Upload
faizah-min-fadhlillah
View
62
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapak
Citation preview
Praktikum Analisis Farmasi
Laporan Akhir
Analisis Guaifenesin Menggunakan Metode Spektroskopi Inframerah dan
Spektrofotometri UV
Nama : Faizah Min Fadhlillah
NPM : 260110100140
Jadwal Praktikum : Senin, 13.00-16.00 WIB
Laboratorium Analisis Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
2013
Analisis Guaifenesin Menggunakan Metode Spektroskopi Inframerah dan
Spektrofotometri UV
I. Tujuan
1. Menganalisis senyawa guaifenesin menggunakan metode spektroskopi inframerah
2. Penentuan kadar senyawa guaifenesin dengan metode spektrofotometri UV
II. Prinsip
1. Spektroskopi inframerah
Spektroskopi infra merah (IR) didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi
inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan
radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm
atau pada bilangan gelombang 13.000 - . Untuk menghasilkan spektrum
inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan
melalui sampel. Frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang
terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari % ditransmisikan
berbanding panjang gelombang.
2. Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Prinsip kerja spektrofotometer
berdasarkan hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan
(Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
3. Hukum Lambert Beer
Keterangan : A = Absorban
a = absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
A= a b c
c = konsentrasi
III. Teori Dasar
Spektroskopi Inframerah
Spektroskopi infra merah digunakan secara luas untuk analisis secara kualitatif dan
analisis secara kuantitatif. Penggunaan yang paling penting dari spektroskopi infra merah
adalah untuk identifikasi senyawa organic, karena spektrumnya sangat kompleks yang
terdiri dari banyak puncak-puncak serapan. Spektrum infra merah dari senyawa organic
mempunyai sifat-sifat fisik yang karakteristik, artinya kemungkinan bahwa dua senyawa
mempunyai spectrum yang sama adalah sangat kecil, kecuali senyawa isomer optic.
Spektrum infra merah terletak pada daerah dengan penjang gelombang dari 780 nm –
1.000.000 nm (0,78 – 1000 mm), atau bilangan gelombang dari 1200 – 10 cm-1. Dilihat
dari panjang gelombang dan dari segi aplikasinya, maka spectrum IR dibagi dalam tiga
daerah yaitu infra merah dekat, pertengahan, dan infra merah jauh. Daerah infra merah
yang digunakan untuk keperluan analisis kimia adalah pada daerah sekitar 4000 – 670 cm-1
atau 2,5 – 15 mm. Tabel berikut menyajikan daerah spektra infra merah.
Plot antara transmitansi terhadap bilangan gelombang atau frekuensi akan dihasilkan
spectrum infra merah, yang merupakan spectrum berupa puncak-puncak yang tajam dengan
frekuensi tertentu yang dihasilkan dari suatu senyawa organic dengan gugus fungsi tertentu.
Karena pada dasarnya spektroskopi infra merah digunakan untuk mengetahui gugus fungsi
yang terdapat dalam senyawa organik
Komponen-komponen dalam instrumentasi spektroskopi infra merah meliputi:
1. Sumber radiasi
Radiasi infra merah dihasilkan dari pemanasan suatu sumber radiasi dengan listrik
sampai suhu antara 1500 dan 2000 K. Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah Nernst
Glower, Globar, dan kawat nikrom.
2. Tempat sampel
Tempat sampel atau sel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk gas
digunakan sel gas dengaan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 mm. Hal ini
dimungkinkan untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat
memantulkan berkas radiasi berulang kali melalui sampel. Tempat sampel untuk sampel
yang berbentuk cairan umumnya mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm
biasanya dibuat lapisan tipis (film) diantara dua keeping senyawa yang transparan terhadap
radiasi infra merah. Senyawa yang biasa digunakan adalah natrium klorida (NaCl), kalsium
fluoride (CaF2), dan kalsium iodide (CaI2). Dapat juga dibuat larutan yang kemudian
dimasukkan ke dalam sel larutan.
3. Monokromator
Pada pemilihan panjang gelombang infra merah dapat digunakan filter, prisma atau
grating. Seperti alat spektroskopi pada gambar di atas, berkas radiasi terbagi dua, sebagian
melewati sampel dan sebagian melewati blanko (referece). Setelah itu kedua berkas sinar
tersebut bergabung kembali dan keemudian dilewatkan ke dalam monokhromator
Filter biasa dgunakan untuk tujuan analisis kuantitatif, sebagai contoh dengan panjang
gelombang 9,0 mm untuk penentuan asetaldehida. Filter dengan panjang gelombang 13,4
mm untuk penentuan 0-diklorobenzena, dan filter dengan panjang gelombang 4,5 mm
untuk penentuan dinitrogen oksida. Ada juga filter yang mempunyai panjang gelombang
pada kisaran antara 2,5 sampai dengan 4,5 mm; 4,5 sampai dengan 8,0 mm, dan 8,0 sampai
dengan 14,5 mm.
Prisma yang terbuat dari kuasa digunakan untuk daerah infra merah dekat (0,8 sampai
dengan 3,0 mm). Prisma yang paling umum digunakan adalah terbuat dari Kristal natrium
klorida dengan daerah frekuensi 2000 sampai 670 cm-1 (atau 5 – 15 mm).
4. Detektor
Setelah radiasi inframerah melewati monokromator, kemudian berkas radiasi ini
dipantulkan oleh cermin dan akhirnya ditangkap oleh detector. Detektor pada spectrometer
infra merah merupakan alat ayang bisa mengukur atau mendeteksi energy radiasi akibat
pengaruh panas. Berbeda dengan jenis detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran
radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energy foton infra merah
juga rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah keecil sehingga dalam
pengukurannya harus diperkuat. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan
bolometer. Detektor yang paling banyak digunakan dalam spektrofotometer infra merah
adalah thermocouple. Detektor thermocouple merupakan alat yang mempunyai impedans
tinggi.
5. Rekorder
Signal yang dihasilkan dari detector kemudian direkam sebagai spectrum infra merah
yang berbentuk puncak-puncak serapan. Spektrum infra merah ini menunjukkan hubungan
antara absorban dan frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang. Sebagai
absis adalah frekuensi (cm-1) atau panjang gelombang (mm) atau bilangan gelombang (cm-
1), dan sebagai ordinat adalah transmitan (%) atau absorban.
Penanganan cuplikan tergantung pada wujud cuplikan gas, cair atau padatan.
a. Gas
Dimasukkan dalam sel gas, yang menghadap langsung ke sumber sinar IR. Wadah
(sel gas) tidak menyerap sinar pada gelombang IR.
b. Cairan
Cairan diteteskan pada pelat NaCl berupa film tipis, dan bila larutannya berair harus
cepat-cepat dikeringkan agar pelat NaCl tidak rusak. Namun untuk larutan berair biasanya
digunakan pelat CsI dan CaF2. Pelarut organic yang umumnya digunakan adalah yang
tidak mengandung gugus fungsi utama agar jangan mengganggu analisa seperti toluene,
heksana, kloroform, dll.
c. Padatan
Ada tiga cara untuk menangani cuplikan padatan
· Pelet Kbr
Menumbuk cuplikan (0,1 – 2,0 %) dengan KBr kemudian ditekan dalam setakan hingga
membentuk pellet KBr.
· Mull atau Pasta
Mencampur cuplikan dengan minyak pasta kemudian dilapiskan pada dua keeping NaCl.
· Lapisan tipis
Padatan dilarutkan dalam pelarut yang “volatile” kemudian diteteskan pada peleet NaCl.
Bila pelarut sudah menguap maka akan diperoleh lapisan tipis pada pelat.
Langkah-langkah dalam Mengidentifikasi Spektrum Infra Merah
Untuk memudahkan dalam menginterpretasi dari spectra infra merah, langkah-langkah
yang digunakan sebagai pedoman adalah sebagai berikut:
Tahap 1
Lihat puncak absorban dari gugus karbonil (C = O) pada kisaran 1600 – 1800 cm-1.
Tahap 2
Bila ada gugus karbonil, maka lanjutkan periksa:
1. Asam karboksilat (OH) pada 1500 – 3000 cm-1 (sedang)
2. Amida (NH) pada frekuensi 3100 – 3500 cm-1 (sedang)
3. Ester (C – O) pada frekuensi 1000 – 1300 cm-1 (tajam)
4. Aldehida (CH) pada frekuensi 2700 – 2800 cm-1 (lemah) dan 2800 – 2900 cm-1 (lemah)
5. Anhidrida (C = O) pada frekuensi 1760 cm-1 (tajam) dan 1810 cm-1 (tajam)
6. Keton
Keton alifatik mempunyai frekuensi pada 1715 cm-1, dan metal keton memberikan serapan
kuat pada frekuensi dekat 1400 cm-1.
Tahap 3
Bila tidak ada gugus karbonil, maka periksa gugus alcohol (OH) pada frekuensi 3300 –
3600 cm-1 (sedang), gugus amida (NH) pada frekuensi 3500 cm-1, dan gugus ester (C – O)
pada frekuensi 1000 – 1300 cm-1 (tajam)
Tahap 4
Ikatan rangkap dua, mula-mula periksa gugus alkena (C = C) pada frekuensi 1600 – 1680
cm-1 (sedang), kemudian gugus aromatic (C = C) pada frekuensi 2100 – 2250 cm-1
(sedang).
Tahap 5
Ikatan rangkap tiga, pertama periksa nitril (C º N) pada frekuensi 2240 – 2260 cm-1
(sedang-tajam), dan gugus alkuna (C º C) pada frekuensi 2100 – 2250 cm-1 (lemah-tajam)
Tahap 6
Periksa adanya gugus nitro (R – NO2) yang mempunyai dua puncak serapan tajam yaitu
pada frekuensi 1500 – 1600 cm-1 dan 1300 – 1390 cm-1.
Tahap 7
Bila tidak ada semua gugus fungsional tersebut di atas, periksa adanya hidrokarbon dengan
puncak serapan pada frekuensi sekitar 3000 cm-1.
IV. Alat dan Bahan
V. Prosedur
VI. Data Pengamatan
VII. Pembahasan
VIII.Kesimpulan