61
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan juga di perdesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai(Glycin sp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana telah terbentuknya gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50 o C, dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati, 1994). Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat diperoleh dari hasil sortir kedelai dan pengepresan pada pengambilan susu kedelai sebelum pemanasan. Limbah padat umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau dibuat tempe gembus. Limbah cair pada prsoes pembuatan tahu berasal dari air cucian kedelai, air rendaman, air penyaringan, air penggumpalan, dan air sisa pencetakan. 1

Copy of Laporan Magangq

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Copy of Laporan Magangq

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan

juga di perdesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai(Glycin sp)

dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana

telah terbentuknya gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50o C, dan

cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang

diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati, 1994).

Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat

diperoleh dari hasil sortir kedelai dan pengepresan pada pengambilan susu kedelai

sebelum pemanasan. Limbah padat umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau

dibuat tempe gembus. Limbah cair pada prsoes pembuatan tahu berasal dari air cucian

kedelai, air rendaman, air penyaringan, air penggumpalan, dan air sisa pencetakan. Proses

penggumpalan tahu dilakukan secara manual dan menghasilkan limbah cair cukup besar

dan terbawa bersama air buangan. Limbah cair dari hasil penggumpalan inilah yang dapat

mencemari lingkungan.

Limbah cair industri tahu yang langsung di alirkan keselokan atau sungai tanpa

diolah dahulu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung

polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical

Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara

7.000 - 10.000 mg/L, Serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Menurut

Nuraida (1985), untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai di butuhkan rata-rata 45 liter air dan

1

Page 2: Copy of Laporan Magangq

akan di hasilkan limbah cair berupa whey (dadih) mengandung bahan-bahan organik

berupa protein 40% -60% , karbohidrat 25%-50% , dan lemak 10% (Nurhasana dan

Pramudiyanto, 1987 ) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa-

senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal,1994 ).

Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian parameter limbah cair tahu untuk mengetahui

baku mutu standar yang diperbolehkan sesuai peraturan yang berlaku. Salah satu sifat

yang dapat diuji untuk menentukan tingkat pencemaran limbah cair tahu dengan

mengukur parameter fisik suhu, pH, Daya Hantar Listrik (DHL), oksigen terlarut(DO),

BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand). Parameter-

paremeter oksigen terlarut(DO), BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal

Oxygen Demand) dalam analisis limbah cair tahu menggunakan metode standar SNI

yakni dengan titrasi.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

A. Tujuan Umum :

Secara umum tujuan PKL adalah untuk mengembangkan potensi pribadi mahasiswa

secara optimal. Memperoleh pengalaman penerapan konsep dan keterampilan manajerial

pada dunia kerja nyata dalam rangka memperkaya pengetahuan, serta melatih kemampuan

bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga memperoleh manfaat bersama

baik peserta PKL maupun instansi tempat PKL.

B. Tujuan Khusus :

Tujuan dari analisa BOD dan COD ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui nilai BOD,COD dan DHL yang terkandung pada limbah cair tahu

di UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Pronvisi Bengkulu.

2

Page 3: Copy of Laporan Magangq

2. Untuk mengetahui apakah nilai BOD dan COD tersebut telah melebihi ambang batas

yang telah ditentukan oleh keputusan mentri lingkungan hidup nomor :

KEP-51/MENLH/01/1995.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

A. Bagi Mahasiswa

1. Mendapat pengalaman dan keterampilan sebelum memasuki dunia kerja nyata

2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman di lapangan

3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap

permasalahan yang ditemukan di tempat PKL.

4. Memperkaya kajian serta menerapkan pengetahuan akademik yang telah di peroleh di

kampus pada dunia kerja nyata.

5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah

Kimia.

6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana MIPA biologi.

7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/ karya ilmiah.

B. Bagi Tempat PKL

1. Tempat PKL dapat manfaat tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas

yang ada sesuai kebutuhan di unit masing-masing

2. Tempat PKL mendapatkan alternatif calon pegawai/ karyawan yang telah dikenal

kualitas dan kredibilitasnya.

3. Turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam

menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil, dan memiliki pengalaman kerja.

C. Bagi Fakultas

3

Page 4: Copy of Laporan Magangq

1. Laporan PKL dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran

2. Memperkenalkan program kepada industri lain

3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program

4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat PKL dalam upaya meningkatkan

keterkaitan dan kesepadaan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan

keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengembangan Ilmu biologi.

4

Page 5: Copy of Laporan Magangq

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertial Limbah Cair

Limbah cair atau air buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta

dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan. Keberadaan

limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.

Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari

lingkungan (Mardana, 2002).

B. Pengertian DHL, BOD dan COD.

a. DHL(Daya Hantar Listrik)

Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik, yang

tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.

Konduktifitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion

dan kadar yang terlarut didalam air limbah tersebut (senyawa anorganik> konduktor

senyawa organik). Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari air

menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini bergantung pada kosentrasi yang terion

dalam air. Adanya CO2 dari udara yang terabsorpsi oleh air menyebabkan bertambahnya

harga DHL (Saeni,1989).

DHL dapat dikatakan sebagai penetapan pendahuluan pemeriksaan kualitas air.

Dengan mengetahui besarnya DHL, secara garis besar jumlah mineral yang ada didalam

air dapat diketahui. Jika DHL nya tinggi, maka kadar mineralnya tinggi sebaliknya jika

DHL nya rendah, maka kadar dalam air rendah pula. DHL / konduktivitas diukur dengan

5

Page 6: Copy of Laporan Magangq

alat conductivity-meter digital, dimana satuan yang digunakan adalah micro mohs per

centimeter0C. satuan yang lebih umum digunakan adalah micrisiemens (ms). Untuk

mengantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan muatan listriknya

yang bergantung pada ukuran interaksi antara ion dalam larutan (Saeni, 1989)

Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air, meliputi :

1. Air destilasi (akuades) 0,5 5,0 ms.

2. Air hujan 5,0 30 ms.

3. Air tanah segar 30 200 ms.

4. Air laut 1500 5500 ms.

5. Air garam > 100.000 ms (Hanief, 2008). 

Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur jenis, ion-ionterlarut dan konsentrasi

ion terlarut. Peningkatan ion-ion yang terlarutmenyebabkan nilai konduktivitas air

juga meningkat. Sehingga dapatdikatakan nilai konduktivitas yang terukur

merefleksikan konsentrasi ionterlarut dalam air. Berdasarkan daya hantar listrik,

larutan terbagi menjadi 2golongan :

1. Larutan elektrolita.

a. Dapat menghantarkan daya listrik

b. Terjadinya proses ionisasi

2. Larutan no-elektrolit

a. Tidak dapat mengantarkan listrik

b. Tidak terjadi ionisasi

c. Lampu menyala redup (Hanief,2008)

6

Page 7: Copy of Laporan Magangq

b. BOD dan COD

Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari

kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk

hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat

bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan

kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya.

Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang

berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga

tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut).

Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis

yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan akan larut di dalam air.

Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi

yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam

air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh

koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam

air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen

yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi

oksigen dari udara ke dalam air (Rezki. 2010).

Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air

lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan

oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya air

lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan

oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/

7

Page 8: Copy of Laporan Magangq

mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap

(yang ditandai dengan bau busuk).

Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat

rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme

untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang

mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan

organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di

dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan

buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri

pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan

ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega),

bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan

dan kotoran manusia dan lain sebagainya (Habib. 2011).

Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal

darifotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan

sangatberperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air.

Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan

kebutuhanoksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam

analisiskualitas air (Ficca, 2009).  

Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan

seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan

menggunakan uji COD dan BOD.

8

Page 9: Copy of Laporan Magangq

BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi

untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme.

Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah,

proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen

yang cukup.

Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi

terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan

dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent

(Habib. 2011).

C. Sumber Limbah Industri Tahu

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk limbah, yaitu limbah

padat dan limbah cair. Limbah padat industri pengolahan tahu berupa kotoran hasil

pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada

kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Ampas tahu

yang terbentuk besarannya berkisar antara 25%-35% dari produk tahu yang dihasilkan.

Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga masih dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan, misalnya ikan bandeng. Salah satu

sifat dari ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan

lama) serta menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola.

Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebagian besar adalah cairan

kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini

mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.

9

Page 10: Copy of Laporan Magangq

D. Parameter Limbah Industri Tahu

Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.

Beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan serius terutama untuk

perairan di sekitar industri tahu. Mengingat asal air buangan berasal dari proses yang

berbeda-beda, maka karakteristiknya berbeda-beda pula. Untuk air buangan yang berasal

dari pencucian dan perendaman nilai cemarnya tidak begitu tinggi sehingga masih dapat

dibuang ke perairan. Sedangkan untuk air buangan yang berasal dari proses pemasakan

nilai cemarnya cukup tinggi, dengan demikian harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke perairan. Pada umumnya limbah cair pabrik tahu ini langsung dibuang ke

sungai melalui saluran-saluran. Bila air sungai cukup deras dan lancar serta pengenceran

cukup (daya dukung lingkungan masih baik) maka air buangan tersebut tidak

menimbulkan masalah. Tetapi bila daya dukung lingkungan sudah terlampaui, maka air

buangan yang banyak mengandung bahan-bahan organik akan mengalami proses

peruraian oleh jasad renik dapat mencemari lingkungan. Parameter air limbah tahu yang

biasanya diukur antara lain temperatur, pH, padatan-padatan tersuspensi (TSS) dan

kebutuhan oksigen (BO dan COD).

Parameter Kualitas Air

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba

mendekati secara global proses biologis yang terjadi didalam air. Angka BOD adalah

jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir

semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.

Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan

penduduk atau industri (Gunawan,2006). Dasar uji BOD adalah kemampuan metabolik

10

Page 11: Copy of Laporan Magangq

mikroorganisme yang ditambahkan sebagai agen pendegradasi. Semakin tinggi BOD,

maka semakin banyak bahan organic yang terkandung dalam air. Chemical Oxygen

Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa

organik secara kimiawi (Milasari,2010). COD merupakan uji yang dilakukan untuk

menentukan kandungan senyawa organic biodegradable (mudah terurai) dan non-

biodegradable (tidak mudah terurai) (Kuamar,2010). Tes COD digunakan untuk

menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimia dengan

menggunakan dikromat dalam media asam ((Metcalf and Eddy, 2003).).

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur,

dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa

komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun

komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikelpartikel anorganik (Edwar,2003)

Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatanpadatan yang mempunyai

ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami

tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang

selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari dan mempengaaruhi proses

fotosintesis diperairan (Azwir,2006). Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang

digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH

merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan

mikroorganisme dalam air (Sutrisno,2007).

11

Page 12: Copy of Laporan Magangq

E. Karakteristik Limbah Industri Tahu

Limbah cair baik domestik maupun non domestic mempunyai beberapa karakteristik

sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada

karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :

a. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur,

densitas, warna, konduktivitas dan turbidity (Metcalf and Eddy, 2003).

1. Total solid

Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu

103oC- 105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi

tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan

sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.

2. Bau

Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan

organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.

3. Temperatur

Temperatur air mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Semakin

tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.

4. Density

Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai

slug/ft3 (kg/m3).

12

Page 13: Copy of Laporan Magangq

5. Warna

Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam

waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya

pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.

6. Kekeruhan (Turbidity)

Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan antara

intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang

dipendarkan oleh suspense standar pada konsentrasi yang sama.

b. Karakteristik Kimia

Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu, bahan

organik, anorganik, dan gas (Metcalf and Eddy, 2003).

1) Bahan organik

Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas

manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak sekali

jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak

dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC), pestisida dan fenol, dimana

sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber

dari pertanian dan fenol dari industri.

2) Bahan anorganik

Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada

umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa-senyawa

anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa

13

Page 14: Copy of Laporan Magangq

nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan

hidrogen sulfida).

3) Gas

Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen

(N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfide (H2S), amonia (NH3), dan karbon

dioksida (CO2).

c. Karakteristik Biologi

Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya

penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti

bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi

senyawa organic (Metcalf and Eddy, 2003).

Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.

Karakteristik air buangan yang dihasilkan berbeda karena berasal dari proses yang

berbeda. Karakteristik buangan industry tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika

dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna,

dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air

limbah tahu berkisar 37- 45°C; kekeruhan 535-585 FTU; warna 2.225-2.250 Pt.Co;

amonia 23,3-23,5 mg/1; BOD5 6.000-8.000 mg/1 dan COD 7.500-14.000 mg/1

(Kaswinarni, 2007).

14

Page 15: Copy of Laporan Magangq

Karakteristik limbah cair industri tahu antara lain:

Temperatur

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu yang

meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan

oksigen dan gas

lain, kerapatan air, viskositas, serta tegangan permukaan. Suhu limbah cair yang

dihasilkan dari proses pencetakan tahu 30°C-35°C dan sekitar 80°C-100°C dari air bekas

merebus kedelai.

pH

Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion

hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14; kisaran nilai pH 1-7 termasuk

kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral.

TSS (Total Suspended Solid)

Padatan-padatan tersuspensi/TSS (Total Suspended Solid) digunakan untuk

menentukan kepekatan air limbah, efisiensi proses dan beban unit proses. Pengukuran

yang bervariasi terhadap konsentrasi residu diperlukan untuk menjamin kemantapan

proses kontrol.

BOD dan COD

Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD. BOD

(Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah

oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai

atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Metcalf and Eddy, 2003).

COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara

15

Page 16: Copy of Laporan Magangq

kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena kebanyakan senyawa

lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi.

Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein,

karbohidrat, lemak dan minyak. Senyawa-senyawa berupa protein dan karbohidrat

memiliki jumlah yang paling besar yaitu 40%-60% dan 25%-50% sedangkan lemak 10%.

Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (N-total) sebesar 226,06- 434,78

mg/l, sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan

total nitrogen di perairan tersebut.

Gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2), amonia

(NH3), Oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), karbondioksida (CO2) dan metana (CH4).

Gasgas tersebut berasal dari dekomposisi bahanbahan organik yang terdapat di dalam air

buangan.

F. Dampak Limbah Cair

Limbah organik mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak dan kotoran

manusia.Limbah ini dalam skala yang kecil tidak akan terlalu mengganggu, akan tetapi

dalam jumlah besar sangat merugikan. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah

cair adalah sebagai berikut:

1. Gangguan terhadap kesehatan manusia.Gangguan limbah cair terhadap kesehatan

manusia dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan

kimia dari industri dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa

kandungan logam seperti merkuri, timbal dan kadmium. Beberapa senyawa dapat

menyebabkan gangguan atau kerusakan genetic dan sistem reproduksi manusia, misalnya

pestisida serta beberapa zat kimia yang berasal dari industri dan senyawa radio aktif.

16

Page 17: Copy of Laporan Magangq

2. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistem. Kerusakan terhadap tanaman dan

binatang yang hidup pada perairan disebabkan oleh eutrofikasi dan pertumbuhan tanaman

yang berlebihan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi pencemar yang tinggi dan

menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena terjadi dekomposisi dan fermentasi

terhadap limbah cair yang memerlukan oksigen sebagai komponen utama, sedangkan

sinar matahari terhalangi untuk masuk ke dalam air. Kurangnya sinar matahari

menghambat terjadinya proses fotosintesis.

3. Gangguan terhadap estetika dan benda. Gangguan kenyamanan dan estetika berupa

warna, bau dan rasa. Kerusakan benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut seperti

korosif atau karat, air berlumpur, menyebabkan menurunnya kualitas tempat-tempat

rekreasi dan perumahan akibat bau serta eutrofikasi.

Herlambang (2002) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran

bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik yang

disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik. Selama proses metabolisme

oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen

yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh

reaerasi dari udara. Apabila konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta

kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia,

karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut

sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap

keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.

Bila kondisi anaerobik tersebut dibiarkan maka air limbah akan berubah warnanya

menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai

17

Page 18: Copy of Laporan Magangq

maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan sebagai pemenuh kebutuhan

sehari-hari maka akan menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit gatal, diare,

kolera, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor

dan sanitasi lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007).

Effendi (2000) mengemukakan bahwa oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan

terlarut pada perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan bervariasi bergantung pada suhu,

salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir.

Menurut Sedana (2001), oksigen terlarut merupakan parameter yang sangat penting

dalam kehidupan organisme. Setiap organisme membutuhkan oksigen untuk respirasi dan

digunakan dalam proses metabolisme.

Kandungan oksigen terlarut alami suatu perairan sangat menentukan penyebaran

hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Pada perairan yang kandungan oksigen terlarutnya

rendah, biasanya hanya dihuni oleh beberapa spesies tertentu. (Nurdin, 1999)

Sastrowijaya (1991) menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran

untuk menentukan mutu kehidupan di air. Kehidupan dapat bertahan jika oksigen terlarut

minimal 5 mg oksigen terlarut setiap liter air (5 mg/L), selebihnya tergantung pada

ketahanan organisme, kehadiran pencemar dan suhu air. 

Kandungan karbondioksida bebas di udara adalah sekitar 0,03 0/0. Kandungan

karbondioksida bebas dalam air murni pada tekanan 1 atm dan temperatur 250C adalah

sekitar 0,4 mg/L. (Wardoyo, 1981).

Menurut Boyd (1982), kandungan karbondioksida bebas yang terdapat di dalam

perairan merupakan hasil proses difusi karbondioksida dari udara dan proses respirasi

18

Page 19: Copy of Laporan Magangq

organisme akuatik dan di dasar perairan karbondioksida juga dihasilkan dari proses

dekomposisi.

Konsentrasi karbondioksida bebas yang baik adalah tidak lebih dari 25 mg/L dan tidak

kurang dari 10 mg/L. Karbondioksida bebas merupakan gas yang dibutuhkan oleh

tumbuh-tumbuhan air-renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis (Kordi,

1996). Namun, menurut Pescod (1973), karbondioksida bebas juga termasuk salah satu

gas yang terdapat di dalam air yang dapat meracuni kehidupan ikan dan hewan-hewan air

lain.

 Nurdin (1999) menyatakan bahwa kandungan karbondioksida bebas sebesar 12 mg/L

menyebabkan stres pada ikan, pada kandungan 30 mg/L beberapa ikan mati dan pada

kandungan 100 mg/L hampir semua organisme mati.

Pada umumnya, perairan alami mengandung CO2  bebas > 2 mg/L yang pada

konsentrasi tinggi dapat beracun, karena keberadaannya dalam darah dapat menghambat

pengikatan oksigen oleh hemoglobin. (Zonnevell, 1991)

Demikian maka Ntac (1986) menganjurkan agar kadar karbondioksida bebas tidak

boleh lebih dari 25 mg/L dengan catatan oksigen terlarutnya cukup tersedia. Selanjutnya

Boyd (1982) mengemukakan  bahwa ikan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi CO2

lebih dari 5 mg/l.

G. Prinsip Pemeriksaan BOD dan COD

COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen

(mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air,

dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara

19

Page 20: Copy of Laporan Magangq

alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan

berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Anonim, 2011).  

Oksidi-reduktometri merupakan salah satu macam titrasi. Oksidi-reduktometri adalah

metode titrimetri berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi dari titran dan titrat. Oksidi-

reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu persenyawaan dan analisis

senyawa organik. Oksidimetri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu

oksidator. Salah satu teknik ini adalah permanganometri. Pada metode ini, titran yang

digunakan adalah ion permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat.

Ion permanganat bertindak sebagai oksidator dengan hasilreaksi berupa ion Mn 2+

(Rezki, 2010).  

Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah

suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis

yang benar-benar terjadi di dalam air Sedangkan angka BOD adalah jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organik

yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.  Melalui kedua cara

tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan (Habib, 2011).

Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan

I- (iodide) untuk menghasilkan iod, iod yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi

dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat

dikategorikan sebagai titrasi kembali. Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang

dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode

titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadang dinamakan iodometri), adalah berkenaan

dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Dinda, 2010).

20

Page 21: Copy of Laporan Magangq

Perbedaan dari kedua cara uji oksigen terlarut di dalam air secara garis besar yaitu

chemical oxygen demand adalah kapasitas air untuk menggunakan oksigen selama

peruraian senyawa organik terlarut dan mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia

dan nitrit. Sedangkan biological (biochemical) oxygen demand adalah kuantitas oksigen

yang diperlukan oleh mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik

terlarut. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen

yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri. 

Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh

banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan

disamping paramter lain seperti BOD dan COD. Di dalam air, oksigen memainkan

peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih

sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti

komponen organik sehinggazat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga

diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses

metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam

menguraikan kandungan dalam air (Rizki, 2010).

Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan

mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO). Semakin

banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang

terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang

mungkin saja terjadi.

Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi.Oksigen terlarut dibutuhkan oleh

semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang

21

Page 22: Copy of Laporan Magangq

kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga

dibutuhkan untuk oksidasibahan ± bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.

Sumber utama oksigen.   dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara

bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). 

H. Propil UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu merupakan

Laboratorium Pemerintahan Provinsi Bengkulu binaan Kementrian Lingkungan Hidup

Republik Indonesia, yang akan dikembangkan sebagai laboratorium Lingkungan di

Propinsi Bengkulu.

Tugas dan fungsi Laboratorium Lingkungan Provinsi berdasarkan pembagian tugas

dan fungsi laboratorium binaan Kementrian Lingkungan Hidup adalah sebagai:

1. Pembinaan Laboratorium Lingkungan Kabupaten /Kota

2. Penyelenggaraan Uji Profensiensi parameter uji lingkungan bagi Laboratorium

Kabupaten/Kota

3. Kalibrasi peralatan Laboratorium Lingkungan

4. Pengembangan metode uji parameter lingkungan

5. Pengambilan dan pengujian contoh uji (sampel) dalam rangka:

a. Penangan kasus lingkungan

b. Pelayanan jasa laboratorium

c. Pengawasan penataan lingkungan meliputi : proper, Amdal (UKL/UPL,Iklim

lingkungan)

d. Pemantauan lingkungan meliputi : pemantauan penataan (Emisi gas buang sumber

tidak bergerak, emisi gas buangan sumber bergerak, udara ambient, air limbah, badan air

22

Page 23: Copy of Laporan Magangq

(sungai, waduk, danau) penerima air limbah, kebisingan lingkungan suatu usahadan/atau

kegiatan) dan pemantauan kualitas lingkunga:

Kualitas air (sungai, danau, waduk, laut)

Kualitas udara ambient (AQMS), metode manual, metode fasif

Kualitas tanah

Kebisingan lingkunga

Dalam rangka mengemban tugas dan fungsi sebagai Laboratorium LingkunganProvinsi

Bengkulu, maka UPT Laboratorium BLH Provinsi Bengkulu sedang melakukan

pengembangan untuk menjadi Laboratorium Lingkungan (yang Terakreditas dan

Teregistrasi) dibawah binaan pusat sarana pengendalian Dampak Lingkungan

(PUSARPEDAL) Kemetrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Dalam rangka memberikanpelayana jasa Laboratorium BLH juga dikembangkan untuk

dapat melakukan pelayanan jasa pengujian kualitas lingkungan kepada dunia usaha dan

masyarakat umum secara professional dan mandir.

23

Page 24: Copy of Laporan Magangq

BAB III

METODELOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Sampel dari Limbah cair pabrik tahu dan dianalisa pada tanggal 8 Febuari 2013 sampai

dengan 11 febuari 2013 di UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi

Bengkulu. Parameter yang dianalisis yaitu: pH, DHL, BOD dan COD. Alat dan bahan

yang di gunakan dalam analisa adalah sebagai berikut:

3.2 Alat dan Bahan

A. Alat dan Bahan analisa DHL

Weter Qualiti Control

Limbah cair pabrik tahu

B. Alat dan Bahan analisa BOD

Botol winkler

Buret dan statis

Botol sprot

Botol aqua sedang

Corong

Bola isap

Erlemeyer

Pipet volumetrik

Pipet tetes

Pendingin

24

Page 25: Copy of Laporan Magangq

Limbah cair pabrik tahu

Aquades

Larutan Baku Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,025 M

Larutan Alkali Iodida Azida

Larutan Amilum

Larutan Mangan Sulfat (MnSO4)

Asam sulfat (H2SO4)

Tissue

C. Alat dan Bahan analisa COD

Digestion vessel

Pemanas

Mikroburet

Labu ukur 100 ml dan 1000 ml

Pipet volumetrik 5,0 ml; 10 ml dan 25 ml

Pipet ukur 5ml; 10 ml dan 25 ml

Erlemeyer

Gelas piala

Magnetik stirrer

Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

Limbah cair pabrik tahu

Aquades

Larutan pereaksi asam sulfat;

25

Page 26: Copy of Laporan Magangq

Larutan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 kedalam 1000 ml H2SO4 pekat. Aduk

hingga larut.

Larutan baku kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,01667 M (0,1 N) (digestion solution)

Larutan indikator ferroin

Larutan ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 M

Asam sulfamat (NH2SO4H)

Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat

Tissue

26

Page 27: Copy of Laporan Magangq

3.3 Cara Kerja

Adapun semua alat tersebut harus steril sebelum digunakan. Untuk membersihkan

alat tersebut perlu dilakukan dengan cara :

A. Analisa DHL

27

Siapkan semua peralatan yang akan digunakan

Cuci semua alat tersebut dengan menggunakan sabun bebas analit

Bilas hingga bersih dengan air yang bersih

Bilas lagi dengan aquades

Masukkan kedalam oven dengan suhu 500 C

Setelah kering, alat siap untuk digunakan

Page 28: Copy of Laporan Magangq

Mencelupkan elektroda kedalam larutan standar KCL 0,01 M

Membilas elektroda dengan akuades

Mencelupkan elektroda pada larutan sampel

Mencatat nilai yang ditunjukan pada layar

Membilas elektroda dengan akuades

B. Analisa BOD dengan titrasi

+ 1ml Alkali Iodida azida

+ 1ml Managan Sulfat (MnSO4)

+ 1 ml H2SO4

+ Amilum 1 % beberapa tetes

C. Analisa COD

28

Sampel Limbah Cair Tahu dalam botol winkler

Kocok-kocok hingga homogeny dan biarkan mengendap berwarna merah bata

Masukkan 50 ml sampel kedalam Erlemeyer 250 ml

Titrasi dengan Na2S2O3 0,025 N Sampai warna biru muda

Titrasi lagi dengan Thio Sulfat sampai Warna Biru muda menghilang

Page 29: Copy of Laporan Magangq

+ digestion solusion

+ pereaksi Asam sulfat

+ 1-2 tetes indicator ferroin

BAB IV

29

Masukkan 5 ml sampel kedalam tabung reaksi

Tutup tabung dan kocok perlahan samapai homogen

Panaskan

Dinginkan

Masukkan sampel kedalam Erlemyer 250 ml

Titrasi dengan larutan baku FAS 0,05 MSampai berubah warna dari hijau-biru menjdi

coklat-kemerahan

Page 30: Copy of Laporan Magangq

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada analisa sampel Limbah Cair pabrik Tahu parameter-parameter yang

digunakan untuk mengukur Limbah Cair Tahu yaitu: DHL, BOD dan COD hasil

analisa sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil analisa

No Parameter Satuan Baku mutu Hasil Analisa Metode Analisa

1. DHL MS 0,99

2. BOD mg/l 100 119,2* SNI 06-6989.72-

2009

3. COD mg/l 300 374,4* SNI 6989.37:2009

Ket: * diatas batas

** dibawah batas

B. perhitungan

30

Page 31: Copy of Laporan Magangq

Dik:

Vb : 5,3 ml

Vs : 0,1 ml

COD = (A-B) x N Na 2S2O3 x 8.000

Volume Sampel

Nilai COD = (5.3- 0,1) x 0,045 x 8.000

5

= 374,4 mg/l

C. Pembahasan

31

Page 32: Copy of Laporan Magangq

Pada analisa sampel limbah cair pabrik tahu dilaboratorium UPT Badan Lingkungan

Hidup Provinsi Bengkulu. Parameter-parameter yang digunakan dalam analisa pada

limbah cair tahu yaitu ; Daya Hantar Listrik (DHL), BOD (Biological Oxygen Demand)

dan COD (Chemycal Oxygen Demand. Berdasarkan hasil analisa pada table diatas

limbah cair dari pabrik tahu memiliki nilai Daya Hantar Listrik (DHL) yaitu, 0,99

ms/cm. DHL (Daya Hantar Listrik) atau konduktivitas yang merupakan gambaran dari

kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Semakin banyak garam mineral yang

terlarut, asam, basah dan berbentuk ion, maka seamakin tinggi pula nilai DHL. Pada

limbah cair tahu memiliki nilai konduktivitas yang kecil . Hal ini disebabkan limbah cair

tahu banyak mengandung bahan organik. Bahan organic seperti sukrosa dll merupakan

penghantar listrik yang buruk(Prawijimuri,2005)

32

Page 33: Copy of Laporan Magangq

Hasil analisa parameter BOD (Biochemical Oxygen Demand) pada limbah cair tahu

dengan menggunakan metode SNI 06-6989.72-2001 dilaboratorium UPT Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu didapat hasil BOD sebesar 119,2 ml/L. Nilai

BOD pada sampel Limbah cair tahu yaitu 119,2 mg/l maknanya bahwa jumlah oksisgen

yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hamper semua zat organic yang

terlarut dan sebagian zat-zat organic yang tersuspensi dalam 1 liter sampel limbah cair

tahu secara biologi sebesar 119,2 ml/l. Berdasarkan Baku Mutu Keputusan Gubenur

Bengkulu No. 92 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair bagi

Kegiatan Industri dan Usaha lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair untuk

Kegiatan Industri Tahu dan kecap/tempe adalah 100 ml/l. Dari nilai BOD pada limbah

cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup Provinsi

Bengkulu memiliki nilai BOD yang lebih besar,dari nilai Baku Mutu yang

dipersyaratkan. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang

menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya

bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik

(Metcalf and Eddy, 2003).

Hasil analisis parameter COD pada limbah cair tahu yang di analisa

dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu dengan menggunakan

metode SNI 6989.73 : 2001 didapat hasil COD sebesar 374,4 ml/L. Nilai COD pada

sampel limbah cair tahu yaitu 374,4 ml/ l yang bermakna bahwa jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam 1 liter sampel limbah

cair tahu secara kimia adalah sebesar 374,4 ml/l . Berdasarkan Baku Mutu Keputusan

Gubenur Bengkulu No. 92 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair

33

Page 34: Copy of Laporan Magangq

bagi Kegiatan Industri dan Usaha lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair

untuk Kegiatan Industri Tahu dan kecap/tempe adalah 300 ml/l. Dari nilai COD pada

limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPT Badan Lingkungan Hidup

Provinsi Bengkulu memiliki nilai COD yang lebih besar, dari nilai Baku Mutu yang

dipersyaratkan. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam

proses oksidasi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena

kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi.

Kandungan COD merupakan kandungan bahan pencemar berupa senyawa kimia

yang menyerap oksigen terlarut (DO) dalam air yang digunakan untuk keperluan

oksidasi dan mengubahnya menjadi bentuk senyawa lain. Dengan tingginya kadar bahan

kimia yang menyerap oksigen terlarut dalam air dapat menyebabkan biota-biota yang

hidup dalam air seperti ikan dan hewan lainnya mengalami kekurangan oksigen, yang

akan berakibat menurunkan daya hidup biota tersebut, sehingga jelas bahwa

karakteristik limbah cair tahu yang mengandung kadar BOD dan COD lebih besar dari

nilai standar baku mutu yang dipersyaratkan. Apabila BOD dan COD melewati ambang

batas memiliki bahaya dan berpengaruh pada kehidupan biota air, yang nantinyadapat

menyebabkan kematian pada biota air. Kadar BOD dan COD yang tinggi juga

menunjukan tingkat pencemaran yang tinggi baik yang bersifat biologi dan bahan kimia,

karena semakin tinggi kadar pencemaran semakin tinggi pula kadar oksigen yang

digunakan oleh mikroorganisme pengurai untuk menguraikan bahan pencemar didalam

limbah cair tahu. Pencemaran yang tinggi dapat menjadi sumber penyakit bagi

masyarakat sekitar industry tahu atau tempe. Sehingga apabila limbah tersebut langsung

dibuang secara langsung kebadan penerima tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu

34

Page 35: Copy of Laporan Magangq

sehingga akan berdampak pada masyarakat di sekitar industri pengolahan tahu

merasakan bau busuk sebagai akibat dari adanya kondisi anaerobic yang menghasilkan

karbondioksida dan hydrogen sulfida.

35

Page 36: Copy of Laporan Magangq

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Hasil analisa dari limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu didapat nilai DHL, BOD dan COD

sebesar 0,99 ms/cm, 119,2 ml/l dan 374,4 ml/l.

2. Nilai DHL air limbah pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu memiliki nilai konduktivitas yang kecil . Hal

ini disebabkan limbah cair tahu banyak mengandung bahan organik. Bahan organic

seperti sukrosa dll merupakan penghantar listrik yang buruk() sehingga tidak dapat

mengalirkan listrik.

3. Berdasarkan Baku Mutu Keputusan Gubenur Bengkulu No. 92 Tahun 2001

Tentang Penetapan Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri dan Usaha

lain, di Provinsi Bengkulu. Baku mutu Limbah Cair untuk Kegiatan Industri Tahu

dan kecap/tempe . kadar maksimum yang diperbolehkan untuk BOD dan COD

yaitu : 100 ml/l dan 300 ml/l. Bila dibandingkan dengan Baku Mutu yang

dipersyaratkan limbah cair pabrik tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu memiliki nilai BOD dan COD yang lebih

besar dari nilai Baku Mutu yang dipersyaratkan. Untuk nilai DHL pada limbah cair

memiliki nilai 0,99 ms/cmNilai analisa BOD dan COD pada limbah cair pabrik

tahu yang dianalisa dilaboratorium UPTD Badan Lingkungan Hidup Provinsi

Bengkulu mengandung kadar BOD dan COD yang besar dari Baku Mutu yang

36

Page 37: Copy of Laporan Magangq

dipersyaratkan. Kandungan kadar BOD dan COD yang besar dikarenakan dalam

proses industry tahu masih menggunakan teknik pengelolaan industry tahu yang

sederhana sehingga limbah indusrti tahu yang berupa dadih (whey) banyak

mengandung polutan organic yang tinggi yang sukar didegradasi.

4.2 Saran

1. Untuk menanggulangi dampak limbah cair tahu perlu dilakukan penangana

yang serius.

2. Diperlukan teknologi yang lebih baik lagi dalam memeproduksi tahu agar

diperoleh hasil buangan limbah cair tahu yang sedikit mengandung BOD dan

COD yang besar, agar tidak berdampak pada lingkungan.

3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dalam proses mengurangi kandungan

BOD dan COD.

37

Page 38: Copy of Laporan Magangq

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius: Yogyakarta.

Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Mardana, Dwi. 2002. Copyright Sinar Harapan 2002. (http://www.sinarharapan. co.id/berita/0110/24/ipt02.html, akses 27 Desember 2010).

Nurhasanah. 2009. Penentuan kadar cod pada limbah pabrik kelapa sawit, pabrk karet

dan domestik. Meda : universitas sumatera utara.

Setyawan, P. 2009. Ikan sebagai Indikator Pencemaran   Air . Yogyakarta : Fakultas

Perikanan Yogyakarta.

W. P. Lestari. “Perbedaan EM-4 dan Starbio dalam Menurunkan Kadar TSS dan TDS Limbah Cair Batik Brotojoyo di Desa Karangpilang, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen”. Universitas Muhammadiyah Surakarta., Surakarta (2008).

W. Jana, N. K. Mardani, Suyasa dan I. W. Budiarsa, “Analisis Karakteristik Sampah Dan Limbah Cair Pasar Badung Dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaannya”. ISSN 1907-5626. ECOTROPHIC. VOLUME 1 (2) hal 2 (2006).

E. T. Marlina, Y. A. Hidayati, E. Harlia, “Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Proses Pengomposan Limbah Pasar Tradisional Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Total dan Koliform”. Universitas Padjajaran., Bandung, (2011).

N. P. Cheremisinoff, “Biotechnology For Waste And Wastewater Treatment”. USA: Noyes Publications 66 (1996).

A. Husin, “Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed-Bed”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2008).

Y. Gunawan, “Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant #48, Studi Kasus di PT Badak NGL Bontang”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).

38

Page 39: Copy of Laporan Magangq

N. I. Milasari. “Pengolahan Limbah Cair Kadar Cod Dan Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan Pengaruh Mikronutrient Cu : Kasus Limbah Industri Jamu Tradisional”. Available:http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab_1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf.(2010).

A. Kumar, P. Dhall and K. Rita, “Redefining BOD:COD Ratio Of Pulp Mill Industrial Wastewaters in BOD Analysis by Formulating a Spesific Microbial Seed”. International Biodeterioration and Biodegradation 64 : 197-202 1(2010).

MetCalf and Eddy, “Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse”, 4th edition. New York : McGraw Hill Book Co 93, 563-566 (2003).

M. S. Tarigan, Edward, “Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha”. LIPI. Sulawesi Tenggara. Makara, Sains, Vol. 7 (3) 1 (2003).

Azwir, “Analisis Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).

Sutrisno, C. T dan E. suciastuti, “Teknologi Penyediaan Air Bersih”. Rineka Cipta: Jakarta 32, 73 (2002).

Ardeniswan, Y. Mulyati, Tontowi dan A. Rahman, ”Evaluasi KembaliMetode Analisis Untuk Penetapan Nilai BOD Di Indonesia”, Buletin IPT. Vol III (2) 3-4 (1997).

APHA AWWA, WEF, “Standart of Methods For The Examination of Water And Waste Water”. 20 th Edition (1998).A. Yani. “Pengaruh Penerapan Prosedur Pengujian Pada Temperatur Ruang Terhadap Nilai Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2009).

39

Page 40: Copy of Laporan Magangq

40

Page 41: Copy of Laporan Magangq

41