Upload
shienar-cinnank-jie
View
44
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2011
adalah perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
kesehatan, peningkatan status gizi masyarakat, pengembangan
keluarga sehat sejahtera dan makin diterimanya norma keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera.
( www.google.com/search?ie=UTF-8&.oe=UTF-8&.sourceid= nauclient &
gfns = 1&q = tujuan + pembangunan + kesehatan), diakses 15 Oktober
2011.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2009, angka kematian neonatal di Indonesia sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup . Demikian pula angka kematian Ibu
(AKI) sebesar 228 kematian/100.000 kelahiran hidup. Target yang
ingin dicapai pada tahun 2015, angka kematian Ibu turun menjadi
102 kematian/100.000 kelahiran hidup.
(www.infodokterku.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=92 : kondisi-angka-kematian),
diakses 15 Oktober 2011.
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama,, dan
terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai
1
2
zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu
disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program
pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.
Kurangnya pengetahuan Ibu tentang pentingnya ASI
Eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan
tambahan dari formula. Menurut Adelia, iklan-iklan tersebut bisa
mengarahkan para ibu untuk berpikir bahwa ASI yang diberikannya
kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi
( Prasetyono sunar dwi, 2009 ).
Para Ibu telah menyusui bayinya selama lebih 30.000
generasi. Kini, alternatif lain dari ASI telah tersedia secara luas dan
mudah, tetapi kebanyakan ibu memilih menyusui sendiri, paling tidak
selama masa-masa awal karena mereka merasa itulah yang terbaik.
Memberi makan bayi dengan ASI bukan saja memberinya awal
kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga merupakan cara yang
hangat, penuh kasih dan menyenangkan. Ia merasa aman,
terlindungi dan disayang. ( Pitaloka ayudiah, 2001 )
Sebelum bayi tersebut memperoleh imunisasi aktif melalui
vaksinasi. ASI mempunyai khasiat anti infeksi yang unik. Kontak dini
antara ibu dan bayi juga mempunyai efek yang menguntungkan pada
pemberian ASI. Menyusui secara dini memungkinkan bayi memperoleh
3
kolostrum yang memberikan proteksi terhadap infeksi, memberikan gizi
yang penting, dan mempunyai efek yang menguntungkan pada kontraksi
uterus ibu. Kulit bayi dan saluran pencernaannya padat dikolonisasi oleh
mikroorganisme yang berasal dari ibu, terhadap mana ibu telah
menyediakan antibodi di dalam Air Susu Ibu.
Keberhasilan menyusui ini dicapai apabila ibu percaya diri
(confident) mantap dan dibantu lingkungan sekeliling ibu untuk menyusui.
Saat baru lahir adalah periode emas menentukan keberhasilan menyusui
saat ini ibu membutuhkan bantuan suami, keluarga, masyarakat dan
petugas kesehatan agar ibu mampu dan mengawali dan
mempertahankan sampai berhasil menyusui. Sebaliknya bila lingkungan
tidak mendukung terutama saat bayi baru lahir ibu terganggu oleh romosi
susu formula/botol atau dot, maka menjadi sukar untuk mantap atau
berhasil menyusui. Sebaliknya terjadilah kegagalan menyusui.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 Bayi yang mengalami gizi kurang
sebanyak 31 bayi dan 467 (23,32%) kurang energi protein berat.
Berdasarkan data lokal yang diperoleh pada tahun 2008 terdapat 213
(10,63%) bayi yang mengalami gizi kurang dan pada tahun 2009
sebanyak 47 bayi yang mengalami gizi kurang (Dinkes Propinsi Sulawesi
Selatan)
Banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, namun
4
kenyataannya belum dapat mencapai target Nasional yaitu 80%.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
pada tahun 2009 jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sebanyak
48,4%. Khusus Kabupaten Bulukumba berturut-turut pada tahun 2008
didapatkan bahwa hanya 3402 (46,67) bayi yang mendapatkan ASI
Eksklusif dan pada tahun 2009 sebanyak 2997 (34,50%) jumlah bayi
yang diberi ASI Eksklusif. Dan lebih fokus lagi pada Puskesmas
Batang pencapaian ASI Eksklusif Tahun 2008 didapatkan hanya 237
(69%) bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif, dan pada tahun 2009
sebanyak 106 (68,8%) bayi yang diberi ASI Eksklusif. Dari data
tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan pemberian ASI
Eksklusif dari tahun ke tahun dan hal ini sangat memprihatinkan.
Berdasarkan hal-hal diatas membuat penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010 ?
2. Apakah tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010 ?
3. Apakah status pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010 ?
4. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010 ?
6
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang faktor–faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
2. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
3. Untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
4. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
pemberian ASI Ekslusif pada bayi di Wilayah Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
7
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan ilmiah dalam peningkatan ilmu pengetahuan
khususnya pemberian ASI Ekslusif dan merupakan acuan bagi peneliti
selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat dan
menjadi bahan masukan bagi institusi terkait agar dapat mengambil
kebijakan dalam meningkatkan pemberian ASI Ekslusif.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat memperoleh suatu pengalaman yang sangat berharga
dalam upaya memperluas wawasan dan menambah pengetahuan
tentang pemberian ASI Ekslusif.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Air Susu Ibu (ASI) ( Kristiyansari,2009)
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI
tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi.
Produksi ASI untuk setiap ibu tidak sama karena tergantung dari
para ibu biasanya enggan memberikan ASI Ekslusif pada bayinya,
bahkan sengaja membuangnya. Bentuk ASI Ekslusif agak kasar karena
mengandung butiran–butiran lemak, dan juga sel–sel epitel.
Dalam keadaan normal, cadangan tenaga dan air dibawa sejak
lahir cukup untuk kebutuhan pertama bayi pada hari–hari pertama
kehidupannya, sementara proses menyusui belum mantap. Bayi dibiarkan
menyusu sepuasnya dan sesering mungkin tanpa jadwal yang ketat.
Hisapan bayi yang kuat akan memperlancar dan mempercepat
pemantapan proses menyusu. Hal ini menjamin bahwa bayi akan
mendapat ASI Ekslusif. Pemberian ASI Ekslusif sangat menguntungkan
karena mengandung pelindung, mengandung zat gizi yang lengkap, dan
merangsang kematangan mukosa usus bayi.
Konsentrasi kadar immunoglobulin yang terdapat di dalam ASI
Ekslusif dari ibu–ibu yang menyusui dari masyarakat yang mempunyai
8
9
latar belakang social ekonomi yang berbeda, demikian pula dengan
geografis, dan suku, ternyata kurang lebih sama dan relativ sama untuk
jangka waktu beberapa bulan menyusu. Alasan utama menyusui bayi
karena adanya sifat anti infeksi di dalam ASI yang melindungi bayi
terhadap infeksi, terutama diare dalam lingkungan yang kurang sehat. ASI
Ekslusif dapat memberikan efek perlindungan pada bayi sampai 6 bulan
pertama kehidupannya. Pemberian ASI Ekslusif mempunyai implikasi
terhadap kesehatan bayi.
Sewaktu anak bertambah usianya, anjurkan keluarga agar:
1. Tetap sering memberikan ASI
2. Meningkatkan jumlah makanan yang diberikan pada waktu makan dan
memberikan sebanyak yang diinginkan anak dengan dorongan aktif.
3. Berangsur-angsur menambah jumlah makanan. Memberikan makanan
tambahan tiga kali sehari pada usia 6-7 bulan, dan meningkatkan
sedikitnya lima kali (3 kali makan dan dua kali kudapan dalam sehari)
pada usia 12 bulan.
Pada awalnya, membuat makanan yang lunak, selanjutnya
melumatkan atau mendorong makanan menjadi bagian-bagian kecil.
Adapun keuntungan bagi bayi apabila mendapat ASI Ekslusif
adalah :
1. ASI Ekslusif cukup mengandung air sehingga tidak perlu lagi memberi
air atau air gula pada bayi.
10
2. ASI Ekslusif mengandung “Zat anti Infeksi” atau kekebalan yang
berguna untuk menghindari bayi dari pengaruh infeksi terutama diare.
3. ASI Ekslusif mengandung zat pencahar yang sangat baik untuk
memperlancar pengeluaran kotoran bayi yang pertama .
4. ASI Ekslusif mempersiapkan alat pencernaan bayi agar dapat
menyerap ASI.
Adapun komposisi ASI Ekslusif dan ASI Matur dibandingkan dengan
susu sapi adalah sebagai berikut :
KomposisiASI Ekslusif (hari 1 – 5)
ASI Matur (> 30 hari)
Susu Sapi
Energi (Kcal/dl)
Lemak (g/dl)
Asam Lemak Tak Jenuh
Rantai Panjang (% total lemak)
Protein (g/dl)
Kasein (g/dl)
Lactal bumin (g/dl)
Whey lactoferin (g/dl)
Ig A (g/dl)
Lakt osa (g/dl)
Vitamin A (RE) (yg/dl)
Kalsium (mg/dl)
Natrium (mg/dl)
Zat besi (mg/dl)
58,0
2,9
-
2,3
0,5
-
0,5
0,5
5,3
151
28
48
-
70,0
4,2
14
0,9
0,4
0,3
0,2
0,2
7,3
75
30
15
0,08
65,0
3,8
3
3,3
2,5
0,1
Trace
0,003
4,7
40
125
47
0,005
Sumber : Kristiyansari, 2009.
Di samping komposisi yang terkandung di dalamnya, pemberian
ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu ;
- Steril, aman dari pencemaran kuman
11
- Selalu tersedia dengan suhu yang optimal
- Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
- Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh kuman atau virus
- Bahaya alergi tidak ada.
B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat (www.google.com /search?
ie=UTF-8&.oe=UTF-8&.sourceid= nauclient &gfns=1&q=
pengertian+pendidikan, diakses 22 Maret 2011).
Secara sederhana pendidikan diartikan sebagai suatu
kehidupan berupa proses pemindahan kebudayaan dari generasi ke
generasi berikutnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam
pembentukan sikap dan perilaku seseorang, karena pendidikan pada
hakekatnya bertujuan untuk mengubah perilaku.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam
dirinya sendiri dan dari luar. Faktor dari dalam meliputi semua
potensi yang dibawa individu sejak lahir. Setiap manusia mempunyai
potensi yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, segi sosial,
bakat, minat dan dalam potensi ini akan tetap terpendam jika tidak
dikembangkan melalui pendidikan sehingga ditinjau dari potensi,
12
pendidikan mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi
tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk kepribadian
seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu
dipengaruhi dan berkaitan dengan orang lain .
Dengan pendidikan seseoarang dapat berperilaku hidup sehat,
baik dalam pencarian pengobatan maupun dalam hal pencegahan
penyakit serta peningkatan derajat kesehatanya.
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari
bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menghindari
atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan
kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan
bilamana sakit dan sebagainya. Kesadaran masyarakat di atas
disebut tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan atau
disebut “melek kesehatan” (health literacy).
Dengan adanya diskriminasi terhadap wanita, sehingga masih
banyak dijumpai kebiasaan dikalangan masyarakat yang berkaitan
dengan adat istiadat, budaya dan sistem sosial yang kurang
memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memperoleh
pendidikan yang memadai.
Pendidikan ibu adalah jenjang formal yang pernah ditempuh ibu
selama hidupnya, pendidikan yang diperoleh di sekolah secara
13
teratur, sistematis, bertingkat dan mengikuti sarat – sarat yang jelas
dan ketat dimulai dari taman kanak – kanak (TK), sampai perguruan
tinggi (PT).
Pendidikan, khususnya pendidikan ibu sangat berpengaruh kuat
terhadap kelangsungan hidup anak dan bayinya. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dan
kematian bayi dan anak. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai
tingkat kematian bayi yang rendah sebaiknya ibu yang berpendidikan
rendah mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi. Tingkat
kematian bayi dan anak dua kali lipat lebih tinggi pada ibu yang tidak
pernah sekolah dibandingkan pada ibu dengan pendidikan SLTP
keatas, dan tiga kali lipat dibandingkan ibu yang lulus SLTA .
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadp suatu obyek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Menurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
14
kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami ( Comprehention )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis ( Analysys )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi dan ada kaitan satu sama lain.
5. Sintesa ( Syntesis )
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru
dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun,
menggunakan, meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
15
(www.google.com/search? ie=UTF-8&. oe =UTF-8&.sourceid=
nauclient &gfns= 1&q=
pengertian+pengetahuan+tingkat+pengetahuan, diakses 22 Maret
2011.
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan wawancara atau angket
yang menyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat–tingkat tersebut. Mengukur
pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan
membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam
arti luas.
D. Tinjauan Umum Tentang Pekerjaan
Bekerja/punya pekerjaan adalah mereka yang selama seminggu
sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan
memperoleh atau membentu memperoleh penghasilan atau
keuntungan.
Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam
pekerjaan. Terdiri dari : bekerja sendiri, berusaha dibantu dengan
buruh tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap,
buruh/karyawan/pekerja dibayar, pekerja tidak dibayar.
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit melalui
beberapa jalan yakni :
16
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang berlangsung dapat
menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas
beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan
kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan strees (yang telah dikenal
sebagai faktor yang berperan pada timbulnya Hypertensi, usus
lambung).
c. Ada tidaknya “Gerak badan”di dalam pekerjaan.
d. Karena berkerumun dalam suatu tempat yang relative sempit,
maka dapat terjadai proses penularan penyakit antara pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait
dengan pekerjaan.
Hubungan antara pekerjaan dengan masalah kesehatan
disebabkan tiga hal pkok, yaitu:
a. Adanya risiko pekerjaan
Setiap pekerjaan mempunyai risiko tertentu dan karena itulah jenis
penyakit yang dideritanya akan berbeda pula.
b. Adanya seleksi alamiah dalam memilih pekerjaan
Secara alamiah terdapat perbedaan dalam memilih pekerjaan yang
diinginkan. Seseorang yang bertubuh lemah, secara naluriah
berupaya menghindari pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik
yang berat, demikian pula sebaliknya untuk mereka yang bertubuh
kuat.
17
c. Adanya perbedaan yang berstatus sosial ekonomi
Perbedaan pekerjaan yang dimiliki seseorang yang
menyebabkan terdapatnya perbedaan status sosial ekonomi yang
dimiliki. Adanya perbedaan penyakit yang diderita.
Jenis pekerjaan sebagai salah satu variabel dalam penelitian
dianggap dapat berperan dalam timbulnya suatu penyakit atau
penyembuhannya. Timbulnya penyakit akibat pekerjaan data melalui
beberapa jalan yakni :
a. Adanya faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi,
benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress
c. Ada tidaknya gerak badan dalam pekerjaan
Karena berkumpul dalam suatu tempat yang relative
sempit,maka dapat terjadi penularan penyakit antara para pekerja.
E. Tinjauan umum Tentang Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah motivasi yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain untuk melakukan suatu aktivitas dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi yang diberikan bisa berupa pikiran,
tenaga atau materi.
Menurut UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau ayah
18
dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dalam konteks pembangunan
nasional keluarga tidak saja langsung dituntut berperan tetapi secara
bertahap dibangun menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Dukungan keluarga merupakan motivasi yang diberikan keluarga
agar ibu memberikan ASI Ekslusif pada bayi baru lahir. Dukungan yang
diberikan berupa anjuran untuk mengingatkan ibu untuk memberikan ASI
Ekslusif pada bayi baru lahir, keluarga sebagai orang terdekat ibu,
mempunyai peran yang penting dalam menentukan sikap ibu untuk
memberikan ASI Ekslusif pada bayi baru lahir.
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya
yang merupakan landasan teoritik yang mendasari penyusunan kerangka
konsep maka telah diidentifikasi beberapa variabel yang dianggap
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
pemberian ASI ekslusif. Dari tinjauan pustaka itu pula telah ditetapkan
variabel independent yakni ; tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan,
dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan.
Landasan teori yang digunakan mengacu pada pendapat , Jeda et
al 2009 yang menyatakan bahwa makin rendahnya pemberian ASI
ekslusif pada bayi baru lahir berkaitan dengan faktor pengetahuan, status
pekerjaan, dukungan keluarga terdekat, dukungan petugas yang
mewarnai perilaku ibu. Masing–masing variabel yang terlibat dalam
hubungan secara sistematis diuraikan sebagai berikut :
a. Pemberian ASI ekslusif
Pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang ada pada diri responden maupun lingkungannya.
Faktor–faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap
pemberian ASI ekslusif antara lain tingkat pengetahuan ibu, status
pekerjaan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan.
19
20
Seorang ibu bersalin diharapkan untuk memberikan ASI
eksklusif maksimal 30 menit setelah melahirkan. Apabila ibu bersalin
memberikan ASI ekslusif pada bayi baru lahir maka bayi mendapatkan
suatu manfaat antara lain : memperoleh kekebalan, terhindar dari
diare, tercukupi kebutuhan gizi, memperoleh kasih sayang yang
sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
selanjutnya. Pemberian ASI ekslusif merupakan salah satu hak anak
dan menunjukkan bahwa bayi mendapatkan standar dalam
perawatan/asuhan bayi baru lahir sesuai dengan standarisasi.
b. Tingkat Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan
sudah diperoleh, pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan di
pusat pelayanan yang tersedia, kampanye pemberian ASI ekslusif
dengan berbagai program di media cetak, dan elektronik, di rumah
sakit saat pemeriksaan kehamilan di poliklinik maupun saat persalinan
di kamar bersalin, serta perawatan di ruang nifas.
Dengan informasi tersebut diharapkan tingkat pengetahuan
tentang pemberian ASI ekslusif telah menyebar serta mempertinggi
pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir oleh ibu bersalin.
21
c. Status Pekerjaan Ibu
Yang dimaksud dengan status pekerjaan adalah kedudukan
seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan
dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam
seminggu yang lalu.
Sayang pada saat ini banyak ibu yang harus bekerja baik
karena tingkat pendidikan yang dimiliki maupun karena tuntutan
ekonomi keluarga, sehingga mengurangi waktu menyusui apalagi bila
di tempat kerja tidak memberikan cuti yang cukup dan tidak
menyediakan tempat khusus untuk menyusui.
d. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga meruapakan motivasi yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain untuk melakukan suatu aktivitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi yang diberikan bisa
berupa pikiran, tenaga dan materi. Dukungan keluarga sangat
diperlukan untuk memotivasi ibu dalam memberikan ASI ekslusif pada
bayi baru lahir.
e. Pendidikan
Pendidikan, khususnya pendidikan ibu sangat berpengaruh kuat
terhadap kelangsungan hidup anak dan bayinya. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dan
kematian bayi dan anak. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai
22
tingkat kematian bayi yang rendah sebaiknya ibu yang berpendidikan
rendah mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi
B. Pola Pikir Penelitian
Berdasarkan hasil pemikiran variabel yang telah dipaparkan maka
dapat digambarkan model hubungan variabel yang diteliti sebagai berikut:
Gambar 1.
Pola pikir variabel yang diteliti
Keterangan
: Variabel Dependen
: Variabel independent
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan Ibu
Status Pekerjaan Ibu
Dukungan Keluarga
Pemberian ASI Ekslusif
23
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. ASI Ekslusif
ASI Ekslusif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemberian
ASI segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan.
Kriteria Objektif :
a. Memberikan : Apabila memberikan ASI Ekslusif pada bayi
Sampai usia 6 bulan.
b. Tidak memberikan : Apabila tidak memberikan ASI Ekslusif pada
bayi baru lahir sampai usia 6 bulan.
2. Tingkat Pengetahuan Ibu
Tingkat pengetahuan adalah tinggi rendahnya pengetahuan
responden tentang ASI Ekslusif dalam hal ini adalah arti dan manfaat
ASI Ekslusif bagi bayi baru lahir.
Kriteria Objektif :
a. Cukup : Apabila skor yang diperoleh responden ≥ 60%
b. Kurang : Apabila total skor yang diperoleh responden < 60%.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu adalah pendidikan formal yang pernah
ditamatkan oleh ibu dengan mengacu kepada Undang-undang
SISDIKNAS tentang wajid belajar 9 tahun
Kriteria Objektif :
a. Cukup : bila responden menamatkan pendidikan minimal
tamat SLTA
24
b. Kurang : bila responden menamatkan pendidikannya maksimal
hanya tamat SLTP
4. Status Pekerjaan Ibu
Yang dimaksud dengan status pekerjaan ibu adalah kedudukan ibu
dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan dan mendapat
imbalan jasa.
Kriteria Objektif :
a. Bekerja : Apabila ibu bekerja
b. Tidak bekerja : Apabila ibu tidak bekerja
5. Dukungan Keluarga
Yang dimaksud dengan dukungan keluarga pada penelitian ini ialah
apabila keluarga (suami, saudara, orang tua, ataut orang lain)
memberitahu, mengingatkan, menganjurkan atau memberikan
bantuan pada ibu untuk memberikan ASI Ekslusif.
a. Cukup : Apabila total skor yang dicapai oleh responden ≥ 60%
b. Kurang : Apabila total skor yang dicapai oleh responden < 60%.
D. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian
ASI Ekslusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
b. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI Ekslusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
25
c. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba tahun 2010.
d. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI
Ekslusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten
Bulukumba tahun 2010.
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan Cros
sectional Study yaitu variable independent (tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, status pekerjaan, dan dukungan keluarga) dan variable
dependen (pemberian ASI ekslusif pada periode waktu yang sama).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki
bayi 0 – 6 bulan di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
26
27
2. Sampel
a. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memberikan
ASI Ekslusif di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2010.
b. Besar Sampel
Adapun besar sampel yang ditetapkan dengan menggunakan
rumus untuk satu proporsi (Stanley Lemeshow, 1997)
n = NZ2Pq
d2(N – 1)+Zpq
Keterangan :
N : Besar populasi (ibu bersalin tahun 2010) = 156
n : Besar sampel
: tingkat kepercayaan 95 % (0,05)
Z : Nilai standar normal ( = 0,05) = 1,95
P : Perkiraan proporsi sampel = 0,5
q : I – P = 0,5
d : Derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05
Berdasarkan rumus di atas, maka dapat ditentukan besar sampel
sebagai berikut :
n : 156(1,96)2(0,5(0,5)
(0,5)2(278 – 1) + )1,96)2(a5)(0,5)
n : 246,02452
1,57784
= 87
28
D. Cara Penarikan Sampel
Penarikan sampel dilakukan secara “Simple Random Sampling”
dengan langkah–langkah sebagai berikut :
1. Melakukan listing terhadap semua ibu bersalin
2. Selanjutnya dari listing dibuat kerangka sampel (sample frame)
3. Menemukan satu nomor sebagai titik tolak menarik sampel
4. Menarik satu nomor sebagai titik tolak menarik sampel.
5. Melakukan observasi dan wawancara terhadap responden yang
terpilih.
E. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Diperoleh melalui teknik interview (wawancara lansung kepada
responden yang melahirkan dengan menggunakan kuesioner yang
telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian)
2. Data Sekunder
Dikumpulkan melalui laporan bulanan dan tahunan Puskesmas Batang
Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba tahun 2010 dan instansi
yang terkait dengan penelitian ini.
F. Analisis Data
1. Analisa data dengan uji Univariat
Analisa ini dilakukan pada masing masing variable untuk
mengetahui gambaran umum secara distribusi frekuensi.
29
2. Analisa data dengan uji Bivariat
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
menggunakan SPSS For Windows. Analisis data dilakukan dengan
mengisi hipotesis nol (Ho) dengan menggunakan rumus Chi Square
(X2) untuk mengetahui Analisa dan interpretasi data ada atau tidak
adanya hubungan variabel independen dan dependen dengan rumus
sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel Kontigensi 2x2 Variabel
Independen
Variabel Dependen Jumlah
Kategori 1 Kategori 2
Kategori 1
Kategori 2
a
c
b
d
a + b
c + d
Jumlah a + c b + d a + b + c + d
X2 =
Keterangan :
X2 : Ukuran mengenai perbedaan yang terdapat antara frekuensi yang
diobservasi dan diharapkan
O : Frekuensi yang observasi (observasi)
E : Frekuensi yang diharapkan (expected)
DF : (C-1) (R-1) dimana: C = coloum (kolom)
R = Row (baris) Penilaian : a. Dianggap ada hubungan jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel
b. Dianggap tidak ada hubungan jika X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel
30
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba tahun 2011, sejak bulan Desember 2010 sampai
Januari tahun 2011 , yang mana proses pengumpulan data dilakukan
dengan mengobservasi ibu bayi di Puskesmas Batang.
Banyaknya sampel yang berhasil diwawancarai berjumlah 87 ibu
yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan. Hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut dalam
bentuk tabel:
1. Analisis univariat
Analisis univariat terutama diarahkan untuk menilai kelayakan
variabel yang telah diukur pada saat penelitian dilakukan dengan
melihat distribusi secara umum. Selain itu pula dimaksudkan untuk
melihat distribusi beberapa yang dianggap relevan dengan penelitian
yang didistribusikan dalam tabel sebagai berikut ini :
a. Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 1 Distribusi Ibu Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif di
Puskesmas Batang Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Pemberian ASI Ekslusif Frekuensi Persentase
Memberikan 62 71,2
31
Tidak memberikan 25 28,8
Jumlah 87 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin
di Puskesmas Batang memberikan ASI Ekslusif kepada bayi
mereka yaitu sebanyak 71,2%, dan yang tidak memberikan ASI
ekslusif kepada bayi mereka sebanyak 28,8%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu bersalin sudah sadar tentang pentingnya pemberian ASI
ekslusif, terbukti dengan banyaknya ibu bersalin yang
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka.
b. Tingkat Pendidikan
Tabel 2 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Puskesmas Batang Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Tingkat Pendidikan Frekuensi PersentaseCukup 57 65,5
Kurang 30 34,5
Jumlah 87 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang tingkat pendidikannya minimal tamat SMP
(cukup) yaitu sebanyak 65,5%, dan yang tingkat pendidikannya
kurang yaitu sebanyak 34,5%.
32
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu bersalin tingkat pendidikannya sudah termasuk kategori
cukup. Dengan tingkat pendidikan yang cukup, maka ibu
bersalin akan mudah untuk menerima informasi yang berkaitan
dengan ASI ekslusif.
c. Pengetahuan
Tabel 3 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
Puskesmas Batang Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase
Cukup 64 73,5
Kurang 23 26,5
Jumlah 87 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yaitu
sebanyak 73,5%, dan yang tingkat pengetahuannnya kurang yaitu
sebanyak 26,5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu bersalin sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
pemberian ASI ekslusif, terbukti dengan banyaknya ibu bersalin
yang tahu tentang ASI ekslusif.
33
d. Status Bekerja
Tabel 4 Distribusi Ibu Berdasarkan Status Bekerja di Puskesmas Batang Kabupaten Bulukumba
Tahun 2011Status Bekerja Frekuensi Persentase
Tidak bekerja 56 64,3
Bekerja 31 35,7
Jumlah 87 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang tidak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak
64,3%, dan yang memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 35,7%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu di Puskesmas Batang lebih banyak yang tidak bekerja atau
sebagai ibu rumah tangga saja, hal ini memungkinkan kepada
meraka untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka.
e. Dukungan Keluarga
Tabel 5 Distribusi Ibu Berdasarkan Dukungan Keluarga di
Puskesmas Batang Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase
Cukup 60 68,9
Kurang 27 31,1
Jumlah 87 100,0
Sumber : Data Primer, 2011
34
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang mendapatkan dukungan keluarga (cukup)
yaitu sebanyak 68,9%, dan yang tidak mendapatkan dukungan
keluarga (kurang) yaitu sebanyak 31,1%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
ibu sudah mendapatkan dukungan dari keluarga mereka untuk
memberikan ASI ekslusif, hal ini akan memungkinkan untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka.
2. Analisis Bivariat
Pada tahap ini dilakukan tabulasi silang antara variabel
independent (pendidikan, pengetahuan, status pekerjaan, dan
dukungan keluarga) dengan variabel dependen (pemberian ASI
ekslusif), dengan hasil sebagai berikut :
a. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 6. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bayi di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Pendidikan IbuPemberian ASI Ekslusif
Jumlah
X2
(p)Memberikan Tidak memberikan
N % N %Cukup 50 87,7 7 12,3 57 85,1
(0,000)Kurang 12 40,0 18 60,0 30
Jumlah 62 71,2 25 28,8 87
Sumber : Data Primer, 2011
35
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 57 ibu bayi di Puskesmas
Batang yang memiliki pendidikan yang cukup sebagian besar
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 87,7%,
sedangkan dari 42 ibu bayi di Puskesmas Batang yang tingkat
pendidikannya kurang sebagian besar tidak memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka yaitu sebanyak 60,0%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (85,1) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu
semakin memungkinkan ibu bersalin untuk memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka, hal ini disebabkan karena dengan pendidikan
yang cukup ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi yang
disampaikan kepada mereka.
b. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 7. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bayi di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Pengetahuan IbuPemberian ASI Ekslusif
JumlahX2
(p)Memberikan Tidak
memberikanN % N %
Cukup 58 90,6 6 9,4 64 79,6(0,000)Kurang 4 17,3 19 82,7 23
Jumlah 62 71,2 25 28,8 87
Sumber : Data Primer, 2011
36
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 64 ibu di Puskesmas Batang
yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebagian besar
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 90,6%,
sedangkan dari 23 ibu di Puskesmas Batang yang tingkat
pengetahuannya kurang sebagian besar tidak memberikan ASI
ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 82,7%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (79,6) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu
mengenai pemberian ASI semakin memungkinkan ibu bersalin untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka, hal ini disebabkan
karena dengan pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI ekslusif maka
cenderung mereka akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka.
37
c. Hubungan Status Bekerja dengan Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 8. Hubungan Status Bekerja dengan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bayi di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Status Bekerja IbuPemberian ASI Ekslusif
Jumlah
X2
(p)Memberikan Tidak memberikan
N % N %Tidak bekerja 51 91,0 5 9,0 56 90,8
(0,000)Bekerja 11 35,4 20 64,6 31
Jumlah 62 71,2 25 28,8 87
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 56 ibu di Puskesmas Batang
yang tidak bekerja sebagian besar memberikan ASI ekslusif kepada
bayi mereka yaitu sebanyak 91,0%, sedangkan dari 31 ibu di
Puskesmas Batang yang memiliki pekerjaan sebagian besar tidak
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 64,6%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (90,8) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
status bekerja ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka, sebaliknya ibu yang
bekerja cenderung tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja tidak memiliki
waktu yang cukup untuk memberikan ASI kepada bayi mereka.
38
d. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 9. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Ekslusif pada Ibu Bayi di Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten BulukumbaTahun 2011
Dukungan keluargaPemberian ASI Ekslusif
Jumlah
X2
(p)Memberikan Tidak memberikan
N % N %Cukup 56 93,3 4 6,7 60 107,0
(0,000)Kurang 6 22,2 21 77,8 27
Jumlah 62 71,2 25 28,8 87
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 60 ibu di Puskesmas Batang
yang mendapatkan dukungan keluarga (cukup) sebagian besar
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 93,3%,
sedangkan dari 27 ibu di Puskesmas Batang yang tidak mendapatkan
dukungan keluarga sebagian besar tidak memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka yaitu sebanyak 77,8%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (110,0) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin
di Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mendapatkan
dukungan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka maka cenderung mereka akan memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka, sebaliknya ibu bersalin yang tidak mendapatkan
39
dukungan keluarga maka cenderung tidak memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka.
B. Pembahasan
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan
harkat manusia.Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Oleh karna itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Secara sederhana pendidikan diartikan sebagai suatu
kehidupan berupa proses pemindahan kebudayaan dari generasi ke
generasi berikutnya. Pendidikan memegang peranan penting dalam
pembentukan sikap dan perilaku seseorang, karena pendidikan pada
hakekatnya bertujuan untuk mengubah perilaku.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang tingkat pendidikannya minimal tamat SMP
(cukup) yaitu sebanyak 65,5%, dan yang tingkat pendidikannnya
kurang yaitu sebanyak 34,5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
bersalin tingkat pendidikannya sudah termasuk kategori cukup.
Dengan tingkat pendidikan yang cukup, maka ibu bersalin akan
mudah untuk menerima informasi yang berkaitan dengan ASI
40
ekslusif.. Bila dikaitkan dengan pemberian ASI ekslusif diperoleh
bahwa dari 57 ibu bayi di Puskesmas Batang yang memiliki
pendidikan yang cukup sebagian besar memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka yaitu sebanyak 87,7%, sedangkan dari 42 ibu
bayi di Puskesmas Batang yang tingkat pendidikannya kurang
sebagian besar tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka
yaitu sebanyak 60,0%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (85,1) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
pendidikan ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu
semakin memungkinkan ibu bersalin untuk memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka, hal ini disebabkan karena dengan pendidikan
yang cukup ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi yang
disampaikan kepada mereka.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam
dirinya sendiri dan dari luar. Faktor dari dalam meliputi semua
potensi yang dibawa individu sejak lahir. Setiap manusia mempunyai
potensi yang dapat mengembangkan pikiran, perasaan, segi sosial,
bakat, minat dan dalam potensi ini akan tetap terpendam jika tidak
dikembangkan melalui pendidikan sehingga ditinjau dari potensi,
pendidikan mempunyai tugas untuk mengaktualisasikan potensi
41
tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terbentuk kepribadian
seseorang yang boleh dikatakan hampir semua kelakuan individu
dipengaruhi dan berkaitan dengan orang lain (Nasution, 1995).
Dengan pendidikan seseoarang dapat berperilaku hidup sehat,
baik dalam pencarian pengobatan maupun dalam hal pencegahan
penyakit serta peningkatan derajat kesehatanya.
Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari
bagaimana cara memelihara kesehatan, bagaimana menghindari
atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan
kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan
bilamana sakit dan sebagainya. Kesadaran masyarakat di atas
disebut tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan atau
disebut “melek kesehatan” (health literacy) (Notoadmodjo, 2007)
Dengan adanya diskriminasi terhadap wanita, sehingga masih
banyak dijumpai kebiasaan dikalangan masyarakat yang berkaitan
dengan adat istiadat, budaya dan sistem sosial yang kurang
memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memperoleh
pendidikan yang memadai.
Pendidikan ibu adalah jenjang formal yang pernah ditempuh ibu
selama hidupnya, pendidikan yang diperoleh di sekolah secara
teratur, sistematis, bertingkat dan mengikuti sarat – sarat yang jelas
42
dan ketat dimulai dari taman kanak – kanak (TK), sampai perguruan
tinggi (PT).
Pendidikan, khususnya pendidikan ibu sangat berpengaruh kuat
terhadap kelangsungan hidup anak dan bayinya. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dan
kematian bayi dan anak. Ibu dengan pendidikan tinggi mempunyai
tingkat kematian bayi yang rendah sebaiknya ibu yang berpendidikan
rendah mempunyai tingkat kematian bayi yang tinggi. Tingkat
kematian bayi dan anak dua kali lipat lebih tinggi pada ibu yang tidak
pernah sekolah dibandingkan pada ibu dengan pendidikan SLTP
keatas, dan tiga kali lipat dibandingkan ibu yang lulus SLTA .
2. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup yaitu
sebanyak 73,5%, dan yang tingkat pengetahuannnya kurang yaitu
sebanyak 26,5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
bersalin sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
pemberian ASI ekslusif, terbukti dengan banyaknya ibu bersalin yang
43
tahu tentang ASI ekslusif. Bila dikaitkan dengan pemberian ASI
ekslusif diperoleh bahwa dari 64 ibu di Puskesmas Batang yang
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebagian besar memberikan
ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 90,6%, sedangkan
dari 23 ibu di Puskesmas Batang yang tingkat pengetahuannya kurang
sebagian besar tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka
yaitu sebanyak 82,7%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (79,6) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu
mengenai pemberian ASI semakin memungkinkan ibu bersalin untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka, hal ini disebabkan
karena dengan pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI ekslusif maka
cenderung mereka akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hapsari tahun 2001 yang mengatakan bahwa pengetahuan
berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif kepada bayi mereka,
dengan pengetahuan yang cukup yang dimiliki oleh ibu tentang ASI
ekslusif maka semakin besar kemungkinannya untuk memberikan ASI
ekslusif kepada bayi mereka.
44
Pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif diharapkan
sudah diperoleh, pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan di
pusat pelayanan yang tersedia, kampanye pemberian ASI ekslusif
dengan berbagai program di media cetak, dan elektronik, di rumah
sakit saat pemeriksaan kehamilan di poliklinik maupun saat persalinan
di kamar bersalin, serta perawatan di ruang nifas.
Dengan informasi tersebut diharapkan tingkat pengetahuan
tentang pemberian ASI ekslusif telah menyebar serta mempertinggi
pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir oleh ibu bersalin.
3. Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit
usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling
sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu.
Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang tidak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 64,3%,
dan yang memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 35,7%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang lebih banyak yang tidak bekerja atau sebagai ibu
rumah tangga saja, hal ini memungkinkan kepada meraka untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka. Bila dikaitkan dengan
pemberian ASI ASI ekslusif diperoleh bahwa dari 56 ibu di Puskesmas
Batang yang tidak bekerja sebagian besar memberikan ASI ekslusif
45
kepada bayi mereka yaitu sebanyak 91,0%, sedangkan dari 31 ibu di
Puskesmas Batang yang memiliki pekerjaan sebagian besar tidak
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 64,6%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (90,8) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
status bekerja ibu dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin di
Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka, sebaliknya ibu yang
bekerja cenderung tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka, hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja tidak memiliki
waktu yang cukup untuk memberikan ASI kepada bayi mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Paiman tahun 2007 yang mengatakan bahwa pekerjaan
berhubungan dengan pemberian ASI kepada bayi mereka, ibu yang
memiliki pekerjaan cenderung tidak memiliki waktu untuk memberikan
ASI kepada bayi mereka, sebaliknya ibu yang tidak memiliki pekerjaan
cenderung memiliki waktu yang cukup untuk memberikan ASI kepada
bayi mereka.
Sayang pada saat ini banyak ibu yang harus bekerja baik
karena tingkat pendidikan yang dimiliki maupun karena tuntutan
ekonomi keluarga, sehingga mengurangi waktu menyusui apalagi bila
46
di tempat kerja tidak memberikan cuti yang cukup dan tidak
menyediakan tempat khusus untuk menyusui.
4. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah motivasi yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain untuk melakukan suatu aktivitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi yang diberikan bisa
berupa pikiran, tenaga atau materi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu di
Puskesmas Batang mendapatkan dukungan keluarga (cukup) yaitu
sebanyak 68,9%, dan yang tidak mendapatkan dukungan keluarga
(kurang) yaitu sebanyak 31,1%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
sudah mendapatkan dukungan dari keluarga mereka untuk
memberikan ASI ekslusif, hal ini akan memungkinkan untuk
memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka. Bila dikaitkan dengan
pemberian ASI ekslusif diperoleh bahwa dari 60 ibu di Puskesmas
Batang yang mendapatkan dukungan keluarga (cukup) sebagian
besar memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak
93,3%, sedangkan dari 27 ibu di Puskesmas Batang yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga sebagian besar tidak memberikan
ASI ekslusif kepada bayi mereka yaitu sebanyak 77,8%.
Hasil analisis statistik diperoleh nilai X2 hitung (110,0) > X2 tabel
(3,841) dan nilai p (0,000) < 0,05, hal ini berarti ada hubungan antara
47
dukungan keluarga dengan pemberian ASI ekslusif pada ibu bersalin
di Puskesmas Batang.
Hal ini menunjukkan bahwa ibu bersalin yang mendapatkan
dukungan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka maka cenderung mereka akan memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka, sebaliknya ibu bersalin yang tidak mendapatkan
dukungan keluarga maka cenderung tidak memberikan ASI ekslusif
kepada bayi mereka.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rini tahun 2001 yang mengatakan bahwa ibu yang mendapat
dukungan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka cenderung akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi
mereka sesaat setelah melahirkan.
Menurut UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau ayah
dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Dalam konteks pembangunan
nasional keluarga tidak saja langsung dituntut berperan tetapi secara
bertahap dibangun menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Dukungan keluarga merupakan motivasi yang diberikan
keluarga agar ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi baru lahir.
Dukungan yang diberikan berupa anjuran untuk mengingatkan ibu
untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi baru lahir, keluarga sebagai
48
orang terdekat ibu, mempunyai peran yang penting dalam menentukan
sikap ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada bayi baru lahir.
49
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
a. Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif,
hal ini berarti bahwa ibu yang memiliki pendidikan yang cukup
cenderung akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka
sebaliknya ibu yang memiliki tingkat pendidikan kurang cenderung tidak
memberikan ASI esklusif kepada bayi mereka.
b. Tingkat pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif,
hal ini berarti bahwa ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup
cenderung akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka
sebaliknya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang cenderung
tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka.
c. Status pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif pada
ibu bersalin, hal ini berarti bahwa ibu yang tidak memilki pekerjaan
cenderung memiliki banyak waktu untuk menyusui bayi mereka
sebaliknya ibu yang bekerja kurang memiliki waktu untuk memberikan
ASI kepada bayi mereka.
d. Dukungan keluarga berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif pada
ibu bersalin, hal ini berarti bahwa ibu yang mendapatkan dukungan dari
keluarga cenderung akan memberikan ASI ekslusif kepada bayi
49
50
mereka, sebaliknya ibu yang tidak mendapat dukungan keluarga
cenderung tidak memberikan ASI ekslusif kepada bayi mereka.
B. Saran
Kesimpulan diatas disarankan :
1. Perlunya penyuluhan yang berkesinambungan kepada ibu bersalin
agar dapat memberikan ASI kepada bayi mereka sejak lahir sampai
minimal 6 bulan setelah kelahirannya.
2. Bagi ibu yang bekerja hendaknya meluangkan waktu untuk
memberikan ASI kepada bayi mereka, terutama segera setelah
melahirkan sampai usia bayi 6 bulan.
3. Perlunya sosialisasi kepada seluruh anggota keluarga mengenai
pentingnya pemberian ASI ekslusif kepada bayi mereka agar mereka
dapat mendukung ibu bersalin untuk memberikan ASI ekslusif bagi
bayi mereka.
4. Perlunya penelitian lanjutan mengenai variable lain yang dapat
mempengaruhi pemberian ASI ekslusif.
51
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan 2009 , Laporan Hasil Pemantauan Status Gizi dan Keluarga Sadar Gizi. Makassar.
Dompas robin , 2009, Ilmu Kesehatan Anak , Fakultas Kedokteran , EGC, Jakarta.
Handayani, Sri, Mengenal ASI Eksklusif, http ://www. selasi.co.id, diakses 2 Oktober 2010.
Hidayat alimul , 2008, Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika, Jakarta.
http:// www.google.com /search?ie=UTF-8&.oe=UTF-8&.sourceid= nauclient &gfns=1&q= pengertian+pendidikan, diakses 22 Maret 2011
http :// www.google.com/search?ie=UTF-8&.oe=UTF-8&.sourceid= nauclient &gfns=1&q=tujuan+pembangunan+kesehatan, diakses 15 Februari 2011
http:// www.google.com/search? ie=UTF-8&. oe =UTF-8&.sourceid= nauclient &gfns= 1&q= pengertian+pengetahuan+tingkat+pengetahuan, diakses 22 Maret 2011
http :// www.google.com/search? ie=UTF-8&. oe =UTF-8&.sourceid= nauclient
&gfns=1&q=dinkes+propinsi+sulawesi+selatan+tentang+bayi+kurang+gizi, diakses 15 Februari 2011
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=92 : kondisi-angka-kematian, diakses 15 Februari 2011
Kristiyansari, 2009, ASI, Menyusui dan Sadari. Nuha Medika, Jakarta.
Kustiah, 2003, Psikologi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. Makassar.
Prasetyono Sunar Dwi , 2009, Buku Pintar ASI Eksklusif , DIVA Press,
Puskesmas Batang, 2009, Laporan Bulanan+Tahunan.
Soekidjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Yoyakarta
52
KUESIONER
“Faktor –faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Puskesmas Batang Kecamatan Bontotiro
Kabupaten Bulukumba Tahun 2010”
I. Identitas Responden
1. Nama KK : 4. Pendidikan ibu:
2. Pendidikan KK : 5. Pekerjaan ibu :
3. Pekerjaan KK :
II. ASI Eksklusif
1. Apakah ibu memberikan ASI kepada bayi sesaat setelah lahir ?
a.Ya
b.Tidak
2. Sampai usia berapa bayi ibu diberikan ASI ?..................... bulan
3. Apakah ibu memberikan susu formula pada bayi pada hari-hari
pertama sebelum Asinya keluar ?
a. Ya
b. Tidak
III. Pengetahuan Ibu
1. Apakah ibu mengerti arti Asi Eksklusif ?
a. Ya
53
b. Tidak
2. Bila Ya, sebutkan ………………………………..
3. Apakah ibu mengatahui manfaat ASI?
a. Ya
b. Tidak
4. Bila ya, sebutkan ........................................
5. Apakah ibu tahu sampai usia berapa bayi diberikan ASI ?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila ya, sebutkan …………………………………..
IV. Dukungan Keluarga
1.Apakah keluarga memberikan dukungan kepada ibu untuk memberikan
ASI kepada bayinya sesaat setelah lahir ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila ya, siapa yang mendukung ibu ?
a. Orang Tua
b. Suami
c. Keluarga lain
3.Apakah ibu atau keluarga memberikan cairan lain (madu, air gula, air
putih, susu, kopi,dsb) sebelum Asi keluar?
a. Ya
54
b. Tidak
4. Apakah keluarga (suami, orang tua, keluarga yang lain) pernah
mendapat informasi tentang manfaat Asi bagi bayi dan
memberitahukan kepada ibu?
a. Ya
b. Tidak
55
HASIL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI PUSKESMAS BATANG KECAMATAN
BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBATAHUN 2010
OLEH:
IRAMAYA SARI
PROGRAM DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIKUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR2011
56
PROPOSAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI PUSKESMAS BATANG KECAMATAN
BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBATAHUN 2010
OLEH:
IRAMAYA SARI
PROGRAM DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIKUNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR2011