Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
CITRA KEPEMIMPINAN JOKOWI SEBAGAI
PETAHANA PADA PEMILIHAN PRESIDEN 2019
(ANALISIS SEMIOTIKA DALAM INFOGRAFIS DI
MEDIA SOSIAL MOJOK.CO)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Ayu Kurniasih
NIM: 11150510000005
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441 H
iv
ABSTRAK
Ayu Kurniasih. “Citra Kepemimpinan Jokowi sebagai
Petahana pada Pemilihan Presiden 2019 (Analisis
Semiotika dalam Infografis pada Media Sosial
Mojok.co)”.
Perolehan suara yang diraih pasangan Jokowi-Ma’ruf
tak luput dari masifnya penyebaran informasi dan cara suatu
media mengkonstruksi realitas berupa citra kepemimpinan
tertentu pada sosok Jokowi sebagai petahana pada Pilpres
2019, sebagaimana yang dilakukan Mojok.co melalui
Infografis yang dimuat di media sosial Instagram.
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul
pertanyaan tentang bagaimana citra kepemimpinan Jokowi
dalam infografis yang dimuat melalui media sosial Mojok.co
dilihat dari perspektif semiotik?
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis
dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun metode yang
digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Pierce
dengan mengklasifikasikan tanda menjadi Icon, Symbol dan
Index pada infografis Mojok.co Edisi 4 Februari 2019 dan 11
Maret 2019.
Teori yang digunakan merupakan teori konstruksi
sosial atas realitas yang diperkenalkan oleh Peter L. Berger
dan Thomas Luckman untuk dapat melihat realitas subjektif
melalui proses internalisasi dan realitas simbolik melalui
proses eksternalisasi.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya citra
kepemimpinan tertentu yang secara konsisten dikonstruksi
dan disematkan pada sosok Jokowi sebagai Presiden Republik
Indonesia sekaligus calon presiden pada Pilpres 2019.
Berdasarkan tanda yang diklasifikasikan, peneliti pun
menginterpretasikan tanda dan mengelompokkan makna yang
terdapat pada infografis Mojok.co menjadi tiga bagian yakni
Jokowi sebagai sosok petahana yang superior, berjiwa muda
dan membumi.
Kata Kunci: Jokowi, Citra Kepemimpinan, Konstruksi
Sosial, Semiotika, Mojok.co
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan semesta alam,
Allah SWT atas ridla dan kasih sayang-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Tak lupa Shalawat serta salam
teruntuk Rasul dan kekasih Allah yang senantiasa berjasa
membawa gemerlap pengetahuan ke dalam dunia yang redup oleh
ketidaktahuan.
Dalam melakukan penelitian dengan judul “Citra
Kepemimpinan Jokowi sebagai Petahana pada Pemilihan
Presiden 2019 (Analisis Semiotika dalam Infografis di Media
Sosial Mojok.co)”, penulis masih mendapati banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan maaf manakala setiap
bagian dari penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan
memohon kritik serta saran yang membangun.
Selesainya skripsi ini, dipastikan tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan banyak pihak. Dengan ketulusan dan
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A
sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M. Ed, Ph. D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Siti Napsiyah, S.Ag, MSW, sebagai Wakil Dekan I, Dr.
Sihabudin Noor, M.Ag Sebagai Wakil Dekan II, Drs.
Cecep Castrawijaya, M.A sebagai Wakil Dekan III,
vi
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Drs. Kholis Ridho, MA, sebagai Ketua Jurusan
Jurnalistik dan merangkap sebagai Penasehat Akademik
Jurnalistik A yang senantiasa memberikan senyum
terbaik bersamaan dengan dukungan dan arahan
terkhusus untuk penulisan skripsi ini.
5. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA, sebagai Sekretaris
Jurusan Jurnalistik yang senantiasa berperan sebagai ibu
yang begitu menenangkan penulis dalam menghadapi
riuhnya masa penelitian.
6. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si sebagai Dosen
Pembimbing sekaligus sumber pengetahuan dan
motivasi bagi penulis dalam melakukan penyusunan
penelitian, serta atas segala waktu yang diluangkan
untuk memberikan bimbingan dan arahan terbaik bagi
penulis.
7. Para Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, khususnya Program Studi Jurnalistik
yang telah memberikan banyak pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis.
8. Segenap Kru Mojok.co, Cik Prim, Mas Azka, Mbak Nial
dan terkhusus Bang Adit, abang sekaligus guru bagi
penulis.
9. Teristimewa dan paling utama, kedua orang tua penulis,
Ibu Khusniah dan Bapak Abdul Fatah, sebagai sumber
dukungan, sumber kegigihan dan kesungguhan penulis
vii
dalam menyelesaikan masa studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Serta atas segala doa dan ridla
yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT terkhusus
bagi anaknya.
10. Yang terkasih, Teh Titin sebagai kakak paling sabar dan
berhati baik. Teh Ojah yang tak henti mengajarkan
penulis menjadi pribadi yang membumi dan pandai
bersyukur serta Alus, abang yang paling penulis sayangi
dan paling dirindukan pelukannya.
11. Sepupu sekaligus sahabat terbaik, Dede Yuliah, Astri
Nurainun, Nadiatussolihah, Afni Nurhaida yang selalu
diingat gelak tawanya di sela-sela penyusunan skripsi.
12. Warte G, Roro, Fari, Maul, Akhlis, Ferian dan Kamil,
sahabat yang tak lekang oleh kesibukan dan selalu
mendukung penulis untuk mencapai tujuan dan
menyelesaikan skripsi serta memotivasi penulis dengan
cara yang berbeda.
13. Mutia Regina Saura, Hapsah dan Shinta Lestari yang
menjadi kawan sekaligus menjadi sumber kekuatan dan
keuletan diri dalam menghadapi suka dan duka masa
bimbingan.
14. Adik yang menggemaskan sekaligus sahabat terbaik, Ika
dan Janna yang menjadi akhir pelarian manakala penulis
merasa jengah dan lelah, serta menjadi penghibur yang
ulung di sela-sela kepenatan di awal, tengah dan akhir
masa penelitian.
viii
15. Abang-abang PMII Komfakda yang dengan kemurahan
hatinya memberikan begitu banyak pengalaman dan
membuka banyak jendela sehingga penulis tak menjadi
katak dalam tempurung.
16. Teteh-teteh PMII Komfakda yang dengan tulus menjadi
ibu, kakak, teman dan sahabat yang sangat menenangkan
dan mengajarkan banyak perkara soal menyayangi tanpa
menjadi bodoh dan lemah.
17. Sahabat-sahabati Chanvas dan keluarga besar PMII
Komfakda yang selalu menjadi ingatan yang baik dalam
benak penulis.
18. Kawan-kawan seperjuangan, Ilham Bayhaqi, Buldan
Ramadhan, Rizqi Afriansani, Mishbah El Khair dan
Wahyudin yang sekaligus menjadi rival dalam
menyelesaikan skripsi dan memperoleh gelar sarjana.
19. Mas Ferry sebagai pendamping yang lelahnya tak pernah
menjadi alasan untuk berhenti membersamai dan
sibuknya tak menjadi alasan untuk berhenti mengulurkan
tangan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian.
20. Kakak terbaik, Nurma Aulia dan Meike yang menjadi
pelabuhan paling menenangkan ketika penulis dilanda
badai yang menyesakkan.
21. Abang sekaligus sahabat, Putra Sanjaya sebagai
pengingat yang ulet dan tulus, serta menjadi pendengar
paling baik bagi penulis.
22. Abang-abang Mahasiswa Bicara, Bang Ibil ar Rambany,
Bang Rizqi Jong, Bang Indi Hikami dan Bang Yunus
ix
yang memaksa penulis pandai dalam mengolah rasa dan
asa menjadi kata.
23. Segenap teman-teman Gensindo, DnK TV dan Forum
Lingkar Ciputat (FLP) yang memberikan pengalaman
berharga dalam bidang penulisan dan jurnalisme.
24. Para wanita cantik, Kak Wulan, Malia, Fizna, Inez,
Yuni, Putri, Hilal, Fitri, Nisa dan segenap keluarga
Kopri Komfakda dan Kopri Cabang Ciputat yang
menjadi inspirasi untuk menjadi wanita tangguh dan
mandiri.
25. Kawan-kawan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2015 yang setia menemani dan
memberikan dukungan atas penyusunan skripsi ini.
Serta seluruh teman-teman yang belum bisa penulis sebutkan
satu-persatu, terima kasih atas segala dukungan yang diberikan
kepada penulis.
Jakarta, 19 Desember 2019
Ayu Kurniasih
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 11
D. Metodologi Penelitian ................................................. 12
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................... 17
F. Sistematika Penulisan .................................................. 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Konstruksi Sosial .............................................. 21
B. Konseptualisasi Semiotika ........................................... 26
1. Pengertian Semiotika ............................................. 27
2. Semiotika Charles Sanders Pierce ......................... 29
C. Konseptualisasi Kepemimpinan .................................. 31
1. Pengertian Kepemimpinan .................................... 31
2. Fungsi Kepemimpinan ........................................... 32
3. Teori Kepemimpinan ............................................. 34
4. Tipe Kepemimpinan .............................................. 38
5. Sifat-sifat Pemimpin .............................................. 39
D. Konseptualisasi Petahana ............................................ 42
E. Konseptualisasi Citra Politik ....................................... 44
xii
1. Pengertian Citra Politik ......................................... 44
2. Jenis-jenis Citra ..................................................... 47
3. Konstruksi Sosial Citra Pemimpin ........................ 48
F. Konseptualisasi Komunikasi Visual ............................ 50
1. Pengertian Komunikasi Visual .............................. 50
2. Elemen-elemen Komunikasi Visual ...................... 51
3. Ilustrasi .................................................................. 54
4. Infografis ............................................................... 58
G. Konseptualisasi Media Sosial ...................................... 60
1. Pengertian Media Sosial ........................................ 60
2. Karakteristik Media Sosial ..................................... 64
3. Jenis Media Sosial.................................................. 65
4. Media Sosial dan Media Massa ............................. 68
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Mojok.co ...................................................................... 71
1. Profil Singkat ......................................................... 71
2. Kru Mojok.co ........................................................ 73
3. Atribut Mojok.co ................................................... 75
4. Peningkatan Mojok.co ........................................... 77
5. Spasialisasi Horizontal Mojok.co .......................... 79
B. Produksi ....................................................................... 80
1. Proses Kurasi Naskah ............................................ 80
2. Proses Distribusi .................................................... 81
3. Media Sosial .......................................................... 81
C. Mojok.co sebagai Pembeda ......................................... 83
1. Mojok.co sebagai Media Satir ............................... 83
2. Kompetitor Mojok.co ............................................ 84
D. Kontroversi Mojok.co .................................................. 85
1. Penutupan Mojok.co .............................................. 85
2. Ilustrasi Cak Nun ................................................... 87
xiii
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Infografis Edisi Sindiran Jokowi ................................. 91
B. Infografis Edisi Jokowi “Sindir” Prabowo Soal
Unicorn ..................................................................... 101
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Konstruksi Realitas pada Infografis Mojok.co .......... 111
1. Analisis Infografis Edisi Sindiran Jokowi ........... 116
2. Analisis Infografis Edisi Jokowi “Sindir” Prabowo
Soal Unicorn ........................................................ 123
B. Citra Kepemimpinan Jokowi ..................................... 128
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 131
B. Saran .......................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 133
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Teori Semiotikas Saussure dan Charles . 29
Tabel 2.2 Urutan Peringkat Media Sosial di Indonesia ................. 63
Tabel 4.1 Klasifikasi berdasarkan Icon pada Infografis I .............. 92
Tabel 4.2 Klasifikasi berdasarkan Symbol pada Infografis I ......... 94
Tabel 4.3 Klasifikasi berdasarkan Index pada Infografis I ............ 97
Tabel 4.4 Klasifikasi berdasarkan Icon pada Infografis II .......... 102
Tabel 4.5 Klasifikasi berdasarkan Symbol pada Infografis II ...... 104
Tabel 4.6 Klasifikasi berdasarkan Index pada Infografis II......... 106
Tabel 5.1 Perbandingan Citra Kepemimpinan Jokowi pada
Infografis I dan II ......................................................................... 129
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Susunan Kru Mojok.co .............................................. 74
Gambar 3.2 Logo Mojok.co .......................................................... 75
Gambar 3.3 Segmentasi Pembaca berdasarkan Usia ..................... 76
Gambar 3.4 Segmentasi Pembaca berdasarkan Gender ................ 76
Gambar 3.5 Segmentasi Pembaca berdasarkan Wilayah............... 77
Gambar 3.6 Mojok dalam Angka .................................................. 79
Gambar 3.7 Ilustrasi Cak Nun pada Artikel Cak Nun, Khilafah,
PKI ................................................................................................ 88
Gambar 4.1 Sindiran Jokowi, Edisi 4 Februari 2019 .................... 92
Gambar 4.2 Jokowi “Sindir” Prabowo Soal Unicorn, Edisi 11
Maret 2019 .................................................................................. 102
Gambar 5.1 Konstruksi Realitas Simbolik dan Subjektif ............ 115
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah melewati perhelatan yang sengit di laga politik
nasional, Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi dengan
Ma’ruf Amin sebagai wakilnya, dinyatakan sah sebagai
pemenang dalam kontestasi politik dengan perolehan suara
mencapai 55,50%, unggul 11% dari kubu lawan, yakni
Prabowo-Sandi dengan perolehan suara sebesar 44,50%.
Perolehan tersebut resmi ditetapkan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dalam Rapat Pleno Rekapitulasi Perolehan
Suara Tingkat Nasional Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jakarta,
Selasa, 21 Mei 2019 dini hari pukul 01.46 WIB.1
Tak tanggung-tanggung, pada perjalanannya di Pilpres
2019, Jokowi disokong oleh 9 partai besar seperti PDIP,
Golkar, PKB, PKPI, PPP, HANURA, NASDEM, Perindo
dan PSI. Sedangkan pasangan calon nomor urut 2 atau
Prabowo-Sandi menggandeng 5 Partai yakni GERINDRA,
PKS, PAN, DEMOKRAT dan Partai Berkarya.2
Namun, hasil perhitungan yang kemudian menetapkan
Jokowi sebagai presiden terpilih tak luput dari proses
panjang. Mulai dari riuhnya kandidasi wakil presiden
1https://cekfakta.tempo.co/fakta/292/fakta-atau-hoaks-benarkah-
pengumuman-hasil-pemilu-dan-pilpres-2019-pada-21-mei-dini-hari-tidak-sah
diakses pada 17 Juli 2019 pukul 13.01 WIB 2https://www.cnbcindonesia.com/news/20180810195720-16-
28087/inilah-peta-partai-pengusung-capres-cawapres-pemilu-2019 diakses
pada 17 Juli 2019 pukul 13.04
2
pendamping Jokowi, terpaan kabar hoax dan Black
campaign, hingga semarak masa kampanye.
Masa kampanye yang berlangsung selama kurang dari 7
bulan, yakni sejak 23 September 2018 sampai 13 April 2019
merupakan waktu yang relatif singkat untuk meningkatkan
elektabilitas pada ajang pemilihan presiden 2019. Maka
diperlukan upaya yang masif untuk dilakukan, salah satunya
dengan pemanfaatan media. Mengingat bahwa salah satu
kekuatan media saat ini adalah membentuk realitas sosial.3
Fenomena pemanfaatan media untuk mendongkrak
popularitas sebenarnya telah mulai semarak sejak pemilu
1999, dan semakin menguat di Pemilu 2004 hingga
sekarang. Bahkan, bisa dikatakan kemenangan Jokowi-JK di
Pilpres 2014 dan SBY-JK di Pilpres 2004 serta SBY-
Boediono di Pilpres 2009, salah satunya merupakan
keberhasilan konstruksi citra di media.4
Maka, akan sangat mungkin jika media saat ini memiliki
keberpengaruhan yang sama atau bahkan lebih kuat dalam
mengonstruksi citra, sehingga turut berpengaruh pada
peningkatan elektabilitas calon presiden dan wakil presiden
pada Pilpres tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pesatnya
perkembangan teknologi yang kemudian berdampak pada
pola kegiatan politik. Misalnya kampanye pun tidak lagi
sekadar memanfaatkan above line media (Seperti televisi,
3Gun Gun Heryanto, Media Komunikasi Politik,
(Yogyakarta:IRCiSoD, 2018), h.143 4Gun Gun Heryanto, Media.., h.219
3
koran, majalah, radio, tabloid) dan below line media (seperti
brosur, pamflet, spanduk, dan lain sebagainya), tetapi juga
memanfaatkan new media, dalam hal ini internet.5
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Charta
Politika, media sosial memiliki pengaruh pada penggunanya
dalam menentukan Presiden pilihan pada Pilpres 2019. Dari
2000 responden, terhitung sebanyak 24,4% mengatakan
bahwa media sosial sangat berpengaruh terhadap penentuan
pilihan, 37,8% mengatakan cukup berpengaruh, 19,1%
mengatakan memengaruhi pilihan, 13,6% menganggap tak
berpengaruh dan sebanyak 5% sisanya menjawab tidak
tahu.6
Sedangkan menurut data yang dilansir dari Hootsuite We
Are Social Indonesian Digital Report pada Januari 2019, ada
sebanyak 56% atau 150 juta masyarakat yang merupakan
pengguna aktif media sosial dari total populasi 268.2 juta
jiwa di Indonesia. Hal tersebut semakin menguatkan
argumen bahwa media sosial hari ini memiliki kekuatan
yang signifikan di ranah politik, khususnya dalam
membentuk citra.
Data di atas kemudian menciptakan dugaan bahwa media
sosial saat ini merupakan salah satu faktor berpengaruh bagi
kemenangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019. Baik secara
langsung, yakni dilakukan oleh internal Tim Kemenangan
5Gungun Heriyanto, Media.., h.25
6https://amp.katadata.co.id/berita/2019/04/05/hasil-survei-media-
sosial-mempengaruhi-pilihan-saat-pemilu diakses pada 19 Juli 2019 pukul
19.0 WIB
4
Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf seperti Tim Media dan
Media Sosial yang kala itu dikepalai oleh Arya Sinulingga
yang juga merupakan Direktur Pemberitaan MNC, maupun
secara tidak langsung melalui pembentukan citra oleh
media-media di Indonesia.
Adalah Mojok.co, salah satu media online alternatif di
Indonesia yang turut serta meramaikan jagat media dan
terlibat dalam pusaran politik yang deras. Media yang aktif
mengangkat isu-isu terkini dan tak absen menyajikan
informasi seputar Pilpres 2019 ini cerdas memanfaatkan
media sosial sebagai media publikasi seperti Twitter,
Instagram hingga Facebook yang sampai saat ini masih
memegang predikat sebagai media sosial paling banyak
digunakan nomor tiga setelah Youtube dan WhatsApp.7
Adapun yang dimaksud media alternatif adalah media
yang berbeda dengan Mainstream Media yang kita ketahui
selama ini. Hal yang membedakan media alternatif dengan
media arus utama lainnya terletak pada segi konten,
penggalian dan pengolahan data serta publikasi. Menurut
Chris Atton, media alternatif memiliki ciri yaitu kontennya
yang berisi suara-suara kaum minoritas/kaum terpinggirkan,
berisi ekspresi masyarakat dari berbagai sudut pandang.8
Mojok.co memiliki jumlah pengikut yang tak berbeda
jauh antara satu media sosial dengan lainnya. Yakni halaman
7Hootsuite We Are Social Indonesian Digital Report 2019 diakses
pada 23 Juli 2019 pukul 20.33 WIB 8Sandy Allifiansyah, “Media Alternatif di Indonesia”, Jurnal
Schoolar, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2015), h.8
5
Facebook dengan nama Mojokco diikuti oleh 112,5 ribu
pengikut, akun Twitter dengan nama Mojokdotco diikuti
oleh 163 ribu dan Instagram yang juga memiliki nama akun
Mojokdotco diikuti oleh 143 ribu pengikut.
Dengan angka pengikut mencapai ratusan ribu tersebut,
media alternatif yang secara resmi lahir pada tanggal 28
Agustus 2014 ini telah menunjukkan taringnya sebagai anak
baru. Peningkatan Mojok.co juga dibuktikan dengan
bertenggernya Mojok.co pada peringkat ke 82 untuk skala
nasional di salah satu traffic site, Alexa.9
Pencapaian tersebut tak lepas dari keberhasilan Mojok.co
yang mampu menarik penulis baru setiap minggunya.
Hingga saat ini, total seluruh kontributor yang menyalurkan
karya tulisan ke meja redaksi Mojok.co mencapai 375 dan
masih terus meningkat. Hal ini juga yang kemudian
mendongkrak kunjungan hingga 1,7 juta kunjungan setiap
bulan.10
Media yang baru genap berusia 5 tahun ini juga
merupakan media yang cukup unik dan memiliki daya tarik
yang cukup besar terlebih di kalangan anak muda dan
menjadi latar belakang dipilihnya Mojok.co sebagai subjek
penelitian. Pertama, Mojok.co menjadi media yang tegas
dan berani dalam mengambil sikap di derasnya arus politik
dengan mendeklarasikan Salam 4 Jari. Adapun makna dari
9https://mojok.co/auk/ulasan/pojokan/cara-kru-mojok-merayakan-
masuk-ranking-alexa-100-besar/ diakses pada 23 Juli 2019 pukul 11.36 WIB 10
Digital Report oleh Mojok.co pada November 2017
6
Salam 4 Jari yang digaungkan oleh Mojok.co adalah Jari
telunjuk yang mewakili keadilan dalam bersikap, Jari tengah
untuk tetap menjaga sikap kritis, Jari manis untuk menjaga
spirit mengikat, menyambung, membangun dan Jari
kelingking yang mewakili bahwa semua konten dieksekusi
dan dihadirkan dengan menonjolkan gaya khas Mojok.11
Kedua, Mojok.co merupakan salah satu media yang
paling aktif mengangkat isu-isu kekinian mulai dari yang
ringan hingga yang sangat serius seperti Pilpres 2019
dibandingkan media sejenis seperti Voxpop.id,
Indoprogress.com dan posronda.net.
Menariknya, Mojok.co selalu menghadirkan informasi
berat dan serius seperti Pemilihan Umum dan Pemilihan
Presiden 2019 dengan sudut pandang yang berbeda dan gaya
khas Mojok.co yang santai dan mudah dipahami. Hal ini
menjadi angin segar bagi masyarakat Indonesia di tengah
pusaran kebosanan pada media yang monoton dalam
memberitakan perkembangan Pilpres 2019.
Ketiga, Mojok.co tak hanya menghadirkan informasi
dalam bentuk artikel saja, melainkan menyajikan informasi
dalam bentuk yang lebih ringan dan mudah dinikmati
masyarakat, khususnya anak muda, yakni dalam bentuk
infografis. Infografis lebih banyak memuat dan mengolah
data-data dalam bentuk penggabungan antara teks dan gambar
11
https://mojok.co/blog/kepala-suku/sikap-mojok-untuk-tahun-politik/
diakses pada 16 Agustus 2019 pukul 1.07 WIB
7
sejenisnya yang divisualkan, sehingga cara ini menjadi suatu
yang inspiratif dalam bentuk statis.12
Dengan menggunakan media gambar, informasi berupa
data dan opini yang disampaikan akan lebih mudah sampai
dan tertanam pada benak khalayak. Pasalnya, ilustrasi sebagai
media visual merupakan media yang paling cepat untuk
menanamkan pemahaman. Informasi bergambar lebih disukai
dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap
gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri
sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan
merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal.13
Dengan kekuatan yang dimiliki gambar yang terkandung
di dalam infografis, memungkinkan bahwa informasi yang
diangkat oleh Mojok.co akan cepat terserap dan berkesan
pada benak khalayak atau dengan kata lain, infografis
merupakan sajian produk olahan informasi yang efektif
sehingga mudah masuk ke dalam ingatan dan membentuk
opini publik. Karena visualisasi adalah cara atau sarana yang
paling tepat untuk membuat sesuatu yang abstrak menjadi
lebih jelas. Penampilan secara visual mampu menarik emosi
12
Eka Puspita Sari, “Pengembangan Media Berbentuk Infografis
sebagai Penunjang Pembelajaran Fisika SMA kelas X”, Skripsi, (Lampung:
UIN Raden Intan Lampung, 2017), h.39
13Heru Dwi Waluyanto, “Karikatur sebagai Karya Komunikasi Visual
dalam Menyampaikan Kritik Sosial”, Jurnal Desain Komunikasi Visual
Nirmana Vol. 2 No. 2 (Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2000), h.128
8
pembaca dan dapat memutuskan suatu problema untuk
kemudian mengkhayalkan pada kejadian sebenarnya.14
Berangkat dari asumsi bahwa pemanfaatan media sosial
dan penyajian informasi oleh Mojok.co lebih mudah diterima
publik inilah yang kemudian menjadi fenomena menarik
untuk dikaji. Mengingat bahwa dalam informasi yang
dipublikasikan oleh Mojok.co melalui media sosial tak luput
dari pemberitaan tentang Jokowi menjelang Pilpres 2019.
Adapun perhatian peneliti difokuskan pada informasi
tentang Jokowi karena berbagai hal. Pertama, didasari pada
fakta bahwa saat itu, Jokowi merupakan Presiden RI
sekaligus calon presiden dengan tingkat elektabilitas yang
unggul dibandingkan sang rival, yakni 49,2% untuk Jokowi-
Ma’ruf dan 37,4% Prabowo-Sandiaga (periode 22 Februari -
5 Maret oleh Litbang Kompas dari 2000 responden dengan
akurasi mencapai 95%).15
Kedua, pada masa-masa menjelang Pilpres 2019 ini,
Jokowi dianggap telah merubah citranya yang terkenal
sebagai sosok yang serba legowo menjadi sosok petahana
dengan langkah yang ofensif. Terlihat dari serangan-serangan
14
Artini Kusmiati, Sripudji Astuti dan Pamudji Suptandar, Teori
Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta: Djembatan, 1999), h.36 15
https://m.detik.com/news/berita/d-4475260/selisih-118-di-survei-
kompas-ini-elektabilitas-jokowi-prabowo-di-5-survei diakses pada 1 Agustus
2019 pukul 15.09 WIB
9
yang dilancarkan dalam debat, serta kerap menyerang balik
serangan-serangan yang datang dari kubu lawan.16
Dengan fakta-fakta di atas, hendaknya akan ada banyak
media yang mengangkat informasi tentang Jokowi menjelang
Pilpres 2019. Oleh karenanya, penulis ingin melakukan
analisis lebih dalam tentang citra kepemimpinan Jokowi yang
terbentuk pada infografis yang dikemas secara berbeda oleh
Mojok.co.
Ketiga, Mojok.co lebih banyak menghadirkan informasi
tentang Jokowi pada media sosial Instagram yakni mencapai
51 Infografis. Angka tersebut unggul dibandingkan rivalnya,
Prabowo yang mencapai angka 36 infografis.17
Dari hal tersebut, peneliti kemudian ingin melakukan
analisis terhadap citra kepemimpinan Jokowi yang terbentuk
kala itu dari infografis yang dipublikasikan oleh Mojok.co
dilihat dari perspektif semiotika. Pasalnya, dengan paparan
informasi tentang Jokowi sebanyak 51 kali tersebut,
menimbulkan kemungkinan jika infografis yang diproduksi
Mojok.co turut serta dalam menciptakan opini tertentu pada
khalayak yang kemudian memengaruhi pilihan pada Pilpres
2019.
Melalui perspektif semiotika, peneliti ingin menganalisis
citra kepemimpinan yang terbentuk dalam infografis yang
16
https://pilpres.tempo.co/read-1178018/kata-pengamat-lipi-jokowi-
bersikap-ofensif-karena-faktor-ini Diakses pada 25 September 2019 pukul
20.55 WIB 17
https://instagram.com/mojokdotco?igshid=tw765vgp4t08 diakses
pada 16 Juli 2019 pukul 13.55 WIB
10
dibuat dan dipublikasikan oleh Mojok,co. Hal ini dirasa
penting untuk dianalisis, mengingat besarnya peran media
dalam memengaruhi persepsi masyarakat terlebih jika
dilakukan secara terus-menerus dengan media yang efektif
seperti infografis serta dengan momentum yang tepat.
Hal ini pula yang menjadi latar belakang peneliti untuk
melakukan penelitian tentang Citra Kepemimpinan Jokowi
sebagai Petahana pada Pemilihan Presiden 2019 (Analisis
Semiotika dalam Infografis di Media Sosial Mojok.co).
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan judul tersebut, penulis membatasi dan
memfokuskan penelitian pada 2 infografis dari total 51
infografis tentang Jokowi yang dipublikasikan oleh
Mojok.co melalui akun Instagram selama masa kampanye
yang berlangsung dari 23 September 2018 hingga 13
April 2019. Adapun infografis yang dipilih yakni edisi
Sindiran Jokowi pada 4 Februari 2019 dan Jokowi
“Sindir” Prabowo Soal Unicorn pada 11 Maret 2019.
Seperti media pada umumnya, Mojok.co tak
membatasi kontennya hanya pada isu politik dan masa
kampanye, sehingga isu terkait Pilpres 2019 khususnya
tentang Jokowi tak terus dipublikasi setiap hari.
Terpilihnya 2 infografis tersebut didasari pada isu
yang ramai diperbincangkan dan viral di media sosial,
yakni mengenai Jokowi yang melakukan sindiran kepada
11
pihak yang menuduhnya sebagai antek asing. Isu seputar
antek asing sendiri menjadi black campaign yang
ditujukan kepada Jokowi selama menjabat sebagai
Presiden hingga masa Pilpres 2019. Sedangkan infografis
kedua yakni tentang debat kandidat calon presiden yang
pada salah satu sesinya membahas tentang Unicorn dan
menjadi viral di pelbagai media sosial. Bahkan, topik
tentang unicorn menjadi trending topic kedua di media
sosial Twitter dengan tanda pagar #02gagapunicorn dan
mencapai 44 ribu kicauan.
Secara singkat, pemilihan dua infografis ini bertumpu
pada isu lama seperti tuduhan antek asing yang masih
digemakan hingga Pilpres 2019 dan isu yang ramai
diperbincangkan yakni soal Unicorn, bukan berdasarkan
angka analitik yang dimiliki oleh masing-masing
infografis.
2. Rumusan Masalah
Sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana citra kepemimpinan Jokowi dalam
infografis yang dimuat melalui media sosial Mojok.co
dilihat dari perspektif semiotik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana citra kepemimpinan Jokowi
12
dalam infografis oleh Mojok.co yang dipublikasikan
melalui media sosial Instagram dilihat dari perspektif
semiotik.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumbangsih ilmu untuk menambah wawasan,
gambaran, pengetahuan dan cara tentang bagaimana
suatu tanda hadir dalam suatu ilustrasi dan bagaimana
tanda tersebut dimaknai.
b. Manfaat Praktis
Selain manfaat akademis, penulis juga berharap
khususnya yang tergabung dalam redaksi Mojok.co
dapat melakukan peningkatan kualitas dan evaluasi
tentang bagaimana menciptakan dan mengonstruksi
suatu informasi yang dalam hal ini berupa infografis,
sebelum dipublikasikan dan menjadi milik khalayak
yang heterogen dan dengan kemampuan interpretasi
yang juga berbeda-beda.
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan suatu cara pandang
peneliti dalam berasumsi atau melihat suatu fenomena
dalam rangka melakukan penelitian.
Dalam hal ini, penelitian dilakukan dengan
menggunakan paradigma konstruktivis subjektifis yang
13
memandang bahwa realitas yang ada merupakan hasil dari
konstruksi sosial. Dalam hal ini, kebenaran atas suatu
realitas bersifat relatif bergantung pada pelaku sosial yang
melakukan penilaian. Atau dengan kata lain, paradigma
ini memiliki posisi dan pandangan tersendiri terhadap
media atau teks berita yang dihasilkan. Rancangan
konstruktivis melihat pemberitaan media sebagai aktivitas
konstruksi sosial.18
Peneliti ingin membangun pemahaman tentang suatu
realitas atau temuan suatu penelitian melalui proses
interaksi antara peneliti dan objek yang diteliti. Hal ini
juga dikarenakan oleh keinginan peneliti untuk
menginterpretasikan hasil konstruksi dari media online
alternatif Mojok.co
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah cara yang digunakan
dalam meneliti suatu fenomena atau masalah penelitian.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif yang
mengedepankan kedalaman analisis yang dijabarkan
melalui serangkaian deskripsi berupa data dan argumen.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
18
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan ke 3,
(Jakarta: PT Raja Grafindo), h.204
14
deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.19
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis
semiotika, sebuah metode penelitian yang melihat tanda
dan menganalisis tanda tersebut hingga menjadi hasil
penelitian berupa interpretasi dan menjadi satu kesatuan
makna.
Adalah Charles Sanders Peirce (1839-1914), salah
satu tokoh yang memberikan sumbangsih besar pada
dunia semiotika. Bagi Peirce, tanda is something which
stands to somebody for something in some respect or
capacity.20
Berangkat dari pemikiran Peirce tentang
semiotika, dapat dipahami bahwa semiotika merupakan
ilmu tentang suatu tanda, dan ilmu tentang bagaimana
suatu tanda yang hadir dapat dimaknai.
Oleh Peirce, tanda diklasifikasikan menjadi tiga yakni
ikon, indeks dan simbol. Ikon sendiri adalah tanda yang
mirip dengan objek yang diwakilinya. Indeks merupakan
tanda yang memiliki hubungan sebab akibat dengan apa
yang diwakilinya atau juga tanda sebagai bukti.
Sedangkan simbol merupakan tanda berdasarkan
19
Bogdan dan Biklen, Qualitative and Reasearch for Education, an
Introduction to Theory and Methods, (Boston: Allyn and Bacon, 1982), h.11 20
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h.41
15
konvensi, peraturan atau perjanjian yang disepakati
bersama.21
Peneliti hendaknya dapat melakukan analisis pada
infografik yang dipublikasikan oleh Mojok.co
berdasarkan keilmuan tanda dan dapat menglasifikasikan
tanda ke dalam tiga bagian berupa ikon, indeks dan
simbol.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian: Mojok.co sebagai pemuat
infografis tentang Jokowi edisi 4 Februari 2019 dan 11
Maret 2019 pada media sosial Instagram Mojok.co
b. Objek Penelitian: Citra Kepemimpinan Jokowi
sebagai petahana pada Pemilihan Presiden 2019 dalam
infografis edisi 4 Februari 2019 dan 11 Maret 2019.
5. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dari bulan Juni hingga Desember
2019 yang fokus melakukan pengamatan pada infografis
yang dipublikasikan Mojok.co melalui media sosial
Instagram pada 4 Februari 2019 dan 11 Maret 2019.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data
dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan cara
mempelajari referensi berupa buku, kajian dan
21
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2009), h.18
16
penelitian sebelumnya guna memperkaya
penelitian dengan keilmuan yang variatif dan
sudah teruji. Selain itu, penelitian pun akan lebih
ditunjang, baik oleh teori-teori yang sudah ada
maupun bukti nyata, yaitu hasil-hasil penelitian,
kesimpulan dan saran.22
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
juga menggunakan teknik dokumentasi. Teknik
dengan cara mengumpulkan beberapa informasi
dan dokumen penting terkait dengan masalah
penelitian, mengingat bahwa dokumentasi yang
pernah dihasilkan oleh seseorang dapat menjadi
sumber penting dalam bukti tambahan maupun
bukti utama riset.23
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah semiotika
milik Charles Sanders Peirce yakni dengan menglasifikan
tanda menjadi Icon, Index dan Symbol.
8. Pedoman Penulisan
Penulisan penelitian ini berpedoman pada Keputusan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507
Tahun 2017.
22
https://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-
kepustakaan.html diakses pada 26 Agustus 2019 pada 13.05 WIB 23
Christine Daymon dan Immy Holloway, Metode-metode Riset
Kualitatif, diterjemahkan oleh Cahya Wiratama dengan judul Qualitative
Reasearch Methods in Public Relations and Marketing Communication,
(Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2008), h.344
17
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Untuk sampai kepada judul ini, penulis telah melakukan
peninjauan pada beberapa studi terdahulu. Salah satunya
adalah penelitian yang ditulis oleh Indi Hikami, Mahasiswa
Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Semiotika Citra
Jokowi pada Sampul Majalah Tempo (2016).
Judul tersebut merupakan penelitian yang paling serupa
untuk sebuah analisa semiotik atas citra Jokowi sebagai
seorang Presiden Republik Indonesia. Hanya saja, penulis
memilih media yang berbeda dari penelitian terdahulu yakni
Mojok.co yang hingga saat ini belum ada penelitian sejenis
dengan menjadikan Mojok.co sebagai media atau subjek
penelitian.
Selain itu, penelitian di atas fokus pada analisa citra
Jokowi sebagai Presiden RI kala itu. Sedangkan pada
penelitian yang akan dilakukan fokus pada citra
kepemimpinan Jokowi yang diposisikan sebagai Presiden
sekaligus Calon Presiden RI pada Pemilihan Presiden 2019.
Oleh karena itu, penulis membuat kesimpulan bahwa
penelitian dengan judul Citra Kepemimpinan Jokowi
sebagai Petahana pada Pemilihan Presiden 2019 (Analisis
Semiotika dalam Infografis di Media Sosial Instagram
Mojok.co) merupakan penelitian baru dan belum ada
mahasiswa/I yang menggunakan judul tersebut.
18
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Kajian
Terdahulu serta Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Berisi penjabaran teori yang berkaitan dengan
penelitian dan didapatkan dari studi kepustakaan.
Adapaun teori yang terkandung pada bab ini
meliputi Teori Konstruksi Sosial, Konseptualisasi
Semiotika, Konseptualisasi Kepemimpinan,
Konseptualisasi Petahana, Konseptualisasi Citra
Politik, Konseptualisasi Komunikasi Visual dan
Konseptualisasi Media Sosial.
BAB III : GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Membahas tentang profil dan perjalanan singkat
Mojok.co sebagai salah satu media online
alternatif yang masih sangat aktif di Indonesia,
susunan redaksional dan perbedaan Mojok.co
dengan media serupa.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berupa data dan temuan berupa tanda yang
dihasilkan dari infografis Mojok.co yang
dipublikasikan melalui akun Instagram pada 4
Februari 2019 dan 11 Maret 2019.
BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
19
Bab ini berisi pembahasan berupa hasil analisis
dan hasil interpretasi atas infografis terpilih yang
saling berkaitan dengan latar belakang dan sebagai
jawaban atas rumusan masalah.
BAB VI : PENUTUP
Sebagai penutup, bab ini berisi kesimpulan dari
penelitian serta saran baik secara akademis
maupun praktis.
20
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial (Social Construction) Berger dan
Luckmann merupakan teori sosiologi kontemporer yang
berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini
terkandung pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara
sosial, serta kenyataan dan pengetahuan merupakan dua
istilah kunci untuk memahaminya.1
Konstruksi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) berarti susunan suatu bangunan atau
susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok
kata.2 Konstruksi juga dapat diartikan sebagai aktifitas
membangun suatu sistem. Dalam konstruksi terdapat teori
konstruksi sosial yang berada di antara teori fakta sosial dan
definisi sosial, di mana melihat realitas kehidupan sehari-hari
memiliki dimensi-dimensi objektif dan subjektif. 3
Istilah konstruksi sosial atas realitas (Social Construction
of Reality) kemudian didefinisikan sebagai proses sosial
melalui tindakan dan interaksi di mana individu menciptakan
1Ida Bagus Putera Manuaba, “Memahami Teori Konstruksi Sosial”,
Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Volume 21, Nomor 3, (Surabaya:
Universitas Airlangga, 2008), h.1 2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.590 3Lathifah Isma, “Konstruksi Berita „Ahok Gugat UU Pilkada‟ perihal
cuti Petahana pada Portal Media Online Jawapos.com dan Kompas.com Edisi
September 2016: Analisis Framing Model Robert N. Entman”, Skripsi,
(Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2017), h.25
22
secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami
bersama secara subjektif.4
Berger dan Luckmann mulai menjelaskan realitas sosial
dengan memisahkan pemahaman „kenyataan dan
pengatahuan‟. Realitas diartikan sebagai kualitas yang
terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai
memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada
kehendak kita sendiri. pengetahuan didefinisikan sebagai
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki
karakteristik yang spesifik.5
Pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara
simultan melalui tiga proses sosial, yaitu ekternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. Proses ini terjadi antara individu
satu dengan lainnya dalam ruang lingkup masyarakat. 6
Pertama, eksternalisasi merupakan suatu usaha
pencurahan diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan
mental maupun fisik. 7 Ekternalisasi bisa dikatakan sebagai
tahap penyesuaian diri atau berekspresi dan menjadi tahapan
yang tak luput dari hakikat manusia. Hal ini pula yang
membuat ekternalisasi menjadi penting karena menjadi
4Margareth M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Rajawali,
1984), h.301 5M. Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan
Pengaruh Media Massa dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap Peter
L. Berger dan Thomas Luckmann, (Jakarta; Kencana, 2008), h. 14 6Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komuikasi di Masyarakat, (Jakarta, Kencana, 2007),
h.202 7Charles R. Ngangi, “Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial”,
Jurnal Ilmiah Sosial Ekonomi Pertanian (JISEP), (Manado: Universitas Sam
Ratulangi, 2011), h.2
23
sebuah keharusan antropologis yang berakar dalam biologis
manusia.8
Kedua, objektivasi atau hasil yang telah dicapai baik
mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia
tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas objektif yang bisa
jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai
faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang
menghasilkannya. Lewat proses objektivasi ini, masyarakat
menjadi suatu realitas suigeneris.9
Ketiga, internalisasi yang merupakan proses penyerapan
kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa
sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia
sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah
terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas
di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi
kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari
masyarakat. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara
ilmiah, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman
semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang
bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu
realitas.10
Proses konstruksi sosial atas realitas tak terjadi di ruang
hampa, begitu pun dengan dampak yang kemudian muncul
8Donie Kadewandana, “Konstruksi Realitas di Media Massa (Analisis
Framing terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian
Kompas dan republika”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2008), h.40 9M. Burhan Bungin, Konstruksi.., h. 15
10M. Burhan Bungin, Konstruksi.., h. 15
24
sebagai realitas. Berger dan Luckman menjelaskan bahwa
terdapat tiga bentuk realitas sosial sebagai hasil dari
eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi antara lain11
:
1. Realitas Sosial Objektif
Suatu kompleksitas definisi realitas gejala-gejala
sosial, seperti tindakan dan tingkah laku yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi individu
sebagai fakta.
2. Realitas Sosial Simbolik
Ekspresi bentuk-bentuk simbolik dari realitas objektif,
yang umumnya diketahui oleh khalayak dalam bentuk
karya seni, fiksi serta berita-berita media.
3. Realitas Sosial Subjektif
Realitas sosial pada individu, yang berasal dari realitas
sosial objektif dan realitas sosial simbolik yang
merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki
individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi.
Dengan definisi konstruksi sosial atas realitas yang
demikian, maka konten-konten atau informasi yang kita lihat
melalui media massa merupakan hasil dari proses panjang
konstruksi sosial.
Adapun tahap konstruksi sosial menurut Burhan Bungin
adalah sebagai berikut12
:
11
Julia Nikita Safrina, “Analisis Wacana Buku yang Dilipat Karya
Yasraf Amir Piliang”, Skripsi, (Bandung: Universitas Pasundan, 2019), h. 30 12
Burhan Bungin, Sosiologi.., h. 204-212
25
1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Isu-isu penting yang setiap hari menjadi fokus
media massa, berhubungan dengan tiga hal, yaitu
kedudukan (tahta), harta, dan perempuan. Selain tiga
hal itu ada juga fokus-fokus lain, seperti informasi
yang sifatnya menyentuh perasaan banyak orang,
yaitu persoalan-persoalan sensitivitas, sensualitas,
maupun ketakutan atau kengerian.
Dalam menyiapkan materi konstruksi, terdapat
tiga hal penting yang perlu menjadi perhatian, yakni
keberpihakan media massa kepada kapitalisme,
keberpihakan semu kepada masyarakat dan
keberpihakan kepada kepentingan umum.
2. Tahap Sebaran Konstruksi
Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media
massa adalah semua informasi harus sampai pada
pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya
berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang
penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemisa
atau pembaca.
3. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
a. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di
mana pemberitaan (penceritaan) telah sampai pada
pembaca dan pemirsanya (penonton), yaitu terjadi
pembentukan konstruksi di masyarakat melalui
tiga tahap yang berlangsung generik. Pertama,
26
konstruksi realitas pembenaran; kedua, kesediaan
dikonstruksi oleh media massa; ketiga, sebagai
pilihan konsumtif.
b. Tahap Pembentukan Konstruksi Citra
Pembentukan konstruksi citra adalah banguna
yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Di mana
bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh
media massa ini terbentuk menjadi dua model;
pertama model good news; kedua model bad news.
4. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi merupakan tahapan ketika media
massa baik pembaca maupun pemirsa memberi
argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi.
Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk
memberi argumentasi terhadap alasan-alasan
konstruksi sosial. Sedangkan bagi permirsa atau
pemabaca, tahapan ini menjadi bagian yang
menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir
dalam proses konstruksi sosial.
B. Konseptualisasi Semiotika
Ada dua cara dalam memandang fakta dalam ilmu
pengetahuan. Fakta adalah sesuatu yang tertangkap oleh
pancaindra kita. Bagi ilmu pengetahuan alam, fakta adalah
27
segalanya. Bagi ilmu pengetahuan sosial dan budaya, fakta
bukan segalanya karena di balik fakta ada sesuatu yang lain.13
Semiotika merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan dalam pencarian fakta dalam ilmu sosial. Dalam
perspektif semiotika, suatu fakta dapat memiliki multi makna
atau dengan kata lain, ada fakta lain di balik suatu fenomena
yang terlihat.
Dalam ilmu komunikasi dikenal dogma populer, Words
doesn’t mean, people mean. Artinya, sesungguhnya kata-kata
tidak memiliki makna, manusialah yang merekatkan makna
ke dalam kata-kata tersebut.14
1. Pengertian Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis
untuk mengkaji tanda. Semiotika, atau dalam istilah
Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari
bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(Things).15
Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani,
Semeion, yang berarti tanda atau Seme, yang berarti
penafsir tanda.16
Dengan demikian, semiotika dipandang
sebagai salah satu metode yang bisa digunakan untuk
13
Benny H. Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, (Depok:
Komunitas Bambu, 2008), h. 5 14
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2009), h. 1 15
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 15 16
Alex sobur, Semiotika.., h. 16
28
mencari kebenaran akan suatu fenomena melalui analisa
tanda, khususnya dalam ilmu komunikasi.
Ilmu tentang tanda atau semiotika memiliki dua tokoh,
yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles
Sanders Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut
mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
mengenal satu sama lain.17
Menurut Saussure, seperti yang dikutip Pradopo
(1991:54) tanda adalah kesatuan dari dua bidang yang
tidak dapat dipisahkan, seperti selembar kertas. Di mana
ada tanda, di sana ada sistem. Artinya, sebuah tanda
(berwujud kata atau gambar) mempunya dua aspek yang
ditangkap oleh indra kita yang disebut signifier, bidang
penanda atau bentuk. Aspek lainnya disebut signified,
bidang petanda atau konsep atau makna.18
Sedangkan menurut Peirce, prinsip mendasar sifat
tanda adalah sifat representatif dan sifat interpretatif. Sifat
representatif tanda berarti tanda merupakan sesuatu yang
mewakili sesuatu yang lain (Something that represents
something else), sedangkan sifat interpretatif artinya tanda
tersebut memberikan peluang bagi interpretasi bergantung
pada pemakai dan penerimanya.19
Peirce juga memandang adanya relasi triadik dalam
semiotika yaitu represantement atau dasar suatu tanda,
17
Sumbo Tinarbuko, Semiotika.., h.11 18
Sumbo Tinarbuko, Semiotika.., h.12 19
Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014), h. 107
29
object atau sesuatu yang dirujuk oleh tanda dan
interpretant yang merupakan hasil intepretasi terhadap
tanda.
Adapun perbedaan antara semiotika menurut
Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce dapat
dilihat melalui tabel berikut:
Table 2.1
Perbandingan Teori Semiotika Saussure dan Charles
Ferdinand de
Saussure20
Charles Sanders
Peirce21
Signifier
Signified
Represantement
Object
Intepretant
Bersifat arbitrer Bersifat Representatif
dan Intepretatif
2. Semiotika Charles Sander Peirce
Menurut Charles Sanders Peirce, Tanda “is something
which stands to somebody for something in respect or
capacity”.22
Oleh karena definisi tersebut, tanda memiliki
sifat representatif atau mewakili sesuatu hal dan
intepretatif atau dapat dimaknai bergantung pada siapa
yang menerima.23
20
Sumbo Tinarbuko, Semiotika.., h.12 21
Dadan Rusmana, Filsafat.., h.107 22
Alex Sobur, Semiotika.., h. 41 23
Dadan Rusmana, Filsafat.., h. 107
30
Dalam proses pemaknaan menurut Peirce, tanda dapat
dimaknai dengan menglasifikasikan objek atau rujukan ke
dalam tiga bagian seperti berikut:24
a. Icon atau Ikon
Ikon merupakan objek yang memiliki kemiripan,
keserupaan atau merupakan tiruan tak serupa dengan
objek yang dirujuk. Contoh, Patung Soekarno
merupakan ikon dari Soekarno.
b. Index atau Indeks
Indeks objek yang hadir karena terdapat
keterkaitan atau hubungan kausal antara tanda dan
dasar yang ditandai. Contoh, kemunculan asap
dianggap sebagai tanda dari adanya kobaran api.
Artinya, asap yang muncul disebabkan oleh nyala api.
c. Symbol atau Simbol
Simbol merupakan tanda sebenarnya. Artinya,
simbol merupaka tanda berupa gambar, suara atau hal
lainnya yang memiliki arti tertentu atau terbentuk atas
adanya konvensi atau kesepakatan. Contoh, warna-
warna pada lampu lalu lintas yang disepakati secara
bersama di mana lampu berwarnamerah diartikan
sebagai larangan, kuning untuk berhati-hati dan hijau
untuk izin berjalan.
Dalam hal ini, simbol memiliki sifat yang arbitrer
sebagaimana yang diartikan oleh Ferdinand de
24
Dadan Rusmana, Filsafat.., h. 110
31
Saussure yakni tidak terikat pada dasar atau tidak
memiliki sebab akibat secara ilmiah atau historikal.
C. Konseptualisasi Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan didefinisikan sebagai kekuatan untuk
menggerakan dan memengaruhi orang. Kepemimpinan
sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk
orang agar bersedia melakukakn sesuatu secara
sukarela/sukacita.25
Atau sebuah proses di mana individu
memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai
tujuan bersama.26
Kepemimpinan juga dapat dipahami sebagai suatu
proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
yang berhubungan dengan penugasan karyawan
perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.27
Mengutip salah satu pakar (Yukl, Gary:2010) tentang
definisi kepemimpinan;
Leadership is the process of influencing others to
understand and agree about what needs to be done and
how to do it, and the process of facilitating individual and
collective efforts to accomplish shared objectives.
Kepemimpinan itu sendiri berfungsi sebagai alat untuk
membimbing praktik profesi dan menganalisis lingkungan
25
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3 26
Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan Praktik,
diterjemahkan oleg Ati Cahayani dari buku berjudul Leadership: Theory and
Practice, (Jakarta: PT. Indeks, 2013), h.5 27
Clara Rosa Pudjiyogyanti, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 143
32
dan taktik-taktik memengaruhi. Kepemimpinan meliputi
tindakan dan pengaruh berdasarkan atas alasan dan logika
di samping berdasarkan inspirasi dan keinginan.28
Berdasarkan definisi kepemimpinan di atas, dapat
dipahami bahwa kepemimpinan pada prakteknya
dilakukan dalam sebuah kelompok baik dalam skala kecil
seperti organisasi maupun skala besar seperti negara.
Oleh karenanya, kepemimpinan tak luput dari individu
yang menjadi tombak kepemimpinan atau disebut sebagai
pemimpin. Dalam ruang lingkup kepemimpinan,
pemimpin mengarahkan energi mereka kepada individu
yang mencoba mencapai sesuatu secara bersama. Secara
umum, kami maksudkan bahwa pemimpin dan pengikut
memiliki tujuan bersama.29
2. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi
masing-masing. Oleh Veithzal Rivai, fungsi
kepemimpinan dibagi menjadi lima kelompok seperti
berikut:30
1) Fungsi Instruksi
Fungsi ini memiliki komunikasi yang bersifat
satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
28
Wirawan, Kepemimpinan (Teori, Psikologi,Perilaku Organisai,
Aplikasi dan Penelitian), (Depok: Rajagrafindo Persada, 2013), h. 9 29
Peter G. Northouse, Kepemimpinan.., h.6 30
Veithzal Rivai, Kepemimpinan.., h.53-55
33
merupakan pihak yang menentukan apa,
bagaimana, bilamana dan di mana perintah itu
dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan
secara efektif.
2) Fungsi Konsultasi
Fungsi ini memiliki pola komunikasi dua arah.
Konsultasi dimaksudkan untuk memperoleh
masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki
dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang
telah ditetapkan dan dilaksanakan.
3) Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini, pemimpin
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik
dalam keikutsertaan mengambil keputusan
maupun dalam melaksanakannya.
4) Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat/menetapkan
keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini pada
dasarnya berarti kepercayaan.
5) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
kepemimpinan yang sukses/efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan
dalam kordinasi yang efektif.
34
3. Teori Kepemimpinan
Teori Kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu
seri perilaku pemimpin beserta konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menampilkan latar belakang
historis kemunculan pemimpin dan kepemimpinan, sebab-
musabab penampilannya di tengah khalayak ramai, tipe
dan gayanya, persyaratan kepemimpinan dan untuk
menjadi pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas-
tugas pokok dan etika profesi kepemimpinan.31
G.R Terry dalam buku Kartono (2006: 71-80)
mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan yaitu teori-
teori sendiri ditambah dengan teori penulis lain, sebagai
berikut:
1) Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas
perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan
yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan
pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan
berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya
berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
2) Teori Psikologis
Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang
pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan
sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesediaan
bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin
merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna
31
Veithzal Rivai, Kepemimpinan.., h.51
35
mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk
memenuhi tujuan-tujuan pribadi.
3) Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha
untuk melancarkan antar relasi dalam organisasi; dan
sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik
organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai
kerjasama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-
tujuan, dengan menyertakan para pengikut dalam
pengambilan keputusan terakhir.
4) Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha
sekuat mungkin, dan bekerja dengan penuh gairah,
sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-
baiknya melalui policy tertentu. Untuk maksud ini
pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja
yang menyenangkan dan bisa membantu mempertebal
keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan
pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerjasama
dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan
keterampilannya, dan menyadari benar keinginan
sendiri untuk maju.
5) Teori Laissez Faire
Kepemimpinan ini ditampilkan oleh seorang tokoh
„Ketua Dewan‟ yang sebenarnya tidak becus
mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung
jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada
36
semua anggotanya. Dia adalah ketua yang bertindak
sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau
ornament yang mentereng. Biasanya dia tidak
memiliki keterampilan teknis. Sedangkan kedudukan
sebagai pemimpin (direktur, ketua dewan, kepala,
komandan) dimungkinkan oleh sistem nepotisme atau
lewat praktek penyuapan.
6) Teori Kelakuan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan
kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakua para
pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa seorang
pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama,
yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang
identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi.
7) Teori Sifat Orang-orang Besar
Sudah banyak usaha yang dilakukan orang untuk
mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas
superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang
pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan
kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul
sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki
oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi
tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan
emosional, memiliki daya persuasive dan
keterampilan komunikasi, memiliki kepercayaan diri,
peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang
tinggi dan lain-lain.
37
8) Teori Situasi
Teori ini menjelaskan bahwa harus terdapat daya
lenting yang tinggi/luwes pada pemimpin untuk
menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi,
lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan
itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Mampu
pemimpin itu harus mampu menyelesaikan masalah-
masalah aktual. Sebab permasalahan-permasalahan
hidup dari saar-saat krisis (perang, revolusi, malaise
dan lain-lain) yang penuh pergolakan dan ancaman
bahaya, selalu akan memunculkan satu tipe
kepemimpinan yang relevan bagi masa itu.
9) Teori Humanistik/Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah
merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap
kebutuhan insani yang dicapai melalui interaksi
pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan ha ini
perlu dilakukan adanya organisasi yang baik dan
pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi
tersebut juga berperan sebagai sarana untuk
melakukan kontrol sosial agar pemerintah melakukan
fungsinya dengan baik, serta memperhatikan
kemampuan dan potensi rakyat.
38
4. Tipe Kepemimpinan
W.J Reddin dalam artikelnya What Kind of Manager,
dan disunting oleh Wahjosumidjo (Dept. P. & K. Pusat
Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), menentukan
watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu:32
1) Berorientasi tugas
2) Berorientasi hubungan kerja
3) Berorientasi hasil kerja efektif
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut,
dapat ditentukan delapan tipe kepemimpinan menurut
Kartini, yaitu:33
1) Tipe Pembelot (Deserter)
Sifatnya bermoral rendah , tidak memiliki rasa
keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan
ketaatan, sukar diramalkan.
2) Tipe Birokrat
Sifatnya correct, kaku, patuh pada peraturan dan
norma-norma. Ia adalah manusia organisasi yang
tepat, cermat, berdisiplin dan keras.
3) Tipe Misionaris (Missionary)
Sifatnya terbuka, penolong, lembut hati dan
ramah-tamah.
32
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 34 33
Kartini Kartono, Pemimpin.., h. 35
39
4) Tipe Pembangun (Developer)
Sifatnya kreatif, dinamis, inovatif,
memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik,
menaruh kepercayaan pada bawahan.
5) Tipe Otokrat
Sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri,
keras kepala, sombong, bandel.
6) Tipe Otokrat yang Bijak (Benevolent Autocrat)
Sifatnya lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir,
besar rasa keterlibatan diri.
7) Tipe Kompromis (Compromiser)
Sifatnya plintat-plintut, selalu mengikuti angina
tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan,
berpandangan pendek dan sempit.
8) Tipe Eksekutif
Sifatnya bermutu tinggi, dapat memberikan
motivasi yang baik, berpandangan jauh dan tekun.
5. Sifat-sifat Pemimpin
Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10
sifat pemimpin yaitu:34
1) Energi Jasmaniah dan Mental
Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga
jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai
daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang
istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah
habis.
34
Kartini Kartono, Pemimpin.., h. 44-47
40
2) Kesadaran akan Tujuan dan Arah
Seorang pemimpin memiliki keyakinan yang
teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua
perilaku yang dikerjakan; dia tahu persis kemana arah
yang akan ditujunya; serta pasti memberikan manfaat
baik bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yag
dipimpinnya.
3) Antusiasme
Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan
dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan
harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan
sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de
corps.
4) Keramahan dan Kecintaan
Affection atau kesayangan berarti kasih sayang,
cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban
bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sedangkan
keramah-tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi
orang lain juga membuka setiap hati yang masih
tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut.
5) Integritas
Pemimpin itu harus bersifat terbuka; merasa utuh
bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya
bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam
satu perjuangan yang sama.
41
Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran,
pemimpin memberikan ketauladanan, agar dia
dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya.
6) Penguasaan
Setiap pemimpin harus memiliki satu atau
beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia
mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk
memimpin kelompoknya. Terutama kamahiran dalam
mengordinasikan tenaga manusia, agar tercapai
maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya.
7) Ketegasan dalam Mengambil Keputusan
Pemimpin yang bershasil itu pasti dapat
mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat
sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya.
Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya
akan kebenaran keputusannya.
8) Kecerdasan
Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap
pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat
dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan
akibat suatu kejadian, menemukan hal-hal yang
krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya
dalam waktu singkat.
9) Keterampilan
Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang
mampu menuntun, mendidik, mengarahkan,
mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk
42
berbuat sesuatu. Di samping menuntun dan mendidik
muridnya, dia diharapkan juga menjadi pelaksana
eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan,
mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai
gagal atau suksesnya suatu proses atau treatment.
10) Kepercayaan
Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu
didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu
kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin
dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan
pada sasaran-sasaran yang benar.
D. Konseptualisasi Petahana
Petahana berasal dari kata "tahana" yang bermakna
kedudukan, martabat (kebesaran, kemuliaan, dan sebagainya).
Dalam kata kerja, maka muncul kata "bertahana" yang
memiliki arti bersemayam; duduk.35
Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), petahana diartikan
sebagai pemegang suatu jabatan politik tertentu (yang sedang
atau masih menjabat).36
Sebagai contoh, Joko Widodo dalam
pemilihan umum 2019 merupakan kandidat petahana
mengingat statusnya sebagai calon presiden pada Pilpres 2019
sekaligus pemegang jabatan Presiden RI 2014-2019.
35
https://nasional.kompas.com/read/2015/06/28/07491121/Rumitnya.
Mendefinisikan.Arti.Petahana.?page=all diakses pada 21 Oktober 2019 pada
14.59 WIB 36
https://kbbi.kemdikbud.go.id, diakses pada 10 Oktober 2019 pukul
13.49 WIB.
43
Pada Pilpres 2019, kemenangan Jokowi-Ma‟ruf sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih untuk periode 2019-
2024 disebut sebagai buah dari keuntungan status petahana
yang kala itu tersemat pada Jokowi. Sebagai petahana, kinerja
pemerintahan Jokowi di berbagai sektor, mulai dari ekonomi,
sosial, keamanan, hingga penegakan hukum telah mampu
dirasakan oleh masyarakat sejak 2014 hingga saat ini.37
Hal tersebut lantas membuat tingkat kesukaan masyarakat
kepada Jokowi menjadi tinggi. Hal tersebut dibuktikan
dengan hasil survei SMRC yang menyatakan bahwa 71%
masyarakat merasa puas terhadap kinerja pemerintah saat ini
dan tingkat kepercayaan atas kemampuan Jokowi untuk
memimpin pun masih berada di angka 68%.38
Pengamat Politik Universitas Al-Azhar, Zaenal A.
Budiyono menyebut tak dimungkiri secara politik, petahana
atau incumbent memiliki „kemewahan‟ yang tidak dimiliki
penantang. Zaenal menyebut dua kelebihan yang dimiliki
Jokowi sebagai petahana saat ini yakni waktu sosialisasi dan
logistik.39
Dengan kata lain, status petahana pada seorang
kandidat berpeluang memberikan keuntungan sedikit lebih
banyak dibandingkan dengan kandidat non petahana.
37
https://katadata.co.id/berita/2019/04/18/kuasa-petahana-di-balik-
kemenangan-sementara-jokowi-maruf, diakses pada 10 Oktober 2019 pukul
14.36 WIB 38
https://katadata.co.id/berita/2019/04/18/kuasa-petahana-di-balik-
kemenangan-sementara-jokowi-maruf, diakses pada 10 Oktober 2019 pukul
14.36 WIB 39
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190411175709-32-
385465/status-petahana-dan-bekal-mewah-jokowi-kalahkan-prabowo, diakses
pada 21 Oktober 2019 pada 15.08 WIB
44
Pertama, sebagai petahana, kandidat tentunya merupakan
sosok yang memiliki pengaruh dalam ruang lingkup
jabatannya. Kedua, petahana memiliki fasilitas negara yang
bisa dimanfaatkan selama masa kampanye. Meski sebagian
fasilitas memiliki larangan untuk digunakan sebagai alat
kampanye, kecuali fasilitas yang melekat pada kandidat
petahana seperti pengamanan dan pengawalan. Ketiga,
memiliki peluang kampanye permanen atau berarti seorang
kandidat telah mempersiapkan diri untuk melakukan
kampanye tertentu melalui kinerja dan program kerja yang
dicanangkan sejak dilantik sebagai pemegang jabatan.40
E. Konseptualisasi Citra Politik
1. Pengertian Citra Politik
Citra berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti
gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran
sebagai padanan kata image dalam Bahasa Inggris. Citra
merupakan sesuatu yang abstrak dan kompleks serta
melibatkan aspek emosi (afeksi) dan aspek penalaran
(kognisi). Pada hakikatnya, citra dapat didefinisikan
sebagai konstruksi atas representasi dan persepsi khalayak
terhadap individu, kelompok atau lembaga yang terkait
dengan kiprahnya dalam masyarakat.41
40
Rex Tiran, “Kemenangan Petahana dan Demokrasi Lokal dalam
Pilkada Kabupaten Kupang Tahun 2013”, Jurnal Unair, (Surabaya: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2013), h.1 41
Anwar Arifin, Komunikasi Politik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011),
h.178
45
Secara sederhana, Ardianto (2011: 62) merumuskan
citra sebagai perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan, organisasi atau lembaga, kesan yang sengaja
diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.
Definisi ini mengisyaratkan bahwa citra adalah segala
sesuatu yang sengaja ditampilkan oleh organisasi atau
lembaga untuk mendapatkan kesan positif dari publik.42
Dalam dunia politik, citra dapat dipahami sebagai
gambaran seseorang tentang politik (kekuasaan,
kewenangan, otoritas, kerjasama, konflik dan consensus)
yang memiliki makna, kendatipun tidak selamanya sesuai
dengan realitas politik yang sebenarnya. Citra politik
tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang gejala
politik dan kemudian menyatakan makna itu melalui
kepercayaan, nilai, dan pengharapan dalam bentuk
pendapat pribadi yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi opini publik.43
Dalam hal ini, citra juga membantu dalam
pemahaman, penilaian dan pengindentifikasian peristiwa,
gagasan, tujuan, atau pemimpin politik. Citra membantu
memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif
tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana
42
Rusmulyadi dan Hanny Hafiar, “Dekonstruksi Citra Politik Jokowi
dalam Media Sosial”, Jurnal Profesi Humas Vol.3, (Bandung: UIN Sunan
Gunung Djati, 2018), h.123 43
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.178
46
tampaknya, tentang preferensi politik, dan tentang
penggabungan dengan orang lain.44
Citra politik sendiri dibagi dua, yakni citra baik dan
buruk yang dalam proses pembentukannya melibatkan
berbagai aspek yakni lingkungan, strategi politik, dan
komunikasi politik yang dibangun baik secara pribadi
ataupun secara masif melalui media massa.
Para politikus atau pemimpin politik sangat
berkepentingan dalam pembentukan citra politik dirinya
melalui komunikasi politik dalam usahan menciptakan
stabilitas sosial dan memenuhi tuntutan rakyat.45
Dalam hal ini, media menjadi faktor yang krusial
dalam membangun citra seseorang terlebih tokoh
nasional. Karena citra positif dalam ranah politik
memberikan pengaruh yang kuat kepada khalayak, publik
atau rakyat untuk memberikan dukungan dan suaranya
dalam pemilihan umum.46
Untuk mendapatkan citra yang diharapkan, seseorang
hendaknya melakukan serangkaian cara untuk
mengonstruksi realitas sehingga menjadi citra yang
tersemat di dalam diri. Karenanya, citra politik tidak dapat
dipisahkan dari proses sosialisasi politik. Sosialisai politi
menurut Hyman (1959) adalah proses belajar yang terus-
menerus, baik secara emosional ataupun indoktrinasi
44
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek, (Bandung: PT
Rosdakarya Remaja, 2010), h.7 45
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.179 46
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.182
47
politik yang manifest dan di media oleh segala partisipasi
seseorang dan pengalaman seseorang yang
menjalaninya.47
Selanjutnya Rush dan Althoff (2003: 25) menulis
bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses,
bagaimana memperkenalkan suatu sistem politik kepada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan
persepsi atau tanggapan dan reaksi-reaksinya terhadap
gejala-gejala politik.48
2. Jenis-jenis Citra
Menurut Frank Jefkins, citra memiliki beberapa jenis
yaitu49
:
a. Cerminan Citra (The Mirror Image), yaitu
bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap
external public dalam melihat perusahaannya.
b. Citra Aktual (The Current Image), yaitu citra yang
terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan
pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi
dan pemahaman publik. Citra ini bertentangan
dengan cerminan citra.
c. Citra yang Diinginkan (The Wish Image), yaitu
manajemen menginginkan pencapaian prestasi
tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang
47
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.181 48
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.181 49
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media
Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2018), h. 77-78
48
baru sebelum publik eksternal memperoleh
informasi secara lengkap.
d. Citra yang Berlapis (The Multiple Image), yaitu
sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan
perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu
yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra
seluruh organisasi atau perusahaan.
e. Citra Perusahaan (Corporate Image), yakni
berkaitan dengan citra yang ingin ditampilkan oleh
suatu perusahaan.
f. Citra Penampilan (Performance Image), yakni
tentang bagaimana kinerja dan penampilan
seseorang ditampilkan secara baik dan
professional.
Sedangkan menurut Baudrillard (Arifin, 2011), citra
politik memiliki empat fase yaitu (1) Representasi di
mana citra merupakan cermin suatu realitas; (2) Ideologi
di mana citra menyembunyikan dan memberikan
gambaran yang salah akan realitas; (3) Citra
menyembunyikan bahwa tidak ada realitas; dan (4) Citra
tidak memiliki sama sekali hubungan dengan realitas
apapun.50
3. Konstruksi Sosial Citra Pemimpin
Seorang pemimpin membangun dan mempertahankan
citra pada dirinya sebagai upaya untuk membentuk brand
50
Anwar Arifin, Komunikasi.., h.178
49
yang dilekatkan pada dirinya. Terkadang, pemimpin
mencitrakan dirinya dengan pencitraan yang lebih dari
satu jenis citra.51
Menurut Burhan Bungin dalam bukunya, ada
beberapa konten konstruksi sosial citra pemimpin, yaitu:52
a. Citra Hero, yaitu pemimpin mencitrakan dirinya
sebagai pahlawan, pembela rakyatnya dari segala
macam bahaya, gangguan dan ancaman dari pihak-
pihak yang ingin menyengsarakan masyarakat, atau
ancaman dari kelompok radikal dan negara-negara
musuh, serta ancaman kapitalisme.
b. Citra Ilmuwan, yaitu pemimpin yang mencitrakan
dirinya sebagai orang pandai, menguasai ilmu
pengetahuan, luas pengalamannya. Karena itu
masyarakat akan tercerahkan dan akan menjadi
masyarakat berpengetahuan bersamanya.
c. Citra Egaliter, yaitu citra pemimpin yang sederhana,
dekat dengan rakyat, yang selalu mendengar keluhan
dan penderitaan rakyat, pemimpin yang selalu ada
bersama masyarakat ketika rakyat membutuhkannya.
d. Citra Agitator, yaitu pemimpin yang tegas, yang
lantang bicaranya, berwibawa dan apabila ia berbicara
rakyat terbangkit semangatnya. Pemimpin ini biasanya
juga disebut singa panggung.
51
Burhan Bungin, Komunikasi Politik Pencitraan, (Jakarta:
Prenadamedina Group, 2018), h. 124 52
Burhan Bungin, Komunikasi.., h. 123-124
50
e. Citra Protektor, yaitu pemimpin yang mencitrakan
dirinya sebagai pelindung rakyat, melindungi rakyar
dari penderitaan, dari bencana atau penyakit,
melindungi rakyatnya dari kebodohan dan bencana
lainnya.
f. Citra Apologist, yaitu pemimpin yang membela
rakyatnya dari suatu keyakinan, suatu pendirian,
sehingga rakyatnya tidak salah langkah dan tidak
tersesat.
F. Konseptualisasi Komunikasi Visual
1. Pengertian Komunikasi Visual
Komunikasi visual secara harfiah juga bisa diartikan
sebagai proses transformasi ide dan informasi dalam
bentuk yang dapat dibaca dan ditanggapi (secara visual).
Menurut Michael kroeger, visual communication adalah
latihan teori dan konsep melalui visual dengan
menggunakan warna, bentuk, garis, dan penjajaran.
Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang,
tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna
dalam penyampaiannya.53
Mengutip Widagdo (1993:31) desain komunikasi
visual dalam pengertian modern adalah desain yang
53
Rizka Pravitasari Oryza, “Pengaruh Label Visual Resiko
Merokok terhadap Perilaku Merokok Mahasantri, Skripsi, (Surabaya:
UIN Sunan Ampel, 2016), h.19
51
dihasilkan dari rasionalitas, dilandasi pengetahuan,
bersifat rasional dan pragmatis.54
Sedangkan menurut Adi Kusrianto,komunikasi visual
adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, di mana
unsur dasar bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama
dalam pesan) adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan
dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna, atau
pesan.55
2. Elemen-elemen Komunikasi Visual
a. Tipografi
Dalam komunikasi visual, segala bentuk
komunikasi divisualisasikan menjadi lambang.
Selayaknya komunikasi secara verbal, komunikasi
visual pun memiliki bahasa dan bunyinya sendiri.
Adapun bunyi dan bahasa divisualisasikan dengan
lambang berupa huruf.
Dalam memvisualisasikan bahasa ke dalam bentuk
huruf, tak lepas dari penentuan tipografi. Adapun
tipografi sendiri adalah seni memilih dan menata
huruf untuk pelbagai kepentingan menyampaikan
informasi berbentuk sosial maupun komersial.56
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
tipografi adalah sebagai berikut:
54
Sumbo Tinarbuko, Semiotika.., h. 23 55
Adi Kusrianto, Pengantar Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2009), h. 10 56
Sumbo Tinarbuko, Semiotika.., h. 25
52
1) Pemilihan jenis huruf atau font.
2) Pemilihan warna huruf menyesuaikan dengan
tujuan dalam menyampaikan pesan.
3) Pemilihan latar warna agar huruf terlihat jelas,
tidak terlalu samar atau tidak terlalu kontras.
4) Pemilihan ukuran huruf yang disesuaikan
dengan kebutuhan.
5) Jarak antar huruf, kalimat dan baris.
6) Faktor-faktor subjektif seperti jarak baca,
posisi penempatan huruf dan pencahayaan.
b. Warna
Warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa
dilupakan dalam komunikasi visual. Warna menjadi
unsur yang dapat memperkuat visual itu sendiri.
Adapun pemaknaan warna dalam suatu desain57
:
1) Warna Hitam, melambangkan kekuatan,
elegan, formalitas, kejahatan dan misteri.
Warna ini biasanya memiliki konotasi yang
negatif. Tapi warna ini merupakan kekuatan
dan kekuasaan dan menampakkan kesan
formal atau resmi. Secara kelambangan, hitam
diartikan sebagai lambang dukacita.
2) Warna Putih, melambangkan kesucian,
kemurnian, kebaikan. Warna putih juga berarti
57
Faradhita A. Manaf, “Makna Kepemimpinan Islam Presiden Jokowi
menuju Pilpres 2019 dalam Sampul Ilustrasi Majalah Tempo”, Skripsi,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019) h.26
53
aman, murni dan bersih. Berbeda dengan
warna hitam, warna putih biasanya
dikonotasikan sebagai warna yang positif.
3) Warna Biru, melambangkan kedalaman ilmu
dan stabilitas. Warna biru melambangkan
kesetiaan, keluhuran, kebijaksanaan,
kepercayaan diri, kecerdasan dan kebenaran.
Dalam ilmu kelambangan, biru berarti
kesalehan dan ketulusan hati.
4) Warna Kuning, melambangkan kegembiraan,
keceriaan, kebahagiaan dan membangkitkan
energi. Di ilmu kelambangan, kuning diartikan
sebagai kehormatan dan kesetiaan. Namun,
warna kuning yang pekat kecoklatan sering
diartikan sebagai kebusukan, kerusakan,
penyakit dan rasa cemburu.
5) Warna Merah, melambangkan energi, perang,
kekuatan, tekad yang kuat, hasrat dan cinta.
Warna merah juga memiliki makna emosional
yang kuat dan memiliki multi makna yakni
dapat berarti positif atau negatif seperti
bahaya.
6) Warna Hijau, melambangkan tumbuh,
harmoni, kesegaran dan kesuburan. Secara
emosional, hijau berarti keamanan. Sedangkan
warna hijau dapat dihubungkan dengan uang,
bank, dan hal-hal finansial.
54
c. Simbol
Simbol merupakan unsur dalam komunikasi yang
sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu di mana
peradaban manusia belum tersentuh bahasa dan tulisan
seperti saat ini.
Dalam ilmu komunikasi visual, simbol merupaka
unsur bahasa yang penting. Selain memiliki keunikan
berupa arti yang secara kolektif terbentuk dan
disepakati, simbol juga dianggap sebagai unusr yang
efektif untuk menyampaikan pesan. Dapat kita temui
bahwa komunikasi visual saat ini tak luput dari
simbol-simbol tertenu yang disematkan.
3. Ilustrasi
Secara etimologi, pengertian ilustrasi berasal dari
bahasa Latin "Illustrare" yang berarti menjelaskan atau
menerangkan. sedangkan pengertian ilustrasi secara
terminologi adalah suatu gambar yang memiliki sifat dan
fungsi untuk menerangkan suatu peristiwa.58
Menurut Kusmiyati, ilustrasi adalah gambaran singkat
alur cerita suatu cerita guna lebih menjelaskan salah satu
adegan. Dengan demikian, ilustrasi adalah gambar yang
bercerita yang memiliki tema.59
58
Septian Dwi Kurniawan, “Perancangan Buku Ilustrasi “Orang Kayo
Hitam””, Skripsi, (Bandung: Universitas Pasundan, 2019), h. 9 59
Prasetyo Prayogo,”Analisis Semiotika terhadap Gambar Ilustrasi
Rekening Gendut Perwira Polisi di Majalah Tempo”, Skripsi, (Serang:
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011), h. 28
55
Ilustrasi adalah sebuah citra yang dibentuk untuk
memperjelas sebuah informasi dengan memberi
representasi secara visual. Esensi dari ilustrasi adalah
pemikiran; ide dan konsep yang melandasi apa yang ingin
dikomunikasikan gambar. Menghidupkan atau memberi
bentuk visual dari sebuah tulisan adalah peran dari
ilustrator. Mengombinasikan pemikiran analitik dan skill
kemampuan praktis untuk membuat sebuah bentuk visual
yang mempunyai pesan.60
Sepanjang waktu, Ilustrasi telah menjadi sumber dari
visualisasi pikiran dan ide dan juga menjadi cara untuk
mempengaruhi masyarakat dalam hal keyakinan dan
trend. Sejarah ilustrasi tidak bisa lepas dari dunia buku,
dimana fungsi awal ilustrasi sebagai penjelas atau
pendamping sebuah tulisan.61
Adapun peran ilustrasi, yaitu:62
a. Ilustrasi sebagai Alat Informasi
Berawal dari abad ke-19, berkembangnya ilmu
pengetahuan dan pendidikan. Ilustrasi dengan
bentuk detail, rumit dan garis hitam putih
dihasilkan dengan teknik cukil. Ilustrasi digunakan
untuk merekam dunia fisik dan intelektual, banyak
ditemukan di buku-buku pendidikan, ensiklopedia,
dan pengetahuan alam. Ilustrasi digunakan oleh
60
Joneta Witabora, “Peran dan Perkembangan Ilustrasi”, Jurnal
Humaniora Binus, (Jakarta: Binus University, 2012), h.1 61
Joneta Witabora, “Peran.., h.1 62
Joneta Witabora, “Peran.., h.4-7
56
para ilmuwan untuk mendokumentasi dan
menjelaskan secara detail subjek yang sedang
diteliti, dari kehidupan alam sampai anatomi.
Ilustrasi juga digunakan untuk merekronstruksi
suatu kejadian yang merupakan kejadian penting
dalam sejarah manusia. Dalam hal ini ilustrasi
merupakan hasil kerja sama antara para ahli dan
ilustrator, sebuah tampilan dari subjek displin dan
praktik seni visual. Ilustrasi teknik dapat kita lihat
di subjek-subjek yang berhubungan dengan
teknologi.
b. Ilustrasi Opini
Peran ilustrasi ini dapat kita lihat didunia
editorial, fungsi utamanya adalah menjadi
simbiosis dengan jurnalisme yang terkandung di
halaman koran dan majalah. Ilustrasi menjadi
media opini pada tema-tema seperti gaya hidup,
politik dan isu-isu yang sedang terjadi. Opini
politik dalam bentuk humor ataupun satir
bermanifestasi menjadi political cartoon. Ilustrasi
editorial merangsang pemikiran dan perdebatan,
menyajikan argumen menimbulkan pertanyaan
dan membuat pernyataan provokatif.
c. Ilustrasi sebagai Alat Untuk Bercerita
Ilustrasi narasi atau cerita banyak kita temui di
buku anak, novel grafis, dan komik. Narasi dalam
bentuk fiksi yang banyak mengandung fantasi. Di
57
buku-buku untuk dewasa ilustrasi sering
digunakan untuk sampul buku. Ilustrasi di sampul
buku berfungsi sebagai kemasan dan point of sale.
Komik adalah potrait sebuah cerita melalui
ilustrasi yang berkesinambungan. Berawal dari
komik strip yang terbit di koran kemudian
berkembang dengan komik-komik dengan tema
superhero. Dari tema cerita yang diperuntukan
untuk anak-anak dan remaja hingga berkembang
menjadi tema yang lebih dewasa dengan bobot
cerita yang lebih berat yang disebut dengan istilah
novel grafis.
d. Ilustrasi sebagai Alat Persuasi
Kekuatan persuasi tidak bisa dianggap remeh,
dan ilustrasi selama ini mengambil peran yang
besar dalam hal ini. Peran ilustrasi ini terlihat
nyata di dunia komersial periklanan. Ilustrasi iklan
atau dulu disebut dengan seni komersial berawal
dari visual representasi produk-produk rumah
tangga.
e. Ilustrasi sebagai Identitas
Peran ilustrasi juga digunakan dalam konteks
pengenalan produk atau perusahaan. Ilustrator
bekerjasama dengan desain grafis dalam
penempatan ilustrasi di media below the line,
packaging, point of sale dan lain lain. Selain
sebagai alat untuk brand recognition, ilustrasi
58
dapat juga digunakan untuk kepentingan identitas
perusahaan atau organisasi.
f. Ilustrasi sebagai Desain
Kedekatan hubungaan antara desain dan
ilustrasi memberi peluang kepada para ilustrator
untuk berperan juga sebagai desainer. Beberapa
contoh seperti toki doki sebuah produk ilustrasi
hasil ilustrator Simone Legno. Ilustrasi dengan
tema fashion diaplikasikan ke dalam produk-
produk kaos, tas dan lain lain. Ilustrasi menjadi
dasar dalam mendesain produk maupun
komunikasi visual lainnya
4. Infografis
Infografis sebagai ilmu tidak terlepas dari hubungan
dengan ilmu desain komunikasi visual, ilmu komunikasi,
ilmu komputer grafis, interaksi hubungan dengan manusia
serta ilmu pengetahuan lainnya yang erat sebagai sumber
permasalahannya. Infografis lebih banyak memuat dan
mengolah data-data dalam bentuk penggabungan antara
teks dan gambar sejenisnya yang divisualkan, sehingga
cara ini menjadi suatu yang inpiratif dalam bentuk statis.63
Infografis juga dapat dikatakan sebagai teknik
menyajikan data informasi secara visual/grafis, sehingga
63
Eka Puspita Sari, “Pengembangan Media Berbentuk Infografis
sebagai Penunjang Pembelajaran Fisika SMA kelas X”, Skripsi, (Lampung:
UIN Raden Intan Lampung, 2017), h.39
59
mudah dipahami oleh pembaca.64
Penggunaan infografis
telah banyak dilakukan dalam penyajian informasi, hal ini
dikarenakan infografis dapat menyederhanakan informasi
yang sifatnya begitu kompleks menjadi informasi yang
dapat dengan mudah dipahami, infografis juga mampu
menarik perhatian berbagai macam kalangan masyarakat,
penerapan informasi dalam bentuk infografis juga
memiliki keunggulan karena dapat dengan mudah
diingat.65
Infografis dalam terapannya memiliki beberapa
komponen mendasar yang pada umumnya terdapat dalam
karya desain, di antaranya adalah; gambar, pemilihan
warna, pemilihan simbol yang digunakan dan bagaimana
komposisi warna dan bentuk yang digunakan agar
informasi yang disajikan dapat terlihat menarik dan
memenuhi kriteria standar visualisasi yang dibutuhkan
masyarakat.66
Terdapat beberapa karakteristik dalam infografis,
yaitu:67
a. Sumber informasi yang objektif dapat memberikan
pengertian yang tepat dalam bentuk infomasi yang
terbuka dan bebas.
64
Febrianti Saptodewo, “Desain Infografis sebagai Penyajian Data
Menarik”, Jurnal LPPM Unindra, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI,
2014), h.195 65
Muthiah Nurul Miftah, dkk, “Pola Literasi Visual Infografer dalam
Pembuatan Informasi Grafis (Infografis)”, Jurnal Kajian Informasi dan
Perpustakaan Vol.4 No. 1, (Bandung: Universitas Padjadjaran, 2016), h.87 66
Muthiah Nurul Miftah, dkk., “Pola.., h.88 67
Eka Puspita Sari, “Pengembangan.., h.42
60
b. Mudah untuk dimengerti tentang runtut suatu
peristiwa.
c. Isi informasi disajikan kedalam bentuk seni visual
yang baik.
d. Mecari atau menciptakan element grafis yang tepat
e. Dapat memberikan ungkapan bahasa visual yang
sensasional
f. Menseleksi dan kapasitas yang perlu disampaikan
G. Konseptualisasi Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Media sosial didefinisikan sebagai media online,
dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Andreas
Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media
sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet
yang dibangun di atas ideologi dan teknologi Web 2.0.68
Media sosial merupakan alat komunikasi yang
digunakan oleh pengguna dalam proses sosial. Namun,
untuk menyusun definisi media sosial, kita perlu melihat
perkembangan hubungan individu dengan perangkat
media. Karakteristik kerja komputer dalam Web 1.0
berdasarkan pengenalan individu terhadap individu lain
(human cognition) yang berada dalam sebuah sistem
68Nisa Nurkarima, “Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap
Akhlakul Karimah dan Akhlakul Madzmumah Siswa Di SMAN 1 Kauman
Tahun Ajaran 2017/2018”, Skripsi, (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2018),
h.12
61
jaringan, sedangkan Web 2.0 berdasarkan sebagaimana
individu berkomunikasi (human communication) dalam
jaringan antari ndividu. Terakhir, dalam Web 3.0
karakteristik teknologi dan relasi yang terjadi terlihat dari
bagaimana manusia (users) bekerja sama (human
cooperation).69
Menurut istilah, media sosial tersusun dari dua kata,
yakni “media” dan “sosial”. “Media” diartikan sebagai
alat komunikasi (Laughey, 2007 McQuail, 2003).
Sedangkan kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan
sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang
memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini
menegaskan bahwa pada kenyataannya, media dan semua
perangkat lunak merupakan “sosial” atau dalam makna
bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial
(Durkheim dalam Fuchs, 2014).70
Menurut Van Dijk (2013) media sosial adalah sebuah
platform media yang memfokuskan pada eksistensi
pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas
maupun berkolaborasi. Hal ini yang menegaskan bahwa,
media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator)
69
Mulawarman dan Aldila Dyas Nurfitri, “Perilaku pengguna Media
Sosial beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan”,
Jurnal Buletin Psikologi, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2017), h.37 70
Mulawarman dan Aldila Dyas Nurfitri, “Perilaku.., h.37
62
online yang menguatkan hubungan antar pengguna
sekaligus sebagai ikatan sosial.71
Kehadiran situs jejaring sosial atau sering disebut
media sosial seperti Facebook, Twitter dan Skype
memberikan ruang baru bagi komunikasi dan interaksi
dalam jejaring sosial di ruan siber. Misalnya fasilitas di
Facebook, yakni wall (dinding) pengguna bisa
mengungkapkan apa yang sedang disaksikan/dialami,
keadaan sekitar dirinya, hingga bagaimana tanggapannya
terhadap situasi, misalnya, politik pada saat ini.72
Menurut data yang dilansir dari Hootsuite We Are
Social Indonesian Digital Report Januari 2019, Indonesia
saat ini memiliki penduduk mencapai 268.2 juta jiwa.
Dari angka tersebut, ada 56% atau sekitar 150 juta
penduduk Indonesia yang dikategorikan sebagai pengguna
aktif media sosial. Dengan tingginya angka pengguna
aktif media sosial saat ini memungkinkan memberikan
dampak yang signifikan bagi persebaran informasi baik
itu berupa fakta maupun kabar burung atau hoax.
Seiring dengan meningkatnya pengguna sosial media,
berdampak pada perkembangan media sosial itu sendiri.
jika pada tahun 2002 Friendster merajai media sosial
karena hanya Friendster yang mendominasi di era
71
Rulli Nasrullah, Media Sosial:Perspektif Komunikasi, Budaya dan
Sosioteknologi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), h. 11 72
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia),
(Jakarta: Prenadamedia, 2016), h. 36
63
tersebut, kini telah banyak bermunculan sosial media
dengan keunikan dan karakteristik masing-masing73
.
Menurut Hootsuite We Are Social tentang Indonesian
Digital Report pada januari 2019, predikat untuk media
sosial paling banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia adalah platform berbasis video, yakni Youtube,
disusul oleh WhatsApp, Facebook, Instagram sampai
Line.
Tabel 2.2
Urutan Peringkat Media Sosial di Indonesia
Sumber: Hootsuite We Are Social Indonesian Digital Report
Januari 2019
Urutan Media
Sosial
Persentase
(dari 150 juta Pengguna
aktif Media Sosial)
1 Youtube 88%
2 WhatsApp 83%
3 Facebook 81%
4 Instagram 80%
5 Line 59%
6 Twitter 52%
7 Facebook
Mesengger
47%
8 BBM 38%
73
Astari Clara Sari, Dkk, “Komunikasi dan Media Sosial”, Jurnal
Universitas Muslim Indonesia, (Makassar: Universitas Muslim Indonesia,
2018), h.5
64
9 LinkedIn 33%
10 Pinterest 29%
2. Karakteristik Media Sosial
Media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak
dimiliki oleh beberapa media siber lainnya. Ada batasan-
batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh
media sosial dibanding dengan media lainnya. Adapun
karakteristik media sosial yaitu: 74
a. Jaringan (Network).
Media sosial memiliki karakter jaringan sosial.
Media sosial terbangun dari struktur sosial yang
terbentuk di dalam jaringan atau internet. Jaringan
yang terbentuk antar pengguna (users) merupakan
jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh
perangkat teknologi, seperti komputer, telepon
genggam atau tablet. Jaringan yang terbentuk antar
pengguna ini pada akhirnya membentuk komunitas,
contohnya seperti Facebook, Twitter dan lain-lain.
b. Informasi (Information)
Di media sosial, informasi menjadi komoditas
yang dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut
pada dasarnya merupakan komoditas yang diproduksi
dan didistribusikan antar pengguna itu sendiri. Dari
kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain
74
Rulli Nasrullah. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya dan
Sosioteknologi, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h.15
65
membentuk sebuah jaringan yang pada akhirnya
secara sadar atau tidak bermuara pada institusi
masyarakat berjejaring.
c. Arsip (Archive)
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah
karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah
tersimpan dan bisa diakses kapan pun dan melalui
perangkat apa pun. Setiap informasi apa pun yang
diunggah di Facebook informasi itu tidak hilang
begitu saja saat pergantian hari, bulan bahkan sampai
tahun.
d. Interaktif (Interactivity)
Karakter dasar dari media sosial adalah
terbentuknya jaringan antar pengguna. Jaringan ini
tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan atau
pengikut di internet semata, tetapi juga harus dibangun
dengan interaksi antar pengguna tersebut.
3. Jenis Media Sosial
Media sosial adalah teknologi informasi yang berbasis
internet sebagai alat komunikasi maupun sebagai media
promosi dalam bisnis. Adapun macam-macam media
sosial menurut Rulli Nasrullah adalah sebagai berikut:75
a. Blog
Blog merupakan media sosial yang
memungkinkan penggunanya untuk mengunggah
75
Rulli Nasrullah. Media.., h.14
66
aktivitas keseharian, saling mengomentari dan beragi,
baik tautan web lain, informasi dan sebagainya.
b. Microblogging
Jenis media sosial yang memfasilitasi pengguna
untuk menulis dan memublikasikan aktivitas atau
pendapatnya. Kehadiran jenis media sosial ini
merujuk pada munculnya Twitter yang hanya
menyediakan ruang tertentu atau maksimal 140
karakter.
c. Facebook
Facebook adalah sebuah situs jejaring sosial yang
dipaki manusia untuk berinteraksi dengan manusia
lain dengan jarak yang jauh. Facebook memiliki
berbagai macam aplikasi tambahan seperti game,
chating, videochat, halaman komunal, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, Facebook dianggap sebagai media
sosial dengan fitur yang dianggap paling familiar
dengan berbagai kalangan baik tua maupun muda
(Ega Dewa Putra, 2014: 8).
d. Twitter
Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan
dioperasikan oleh Twitter.inc dan merupakan salah
satu layanan jejaring sosial dan microblog daring yang
memungkinkan para penggunanya untuk mengirim,
menerima dan membaca pesan berbasis teks yang
jumlah karakternya mencapai 140 karakter, yang
dikenal dengan sebutan kicauan (tweet).
67
e. Instagram
Instagram merupakan suatu jejaring sosial yang di
dalamnya fokus kepada berbagi foro penggunanya.
Nama Instagram terdiri dari dua kata yaitu “insta” dan
“gram”. Insta berasal dari kata instan, yang dapat
diartikan dengan kemudahan dalam mengambil dan
melihat foto. Gram berasal dari kata telegram, yang
dapat diartikan dengan mengirim sesuatu (foto)
kepada orang lain.
f. LINE
LINE adalah sebuah aplikasi pengirim pesan
instan gratis yang dapat digunakan pada berbagai
platform seperti smartphone, tablet, dan komputer.
LINE difungsikan dengan menggunaka jaringan
internet sehingga pengguna LINE dapat melakukan
aktivitas seperti mengirim pesan teks, mengirim
gambar, video, pesan suara dan lain lain.
g. BBM (BlackBerry Messenger)
Berdasarkan Wikipedia Bahasa Indonesia
BlackBerry Messenger sebuah aplikasi pengirim
pesan instan yang disediakan untuk para pengguna
perangkat BlackBerry. Aplikasi ini mengadopsi
kemampuan fitur atau aktivitas yang populer di
kalangan pengguna perangkat telepon
genggam.Dengan aplikasi ini seseorang dapat berbagi
informasi, seperti teks, gambar, dan video.
68
4. Media Sosial dan Media Massa
Saat ini, meminjam istilah John Keane (1998), bisa
kita sebut sebagai era keberlimpahan komunikasi
(Communication Abudance). Hal ini ditandai dengan
melimpahnya informasi melalui beragam kanal
komunikasi yang dimiliki warga. Tidak hanya bergantung
kepada media arus utama (mainstream media) seperti
televisi, koran dan radio melainkan juga media sosial.76
Kehadiran media sosial dengan jumlah pengguna yang
signifikan pun merubah pola komunikasi dari yang
konvensional dan satu arah seperti halnya media massa
hingga menjadi serba digital dengan pola two way
communication.
Adapun media massa sendiri dapat diartikan sebagai
segala bentuk media atau sarana komunikasi yang
menyalurkan dan mempublikasikan berita kepada
khalayak (massa) baik dalam bentuk media cetak, media
elektronik maupun media daring.77
Suatu media dikatakan sebagai media massa
mempunyai karakteristik, berikut karakteristik media
massa:78
a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola
media terdiri dari banyak orang, yakni dari mulai dari
76
Gun Gun Heriyanto, Panggung Komunikasi Politik, (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2019), h.343 77
Tubagus Musthopa, “Pemberitaan tentang Serangan Paris di Media
Online Arrahmah.com”, Skripsi, (Semarang: UIN Walisongo, 2017), h.12 78
Tubagus Musthopa, “Pemberitaan.., h. 12-13
69
pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian
informasi.
b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan
kurang memungkinkan terjadinya dialog antara
pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau
umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan
tertunda.
c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi
rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki
kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana
informasi yang disampaikan akan diterima oleh orang
banyak pada saat yang sama.
d. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh
siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis
kelamin, dan suku bangsa (Tamburaka, 2013: 41).
Dari definisi dan karakter media massa di atas, dapat
dilihat bahwa terdapat perbedaan di antara media massa
dan media sosial. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Van Dijk (2013) bahwasanya media sosial merupakan
platform yang berperan sebagai medium atau fasilitator
online untuk menguatkan hubungan sosial antar pengguna
dengan pola komunikasi yang bersifat two way
communication. Sedangkan media massa merupakan
medium atau fasilitator yang dikembangkan untuk
mempublikasikan berita atau informasi kepada khalayak
secara massif, serentak dan berpola one way
communication.
70
71
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Mojok.co
1. Profil Singkat
Mojok.co mulai mengudara pada tanggal 28 Agustus
2014. Sejak saat itu pula, Mojok.co hadir sebagai media
alternatif baru di Indonesia dengan suguhan informasi
yang sangat relatable atau dekat dengan kehidupan
masyarakat Indonesia.
Puthut EA dalam ulang tahun Mojok.co yang pertama
menjelaskan bahwa kemunculan Mojok.co berasal dari
gagasan untuk mengumpulkan status Facebook yang di-
anggap menarik dan mencuri perhatian publik. Mojok.co
pun melahirkan penulis-penulis yang cukup ternama, teru-
tama dalam dunia media digital. Sebut saja Arman Dhani,
Iqbal Aji Daryono, Muhidin M. Dahlan, Rusdi Matari,
Edward S. Kennedy, AS Laksana, Wisnu Prasetya Utomo
hingga Windu Jusuf.1
Media yang baru menginjak usia 5 tahun ini,
mengklaim Mojok.co sendiri sebagai media selow yang
mewadahi tulisan para penulis yang punya energi serta
kreativitas berlebih. Sebuah media alternatif dengan kon-
1Sokowati, dkk, “Media Alternatif Kaum Muda: Produksi Konten,
Kebijakam Redaksi, Identitas dan Politik di Era Siber (Studi Kasus Mo-
jok.co)”, Jurnal Audiens, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakar-
ta, 2018), h.19
72
ten segar dan menghibur. Media untuk bersenang-senang
dan bergembira bersama.2
Selain itu, diakui pula bahwa Mojok.co bukan media
berita. Mojok juga buka sembarang media opini karena
artikel-artikel yang diterbitkan Mojok selalu melalui sele-
ksi yang ketat oleh redaktur. Dari menyeleksi gagasan
utama sampai menyeleksi sudut pandang yang digunakan
penulis.3
Menurut Arlian Buana, salah satu kru Mojok.co yang
menyebutkan bahwa Mojok.co dibentuk sebagai media al-
ternatif yang basisnya bukan pada berita melainkan
artikel-artikel opini, dengan menyasar ceruk pembaca
muda yang menurutnya belum banyak mendapatkan “ru-
ang artikulasi ide di media-media arus utama”. Ia juga
menyebutkan bahwa media alternative yang dimaksud
adalah media yang mampu menjadi kanal yang tenang di
tengah derasnya limbah informasi.4
Publikasi yang rapih dan popularitas Mojok.co se-
bagai media alternatif ini membuat banyak masyarakat
berasumsi bahwa kantor Mojok.co berlokasi di Jakarta.
Padahal, Mojok.co merupakan media yang lahir dan besar
2https://mojok.co./tentang/ diakses pada 24 Oktober 2019 pada 13.26
WIB 3Arlian Buana, dkk, Mojok tentang Bagaimana Media Kecil Lahir,
Tumbuh dan Mencoba Bertahan, (Yogyakarta: Buku Mojok, 2019), h.119 4Wisnu Prasetyo Utomo, “Menertawakan Politik: Anak Muda,
Satire dan Parodi dalam Situs Mojok.co”, Jurnal Pemuda YouSure Edisi
Pemuda, Kewargaan & TIK, (Jakarta: Remotivi, 2015), h.197-198
73
di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kantor yang
beralamat di Perum Sukoharjo Indah A8, RT 09 / RW 16,
Dk. Purworejo, Ds. Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.
Yogyakarta, 55581 Indonesia.
2. Kru Mojok.co
Puthut EA, seorang sastrawan sekaligus aktivis pada
zamannya merupakan petinggi di Mojok.co.
Kedudukannya sebagai bagian tertinggi disebut „Kepala
Suku‟. Istilah tersebut digunakan sebagai pembeda
dengan organisasi media lainnya. Pemimpin media lebih
dikenal dengan istilah editor in chief, pemimpin redaksi
dan pemimpin perusahaan. Dalam media pada umumnya,
antara pemimpin redaksi dan pemimpi perusahaan sering-
kali terlibat konflik kepentingan antara konten dan bisnis.
Istilah „kepala suku‟ dianggap bisa menjembatani hal ter-
sebut.5
Tak sendiri, Puthut EA dibantu oleh Prima Sulistya
yang dalam susunan struktural disebutkan sebagai pem-
impin redaksi bersama Agus Mulyadi, Aprilia Kumala,
Audian Laili, Ahmad Khadafi dan Yamadipati Seno se-
bagai redaktur.
Selain tim redaksional, Mojok.co pun memiliki tim
media sosial yang terdiri atas Web Master, Media Sosial
dan Ilustrator. Tim ini menjadi bagian yang krusial dalam
perputaran roda Mojok.co, mengingat bahwa Mojok.co
sarat akan ilustrasi pada setiap informasi yang disajikan,
5Sokowati, dkk, “Media.., h.21
74
dan menjadikan media sosial seperti Facebook, Twitter
dan Instagram sebagai media publikasi.
Adapun susunan kru Mojok.co dapat dilihat pada tabel
berikut:6
Gambar 3.1
Susunan Kru Mojok.co7
6https://Mojok.co/kru/ Diakses pada 24 Oktober 2019 pada 14.46
WIB 7https://Mojok.co/kru/ Diakses pada 24 Oktober 2019 pada 14.46
WIB
75
3. Atribut Mojok.co
a. Logo Mojok
Gambar 3.2
Logo Mojok.co
Warna kuning emas pada logo Mojok.co sejalan
dengan cita-cita Mojok ke depan agar semakin mengi-
lap, semakin dikenal, dan semakin dicintai oleh para
pembacanya. Tetap sedikit nakal banyak akal dengan
caranya sendiri.8
b. Tagline
Dengan tagline-nya yang berbunyi “Sedikit Nakal,
Banyak Akal”, Mojok berkeinginan menjadi media
dengan konten bergaya ringan dan segar, kadang
penuh humor, kadang penuh satir tetapi berani masuk
ke dalam wacana-wacana yang serius seperti politik,
sosial, kemanusiaan hingga keagamaan.9
c. Rubrikasi
Mojok saat ini menerbitkan artikel dan komik
dengan pilihan tema yang beragam. Ada 20 rubrik
yang terdiri dari Esai, Komik, Movi, Malam Jumat,
Rerasan, Khotbah, Kepala Suku, Versus, Pojokan,
8Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.119
9https://mojok.co/blog/materi/ diakses pada 24 oktober 2019 pada
14.20 WIB
76
Konter, Otomojok, Balbalan, Liputan, Kilas, Mok-
nyus, Nafkah, List, Curhat, Celengan dan Resah.
d. Segmentasi Pembaca
Gambar 3.3
Segmentasi Pembaca berdasarkan Usia10
Gambar 3.4
Segmentasi Pembaca berdasarkan Gender11
10
Digital Report oleh Mojok.co pada November 2017 11
Digital Report oleh Mojok.co pada November 2017
77
Gambar 3.5
Segmentasi Pembaca berdasarkan Wilayah12
4. Peningkatan Mojok.co
Selama 5 tahun mengudara sebagai suatu media, Mo-
jok.co tak luput dari gejolak pasang-surut. Mojok.co
pernah mengalami keterpurukan di mana traffic harian
semakin sepi, target menjadi sulit dicapai sampai dalam
kurun waktu tertentu, laporan mingguan terus berada di
warna merah yang berarti sedang mengalami penurunan
traffic.
Tak hanya itu, masalah server situs yang belum me-
madai pun menjadi masalah yang dikhawatirkan karena
tak dapat diprediksi kapan mengalami pelemahan.
Meski demikian, Mojok.co telah menunjukan
taringnya sebagai media baru yang cukup kuat dalam
menghadapi masalah di tengah derasnya media baru ber-
12
Digital Report oleh Mojok.co pada November 2017
78
munculan. Peningkatan pun dicapai oleh Mojok.co dalam
kurun waktu 5 tahun. Yakni peringkat Mojok pada tahun
2017 yang masih di peringkat ribuan, kemudian masuk
seribu besar pada 2018 dan pada tahun yang sama masuk
500 besar hingga akhirnya menapaki 100 besar di tahun
2019.13
Pada tanggal 26 Juni 2019, saat belum genap berusia
lima tahun, pada situsnya Mojok mengumumkan pering-
katnya di Traffic Site Alexa yang sudah sampai pada per-
ingkat ke 82.14
Peningkatan signifikan yang dicapai Mojok.co tak ku-
rang merupakan hasil dari semakin tingginya minat
khalayak untuk menjadi kontributor yang sejalan dengan
semakin ketatnya seleksi naskah yang “pantas” untuk
menjadi tulisan di situs Mojok.co. Hal ini juga yang
kemudian berdampak pada naiknya pembaca yang turut
serta dalam mendongkrak peringkat dan popularitas media
satir ini.
13
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.117 14
https://mojok.co/auk/ulasan/pojokan/cara-kru-mojok-merayakan-
masuk-ranking-alexa-100-besar/ Diakses pada 24 Oktober 2019 pada 16.44
WIB
79
Gambar 3.6
Mojok dalam Angka15
5. Spasialisasi Horizontal Mojok.co
Spasial horizontal adalah sebuah usaha atau bisnis dari
sebuah media yang bukan berintegrasi di bidang media
seperti hotel, rumah makan dan lainnya.16
Selain sebagai media alternatif, Mojok juga mempu-
nyai bisnis di bidang lain, yaitu:
a. Mojok Store
Toko daring yang melayani penjualan produk-
produk berkualitas yang berfokus pada buku dan kaos.17
Berdiri sejak 18 Agustus 2016 dengan kantor ber-
domisili di Yogyakarta.
15
Digital Report oleh Mojok.co pada November 2017 16
Rahmawati Zulfiningrum, “Spasialisasi dan Praktik Konglomerasi
Media Kelompok Kompas Gramedia”, Jurnal Komunikasi Vol.2 No.3, (Sema-
rang: Universitas Dian Nuswantoro, 2014), h.141
17https://Mojokstore.com/tentang-kami/ diakses pada 25 Oktober
2019 pada 13.52 WIB
80
b. Buku Mojok (BUMO)
Buku Mojok merupakan bisnis yang menangani
bidang keredaksian hingga penerbitan yang telah
menerbitkan buku seperti Mojok, Kitab Rasa, Sastra-
wan Salah Pergaulan dan Makelar Politik.
c. Warung Mojok (Warmo)
Warung Mojok yang berlokasi di Ngaglik,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
bisnis milih Mojok di bidang wisata dan kuliner.
B. Produksi
1. Proses Kurasi Naskah
Tim produksi Mojok.co terdiri dari 6 redaktur dan 1
sekretaris redaksi. Kontributor dapat mengirimkan naskah
dengan jenis yang sudah disesuaikan dengan rubrik di
Mojok.co melalui surat elektronik ke [email protected],
kemudian naskah diseleksi oleh sekretaris redaksi. Setelah
dinyatakan lolos kurasi, naskah akan diserahkan kepada
redaktur untuk kemudian disunting dan disesuaikan
dengan gaya khas Mojok.co. Dalam sehari, Mojok.co
menerima paling sedikit 30 naskah yang diterima melalui
email dan harus dikurasi.18
Selain disesuaikan dengan karakter Mojok.co, naskah
juga tidak boleh bermuatan SARA. Tulisan juga harus
memiliki argumen yang jelas, tidak semata setuju atau
tidak setuju. Alasan-alasan harus kuat dan masuk akal.
18
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.128
81
Selain itu, Mojok.co juga mempublikasikan tulisan sesuai
dengan tema yang sedang hangat dibahas.19
Untuk mengetahui tema-tema apa yang sedang hangat,
tim redaksi Mojok.co merujuk lewat pembahasan di Face-
book atau Twitter, atau merujuk media online lainnya,
seperti CNN.20
2. Proses Distribusi
Media alternatif memiliki strategi distribusi yang ber-
beda dengan media arus utama. Jika media arus utama
masih menitikberatkan pada pola rantai distribusi yang sa-
tu arah, maka media alternatif memanfaatkan jaringan
komunitas atau pembaca sebagai bagian dari rantai distri-
businya.
Ada dua cara distribusi artikel yang dilakukan oleh
Mojok.co. Pertama, distribusi artikel dilakukan melalui
situs Mojok.co itu sendiri, yaitu URL: https://mojok.co.
Kedua, distribusi dengan memanfaatkan media sosial,
seperti jejaring sosial Facebook, Instagram
(@mojokdotco) dan Twitter (@mojokdotco). Distribusi
tulisan juga dilakukan melalui akun media sosial para per-
sonil atau penulis, juga dari pembaca setia.
3. Media Sosial
Sesuai dengan proses distribusi yang sudah dijelaskan
di atas, bahwa Mojok.co menggunakan dua cara yakni
melalui situs Mojok.co dan media sosial.
19
Sokowati, dkk, “Media.., h.26 20
Sokowati, dkk, “Media.., h.26
82
Dalam hal ini, Mojok.co memiliki tim khusus dalam
mengelola media sosial, yang artinya terpisah dengan tim
keredaksian. Tim media sosial sendiri dibentuk dengan
tujuan untuk melakukan rebranding konten media sosial
Mojok. pada prosesnya, tim inilah yang menentukan kon-
ten apa saja yang layak dan harus dipublikasikan melalui
Facebook, Twitter dan Instagram.21
Media sosial Mojok.co difokuskan pada pengerjaan
secara grafis dan gambar karena menggunakan Instagram
yang merupakan platform berbasis gambar sebagai media
sosial dasar untuk penyebaran konten hingga kemudian
diteruskan ke media sosial lain seperti Twitter dan Face-
book.22
Sebelum menjadi konten di media sosial, terdapat be-
berapa proses yang harus dilakukan. Pertama,
perencanaan konten yakni tim media sosial merencanakan
konten apa saja yang akan dibuat untuk dipublikasikan da-
lam sepekan ke depan, tentu saja berdasarkan rubrik dan
pembahasan yang tengah viral.
Kedua, kurasi konten apa saja yang layak untuk dibuat
dan dipublikasi oleh tim media sosial, kemudian dijadikan
data berupa spreadsheet. Spreadsheet ini dapat diakses
ilustrator dan mereka mengerjakan konten berdasarkan
hasil brief tersebut.
21
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.91 22
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.92
83
Setelah konten dibuat, ilustrator akan menggungah
gambar ke grup WhatsApp dan kemudian diunggah ke se-
luruh media sosial Mojok.co oleh bagian media sosial
(admin) berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan.23
C. Mojok.co sebagai Pembeda
1. Mojok.co sebagai Media Satir
Sesuai dengan slogannya “Sedikit Nakal, Banyak
Akal”, Mojok.co menerima artikel yang ditulis secara out
of the box, alih-alih menerima artikel yang ditulis dengan
gaya selingkung yang baku. Gaya penulisan ala Mojok.co
adalah gaya penulisan yang santai , jenaka, dan serupa
obrolan warung kopi. Tak jarang menggunakan gaya ba-
hasa satir yang berlawanan dengan gaya berpikir main-
stream.
Satir sebagai gaya bahasa yang melekat dengan laman
Mojok.co dijelaskan melalui salah satu esai yang dimuat
penulis Mojok tentang karakter Mojok.co sebagai media.
Bahwa situs Mojok.co didaulat sebagai media alternatif,
media satir di tengah seragamnya isi dari arus besar situs
online. Tulisan-tulisan di Mojok dianggap berbeda dari tu-
lisan-tulisan di media lain. Penuh olok-olok dan konon
membuat yang membacanya tertawa atau minimal
tersenyum masam (Mathari, 2015).24
23
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.92-93 24
Rizky Abrian, “Perlawanan Wacana Politik di Dunia Maya”, Jurnal
Kemdikbud, (Surabaya: PT. Pelita Husada Citra, 2017), h.12
84
Secara kasat, Mojok.co dianggap berbeda dengan me-
dia mainstream seperti Detik.com, Kompas.com, Trubun
News dan lain-lain. Namun, bukan perbedaan tersebut
yang ingin disematkan pada Mojok.co karena dari target
audiens, proses kurasi dan publikasi pun sudah bisa
dikatakan berbeda.
Setidaknya, diakui oleh Mojok.co bahwa
Malesbanget.com (MBDC) merupakan salah satu media
yang menjadi inspirasi Mojok. Bedanya, MBDC lebih
banyak menulis tentang gaya hidup, hiburan dan selebri-
tas. Sedangkan Mojok menulis isu-isu yang lebih “serius”
tapi dengan gaya yang sedikit santai dan menyentil. Te-
ma-tema yang diangkat lebih ke seputar isu sosial, politik,
budaya dan milenial. Kritis tetapi tetap renyah untuk di-
baca.25
2. Kompetitor Mojok.co
Sejak awal berdiri, Mojok.co memiliki komitmen pada
inovasi yang difokuskan pada konten. Awalnya Mojok.co
terinspirasi pada media sejenis atau media alternatif
Vice.com yang memiliki konten dengan gaya santai. Pada
perjalanan berikutnya, Mojok.co mampu menemukan ga-
yanya sendiri. Seiring dengan kesuksesannya, Mojok.co
berhadapan dengan kompetitor baru. diakui oleh Prima
Sulistya, pemimpin redaksi Mojok.co yang menyebutkan
bahwa Brilio dan Hipwee adalah kompetitor Mojok.co,
25
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.118
85
walaupun Mojok.co tetap memiliki ciri khasnya
tersendiri.26
Dilihat dari proses kurasi, Mojok.co merupakan media
yang sama dengan Hipwee dan Brilio, hanya saja, terdapat
perbedaan yang kemudian memberikan garis pembeda
yang jelas antara media-media tersebut yakni dilihat dari
konten yang dipublikasikan dan proses publikasinya itu
sendiri. Mojok.co mengedepankan isu-isu terkini dan dio-
lah secara mendalam namun dengan gaya santai khas Mo-
jok. sedangkan Hipwee dan Brilio merupakan media al-
ternatif yang cenderung kepada pembahasan gaya hidup.
D. Kontroversi Mojok.co
1. Penutupan Mojok.co
Dibentuk pada 2014, Mojok.co harus pamit pada 28
Maret 2017. Pengumuman itu juga bukan hal yang men-
dadak, tetapi sudah lebih dulu disampaikan oleh Kepala
Suku Mojok, Puthut EA, beberapa bulan sebelumnya.
Mojok sudah tidak bisa lagi mengandalkan sisa modal
yang dimiliki jika ingin lebih besar lagi.27
Puthut menjelaskan bahwa pengeluaran Mojok.co fase
pertama berkisar 25-30 juta rupiah per bulan. Selama tiga
tahun fase pertama, dana yang dihabiskan mencapai 600
juta rupiah. Di saat yang sama perusahaan yang
menopang Mojok.co sedang mengalami kebangkrutan,
sehingga ia tidak lagi mampu mempertahankan Mojok.co.
26
Sokowati, dkk, “Media.., h.25 27
Arlian Buana, dkk, Mojok.., h.116
86
Secara jelas, Putut menjelaskan bahwa Mojok.co tutup ka-
rena masalah finansial.28
Ketika diumumkan secara luas bahwa Mojok.co di-
tutup, beberapa media besar menghubungi Mojok.co dan
ingin membiayai Mojok.co. Setelah melakukan penja-
jagan dan penyesuaian dengan Mojok.co, maka dipilihlah
Tirto.co sebagai investor. Hingga saat ini Puthut menya-
takan bahwa kehadiran Tirto.co tidak kemudian banyak
merubah gaya Mojok.co. Tidak ada intervensi Tirto.co da-
lam kebijakan konten Mojok.co. Tirto.co memberikan ru-
ang yang cukup bagi Mojok.co untuk tetap berkreasi. Ke-
hadiran Mojok.co cukup mendapat respon yang positif
dari para warganet.29
Tirto.id sendiri merupakan situs berita, artikel dan
opini yang mengedepankan pada jurnalisme data, media
analisis dan infografik. Media ini diresmikan pada 3
Agustus 2016 dan diprakarsai oleh Jurnalis media main-
stream, Sapto Anggoro bersama Budi Santoso dan Nur
Samsi dengan membawa slogan “Jernih Mengalir Menc-
erahkan”.
Akhirnya, dua bulan kemudian Mojok.co lahir kemba-
li dengan perbedaan pada logonya yang semula berwarna-
warni menjadi berwarna kuning emas. Selain itu, ada
penambahan rubrik yang sekarang sudah mencapai 20 ru-
28
Sokowati, dkk, “Media.., h.24 29
Sokowati, dkk, “Media.., h.25
87
brik dan tentu saja dengan tampilan Mojok.co yang lebih
efisien.30
2. Ilustrasi Cak Nun
Sebagai media opini yang terkesan „bebas‟, Mojok.co
pun tak luput dari serangan warganet tentang konten-
konten yang dimuat oleh Mojok.co. Salah satunya adalah
artikel yang dimuat pada tanggal 9 Oktober 2019 tentang
Cak Nun, Khilafah dan PKI yang ditulis oleh Iqbal Aji
Daryono.
Pro dan kontra yang muncul akibat artikel ini bukan
dikarenakan muatan dengan konten yang „sensitif‟ di In-
donesia, melainkan dikarenakan ilustrasi yang dibuat oleh
kru Mojok.co sebagai pelengkap artikel.
Ilustrasi yang ditampilkan tak lain adalah sosok laki-
laki yang mirip dengan Emha Ainun Nadjib atau yang
akrab disapa Cak Nun, seorang tokoh intelektual Indone-
sia. Sosok Cak Nun digambarkan memegang mikrofon,
menggunakan pakaian putih dan menggenakan ikat kepala
yang mirip dengan ikat kepala pada serial kartun Jepang,
Naruto. Tak hanya itu, latar belakang Cak Nun pun
digambarkan kian bergelora dengan penambahan ilustrasi
kobaran api.
30
Arlian Buana, Mojok.., h. 116
88
Gambar 3.7
Ilustrasi Cak Nun pada Artikel berjudul Cak
Nun, Khilafah, PKI31
Ilustrasi tersebut yang kemudian menjadi perb-
incangan di kalangan warganet dan dianggap tidak sopan
mengingat Cak Nun merupakan salah satu tokoh besar
dan memiliki banyak pengikut.
Tak berselang lama, pada 13 Oktober 2017, Mojok.co
memuat artikel berisi penjelasan tentang ilustrasi yang
dibuat pada artikel sebelumnya. Adapun penjelasan yang
ditulis Mojok.co adalah seperti berikut:32
Ilustrasi gambar Emha Ainun Najib atau Cak
Nun pada artikel berjudul “Cak Nun, Khilafah, PKI”
yang ditulis Iqbal Aji Daryono dan dimuat
31
https://mojok.co/iad/liputan/cak-nun-tentang-pki-dan-khilafah/ di-
akses pada 28 Oktober 2019 pada 16.46 WIB 32
https://mojok.co/blog/kasakkusuk/penjelasan-ilustrasi-cak-nun-
sebagai-karakter-naruto/, diakses pada 28 Oktober 2019 pada 16.50 WIB
89
di Mojok.co menuai kontroversi. Kami disebut tidak
sopan, melecehkan, dan merendahkan beliau.
Ilustrasi itu menggambarkan Cak Nun tengah bicara
dengan semangat berapi-api dengan ikat kepala ninja
dari Desa Konoha, desa fiktif dalam manga Naruto:
Shippuden. Beberapa jemaah Maiyah menyebut ilus-
trator Mojok tak sopan karena menggambar sosok Cak
Nun dengan gambar ala manga.
Sebenarnya ada makna di balik penggambaran Cak
Nun sebagai anggota Desa Konoha. Dalam sa-
ga Naruto, Desa Konoha adalah desa daun api yang
menjadi rumah bagi para pembela kebenaran dan juga
sosok protagonis Naruto. Desa ini berkomitmen men-
jaga perdamaian dunia ninja dan menolak penggunaan
kekerasan sebagai jalan utama untuk mencapai
kepentingan desa.
Konoha adalah satu dari sekian banyak desa dalam
komik Naruto yang berusaha bertahan dari perang
yang berkecamuk antar ninja. Desa ini berusaha men-
jaga integritas, meski tentu ada orang-orang picik
yang jahat di sana.
Apa hubungannya dengan Cak Nun?
Kami merasa Cak Nun seperti ninja dari Desa
Konoha. Orang-orang kerap tak bisa memahami mak-
sud dan aktivitas yang ia lakukan. Seperti saat
berdakwah dan berada satu forum dengan Kivlan Ze-
in, beliau dikritik, mengingat sosok Kivlan yang
kontroversial. Tapi, apakah Cak Nun mendendam?
Sampai hari ini kami belum pernah melihat ada re-
spons negatif dari beliau.
Cak Nun dalam banyak hal merupakan representasi
dari Itachi Ucciha. Di Desa Konoha, ia dianggap se-
bagai penjahat karena mau bekerja dengan Akatsuki.
Ini mengingatkan kami saat Cak Nun dihujat karena
mau menerima Prabowo dan Kivlan Zen.
90
Dalam artikel di Mojok tersebut, Cak Nun blak-blakan
terbuka bicara, ia menjelaskan bahwa siapa pun boleh
datang kepadanya, bicara dan berbagi. Masa-
lahnya,selama ini orang-orang yang merasa progresif
dan pro-penegakan HAM, belum mendatanginya di
majelis Maiyah.
91
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Proses pemaknaan pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pisau analisis milik Charles Sander Peirce yang
membaca tanda dan menginterpretasikan tanda menjadi suatu
makna. Mengingat bahwa tanda dapat diinterpretasikan secara
luas, maka proses signifikasi dibatasi oleh klasifikasi tanda.
Selayaknya Peirce, tanda pada ilustrasi diklasifikasikan menjadi
tiga, yakni berdasarkan icon, index dan symbol.
A. Infografis Edisi Sindiran Jokowi
Ilustrasi ini dilatarbelakangi oleh sindiran yang
dikeluarkan oleh Jokowi kepada pihak-pihak yang kerap kali
melabeli dirinya sebagai antek asing atau kaki tangan negara
asing. Sindiran tersebut diutarakan oleh Jokowi dalam acara
deklarasi dukungan Sedulur Kayu dan Mebel untuk Jokowi di
Aula De Tjolomadoe, Karanganyar, Jawa Tengah pada
Minggu, 3 Februari 2019.
Ilustrasi dengan judul Sindiran Jokowi ini
menggambarkan dua orang pria. Pria pertama merupakan
Jokowi yang diposisikan di bagian depan dengan pakaian
berupa jaket. Sedangkan pria kedua merupakan Prabowo yang
diposisikan di bagian belakang dengan menggunakan peci di
kepalanya. Peneliti pun melakukan penjabaran tanda secara
lengkap berdasarkan klasifikasi yang disebutkan Peirce.
92
Gambar 4.1
Sindiran Jokowi, Edisi 4 Februari 2019
Tabel 4.1
Klasifikasi berdasarkan Icon pada Infografis I
No Tanda Objek Interpretasi Gambar
1 C Seorang
pria di
posisi depan
Menggambarkan sosok
pria yang dikenal
sebagai Jokowi,
Presiden Republik
Indonesia sekaligus
calon presiden pada
93
Pilpres 2019.
2 F Seorang
pria di
posisi
belakang
Menggambarkan sosok
pria yang dikenal
sebagai Prabowo, calon
presiden, rival Jokowi
pada Pilpres 2019.
3 D Pakaian pria
di posisi
depan
Menggambarkan
pakaian yang disebut
jaket, digunakan saat
cuaca bersuhu rendah.
Namun, jaket juga
menjadi fashion item
yang kerap kali
digunakan anak muda.
4 G Aksesoris
yang
dikenakan
pria di
posisi
belakang
Menggambarkan
aksesoris untuk pria
yang disebut peci atau
kopiah.
Icon atau ikon merupakan objek yang memiliki
kemiripan, keserupaan atau merupakan tiruan tak serupa
94
dengan objek yang dirujuk.1 Dalam hal ini, peneliti
menyebutkan apa saja yang masuk ke dalam kategori ikon.
Pada ilustrasi ini, terdapat empat objek yang
diklasifikasikan sebagai ikon, pertama, (C) penyerupaan
seorang pria (di posisi depan) yang diinterpretasikan sebagai
sosok Presiden RI, Joko Widodo. Kedua, (F) seorang pria (di
posisi belakang) yang menyerupai calon presiden nomor urut
02 atau rival Jokowi dalam Pilpres 2019. Ketiga, (D) sesuatu
yang dikenakan Jokowi menyerupai pakaian yang disebut
sebagai jaket. Dan keempat, (G) aksesoris yang dikenakan
Prabowo menyerupai sesuatu yang disebut peci atau kopiah.
Tabel 4.2
Klasifikasi berdasarkan Symbol pada Infografis I
No Tanda Objek Keterangan Gambar
1 B Judul
infografis
“Sindiran
Jokowi”
Menunjukan judul
infografis edisi tersebut
yang membahas tentang
sindiran Jokowi terhadap
pihak yang kerap kali
menuding dirinya sebagai
antek asing.
2 D Pakaian
yang
dikenakan
Jokowi
Menunjukan pakaian yang
disebut jaket. Secara
fungsional, jaket
digunakan ketika cuaca
1Dadan Rusmana, Filsafat Semiotika, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014), h. 110
95
bersuhu rendah sebagai
penghalau rasa dingin.
Secara trend, jaket
merupakan fashion item
yang memberikan kesan
tampilan yang modis.
Biasanya digunakan oleh
anak muda.
3 G Aksesoris
yang
dikenakan
Prabowo
Menunjukan aksesoris
untuk pria yang disebut
peci atau kopiah. Di
Indonesia, umumnya peci
digunakan oleh pria
muslim. Oleh karenanya,
peci seringkali diidentikan
dengan agama islam
karena digunakan ketika
sholat atau mengaji. selain
itu, peci juga erat
kaitannya dengan aspek
kebangsaan.
4 I Speech
Bubble
bertuliskan
“Antek
Asing”
Menunjukan ungkapan
secara visual, isi pikiran,
gagasan, ide dan
sebagainya.
96
Simbol merupakan tanda sebenarnya. Artinya, simbol
merupakan tanda berupa gambar, suara atau hal lainnya yang
memiliki arti tertentu atau terbentuk atas adanya konvensi
atau kesepakatan.2 Berdasarkan definisi simbol tersebut,
peneliti menyebutkan empat tanda yang menjadi bagian dari
simbol.
Pertama, (B) judul infografis yang menjadi simbol
representasi dari infografis edisi ini. Kedua, (D) pakaian
Jokowi dengan penyematan logo berupa huruf Z, huruf
terakhir dalam abjad Indonesia dan tanda titik (.) yang
biasanya dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan3. Tanda titik juga berfungsi sebagai tanda
berakhirnya kata, kalimat, paragraf atau suatu tulisan. Ketiga,
(G) aksesoris yang dikenakan Prabowo berupa peci atau
kopiah sebagai penutup kepala bagi umat Islam di Indonesia
hingga sebagai nilai kebangsaan.4 Keempat, (I) speech
bubble atau balon kata yang berfungsi sebagai simbol adanya
suara yang berasal dari percakapan, ungkapan, gagasan atau
ide dari suatu objek.
2Dadan Rusmana, Filsafat.., h. 110
3Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2000), h.53 4Rama Kertamukti, “Komunikasi Simbol: Peci dan Pancasila”,
Skripsi, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2013), h.54
97
Tabel 4.3
Klasifikasi berdasarkan Index pada Infografis I
No Tanda Objek Keterangan Gambar
1 A Latar
Infografis
berwarna
oranye
Warna oranye adalah
percampuran dua warna
hangat, yaitu warna merah
dan kuning. Secara
psikologis, warna oranye
merepresentasikan
semangat muda dan
sesuatu yang menarik.
2 CD Jokowi
dengan
jaket abu-
abu gelap
berlogo Z.
Huruf Z merupakan huruf
ke-26 atau huruf terakhir
dalam abjad Indonesia.
Selain itu, huruf Z
digunakan untuk
menyebutkan generasi
dengan rentang kelahiran
tahun 1995 sampai 2010
yang dikenal sebagai
generasi z. Sedangkan
tanda titik (.) yang dalam
lingkup tanda baca berarti
tanda akhir, yakni untuk
mengakhiri kalimat,
98
paragraf atau tulisan.
Warna abu-abu dapat
diartikan sebuath
keseimbangan, kekuatan,
bersifat konservatif atau
elegan, tetapi juga berarti
murung.5 Dipadukan
dengan warna merah yang
berarti energi atau
kekuatan.
3 CE Ekspresi
dan bahasa
tubuh
Jokowi
Pada ilustrasi, Jokowi
terlihat menyilangkan
tangan ke dada. Bahasa
tubuh ini sering dikaitkan
dengan sifat tertutup dan
atau defensif. Sedangkan
ekspresi Jokowi
digambarkan dengan
kepala tegak dan senyum
asimetris. Kepala yang
tegak menggambarkan
rasa bangga atau percaya
diri dan senyum asimetris
sebagai gambaran emosi
5Ranny Rastaty, “Penggunaan Warna Maskulin dan Feminin pada
Hadiah Ulang Tahun Anak-anak Jepang”, Skripsi, (Depok: Universitas
Indonesia, 2008), h.26
99
yang kompleks.
4 FG Prabowo
dengan
peci abu-
abu gelap
Prabowo dengan
menggunakan peci
dikaitkan dengan sosok
calon presiden dengan
islam, ditandai dengan
dikenakannya peci yang
menjadi simbol agama
islam. Warna abu-abu
dapat diartikan sebuath
keseimbangan, kekuatan,
bersifat konservatif atau
elegan, tetapi juga berarti
murung.
5 FH Ekspresi
dan bahasa
tubuh
Prabowo
Prabowo digambarkan
dengan kepala tertunduk
dan tangan di kepala.
Adapun kepala tertunduk
yang dapat diartikan
sebagai bentuk penyesalan
atau murung (rasa sedih).
6 CI Jokowi
dengan
Speech
Bubble
bertuliskan
Simbol ini hadir sebagai
penunjuk adanya gagasan,
opini atau ide. Dalam
ilustrasi ini, bubble speech
dilekatkan pada Jokowi
100
“Antek
Asing”
yang berarti gagasan
tersebut hadir dari Jokowi.
Indeks objek yang hadir karena terdapat keterkaitan atau
hubungan kausal antara tanda dan dasar yang ditandai.6
Dalam ilustrasi ini, peneliti mendapati enam tanda indeksikal
seperti berikut.
Pertama, (A) pemilihan latar belakang ilustrasi dengan
warna cerah oranye yang merupakan paduan warna kuning
dan merah yang memiliki makna semangat muda dan sesuatu
yang menarik.7 Kedua, (CD) Jokowi dengan jaket abu-abu
berlogo Z. yang melekatkan makna tertentu pada sosok
Jokowi. Ketiga, (CE) ekspresi dan bahasa tubuh Jokowi yang
menggambarkan karakter yang tersemat pada Jokowi.
Keempat, (FG) Prabowo dengan peci atau kopiah abu-abu
yang menyematkan makna tertentu pada sosok Prabowo.
Kelima, (FH) ekspresi dan bahasa tubuh Prabowo yang
menunduk seolah menunjukkan emosi tertentu pada sosok
Prabowo. Dan keenam, (CI) balon kata bertuliskan “Antek
Asing” dengan ekor balon menunjuk pada Jokowi yang
menunjukan bahwa suatu ungkapan, gagasan tersebut
bersumber dari Jokowi. Adapun balon kata ini
dinterpretasikan sebagai pernyataan dari Joko Widodo yang
kemudian berperan sebagai sebuah „serangan balik‟ terhadap
6Dadan Rusmana, Filsafat.., h. 110
7Ranny Rastaty, “Penggunaan…, h. 23
101
pihak-pihak yang kerap kali melontarkan tuduhan antek asing
kepada Jokowi.
B. Infografis Edisi Jokowi “Sindir” Prabowo Soal Unicorn
Pada edisi ini, ilustrasi hadir sebagai visualisasi dari
infografis berjudul Jokowi “Sindir” Prabowo Soal
Unicorn. Adapun poin-poin yang dibahas dalam
infografis ini adalah tentang “serangan” yang dilakukan
Jokowi kepada rivalnya di Pilpres 2019.
Sebelumnya, diketahui bahwa jagat dunia maya
Indonesia diramaikan dengan ulasan hingga meme tentang
kejadian lucu yang terjadi dalam debat calon presiden ke
2 pada 17 Februari 2019. Kejadian ini berawal ketika
Prabowo tidak mengetahui betul maksud pertanyaan
Jokowi yang menanyakan tentang infrastruktur yang akan
dibangun guna mengembangkan unicorn Indonesia.
Jokowi menjadikan kejadian tersebut sebagai “bahan
sindiran” terhadap rivalnya, yakni pada kesempatan
berbicara tentang potensi bisnis digital berbasis UMKM
yang bisa dilakukan anak muda dalam acara Festival Satu
Indonesia di Istora Senayan, Jakarta pada 10 Maret 2019.
102
Gambar 4.2
Jokowi “Sindir” Prabowo Soal Unicorn, Edisi 11 Maret
2019
Tabel 4.4
Klasifikasi berdasarkan Icon pada Infografis II
No Tanda Objek Keterangan Gambar
1 C Pria
sebelah
kiri
Menunjukan seorang pria
yang dikenal sebagai
Jokowi, Presiden
Republik Indonesia
103
sekaligus calon presiden
pada Pilpres 2019.
2 E Pria
sebelah
kanan
Menunjukan seorang pria
yang dikenal sebagai
Prabowo, calon presiden
sekaligus rival Jokowi
pada Pilpres 2019.
3 D Pakaian
pria
sebelah
kiri
Menunjukan sesuatu
yang disebut kemeja.
4 F Pakaian
pria
sebelah
kanan
Menunjukan sesuatu
yang disebut setelan jas.
5 G Kursi Menunjukan sesuatu
yang disebut kursi atau
sesuatu untuk duduk.
6 H Balon
angin
karakter
unicorn
Menunjukan suatu benda
yang disebut balon angin
dengan karakter binatang
utopis, unicorn.
7 I Kobaran Menunjukan sesuatu
104
api yang disebut kobaran
api.
Berdasarkan ikon, peneliti mengklasifikasikan tanda
menjadi tujuh, yaitu pertama, (B) seorang pria yang
menyerupai Presiden RI, Joko Widodo (di sebelah kiri).
Kedua, (E) seorang pria yang menyerupai Prabowo (di
sebelah kanan). Ketiga, (D) menunjukan sesuatu yang disebut
kemeja berwarna putih, digunakan untuk kegiatan atau acara
formal. Keempat, (F) menunjukan sesuatu yang disebut
setelan jas, lengkap dengan kemeja putih, dasi dan peci.
Penampilan ini identik dengan setelan seorang presiden di
Indonesia. Kelima, (G) menunjukan sesuatu yang disebut
kursi atau sesuatu yang digunakan untuk duduk. Keenam, (H)
menunjukan sesuatu yang menyerupai balon angina dengan
karakter kuda bercula atau unicorn, hewan legenda. 8 Ketujuh,
(I) menunujukan sesuatu yang menyerupai kobaran api.
Tabel 4.5
Klasifikasi berdasarkan Symbol pada Infografis II
No Tanda Objek Keterangan Gambar
1 B Judul
infografis
“Jokowi
Sindir
Menunjukan judul
infografis edisi tersebut
yang membahas tentang
sindiran Jokowi terhadap
8https://tekno.tempo.co/read/1028414/kisah-hewan-unicorn-mitos-
hingga-penemuan-fosilnya, diakses pada 31 Oktober 2019 pada 19.40 WIB
105
Prabowo
Soal
Unicorn”
Prabowo soal Unicorn.
2 H Balon
angin
karakter
unicorn
Menunjukan balon angin
dengan karakter binatang
utopis unicorn. Balon angin
identik sebagai mainan atau
kegemaran anak-anak.
Sedangkan karakter kuda
bercula merupakan karakter
yang utopis atau mitos.
Dalam konteks ini, unicorn
adalah istilah untuk
perusahaan dengan nilai
valuasi lebih dari US$1
miliar dan disebutkan oleh
Jokowi pada debat kandidat
calon presiden.
3 I Kobaran
api
Menggambarkan kobaran
api yang kerap kali
diartikan sebagai amarah,
kesal. Kobaran api juga bisa
diartikan sebagai semangat
yang tinggi.
4 J Speech
Bubble
Menunjukan ungkapan
secara visual, isi pikiran,
106
dengan
tulisan
“Sindir
terooos!
Hihi~”
gagasan, ide dan
sebagainya.
Berdasarkan simbol, tanda diklasifikasikan menjadi
empat, yakni pertama, (B) judul yang menjadi simbol
representasi tentang apa yang dihadirkan dalam infografis
tersebut. Kedua, (H) balon udara berupa karakter kuda
bercula atau unicorn yang identik dengan mainan anak-anak,
dalam konteks ini, unicorn adalah istilah untuk perusahaan
dengan nilai valuasi lebih dari US$1 miliar dan disebutkan
oleh Jokowi pada debat kandidat calon presiden. Ketiga, (I)
kobaran api yang menjadi simbol rasa sesuatu yang muncul
akibat suatu hal. Kobaran api dapat diartikan semangat,
bergejolak atau situasi yang panas, sesuai sifat api. Keempat,
(J) speech bubble atau balon kata yang memuat tulisan
“Sindir terooos! Hihi~” dengan ekor balon menunjuk pada
Prabowo yang menunjukan bahwa ungkapan tersebut berasal
dari Prabowo.
Tabel 4.6
Klasifikasi berdasarkan Index pada Infografis II
No Tanda Objek Keterangan Gambar
1 A Latar
ilustrasi
Latar ilustrasi dengan warna
coklat yang diartikan
107
berwarna
coklat
sebagai kesederhanaa,
ketenangan, kehangatan,
semangat dan keakraban.
2 CD Jokowi
dengan
kemeja
putih
Jokowi digambarkan
dengan menggenakan
kemeja putih. Kemeja
seringkali dikenakan dalam
acara yang formal,
sedangkan warna putih
melambangkan kesucian,
kemurnian, kebaikan.
Warna putih juga berarti
aman, murni dan bersih.
3 EF Prabowo
dengan
setelan
jas hitam
Prabowo digambarkan
menggenakan setalan jas
lengkap dengan kemeja,
dasi dan peci atau kopiah.
Setelan ini biasa ditemukan
di acara formal. Di
Indonesia, setelan tersebut
identik dengan sosok
presiden. Sedang warna
hitam merupakan kebalikan
dari warna putih, yakni
berarti kejahatan dan
misteri, tetapi bisa juga
108
diartikan sebagai kekuatan,
formalitas atau elegan.
4 CH Balon
unicorn
di sisi
Jokowi
Balon udara dengan
karakter kuda bercula
tersebut disematkan di sisi
Jokowi. Hal ini menunjukan
kepemilikan atau
keberpihakan. Secara kasat
mata, gambar tersebut
menunjukan bahwa balon
tersebut merupakan
kepunyaan Jokowi.
5 EJ Prabowo
dengan
Speech
Bubble
dengan
tulisan
“Sindir
terooos!
Hihi~”
Simbol ini hadir sebagai
penunjuk adanya gagasan,
opini atau ide. Dalam
ilustrasi ini, bubble speech
dilekatkan pada Prabowo
yang berarti gagasan
tersebut hadir dari Prabowo.
6 GI Kursi
dan
kobaran
api
Kursi pada ilustrasi ini
menggambarkan keadaan di
mana Jokowi dan Prabowo
tengah duduk berdua atau
dengan kata lain
109
penggambaran ketika debat
calon presiden. Pada kursi
ini pula, disematkan
kobaran api yang
menggambarkan situasi
yang bersemangat,
menggebu-gebu, emosional
atau bergejolak. Menurut
KBBI, api diartikan sebagai
panas cahaya yang berasal
dari sesuatu yang terbakar.
Melihat tanda berdasarkan klasifikasi indeks, peneliti
medapati enam tanda, yakini, pertama (A) latar ilustrasi
berwarna coklat yang dapat diartikan sebagai kesederhanaan,
ketenangan, kehangatan, semangat dan keakraban. Kedua,
(CD) menunjukan Jokowi dengan menggunakan pakaian
berupa kemeja berwarna putih. Ketiga, (EF) menunjukan
sosok Prabowo dengan menggunakan setelan lengkap dengan
dasi dan peci atau kopiah. Keempat, (CH) menunjukan balon
udara dengan karakter unicorn yang disematkan pada sisi
Jokowi. Hal ini diinterpretasikan bahwa balon udara tersebut
merupakan kepunyaan Jokowi. Kelima, dapat (EJ)
menunjukan sosok Prabowo dengan balon kata yang
menunjuk padanya. Balon kata ini mengandung isi “Sindir
Terooos! Hihi”, dengan kata dasar sindir dan terus.
Penambahan kata terus, menciptakan makna kelanjutan dan
110
pengulangan yang berarti sebelumya sindiran pernah
dilontarkan kepada Prabowo. Hal ini menunjukan makna
yang terkandung pada balon kata tersebut melekat pada diri
Prabowo. Keenam, (GI) menunjukan kursi dengan kobaran
api di bagian belakang. Kursi pada ilustrasi tersebut dapat
dimaknai sebagai momentum duduk bersama atau sesi debat
calon presiden. Sedangkan kobaran api yang diilustrasikan
dari belakang kursi dapat dimaknai sebagai situasi yang panas
atau bergejolak. Sebagaimana yang sudah disepakati tentang
sifat api yakni panas dan mudah tersulut menunjukkan situasi
yang panas. Hal ini juga bisa diartikan sebagai kursi panas, di
mana lekat dengan kesan yang menegangkan serta
menakutkan. Namun, tak sedikit kita menemukan bahwa api
juga menandakan semangat yang menggebu-gebu.
111
BAB V
PEMBAHASAN
A. Konstruksi Realitas pada Infografis Mojok.co
Status sebagai Presiden Republik Indonesia menjadi
keuntungan tersendiri bagi Joko Widodo yang melenggang
maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Presiden 2019.
Selain didukung oleh fasilitas yang melekat pada seorang
presiden, pengalaman memimpin negara Indonesia selama 5
tahun serta hasil dari kepemimpinannya turut menjadi faktor
pendongkrak tingkat elektabilitas Jokowi yang kala itu
disandingkan dengan KH. Ma‟ruf Amin melawan Prabowo
Subianto yang melenggang bersama Sandiaga Uno. Pada
Pemilihan Presiden 2019, Jokowi-Ma‟ruf dinyatakan
memenangi kontestasi politik level nasional dengan perolehan
suara mencapai 55.5%. Sedang rivalnya, Prabowo-Sandi
memperoleh persentase suara sebanyak 44.5%.
Status incumbent atau petahana yang disandang Jokowi
memberi sedikit lebih banyak peluang dan ruang untuk dapat
membangun citra pemimpin yang ideal dan diidamkan oleh
mayoritas masyarakat Indonesia, karena sebagai petahana,
berarti memiliki peluang kampanye permanen atau berarti
seorang kandidat telah mempersiapkan diri untuk melakukan
kampanye tertentu melalui kinerja dan program kerja yang
dicanangkan sejak dilantik sebagai pemegang jabatan.1.
1Rex Tiran, “Kemenangan Petahana dan Demokrasi Lokal dalam
Pilkada Kabupaten Kupang Tahun 2013”, Jurnal Unair, (Surabaya: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2013), h.1
112
Namun, status spesial yang disandang Jokowi di Pilpres
2019 bukan menjadi satu-satunya faktor kemenangan Jokowi-
Ma‟ruf dalam perhelatan Pilpres 2019, melainkan disertai
dengan aspek lain sepertitokoh-tokoh yang menyertai Jokowi,
performa selama kepemimpinan dan masa kampanye hingga
„bantuan‟ media massa dan media sosial.
Tak dipungkiri bahwa di era yang serba digital ini, setiap
orang dapat menunjukkan prestasi dan membentuk citra
tertentu yang diinginkan hanya dengan menggunakan media
sosial. Dalam proses pembentukan citra sendiri, terdapat dua
model citra yang dapat dibentuk yakni model good news dan
model bad news. Model good news adalah sebuah konstruksi
yang cenderung mengkonstruksi suatu pemberitaan sebagai
pemberitaan yang baik. Sedangkan model bad news adalah
sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan
atau memberi citra buruk pada objek pemberitaan.2
Dengan penyebaran yang masif, akan sangat mudah
membagikan prestasi sebagai upaya pembentukan citra baik.
Begitu pula dengan Jokowi dan kemenangannya, bahwa
media menjadi salah satu „alat‟ yang memiliki pengaruh
signifikan dalam menaikan suara Jokowi baik dilakukan
secara personal maupun oleh pihak di luar Jokowi itu sendiri.
Dalam upaya membangun citra seorang pemimpin, perlu
diketahui terlebih dahulu tentang karakter pemimpin negara
2Puji Santoso, “Konstruksi Sosial Media Massa”, Jurnal Komunikasi
Islam Vol.1 No.1, (Sumatera Utara: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara, 2016), h.37
113
yang ideal dan dibutuhkan Indonesia dengan melihat
kekuatan dan kelemahan yang tengah dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Melansir berita pada liputan 6, Didi Sudiana,
Sekretaris Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum
Kemendagri mengatakan bahwa kondisi aktual dan faktual
Indonesia saat ini meliputi enam lingkungan strategis
nasional, yakni ancaman ideologi, stabilitas politik, ketahanan
ekonomi, ancamana sosial seperti narkoba, budaya dan
pertahanan serta keamanan.3
Dengan melihat kondisi tersebut, Didi Sudiana kembali
menjelaskan tentang kriteria pemimpin yang saat ini
dikatakan sebagai kriteria ideal seorang pemimpin, yakni
pemimpin dengan digital mindset, active learner, agile,
inclusive dan brave to be different. Sedangkan menurut
Levinson, karakter pemimpin bangsa yang baik meliputi
kemampuan berpikir yang cerdas, abstrak, pandai membuat
keputusan, memiliki kemampuan pengelolaan perasaan
dengan ketegasan, kematangan, kepekaan dan sense of humor
yang seimbang serta tak lupa meliputi perilaku dengan visi,
ketekunan, keaktifan, integritas dan tanggung jawab sosial
yang tinggi.4
3https://www.liputan6.com/news/read/3953917/didi-sudiana-
paparkan-6-karakter-kepemimpinan-yang-ideal-di-era-milenial, Diakses pada 13 Desember 2019 pukul 14.12 WIB
4Nida Hasanati, “Alternatif Model Kepemimpinan pada Era
Globalisasi”, Jurnal Psikologika, (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2012), h.62-63
114
Kriteria pemimpin bangsa Indonesia juga tak lepas dari
bayang-bayang pemimpin sebelumnya, seperti Soekarno
dengan citra pemimpin yang kharismatik, Soeharto dengan
citra otoriternya, B.J Habibie dengan citra pemimpin yang
visioner, Gus Dur dengan citra yang humoris, Megawati
dengan citra presiden perempuan yang penuh perhatian pada
rakyat kecil dan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
presiden dengan citra yang tegas dan pengelola yang baik.5
Pada penelitian ini, peneliti mendapati dua proses
konstruksi realitas atas citra kepemimpinan Jokowi. Pertama,
melalui proses internalisasi di mana informasi tentang citra
seorang pemimpin yang ideal untuk bangsa Indonesia diserap
dan tertanam dalam benak individu sehingga menjadi realitas
subjektif atau realitas yang dipahami individu-individu.
Dalam hal ini, Mojok.co melalui ilustrator dan pemimpin
redaksi mengalami proses internalisasi di mana ada
penyerapan dan pemahaman tentang citra ideal seorang
pemimpin yang banyak disimbolkan melalui tulisan, film atau
gambar.
Kedua, proses ekternalisasi atau tahapan di mana realitas
subjektif dikonstruksi secara simbolik melalui media tertentu.
Mojok.co sebagai media alternatif yang memanfaatkan media
5Utami Dewi, “Karakteristik Kepemimpinan Politik Indonesia:
Transaksional atau Transformatif?”, Jurnal UNY, (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2014), h. 4-8
115
sosial sebagai alat publikasinya, menggunakan paduan teks
dan gambar sebagai produk realitas simbolik yang kemudian
dipublikasikan dan menjadi milik khalayak. Proses penandaan
dan penyebaran produk konstruksi realitas yang dilakukan
oleh Mojok.co tersebut merupakan tahap eksternalisasi yang
kemudian menciptakan realitas simbolik berupa infografis di
media sosial Instagram, Twitter dan Facebook.
Meski demikian, penelitian ini hanya fokus menggali satu
realitas, yakni realitas simbolik melalui proses eksternalisasi
atau publikasi infografis yang dilakukan Mojok.co melalui
media sosial sehingga penelitian ini tidak berkewajiban untuk
menunjukkan realitas subjektif ataupun realitas objektif.
Gambar 5.1
Konstruksi Realitas Simbolik dan Subjektif
Melalui klasifikasi tanda menggunakan pisau analisis
milik Charles Sander Pierce, peneliti hendak melakukan
analisis tentang citra kepemimpinan Jokowi yang terbentuk
dari potongan-potongan tanda pada infografis yang dimuat
Realitas simbolik; Gambaran pemimpin
ideal pada teks, gambar atau film.
Realitas Subjektif; Realitas yang dipahami oleh
individu di Mojok.co
Realitas Simbolik; Infografis yang
dimuat oleh Mojok.co dan dipublikasikan
kepada khalayak
116
oleh media alternatif, Mojok.co, dengan melihat realitas
simbolik dikonstruksi untuk kemudian diinterpretasikan oleh
peneliti dengan tetap bertumpu pada dasar-dasar keilmuan.
Hal ini tentunya dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa citra
kepemimpinan yang dikonstruksi dan kemudian hadir dalam
opini masyarakat adalah sebuah dorongan tidak langsung bagi
masyarakat untuk menjatuhkan piihan pada sosok Joko
Widodo.
Peneliti memfokuskan penelitian pada dua infografis,
dengan pertimbangan bahwa topik yang diambil oleh kedua
infografis ini merupakan topik yang cukup banyak menjadi
perbincangan masyarakat. Pertama, infografis edisi Sindiran
Jokowi, yakni tentang sosok Jokowi yang kerap kali diisukan
sebagai antek asing. Sedangkan infografis kedua mengangkat
topik yang tengah viral diperbincangkan dan menjadi
trending topic di media sosial, yakni tentang pertanyaan
Jokowi kepada Prabowo pada debat kandidat calon presiden
menyoal Unicorn atau perusahaan dengan nilai kapitalisasi
mencapai 1 miliar dolar yang kala itu kurang dimengerti oleh
Prabowo.
1. Infografis Edisi Sindiran Jokowi
Infografis edisi Sindiran Jokowi, memuat informasi
tentang sindiran yang dilontarkan oleh Jokowi kepada
pihak yang diduga kuat merupakan kubu lawan
politiknya. Sindiran ini dilakukan sebagai salah satu
serangan balik terhadap kubu Prabowo yang seringkali
117
melakukan sindiran kepada Jokowi yang dianggap sebagai
antek asing.
Dalam menyajikan infografis tersebut, Mojok.co
menghadirkan ilustrasi yang sederhana, yakni
penggambaran sosok yang dikenal sebagai Jokowi dan
Prabowo. Pada ilustrasi tersebut, Jokowi digambarkan
berada di posisi depan dengan penampilan yang „tak
biasa‟ untuk seorang pemimpin negeri, yakni dengan
mengenakan jaket berwarna abu-abu dengan ikon huruf Z
(zet) dan tanda titik di sebelah kiri. Sedangkan sosok yang
disepakati sebagai Prabowo digambarkan berada di posisi
belakang dengan setelan safari berkantong dengan warna
abu-abu lengkap dengan peci atau kopyah.
Selain itu, Mojok.co juga menghidupkan ilustrasi edisi
tersebut dengan bahasa tubuh baik pada Jokowi maupun
Prabowo. Misal, Jokowi digambarkan dengan gestur
menyilangkan tangan di depan dengan posisi kepala
tegak, ilustrasi ini memberikan kesan gagah pada sosok
Jokowi. Sedangkan Prabowo digambarkan dengan gestur
yang merunduk dan berpangku pada tangan. Ilustrasi
tersebut memberikan gambaran tentang kondisi yang
terpuruk atau murung. Secara lengkap, peneliti
memfokuskan pada empat aspek tanda pada ilustrasi
untuk diinterpretasi.
Pertama, aspek penempatan posisi masing-masing
ikon yang dihadirkan. Dalam infografis ini, terlihat bahwa
Mojok.co menghadirkan dua tokoh nasional yang tengah
118
berkontestasi di level nasional, yakni Joko Widodo dan
Prabowo Subianto. Pada ilustrasi tersebut, Jokowi
ditempatkan pada posisi depan, sedangkan Prabowo di
posisi belakang.
Dilihat dari perspektif politik, penempatan ini didasari
pada kedudukan keduanya, yakni Jokowi sebagai orang
nomor satu di Indonesia, secara etika akan lebih mudah
diterima ketika Jokowi ditempatkan di posisi depan.
Sedangkan secara psikologis, penempatan yang dipilih
Mojok.co seperti pada ilustrasinya menggambarkan
bahwa Jokowi merupakan sosok yang memimpin, bisa
juga diartikan sebagai sosok yang unggul, lebih gagah dan
lebih maju dibandingkan Prabowo yang secara jelas
diposisikan tepat di belakang ikon Jokowi.
Kedua, gestur atau bahasa tubuh yang digambarkan
pada masing-masing ikon, baik Jokowi maupun Prabowo.
Dapat dilihat bahwa Jokowi diilustrasikan dengan tubuh
yang tegak dengan senyum asimetris dan kedua tangan
yang disilangkan. Dengan penggambaran demikian,
Jokowi nampak gagah dan tegas dengan tubuh yang
tegak, didukung dengan posisi kepala yang juga tegak
dengan pandangan ke depan sehingga memberikan makna
percaya diri dan bisa pula diartikan sebagai sikap arogan.
Sedangkan penyilangan tangan dapat diartikan sebagai
sikap tertutup dan atau sikap defensif/bertahan. Pada
konteks ini, peneliti cenderung memilih sikap defensif
untuk memaknai bahasa tubuh Jokowi pada ilustrasi
119
tersebut. Hal ini didasari pada makna defensif itu sendiri
yang berarti menahan atau menunjukan sikap pertahanan,
serta melihat perjalanan Jokowi hingga di titik ini yang
tak luput dari terpaan isu miring khususnya menyoal
tuduhan bahwa Jokowi merupakan antek asing atau secara
kasar diartikan sebagai orang yang diperalat/kaki tangan
orang asing.
Menilik jauh ke belakang, tuduhan yang menerpa
Jokowi bukan hanya terjadi di masa Pilpres 2019,
melainkan selama menjadi Presiden Republik Indonesia
atau kurang lebih selama empat tahun lamanya. Hal ini
juga sejalan dengan isi pidato Jokowi pada 10 Februari
2019 dalam acara deklarasi dukungan alumni SMA
Jakarta di Istora Senayan yang secara jelas menyatakan
bahwa selama empat tahun ia menyikapi tuduhan tersebut
dengan diam, hingga akhirnya tegas mengatakan bahwa
saat ini adalah saatnya bersuara tentang tuduhan tersebut.
Dalam hal ini, Jokowi „melawan‟ tuduhan demi
tuduhan dengan membeberkan bukti selama ia memimpin
Indonesia, yakni perebutan aset negara dari pihak asing
seperti pembubaran Pertamina Energy Trading Limited
(Petral), Blok Rokan yang direbut dari Chevron hingga
saham Freeport yang sebagian besar dikuasai oleh
Indonesia.6
6https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/02/10/18255111/jokowi
-empat-tahun-dikatakan-presiden-antek-asing-ini-saatnya-saya-berbicara,
diakses pada 5 Desember 2019 pukul 23.53 WIB
120
Selain pemaparan prestasi yang telah diraih Jokowi
selama empat tahun kepemimpinannya, Jokowi juga
melakukan pertahanan dengan memberikan serangan
balik kepada kubu lawan politiknya. Sindiran yang
dilakukan Jokowi ditujukan pada kubu lawan politiknya
yang justru diduga menggunakan konsultan politik asing,
Rob Allyn, sebagaimana yang dikatakan Ace Hasan
Syadzily, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN),
bahwa Rob Allyn pernah mengakui menjadi konsultan
politik Prabowo-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014 dan
diduga kembali menggunakan jasanya pada Pilpres 2019.7
Berbeda halnya dengan Jokowi, pada ilustrasi ini,
Prabowo digambarkan dengan gestur yang loyo dengan
kepala merunduk dan tangan di kepala. Kepala tertunduk
sendiri menunjukan bahasa non-verbal yang berarti
keadaaan susah atau sulit, juga keadaan hina sehingga
tidak mampu mengangkat kepala.8
Ketiga, aspek penampilan masing-masing ikon pada
ilustrasi edisi tersebut. Jokowi digambarkan dengan jaket
berwarna abu-abu dengan huruf Z (zet) dan tanda titik.
Jaket merupakan pakaian yang biasa digunakan di suhu
rendah (dingin). Dalam hal fesyen, penggunaan jaket
diyakini dapat memberikan kesan modis dan casual di
7https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190206175349-32-
366918/tkn-tuding-indikasi-kuat-prabowo-kembali-ditangani-rob-allyn,
diakses pada 6 Desember 2019 pukul 06.05 WIB 8Yusrawati, “Identifikasi Bahasa Non-Verbal dalam Konseling
Ditinjau menurut beberapa Ayat Al-Quran”, Skripsi, (Banda Aceh: Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, 2018), h.69
121
kalangan anak muda. Warna abu-abu sendiri dapat
dimaknai sebagai sebuah keseimbangan, kekuatan,
konservatif, elegan hingga murung. Untuk menarik makna
dari warna abu-abu, peneliti mengolaborasikannya dengan
garis merah pada jaket yang menegaskan makna kekuatan
atau suatu energi.
Huruf Z (zet) yang tersemat pada jaket yang
dikenakan Jokowi kemudian dinterpretasikan sebagai
simbol generasi perdaban manusia yang disebut generasi
Z atau generasi dengan rentang kelahiran antara tahun
1995 hingga 2010. Sedangkan tanda baca yang tersemat
merupakan tanda titik yang digunakan untuk mengakhiri
suatu kalimat atau paragraph. Dalam hal ini, kehadiran
huruf Z bersamaan dengan tanda titik dimaknai sebagai
representasi generasi Z, yakni generasi dengan rentang
usia 17-25 tahun. Dari pemilihan jenis pakaian, warna dan
simbol, dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk
membangun Jokowi bersamaan dengan citra pemimpin
yang berjiwa muda, segar dan kreatif.
Hal ini juga sejalan dengan upaya Jokowi untuk
menjadi „muda‟ seperti mengenakan pakaian yang modis,
mengendarai motor gede atau Moge pada pembukaan
Asian Games 2018, memodifikasi motornya, bergaya
seperti Dilan, menonton konser dan menjadi kekinian
yang kemudian diharapkan dapat „merebut‟ dukungan dari
kalangan muda.
122
Sedangkan Prabowo digambarkan dengan pakaian
dinas berwarna abu-abu. Pakaian dinas sendiri diketahui
sebagai pakaian formal. Dalam ilustrasi ini, peneliti
mendapati kesenjangan antara Jokowi dan Prabowo di
mana Jokowi berpenampilan modis dan kasual, dan
Prabowo digambarkan formal dengan pakaian dinas dan
peci. Hal ini seolah menegaskan citra Jokowi yang
mampu mengikuti tren, luwes dibandingkan Prabowo
yang terkesan formal dan kaku.
Keempat, aspek teks dalam balon kata yang hadir
dalam infografis edisi ini. Balon kata dengan tulisan
“Antek Asing” disematkan pada sosok Jokowi yang
menunjukan bahwa kata tersebut merupakan gagasan,
opini, ide atau ungkapan yang bersumber dari Jokowi.
Dengan adanya balon kata tersebut, peneliti memaknainya
sebagai sindiran dan menjadi serangan balik yang
dilemparkan Jokowi kepada pihak yang kerap kali
melabeli dirinya sebagai kaki tangan orang asing yang
kemudian diduga kuat ditujukan kepada kubu Prabowo.
Asumsi bahwa teks sindiran tersebut diperuntukan
bagi kubu Prabowo diperkuat dengan kemunculan sosok
Prabowo itu sendiri dalam ilustrasi ini yang digambarkan
tertunduk lesu, seperti mengamini bahwa Prabowo tengah
dilanda „sindiran‟ sedangkan Jokowi tetap gagah dan
percaya diri sebagai „penyerang‟. Pada ilustrasi ini,
Jokowi memiliki makna ganda yang saling bertolak
123
belakang, yakni sebagai sosok defensif sekaligus sosok
ofensif.
Sikap Jokowi yang ofensif juga dikuatkan dengan
pernyataan Bahlil Lahadahlia, Direktur Penggalangan
Milenial dan Kepemudaan Tim Kampanye Nasional yang
menilai bahwa sikap ofensif yang ditunjukan Jokowi
merupakan ekspresi ketegasan untuk menolak isu-isu
yang dikembangakan pihak lawan.9 Dalam hal ini, isu
antek asing menjadi salah satu bola panas yang
dilemparkan pihak lawan kepada Jokowi.
2. Infografis Edisi Jokowi “Sindir” Prabowo Soal Unicorn
Pada edisi ini, Infografis memuat informasi tentang
Jokowi yang secara jelas menyindir „ketidaktahuan‟
Prabowo menyoal Unicorn. Sindir-menyindir ini pun
diawali mulai pada salah satu sesi debat kandidat calon
presiden kedua pada 17 Februari 2019. Pada sesi tersebut,
Jokowi memberikan pertanyaan kepada Prabowo tentang
pengembangan Unicorn Indonesia dan Prabowo
membalas dengan pertanyaan yang memuat “yang online-
online itu”. Oleh karena hal tersebut, pemberitaan tentang
Prabowo yang „kebingungan‟ menjawab pertanyaan
Jokowi pun menjadi banyak diperbincangkan warganet.
Pada kesempatan berbicara tentang potensi bisnis
berbasis UMKM dalam Festival Satu Indonesia di Istora
9https://pilpres.tempo.co/read/1174207/gaya-ofensif-jokowi-tkn-
ibarat-kelahi-masa-digebuki-diem-terus, diakses pada 13 Januari 2020 pukul
9.07 WIB
124
Senayan pada 10 Maret 2019, Jokowi pun didapati
mengganti penyebutan Unicorn atau perusahaan dengan
valuasi mencapai $1 miliar menjadi yang online-online itu
dan kemudian diyakini sebagai sindiran yang ditujukan
kepada Prabowo.
Dalam menyajikan informasi terkait kejadian tersebut,
Mojok.co memuat informasi berupa infografis melalui
media sosial Instagram pada 11 Maret 2019. Adapun
ilustrasi yang dihadirkan adalah dua sosok yang diyakini
sebagai Jokowi (di sebelah kiri) dan Prabowo di sebelah
kanan. Tak hanya itu, Mojok.co juga memperkuat gambar
dengan dihadirkannya ikon unicorn atau kuda bercula
sebagai representasi unikorn Indonesia, kobaran api untuk
dapat menggambarkan suasana yang terjadi antara
keduanya, serta teks dalam balon kata yang disematkan
pada Prabowo. Untuk dapat menarik makna dari ilustrasi
tersebut, peneliti memfokuskan pada empat aspek tanda.
Pertama, aspek penampilan masing-masing ikon pada
ilustrasi. Jokowi diilustrasikan dengan pakaian berupa
kemeja berwarna putih. Penampilan Jokowi pada ilustrasi
ini menjadi pemandangan yang tidak asing bagi
masyarakat Indonesia. Pasalnya, Jokowi sebagai Presiden
Republik Indonesia selalu menghadirkan kesan santai dan
sederhana dalam kesehariannya. Bahkan, kemeja putih
pada ilustrasi tersebut merupakan gambaran yang sesuai
dengan realitas ketika debat kandidat berlangsung.
125
Namun, dilihat dari perspektif tanda, warna putih tak
ubahnya dimaknai sebagai warna yang netral, suci, murni
dan sederhana. Beberapa kemudian memaknai warna
putih sebagai sisi intelektualitas tanpa ada jeda.10
Perancang dan pengamat mode gaya hidup, Sonny
Muchlison mengatakan, dalam ilmu komunikasi busana
adalah sarana untuk menyampaikan pesan dari si
penggunanya. Melalui warna putih menurut Sonny,
seorang politisi ingin menyampaikan pesan bahwa dia
merupakan orang yang netral, tidak terbebani oleh
kepentingan apapun, warna putih juga menjadi simbol
kedekatan.11
Dalam konteks ini, peneliti melihat
kecenderungan tentang kemurnian, bisa juga disandingkan
dengan kata netral sehingga menyiratkan makna bahwa
Jokowi merupakan presiden sekaligus calon presiden yang
memiliki gaya kepemimpinan „murni‟ atau dengan kata
lain secara sederhana dan apa adanya atau dengan
gayanya sendiri.
Kedua, aspek atribusi yang dihadirkan dalam ilustrasi
tersebut. Dalam ilustrasi ini, Mojok.co menghadirkan ikon
kuda bercula atau unicorn untuk merepresentasikan
perusahaan dengan nilai valuasi mencapai $1 miliar atau
unikorn. Adapun yang disebut sebagai unikorn Indonesia
10
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/21/192016920/para-
penggemar-kemeja-putih-cermati-kiat-ini-sebelum-pilih-baju?page=all,
diakses pada 6 Desember 2019 pukul 14.00 WIB 11
https://news.detik.com/berita/d-2570581/misteri-kemeja-putih-
jokowi, diakses pada 6 Desember 2019 pukul 14.05 WIB
126
adalah start up berbasis market place Tokopedia dan
Bukalapak, Transportasi online Gojek dan Traveloka.
Representasi unikorn Indonesia digambarkan sebagai
kuda bercula dalam bentuk balon udara. Dengan
penggambaran tersebut, peneliti menarik makna bahwa
yang direpresentasikan oleh balon udara unicorn tersebut
merupakan perusahaan yang menjulang baik secara
ekspansi fisik maupun peningkatan nilai pendapatan.
Selain itu, balon udara tersebut ditempatkan hanya
pada posisi Jokowi, yang seolah memberikan gambaran
bahwa Jokowi merupakan „pemilik‟ atau sebagai
pemegang kendali atas balon tersebut, di mana telah
disepakati sebelmunya bahwa balon unicorn merupakan
representasi perusahaan besar di Indonesia. Pemaknaan
ini menciptakan citra Jokowi sebagai pemimpin yang
memiliki kekuatan besar.
Ketiga, aspek suasana yang digambarkan dan ingin
disampaikan oleh ilustrasi tersebut. Jokowi dan Prabowo
digambarkan tengah duduk beriringan yang memberikan
kesan kewajaran dan kesetaraan. Mojok pun tak lupa
menggambarkan kursi bagi masing-masing tokoh sebagai
penguat dan penunjuk adanya momentum debat kandidat
calon presiden. Tak sampai di situ, Mojok.co juga
menambahkan ilustrasi kobaran api tepat dari ujung kursi
satu ke ujung lainnya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), api merupakan panas cahaya yang
127
berasal dari sesuatu yang terbakar. Sedangkan secara sifat,
api memiliki sifat yang panas dan mudah tesulut.
Dengan demikian, peneliti menaruh asumsi bahwa ada
sesuatu yang bergejolak atau memanas akibat sesuatu
yang disulut. Dengan kata lain, keadaan mulai memanas
ketika Jokowi mulai melemparkan sindiran demi sindiran,
terkhusus menyoal ketidaktahuan Prabowo tentang
unikorn Indonesia. Dalam hal ini, Jokowi hadir dengan
citra sebagai pemimpin sekaligus calon presiden yang
gahar dan pandai mengumpan. Di satu sisi memberikan
citra pemimpin yang cerdik, sedangkan di sisi lain Jokowi
kembali dicitrakan sebagai kandidat dengan sikap ofensif.
Keempat, aspek teks dalam balon kata yang muncul
pada ilustrasi. Speech bubble atau balon kata yang hadir
pada ilustrasi ini mengandung isi “Sindir Terooos! Hihi”
dan ditempatkan pada sisi Prabowo yang menunjukan
bahwa gagasan, ide, ungkapan atau opini tersebut berasal
dari Prabowo. Secara tekstual, balon kata ini mengandung
kata dasar sindir yang dalam KBBI berarti celaan atau
ejekan dan kata dasar terus yang bisa diartikan lanjut,
tidak henti dan berkelanjutan. Penambahan kata terus,
menciptakan makna kelanjutan yang tanpa henti, hal ini
menggambarkan bahwa sindira yang dilontarkan Jokowi
kepada Prabowo seperti terus berlanjut dan tidak ada
hentinya.
Balon kata berisi teks tersebut seolah kembali
memberikan citra Jokowi sebagai pemimpin yang
128
memiliki banyak umpan untuk menyerang lawan. Dalam
ilustrasi ini, sifat ofensif yang melekat pada Jokowi cukup
dominan dan minim perlawanan dari kubu Prabowo. Hal
ini sejalan dengan pandangan pengamat politik Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro yang
menilai sikap ofensif calon presiden nomor urut 01, Joko
Widodo atau Jokowi pada debat dan selama masa
kampanye karena antusias publik beralih dari dirinya
kepada calon wakil presiden 02, Sandiaga Uno. Perangai
Jokowi selama masa kampanye ini, dinilai lebih agresif.
Terlihat dari serangan-serangan yang dilancarkan dalam
debat, serta kerap menyerang balik serangan-serangan
yang datang dari kubu lawan.12
B. Citra Kepemimpinan Jokowi
Masing-masing infografis memuat gaya ilustrasi yang
berbeda. Satu ilustrasi digambarkan begitu sederhana, dan
satu yang lain digambarkan penuh „aksesoris‟ tambahan guna
memperkuat pesan dari ilustrasi itu sendiri. Meski
digambarkan dengan pola dan gaya yang berbeda, kedua
ilustrasi ini memiliki makna yang hampir seragam. Secara
jelas, berikut perbandingan citra kepemimpinan Jokowi yang
telah diinterpretasikan dengan menggunakan metode
klasifikasi tanda berdasarkan ikon, simbol dan indeks.
12
https://pilpres.tempo.co/read/1178018/kata-pengamat-lipi-jokowi-
bersikap-ofensif-karena-faktor-ini/full&view=ok, diakses pada 6 Desember
2019 pukul 15.19 WIB
129
Tabel 5.1
Perbandingan Citra Kepemimpinan Jokowi pada
Infografis I dan II
Edisi 4 Februari
2019
Edisi 11 Maret 2019
Gambar
Tipe
Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan
yang dibangun
merupakan tipe
pembangun
(developer),
pemimpin dengan
sifat kreatif, dinamis,
inovatif yang lekat
dengan jiwa muda.
Tipe kepemimpinan
otokrat yang bijak
(Benevolent
Autocrat), pemimpin
dengan sifat lancar,
tertib, ahli dalam
mengorganisir.
Sifat Pemimpin Unggul
Percaya diri
Dinamis
Ofensif
Defensif
Sederhana
Kuat (unggul,
pengendali)
Cerdik
Ofensif
Citra Politik Citra Agitator,
pemimpin yang tegas,
Citra Ilmuwan,
pemimpin yang
130
yang lantang
bicaranya, berwibawa
dan apabila ia
berbicara rakyat
terbangkit
semangatnya.
mencitrakan dirinya
sebagai orang pandai,
menguasai ilmu
pengetahuan, luas
pengalamannya.
Berdasarkan tabel di atas dari hasil analisis yang dilakukan
melalui pembacaan dan pemaknaan tanda dalam infografis yang
dimuat oleh Mojok.co, Mojok.co secara konsisten
mengkonstruksi citra kepemimpinan tertentu pada sosok Jokowi.
Peneliti bertumpu pada konsep kepemimpinan untuk
membaca Citra Jokowi yang ditunjukan dalam ilustrasi untuk
kemudian melalui sifat-sifat yang muncul. Dalam hal ini, ada
kecenderungan bahwa Jokowi merupakan sosok pemimpin
dengan sifat-sifat unggul seperti kuat, cerdas, dinamis, kreatif
tetapi juga ofensif dan defensif di waktu yang bersamaan
sehingga menciptakan dua citra sekaligus yakni citra agitator
dengan wibawa dan pengaruh yang kuat dan diimbangi dengan
citra ilmuwan yang cerdas.
131
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis ilustrasi dalam infografis
Mojok.co edisi 4 Februari 2019 dan 11 Maret 2019
dengan menggunakan metode klasifikasi tanda
berdasarkan objek menurut Charles Sander Peirce, satu
tanda dengan tanda lainnya saling memiliki keterkaitan
yang saling berkesinambungan dan menghadirkan tiga
makna utama.
Mojok.co secara sadar menyematkan tanda
tertentu pada ilustrasi dalam Infografis edisi 4 Februari
2019 dan 11 Maret 2019 yang kemudian menunjukkan
adanya konsistensi dalam membangun citra Jokowi
selama masa kampanye.
Pertama, Jokowi merupakan petahana yang
memiliki sifat-sifat superior seperti unggul, dominan,
kuat, pengelola yang baik, penyerang dan cerdas. Kedua,
Jokowi yang memiliki jiwa muda seperti dinamis, percaya
diri, cerdik, kekinian dan modis. Ketiga, Jokowi dengan
sifat membumi yang melekat seperti kesederhanaan,
kematangan dan santai.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas,
penulis menyertakan saran untuk kemudian dijadikan
132
bahan acuan dan evaluasi baik secara akademis maupun
praktis seperti berikut:
1. Saran Akademis
Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dan
mendalam tentang konstruksi citra pada media visual
seperti infografis dengan melibatkan audiens guna
melihat realitas objektif atas tanda dan citra yang
dikonstruksi oleh suatu media massa dan sejenisnya.
2. Saran Praktis
Penulis berharap pada insan jurnalis khususnya
yang tergabung dalam redaksi Mojok.co dapat
melakukan peningkatan kualitas dan evaluasi tentang
bagaimana menciptakan dan mengonstruksi suatu
informasi yang dalam hal ini berupa infografis,
sebelum dipublikasikan dan menjadi milik khalayak
yang heterogen dan dengan kemampuan interpretasi
yang juga berbeda-beda.
133
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011.
Artini Kusmiati, Sri Pudji Astuti, Pamudji Suptandar. Teori
Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djembatan,
1999.
Bogdan, Biklen. Qualitative and Research for Education, an
Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and
Bacon, 1982.
Buana, Arlian, dkk. Mojok tentang Bagaimana Media Kecil
Lahir, Tumbuh dan Mencoba Bertahan. Yogyakarta:
Buku Mojok, 2019.
Bungin, Burhan. Komunikasi Politik Pencitraan. Jakarta:
Prenadamedina Group, 2018.
—. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komuikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana,
2007.
—. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media
Massa dan Keputusan Konsumen serta Kritik terhadap
Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana,
2008.
—. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada,
2013.
Christine Daymon, Immy Holoway. Metode-metode Riset
Kualitatif. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2008.
134
Heryanto, Gun Gun. Media Komunikasi Politik. Yogyakarta:
IRCiSoD, 2018.Buku
Heryanto, Gun Gun. Panggung Komunikasi Politik. Yogyakarta:
IRCiSoD, 2019.
Hoed, Benny H. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok:
Komunitas Bambu, 2008.
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009.
Nasrullah, Rulli. Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya
dan Sosioteknologi. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media,
2015.
—. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta:
Prenadamedia, 2016.
Nimmo, Dan. Komunikasi Politik, Khalayak dan Efek. Bandung:
PT Rosdakarya Remaja, 2010.
Northouse, Peter G. Leadership: Theory and Practice. California:
SAGE Publications, 2013.
Nurudin. Komunikasi Propaganda. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008.
Poloma, Margareth M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali,
1984.
Pudjiyogyantti, Clara Rosa. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relation dan Media
Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2018.
135
Rusmana, Dadan. Filsafat Semiotika. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2014.
Shoelhi, Mohammad. Propaganda dalam Komunikasi
Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2012.
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Rosda Karya
Remaja, 2006.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Jalasutra, 2009.
Wirawan. Kepemimpinan (Teori, Psikologi,Perilaku Organisai,
Aplikasi dan Penelitian). Depok: Pt. Raja
Jurnal
Abrian, Rizky. "Perlawanan Wacana Politik di Dunia Maya."
Jurnal Kemdikbud, 2017: 118.
Allifiansyah, Sandy. "Media Alternatif di Indonesia." Jurnal
Scholar, 2015: 8.
Astari Clara Sari, Dkk. "Komunikasi dan Media Sosial." Jurnal
Universitas Muslim Indonesia, 2018: 5.
Dewi, Utami. "Karakteristik Kepemimpinan Politik Indonesia:
Transaksional atau Transformatif?" Jurnal UNY, 2014: 4-
8.
Hasanati, Nida. "Alternatif Model Kepemimpinan pada Era
Globalisasi." Jurnal Psikologika, 2012: 62-63.
Manuaba, Ida Bagus Putera. "Memahami Teori Konstruksi
Sosial." Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik
Vol.21 No.3, 2008: 1.
136
Mulawarman, Aldila Dyas Nurfitri. "Perilaku pengguna Media
Sosial beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif
Psikologi Sosial Terapan." Jurnal Buletin Psikolog, 2017:
37.
Muthiah Nurul Miftah, Dkk. "Pola Literasi Visual Infografer
dalam Pembuatan Informasi Grafis (Infografis)." Jurnal
Kajian Informasi dan Perpustakaan Vo.4 No.1, 2016: 87.
Ngangi, Charles R. "Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial."
Jurnal Ilmiah Sosial Ekonomi Pertanian (JISEP), 2011: 2.
Rusmulyadi, Hanny Hafiar. "Dekonstruksi Citra Politik Jokowi
dalam Media Sosial." Jurnal Profesi Humas Vol.3, 2018:
123.
Santoso, Puji. "Konstruksi Sosial Media Massa." Jurnal
Komunikasi Islam Vol.1 No.1, 2016: 37.
Saptodewo, Febrianti. "Desain Infografis sebagai Penyajian Data
Menarik." Jurnal LPPM Unindra, 2014: 195.
Sokowati, dkk. "Media Alternatif Kaum Muda: Produksi Konten
Kebijakan Redaksi, Identitas dan Politik di Era Siber
(Studi Kasus Mojo.co)." Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2018: 19.
Tiran, Rex. "Kemenangan Petahana dan Demokrasi Lokal dalam
Pilkada Kabupaten Kupang Tahun 2013." Jurnal Unair,
2013: 1.
Utomo, Wisnu Prasetyo. "Menertawakan Politik: Anak Muda,
Satire dan Parodi dalam Situs Mojok.co." Jurnal Pemuda
YouSure Edisi Pemuda, Kewargan & TIK, 2015: 197-198.
137
Waluyanto, Heru Dwi. "Karikatur sebagai Karya Komunikasi
Visual dalam Menyampaikan Kritik Sosial." Jurnal
Desain Komunikasi Visual Nirmana Vol.2 No.2, 2000:
128.
Witabora, Joneta. "Peran dan Perkembangan Ilustrasi." Jurnal
Humaniora Binus, 2012: 1.
Zulfiningrum, Rahmawati. "Spasialisasi dan Praktik
Konglomerasi Media Kelompok Kompas Gramedia."
Jurnal Komunikasi Vol.2 No.3, 2014: 141.
Skripsi
Isma, Lathifah. "Konstruksi Berita 'Ahok Gugat UU Pilkada'
Perihal Cuti Petahana pada Portal Media Online
Jawapos.com dan Kompas.com Edisi September 2016:
Analisis Framing Model Robert N. Entman ." Skripsi,
2017: 25.
Kadewandana, Donie. "Konstruksi Realitas di Media Massa
(Analisis Framing terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin
Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan republika."
Skripsi, 2008: 40.
Kertamukti, Rama. "Komunikasi Simbol: Peci dan Pancasila."
Skripsi, 2008: 54.
Kurniawan, Septian Dwi. "Perancangan Buku Ilustrasi “Orang
Kayo Hitam." Skripsi, 2019: 9.
Manaf, Faradhita A. "Makna Kepemimpinan Islam Presiden
Jokowi menuju Pilpres 2019 dalam Sampul Ilustrasi
Majalah Tempo." Skripsi, 2019: 26.
138
Musthopa, Tubagus. "Pemberitaan tentang Serangan Paris di
Media Online Arrahmah.com." Skripsi, 2017: 12.
Nurkarima, Nisa. "Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap
Akhlakul Karimah dan Akhlakul Madzmumah Siswa Di
SMAN 1 Kauman Tahun Ajaran 2017/2018." Skripsi,
2018: 12.
Oryza, Rizka Pravitasari. "Pengaruh Label Visual Resiko
Merokok terhadap Perilaku Merokok Mahasantri."
Skripsi, 2016: 19.
Prayogo, Prasetyo. "Analisis Semiotika terhadap Gambar Ilustrasi
Rekening Gendut Perwira Polisi di Majalah Tempo."
Skripsi, 2011: 1.
Rastaty, Ranny. "Penggunaan Warna Maskulin dan Feminin pada
Hadiah Ulang Tahun Anak-anak Jepang." Skripsi, 2008:
23-26.
Safrina, Julia Nikita. "Analisis Wacana Buku yang Dilipat Karya
Yasraf Amir Piliang." Skripsi, 2019: 30.
Sari, Eka Puspita. Pengembangan Media Berbentuk Infografis
sebagai Penunjang Pembelajaran Fisika SMA kelas X.
Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017.
Yusrawati. "Identifikasi Bahasa Non-Verbal dalam Konseling
Ditinjau menurut beberapa Ayat Al-Quran." Skripsi, 2018:
69.
139
Artikel
https://amp.katadata.co.id/berita/2019/04/05/hasil-survei-media-
sosial-mempengaruhi-pilihan-saat-pemilu (Diakses pada
19 Juli 2019).
https://amp.kompas.com/nasional/read/2019/02/10/18255111/jok
owi-empat-tahun-dikatakan-presiden-antek-asing-ini-
saatnya-saya-berbicara (Diakses pada 5 Desember 2019).
https://cekfakta.tempo.co/fakta/292/fakta-atau-hoaks-benarkah-
pengumuman-hasil-pemilu-dan-pilpres-2019-pada-21-
mei-dini-hari-tidak-sah (Diakses pada 17 Juli 2019).
https://instagram.com/mojokdotco?igshid=tw765vgp4t08
(Diakses pada 16 Juli 2019).
https://katadata.co.id/berita/2019/04/18/kuasa-petahana-di-balik-
kemenangan-sementara-jokowi-maruf (Diakses pada 10
Oktober 2019).
https://kbbi.kemdikbud.go.id (Diakses pada 10 Oktober 2019).
https://lifestyle.kompas.com/read/2019/10/21/192016920/para-
penggemar-kemeja-putih-cermati-kiat-ini-sebelum-pilih-
baju?page=all (Diakses pada 6 Desember 2019).
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20190206175349-32-
366918/tkn-tuding-indikasi-kuat-prabowo-kembali-
ditangani-rob-allyn (Diakses pada 6 Desember 2019).
https://m.detik.com/news/berita/d-4475260/selisih-118-di-survei-
kompas-ini-elektabilitas-jokowi-prabowo-di-5-survei
(Diakses pada 1 Agustus 2019).
140
https://mojok.co/auk/ulasan/pojokan/cara-kru-mojok-merayakan-
masuk-ranking-alexa-100-besar/ (Diakses pada 24
Oktober 2019).
https://mojok.co/blog/kasakkusuk/penjelasan-ilustrasi-cak-nun-
sebagai-karakter-naruto/ (Diakses pada 28 Oktober 2019).
https://mojok.co/blog/materi/ (Diakses pada 24 Oktober 2019).
https://mojok.co/iad/liputan/cak-nun-tentang-pki-dan-khilafah/
(Diakses pada 28 Oktober 2019).
https://mojok.co/kru/ (Diakses pada 24 Oktober 2019).
https://mojok.co./tentang/ (Diakses pada 24 Oktober 2019).
https://mojokstore.com/tentang-kami/ (Diakses pada 25 Oktober
2019).
https://nasional.kompas.com/read/2015/06/28/07491121/Rumitny
a.Mendefinisikan.Arti.Petahana.?page=all (Diakses pada
21 Oktober 2019).
https://news.detik.com/berita/d-2570581/misteri-kemeja-putih-
jokowi (Diakses pada 6 Desember 2019).
https://pilpres.tempo.co/read-1178018/kata-pengamat-lipi-
jokowi-bersikap-ofensif-karena-faktor-ini (Diakses pada
25 September 2019).
https://tekno.tempo.co/read/1028414/kisah-hewan-unicorn-mitos-
hingga-penemuan-fosilnya (Diakses pada 31 Oktober
2019).
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180810195720-16-
28087/inilah-peta-partai-pengusung-capres-cawapres-
pemilu-2019 (Diakses pada 17 Juli 2019).
141
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190411175709-32-
385465/status-petahana-dan-bekal-mewah-jokowi-
kalahkan-prabowo (Diakses pada 21 Oktober 2019).
https://www.liputan6.com/news/read/3953917/didi-sudiana-
paparkan-6-karakter-kepemimpinan-yang-ideal-di-era-
milenial (Diakses pada 13 Desember 2019).
https://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-
kepustakaan.html (Diakses pada 26 Agustus 2019).
Lain-lain
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2000), h.53
Indonesian Digital Report 2019 oleh Hootsuite We Are Social.
LAMPIRAN
1. Surat Pembimbing Skripsi