,15)2 = 11, 3 ; -3 SD
Pemeriksaan Fisik
Pulmo : Rhonki basah nyaring pada kedua paru
Pemeriksaan Penunjang
LED : 27/40 mm/jam
Scoring TB
- Kontak : 2
- Uji tuberculin : -
- Berat badan/keadaan gizi : 2
- Demam tanpa sebab jelas : 1
- Batuk kronik : 1
- Pembesaran KBG : 0
- Pembengkakan Sendi : 0
- Rontgen Thorak : 0
Total skor : 6
(TB Paru Positif)
Pada pasien ini kami curiga pasien mengalami ensephalopati dengue e/c dengue syok sindrom karena pada pasien ini di temukan
Anamnesa : sebelumnya pasien mengeluh nyeri kepala, kemudian terjadi penurunan kesadaran.
Tanda vital :
T = 80/40 mmHgN = 100 x/mnt regular, equal, isi cukupR = 26 x/mntS = 37,6°C
Pemeriksaan Penunjang :Hb : 8,0 g/dL
Ht : 25 %
Trombosit : 40.000 /mm3
Jadi pada pasien ini diagnosa yang menurut kami tepat adalah :
- KEP berat tipe marasmuus + ensephalopati dengue e/c dengue syok syndrom +
Typhoid fever + Susp TB paru
TEORI KEP
Strategi pengobatan dibagi ke dalam 3 tingkat (Penny, 2004; WHO, 1999):
a) Fase inisial atau akut (2-10 hari), pada fase ini diusahakan mengatasi komplikasi berupa
dehidrasi, hipoglikemia dan infeksi, bersamaan dengan dimulainya terapi nutrisi.
b) Fase pemulihan atau rehabilitasi (2-6 minggu). Pada fase ini, terjadi peningkatan jumlah
masukan nutrisi dan terjadi peningkatan berat badan. Selain itu stimulasi emosi dan fisik
ditingkatkan, sedangkan ibu atau pengasuh dilatih untuk melanjutkan pengasuhan di
rumah hingga persiapan anak dipulangkan.
c) Fase tindak lanjut (6-26 minggu). Fase ini anak telah dipulangkan. Anak dan keluarga
dipantau untuk mencegah adanya kekambuhan serta menilai adanya perkembangan fisik,
mental dan emosi anak.
Tabel 1. Jadwal Pengobatan KEP berat
Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama
(diutamakan penanganan kegawatan).
1. Penanganan hipoglikemi
Semua anak dengan malnutrisi berat berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula
darah <54mg/dl atau 3 mmol/l) yang merupakan faktor penting penyebab kematian
dalam 2 hari pertama perawatan. Hipoglikemia dapat disebabkan infeksi sistemik
berat atau dapat terjadi pada anak malnutrisi berat yang tidak diberi makan selama 4-6
jam (WHO,1999). Hipoglikemia dan hipotermia biasanya terjadi bersama-sama,
sebagai tanda adanya infeksi. Pemberian makanan yang sering yaitu paling kurang
tiap 2-3 jam siang maupun malam penting untuk mencegah kedua kondisi tersebut
(WHO,1999). Tanda hipoglikemia termasuk hipotermia (<36.5 °C), letargi,
penurunan kesadaran.
Apabila telah dicurigai adanya hipoglikemia, pengobatan harus segera diberikan
secepatnya tanpa menunggu konfirmasi hasil laboratorium. Bila pasien masih sadar
dan dapat minum, segera berikan 50 ml glukosa atau sukrosa 10%, atau berikan F-75
melalui mulut. Bila memungkinkan, berikan larutan tersebut setiap 30 menit selama 2
jam (setiap kali berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam). Namun bila tidak bisa,
berikan sekaligus semuanya. Pasien harus diperhatikan dengan ketat hingga pasien
benar-benar sadar. Terapi dilanjutkan diberikan tiap 2-3 jam baik siang maupun
malam (WHO,1999).
Bila pasien mengalami penurunan kesadaran, tidak bisa dibangunkan atau mengalami
kejang, berikan 5ml/kgbb glukosa 10% steril melalui intravena, kemudian diikuti
dengan 50 ml glukosa atau sukrosa 10% (1 sdt dalam 3½ sdm air) melalui NGT. Bila
glukosa IV tidak bisa diberikan segera, berikan dulu lewat NGT. Bila pasien mulai
sadar, segera mulai terapi dengan diet F-75 atau larutan glukosa (60g/l). Setiap anak
dengan dugaan hipoglikemia harus diterapi juga dengan antibiotik spektrum luas
(WHO,1999).
2. Penanganan hipotermi
Bila suhu ketiak < 360C
Periksalah suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan dengan
termometer biasa, anggap anak menderita hipotermi.
Bila suhu dubur < 360C
o Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila
perlu)
o Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
Letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan menggunakan botol air panas)
atau peluk anak di dada ibu dan selimuti.
o Berikan antibiotik (langkah 5)
3. Penanganan dehidrasi
Jangan menggunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali pada keadaan
syok/renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati, tetesan perlahan-
lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung (penanganan kegawatan)
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak Na dan kurang K
untuk penderita KEP berat. Sebagai pengganti, berikan larutan garam khusus yaitu
Resomal atau penggantinya. Tidaklah mudah untuk memperkirakan status dehidrasi
pada KEP berat dengan menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua
anak KEP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi cairan
resomal/pengganti sebanyak 5 mL/kgbb setiap 30 menit selama 2 jam p.o. atau lewat
pipa nasogastrik. Selanjutnya beri 5-10 mL/kgbb/jam untuk 4-10 jam berikutnya;
jumlah tepat yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya
dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah. Ganti resomal/cairan
pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula khusus sejumlah, bila keadaan
rehidrasi menetap/stabil. Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6). Selama
pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik, dan anak mulai kencing.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan Na tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi K dan Mg sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu, untuk
pemulihan. Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dalam terjadinya edema
(jangan obati edema dengan pemberian diuretik). Berikan K 2-4 mEq/kgbb/hr (150-
300 mg KCL/kgbb/hr), Mg 0,3-0,6 mEq/kgbb/hr (7,5-15 mg MgCl2/kgbb/hr). Untuk
rehidrasi, berikan cairan rendah Na (resomal/pengganti). Siapkan makanan tanpa
diberi garam. Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 mL larutan pada 1 L formula,
dapat memenuhi kebutuhan K dan Mg.
5. Pengobatan infeksi
Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak, karenanya pada semua KEP berat beri secara rutin antibiotika
spektrum luas. Vaksinasi campak bila usia anak > 6 bulan dan belum pernah
diimunisasi (bila keadaan anak sudah memungkinkan, paling lambat sebelum anak
dipulangkan). Ulangi pemeberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7,5 mg/kgbb, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotika spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mukosa usus dan mengurangi risiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat
pertumbuhan bakteri anaerob dalam usus halus.
Pilihan antibiotika spektrum luas, bila tanpa penyulit Kotrimoksazol 5 mL suspensi
pediatri p.o. 2x/hari selama 5 hari (2,5 mL bila berat badan < 4 kg). Bila anak sakit
berat (apatis, letargi) atau ada penyulit (hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit,
saluran nafas atau saluran kencing), berikan Ampisillin 50mg/kgbb im/iv setiap 6 jam
selama 2 hari, kemudian p.o. amoksisilin 15mg/kgbb setiap 8 jam selama 5 hari. Bila
amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50 mg/kgbb setiap 6 jam p.o. dan
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/i.m./i.v. sekali sehari selama 7 hari. Bila dalam 48 jam tidak
terdapat kemajuan klinis, tambahkan kloamfenikol 25 mg/kgbb/i.m/i.v. setiap 6 jam
selama 5 hari. Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik
spesifik yang sesuai. Tambahkan obat malaria bila pemeriksaan darah untuk malaria
positif. Bila anoreksia menetap setelah 5 hari pengobatan antibiotika, lengkapi
pemberian hingga 10 hari. Bila masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara
lengkap, termasuk lokasi infeksi, kemungkinan adanya organisme yang resisten serta
apakah vitamin dan mineral telah diberikan dengan benar.
6. Pemberian makanan
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati-hati karena keadaan
faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostasis berkurang. Pemberian makanan
harus segera dimulai setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal saja.
Formula khusus seperti F WHO 75 yang dianjurkan dan jadwal pemberian
makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di
atas (tabel pemberian diet dan cairan). Berikan formula dengan cairan/gelas. Bila
anak terlalu terlalu lemah, berikan dengan sendok/pipet. Pada anak dengan selera
makan baik tanpa edema, jadwal pemberian makanan pada fase stabilisasi ini
dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari untuk setiap tahap).
Bila masukan makanan < 80 Kkal/kgbb/hr, berikan sisa formula nasogastrik. Jangan
memberikan makanan lebih dari 100 Kkal/kgbb/hr pada fase stabilisasi ini. Pantau
dan catat jumlah yang diberikan dan sisanya, muntah, frekuensi buang air besar dan
konsistensi tinja dan berat badan harian. Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan-
lahan berkurang dan berat badan mulai naik, tetapi pada penderita dengan edema,
berat badannya akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya edema, baru
kemudian BB mulai naik. Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian
nutrisi sudah berhati-hati, lihat bab diare persisten.
7. Fasilitasi tumbuh kejar
Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagi pendekatan secara gencar agar tercapai
masukan makan yang tinggi dan pertambahan berat badan lebih dari 10 gram/kgbb/hari.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2 minggu, setelah
dirawat.
Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal jantung yang
dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari formula
khusus awal ke formula khusus lanjutan.
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0,9-1 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2,9 g per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan
kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200
ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi
Frekuensi nafas
Frekuensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 x/ menit dan denyut nadi > 25 x/ menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturut-turut, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi
Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering
Energi 150-220 Kkal/kgBB/hari
Protein 4-6 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula karena energi dan
protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.
Pemantauan setelah periode transisi
Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan
Timbang anak setiap pagi sebelum anak diberi makan
Setiap minggu, kenaikan BB dihitung (g/kgBB/hari)
Bila kenaikan BB
Kurang (< 5 g/kgBB/hr) perlu re-evaluasi menyeluruh
Sedang (5-10 g/kgbb/hr), evaluasi apakah masukan makanan mencapai target
atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Semua KEP berat, menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu
sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-
2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari multivitamin, asam folat 1 mg/hr 95 mg pada hari pertama), seng
(Zn) 2 mg/kgbb/hr, tembaga (Cu) 0,25mg/kgbb/hr. Bila berat badan mulai naik : Fe 3
mg/kgbb/hr atau sulfas ferrosus 10 mg/kgbb/hr.
Vitamin A oral pada hari ke-1
Anak > 1 tahun : 200.000 SI
6-12 bulan : 100.000 SI
0-5 bulan : 50.000 SI (jangan berikan bila pasti sebelumnya anak sudah
mendapat vitamin A)
9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
Anak dengan KEP berat memiliki keterlambatan perkembangan mental dan prilaku
yang bila tidak diobati akan menjadi masalah serius jangka panjang. Stimulasi fisik
dan emosional yang dilalukan melalui program yang dimulai sejak rehabilitasi hingga
pasien pulang, akan mengurangi risiko retardasi mental dan gangguan emosional.
Wajah anak jangan ditutup; anak harus bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi
disekelilingnya. Anak jangan dibungkus kain atau diikat untuk mencegah ia berpindah
dari tempat tidurnya.
Sangat penting keberadaan ibu atau pengasuh anak ini di rumah sakit dan ia didorong
untuk terus memberi makan, menjaga anak agar tetap nyaman dan terus bermain
dengannya jika memungkinkan. Setiap orang dewasa disekelilingnya harus berbicara
berinteraksi, tersenyum kepada anak. Bial ada prosedur medis yang tidak nyaman
(setelah penyuntikan atau pemasangan infus) sebaiknya orang tua atau pengasuhnya
mendukung anak pada posisi yang nyaman.
Lingkungan
Suasana rumah sakit yang biasa tidak menunjang untuk pengobatan anak KEP.Ruang
rawat inap yang dihias dengan dinding berwarna warni akan menarik perhatian anak.
Jikalau memungkinkan staf dan pegawai ruang rawat tidak memakai seragam
melainkan pakaian seharian.Apron yang berwarna boleh dipakai untuk melindungi
baju mereka. Musik dari radio yang mengiringi dapat menambah susasana ceria di
ruang rawat. Mainan yang aman,mudah dicuci dan sesuai berdasarkan usia dan
perkembangan anak harus selalu tersedia.Pada dasarnya suasana di ruang rawat inap
harus santai, ceria, dan menarik.
Kegiatan main anak
Anak yang kekurangan gizi perlu berinteraksi dengan anak-anak lain pada saat
rehabilitasi Setelah fase awal rehabilitasi,anak-anak ini perlu menghabiskan waktu
yang lama dengan bermain dengan anak-anak lain sambil diawasi oleh ibu atau play
guide. Aktivfitas ini tidak meninggikan resiko infeksi silang namun memberi
keuntungan yang besar pada anak.Perawat atau sukarelawan harus bertanggungjawab
menyediakan kurikulum untuk aktifitas main anak-anak. Aktifitas yang dijalankan
bertujuan mengembangkan skill motorik dan bahasa. Waktu 15-30menit disediakan
tiap hari untuk bermain dengan setiap anak secara individual.Skill baru harus
didemonstrasikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan diikuti oleh anaknya.Effort
dari anak harus selalu dipuji.
10.Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Bila anak berat badannya sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak sembuh.
Pola pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah
penderita dipulangkan.
Peragakan kepada orang tua pemberian makan yang sering dengan kandungan energi
dan nutrien yang padat. Serta terapi bermain yang terstruktur.
Sarankan agar membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur, pemberian
suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster) serta pemberian vitamin A setiap 6 bulan.
Setelah diagnosis TB paru tegak pasien diberikan terapi :
1. Isoniazid (H)
Isoniazid (INH) bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan
aktif, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
Bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang diam. Dosis harian yang dianjurkan 5-15
mg/kgBB/hari. Efek samping yang berat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang
lebih 0,5% penderita. Bila terjadi ikterus pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau
dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan, nyeri otot,
dan gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat dilanjutkan.
2. Rifampisin (R)
Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat membunuh kuman
semidorman (persisten) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Dosis 10-20 mg/kgBB/hari
yang diberikan sebelum makan. Salah satu efek samping yang berat rifampisin adalah
hepatitis. Bila terjadi ikterik maka pengobatan dihentikan atau dosis dikurangi, setelah
sembuh pengobatan dapat dilanjutkan lagi. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau
jingga pada air seni dan keringat yang terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
berbahaya. Efek samping lain adalah mual dan trombositopenia.
3. Pirazinamid (Z)
Pirazinamid bersifat bakteriosid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 15-30 mg/kgBB/hari sebaiknya dibagi
dalam dua dosis. Efek samping utama dari penggunaan pirazinamid adalah hepatitis, nyeri
sendi dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis gout yang kemungkinan
disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi
hipersensitivitas misalnya demam, mual, kemerahan, dan reaksi kulit yang lain.
Menurut kami penatalaksaan pada pasien TB paru sudah tepat dengan pemberian :
Rifampisin : 15 x 15 = 1 x 225 mg p.o
INH : 10 x 15 = 1 x 150 mg p.o
Pirazinamid : 15 x 15 = 2 x 225 mg p.o
Vitamin B6 : 1 x 10 mg p.o
DEMAM TIFOID ( TYPHOID FEVER )
PENDAHULUAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam tifoid merupakan penyakit endemis
di Indonesia yang disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella; 96 % kasus demam tifoid
disebabkan oleh S. thypi, sisanya disebabkan oleh S. Parathypi. Sembilan puluh persen
kasus demam tifoid terjadi pada umur 3 – 19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5
tahun. Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit
demam lainnya. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman
untuk konfirmasi.
Salmonella thypi, gram negative, memiliki flagel (bergerak) , tidak menghasilkan
spora Salmonella dikelompokkan berdasarkan antigen O ( Somatik antigen) dan lebih
lanjut dibagi menjadi serotype berdasarkan Antigen flagel (Antigen H) dan Antigen
permukaan / kapsul (Antigen Vi = Antigen Virulensi).
PATOGENESIS
Kuman masuk melalui makanan / miniman , setelah melewati lambung kuman mencapai
usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai folikel limfoid
usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran limfe mesenterikal ke dalam sirkulasi darah
( bakteremia primer) mencapai jaringan Retikulo endoplasmic sistim (hepar, lien,
sumsum tulang untuk bermultiplikasi) berlangsung singkat, terjadi 24 – 72 jam setelah
kuman masuk. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa
sehingga organ-organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan. Setelah 5 – 9 hari
kuman masuk kembali ke aliran darah (Bakteremi kedua) dan menyebar keseluruh tubuh
terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong
pada mukosa diatas plak Peyeri. Tukak tersebut dapat menyebabkan perdarahan dan
perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin. Masa inkubasi 10 – 14 hari.
GEJALA KLINIS
Riwayat
Periode inkubasi demam tifoid bervariasi tergantung dari beratnya infeksi, rata-rata 10
– 20 (jarak 3 – 56) hari. Pada demam paratyphoid, periode inkubasi rata-rata 1 – 10 hari.
Durasi penyakit pada pasien yang tidak ditangani umumnya 4 minggu.
Pasien sering asimptomatis selama periode inkubasi, umumnya 7 – 14 hari tetapi
dapat pendek selama 3 hari dan panjang selama 60 hari tergantung jumlah
organisme yang dicerna. Pada masa inkubasi 10 – 20 pasien mengalami diare
transient.
Pada masa bakteremia, Periode inkubasi berakhir dan pasien mulai mengalami
demam, dimana umumnya meningkat secara bertahap dalam 2 – 3 hari. Hampir
semua pasien mengalami demam, dan sebagian besar disertai nyeri kepala.
Pada minggu pertama, gejala tidak spesifik, dengan nyeri kepala, malaise dan
peningkatan demam remiten hingga suhu 39 – 40 C
Sering disertai konstipasi dan batuk nonproduktif sedang.
Pemeriksaan Fisik
Bintik-bintik kemerahan diameter 2 – 4 meter (Rose spots) yang menghilang saat
penekanan, timbul pada abdomen atas dan dada bagian bawah antara hari ke tujuh
dan dua belas. Rose spots disebabkan oleh embolisasi bakteri dalam kapiler kulit.
Pada saat yang bersamaan umumnya ditemukan relative bradikardi.
Selama minggu ke dua, pasien tampak penampilan toksik dan tampak apatis
dengan disertai pireksia. Perut kembung ringan, dan umumnya ditemukan
hepatosplenomegali.
Pada minggu ke tiga, Peningkatan toksisitas dan pertimbangkan adanya penurunan
berat badan. Persisten pireksia dan keadaan delirium (Typhoid state). Perut
kembung menjadi lebih berat , dan diare dengan tinja cair, berbau busuk dan
berwarna hijau-kekuningan. Pasien tampak lemah dan takipneu. Pada keadaan ini
dapat terjadi kematian karena toksemia yang berlebihan, miokarditis, perdarahan
intestinal atau perforasi.
Pada pasien yang dapat bertahan hingga minggu ke empat , demam, tingkat
kesadaran dan perut kembung secara perlahan membaik dalam bebrapa hari, tetapi
komplikasi intestinal masih terjadi. Memasuki periode konvalesen dan
kebanyakan relaps (kambuh) terjadi pada masa ini.
RELAPS (kambuh)
Yaitu keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi lebih ringan
dan lebih singkat. Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ
yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun zat anti. Mungkin pula terjadi pada
waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan-
jaringan fibroblast.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi
Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe
atau perdarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ l
Limfositosis relative
Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat.
Pemeriksaan serologi
Tes widal merupakan pemeriksaan serologi tradisional yang digunakan untuk
mendiagnosis demam tifoid. Dengan mengukur antibody aglutinasi terhadap
antigen flagel (H) dan somatic (O) salmonella thypi dan parathypi.
Pada infeksi akut, antibody O muncul pertama kali, meningkat secara bertahap
dan kemudian menurun dan baru hilang setelah beberapa minggu. Antibodi H
timbul kemudian secara perlahan tetapi bertahan lama.
Peningkatan titer antibodi O umumnya merupakan indikasi infeksi akut,
dimana peningkatan antibody H membantu untuk mengidentifikasi tipe
demam enteric.
Serologi Widal : Kenaikan titer S. thypi O 1 : 200 atau kenaikan 4 kali titer
fase akut ke fase konvalesens.
Kadar IgM dan IgG (thypi-dot)
Pemeriksaan Salmonella
Pemeriksaan darah terutama pada minggu 1 – 2 dari perjalanan penyakit
Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke 4
KOMPLIKASI
Perforasi usus atau perdarahan saluran cerna : suhu menurun, nyeri abdomen ,
muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus menurun sampai menghilang,
defence muscular positif, pekak hati menghilang.
Ekstraintestinal : ensefalopati tifoid, hepatitis tifosa, meningitis, pneumonia, syok
septic, pielonefritis, endokarditis, osteomielitis, dan lain-lain.
DIAGNOSIS BANDING
Stadium dini : influenza, gastroenteritis, bronchitis
Tuberkulosis, infeksi jamur sistemik, malaria
Demam tifoid berat : Sepsis, leukemia, limfoma, meningitis tuberculosis.
PENALAKSANAAN
1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian.
2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama,
lemah dan anoreksia.
3. Istirahat selama demam sampai 2 minggu normal.
4. Diet lunak
5. Medikamentosa
Antibiotik
- Kloramfenikol (drug of choice) 50 – 100 mg/Kg/Hari, oral atau IV, dibagi
dalam 4 dosis selama 10 – 14 hari, atau
- Amoksisilin 100 mg/Kg/hari, oral atau intravena, atau
- Seftriakson 20 -80 g/Kg sekali sehari selama 5 hari
6. Tindakan bedah
Tindakan bedah perlu dilakukan segara bila terdapat perforasi usus.
PENCEGAHAN DAN PENDIDIKAN
Higiene perorangan dan lingkungan
Demam tifoid ditularkan melalui rute oro-fekal, maka pencegahan utama memutuskan
rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan lingkungan, seperti
mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, pengamanan pembuangan
limbah feses.
Imunisasi
Imunisasi aktif terutama diberikan bila terjadi kontak dengan pasien demam tifoid,
terjadi kejadian luar biasa, dan untuk turis yang berpergian ke daerah endemic.
o Vaksin polisakarida (capsular Vi polysaccharide), pada usia 2 tahun atau lebih,
diberikan secara intramuscular dan diulang setiap 3 tahun
o Vaksin tifoid oral (ty 21-a), diberikan pada usia > 6 tahun dengan interval
selang sehari (hari 1, 3 dan 5), diulang setiap 3 – 5 tahun,
PROGNOSIS
Umumnya prognosis baik dengan penanganan yang cepat. Mortalitas pada penderita
yang dirawat ialah 6 %. Prognosis menjadi kurang baik / buruk bila terdapat gejala klinis
yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua
2. Kesadaran menurun sekali yaitu spoor, koma dan delirium.
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis,
bronkopneumoni dan lain-lain.
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)