6
CONTOH KASUS-KASUS PENAGIHAN PAJAK 1. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Nomor 000010/207/08/622/09 tanggal 20 November 2011 dengan nilai Rp350.000.000,00. Atas nilai SKPKB tersebut keseluruhannya tidak disetujui oleh Wajib Pajak dan oleh Wajib Pajak pada tanggal 02 Desember 2011 diajukan upaya hukum berupa keberatan. Pada bulan 13 Desember 2011 terdapat informasi bahwa Wajib Pajak akan membubarkan usahanya. Atas SKPKB tersebut, upaya apa yang dapat dilakukan KPP untuk mengamankan target penerimaan perpajakan? LANDASAN TEORI : Pasal 9 ayat (3) UU KUP Surat Tagian Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. Pasal 9 ayat (3a) UU KUP Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan

Contoh Kasus Penagihan Pajak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pajak

Citation preview

Page 1: Contoh Kasus Penagihan Pajak

CONTOH KASUS-KASUS PENAGIHAN PAJAK

1. Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Nomor

000010/207/08/622/09 tanggal 20 November 2011 dengan nilai Rp350.000.000,00.

Atas nilai SKPKB tersebut keseluruhannya tidak disetujui oleh Wajib Pajak dan oleh

Wajib Pajak pada tanggal 02 Desember 2011 diajukan upaya hukum berupa keberatan.

Pada bulan 13 Desember 2011 terdapat informasi bahwa Wajib Pajak akan

membubarkan usahanya.

Atas SKPKB tersebut, upaya apa yang dapat dilakukan KPP untuk mengamankan

target penerimaan perpajakan?

LANDASAN TEORI :

Pasal 9 ayat (3) UU KUP

Surat Tagian Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan,

Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal

diterbitkan.

Pasal 9 ayat (3a) UU KUP

Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 25 ayat (7) UU KUP

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang belum dibayar

pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal

penerbitan Surat Keputusan Keberatan.

Pasal 6 ayat (1) UU PPSP

Page 2: Contoh Kasus Penagihan Pajak

Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh

tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang

diterbitkan oleh Pejabat apabila :

a) Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat

untuk itu;

b) Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam

rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang

dilakukannya di Indonesia;

c) terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau

menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan

perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

d) badan usaha akan dibubarkan oleh Negara; atau

e) terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-

tanda kepailitan.

Pasal 14 PMK-24/PMK.03/2008

Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus oleh Pejabat dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut :

a) diterbitkan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran;

b) diterbitkan tanpa didahului Surat Teguran;

c) diterbitkan sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat

Teguran diterbitkan;atau

d) diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

PENYELESAIAN KASUS :

Berdasarkan pasal 6 ayat (1) UU PPSP, meskipun pajak yang tercantum dalam dasar

penagihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 UU KUP yang dalam hal ini SK

Keberatan (Karena WP mengajukan keberatan) belum jatuh tempo, tetapi terhadap wajib

pajak tersebut dapat diterbitkan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus sesuai dengan pasal

14 PMK-24/PMK.03/2008 dengan kondisi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 1 huruf

(d) UU PPSP, yakni WP akan melakukan pembubaran badan usaha. Atas dasar SPPSS

tersebut, KPP dapat langsung menerbitkan Surat Paksa (Pasal 8 UU PPSP) untuk

mengamankan target penerimaan negara.

Page 3: Contoh Kasus Penagihan Pajak

2. Jurusita Pajak KPP sedang melakukan penagihan pajak atas utang pajak WP Badan

sebesar Rp1,5 milyar rupiah. Jurusita Pajak memberitahukan Surat Paksa kepada

orang yang dijumpai dipabrik WP Badan tersebut, tanpa menanyakan identitasnya

terlebih dahulu. Atas pelaksanaan Surat Paksa tersebut Jurusita melakukan

pemblokiran rekening Wajib Pajak yang terdapat di Bank. Wajib Pajak melakukan

gugatan atas pelaksanaanya Surat Paksa tersebut kepada Pengadilan Negeri.

Prosedur apa yang tidak sesuai dengan ketentuan legal formal perpajakan dan

bagaimana prosedur seharusnya?

LANDASAN TEORI :

Pasal 18 PMK-24/PMK.03/2008

Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :

PERSEROAN TERBTAS

BADAN USAHA YAYASAN PEGAWAI TETAP LAINNYA

BENTUK USAHA TETAP

pengurus meliputi Direksi, Komisaris, Pemegang saham pengendali atau mayoritas

untuk perseroan terbuka, pemegang saham untuk perseroan tertutup, dan orang yang

nyata-nyata mempunyai wewenang

ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan

dalam menjalankan perseroan pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat

usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai

salah seorang sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan

huruf d. ketua atau orangyang melaksanakan dan mengendalikan serta

bertanggung jawabatas yayasan direktur,pemilik modal,atauorang yang

ditunjuk untuk melaksanakan,dan,mengendalikan,serta bertanggung, jawab

atas perusahaan kepala perwakilan, kepala cabang, atau penanggung

PENYELESAIAN KASUS :

PASAL 23 AYAT 2 UU KUP

Page 4: Contoh Kasus Penagihan Pajak

Wajib Pajak dapat mengajukan pelaksanaan surat paksa yang dalam penerbitannya tidak

sesuai dengan posedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan HANYA kepada Badan Peradilan Pajak (Sesuai dengan UU No. 14

Tahun 2002, BPSP  Pengadilan Pajak)

PROSEDUR YANG SALAH :

1. Pemberitahuan Surat Paksa kepada orang yang dijumpai di Pabrik tanpa menanyakan

identitasnya

2. bisa berarti: Melakukan Pemblokiran terhadap harta kekayaan WP pada Bank (dalam hal

SPMP belum diterbitkan)

3. WP mengajukan gugatan kepada Pengadilan Neegeri Untuk WP badan, Jurusita pajak

harus

memberitahukan kepada pengurus sebagaimana ditentukan dalam pasal 18 huruf a

PMK-24/PMK.03/2008 atau dalam hal tidak ada, dapat oleh pegawai tetap. Artinya, pihak

yang harus diberitahu oleh JSP mengenai Surat Paksa sudah ditentukan. JSP tidak boleh asal

memberitahukan SP. Pasal 3 ayat (1) KMK.563/KMK.04/2000: Pemblokiran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diajukan oleh Pejabat kepada pimpinan bank tempat

harta kekayaan Penanggung Pajak tersimpan disertai dengan salinan Surat Paksa dan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan.Oleh karena itu, dalam hal terhadap wajib pajak belum

diterbitkan SPMP, JSP belum boleh untuk melakukan tindakan pembloiran. Tunggulah

sampai SPMP Diterbitkan oleh pejabat.

PASAL 23 AYAT 2 UU KUP

Wajib Pajak dapat mengajukan pelaksanaan surat paksa yang dalam penerbitannya tidak

sesuai dengan posedur atau tata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan HANYA kepada Badan Peradilan Pajak (Sesuai dengan UU No. 14

Tahun 2002, BPSP  Pengadilan Pajak) Yang perlu ditegaskan adalah, pemblokiran diajukan

oleh Kepala KPP kepada pimpinan tempat harta kekayaan PP tersimpan (Bank).