Case Report Session Sirosis

  • Upload
    ririe07

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    1/20

    BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

    1.1 Definisi

    Sirosis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan menahunpada hati yang diikuti proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati

    sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. 2

    Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis

    hepatik yang berlangsung progresif ditandai dengan distorsi dari struktur hepar dan

    pembentukan nodulus regeneratif.1

    1.2 Epidemiologi

    Lebih dari 40 % sirosis hati asimtomatik, sering ditemukan pada pemeriksaan rutin

    kesehatan atau pada otopsi. Insiden sirosis hati di Amerika diperkirakan 360 per 100.000

    penduduk. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada , hanya ada laporan dari

    beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati

    berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat dibagian penyakit dalam dalam kurun waktu 1

    tahun(2004). Dimedan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak

    819 (4%) dari seluruh pasien di bagian penyakit dalam.1

    1.3 Etiologi

    Etiologi dari sirosis hati disajikan dalam tabel 1. Di negara barat yang tersering

    akibat alkoholik sedangkan di Indonesia terutama akibat hepatitis B maupun C. Hasil

    penelitian di indonesia menyebutkan virus hepatitis B mengakibatkan sirosis sebesar 40-

    50% dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui (non

    B-non C).1

    Tabel 1. Sebab-sebab Sirosis dan/atau Penyakit Hati kronik1

    Penyakit Infeksi

    Bruselosis

    Ekinokokus

    Skistosomiasis

    Toksoplasmosis

    1

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    2/20

    Hepatitis virus

    Penyakit Keturunan Dan Metabolik

    Defisiensi alpha 1- antitripsin

    Sindrom Fanconi

    Galaktosemia

    Penyakit Gaucher

    Penyakit simpanan Glikogen

    Hemokromatosis

    Intoleransi fruktosa herediter

    Tirosinemia herediter

    Penyakit Wilson

    Obat dan Toksin

    Alkohol

    Amiodaron

    Arsenik

    Obstruksi bilierPenyakit perlemakan hati non alkoholik

    Sirosis bilier primer

    Kolangitis sklerosis primer

    Penyebab Lain Atau Tidak Terbukti

    Penyakit usus inflamasi kronik

    Fibrosis kistik

    Pintas jejunoileal

    Sarkoidosis

    1.4. Klasifikasi

    Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi sirosis hati kompensata yang berarti belum

    adanya gejala klinis yang nyata dan sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala

    dan tanda klinis yang jelas. 1

    Sirosis secara konvensional diklasifikasikan sebagai makronodular, besar nodul

    lebih dari 3 mm atau mikronodular, besar nodul kurang dari 3 mm atau campuran mikro

    dan makronodular. 1

    1.5. Patogenesis

    2

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    3/20

    Kendati etiologi dari berbagai bentuk sirosis tidak dimengerti dengan baik, ada 3

    pola khas yang ditemukan pada kebanyakan kasus yaitu: sirosis laenec, postnekrotik, dan

    biliaris.3

    Sirosis Laenec

    Disebut juga sirosis sirosis alkoholik, portal da sirosis gizi. Hal ini dihubungkam

    dengan penggunaan alkohol. Dan merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus. 3

    Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak

    secara gradual di dalam sel-sel hati (penumpukan lemak). Para pakar umumnya setuju

    bahwa minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Akumulasi

    lemak menunjukan adanya sejumlah gangguan metabolik, termasuk pembentukan

    trigliserida secara berlebihan, pemakaiannya yang berkurang dalam pembentukan

    lipoprotein, dan penurunaan oksidasi asam lemak. Sebab kerusakan hati diduga merupakan

    efek langsung alikohol terhadap sel-sel hati, yang diperberat oleh keadaan malnutrisi.

    Secara makroskopis, hati membesar, rapuh, dan tampak berlemak dan mengalami

    gangguan fungsional akibat akumulasi lemak yang banyak tersebut. 3

    Pada kasus sirosis laenec yang sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan ikat

    yang tebal terbentuk pada pinggir-pinggir lobulus, membagi parenkim menjadi nodula-

    nodula halus. Dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk

    mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang sarang sel-sel degenerasi

    dan regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Keadaan ini disebut

    sirosi nodular halus. Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal

    pada akhir stadium sirosis,akibat hipertensi portal dan gagal hati. 3

    Sirosis postnekrotik

    Sirosis postnekrotik agaknya terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan

    hati, menimbulkan nodula-nodula degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-

    pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan dengan jaringan parenkim

    hati normal. Banyaknya pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa

    hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya. Ciri yang agak

    aneh dari sirosis postnekrotik adalah bahwa tampaknya merupakan predisposisi terhadap

    neoplasma hati primer (hepatoma). 3

    Sirosis biliaris

    3

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    4/20

    Kerusakan sel hati yang dimulai di sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola

    sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebab yang paling umum adalah obstruksi

    biliaris posthepatik. Stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati

    dengan akibat kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus

    namun jarang memotong lobulus. Hati membesar, keras, bergranula halus, dan berwarna

    kehijauan. Sumbat empedu sering ditemukan dalam kapiler-kapiler dan duktulus empedu,

    dan sel-sel hati seringkali mengandung pigmen hijau. Saluran empedu ekstrahepatik tidak

    ikut terlibat. Komplikasi hipertensi portal jarang terjadi. 1

    1.6. Manifestasi Klinis

    Gejala awal sirosis dekompensata meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera

    makan berkurang , perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun. Pada laki-laki

    dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, dan hilangnya dorongan

    seksualitas. 1

    Bila sudah lanjut ke dekompensata, manifestasi utama dan lanjut dari sirosis

    merupakan akibat dari dua tipe gangguan fisiologis:gagal sel hati dan hipertensi portal.3

    Manifestasi gagal hepatoseluler adalah: 1,2,3

    - Ikterus pada kulit dan membran mukosa akibat hiperbilirubinemia, bila konsentrasi

    bilirubin kurang dari 2-3 mg/ dl tidak terlihat.

    - Spider telangiektasis, suatu lesi vaskuler yang dikelilingi beberapa vena-vena kecil.

    Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan atas.

    - Eritema palmaris , warna merah saga pada thenar dan hipothenar telapak tangan.

    - Fetor hepatikum akibat peningkatan konsentrasi dmetil sulfid akibat pintasan porto

    sistemik yang berat.

    - Ginekomastia, atrofi testis yang mengakibatkan impotensi dan infertil, hilangnya

    rambut badan.

    - Gangguan hematologik: anemia, leukopenia, trombositopenia. Gangguan

    pembekuan darah: perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid.

    - Edema perifer umumnya terjadi setelah timbulnya asites

    Manifestasi hipertensi portal adalah: 1,2,3

    4

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    5/20

    - Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritonium akibat hipertensi porta dan

    hipo albuminemia

    - Sirkulasi kolateral: vena superfisial dinding abdomen ( caput medusae) dan varises

    esofagus, hemoroid interna

    - Splenomegali, sering ditemukan terutama pada sirosis non alkoholik

    Ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal atau mengecil. Bilamana hati teraba

    hati teraba keras dan noduler. 1

    Hal lain yang dapat ditemukan yaitu, jari tabuh, perubahan kuku kuku Muchrche

    berupa pita putih horizontal dipisahkan dengan warna normal kuku.Gangguan tidur dan

    demam yang tidak terlalu tinggi. Gangguan mental berupa mudah lupa, sukar konsentrasi,

    bingung agitasi sampai koma. 1

    Gambaran laboratoris yang dapat ditemukan: 1

    - Peninggian serum glutamil oksaloasetat (SGOT) dan serum glutamil piruvat

    transaminase (SGPT).

    - Alkali fosfatase meningkat 2-3 kali batas normal.

    - Gamma Glukonil Transpeptidase (Gamma GT) konsentrasinya sama dengan alkali

    fosfatase pada penyakit hati.

    - Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, meningkat pada

    stadium lanjut.

    - Albumin, sintesisnya terjadi dijaringan hati, konsentrasi menurun sesuai

    perburukan sirosis

    - Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis

    - Prothrombin time memanjang mencerminkan derajat tingkatan disfungsi sintesis

    hati.

    - Natrium serum menurun pada sirosis dengan asites

    - Kelainan hematologi anemia

    - Seromarker hepatitis

    Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu: USG, biopsi hati, endoskopi

    saluran cerna atas, analisis cairan asites, barium meal. 1,4

    1.7. Diagnosis

    5

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    6/20

    Penegakan diagnosis sirosis hati terdiri dari pemeriksaan fisik, laboratorium dan

    USG. Pada kasus tertentu perlu dilakukan biopsi hati atau peritoneoskopi karena sulit

    membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini. 1

    1.8. Diagnosis Banding

    Hepatitis kronis aktif

    1.9. Pengobatan

    Prinsip penanganan sirosis dipengaruhi etiologi sirosis. Tujuan terapi

    mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah

    kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.

    Umum:

    - Bed rest sampai gejala membaik

    - Diet rendah protein ( diet hati III: protein 1g/kgBB, 2000-3000kkal)

    - Jika ada asites diberikan diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1000-2000

    mg)

    - Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, diberikan diet hati I2

    Untuk memberikan terapi terhadap penderita sirosis perlu di tinjau apakah sudah

    ada hipertensi portal dan kegagalan faal hati atau belum.

    a. sirosis tanpa kegagalan faal hati dan hipertensi portal perlu diberikan diet tinggi protein

    dan kalori. Lemak tidak perlu dibatasi. Disamping itu perlu diberikan vitamin; B12,

    essensial phosfolipid (EPL), cursil dan obat yang mengandung protein tinggi seperti

    superton. Hindari minuman beralkohol, zat hepatotoksik, dan makanan yang disimpan lama

    diudara terbuka lebih dari 24 jam.

    b. sirosis dengan kegagalan faal hati dan hipertensi portal.

    b1. istirahat

    aktifitas fisik dibatasi, dianjukan untuk istirahat ditempat tidur lebih kurang

    setengah hari setiap harinya, terutama yang suahdengan asites.

    b2. diet

    bila tidak ada tanda-tanda koma hepatikum diberikan diet 1500-2000 kal dengan

    protein sekurang-kurangnya 1 gr/kgbb/hr.perlu juga roboransia. Makanan dan minuman

    6

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    7/20

    yang mengandung alkohol dihentikan secaa mutlak. Makan minuman yang segar. Hindari

    makanan yang lebih dari 24 jam diudara bebas. Menurut gabuzzda (1970) pada penderita

    asites dan edema sedikit dapat hilang diet kaya protein (1-2 gr/ kgbb/hr), miskin Na (200-

    500 mg Na/hr), istirahat saja dan pembatasan cairan 1-1,5 l/ hr.

    b3. diuretik

    bila selama 4 hari dengan pengobatan dietetik ternyata tidak ada respons, atau

    penurunan berat badan kurang dari 1 kg, maka perlu diberikan diuretik. Diuretik tidak

    diberikan jika kadar bilirubin serum dan kreatinin serum meninggi, sebab akan

    memperburuk fungsi hati dan ginjal.

    Langkah pertama diuretik yang diberikan ialah spironolacton (aldacton), karena

    merupakan antagonis dan aldosteron, dan bekerja mengahambat reabsorbsi natrium dan

    klorid, serta juga menambah ekskresi kalsium. Kerjanya di tubuli distal ginjal. Sebaai

    pengganti spironolacton dapat dipakai triamterene atau amiloride yang mempunyai fungsi

    sama, yaitu bekerja ditubuli distal dan tidak mengeluarkan K. pemberian spironolacton

    dimulai dengan dosis rendah mis 25 mg/hr, bila selama 3hr tidak ada respons baru dosis

    ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai memperoleh respons yang cukup. Spironolacton

    biasa dipakai bersama-sama diuretik lain misalnya dengan furosamid dengan maksud untuk

    menambah efek diuresis dengan resiko pengeluaran K kurang. Cara ini baru dilakukan jika

    spironolacton dengan dosis tinggi tidak efektif merespon diuresis. Pengawasan yang ketat

    terhadap kadar bikarbonat dan K.

    Kontraindikasi dari pemberian diuretik ialah: perdarahan gastrointestinal, penderita

    dengan muntah-muntah atau diare, prekoma atau koma hepatikum:

    Sebagai akibat pemberian diuretik akan timbul:

    Hipokalemi; maka pemberian diutretik dihentikan, dan diberikan penambahan

    KCl.

    Hiponatremi; diatasi dengan pemberian cairan yang dibatasi 500 cc/hr atau

    pemberian 2 ltr manitol 20% intravena bekerja sebagai diuretik osmotik.

    Alkalosis hipokloremik; karena kehilangan Na dan Cl, dan dapat dibatasi dengan

    pemberian klorida.

    Koma hepatikum sekunder; karena hipokalemi, kehilangan cairan. Bila terlihat

    tanda-tanda prekoma atau koma sebaiknya pemberian diuretik dihentikan.

    7

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    8/20

    b4. obat-obatan

    prednison hanya diberikan pada penderita yang diduga sengan posthepatik sirosis,

    hepatitis aktif kronis dimana masih terdapat ikterus, gama globulin dan transaminase yang

    masih meninggi.

    c. peritoneo-venous shunt

    le veen dkk (1974,1976) melakukan operasi kecil peritoneous shunt untuk

    mengurangi cairan asites secara teratur dan memasukkan melalui suatu pipa yang diberi

    katub, sehingga memberikan satu arah kedalam vena jugularis pada penderita dengan asites

    yang tidak berhasil diobati dengan diuretik. Hasilnya 76,5% pasien dapat dihilangkan

    asitesnya, bahkan kadar serum protein dan ratio albumin-globulin kembali normal, hal ini

    disebabkan karena kadar protein yang ada didalam cairan asites dialirkan kembali ke tubuh

    penderita. Juga kadar ureum yang tinggi kembali normal.

    d. parasintesis

    menurut Conn (1982) dan sherlock (1989) dikenal 2 tujuan parasintesis:

    Diagnosti; tujuan untuk mengevaluasi cairan asites, kemudian dilakukan

    pemeriksaan terhadap jumlah sel dan hitung jenis, protein, macam mikroorganisme

    Terapi; untuk mengeluarkan cairan asites yang sangat banyak sehingga dapat

    menggangu pernapasan penderita. Biasanya pengeluran cairan di batasi 2 L. bila

    terlalu sering dilakukan akan menimbulkan komplikasi yaitu infeksi luka bekasparasintesis, kebocoran cairan asites pada luka bekas tusukan, hiponatremi, koma

    hepatikum karena gangguan keseimbangan elektrolit, kehilangan protein tubuh,

    gangguan faal ginjal, perdarahan, perforasi usus. 5

    1.10. Komplikasi

    Komplikasi yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan, yaitu

    infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra

    abdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri

    abdomen.

    Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,

    peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal. Kerusakan hati lanjut

    menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi glomerulus.

    8

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    9/20

    Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esofagus. Dua puluh sampai

    40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan.

    Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfumgsi hati.

    Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul

    gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma.

    Pada sindrom hepatopulmonal terdapat hidrotoraks dan hipertensi portopulmonal.2

    1.11. Prognosis

    Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi etiologi,

    bertanya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi Child

    Pugh dapat digunakan untuk menentukan prognosis. 2

    Tabel 2. Klasifikasi Child Pugh

    Parameter Klinis Poin 1 Poin 2 Poin 3

    Bilirubin (mg/dl) 3

    Albumin (g/dl) >3.5 3-3.5 60%

    9

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    10/20

    BAB 2. ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. N

    Umur :

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    ANAMNESIS

    Seorang pasien laki-laki berumur 29 tahun masuk Bangsal Interne Pria RS Dr. MDjamil sejak tanggal 7 Februari 2012 dengan :

    Keluhan Utama :

    Nyeri perut kanan atas sejak 2 minggu yang lalu.

    10

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    11/20

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Nyeri perut kanan atas sejak 2 minggu yang lalu, nyeri dirasakan terus menerus

    Bengkak pada perut sejak 3 minggu yang lalu, makin lama makin membesar

    Demam sejak 1 minggu yang lalu, suhu tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak

    berkeringat dan hilang timbul

    BAB berwarna hitam sejak 3 hari yang lalu, saat ini BAB tidak hitam

    BAK berwarna seperti teh pekat sejak 1 minggu yang lalu

    Perut terasa kembung dan cepat kenyang saat makan

    Riwayat mual sejak 1 bulan yang lalu, riwayat muntah disangkal

    Nafsu makan menurun, berat badan menurun 5 kg sejak 1 tahun terakhir

    Badan letih lesu sejak 2 bulan yang lalu Tungkai sembab sejak 1 minggu yang lalu

    Riwayat muntah darah disangkal

    Riwayat epitaksis 2 minggu yang lalu

    Riwayat transfusi darah disangkal

    Riwayat sesak sejak 1 bulan yang lalu, semakin hari dirasakan semakin sesak

    Riwayat batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Orang tua laki-laki pasien pernah menderita sakit kuning

    Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan

    Pasien adalah seorang tukang ojek dan riwayat minum minuman beralkohol

    disangkal

    PEMERIKSAAN FISIK

    Vital sign

    11

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    12/20

    Keadaan umum : sedang

    Kesadaran : compos mentis cooperatif

    Tekanan Darah : 120/70 mmHg

    Frekuensi Nadi : 100x/menit

    Frekuensi Nafas : 29x/menit

    Suhu : 380C

    Pemeriksaan Sistemik

    Kulit dan Selaput Lendir : turgor kulit baik, tidak ikterik, spider nevi (-)

    Kepala : rambut : hitam, tidak mudah dicabut

    mata : konjungtiva anemis

    sklera ikterik

    telinga : tidak ditemukan kelainan

    hidung : tidak ditemukan kelainan

    mulut : caries dentis (+),

    tonsil T1T1, faring tidak hiperemis

    Leher : JVP 5-2 cmH2O

    Kelenjar getah bening tidak membesar

    Tiroid tidak membesar

    Thorak

    Paru:

    Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis

    Palpasi : fremitus kiri meningkat

    Perkusi : redup di basal paru kiri dan kanan

    Auskultasi : bronkhovesikular, ronki +/+ basah halus nyaring dikedua lapangan

    paru

    Jantung

    Inspeksi : iktus tidak terlihat

    Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi :

    batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

    batas jantung kanan : LSD

    12

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    13/20

    batas atas : RIC II kiri

    Auskultasi: BJ murni, irama reguler, bising (-), M1>M2, P2

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    14/20

    Total bilirubin : 3,09 mg/dl

    DIAGNOSA

    Sirosis hepatis postnekrotik stad.dekompensata

    Bronkopneumonia duplex e.c CAP

    TERAPI

    Istirahat / DH II

    IVFD aminofusin hepar : tutofusin: NaCl 0,9% = 1:2:1 8 jam/kolf

    Ceftriaxone inj 1x 2gr

    Ciprofloxacin inf 2x 100 mg

    Systenol 3x 1 tab

    Ambroxol syr 3x C1

    Curcuma 3x 1 tab

    Transamin inj 3x1 ampul

    Vit K inj 3x 1 ampul

    Lactulac 3x C1

    Klisma pagi/ sore

    ANJURAN PEMERIKSAAN

    Darah rutin

    Hematologi lengkap

    Faal hepar

    Faal ginjal

    Profil lipid

    Hepatitis marker

    CT scan Abdomen

    Kultur sputum

    Rontgen foto thorax

    14

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    15/20

    FOLLOW UP

    Rabu, 8 Februari 2012

    Anamnesis :

    - Nyeri perut (+)

    - Sesak (+)

    - Batuk (+)

    - Demam (-)

    - Mual (+)

    - Muntah (-)

    - BAK berwarna pekat seperti teh

    Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum : sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis cooperative

    TD : 110/80

    Nadi : 85x/menit

    Nafas : 27x/menit

    Suhu : 37,20C

    Mata : konjungtiva anemis dan sclera ikterik

    Thorak

    Paru:

    Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis

    Palpasi : fremitus kiri meningkat

    Perkusi : redup di basal paru kiri dan kanan

    Auskultasi : bronkhovesikular, ronki +/+ basah halus nyaring dikedua lapangan

    paru

    Abdomen :

    Inspeksi : perut tampak membuncit, caput medusae (-), venectasi (-)

    15

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    16/20

    Palpasi : hepar teraba 5 jari di bawah arcus costa dan 5 jari di bawah

    prosessus xyphoideus, konsistensi keras, pinggir tumpul,

    nodul (+). Lien tidak teraba.

    Perkusi : shifting dullness (+)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Ektremitas : udem (+/+), palmar eritem (+/+), Reflek fisiologis +/+,

    reflek patologis -/-

    Pemeriksaan laboratorium

    Hb : 9 mg/dl

    Leukosit : 12.900/mm3

    Hematocrit : 28%

    Trombosit : 238.000/mm3

    LED : 40 mm/mol

    Diff count : 0/1/2/81/14/2

    MCH : 26 pg

    MCV : 79 fl

    MCHC : 32%

    SGOT : 669 u/l

    SGPT : 603 u/l

    Terapi

    Istirahat / DH II

    IVFD aminofusin hepar : tutofusin: NaCl 0,9% = 1:2:1 8 jam/kolf

    Ceftriaxone inj 1x 2gr

    Ciprofloxacin inf 2x 100 mg

    Systenol 3x 1 tab Ambroxol syr 3x C1

    Curcuma 3x 1 tab

    Transamin inj 3x1 ampul

    Vit K inj 3x 1 ampul

    16

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    17/20

    Lactulac 3x C1

    Klisma pagi/ sore

    Kamis, 9 Februari 2012

    Anamnesis :

    - Nyeri perut (+)

    - Sesak (+)

    - Batuk (+)

    - Demam (-)

    - Mual (+)

    - Muntah (-)

    - BAK berwarna pekat seperti teh

    Pemeriksaan fisik

    Keadaan umum : sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis cooperative

    TD : 110/70

    Nadi : 80x/menit

    Nafas : 25x/menitSuhu : 37,00C

    Mata : konjungtiva anemis dan sclera ikterik

    Thorak

    Paru:

    Inspeksi : simetris kiri dan kanan, statis dan dinamis

    Palpasi : fremitus kiri meningkat

    Perkusi : redup di basal paru kiri dan kanan

    Auskultasi : bronkhovesikular, ronki +/+ basah halus nyaring dikedua lapangan

    paru

    Abdomen :

    17

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    18/20

    Inspeksi : perut tampak membuncit, caput medusae (-), venectasi (-)

    Palpasi : hepar teraba 5 jari di bawah arcus costa dan 5 jari di bawah

    prosessus xyphoideus, konsistensi keras, pinggir tumpul,

    nodul (+). Lien tidak teraba.

    Perkusi : shifting dullness (+)

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Ektremitas : udem (+/+), palmar eritem (+/+), Reflek fisiologis +/+,

    reflek patologis -/-

    Pemeriksaan laboratorium

    Hb : 9 mg/dl

    Leukosit : 12.900/mm3

    Hematocrit : 28%

    Trombosit : 238.000/mm3

    TERAPI

    Istirahat / DH II

    IVFD aminofusin hepar : tutofusin: NaCl 0,9% = 1:2:1 8 jam/kolf

    Ciprofloxacin tab 2x 500 mg

    Systenol 3x 1 tab

    Vit K inj 3x 1 ampul

    Transamin inj 3x1 ampul

    Lactulac 3x C1

    Klisma pagi/ sore

    18

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    19/20

    DISKUSI

    Telah dirawat seorang pasien laki-laki umur 29 tahun dengan keluhan Nyeri perut

    kanan atas sejak 2 minggu yang lalu. Pada anamnesis ditemukan bahwa perut telah

    membesar sejak 3 minggu yang lalu dan semakin membesar. Pasien juga mengeluhkan

    demam ringan yang tidak menggigil dan tidak berkeringat serta hilang timbul. Ditemukan

    melena sejak 3 hari yang lalu, sementara itu urin berwarna teh pekat sejak 1 minggu yang

    lalu, perut terasa kembung dan cepat kenyang saat makan ,riwayat mual sejak 1 bulan yang

    lalu, nafsu makan menurun, berat badan menurun 5 kg sejak 1 tahun terakhir, badan letih

    lesu sejak 2 bulan yang lalu, kaki sembab sejak 1 minggu yang lalu, riwayat epitaksis 2

    minggu yang lalu. Riwayat menderita sakit kuning sebelumnya dan alkoholisme disangkal

    pasien.

    Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum sedang, tekanan darah, nadi,

    dalam batas normal, pasien sesak dan demam. Pemeriksaan sistemik ditemukan kulit tidak

    ikterik, tidak ditemukan spider naevi. Konjuctiva anemis dan sklera ikterik, tidak ada fetor

    hepatis, JVP dalam batas normal, paru didapatkan fremitus kiri meningkat, perkusi redup di

    basala kedua lapangan paru, suara nafas bronkovesikular, ronkhi +/+ basa halus nyaring di

    kedua lapangan paru dan jantung dalam batas normal, ginekomastia tidak ada, asites pada

    abdomen serta pitting edem pada ekstremitas bawah.

    Pada pemeriksaan laboratorium darah, LED menigkat, albumin dan globulin

    menurun, bilirubin total meningkat, SGOT dan SGPT yang meningkat serta HbsAg yang

    positif.

    Dari anamnesis, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan labor rutin dan pemeriksaan

    penunjang ditegakkan diagnosis primer sirosis hepatis post nekrotik stadium

    dekompensata, dan diagnosis sekunder Bronkopneumonia susp CAP.

    Sesuai panduan pelayanan medik PAPDI, terapi pasien meliputi istirahat cukup,

    diet seimbang (diet rendah protein dan diet rendah garam) karena pada pasien ini telah

    terdapat gangguan faal hepar dan asites. Pada pasien ini diberikan antibiotic untuk infeksi

    pada paru. Selain itu diberikan systenol, ambroxol, curcuma, lactulax, vitamin K injeksi

    dan transamin injeksi untuk mengatasi perdarahan.

    19

  • 8/2/2019 Case Report Session Sirosis

    20/20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Nurdjanah siti: Sirosis Hati. In: Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,

    Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, editors. buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1.edisi keempat. Jakarta PB. I; 2006.

    2. Arif Mansyur et al: Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: media aesculapius; 1999.

    3. Wilson Lorraine M, Lester Lula B: Hati, Saluran Empedu, dan Pankreas. In: Sylvia

    A. Price, Loraine M. Wilson, editors. Buku Patofisiologi. Buku 1. edisi keempat.

    jakarta PB EGC; 1995.

    4. Rani A. Aziz et al: Panduan Pelayanan Medik. Jakarta PB PAPDI; 2006

    5. Hadi Sujono: Gastroenterologi. Bandung; 2002.