CERPEN MENTAH

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 CERPEN MENTAH

    1/4

    Ini bukan kisah cinta, bukan pula kata-kata gombal dan lebay yang seringkali

    diucapkan para remaja, grup band musiman, atau bahkan sebagian penulis fksi

    dengan kisah membosankan tentang cinta itu-itu saja. Bukan. Aku tidak akan

    menambah kata-kata gombal yang kini telah meluber dimana-mana.

    Ini tentang kisahku dengannya. Tapi sekali lagi kuingatkan, bukan kisah cinta.

    Semoga saja catatan sederhanaku ini dimuat di media agar kau tahu tentang

    kisah ini. Sebab, kau tak mungkin tahu jika tak kuceritakan hal ini padamu.

    Barangkali sedikit yang kau tahu, ia memang bukan siapa-siapa, tapi juga bukan

    orang biasa. Sebagai siswa yang mencoba menaati norma etika, harusnya

    semua siswa menaruh perhatian padanya. amun dengan kondisinya! model

    rambut yang selalu cocok "panjang ataupun pony, memakai kerudung ataupun

    tidak, tahi lalat di pipi kiri, serta kondisi fsik yang jauh lebih dewasa dari pada

    umurnya, membuat ia kerap kali dikagumi bahkan diganggu# dicubit gemas, ataudijuluki mirip artis papan atas. Tak heran lagi jika kau temui ia melangkah di

    hadapan para siswa dengan lagak sok cuek, judes. Sebab ia tahu, dengan begitu

    ia takkan lagi diganggu.

    Aku juga tak pernah menyangka akan berkenalan dan semakin akrab

    dengannya. Semuanya bermula di sore itu, tepat dua tahun yang lalu. $i antara

    senja yang berkilauan, dalam acara pendidikan dan latihan ekstrakurikuler, ia

    datang menghampiriku, duduk di samping kananku, lantas berucap, %&amu

    'arco, kan() ucapnya menatap ke arahku.

    %Iya,) kujawab singkat, sebab waktu itu aku menaruh hormat yang dalam

    padanya.

    *ening sejenak. Tak ada kata yang terucap. Ia hanya menganggguk dengan

    sedikit merapatkan kedua alisnya, seolah tengah mengingat sesuatu. +a, aku

    tahu yang coba ia ingat. Tentang awal pertemuan kami yang tak disengaja. agi

    itu, tepat saat sekolah baru masuk, ia memergokiku sedang mengganti baju

    olahraga dan melihat nama dibaju seragam putihku 'arco. Sebab itulah ia

    memanggilku 'arco.

    %Ayo ikut saya) Ia beranjak dari duduknya, menggapai tanganku, lalu menarik

    lenganku menuju koridor kelasnya, tempat biasa ia ngobrol bersama teman-

    teman kelasnya yang lain.

    %Saya mau belajar sama kamu,) polos ia bicara sembari memperlihatkan

    makalah keterampilan berorganisasi, kepadaku.

    %Sama saya() aku bertanya. 'asih tak percaya.

  • 7/26/2019 CERPEN MENTAH

    2/4

    %Iya) ia menjawab dengan anggukan pasti.

    Aku mengiakan, lalu perlahan membimbingnya belajar hingga pembacaan

    tentang Tanggung /awab selesai. Ad0an maghrib berkumandang, aku

    menyuruhnya mengambil wudhu dan menunaikan shalat 'aghrib terlebih

    dahulu. Ia menuruti, beranjak pergi sembari berucap, %anti setelah isya1 ke siniya. Saya mau belajar lagi.)

    Aku mengangguk, mengantar langkahnya pergi dengan sebuah senyuman.

    Selepas Isya1, ia kembali datang dengan membawa buku kosong serta tas kecil

    berisi peralatan tulis lengkap. Satu lagi, ia juga membawa buku gambar.

    Belakangan aku tahu bahwa ia memang suka menggambar.

    Selanjutnya, sore-sore yang kami lewati kian membuat kami semakin akrab saja.

    Ada letupan perasaan yang perlahan muncul. Bukan perasaan cinta. 2ebih pada

    perasaan kasih-sayang seorang adik pada kakaknya, sebab umurnya yang 3

    tahun lebih tua dariku. +a, ia mengingatkanku pada kakak perempuanku di

    rumah yang lima tahun lebih tua darinya.

    Aku masih tetap mengingat segala hal berkesan antara kami berdua, termasuk

    saat ujian sekolahnya tiba. yaris setiap pagi, ia datang padaku agar aku

    memberinya moti4asi dan semangat. /ika tidak begitu, maka aku akan

    menunggunya diantar ke sekolah dengan sabar. $an ketika ia lewat dihadapanku, aku akan menatapnya lekat lalu berucap, %Semangat, ya) dengan

    tanpa suara, hanya mulutku yang bergerak mengucapkan sembari terus

    menatapnya yang makin berlalu, semakin menjauh. Seperti biasa, dari kejauhan

    ia akan membalikkan wajahnya ke arahku lantas tersenyum, mengangguk

    mengiakan.

    'akin hari, aku makin nyaman bersamanya. Ada ketentraman dan kepuasan

    tersendiri yang tiba-tiba hadir usai menemaninya belajar. Tapi seperti kataku, ini

    bukan kisah cinta. Aku hanya ingin bercerita tentang malam-malam yang kulaluibersamanya. Betapa malam-malam kami selalu saja terhiasi dengan senyuman

    dan canda-tawa.

    5ntuk usianya yang masih belia, ia tergolong memiliki kecerdasan yang luar

    biasa. Aku tak perlu menjelaskan panjang-lebar tentang suatu hal, ia langsung

    dapat mengerti dengan mudah, semudah membalikkan telapak tangan.

    $i setiapkali ada waktu luang sehabis belajar, kadang ia memintaku untuk

    menggambar, kadang pula ia memintaku menyanyikan lagu dengan gitar

  • 7/26/2019 CERPEN MENTAH

    3/4

    walaupun aku sadar, suaraku tidak pernah nyambung dengan suara lagu dan

    gitar yang mengiringi.

    ernah suatu kali aku menyanyikan lagu I can6t smile without you dari Barry

    'anilow yang menyayat perasaan. Tiba-tiba matanya berembun.

    %Tolong nyanyikan sekali lagi,) pintanya dengan isak tertahan sehabis menghela

    na7as panjang.

    $engan senang hati aku menuruti permintaannya. $an waktu itu, untuk pertama

    kali dan semoga bukan yang terakhir kalinya di hidupku, aku melihatnya

    menitikkan air mata. Aku bingung, entah bagaimana biasanya aku menyanyikan

    lagu ini dikelas dan teman-teman yang lain hanya tertawa dan bilang lawas

    banget sih sembari diiringi tawa yang pendek.

    Ia juga gemar sekali membaca. Suatu sore entah di pertemuan kami yang ke

    berapa kalinya, ia bertanya tentang buku fksi yang pernah kubaca. Tanpa

    sungkan, aku memperlihatkan padanya. amun ia tak membaca isinya. Ia hanya

    melihat co4er depan, lalu menatap lekat pada co4er belakang yang berisi

    biodata penulis.

    %8ow 'arco) ucapnya lirih disertai anggukan, sementara matanya masih

    menatap lekat pada buku itu.

    Saat itu aku tertegun, setelah ia melihat buku itu, ia langsung menatapku

    dengan pandangan tajam. Tak lama ia bertanya %5lang tahun kamu kapan(

    Sekarang sudah bulan September. &alau dilihat dari cara kamu bicara skrng

    kamu pasti sudah 39tahunan) ia berucap dengan jari telunjuk yang mengarah

    pada kata ulang tahun di buku itu.

    Inilah ucapannya yang tetap sempurna kuingat hingga saat ini. :ntah ia

    mengingatnya atau tidak, aku tak tahu. Saat itu, aku hanya bisa tersenyum dan

    aku jawab, hanya saja jawabanku tidaklah tanggal ulang tahunku yang

    sebenarnya. Aku takut dia akan menjauh jika mengetahui aku ini lebih muda

    darinya.

    Saat ini, setelah dua tahun berlalu, di bulan yang sama, tempat yang sama, ia

    tak lagi bersamaku. 'emang sejak kesibukan itu berkelindan di tubuhku, aku

    makin jarang menemaninya. $an sudah hampir dua bulan ini, ia tak pernah lagi

    kulihat. $ari kabar angin kudengar, ia sudah mendapatkan teman dekat baru

    yang lebih baik dan hebat dariku.

  • 7/26/2019 CERPEN MENTAH

    4/4

    $i awal bulan September ini, juga di antara kerinduan yang teramat, ingin sekali

    kuhaturkan sebuah munajat# aku ingin dia mengucapkan selamat ulang tahun

    yang ke-39 untukku, sebagai selembar kenangan saat waktu tak lagi bersahabat.

    :ntah lewat siapa, aku tak tahu.

    Ini bukan kisah cinta, tentu kau mengerti hal itu walaupun kejadian dalam realita

    tidak sesuai dengan cerita yang kutuliskan ini. &iranya, tak perlu kusebutkan

    nama, sebab kau pasti tahu siapa orangnya...